Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi sebuah perusahaan yang
baru. Proses penggabungan ini biasanya mengakibatkan pengalihan aktiva dan pasiva dari
perusahaan yang menggabungkan diri.
Pengertian Akuisisi
Akusisi adalah pembelian atau pengambilalihan suatu perusahaan. Di mana saham atau aset
perusahaan yang dibeli atau disebut company target menjadi hak milik perusahaan yang membeli
atau disebut acquiring company.
Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan,
dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(Anti Monopoli)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan
Akuisisi Bank
Kelebihan Merger :
Penggabungan dua perusahaan yang sejenis bisa melahirkan sebuah perusahaan baru
yang lebih kuat.
Aktiva dan pasiva yang bertambah banyak dapat digunakan sebagai modal untuk
mengembangkan perusahaan.
Adanya sebuah inovasi baru yang dihasilkan dari kumpulan ide-ide dari peleburan
perusahaan yang terjadi
Kekurangan Merger
Hilangnya perusahaan yang ada sebelumnya karena berubah menjadi perusahaan baru
Bisa terjadi konflik antar pemegang saham yang berbeda pendapat dalam memutuskan
suatu hal
Kelebihan Akuisisi
Adanya pengendalian yang besar atas saham dan aset perusahaan yang diakusisi
Tidak perlu mengurus banyak persyaratan terutama yang berkaitan dengan badan hukum
Kekurangan Akuisisi
Akuisisi bisa gagal jika pemegang saham minoritas banyak yang tidak setuju
Perlunya pengawasan dan sistem yang baik agar perusahaan yang telah diakusisi selaras
dengan visi dan misi perusahaan yang mengakuisisi
Penggabungan, peleburan, dan pengambil alihan tidak mengurangi hak pemegang saham
minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga yang wajar.
Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
(RPUS) mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan hanya dapat
menggunakan haknya agar saham yang dimilikinya dibeli dengan harga yang wajar sesuai
dengan ketentuan Pasal 55 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas.
Bagi perseroan terbuka, dalam hal persyaratan yang tidak tercapai maka syarat kehadiran dan
pengambilan keputusan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal.
Dengan berpegang kepada ketentuan UU-PT di atas dapat ditarik beberapa penjelasan
tentang Merger & Akuisisi. Merger pada dasarnya adalah bergabung dan bersatu dua entitas
perusahaan yang semula dua menjadi satu.
Masalah nama dapat memilih antara nama baru atau tetap menggunakan nama perusahaan A.
Salah satu contoh merger adalah bergabungnya Lippo Bank dan CIMB Niaga pada tahun
2008, dimana setelah dilakukannya proses penggabungan, Lippo Bank tidak melakukan
operasi atau berhenti beroperasi sebagai entitas tersendiri dan menyatukan perusahaannya
menjadi satu kesatuan dengan Bank CIMB Niaga.
Dalam hal nama, penggunaan nama yang dipilih adalah nama Bank CIMB Niaga sebagai
entitas bank yang baru. Sebagai konsekuensinya merger menjadi Bank CIMB Niaga, maka
aktiva dan pasiva dari Lippo Bank yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada
Bank CIMB Niaga yang menerima penggabungan.
Konsekwensi lainnya adalah status dari badan hukum Lippo Bank yang akan
menggabungkan diri berakhir dengan sendirinya karena hukum dari penggabungan tersebut.
Dengan demikian kepemilikan mayoritas saham di Lipo Bank melebur menjadi
kepemilikannya Bank CIMB Niaga sebagai pemegang saham mayoritas yang baru di PT.
Bank CIMB Niaga.
Berbeda halnya dengan penggabungan, dalam hal terjadi penggambilalihan, status badan
hukum yang akan diambil alih (target) dan yang akan mengambil alih (Offeror) adalah tetap
ada.
Artinya, kedua perusahaan tersebut tidak mengalami seperti merger berupa tidak ada salah
satunya, tetapi yang terjadi adalah berupa perbuatan hukum mengambil alih (take over)
saham dari milik perusahaan yang diambil alih dan berakibat terjadinya perubahan dan
beralihnya pengendalian (change of control) dari perusahaan yang diambil alih kepada pihak
yang mengambil alih.
Dengan demikian, maka akuisisi titik tekannya adalah kepada sahamnya saja yang diambil
alih dan bukanlah badan hukumnya dengan membawa konsekuensi bahwa kontrol
perusahaan yang diambilalih berpindah kepada perusahaan yang mengambil alih atau
mengakuisisi.
Sebagai ilustrasi, perusahaan A salah satu pemegang sahamnya dimiliki Johan sebanyak 60
% dan sebanyak 40 % dimiliki oleh Budi.
Dalam perjalannya, sahamnya Johan diambil alih (dijual) oleh atau kepada perusahaan B,
maka yang terjadi sesungguhnya adalah akuisisi dengan
konsekwensi pengendali baru dalam perusahaan A telah beralih dan berganti kepada
perusahaan B sebagai pemegang saham barunya.
Dengan penjelasan di atas, terlihat secara jelas bahwa penggabungan (merger) dan
pengambilalihan (akuisisi) memang tidak sama.
Hal ini karena secara entitas aksi korporasi di antara keduanya tidak sama, namun demikian
antara penggabungan dan pengambilalihan memiliki kemiripan yang terletak kepada
berubahnya pengendalian dari yang satu (sebagai perusahaan menerima penggabungan atau
diambil alih) kepada yang lainnya (sebagai perusahaan yang melakukan penggabungan atau
yang akan mengambil alih)
TUGAS :
Jawab :
Jawab :
Berdasarkan Pasal 126 ayat (2) UUPT, pemegang saham yang tidak setuju terhadap
keputusan RUPS mengenai merger/penggabungan, hanya boleh menggunakan haknya
sebagaimana dimaksud Pasal 62 UUPT. Hanya sebatas hak yang dibolehkan undang-
undang dipergunakan pemegang saham, yakni:
a. Meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar,
Yang dimaksud dengan harga wajar saham dari perseroan adalah harga wajar saham
dari Perseroan yang menggabungkan diri serta harga wajar saham dari Perseroan
yang menerima Penggabungan untuk menentukan perbandingan penukaran saham
dalam rangka konversi saham
b. Pada prinsipnya perseroan diwajibkan membelinya,
c. Apabila saham yang diminta untuk dibeli perseroan melebihi batas ketentuan
pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana yang digariskan Pasal 37 ayat
(1) huruf b UUPT, perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham itu dibeli oleh
pihak ketiga.
Jadi, pemegang saham dapat saja menolak/tidak setuju keputusan untuk melakukan
merger. Pemegang saham yang tidak setuju dengan keputusan untuk merger dapat
meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli sesuai dengan harga wajar saham dari
Perseroan. Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan
pembelian kembali saham oleh Perseroan, Perseroan wajib mengusahakan agar sisa
saham dibeli oleh pihak ketiga.
Tetapi perlu diingat bahwa tindakan penolakan pemegang saham ini tidak akan
menghentikan proses merger atau penggabungan.