Anda di halaman 1dari 6

Nama : Apriliani Faradilla

NIM : 321 19 055


Kelas : 1C
Prodi : D3 Teknik Listrik

1. Rangkaian Digital adalah rangkaian yang hanya menangani sinyal tinggi dan rendah,
dengan kata lain dapat kita katakan bahwa elektronika digital merupakan dunia dari
logika  0 dan logika 1. Peralatan digital beroperasi dengan sinyal digital dengan
penggambaran suatu pembangkit gelombang persegi.

Terdapat dua tegangan dalam sebuah rangkaian elektronika pada satu diagram yang
berbentuk gelombang, tegangan ini dilabelkan Tinggi dan Rendah ( HIGH and LOW).
Tegangan HIGH (Tinggi) adalah  +5V dan tegangan LOW (Rendah) adalah 0V. Tegangan
HIGH +5V biasa disebut sebagai Logika 0. Logika menandakan 2 kondisi bila sebuah
rangkaian bernilai 0 maka peralatan tidak sedang beroperasi atau sering disebut juga
LOW (Rendah), dan  bila rangkaian bernilai 1 maka sebuah peralatan sedang beroperasi
atau biasa disebut HIGH (Tinggi).

2. Sistem Digital adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengukur suatu nilai atau
besaran yang mempunyai sifat tetap atau tidak teratur yang berbentuk diskrit berupa
digit-digit atau angka-angka. Sistem Digital sudah banyak diimplementasikan pada
semua bidang kehidupan, mulai dari smartphone, tablet, televisi, komputer, VCD/DVD
player, radio, robot, teknologi kedokteran, teknologi transportasi, teknologi moliter,
hiburan, sampai dengan penjelajahan ruang angkasa.

3. Jenis-Jenis Sistem Bilangan :


 Sistem Bilangan Desimal (Decimal)
Basis atau Radix dari sistem bilangan Desimal ini adalah 10 yaitu berkisar dari
angka 0 hingga 9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Digit atau angka yang terletak di
sebelah kiri koma desimal disebut dengan bilangan bulat sedangkan digit atau
angka yang terletak di sebelah kanan titik desimal disebut dengan bilangan
pecahan. Sistem Bilangan Desimal ini merupakan sistem bilangan yang
dipergunakan pada kehidupan kita sehari-hari. Perlu diketahui bahwa Indonesia
menggunakan koma untuk menunjukan separator (pemisah) antara bilangan
bulat dengan bilangan pecahan sedangkan negara-negara lainnya menggunakan
tanda titik sebagai separator pecahannya.

Di sistem bilangan desimal ini, digit atau angka yang berada di posisi berturut-
turut disebelah kiri koma desimal memiliki bobot 10 0, 101, 102, 103, 104 dan
seterusnya. Sedangkan digit atau angka yang berada di posisi berturut-turut
disebelah kanan koma desimal memiliki bobot 10 -1, 10-2, 10-3, 10-4 dan
seterusnya. Artinya, setiap posisi digit yang ditempati memiliki bobot masing-
masing dengan pangkat bilangan yang berbasis 10.
Contoh :
Kita ambil contoh pada sebuah bilangan Desimal 114,21. Bagian bilangan
bulatnya adalah 114 sedangkan bagian bilangan pecahannya adalah 0,21. Digit-
digitnya 1, 1, dan 4 masing-masing memiliki bobot 10 2, 101 dan 100. Demikian
juga digit 2 dan 1 dibelakang koma memiliki bobotnya masing-masing yaitu 10 -
1
 dan 10-2.

Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :

114,21 = (1 x 102) + (1 x 101) + (4 + 100) + (2 x 10-1) + (1 x 10-2)


 Sistem Bilangan Biner (Binary)
Sistem Bilangan Biner atau Binary Numbering System adalah sistem bilangan
yang berbasis dua dan merupakan sistem bilangan yang digunakan oleh semua
rangkaian elektronika yang bersistem digital. Basis atau Radix dari sistem
bilangan Biner ini adalah 2 yaitu angka 0 dan 1 saja. Di sistem bilangan Biner ini,
setiap angka atau digit memiliki bobot 20, 21, 22, 23, 24 dan seterusnya.
Contoh :
Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Biner 10112. Ini berarti digit-digitnya
yaitu 1, 0, 1 dan 1 memiliki bobot masing-masing 23, 22, 21 dan 20 (dihitung dari
kanan ke kiri).

Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :

110112 = (1 x 24) + (1 x 23) + (0 + 22) + (1 x 21) + (1 x 20)


Jika kita konversikan bilangan biner 10112 ke bilangan desimal akan menjadi 27.
Contoh Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Biner

Contoh :

Konversikan bilangan desimal nilai 50 menjadi bilangan biner :

50/2 = 25 sisa bagi adalah 0


25/2 = 12 sisa bagi adalah 1
12/2 = 6 sisa bagi adalah 0
6/2  = 3 sisa bagi adalah 0
3/2 = 1 sisa bagi adalah 1
1/2 = 0 sisa bagi adalah 1

Hasil pembagian tersebut kemudian diurutkan dari yang paling akhir hingga
paling awal menjadi 1100102.
Jadi Hasil Konversi bilangan desimal 50 menjadi bilangan biner adalah 1100102.

Contoh Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Desimal

Contoh :
1100102 = (1 x 25) + (1 x 24) + (0 x 23) + (0 x 22) + (1 x 21) + (0 x 20)
1100102 =  32 + 16 + 0 + 0 + 2 + 0
1100102 =  5010
Jadi hasil konversi bilangan biner 1100102 ke bilangan desimal adalah 5010.
 Sistem Bilangan Oktal (Octal)
Sistem Bilangan Oktal atau Octal Numbering system adalah sistem bilangan yang
berbasis delapan (8). Jadi, angka yang digunakan adalah berkisar diantara 0
hingga 7 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7). Di sistem bilangan Oktal ini, masing-masing angka
atau digit memiliki bobot 80, 81, 82, 83, 84 dan seterusnya.
Contoh :
Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Oktal 1104 8. Ini berarti digit-digitnya yaitu
1, 1, 0 dan 4 memiliki bobot masing-masing 83, 82, 81 dan 80.

Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :

11048 = (1 x 83) + (1 x 82) + (0 + 81) + (4 x 80)


Jika kita konversikan bilangan Oktal 72148 bilangan Desimal akan menjadi 580.
Contoh Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Oktal
Contoh :
Konversikan bilangan desimal nilai 70 menjadi bilangan oktal :

70/8 = 8 sisa 6
8/8 = 1 sisa 0
1/8 = 0 sisa 1

Hasil pembagian tersebut kemudian diurutkan dari yang paling akhir hingga
paling awal menjadi 1068.
Jadi hasil Konversi bilangan desimal 70 menjadi bilangan biner adalah 1068.
Contoh Konversi Bilangan Oktal ke Bilangan Desimal
Contoh :
Konversikan bilangan oktal nilai 2458 menjadi bilangan desimal :
2458 = (2 x 82) + (4 x 81) + (5 x 80)
2458 = (2 x 64) + (4 x 8) + (5 x 1)
2458 = 128 + 32 + 5
2458 = 16510
Jadi hasil konversi Bilangan Oktal 2458 ke Bilangan Desimal adalah 16510.
 Sistem Bilangan Heksadesimal (Hexadecimal)
Sistem Bilangan Heksadesimal atau Hexadecimal Numbering System adalah
sistem bilangan yang berbasis 16. Sistem Bilangan Heksadesimal ini
menggunakan angka atau digit 0 hingga 9 dan huruf A sampai F (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, A, B, C, D, E, F). Huruf A hingga F ekivalen dengan 10 hingga 16. Jadi, pada
dasarnya sistem bilangan Heksadesimal ini merupakan gabungan angka dan
huruf. Di sistem bilangan Heksadesimal ini, masing-masing angka atau digit
memiliki bobot 160, 161, 162, 163, 164 dan seterusnya.

Contoh :
Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Oktal 1A1F16. Ini berarti digit-digitnya
yaitu 1, A, 1 dan F memiliki bobot masing-masing 163, 162, 161 dan 160.

Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :

1A1F16 = (1 x 163) + (10 x 162) + (1 + 161) + (16 x 160)


Jika kita konversikan bilangan Heksadesimal 1A1F16 ke bilangan Desimal akan
menjadi 6688.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.webstudi.site/2016/10/apa-itu-rangkaian-digital.html

http://matkul.xyz/sistem-digital-pengertian-rangkaian-elektronik-dan-gelombang-sinyal-digital/

https://teknikelektronika.com/sistem-bilangan-pada-elektronika-digital/

https://teknikelektronika.com/cara-konversi-bilangan-desimal-ke-bilangan-biner-dan-
sebaliknya/

https://teknikelektronika.com/cara-konversi-bilangan-desimal-ke-bilangan-oktal-oktal-ke-
desimal/

Anda mungkin juga menyukai