Anda di halaman 1dari 10

TRADISI BUDAYA PERAYAAN HARI BACANG PADA MASYARAKAT

TIONGHOA DI INDONESIA

Vela Enjellica

Sekolah Tinggi Agama Buddha Maha Prajna

velaenjellica@gmail.com

Abstrak

Dalam strategi pembelajaran yang optimal penting untuk menciptakan efektivitas


pembelajaran. Sebagai pendidik memerlukan analisis kebutuhan peserta didik
dengan mengidentifikasi dan menentukan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Analisis kebutuhan peserta
didik meliputi karakteristik peserta didik, seperti gaya belajar, dan tingkat
perkembangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Tujuan
penelitian ini untuk membantu pendidik dalam mengembangkan strategi yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hasil kajian dari artikel ini adalah analisis
kebutuhan peserta didik sangat penting untuk dilakukan oleh guru sebelum
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran; analisis kebutuhan peserta didik
dapat membantu guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik dan
kebutuhan peserta didik; analisis kebutuhan peserta didik dapat meningkatkan
efektivitas dan kualitas pembelajaran;analisis kebutuhan peserta didik dapat
memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, mandiri, dan
kolaboratif; analisis kebutuhan peserta didik dapat memotivasi peserta didik untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.

Kunci : Analisis Kebutuhan, Peserta Didik, Pembelajaran Efektif.


Abstract

In an optimal learning strategy, it is important to create learning effectiveness. As


educators, it is necessary to analyze the needs of learners by identifying and
determining what learners need to achieve optimal learning objectives. Learner
needs analysis includes learner characteristics, such as learning styles, and
developmental levels. The method used in this study is descriptive qualitative. The
purpose of this study is to help educators in developing strategies that suit the needs
of learners. The results of the study from this article are that learner needs analysis is
very important to be done by teachers before planning and implementing learning;
learner needs analysis can help teachers to adjust learning with the characteristics
and needs of learners; learner needs analysis can improve the effectiveness and
quality of learning; learner needs analysis can facilitate learners to learn actively,
creatively, independently, and collaboratively; learner needs analysis can motivate
learners to achieve optimal learning outcomes.

Keywords: Needs Analysis, Learners, Effective Learning.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan masyarakat


dan individu. Proses pembelajaran yang efektif menjadi faktor kunci dalam
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, dalam praktiknya,
pendidik seringkali menghadapi tantangan untuk mengakomodasi kebutuhan yang
beragam dari peserta didik dalam kelas. Setiap anak memiliki karakteristik individu
dan gaya belajar yang unik, sehingga strategi pembelajaran yang efektif bagi satu
individu mungkin tidak efektif bagi individu lain. Oleh karena itu, penting bagi
pendidik untuk mengenali dan memahami kebutuhan peserta didik secara lebih baik
agar dapat menciptakan kualitas pembelajaran.

Dikarenakan demikian pentingnya mengkaji lebih dalam mengenai indikator


karakter individu anak dan gaya belajar anak agar dapat memberikan panduan bagi
pendidik dalam merancang dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang
lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan menciptakan
lingkungan pendidikan yang lebih inklusi.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan


metode kualitatif deskriptif, adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari generalisasi.( Menurut Sugiyono 2019:18).
Berdasarkan Modul Rancangan Penelitian (2019) yang diterbitkan Ristekdikti,
penelitian kualitatif bisa dipahami sebagai prosedur riset yang memanfaatkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang
dapat diamati.
Metode penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2018, hlm. 86) adalah suatu
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel lain. Artinya penelitian ini hanya ingin
mengetahui bagaimana keadaan variabel itu sendiri tanpa ada pengaruh atau
hubungan terhadap variabel lain seperti penelitian eksperimen atau korelasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu
metode yang menggambarkan suatu fenomena melalui deskripsi dalam bentuk
kalimat dan bahasa yang menggunakan metode alamiah. Dalam hal ini peneliti
berusaha mempelajari dan memahami tentang Tradisi budaya perayaan hari bacang.
Mendes, Wohlin, Felizard, & Kalinowsk, (2020) menyatakan proses penelitian
kepustakaan dilakukan dengan meninjau literatur dan menganalisis topik relevan
yang digabungkan. Penelusuran pustaka dapat memanfaatkan sumber berupa
jurnal, buku, dokumen, majalah dan sumber lain tanpa melakukan riset lapangan.
PEMBAHASAN

A. Karakter Individu Anak

Karakter individu anak merupakan perpaduan antara sifat bawaan dan


lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak (Santrock, 2018). Setiap anak
memiliki karakter unik yang mempengaruhi cara mereka berinteraksi, belajar, dan
berkembang. Karakter ini terbentuk melalui beberapa aspek seperti kecerdasan,
motivasi, emosi, dan temperamen.

