Anda di halaman 1dari 34

KONSEP

PESERTA DIDIK
Oleh : Kelompok 10
Fariha Rizqi Amelia (21050404028)
Ghefira Azizah Nur (21050404011)
Fatayana Nidaatus S (21050404035)
Puput Isabella (21050404038)
Karakteristik Peserta Didik

Perkembangan Peserta Didik

KONSEP Latar Belakang Akademik dan


PESERTA Sosial Peserta Didik

DIDIK Kesulitan Belajar Siswa dan


Bimbingan Belajar Siswa

Taksonomi Perilaku Individu


Bloom
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Apa itu karakteristik
peserta didik?

Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh
seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakteristik peserta didik dapat diartikan keseluruhan pola kelakukan atau
kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya
dalam mencapai cita-cita atau tujuannya.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman atas karakteristik peserta didik dimaksudkan
untuk mengenali ciri-ciri dari setiap peserta didik yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa
peserta didik dan sebagai informasi penting yang nantinya dijadikan pijakan dalam menentukan berbagai metode
yang optimal guna mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Ragam Karakteristik
Peserta Didik

Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau


tidak, sangat ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik
tentang karakteristik yang dimiliki peserta didiknya. Pemahaman karakteristik
peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai, aktivitas
yang perlu dilakukan, dan assesmen yang tepat bagi peserta didik. Atas dasar
ini sebenarnya karakteristik peserta didik harus menjadi perhatian dan pijakan
pendidik dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran.

Karakteristik peserta didik meliputi:


 Etnik  Gaya belajar
 Kultural  Motivasi
 Status Sosial  Perkembangan emosi
 Minat  Perkembangan sosial
 Perkembangan Kognitif  Perkembangan moral dan spiritual
 Kemampuan awal  Perkembangan motoric
Faktor Penting Dalam Menganalisis
Karakter Peserta Didik

Smaldino dkk, mengemukakan empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis
karakter siswa adalah sebagai berikut:

Motivasi Karakteristik umum

Kompetensi atau
Gaya Belajar
Kemampuan Awal
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Pengertian
Perkembangan Peserta
Didik

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang terjadi pada setiap individu yang berawal pada masa
konsepsi baik dalam struktur maupun fungsi (fisik maupun spikis) yang terjadi secara teratur dan terorganisasi
dan berlangsung sepanjang hayat. Untuk Peserta Didik sendiri merupakan individu yang memiliki potensi
fisik yang psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi khas yang dimilikinya ini
perlu dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal

Jadi, Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan psikologi
perkembangan yang secara khusus mempelajarai aspek-aspek perkembangan individu yang berada
pada tahap usia sekolah dan sekolah menengah. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan
berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah
titik optimal kemampuan fitrahnya.
Tujuan Mempelajari
Perkembangan
Peserta Didik

Untuk mengetahui tingkah laku individu itu sesuai atau tidak


01 dengan tingkat usia/perkembangannya.

Agar dapat memilih, memberikan materi, dan metode yang sesuai


02 dengan kebutuhan anak, terutama dalam kegiatan proses belajar
mengajar.

03 Mempelajari penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang


03 seperti kenakalan, kelainan dalam fungsional inteleknya, dan lain
– lain.
Manfaat mempelajari
Perkembangan Peserta Didik

01 Bagi Pendidik :

a. Memberikan gambaran tentang perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupan beserta


faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang meliputi aspek fisik, intelektual, emosi, dan moral
b. Memberi gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai dengan tahapan
perkembangan peserta didik.

02 Bagi Peserta Didik :

03konsep-konsep perkembangan peserta didik sebagai indvidu


a. Memiliki pengetahuan tentang
maupun makhluk sosial dalam menjalani tahapan perkembangan dari prenatal hingga lanjut usia
b. Mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam proses pembelajaran sesuai dengan
tahapan perkembangannya.
Faktor-faktor yang
Berpengaruh pada
Perkembangan Peserta Didik

Faktor internal adalah faktor


Faktor keturunan, bakat yang dimiliki dan
Internal proses pematangan fungsi kognitif.

