Anda di halaman 1dari 16

PERIKLANAN DAN ETIKA

Dibuat untuk memenuh salah satu Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis
Dosen Pengampu : Irawan Wibisonya S.P., M.Si

DISUSUN OLEH :
ASRORI LATFI NIM : 195503641
FEBRY ISWANTO NIM : 195503678
MEY MEGA ASRTUTI NIM : 185503510
SHINDY AFRILA AHMAD NIM : 195502926
YUNITA DAMAYANTI NIM : 105503969

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS PUTRA BANGSA

Jl. Ronggowasirto No.18 Sudagaran,Kedawung,Kec.Pejagoan, Kebumen

JAWA TENGAH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Pengertian Periklanan.........................................................................................5
2. Periklanan dan Kebenaran...........................................................................7
3. Manipulasi Dalam Iklan................................................................................8
4. Pengontrolan Terhadap Iklan.....................................................................11
5. Kontrol terhadap iklan dapat dilakukan oleh:............................................11
6. Penilaian Etis terhadap Iklan......................................................................11
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................15
DAFTAR PUSAKA...........................................................................................................16
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyusun tugas studi kelayakan bisnis “Aspek Pasar”
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat memberikan pengetahuan dan
menambah informasi tentang aspek pasar. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, karena dari itu kekurangan yang ada dalam makalah
ini baik dalam penyusunan makalah, tata bahasa, etika maupun isi, kami tim penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari Bapak Dosen
kami jadikan sebagai bahan evaluasi. Semoga makalah ini dapat diterima sebagai
bahan pembelajaran dan menambah intelektual bangsa.

Hormat kami,

Tim penulis.
BAB I
PENDAHULUAN

Periklanan atau reklame adalah bagian tak terpisahkan dari bisnis modern. Iklan
dianggapsebagai cara ampuh untuk menonjol dalam persaingan. Dalam
perkembangan periklanan, media komunikasi modern : media cetak maupun
elektronis, khususnya televisi memegang peranan dominan. Fenomena
periklanan ini menimbulkan perbagai masalah yang berbeda.Periklanan dilatar
belakangi suatu ideologi tersembunyi yang tidak sehat, yaitu
ideologikonsumerisme atau apapun nama yang ingin kita pilih untuk itu. Ada
dua persoalan etis yangterkait dalam hal periklanan. Yang pertama
menyangkut kebenaran dalam iklan. Mengatakanyang benar merupakan salah
satu kewajiban etis yang penting. Persoalan etis yang kedua adalahmemanipulasi
public yang menurut banyak pengamat berulang kali dilakukan melalui upaya
periklanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Periklanan

Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang


bermaksud mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen. Dengan ini,
iklan berfungsi mendekatkan konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seluruh
kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada
konsumen.
Dengan kata lain: iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan
barang produsen dapat dijual kepada konsumen.
Iklan menjadi sebuah alat saat terjadi produksi dalam skala besar guna
mencari konsumen. Dengan perkembangan teknologi komunikasi sekarang ini, iklan
sering di pandang sebagai sebuah pemborosan karena biaya pasang iklan di media
sangat besar. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena iklan tidak
menambah sesuatu pada produk dan tidak meningkatkan kegunaan bagi konsumen.
Periklanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis,
dan selalu mendapatkan perhatian dari masyarakat luas. Akan tetapi muncul
kekhawatiran bahwa iklan yang setiap hari di komunikasikan melalui media massa itu
pada umumnya tidak mendidik, tetapi justru menyebarluaskan selera yang rendah.
Dari segi moral, iklan tidak mempunyai nilainilai informatif, karena semata-mata
hanya demi keuntungan para produsen saja. Iklan menjadi sebuah alat saat terjadi
produksi dalam skala besar guna mencari konsumen. Dengan perkembangan
teknologi komunikasi sekarang ini, iklan sering di pandang sebagai sebuah
pemborosan karena biaya pasang iklan di media sangat besar. Namun hal tersebut
tidak sepenuhnya benar karena iklan tidak menambah sesuatu pada produk dan
tidak meningkatkan kegunaan bagi konsumen.
1. Fungsi Iklan

Iklan dilukiskan sebagai komunikasi antara produsen dan pasaran, antara penjual
dan calon pembeli. Dalam proses momunikasi itu iklan menyampaikan sebuah
‘’pesan’’. Dengan drmikian kita mendapat kesan bahwa periklanan terutama
bermaksud memberi informasi seolah-olah tujuannya yang terpenting adalah
memperkenalkan sebuah produk atau jasa.

