Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN PENGAMANAN

DATA DAN INFORMASI DALAM


PENEGAKAN HUKUM

Dr. Hary Budiarto


Deputi Bidang Informasi dan Data
KPK RI

Jakarta, 11 JULI 2017


Jakarta, 17 Juli 2017
Agenda Presentasi

• Pendahuluan
• Kebijakan Pengamanan TIK di Penegak
Hukum
• Pembuktian dalam Perkara Pidana
• Alat Bukti Elektronik
• Penutup
Pendahuluan
• Data dan Informasi pada Penegak Hukum dapat digunakan untuk
melakukan pelanggaran Hukum (Identitas, produk hukum, surat, dan
lainnya)
• Alat bukti informasi elektronik dan dokumen elektronik sangat rentan
dimanipulasi sehingga keaslian/originalitas informasi elektronik dan
dokumen elektronik sangat penting dalam pembuktian.
• Pembuktian terhadap suatu alat bukti berupa dokumen elektronik
juga menyangkut aspek validitas/keabsahan yang dijadikan alat bukti.
• Bukti elektronik mempunyai karakteristik khusus dibandingkan bukti
non-elektronik, karakteristik khusus tersebut karena bentuknya yang
disimpan dalam media elektronik, disamping itu bukti elektronik
dapat dengan mudah direkayasa sehingga sering diragukan
validitasnya.
Kebijakan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pelaksanaan Penegakan Hukum

Kelengkapan Fasilitas Antisipasi Pedoman Target

Penyebab Pelaksanaan

• Internet User • Cyberwar Manajemen • Network


Namespaces • Espionage • Hardware
• Routing • Identity • Risk
• Software
• Sabotage management
Agreements • Privacy
• Message • Security Design
• Accountabilty Principal
Integrity
• Crime • Fiduciary Infrastruktur
Ancaman
Tata Kelola Responsibilty

Support Gangguan

Sumber : Cyber Security Policy Handbook


Pembuktian dalam Perkara Pidana

• Alat Bukti Non Elektronik


Pembuktia
n • Alat Bukti Elektronik

• SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya


Penyidikan Penyidikan)

• Hakim
Pengadilan • Terdakwa
• Penuntut

Berkekuatan
Keputusan Hukum
Tetap
Prinsip pembuktian
dalam perkara pidana
• “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tidak pidana benar-benar
terjadi dan terdakwalah yang bersalah
melakukannya” (Pasal 183 KUHAP)
• Pembuktian adalah titik sentral dalam rangkaian
pemeriksaan perkara (pidana) di pengadilan.
Alat Bukti Elektronik yang Sah

• KUHAP
• UU ITE
• UU TIPIKOR
• UU TPPU

Alat Bukti
Eletronik • Standard IAPE
• ISO 27037 (Proses)
Tata Kelola • ISO 17025 (Lab.)
Alat Bukti • Audit (Security)
• Informasi Elektronik
Elektronik
• Dokumen
Elektronik