Faktor ekstemal adalah lingkungan


Faktor sekitarnya dan proses belajar
Eksternal peserta didik
Periode dan Tugas Perkembangan

1) Periode Bayi

Menurut Yusuf LN dalam Agustina (2018) periode bayi merupakan masa perkembangan yang merentang dari
kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Masa dasar pembentukan pola prilaku, sikap, dan ekpresi emosi.
b) Masa pertumbuhan dan perubahan berjalan cepat, baik fisik maupun psikologis.
c) Masa kurangnya ketergantungan.
d) Masa meningkatnya individualis, yaitu saat bayi mengembangkan halhal yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
e) Masa permulaan sosialisasi.
f) Masa permulaan berkembangnya penggolongan peran seks, seperti terkait dengan pakaian yang dipakaikanya.
g) Masa yang menarik, baik bentuk fisik maupun prilakunya.
h) Masa berbahaya, baik fisik (seperti kecelakaan) atau psikologis (karena prilaku yang buruk).
Periode dan Tugas Perkembangan

2) Periode Awal 3) Periode 4) Periode remaja 5) Periode Dewasa


Anak Pertengahan dan
Periode awal anak
Akhir Anak Periode remaja adalah Dewasa adalah periode
adalah periode Periode ini adalah masa masa transisi antara masa perkembangan yang bermula
perkembangan perkembangan yang anak dan masa dewasa, pada akhir usia belasan tahun
terentang dari usia 6 terentang dari usia sekitar atau awal usia dua puluhan
yang merentang
hingga 10 atau 11 tahun. 12/13 tahun sampai usia tahun dan berakhir pada usia
dari akhir masa tuga puluhan tahun. Ini adalah
Masa ini sering disebut 19/20 tahun, yang ditandai
bayi hingga 5 atau dengan perubahan dalam masa pembentukan kemandirian
6 tahun. masa sekolah dasar.
aspek biologis, kongnitif, pribli dan ekonomi, masa
periode ini sosioemosional. Yang perkembangan karir, dan bagi
kadang-kadang menjadi tugas kunci banyak orang, masa pemilihan
disebut juga tahun- remaja adalah persiapan pasangan, belajar hidup dengan
menghadapi masa dewasa. seseorang secara akrab,
tahun prasekolah.
memulai keluarga, dan
mengasuh anak-anak.
LATAR BELAKANG
AKADEMIK DAN SOSIAL
Latar Belakang
Akademik
Latar belakang peserta didik merupakan sesuatu yang mendasari terjadinya hal positif maupun negatif seorang
peserta didik. Seorang peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Latar belakang dalam
karakteristik kemampuan awal peserta didik yang perlu dipahami oleh guru yakni ada 2 yaitu latar belakang
akademik dan latar belakang sosial. Dalam latar belakang akademik terbagi menjadi 10 aspek diantaranya :
a. Jumlah peserta didik
g. Kebiasaan belajar atau gaya belajar
b. Latar belakang peserta didik
h. Minat belajar
c. Indeks prestasi
i. Harapan atau keinginan peserta didik
d. Tingkat Intelegensi
j. Lapangan kerja yang diinginkan
e. Keterampilan membaca
f. Nilai ujian
Latar Belakang Sosial

Latar belakang sosial sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran pada peserta didik secara fisik
maupun psikis. Oleh karena itu sangat penting seorang guru memahami latar belakang sosial seorang
peserta didik. Dalam latar belakang sosial terdapat beberapa faktor-faktor sosial, diantaranya :

a. Usia
b. Kematangan (maturity)
c. Rentangan perhatian (attention span)
d. Bakat- bakat istimewa
e. Hubungan dengan sesama peserta didik
f. Keadaan sosial ekonomi
Kesulitan Belajar Siswa dan
Bimbingan Belajar Siswa
Kesulitan Belajar Siswa

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu


untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun
fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang
dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya learning


disorder, learning disfunction, underachiever, slow learner, dan learning
disabilities.
Tolak Ukur Dalam Menentukan
Kegagalan atau Kemajuan Belajar
Siswa
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar,
maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas
dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar.

Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa :

(1) Tujuan Pendidikan

(2) Kedudukan dalam kelompok

(3) Tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi

(4) Kepribadian.
Bimbingan Belajar Siswa

Bimbingan menurut Dewa Ketut Sukardi yang dikutip Indrawan (2013:6) mengemukakan bahwa bimbingan belajar
adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar
sehingga setelah melalui proses perubahan dalam belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Layanan
bimbingan belajar merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai
aspek lainnya.
Layanan belajar diharapkan bisa membantu siswa dalam belajar, sehingga tidak lagi mengalami kesulitan-kesulitan
dalam belajar. Jadi dapat disimpulkan, bahwa bimbingan belajar adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang ahli,
baik itu individu maupun kelompok yang mengalami masalah dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan
dalam belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Prosedur Bimbingan Belajar

4. Prognosis
1. Identifikasi Kasus
langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang
merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan
berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan
memerlukan layanan bimbingan belajar. cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil
langkah kedua dan ketiga.

2. Identifikasi Masalah 06 5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)


01 yaitu kegiatan pendukung BK untuk mendapatkan
langkah ini merupakan upaya untuk memahami
jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang
05 penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang
dialami peserta didik atau konseli dengan memindahkan
dihadapi siswa.
02 penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya.

03 04 6. Evaluasi dan Follow Up


3. Diagnosis
cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan
upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk
melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah
melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Taksonomi Perilaku Individu
Bloom
Pengertian Taksonomi
Perilaku Individu Bloom

Perilaku individu ialah segala hal yang terkait dengan tingkah laku individu. Tingkah lau anak-anak
misalnya memiliki karakteristik lucu, menggemaskan, mudah rewel, dan lain sebagainya. Individu juga
memiliki pola fikir, pola dalam merespon terhadap suatu hal, serta aspek emosi atau afeksi didalamnya. Maka
perlu kita pahami suatu studi tentang perilaku yang kiranya dapat mengelompokkan berdasarkan kerangka
berfikir tertentu (taksonomi).

Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta
sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3)
kawasan psikomotor.

Taksonomi perilaku menurut Bloom (Bloom’s Taxonomy/Learning Taxonomy) di atas  menjadi


rujukan penting dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan
Kawasan Kognitif

Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan perilaku peserta didik secara
menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan perilaku. Dengan merujuk pada tulisan Gulo (2005), di bawah
ini akan diuraikan ketiga kawasan tersebut beserta sub-kawasannya.

A. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan pengetahuan
individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa,
tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan.
Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan digolongkan menjadi 2 bagian yaitu, mengetahui sesuatu
secara khusus dan Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu
2. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang
mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi,
informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasikan
dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru.
Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi, translasi, interpretasi, Ekstrapolasi

3. Penerapan (application)

Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan,
mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama.

4. Penguraian (analysis)
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat
penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu Menganalisis unsur, Menganalisis
hubungan, Menganalisis prinsip-prinsip organisasi.
5. Memadukan (synthesis)

Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi
suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini.

6. Penilaian (evaluation)

Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk, atau bermanfaat – tak
bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria
pembenaran yang digunakan, yaitu Pembenaran berdasarkan kriteria internal dan Pembenaran berdasarkan
kriteria eksternal
Kawasan Afektif

B. Kawasan Afektif

Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap,
kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :

1. Penerimaan (receiving/attending)
Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu :
• Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus
(fenomena atau objek yang akan dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi
perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
• Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian pada
stimulus yang bersangkutan.
• Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkin perhatian itu hanya tertuju pada
warna, suara atau kata-kata tertentu saja.
2. Sambutan (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :
• Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh
yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
• Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang
diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
• Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk
memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat
coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.
 
