Anda di halaman 1dari 7

KASUS WORLDCOM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


STIESIA
SURABAYA
2019

Kelompok 4 / 5 SA 2:
Michele Gabriella S. 1710110359
Esther E. S. H. 1710110438
Nabila Firdhatul Ula 1710110470
Alfina Fadhila S. 1710110471
Viranda Rizky M. P. 1710110472
Widiya Feronica W. 1710110473
Anderani Avellyni L. M. 1710110548
Shelin Dwi Oktavia 1710110723

TUGAS PERTEMUAN PERTAMA PENGAUDITAN I

1
A. Latar Belakang

WorldCom merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan layanan


telepon jarak jauh. Pada tahun 1990-an, perusahaan ini melakukan akuisisi
terhadap perusahaan telekomunikasi lain. WorldCom merupakan salah satu pionir
dalam kemajuan telekomunikasi di Amerika Serikat. WorldCom berhasil
mengakuisisi perusahaan kecil lain dan membuat WorldCom yang tadinya
berskala kecil berkembang dengan pesat. Pada tahun 2000 WorldCom mengalami
penurunan pendapatan serta hutang perusahaan yang semakin banyak. Kondisi
tersebut mengancam harga saham WorldCom di pasar saham.

Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers (CEO), Scott Sullivan (CFO),


David Myers (pengawas) dan Buford “Buddy” Yates (Direktur Jendral Akuntansi)
memanipulasi laporan akuntansi perusahaan. Mereka memanipulasi laporan
akuntansi perusahaan untuk menutupi pendapatan WorldCom yang seharusnya
sedang mengalami penurunan membentuk kenaikan pada gambar pertumbuhan
keuangan serta profitabilitas palsu dengan tujuan menopang harga saham
WorldCom di pasar saham. Mereka menggunakan dua cara untuk memanipulasi
laporan akuntansi perusahaan. Pertama, mereka membukukan “Line Cost” sebagai
pemasukan yang seharusnya ada di bagian pengeluaran. Kedua, mereka
meningkatkan pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun
pendapatan perusahaan yang tidak teralokasi”.

Penyajian beban jaringan sebagai pengeluaran modal ditemukan oleh


internal auditor yaitu Cynthia Cooper. Pada Mei 2002, Cynthia Cooper
mendiskusikan masalah tersebut kepada kepala keuangan WorldCom, Scott D.
Sullivan dan controller perusahaan saat itu David F. Myers. Auditor Cooper
melaporkan masalah tersebut pada kepala komite audit, Max Bobbitt, sekitar 12
Juni. Yang kemudian Max Bobbitt meminta kepada KPMG (Klynveld, Gambut,
Marwick, dan Goerdeler) selaku eksternal auditor saat itu untuk melakukan
investigasi.

Dalam laporannya pada 25 Juni, WorldCom mengakui bahwa perusahan


mengklasifikasikan lebih dari $3,8milyar untuk beban jaringan sebagai

2
pengeluaran modal. Beban jaringan adalah beban yang dibayar oleh WorldCom
kepada perusahaan lain untuk jaringan telekomunikasi, seperti biaya akses dan
biaya pengiriman pesan bagi WorldCom. Dilaporkan sekitar $3,005milyar telah
salah diklasifikasi pada tahun 2001, sementara sisanya sekitar $797juta terdapat
pada triwulan pertama tahun 2002. Berdasarkan data WorldCom, $14,7milyar
pada tahun 2001 disajikan sebagai biaya.

Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, WorldCom


mampu menaikkan pendapatan atau laba. WorldCom mampu menaikan laba
karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi
karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi. Kalau hal itu tidak
terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan bersih yang lebih rendah dalam
tahun-tahun berikutnya, karena beban kapitalisasi jaringan tersebut akan
didepresiasikan. Secara esensi, beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan
perusahaan untuk mengalokasikan biayanya dalam beberapa tahun di masa depan,
mungkin antara 10 tahun bahkan lebih.

