Anda di halaman 1dari 20

Simulasi Konseling Yang Benar

KELOMPOK 2 :
Fitri Suryani (1501075)
Mela Fahriza (1501083)
Siti Apsyah (1501100)
Dian Angraini (1601010)
Egie Octafiranti (1601013)
Febby Rafita (1601015)
Izza Isma (1601020)
Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, apoteker menggunakan three
prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai
rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa
pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang
digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling
(Menkes RI, 2014) :

a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi


hati dan/atau ginjal,ibu hamil dan menyusui).

b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis


(misalnya: TB, DM,AIDS, epilepsi).

c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus


(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin,fenitoin, teofilin).

e. Pasien dengan polifarmasi, pasien menerima beberapa obat


untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga
termasuk pelayanan lebih dari satu obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.

f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.


Tahapan Kegiatan Konseling :

a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien

b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat


melalui Three Prime Questions, yaitu:
 Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda ?
 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
obat Anda ?
 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah anda menerima terapi obat tersebut?
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.

d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan


masalah penggunaan obat.

e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.


Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling dengan menggunakan formulir sesuai
ketetapan peraturan.
Langkah-langkah dalam proses pendidikan dan
konseling pasien akan bervariasi sesuai dengan kebijakan
sistem kesehatan dan prosedur, lingkungan, dan
pengaturan praktek. Umumnya, langkah-langkah berikut
yang sesuai untuk pasien yang menerima obat baru atau
yang kembali untuk kopi resep (ASHP,1997).
a. Jalin hubungan penuh perhatian dengan pasien.
Perkenalkan diri Anda sebagai seorang apoteker, menjelaskan
tujuan yang diharapkan dari sesi, dan mendapatkan
persetujuan pasien untuk berpartisipasi. Tentukan bahasa
lisan utama pasien.
b. Menilai pengetahuan pasien tentang masalah yang berkaitan
dengan kesehatan dan obat-obatan, fisik dan kemampuan mental
untuk menggunakan obat secara tepat, dan sikap terhadap masalah
kesehatan dan obat-obatan. Ajukan pertanyaan terbuka tentang
tujuan setiap obat dan meminta pasien untuk menggambarkan atau
menunjukkan bagaimana ia akan menggunakan obat. Pasien
dengan kopi resep harus diminta untuk menjelaskan atau
menunjukkan
bagaimana mereka telah menggunakan obat-obatan mereka.
Mereka juga harus diminta untuk menggambarkan masalah,
keprihatinan, atau ketidakpastian yang mereka alami dengan obat
mereka.
 
c. Memberikan informasi secara lisan dan menggunakan alat bantu
visual atau demonstrasi untuk mengisi kesenjangan pasien dalam
pengetahuan dan pemahaman. Sebagai pelengkap untuk
komunikasi lisan tatap muka, sediakan handout untuk membantu
pasien mengingat informasi tertulis. Jika pasien mengalami
masalah dengan obat-nya, kumpulkan data yang sesuai dan nilai
masalahnya. Kemudian menyesuaikan rejimen farmakoterapi yang
sesuai dengan protokol atau resep
d. Verifikasi pengetahuan dan pemahaman pasien tentang
penggunaan obat- obatan. Mintalah pasien untuk menggambarkan
atau menunjukkan bagaimana mereka akan menggunakan obat-
obatan dan mengidentifikasi efek obatnya. Amati kemampuan
penggunaan obat pasien dan ketelitian dan sikap pasien terhadap
kepatuhan mengikuti rejimen farmakoterapi dan pemantauan
rencana.
Poin ini berlaku untuk obat yang diresepkan dan obat yang
tidak diresepkan. Apoteker harus memberi nasihat kepada pasien
dalam pemilihan yang tepat dari obat
yang tidak diresepkan (ASHP, 1997).
Isi tambahan mungkin tepat ketika apoteker memiliki wewenang
tanggung jawab dalam pengelolaan penyakit kolaboratif untuk
kategori pasien tertentu. Tergantung pada manajemen penyakit
atau rencana perawatan klinis pasien, berikut dapat meliputi:

a. Keadaan penyakit: apakah akut atau kronis dan yang


pencegahan, penularan, perkembangan, dan kekambuhan.

b. Efek diperkirakan dari penyakit pada kehidupan sehari-hari


pasien yang normal

c. Pengenalan dan pengawasan komplikasi penyakit.