Fungsi iklan dibedakan menjadi empat yaitu :


a. Informing, Iklan dengan tujuan menginformasikan sesuatu hal yang baru atau hal
yang penting bagi masyarakat: iklan layanan masyarakat
 b. Persuading, Iklan dengan tujuan mengajak masyarakat untuk membeli produk
atau menggunakan jasa yang ditawarkan produsen
  c. Reminding, iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para
konsumen. 
d. Adding value, periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan
mempengaruhi persepsi konsumen

Iklan sbg pemberi informasi, ada 3 pihak yang terlibat dan bertanggungjawab secara
moral atas informasi tsb:
(i) Produsen, yang memiliki produk
(ii) Biro Iklan, yang mengemas iklan dalam
segala dimensinya: etis, estetik,
informatif, dsb.
(iii) Bintang Iklan, model, atau pelaku
dalam tayangan, photo, gambar iklan.

Ciri – ciri iklan yang baik adalah


· Etis : berkaitan dengan kepantasan
· Estetis : berkaitan dengan kelayakan(target market, target audiennya, kapan
harus ditayangkan)
· Artistik : bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak
2. Periklanan dan Kebenaran

Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reputasi baik sebagai pelindung atau
pejuang kebenaran. Sebaliknya, kerap kali iklan terkesan suka membohongi,
menyesatkan, dan bahkan menipu publik. Tentu saja; pembohongan, penyesatan,
dan penipuan merupakan [erbuatan yang sekurang-kurangnya tidak etis.
Jika kita ingin mengevaluasi moralitas periklanan, perlu kita perhatikan secara
khusus unsur ‘’maksud’’ dalam pembuatan berbohong. Bisa saja iklan mengatakan
sesuatu yang tidak benar, tapi dalam hal ini tidak ada kesengajaan.
Dalam konteks periklanan, jauh lebih penting adalah maksud dalam arti kedua
yaitu maksud agar orang lain percaya. Disini perlu diperhatikan pembedaan yang
disebut tadi antara iklan informatif dan iklan persuasif, atau antara unsur informasi
dan unsur promosi dalam iklan. Unsur informasi selalu harus benar, karena selalu
diberikan agar orang percaya. Informasi yang tidak benar akan menipu publik yang
dituju.
Di samping itu iklan mempunyai juhga unsur promosi. Iklan merayu konsumen.
Iklan ingin mengiming-iming calon pembeli. Karena itu bahasa periklanan
mempergunakan retorika tersendiri. Ia menandaskan bahwa produknya adalah yang
terbaik atau nomer satu dibidangnya.
Isi Iklan tidak bisa menjamin kebenaran secara utuh, sehingga iklan sering
dianggap membohongi dan menipu masyarakat, sehingga masyarakat menjadi
apriori (tidak percaya) terhadap iklan. Sehingga sangat penting untuk melibatkan
unsur etika dan moral dalam pembahasan kebenaran iklan
Dari segi etis perlu dibahas mengenai kebohongan yang disampaikan dalam sebuah
iklan dengan menambahkan 2 unsur :
1. unsur kesengajaan
2. unsur agar orang lain percaya
Iklan juga mempunyai unsur promosi sehingga bahasa iklan kadang dilebih2kan
untuk menarik minat konsumen. Iklan juga tidak sepenuhnya berbohong dengan
menyembunyikan sedikit kebenaran dan menyampaikan kebenaran yang lain,
sehingga tidak seluruh kebenaran dapat diterima oleh konsumen
Contoh Penerapan Etika dalam Periklanan:
- Iklan rokok : Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok.
- Iklan pembalut wanita : Tidak memperlihatkan secara realistis dengan
memperlihatkan daerah kepribadian wanita tersebut.
- Iklan sabun mandi : Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara
utuh.