3. Penilaian (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi.
Penilaian terbagi atas empat tahap sebagai berikut :
1. Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih
intensif.
2. Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang
dapat memuaskan perilaku menikmati, misalnya lukisan yang memiliki yang memuaskan.
3. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.
Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan
komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
4. Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada tahap komitmen,
tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua
tahapan, yakni :
• Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi yang
mendasari suatu moral atau kebiasaan.
• Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan tingkat
preferensinya. Dalam sistem nilai ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada tingkat yang
amat penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting, dan seterusnya menurut urutan
kepentingan.atau kesenangan dari diri yang bersangkutan.
 
5. Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai Kalau pada tahap
pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang
bersangkutan. Artinya mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem itu selalu
konsisten. Proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu :
• Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut pandang tertentu.
• Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi corak tersendiri pada kepribadian diri
yang bersangkutan
Kawasan
Psikomotor
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi
sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari kesiapan, peniruan
(imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination).

 Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang
dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan
situasi, menjawab pertanyaan.
 Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti
hakikat atau makna dari keterampilan itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-kata orang tanpa
mengerti artinya.
 Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa harus melihat contoh, sekalipun ia
belum dapat mengubah polanya.
 Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi
tempat keterampilan itu dilaksanakan.
 Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan sendiri suatu karya.
Kawasan
Psikomotor
Sementara itu, Abin Syamsuddin Makmun (2003) memerinci sub kawasan ini dengan tahapan yang berbeda, yaitu :

1. Gerakan refleks (reflex movements). Basis semua perilaku bergerak atau respons terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya :
melompat, menunduk, berjalan, dan sebagainya.
2. Gerakan dasar biasa (Basic fundamental movements) yaitu gerakan yang muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui
praktik, yang terpola dan dapat ditebak.
3. Gerakan Persepsi (Perceptual abilities) yaitu gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual.
4. Gerakan fisik (Physical Abilities) yaitu gerakan yang menunjukkan daya tahan (endurance), kekuatan (strength), kelenturan
(flexibility) dan kegesitan.
5. Gerakan terampil (skilled movements) yaitu dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak secara terampil, tangkas, dan cekatan
dalam melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
6. Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication) yaitu mengkomunikasikan perasan melalui gerakan, baik dalam
bentuk gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah maupun gerak kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat
tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.
TAKSONOMI BLOOM REVISI

Taksonomi mengalami perubahan pada


tahun 2001 yaitu Taksonomi bloom revisi
oleh Andreson dan KartWohl. Nama-nama
dalam taksonomi bloom mengalami
perubahan dari nama dengan kata benda ke
nama dengan kata kerja. Perubahan
tersebut terdapat pada tabel di bawah ini.
Dalam taksonomi bloom revisi Aplikasi, Analisis dan Evaluasi dipertahankan, tetapi
dalm bentukkata kerja sebagai menerapkan, menganalisis dan mengevalusi. Sintesis berubah
tempat dengan Evaluasi dan berganti nama mencipta (Kratwohl, 2002: 214). Komponen
kata kerja dari pengetahuan berubah menjadi kategori mengingat, yang menggantikan
klasifikasi pengetahuan aslinya dalam enam kategori pokok, yang sekarang menggunakan
kata kerja. Bentuk kata kerja ini mendeskripsikan tindakan yang tersirat dalam kategori
pengetahuan aslinya, tindakan pertama yang dilakuakn siswa dalam belajar pengetahuan
adalah mengingatnya (Anderson &Krathwohl, 2010: 400).

Dalam taksonomi bloom revisi urutan taksonomi yang mengalami perubahan adalah


letak evaluasi dan sintesa serta pergantian nama komprehensi menjadi memahami dan
sintesa menjadi mencipta. Perubahan urutab kategori-kategori dalam taksonomi Bloom
didasari oleh kerangka berpikir revisi adalah hierarki daam pengertian bahwa enam kategori
pokok pada dimensi proses kognitif disusun secara berurutan dari tingkat kompleksitas yang
rendah ke tinggi.
Thank you for
your attention

Anda mungkin juga menyukai