IAPE: International Association for Property and Evidence


Prinsip Alat Bukti Dalam Tindak Pidana
• Alat bukti (bewijsmiddelen) = alat yang dipakai untuk
membantu Hakim dalam menggambarkan kembali
mengenai kepastian pernah terjadinya peristiwa pidana.
Sedangkan dasar pembuktian (bewijskracht) dimaknai
sebagai isi dari alat bukti.
• Alat bukti dalam tindak pidana (Pasal 184 KUHAP) :
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk,
keterangan terdakwa.
• Pasal 188 KUHAP, Petunjuk : perbuatan, kejadian atau
keadaan yg karena persesuaiannya baik antara satu dg yang
lain, maupun dg tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya
yg diperoleh dari keterangan saksi, surat, keterangan
terdakwa
Prinsip Alat Bukti Elektronik (1)
• UU Nomor 11 Tahun 2008 (dan Perubahan UU No. 19 Tahun
2016) tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
memberikan dasar hukum mengenai kekuatan hukum alat bukti
elektronik dalam syarat formil dan materiil alat bukti elektronik
agar dapat diterima di persidangan.
• Syarat formil (Pasal 5 ayat (4) UU ITE) : Informasi atau Dokumen
Elektronik bukanlah dokumen atau surat yang menurut
perundang-undangan harus dalam bentuk tertulis.
• Syarat materiil (Pasal 6, Pasal 15, dan Pasal 16 UU ITE) :
informasi atau dokumen elektronik dapat diakses, ditampilkan,
dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga menerangkan suatu keadaan dg menggunakan sistem
elektronik yang andal dan aman, serta memenuhi persyaratan
minimum.
Prinsip Alat Bukti Elektronik (2)
• Alat bukti elektronik dalam UU ITE merupakan perluasan dari alat
bukti hukum yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di
Indonesia (KUHAP), yang sebenarnya sudah diatur dalam berbagai
perundang-undangan secara tersebar. Misalnya UU Lingkungan
Hidup, UU Terorisme, UU Pemberantasan Korupsi, UU Tindak
Pidana Pencucian Uang.
• Penggunaan informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik
sbg alat bukti juga dikenal dlm UU No.20 Tahun 2001 jo. UU No. 31
Tahun 1999 (UU Tipikor), tetapi tidak sebagai alat bukti yang
berdiri sendiri melainkan perluasan dari pengertian alat bukti
petunjuk.
• Alat bukti yang sah dlm UU No.8 Tahun 2010 (UU TPPU), Pasal 73 :
 Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara
Pidana, dan/ atau Alat bukti lain berupa informasi yg
diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik
dg alat optik atau alat yg serupa optik dan dokumen.
Persyaratan Minimum Sistem Elektronik
berdasarkan UU ITE
• Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
• Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan,
kerahasiaan, dan keteraksesan informasi elektronik dalam
penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;
• Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam
penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;
• Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan
dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami
oleh pihak yang bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem
elektronik tersebut; dan
• Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga
kebaruan, kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau
petunjuk.
Contoh Alat Bukti
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN)
• Dasar hukum LHKPN :
 Pasal 5 UU No. 28 Tahun 1999 tetang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN : Penyelenggara
Negara wajib untuk melaporkan dan mengumumkan
kekayaannya sebelum dan sesudah menjabat.
 UU No. 30 Tahun 2002 tentag KPK : KPK berwenang
melaksanakan langkah atau upaya pencegahan, antara
lain melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap
LHKPN.
 Berbagai peraturan perundang-undangan yang menjadi
persyaratan seseorang untuk menduduki jabatan
tertentu harus membuat LHKPN.
LHKPN Elektronik
• Perubahan sistem pelaporan : dari sistem manual ke sistem e-
LHKPN sehingga LHKPN tersimpan dalam bentuk
elektronik/digital.
• Dasar hukum : Pasal 40 UU ITE No.19 Tahun 2016 (Perubahan
UU No.8 Tahun 2008) dan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik (PP PSTE):
 Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi
dan transaksi elektronik sesuai dg ketentuan peraturan per-
uu-an.
 Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala
jenis gangguan sbg akibat penyalahgunaan informasi
elektronik dan transaksi elektronik yg mengganggu
ketertiban umum.
Penutup
• Pengelolaan Barang Bukti Elektronik harus memenuhi
standard nasional, dikarenakan menjadi Alat bukti elektronik
yang sah secara hukum.
• Pengelolaan Barang Bukti Elektronik menjadi titik sentral
dalam proses pembuktian suatu tindak Pidana dalam
memutuskan perkara yang berkekuatan hukum tetap.
• Penyelenggaraan Sistem elektronik dan Transaksi Elektronik
untuk memproduksi informasi elektronik dan dokumen
elektronik sebagai alat bukti elektronik memerlukan
pengaturan berstandard secara internasional agar diakui
sebagai alat bukti yang sah untuk memberikan kepastian
hukum pada seluruh lembaga penegak hukum

Anda mungkin juga menyukai