3. Manipulasi Dalam Iklan

Secara etis, iklan manipulatif jelas dilarang karena iklan semacam benar-benar
memanipulasi manusia, dan segala aspek kehidupannya, sebagai alat demi mencapai
tujuan. Iklan persuasif sangat beragam sehingga kadang sulit untuk dinilai etis
tidaknya.
Masalah periklanan terutama berkaitan dengan segi informatif dari iklan(tapi
tidak secara eksklusif), sedangkan masalah manipulasi terutama berkaitan dengan
segi persuasif dari iklan(tapi tidak terlepas juga dari segi informatifnya). Dengan
‘’manipulasi’’kita dimaksudkan: mempengaruhi kemauan orang lain sedemikian
rupa, sehingga ia menghendaki atau menginginkan sesuatu yang sebenarnya tidak
dipilih oleh orang itu sendiri.
Tidak jarang kampanye periklanan yang paling gencar pun gagal total, bukan
karena dijalankan dengan kurang profesional melainkan karena produknya tidak
berkumandang pada publik konsumen. Tidak mustahil dalam keadaan ekdtrem iklan
iklan bisa memanipulasi juga dan kalau begitu aklan macam itu pasti tidak etis. Lebih
lanjut kita membicarakan dua cara untuk sungguh-sungguh memanipulasi orang
dengan periklanan.
ü Cara pertama adalah apa yang disebut subliminal advertising. Dengan istilah ini
dimaksudkan teknik periklanan yang sekilas menyampaikan suatu pesan dengan
begitu cepat, sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi tinggal dibawah
ambang kesadaran.
ü Cara periklanan yang kedua pasti bersifat manipulatif dalah iklan yang ditujukan
kepada anak. Iklan seperti itu pun harus dianggap kurang etis, karena anak belum
bisa mengambil keputusan dengan bebas dan sangat sensitif terhadap pengaruh dari
luar.

ETIKA YANG TIMBUL KARENA IKLAN


Persoalan:
1. Iklan merongrong kebebasan (otonomi) manusia.
Dalam banyak kasus jelas terlihat, di mana manusia seakan didikte oleh iklan dan
seakan tunduk pada kemauan iklan, khususnya iklan manipulatif dan persuasif yang
tidak rasional. Pada fenomena iklan manipulatif, manusia benar-benar menjadi objek
untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dan tidak sekedar diberi informasi
untuk membantunya memilih produk tertentu. Manusia modern seakan jadi budak
iklan.
2. Iklan manipulatif dan persuasi non-rasional menciptakan kebutuhan manusia dan
menjadikan manusia modern menjadi konsumtif.
Secara ekonomis hal ini baik karena akan menciptakan permintaan dan ikut
menaikkan daya beli masyarakat, dan memacu produktivitas kerja manusia demi
memenuhi kebutuhan. Dipihak lain muncul masyarakat konsumtif yang membeli
produk bukan semata-mata ‘kebutuhan’
3. Yang menjadi persoalan etis bahwa iklan membentuk dan menentukan identitas
manusia modern. Manusia modern merasa belum menjadi dirinya kalau belum
memiliki barang sebagaimana ditawarkan oleh iklan.
4. Di Indonesia dengan tingkat perekonomian yang rendah merongrong rasa keadilan
sosial masyarakat. Iklan serba mewah, ironis dengan keadaan perekonomian kita .