Staf akuntan WorldCom telah diwawancara sebelum tanggal 25 Juni. Pada


Maret 2002, SEC (Securities Exchange Commission) meminta data dari
perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan Laporan Keuangan, yaitu:

1. Komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah,


2. Sanksi administrasi terhadap pendapatan yang berhubungan dengan
pelanggan dalam skala besar,
3. Kebijakan akuntansi untuk merger,
4. Pinjaman kepada CEO,
5. Integrasi sistem komputer WorldCom dengan MCI,
6. Analisis ekspektasi pendapatan saham WorldCom.

Pada 1 Juli 2002 WorldCom mengumumkan bahwa akun cadangan juga


ikut diinvestigasi/diperiksa. Perusahaan membuat akun ini untuk mengantisipasi
kejadian-kejadian luar biasa yang tidak dapat diprediksi. Seperti utang pajak tahun
depan. Seharusnya akun ini tidak boleh dimanipulasi untuk memperoleh
pendapatan. 15 Juli, Tauzi yang merupakan House Energy and Commerce

3
Committee mengatakan bahwa berdasarkan dokumen-dokumen internal dan email
WorldCom mengindikasikan bahwa sebenarnya pihak eksekutif sudah mengetahui
salah saji tersebut sejak awal musim panas di tahun 2000 silam.

Setelah berdiskusi lebih lanjut, Scott D. Sullivan dipecat pada saat


WorldCom mengadakan pengumuman. Pada hari yang sama, David F. Myers
mengundurkan diri. Dilaporkan bahwa Sullivan tidak pernah mengkonsultasikan
penyajian tersebut kepada Arthur Anderson selaku auditor eksernal pada tahun
2001 dan Arthur Anderson pun menyatakan bahwa Sullivan tidak pernah
berkonsultasi dengannya.

Para pegawai WorldCom yang mempunyai saham perusahaan sebagai


bagian dari dana pensiun pada akhir tahun 2000 sekitar 32% atau $642,3juta
mereka juga mengalami kerugian. Dan perusahaan mengumumkan akan
memberhentikan 17.000 karyawan dari total 85.000 karyawan. 21 Juli 2002,
WorldCom mengikuti program proteksi kebangkrutan sementara dari departemen
kehakiman Amerika serikat. WorldCom melaporkan aset sebesar $103milyar
dengan total utang $41milyar. Kebangkrutan WorldCom merupakan kebangkrutan
yang paling besar di Amerika Serikat.

Pada 8 Agustus, WorldCom mengakui bahwa mereka telah menggunakan


akun cadangan secara tidak benar. Dakwaan yang dilaporkan pada tanggal 28
agustus adalah bahwa akun cadangan dikurangi untuk menutupi biaya jaringan
yang telah dikapitalisasi. Di tahun 2004, WorldCom berubah nama menjadi MCI,
dan CEO WorldCom diganti dari Ebbers menjadi John Sidgemore. Sementara itu,
Scott D. Sullivan didakwa dengan hukuman penjara maksimum 25 tahun penjara
sedangkan Ebbers didakwa dengan hukuman penjara lebih dari 25 tahun.

B. Analisa Kasus

Berdasarkan teori yang terdapat pada buku Auditing & Jasa Assurance -
Pendekatan Terintegrasi, hasil analisa kelompok kami terhadap kasus yang
menimpa WorldCom dapat disimpulkan sebagai berikut:

4
1. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang
digunakan, harus memiliki sikap mental independen, dan harus kompeten
untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna
mencapai kesimpulan serta interpretasi yang tepat setelah memeriksa bukti
itu. Ketiga hal tersebut mampu membuat sebuah hasil evaluasi dari proses
audit menjadi bernilai.
2. Bukti adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Bukti memiliki banyak bentuk yang berbeda, salah satu
contohnya dapat dilihat pada paragraf keenam kasus WorldCom di atas,
termasuk salah satunya yaitu kesaksian lisan pihak yang diaudit (klien).
3. Terdapat bias dan motif dari penyedia informasi laporan keuangan pada
kasus WorldCom karena adanya kepentingan golongan (top management
perusahaan) dalam melakukan penekanan disengaja yang dirancang untuk
mempengaruhi pemakai informasi atau disebut menghasilkan salah saji
informasi.
Auditor mengeluarkan
Klien atau komite Auditor laporan yang diandalkan
audit menugaskan oleh para pemakai untuk
mengurangi risiko informasi
auditor

Pemberi Modal
Klien Pemakai Eksternal
Klien menyerahkan laporan
keuangan kepada pemakai

Gambar 1:
Hubungan Antara Auditor, Klien, dan Pemakai Eksternal

4. Data yang sangat banyak memperbesar kemungkinan dimasukkannya


informasi yang dicatat secara tidak tepat ke dalam catatan yang mungkin
tersembunyi dalam sejumlah besar informasi lainnya.
5. Diperlukan audit ketaatan, dimana pelaksanaannya adalah untuk
menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau

5
ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi,
misalkan SEC.
6. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson pada kasus ini merupakan
contoh penyalahgunaan keahlian sebagai auditor independen, KAP Arthur
Anderson telah melakukan berbagai pelanggaran kode etik
profesionalisme, termasuk pelanggaran hukum melalui kelalaian yang
disengaja demi mencapai kepentingan top management WorldCom dan
mengabaikan posisi auditor internal klien yang mencoba mencari kejelasan
atas ketidakwajaran dalam laporan keuangan WorldCom.

C. Simpulan

Menurut kelompok kami berdasarkan contoh kasus dan hasil analisis kasus
WorldCom, dapat disimpulkan bahwa diperlukan badan atau dewan pengawas
untuk memonitor setiap KAP yang ada agar dapat mengurangi pelanggaran kode
etik profesi serta pelanggaran hukum yang dilakukan oleh oknum atau bahkan
KAP itu sendiri terhadap kliennya maupun atas permintaan klien untuk
melakukan kecurangan demi kepentingan golongan.

Sebagai KAP yang ditunjuk oleh klien, jika klien memaksa KAP untuk
membantu dalam melakukan sebuah kecurangan yang dapat merugikan
perusahaan dan negara di masa sekarang maupun yang akan datang, sebaiknya
KAP tetap bersikap netral dan profesional karena kredibilitas KAP sangat
dipertaruhkan (berdasarkan kasus WorldCom). Disisi lain, hukuman pidana dapat
dikenakan kepada KAP &/ perusahaan (klien) bersamaan dengan hukuman
perdata. Oleh sebab itu, baik perusahaan (klien) maupun KAP sebaiknya tetap
berpedoman teguh pada setiap ketentuan hukum, norma dan kode etik yang ada
demi menjaga keberlangsungan perusahaan masing-masing.

6
SUMBER PUSTAKA

Arens, Alvin A., Elder, Randal J., dan Beasley, Mark S. 2014. Jasa Audit & Jasa
Assurance - Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta: Penerbit
Erlangga.

http://mangkok-garpu.blogspot.com/2015/09/kasus-pelanggaran-etika-
profesi_97.html?m=1, diunggah oleh umi kalsum pada Rabu 30 September
2015. Diakses pada Rabu 11 September 2019, 12:54 WIB.

https://www.kompasiana.com/trisma/5cec940295760e3ce428a5b4/kasus-skandal-
akuntansi-pada-word-com, diunggah oleh Rismawati pada Selasa 28 Mei
2019, 09:08. Diakses pada Rabu 11 September 2019, 13:02 WIB.

https://yvesrey.wordpress.com/2011/02/10/kasus-skandal-akuntansi-pada-
worldcom/, diunggah oleh yvesrey pada Kamis 10 Februari 2011. Diakses
pada Rabu 11 September 2019, 13:10 WIB.

Anda mungkin juga menyukai