Faktor yang Mempengaruhi Karakter Anak

Beberapa faktor yang mempengaruhi karakter anak meliputi:

a. Faktor Genetik

Faktor genetik menentukan sifat bawaan yang mempengaruhi karakter anak,


seperti kecerdasan, temperamen, dan bakat (Santrock, 2018).

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan sosial, budaya, dan keluarga mempengaruhi pembentukan karakter


anak. Interaksi dengan orang tua, saudara, teman, dan guru membentuk pola
perilaku dan nilai-nilai yang dianut anak (Santrock, 2018).

B. Gaya Belajar Anak

Gaya belajar anak merupakan cara unik yang digunakan anak untuk memahami,
mengolah, dan mengingat informasi (Solehati & Suryaman, 2015). Terdapat beberapa
gaya belajar yang umum dijumpai, seperti visual, auditori, dan kinestetik.

a. Gaya Belajar Visual. Anak dengan gaya belajar visual lebih mudah
memahami informasi yang disajikan dalam bentuk gambar, diagram, atau video
(Solehati & Suryaman, 2015).
b. Gaya Belajar Auditori. Anak dengan gaya belajar auditori lebih mudah
memahami informasi melalui pendengaran, seperti mendengarkan ceramah atau
diskusi kelompok (Solehati & Suryaman, 2015).

c. Gaya Belajar Kinestetik. Anak dengan gaya belajar kinestetik lebih mudah
memahami informasi melalui pengalaman langsung atau berbagai aktivitas fisik
(Solehati & Suryaman, 2015).

C. Karakteristik Perkembangan Anak


1. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif melibatkan proses berpikir, memecahkan
masalah, dan belajar yang terjadi sepanjang kehidupan anak (Piaget,
1952). Karakteristik perkembangan kognitif pada anak mencakup:
a. Tahapan Perkembangan Kognitif. Piaget mengidentifikasi
empat tahap perkembangan kognitif: sensomotorik (0-2
tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11
tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas). Setiap tahap
memiliki karakteristik unik dalam cara anak berpikir dan
memahami dunia.
b. Pengembangan Bahasa. Kemampuan berbahasa berkembang
pesat pada masa anak-anak, termasuk kosakata, tata bahasa,
dan kemampuan komunikasi. Faktor seperti lingkungan
keluarga, sosial, dan pendidikan berperan penting dalam
perkembangan bahasa anak.

2. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan tubuh, perkembangan
motorik, dan kesehatan anak (Santrock, 2018). Karakteristik
perkembangan fisik meliputi:
a. Pertumbuhan Tubuh. Anak mengalami pertumbuhan tubuh
yang cepat pada masa balita, kemudian melambat pada masa
anak-anak, dan meningkat kembali selama masa remaja.
b. Perkembangan Motorik. Kemampuan motorik kasar (misalnya
berjalan, berlari, melompat) dan motorik halus (misalnya
menggambar, menulis) berkembang seiring pertumbuhan
anak. Penting untuk memberikan kesempatan bermain dan
belajar yang mendukung perkembangan motorik anak.

3. Perkembangan Sosial dan Emosional


Perkembangan sosial dan emosional melibatkan kemampuan anak
untuk berinteraksi dengan orang lain, mengendalikan emosi, dan
mengembangkan konsep diri (Erikson, 1963). Karakteristik
perkembangan sosial dan emosional meliputi:
a. Tahapan Perkembangan Sosial-Emosional. Erikson
mengidentifikasi delapan tahapan perkembangan sosial-
emosional yang mencakup kehidupan manusiaPada masa
anak-anak, tahapan yang relevan meliputi kepercayaan dasar
vs ketidakpercayaan, otonomi vs malu dan ragu, inisiatif vs
rasa bersalah, dan industri vs inferioritas.
b. Pembentukan Identitas. Anak mulai mengembangkan konsep
diri dan identitas mereka melalui interaksi dengan orangtua,
teman sebaya, dan lingkungan sekitar. Faktor seperti budaya,
nilai-nilai keluarga, dan pengalaman pribadi berpengaruh
pada pembentukan identitas anak.

4. Perkembangan Moral
Perkembangan moral mencakup proses di mana anak memahami dan
menginternalisasi nilai-nilai serta norma sosial yang dianggap penting
oleh masyarakat (Kohlberg, 1984). Karakteristik perkembangan moral
meliputi:
a. Tahapan Perkembangan Moral.
Kohlberg (1984) mengidentifikasi tiga tingkat perkembangan
moral, yang terdiri dari enam tahap. Tahap-tahap tersebut
adalah
 Tingkat Pra-Konvensional adalah Tahap 1 yaitu
kepatuhan dan hukuman (anak menghindari hukuman).
Tahap 2 yaitu individualisme dan pertukaran (anak
menilai tindakan berdasarkan kepentingan pribadi).
 Tingkat Konvensional adalah Tahap 3 yaitu hubungan
interpersonal (anak berusaha memenuhi harapan orang
lain). Tahap 4 yaitu Otoritas dan Aturan Sosial (anak
menaati aturan dan otoritas untuk menjaga ketertiban)
 Tingkat Pasca-Konvensional adalah Tahap 5 yaitu
kontrak sosial (anak memahami bahwa aturan dibuat
untuk kepentingan bersama). Tahap 6 adalah prinsip
etika universal (anak memiliki prinsip moral yang
independen dari otoritas atau norma masyarakat).
b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral anak
meliputi lingkungan keluarga, pendidikan, pengalaman, dan
temperamen anak. Orang tua dan pendidik memiliki peran
penting dalam membimbing anak untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai dan norma
sosial yang dianggap penting oleh masyarakat.

D. Pembelajaran Efektif dan Cara Belajar Siswa Aktif

Pembelajaran efektif merupakan proses yang memungkinkan siswa untuk


mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang relevan dan bermakna
(Santrock, 2018). Beberapa prinsip utama dalam pembelajaran efektif meliput
a. Keterlibatan Siswa. Siswa harus terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, baik secara fisik maupun mental (Santrock, 2018).
b. Relevansi Materi. Materi yang diajarkan harus relevan dengan kehidupan
siswa dan sesuai dengan tujuan pembelajaran (Santrock,2018).
c. Interaksi yang Positif. Interaksi antara siswa dan guru harus didasarkan pada
rasa saling menghargai, mendukung, dan memberikan umpan balik
konstruktif (Santrock, 2018).
d. Penilaian yang Objektif. Penilaian harus dilakukan secara objektif,
mencerminkan kemajuan siswa dalam penguasaan materi dan keterampilan
(Santrock, 2018).

Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran efektif


dan siswa aktif meliputi:

a. Diskusi Kelompok. Mendorong siswa untuk berdiskusi dalam kelompok kecil


tentang topik yang sedang dipelajari. Diskusi ini membantu siswa untuk
mengembangkan keterampilan berbicara, mendengarkan, dan berpikir kritis
(Solehati & Suryaman, 2015).
b. Proyek Kelompok. Melibatkan siswa dalam proyek kelompok yang
mengharuskan mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Proyek
ini membantu siswa mengembangkan keterampilan kolaborasi, komunikasi,
dan pemecahan masalah (Solehati & Suryaman, 2015).
c. Penugasan Individu. Memberikan siswa tugas individu yang menantang dan
relevan dengan materi yang sedang dipelajari. Tugas ini membantu siswa
mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, dan evaluasi (Santrock,
2018).
d. Pembelajaran Berbasis Masalah. Menerapkan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah yang memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyelesaikan masalah nyata. Pendekatan ini membantu
siswa mengembangkan keterampilan kreativitas, adaptabilitas, dan refleksi
(Solehati & Suryaman, 2015
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan


peserta didik adalah salah satu langkah penting dalam merancang dan
mengimplementasikan strategi pembelajaran yang optimal dan inklusi. Dengan
melakukan analisis kebutuhan peserta didik, pendidik dapat mengetahui apa yang
dibutuhkan, diinginkan, dan diharapkan oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, pendidik dapat menyesuaikan pembelajaran
dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, sehingga dapat meningkatkan
efektivitas dan kualitas pembelajaran. Selain itu, analisis kebutuhan peserta didik
juga dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, mandiri,
dan kolaboratif, serta memotivasi peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang
optimal.

Pembelajaran efektif merupakan proses yang mengedepankan keterlibatan siswa


secara aktif, relevansi materi, interaksi positif, dan penilaian objektif. Strategi seperti
diskusi kelompok, proyek kelompok, penugasan individu, dan pembelajaran
berbasis masalah dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang efektif dan menarik bagi anak. Dengan memahami dan mengakomodasi
keberagaman karakter individu dan gaya belajar anak, pendidik dapat memberikan
dukungan optimal bagi perkembangan dan keberhasilan anak sebagai peserta didik

DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, S., & Slameto. (2015). Pengaruh Gaya Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 37-46.
Rahardjo, M., Yustina, A., & Ratnaningsih, I. (2013). Implementasi Model
Pembelajaran Berbasis Potensi Anak untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19(2), 203-213.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.Purwaningsih Ika, Oktariani, Hernawati Linda, Wardarita Ratu, Utama Indah
Puspa. (2022). Pendidikan Sebagai Suatu Sistem. Pendidikan Sebgai Suatu Sistem, 10
(1), 21-26

Santrock, J.W. (2018). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.


Solehati, T., & Suryaman, M. (2015). Gaya Belajar Siswa Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar. Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 3(1), 45-61.
https://www.ilmiahku.com/2019/12/makalah-pendidikan-sebagaisistem.html?
m=1

1.Anjani, R., & Komariah, N. (2020). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 167-180.
URL: https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/OBSESI/article/view/110

Rahmawati, D., & Putra, D. P. (2019). Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia
Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 37-46. URL:
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/paudia/article/view/28302

Anda mungkin juga menyukai