Anda di halaman 1dari 2

Kasus 1

JAKARTA,KOMPAS.com

Sejak periode 2006-mei 2011, jumlah pengaduan masyarakat yang masuk ke Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran indonesia (MKDKI) terkait pelanggaran disiplin dokter
mencapai 135 laporan. Rupanya, hampir semua kasus yang dilaporkan masyarakat disebabkan
karena kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien. Masalah mengenai komunikasi, kata Ali
bisa terjadi karena latar belakang pendidikan pasien yang berbeda satu sama lain. Sehingga perlu
kiranya bagi seorang dokter hendaknya menyediakan waktu untuk mengetahui latar belakang
pendidikan pasiennya.

‘’kalau pasiennya berpendidikan bagus tak masalah. Tapi kalau pasiennya tidak mengerti, dia
(dokter) harus menyediakan waktu untuk menjeaskannya’’ imbuhnya`

Ali menambahkan satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah seorang dokter harus memberikan
rujukan kepada pasien apabila memang perlu penanganan yang lebih serius oleh ahlinya. Selama
ini kenyataan yang terjadi dilapangan, dokter masih malas dalam merujuk pasien. Selain itu,
untuk menghindarkan terjadinya kesalahpahaman antara dokter dan pasien, Ali sepenuhnya
mendukung UU mengenai praktek kedokteran yang hanya membatasi praktek dokter ditiga
tempat saja.

‘’dengan pembatasan itu, waktu kita dengan pasien akan lebih banyak. Pasien itu gampang asal
mau ngomong dana sediakan waktu, pasien sudah mengerti’’,ujarnya

Darri 135 pengaduan yang diterima MKDKI, berdasarkan tempat kejadian sebanyak 73
pengaduan berasal dari DKI Jakarta dan selebihnya dari luar Jakarta. Sedangkan berdasarkan
sspesialisasi dokter 50 mengadukan pelanggaran yang dilakukan dokter umum, 33 pengaduan
dokter bedah,24 pengaduan dokter kandungan, dan 28 pengaduan dugaan pelanggaran dokter
spesialis lainnya.

Kasus 2

JAKARTA,KOMPAS.com

Kasus yang menimpa Prita Mulyasari seharusnya bisa dicegah apabila ada komunikasi yang baik
antara pasien dan dokter. Demikian dikatakan ketua Majelis Kehormatan Etika Kedokteran
(MKEK) Ikatan Doker lndonesia (IDI) cabang jakarta barat Prof. dr. Budi Sempurna, SH,Sp.F,
DFM

Budi menyarankan, jembatan penghubung antara pasien dan dokter harusnya diperkuat. Hal ini
pun sedang diupayakan mengingat kesadaran amsyarakat terhadap kebutuhan informasi medis
terus meningkat. Kesadaran dokter, bahwa masyarakat butuh ketenangan dengan mengetahui
penyakitnya, pun kian bertambah.
Budi menyampaikan hal itu dalam seminar awam bertajuk Bagaimana Berobat Secara Pintar
yang digelar dalam rangka memperingati HUT ke-90 RS Cipto Mangunkusumo. Dalam seminar
itu diberikan pengetahuan mengenai pendekatan diagnosis dan terapi seorang dokter serta saran
dan cara-cara dalam menghindari malapraktik.

Budi menyarankan agar pasien tidak ragu untuk bertanya kepada dokter mengenai penyakitnya
sehingga terhindar darai miskomunikasi yang berujung pada perselisihan. Selain itu, dokter pun
seharusnya lebih komunikatif terhadap pasien mengenai penyakit yang pasien alami.

Dr. Intan Airlina Febiliawanti

Anda mungkin juga menyukai