ETIKA BISNIS
“Kasus Etika Produksi dan Pemasaran Konsumen Serta Iklan dan Dimensi Etisnya”
Dosen Pengampu : Krisdanu Purwana, SE., M. Si.
Kelompok 2 :
1. Ai Ratmini (175109028)
2. Amia Pramayasti (175109118)
3. Anisa Nurmuslimah (175109072)
4. Devi Genesis (175109098)
5. Dewi Kurnia (175109154)
6. Eka Indrianti (175109084)
7. Fitri Riyani (175109083)
Kelas : Akuntansi Pagi A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alah SWT yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Etika Bisnis dan Profesi yang berjudul “Kasus Etika Produksi dan Pemasaran
Konsumen dan Kasus yang berkaitan dengan Iklan dan Dimensi Etisnya” dapat
selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya
tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan
moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Krisdanu Purwana, SE., M. Si. selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis dan
Profesi STIEB Perdana Mandiri.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat terselesaikan.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
1 BAB I .......................................................................................................................... 1
2 BAB II ........................................................................................................................ 2
2.2 Contoh Kasus Yang Berkaitan Dengan Iklan Dan Dimensi Etisnya ............. 6
ii
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
2 BAB II
PEMBAHASAN
2
kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang mengetahui terlebih
dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie.
A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang
terkandung di dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid
(asam benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk
dan tahan lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam
pemakaian untuk produk kosmetik sendiri pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal
0,15%.
Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya
bagi manusia dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar
Indomie mengandung nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie
instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar
dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah.
Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi
yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram
dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh
yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit
kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius
Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional
tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan
merupakan anggota Codec. Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya
untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan karena standar di antara kedua negara berbeda
maka timbulah kasus Indomie ini.
3
2.1.2 Komentar dan saran dari artikel di atas :
Dari pembahasan diatas terdapat beberapa faktor yang menjadikan
produk indomie dilarang dipasarkan dinegara Taiwan. Beberapa faktor
dianataranya adalah harga yang di tawarkan, bahan dasar atau zat pengawet
yang digunakan dan aturan standarisasi. Jika dari harga, harga yang ditawarkan
indomie lebih murah dibanding dengan makanan sejenis dengan kualitas yang
sama, serta zat pengawet atau bahan pengawet yang digunakan indomie
dikatakan berbahaya karena telah melebihi standar pemakaian di Taiwan,namun
menurut Ketua BPOM Kustantinah kadar kimia yang ada dalam Indomie masih
dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi. Sedangkan aturan Negara
masing-masing yang memiliki pandangan berbeda, indonesia yang merupakan
anggota Codex Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu
kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu , gizi dan kemanan
produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.
Jadi jelas etika dalam berbisnis sangat perlu diperhatikan sehingga
masalah yang sekiranya akan terjadi dapat di selesaikan dengan baik tanpa
harus ada salah satu pihak yang dirugikan.
4
telah mengeluarkan larangan penggunaan Diklorvos untuk pestisida dalam
rumah tangga sejak awal 2004 (sumber : Republika Online). Hal itu membuat
kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh
berusaha melindungi masyarakat umum sebagai konsumen. Produsen masih
dapat menciptakan produk baru yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi
pemerintah.
5
2.2 Contoh Kasus Yang Berkaitan Dengan Iklan Dan Dimensi Etisnya
2.2.1 Kasus Iklan So Nice “So Good”
Iklan So Nice "So Good", "Fakta Bicara" oleh Badan Pengawasan
Periklanan, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) diputuskan
melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI).
Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Periklanan (BPP)
PPPI telah disampaikan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Pada
iklan TV So Nice "So Good", pelanggaran EPI terjadi pada pernyataan bahwa
mereka yang mengkonsumsi produk yang diiklankan akan tumbuh lebih tinggi
daripada yang tidak. Menurut EPI BAB IIIA No. 1.7 menyatakan bahwa: "Jika
suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka
dasar-daasr jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan. KPI Pusat juga
mengingatkan kepada para pembuat iklan dan televisi bahwa dalam Pasal 49
ayat (1) Standar Program Siaran (SPS) KPI Tahun 2009 telah dinyatakan bahwa
iklan wajib berpedoman kepada EPI.
Selanjutnya KPI Pusat meminta kepada semua stasiun TV untuk
mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS)
Tahun 2009 dan EPI.
Diposkan oleh Dunia TV di 20:00
6
membantu mereka untuk berkomunikasi kepada konsumen dengan
menggunakan media yang tepat dan pesan yang efektif.
Di sinilah peranan industri periklanan di Indonesia yang menjembatani
komunikasi antara produsen dan konsumennya. Sejalan dengan semakin
besarnya dunia pemasaran, maka semakin berkembang pula industri periklanan
di tanah air. Saat ini industri periklanan di Indonesia adalah salah satu yang
terbesar di dunia. Hal ini disebabkan konsumen Indonesia belum mengalami
kejenuhan terhadap iklan seperti halnya yang terjadi di negara lain. Industri
iklan terus meroket dengan belanja iklan yang terus naik setiap tahunnya. Pada
tahun 2006 saja belanja iklan Indonesia mencapai tujuh trilyun rupiah. Saat ini
pemirsa Indonesia dikelilingi oleh jumlah iklan terbanyak dari yang pernah
terekam dalam sejarah industri ini di Indonesia. Pemirsa TV Indonesia, sebagai
contoh, menjadi sasaran 3.650.000 spot iklan TV setiap tahun, atau 10.000 spot
setiap hari, atau setara dengan 42 spot setiap jam. Dengan kata lain, setiap dua
menit acara ada satu menit iklan (Subramaniam, 2006: 39).
Besarnya jumlah uang yang berputar di industri iklan bagaikan
manisnya gula yang terus memancing datangnya “semut-semut” baru untuk
terjun di dalam industri ini. Banyak perusahaan-perusahaan iklan (advertising
agency) global yang membuka kantornya di Indonesia bersama dengan ratusan
perusahaan iklan lokal memperebutkan kue iklan yang sangat besar itu.
Karena besarnya jumlah uang yang di raup dalam setiap penayangan
iklan, tidak sedikit pula perusahaan yang tidak memperhatikan etika dalam
periklanan seperti contoh kasus iklan “ so nice so good “, dalam iklan tersebut
terselip kata persuasive “akan lebih tinggi dari pada yang tidak makan sosis
“untuk mempengaruhi customer mengkonsumsi product sosis mereka.
Kebenaran dalam iklan berkaitan dengan fungsi informative.Hal ini
menunjukkan adanya manipulasi makna karena kata–kata tersebut adalah hal
yang tidak dapat dipertanggungjawabjkan dalam etika periklanan.
7
3 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perusahaan seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen
yang menggunakan produknya karena dengan meletakkan keselamatan
konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas
konsumen terhadap produk itu sendiri.
Jadi jelas etika dalam berbisnis sangat perlu diperhatikan sehingga
masalah yang sekiranya akan terjadi dapat di selesaikan dengan baik tanpa
harus ada salah satu pihak yang dirugikan.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://risyamariyam15.blogspot.com/2016/10/bab-10-iklan-dan-dimensi-etisnya.html
http://adey-am20.blogspot.com/2010/11/contoh-kasus-pelanggaran-etika-bisnis.html
http://pandji99.wordpress.com/2011/09/24/etika-bisnis-contoh-kasus-indomie-di-
taiwan/
iii