KEJUJURAN DAN MANIPULASI DALAM IKLAN


Iklan yang membuat pernyataan yang salah atau tidak benar, yaitu tidak
sesuai dengan kenyataan dan memang diketahui tidak benar oleh pembuat iklan dan
produsen barang tsb, dengan maksud untuk memperdaya atau mengecoh konsumen
adal;ah sebuah tipuan dan harus dinilai sebagai iklan yang tidak etis. Demikian pula
iklan yang secara sengaja menyembunyikan kenyataan negatif, jelas itupun dianggap
penipuan. Penipu dan berbohong disini berbeda, misalnya: iklan yang memberi
informasi yang salah – bukan iklan yang menipu melainkan iklan yang bohong.
Karena itu secara moral tidak dikutuk.
Namun apabila telah diketahui bahwa apa yang dikatakan dalam iklan itu
tidak sesuai dengan kenyataan, antara lain melaui pengaduan konsumen – iklan
semacam itu harus dicabut ! Jika tidak ini sudah dianggap menipu – dan harus
dikutuk secara moral.
Yang lebih sulit adalah bahwa dalam kenyataan praktis tidak gampang menilai
sejauh mana iklan yang bohong atau sudah mengarah pada menipu.
Menipu “positif”:secara sengaja mengatakan hal yang tidak dalam kenyataan dengan
maksud memperdaya orang lain.
Menipu “negatif”: secara sadar tidak mengatakan (me-nyembunyikan) kenyataan
yang sebenarnya (kenyataan yang tidak baik, berbahaya) sehingga orang
terperdaya.
TIGA KONDISI YANG DIKATEGORIKAN ‘MENIPU’:
1. Pernyataan yang salah secara sengaja dengan maksud memperdaya orang lain
2. Pernyataan yang salah itu berkaitan dengan janji kepada pihak yang dituju untuk
mengatakan apa adanya,
3. Pernyataan yang salah itu diberikan kepada orang yang berhak mengetahui
kebenarannya.
Contoh pertama sudah jelas, contoh kedua dan ketiga adalah pejabat
pemerintah yang berjanji kepada wartawan dan masyarakat untuk mengungkap
tuntas dan benar suatu kasus yang menghebohkan, dan ternyata pernyataan yang
diberikan tidak sesuai kenyataan. Jadi, meski pejabat itu tidak punya maksud
memperdaya wartawan dan masyarakat, tetapi karena dia sudah berjanji akan
meng-ungkap kasus itu apa adanya, maka pernyataannya yang tidak sesuai itu tetap
dianggap telah menipu publik.
Dengan menggunakan kriteria terakhir, yaitu bahwa pernyataan salah
disampaikan kepada orang yang berhak mengetahui kebenarannya, maka kita dapat
menjawab persoalan iklan di atas dengan mengatakan bahwa karena konsumen
adalah pihak yang berhak memperoleh informasi yang benar tentang produk apa
saja, iklan yang mengatakan
tidak benar ttg produk dianggap menipu, secara moral dikutuk.
4. Pengontrolan Terhadap Iklan

Kontrol terhadap iklan dapat dilakukan oleh:

1. Pemerintah
Pemerintah mengeluarkan peraturan yang tegas untuk mengatur iklan yang ada di
masyarakat. Di sini terletak suatu tugas penting bagi pemerintah yang harus
melindungi masyarakat konsumen terhadap keganasan periklanan. Mungkin dalam
hal ini bisa kita belajar dari amerika serikat. Tidak ada negara lain dimana praktek
periklanan begitu maju dan begitu intensif, namun disitu pun ada instansi-instansi
pemerintah yang mengawasi praktek periklanan dengan cukup efisien.
2. Para pengiklan
Para pengiklan membentuk sebuah badan atau asosiasi untuk mengawasi para
produsen dalam menyampaikan iklan produk/jasa mereka, Cara paling ampuh untuk
menanggulangi masalah etis tentang periklanan adalah pengaturan diri(self-
regulation) oleh dunia periklanan. Biasanya dilakukan dengan menyusun sebuah
kode etik, sejumlah norma dan pedoman yang disetujui oleh profesi periklanan itu
sendiri, khususnya oleh asosiasi biro-biro periklanan.
3. Masyarakat
Masayarat menggunakan etika moral mereka saat melihat iklan yang disampaikan
produsen. Masyarakat luas tentu harus diikutsertakan dalam mengawasi mutu etis
periklanan. Dalam hal ini suatu cara yang terbukti membawa banyak hasil dalam
menetralisasi efek-efek negatif dari periklanan adalah mendukung dan
menggalakkan lembaga-lembaga konsumen.

5. Penilaian Etis terhadap Iklan

Suatu penilaian yang diberikan terhadap adanya iklan tidak lepas dari
pemikiran moral. Dalam hal ini prinsip-prinsip etis ternyata tidak cukup untuk
umenilai moralitas sebuah iklan karena didalam penerapannya banyak faktor lain
yang ikut berperan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Maksud si pengiklan
Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan
tersebut menjadi tidak baik juga. Dalam kasus iklan operator seluler, penonton dapat
menarik kesimpulan dari iklan tersebut bahwa Sule selaku model dalam iklan
sebelumnya merasa kapok atau mungkin tidak puas dengan fitur-fitur yang ada di
produk sebelumnya, kemudian ia berpindah ke produk sekarang yang menurutnya
jauh lebih memuaskan. Sehingga maksud dari pengiklan dapat diterima dengan jelas
oleh para penonton walau dengan pengangkapan yang berbeda, karena sebagian
penonton akan berpikir bahwa produk yang baru dengan model Sule bermaksut
untuk menjatuhkan produk sebelumnya.

2. Isi iklan
Isi iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan,
dan tidak bermoral. Dalam persaingan yang dilakukan antar operator seluler Si
merah dan Si biru, sebagian besar penonton akan menganggap hal tersebut sebagai
sebuah lelucon karena model utamanya merupakan seorang pelawak, sehingga isi
dari iklan tersebut akan mudah ditangkat. Begitu pula dengan manipulasi yang
dilakukan oleh beberapa produk kecantikan, terlihat bahwa hal tersebut dapat
mempengaruhi pemikiran penonton karena model yang ditampilkan terlihat
‘sempurna’ dengan produk dan perlengkapan make up yang digunakan dari produk
yang diiklankan.

3. Keadaan publik yg dituju


Sasaran iklan harus jelas yaitu publik yang dapat membuat keputuasan
berdasarkan etika moral, serta publik juga harus mempunyai informasi yg cukup
mengenai produk/jasa tsb, dan publik juga mempunyai badan yg melindungi mereka
Contoh kasus periklanan dan etika

Pelanggaran Iklan Mie Sedap Melecehkan Guru

KPI Pusat mengimbau semua stasiun televisi untuk memperbaiki adegan dalam
tayangan iklan “Mie Sedap” sebelum tayang kembali. Menurut KPI tayangan yang
terdapat dalam iklan tersebut tidak memperhatikan norma dan nilai yang berlaku
dalam lingkungan sekolah, memperolok tenaga pendidik (guru) dan merendahkan
sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Teguran dan penjelasan tersebut tertuang dalam surat imbauan KPI Pusat yang
ditandatangani Ketua KPI Pusat, Dadang Rahmat Hidayat, kepada semua stasiun
televisi, Rabu, 28 Desember 2011.
Adapun adegan pelanggaran yang dimaksud dalam iklan “Mie Sedap” yakni adegan
seorang guru yang memegang sebuah produk mie dan di kepalanya bertengger
seekor ayam.
Dalam surat imbauan itu, KPI meminta kepada semua stasiun televisi untuk
menjadikan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI
tahun 2009 sebagai acuan utama dalam menayangkan sebuah program siaran. KPI
akan terus melakukan pemantauan terhadap iklan tersebut. Bila ditemukan adanya
pelanggaran, KPI akan memberikan sanksi administratif.
BERIKUT HIMBAUAN YANG DI BERIKAN KPI
Tgl Surat :
28 Desember 2011
No. Surat:
822/K/KPI/12/11
Status :
Imbauan
Stasiun TV:
Seluruh Stasiun TV
Program:
Iklan “Mie Sedap”
Deskripsi Pelanggaran
Pada Iklan tersebut ditemukan penayangan adegan seorang guru yang memegang
sebuah produk mie dan di kepalanya bertengger seekor ayam. KPI menilai bahwa
adegan tersebut tidak layak ditayangkan. KPI mengimbau kepada seluruh lembaga
penyiaran yang masih dan/atau akan menayangkan iklan tersebut untuk segera
melakukan perbaikan dengan cara melakukan editing pada adegan sebagaimana
dimaksud di atas.
Adegan iklan tersebut terdapat sebuah ayam diatas kepala seorang Guru yang
sedang memegang mie hal ini merupakan hal  yang tidak sopan, terlebih kepada
seorang guru yang merupakan profesi mulia dengan mengajarkan pendidikan kepada
generasi penerus bangsa, di dalam iklan tersebut juga menggambarkan suasana
kelas yang jorok dan kotor seharusnya sebuah kelas menggambarkan situasi yang
bersih dan nyaman agar pada siswa dapat nyaman menerima pelajaran di kelas.
BAB III
KESIMPULAN

Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang


bermaksud mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen. Dengan ini,
iklan berfungsi mendekatkan konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seluruh
kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada
konsumen.
Dengan kata lain: iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan
barang produsen dapat dijual kepada konsumen. Iklan menjadi sebuah alat saat
terjadi produksi dalam skala besar guna mencari konsumen.
DAFTAR PUSAKA

“Etika Bisnis dan Etika periklanan “


https://fadjaralam.blogspot.com/2015/11/etikabisnis-etikaperiklanan.html (diakses
pada 7 Juni 2022)

https://fikkyariefsetiawan.wordpress.com/2016/11/08/pelanggaran-iklan-mie-
sedap-melehcehkan-guru/ (diakses pada 7 Juni 2022)

Anda mungkin juga menyukai