• Apoteker harus mendokumentasikan pendidikan dan
konseling pada catatan medis tetap pasien sesuai dengan
rencana perawatan pasien, kebijakan dan prosedur sistem
kesehatan, dan undang-undang negara bagian dan federal
yang berlaku. Ketika apoteker tidak memiliki akses
kecatatan medis pasien, pendidikan dan konseling dapat
didokumentasikan dalam profil pasiendi apotek itu, pada
formulir pesanan obat atau resep, atau catatan konseling
yang dirancang khusus (ASHP,1997).
• Apoteker harus mencatat konseling yang ditawarkan,
diterima, disediakan, atau ditolak dantingkat persepsi
apoteker terhadap pemahaman pasien. Sebagaimana
mestinya, isi harus didokumentasikan (misalnya,
penyuluhan tentang interaksi obat- makanan). Semua
dokumentasi harus dijaga untuk menghormati
kerahasiaan dan privasi pasien dan untuk mematuhi
hukum negara bagian dan federal yang berlaku
(ASHP,1997).
Contoh simulasi konseling

Infeksi Saluran Kemih


Bu Reni umur 28 tahun, mendatangi salah satu dokter
praktek penyakit dalam, dengan keluhan sakit perut dan nyeri
ketika sedang buang air kecil yang disertai dengan demam.
Kondisi ini dirasakan bu Reni seminggu terakhir. Dokter
mendiagnosa bu Reni dengan Infeksi Saluran Kemih,
kemudian dokter meresepkan obat Ciprofloxacin 250 mg dan
ibuprofen 200 mg. Setelah dokter memberikan resep kepada
ibu Reni, bu Reni menuju ke Apotek untuk menebus obat
yang telah diresepkan.
Asisten Apoteker : “Selamat siang, ada yang bias saya
bantu bu ?”
Pasien : “Saya ingin menebus obat diresep ini (sambil
memberikan resep kepada apoteker)”.
Asisten Apoteker : “Iya bu, silahkan tunggu sebentar (sambil
menunjuk ruang tunggu
apotek) saya berikan dulu resepnya ke Apoteker”.
Asisten Apoteker menuju ke ruangan konseling Apoteker, dan
memberikan resep kepada Apoteker.
 
Asisten Apoteker : “Bu, ini ada resep dari dokter”.
Apoteker : “(mengambil resep dan membacanya). Tolong ambilkan
Ciprofloxacin 250 mg dan ibuprofen 200 mg sebanyak 1 strip ya”.
Asisten Apoteker : “ Iya bu”.
Asisten Apoteker pergi mengambil obat, dan kembali ke ruangan
konseling.
 
Asisten Apoteker : “Ini obatnya bu”.
Apoteker : “Tolong panggilkan pasien yang obatnya ini”.
Asisten Apoteker : “Iya bu”.
Asisten Apoteker keluar dari ruangan dan memanggilkan pasien

Asisten Apoteker : “Bu Reni”.


Pasien : “(Datang menghampiri Asisten Apoteker)”.
Asisten Apoteker : “Silahkan masuk, ke dalam ruangan bu,
(sambil menunjukkan ruangan konseling Apoteker)”.
Apoteker : “Betul dengan ibu Reni ? Tinggal di BTN
Kendari Permai, unur 28 tahun ?”
Pasien : “ Iya benar”.
Apoteker : “Bu, sebelumnya perkenalkan saya
Apoteker di Apotek ini, bu. Bisa minta sedikit
waktunya ? saya akan sedikit menjelaskan mengenai obat
yang diresepkan kepada ibu”.
Pasien : “Iya, silahkan bu”.
Apoteker : “Bu, sebelumnya saya mau Tanya, apa
keluhan ibu selama ini ?”
Pasien : “Begini mba, saya selalu merasakan sakit saat
buang air kecil, terus rasanya nyeri
dan saya mengalami demam”.
Apoteker : “Sejak kapan ibu merasakan sakit ?”
Pasien : “Sekitar seminggu terakhir bu”.
Apoteker : “Oh iya bu, ini obatnya (sambil memberikan obat),
Ciprofloxacin diminum 2x sehari setiap 12 jam saat makan,
maksudnya saat makan, saat ibu sudah selesai makan dan kemudian
minum, setelah itu langsung minum obat ini. Obat ini merupakan obat
yang dapat mengobati keluhan ibu yang ibu rasakan, diminum sampai
habis ya bu, walaupun ibu sudah tidak sakit saat buang air kecil.
Pasien : “Iya bu”
Apoteker : “ Obat ini, silahkan ibu bayar di kasir”.
Pasien : “ Terima kasih bu (keluar dari ruangan dan menuju ke kasir)”.
Kasir : “Harga obat ibu semuanya Rp.236.000,-
Pasien : “(memberikan uang ke kasir)”.
Kasir : “(memberikan uang kembalian)”.
Pasien : “Terimakasih banyak Mba”.
Kasir : “Sama-sama bu, semoga cepat sembuh”
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai