Anda di halaman 1dari 18

Sistem Bilangan pada Elektronika Digital

Sistem Bilangan dalam elektronika digital digunakan untuk mewakili informasi yang akan
diolah ataupun pemrosesan hingga hasil olahannya. Sistem Bilangan yang umumnya digunakan
dalam teknik elektronika digital diantaranya adalah Sistem Bilangan Desimal, Biner, Heksadesimal
dan Oktal.

1. Sistem Bilangan Desimal (Decimal)


Basis atau Radix dari sistem bilangan Desimal ini adalah 10 yaitu berkisar dari angka 0
hingga 9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Digit atau angka yang terletak di sebelah kiri koma desimal
disebut dengan bilangan bulat sedangkan digit atau angka yang terletak di sebelah kanan titik
desimal disebut dengan bilangan pecahan. Sistem Bilangan Desimal ini merupakan sistem bilangan
yang dipergunakan pada kehidupan kita sehari-hari. Perlu diketahui bahwa Indonesia
menggunakan koma untuk menunjukan separator (pemisah) antara bilangan bulat dengan bilangan
pecahan sedangkan negara-negara lainnya menggunakan tanda titik sebagai separator pecahannya.
Di sistem bilangan desimal ini, digit atau angka yang berada di posisi berturut-turut
disebelah kiri koma desimal memiliki bobot 100, 101, 102, 103, 104 dan seterusnya. Sedangkan digit
atau angka yang berada di posisi berturut-turut disebelah kanan koma desimal memiliki bobot 10-
1
, 10-2, 10-3, 10-4 dan seterusnya. Artinya, setiap posisi digit yang ditempati memiliki bobot masing-
masing dengan pangkat bilangan yang berbasis 10.

Contoh :
Kita ambil contoh pada sebuah bilangan Desimal 235,12. Bagian bilangan bulatnya adalah 235
sedangkan bagian bilangan pecahannya adalah 0,12. Digit-digitnya 5, 3, dan 2 masing-masing
memiliki bobot 102, 101 dan 100. Demikian juga digit 1 dan 2 dibelakang koma memiliki bobotnya
masing-masing yaitu 10-1 dan 10-2.
Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :
235,12 = (2 x 102) + (3 x 101) + (5 + 100) + (1 x 10-1) + (2 x 10-2)

1
2. Sistem Bilangan Biner (Binary)
Sistem Bilangan Biner atau Binary Numbering System adalah sistem bilangan yang
berbasis dua dan merupakan sistem bilangan yang digunakan oleh semua rangkaian elektronika
yang bersistem digital. Basis atau Radix dari sistem bilangan Biner ini adalah 2 yaitu angka 0 dan
1 saja. Di sistem bilangan Biner ini, setiap angka atau digit memiliki bobot 2 0, 21, 22, 23, 24 dan
seterusnya.

Cara Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Biner


Konversikan bilangan desimal 105 menjadi bilangan biner :
105/2 = 52 sisa bagi adalah 1
52/2 = 26 sisa bagi adalah 0
26/2 = 13 sisa bagi adalah 0
13/2 = 6 sisa bagi adalah 1
6/2 = 3 sisa bagi adalah 0
3/2 = 1 sisa bagi adalah 1
1/2 = 0 sisa bagi adalah 1
Hasil pembagian tersebut kemudian diurutkan dari yang paling akhir hingga paling awal menjadi
11010012.
Jadi Hasil Konversi bilangan desimal 105 menjadi bilangan biner adalah 11010012.

Cara Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Desimal


Untuk Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Desimal, Kita hanya perlu mengalikan
Bilangan Biner yang ingin dikonversikan tersebut ke basis bilangan biner itu sendiri yaitu 2 yang
dipangkatkan 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya yang dimulai dari kanan.

11010012 = (1 x 26) + (1 x 25) + (0 x 24) + (1 x 23) + (0 x 22) + (0 x 21) + (1 x 20)


11010012 = 64 + 32 + 0 + 8 + 0 + 1
11010012 = 10510
Jadi hasil konversi bilangan biner 11010012 ke bilangan desimal adalah 10510.

2
3. Sistem Bilangan Oktal (Octal)
Sistem Bilangan Oktal atau Octal Numbering system adalah sistem bilangan yang berbasis
delapan (8). Jadi, angka yang digunakan adalah berkisar diantara 0 hingga 7 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7).
Di sistem bilangan Oktal ini, masing-masing angka atau digit memiliki bobot 80, 81, 82, 83, 84 dan
seterusnya.

Cara Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Oktal


Konversikan bilangan desimal nilai 70 menjadi bilangan oktal :
70/8 = 8 sisa 6
8/8 = 1 sisa 0
1/8 = 0 sisa 1
Hasil pembagian tersebut kemudian diurutkan dari yang paling akhir hingga paling awal menjadi
1068.
Jadi Hasil Konversi bilangan desimal 70 menjadi bilangan biner adalah 1068.

Cara Konversi Bilangan Oktal ke Bilangan Desimal


Untuk dapat mengkonversikan bilangan oktal ke bilangan desimal, kita perlu mengalikan
bilangan oktal tersebut ke basis bilangan oktal itu sendiri yaitu 8 yang dipangkatkan 0, 1, 2, 3, 4
dan seterusnya yang dimulai dari kanan.

Konversikan bilangan oktal nilai 13028 menjadi bilangan desimal :


13028 = (1 x 83) + (3 x 82) + (0 x 81) + (2 x 80)
13028 = (1 x 512) + (3 x 64) + (0 x 8) + (2 x 1)
13028 = 512 + 192 + 0 + 2
13028 = 70610
Jadi hasil konversi Bilangan Oktal 13028 ke Bilangan Desimal adalah 70610.

3
4. Sistem Bilangan Heksadesimal (Hexadecimal)
Sistem Bilangan Heksadesimal atau Hexadecimal Numbering System adalah sistem
bilangan yang berbasis 16. Sistem Bilangan Heksadesimal ini menggunakan angka atau digit 0
hingga 9 dan huruf A sampai F (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F). Huruf A hingga F
ekivalen dengan 10 hingga 16. Jadi, pada dasarnya sistem bilangan Heksadesimal ini merupakan
gabungan angka dan huruf. Di sistem bilangan Heksadesimal ini, masing-masing angka atau digit
memiliki bobot 160, 161, 162, 163, 164 dan seterusnya.

Cara Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Heksadesimal


Konversikan bilangan desimal nilai 15010 menjadi bilangan heksadesimal :
150/16 = 9 sisa bagi adalah 6
9/16 = 0 sisa bagi adalah 9
Hasil pembagian tersebut kemudian diurutkan dari yang paling akhir hingga paling awal menjadi
9616.
Jadi Hasil Konversi bilangan desimal 15010 menjadi bilangan heksadesimal adalah 9616.

Konversikan bilangan desimal 152110 menjadi bilangan heksadesimal :


1521/16 = 95 sisa bagi adalah 1
95/16 = 5 sisa bagi adalah 15 atau dalam heksadesimal adalah F
5/16 = 0 sisa bai adalah 5
Hasil pembagian tersebut kemudian diurutkan dari yang paling akhir hingga paling awal menjadi
5F116.
Jadi hasil konversi bilangan desimal 152110 menjadi bilangan heksadesimal adalah 5F116.

Cara Konversi bilangan Heksadesimal ke bilangan Desimal

5F116 = (5 x 162) + (15 x 161) + (1 x 160)


5F116 = (5 x 256) + (15 x 16) + (1 x 1)
5F116 = (1280) + (240) + (1)
5F116 = 152110
Jadi hasil konversi bilangan biner 5F116 ke bilangan desimal adalah 152110.

4
GERBANG LOGIKA

Pengertian Gerbang Logika Dasar


Gerbang Logika atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Logic Gate adalah dasar
pembentuk Sistem Elektronika Digital yang berfungsi untuk mengubah satu atau beberapa Input
(masukan) menjadi sebuah sinyal Output (Keluaran) Logis. Gerbang Logika beroperasi
berdasarkan sistem bilangan biner yaitu bilangan yang hanya memiliki 2 kode simbol
yakni 0 dan 1 dengan menggunakan Teori Aljabar Boolean.
Gerbang Logika yang diterapkan dalam Sistem Elektronika Digital pada dasarnya
menggunakan Komponen - komponen Elektronika seperti Integrated Circuit (IC), Dioda,
Transistor, Relay, Optik maupun Elemen Mekanikal.

Jenis-jenis Gerbang Logika Dasar dan Simbolnya


Terdapat 7 jenis Gerbang Logika Dasar yang membentuk sebuah Sistem Elektronika Digital, yaitu:
1. Gerbang AND 4. Gerbang NAND
2. Gerbang OR 5. Gerbang NOR
3. Gerbang NOT 6. Gerbang X-OR (Exclusive OR)
7. Gerbang X-NOR (Exclusive NOR)
Tabel yang berisikan kombinasi-kombinasi Variabel Input (Masukan) yang menghasilkan Output
(Keluaran) Logis disebut dengan “Tabel Kebenaran” atau “Truth Table”.
Input dan Output pada Gerbang Logika hanya memiliki 2 level. Kedua Level tersebut pada
umumnya dapat dilambangkan dengan :
 HIGH (tinggi) dan LOW (rendah)
 TRUE (benar) dan FALSE (salah)
 ON (Hidup) dan OFF (Mati)
 1 dan 0
Contoh Penerapannya ke dalam Rangkaian Elektronika yang memakai Transistor TTL (Transistor-
transistor Logic), maka 0V dalam Rangkaian akan diasumsikan sebagai “LOW” atau “0”
sedangkan 5V akan diasumsikan sebagai “HIGH” atau “1”.

1. Gerbang AND (AND Gate)


Gerbang AND memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1
Keluaran (Output). Gerbang AND akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 jika semua
masukan (Input) bernilai Logika 1 dan akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0 jika
salah satu dari masukan (Input) bernilai Logika 0.
Simbol yang menandakan Operasi Gerbang Logika AND adalah tanda titik (“.”) atau
tidak memakai tanda sama sekali. Contohnya : Z = X.Y atau Z = XY.

5
2. Gerbang OR (OR Gate)
Gerbang OR memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1
Keluaran (Output). Gerbang OR akan menghasilkan Keluaran (Output) 1 jika salah satu dari
Masukan (Input) bernilai Logika 1 dan jika ingin menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0,
maka semua Masukan (Input) harus bernilai Logika 0.
Simbol yang menandakan Operasi Logika OR adalah tanda Plus (“+”).
Contohnya : Z = X + Y.

3. Gerbang NOT (NOT Gate)


Gerbang NOT hanya memerlukan sebuah Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya
1 Keluaran (Output). Gerbang NOT disebut juga dengan Inverter (Pembalik) karena
menghasilkan Keluaran (Output) yang berlawanan (kebalikan) dengan Masukan atau Inputnya.
Berarti jika kita ingin mendapatkan Keluaran (Output) dengan nilai Logika 0 maka Input atau
Masukannya harus bernilai Logika 1. Gerbang NOT biasanya dilambangkan dengan simbol
minus (“-“) di atas Variabel Inputnya.

4. Gerbang NAND (NAND Gate)


Gerbang NAND merupakan kombinasi dari Gerbang AND dan Gerbang NOT yang
menghasilkan kebalikan dari Keluaran (Output) Gerbang AND. Gerbang NAND akan
menghasilkan Keluaran Logika 0 apabila semua Masukan (Input) pada Logika 1 dan jika
terdapat sebuah Input yang bernilai Logika 0 maka akan menghasilkan Keluaran (Output)
Logika 1.

6
5. Gerbang NOR (NOR Gate)
Arti NOR adalah NOT OR atau BUKAN OR, Gerbang NOR merupakan kombinasi
dari Gerbang OR dan Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran (Output)
Gerbang OR. Gerbang NOR akan menghasilkan Keluaran Logika 0 jika salah satu dari
Masukan (Input) bernilai Logika 1 dan jika ingin mendapatkan Keluaran Logika 1, maka semua
Masukan (Input) harus bernilai Logika 0.

6. Gerbang X-OR (X-OR Gate)


X-OR adalah singkatan dari Exclusive OR yang terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1
Keluaran (Output) Logika. Gerbang X-OR akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 jika
semua Masukan-masukannya (Input) mempunyai nilai Logika yang berbeda. Jika nilai Logika
Inputnya sama, maka akan memberikan hasil Keluaran Logika 0.

7. Gerbang X-NOR (X-NOR Gate)


Seperti Gerbang X-OR, Gerban X-NOR juga terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1
Keluaran (Output). X-NOR adalah singkatan dari Exclusive NOR dan merupakan kombinasi
dari Gerbang X-OR dan Gerbang NOT. Gerbang X-NOR akan menghasilkan Keluaran
(Output) Logika 1 jika semua Masukan atau Inputnya bernilai Logika yang sama dan akan
menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0 jika semua Masukan atau Inputnya bernilai Logika
yang berbeda. Hal ini merupakan kebalikan dari Gerbang X-OR (Exclusive OR).

7
SAKLAR (switches)

Pengertian Saklar Listrik dan Cara Kerjanya


Saklar atau lebih tepatnya adalah Saklar listrik adalah suatu komponen atau perangkat yang
digunakan untuk memutuskan atau menghubungkan aliran listrik. Saklar yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan Switch ini merupakan salah satu komponen atau alat listrik yang paling
sering digunakan. Hampir semua peralatan Elektronika dan Listrik memerlukan Saklar untuk
menghidupkan atau mematikan alat listrik yang digunakan.

Berikut ini beberapa contoh penggunaan saklar di peralatan-peralatan listrik maupun elektronik :
 Tombol ON/OFF dan Volume Up Down di Ponsel
 Tombol ON/OFF di TV, Tombol-tombol di Remote TV
 Saklar dinding untuk menghidupkan dan mematikan lampu listrik
 Tombol ON/OFF di Laptop atau Komputer
 Tombol-tombol Keyboard pada Laptop atau Komputer
 Tombol ON/OFF dan Tombol pilihan kecepatan di Kipas Angin

Cara Kerja Saklar Listrik


Pada dasarnya, sebuah Saklar sederhana terdiri dari dua bilah konduktor (biasanya adalah
logam) yang terhubung ke rangkaian eksternal, Saat kedua bilah konduktor tersebut terhubung
maka akan terjadi hubungan arus listrik dalam rangkaian. Sebaliknya, saat kedua konduktor
tersebut dipisahkan maka hubungan arus listrik akan ikut terputus.
Saklar yang paling sering ditemukan adalah Saklar yang dioperasikan oleh tangan manusia
dengan satu atau lebih pasang kontak listrik. Setiap pasangan kontak umumnya terdiri dari 2
keadaan atau disebut dengan “State”. Kedua keadaan tersebut diantaranya adalah Keadaan “Close”
atau “Tutup” dan Keadaan “Open” atau “Buka”. Close artinya terjadi sambungan aliran listrik
sedangkan Open adalah terjadinya pemutusan aliran listrik.

Berdasarkan dua keadaan tersebut, Saklar pada umumnya menggunakan istilah Normally
Open (NO) untuk Saklar yang berada pada keadaan Terbuka (Open) pada kondisi awal. Ketika
ditekan, Saklar yang Normally Open (NO) tersebut akan berubah menjadi keadaan Tertutup (Close)
atau “ON”. Sedangkan Normally Close (NC) adalah saklar yang berada pada keadaan Tertutup
(Close) pada kondisi awal dan akan beralih ke keadaan Terbuka (Open) ketika ditekan.
8
Pole dan Throw Saklar
Saklar Listrik dapat digolongkan berdasarkan jumlah Kontak dan Kondisi yang
dimilikinya. Jumlah Kontak dan kondisi yang dimiliki tersebut biasanya disebut dengan istilah
“Pole” dan “Throw”.
Pole adalah banyaknya Kontak yang dimiliki oleh sebuah saklar sedangkan Throw adalah
banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Saklar.

Berikut ini adalah beberapa contoh jenis Saklar Listrik yang digolongkan berdasarkan Pole dan
Throw :
 SPST : Single Pole Single Throw, yaitu Saklar ON/OFF yang paling sederhana dengan hanya
memiliki 2 Terminal. Contohnya Saklar Listrik ON/OFF pada lampu.
 SPDT : Single Pole Double Throw, yaitu Saklar yang memiliki 3 Terminal. Saklar jenis ini
dapat digunakan sebagai Saklar Pemilih. Contohnya Saklar pemilih Tegangan Input Adaptor
yaitu 110V atau 220V.
 DPST : Double Pole Single Throw, yaitu saklar yang memiliki 4 Terminal. DPST dapat
diartikan sebagai 2 Saklar SPST yang dikendalikan dalam satu mekanisme.
 DPDT : Double Pole Double Throw, yaitu saklar yang memiliki 6 Terminal. DPDT dapat
diartikan sebagai 2 Saklar SPDT yang dikendalikan dalam satu mekanisme.
 SP6T : Single Pole Six Throw, yaitu saklar yang memilki 7 Terminal yang pada umumnya
berfungsi sebagai Saklar pemilih. Jenis Saklar ini banyak ditemui dalam Rangkaian Adaptor
yang dapat memilih berbagai Tegangan Output, misalnya pilihan output 1,5V, 3V, 4,5V, 6V,
9V dan 12V.

Berikut ini adalah Simbol Saklar berdasarkan jumlah Pole dan Throw-nya.

9
RELAY

Pengertian Relay dan Fungsinya


Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil)
dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik
untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat
menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang
menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang
berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.

Gambar Bentuk dan Simbol Relay


Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering ditemukan di Rangkaian
Elektronika.

Prinsip Kerja Relay


Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :

10
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
 Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi
CLOSE (tertutup)
 Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN
(terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil
yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik,
maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari
Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan
arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan
menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali
lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi
Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Arti Pole dan Throw pada Relay


Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan Throw yang
dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai
Istilah Pole and Throw :
 Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay
 Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat
digolongkan menjadi :
 Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2 Terminal untuk
Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
 Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3 Terminal untuk
Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
 Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4
Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.
Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
 Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8
Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan
oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya melebihi
dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw)
dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw, silakan lihat
gambar dibawah ini :

11
Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay
Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika diantaranya
adalah :
1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)
2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)
3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari Signal
Tegangan rendah.
4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

12
Ladder Logic
Ladder Logic adalah metode pemrograman utama yang digunakan pada PLC. Ladder logic
telah dikembangkan dengan berdasarkan logika relay. Keputusan untuk mempergunakan logika
relay sangatlah pilihan yang tepat, sehingga tidak perlu mempelajari logika dasar lain yang
tentunya tidak familier bagi pengguna dan praktisi automation.

Dalam control system terbaru yang modern termasuk penggunaan relay,


tetapi masih jarang digunakan logika.
Relay adalah perangkat sederhana yang menggunakan medan magnet
untuk mengendalikan terbuka dan tertutupnya switch. Ketiga tegangan
dimasukkan ke koil relay maka akan menciptakan medan magnet pada inti
koil. Medan magnet menarik switch logam kearahnya dan kontak akan
bersentuhan.

Gambar 1

 Kontak yang menutup pada saat koil di beri tegangan biasa disebut open, sedangkan kontak
yang terbuka saat koil diberi tegangan biasa di sebut energized.
 Koil relay biasanya digambarkan dalam bentuk lingkaran dalam skema, sedangkan kontak
outputnya di gambar sebagai garis sejajar.
 Kontak yang terbuka ditunjukkan dengan dua garis sejajar dan akan terbuka (non-
conducting) ketika tidak energized.
 Kontak yang tertutup ditunjukkan dengan dua garis sejajar dan garis diagonal yang
melaluinya. Ketika kumparan input tidak ada kontak akan tertutup (conducting).
 Relay digunakan untuk mengatur daya masuk melalui sebuah sakelar/switch ke daya masuk
yang lain dengan menggunakan daya yang lainya lagi. Contoh pada gambar menunjukkan
aplikasi sederhana sebuah relay.

Dalam gambar relay pertama disebelah kiri menggunakan NC (Normally Close) dan
memungkinkan arus/daya mengalir hingga tegangan masuk ke input A. Relay kedua adalah
menggunakan NO (Normally Open) dan memutuskan tegangan untuk masuk ke B.
13
 Jika arus mengalir melalui relay kedua
terlebih dahulu maka arus akan mengalir ke
kumparan/koil ketiga dan menutup switch kea
rah C. Sirkuit ini akan menjadi sebuah ladder
logic. Hal ini bisa dibaca secara logis sebagai: C
akan On jika A aktif dan B juga aktif.

Contoh pada gambar 2 menunjukkan


seluruh system control hanya dengan logika.
Ketika kita mempertimbangkan PLC ada input
dan output. Gambar 3 menunjukkan representasi
yang lebih lengkap dari sebuah PLC, dimana ada
dua input dari push button.

Kita bayangkan input 24V mengaktifkan kumparan relay pada PLC, hal ini menyebabkan
terjadi kontak pada C yang menghubungkan daya tegangan 115V dan menyalakan lampu.
Catatan: bahwa dalam kenyataannya di PLC input tidak merupakan relay, tetapi hanya outputnya.

Ladder logic dalam PLC sebenarnya adalah sebuah program computer dimana pengguna
dapat dengan mudah mengubah dan menyimpan.
Perhatikan bahwa kedua push button adalah NO (Normally Open)tapi ladder logic dalam PLC
memiliki satu kontak NO dan satu kontak NC. Jadi jangan berfikir bahwa ladder logic di PLC harus
sesuai dengan input atau output.

Banyak relay juga memiliki beberapa output (throw)


dan ini memungkinkan output relay menjadi input
secara bersamaan.

Gambar 4
Rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 4 adalah contoh dari hal tersebut. Dalam rangkaian ini
arus dapat mengalir melalui kedua cabang tersebut dalam sirkuit, melalui kontak A atau B.

14
Input B aka nada bila output B aktif. Jika B OFF dan A diberi masukkan maka B akan menyala.
Jika B menyala maka input pada B akan menyala dan mempertahankan posisi terus menyala
bahkan jika input A OFF. Setelah B dihidupkan output B tidak akan pernah akan mematikan.
Aljabar Boolean

Pengertian Aljabar Boolean dan Hukumnya


Aljabar Boolean atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Boolean Algebra adalah
matematika yang digunakan untuk menganalisis dan menyederhanakan Gerbang Logika pada
Rangkaian-rangkaian Digital Elektronika. Boolean pada dasarnya merupakan Tipe data yang hanya
terdiri dari dua nilai yaitu “True” dan “False” atau “Tinggi” dan “Rendah” yang biasanya
dilambangkan dengan angka “1” dan “0” pada Gerbang Logika ataupun bahasa pemrograman
komputer. Aljabar Boolean ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang Matematikawan yang
berasal dari Inggris pada tahun 1854. Nama Boolean sendiri diambil dari nama penemunya yaitu
George Boole.

Hukum Aljabar Boolean


Dengan menggunakan Hukum Aljabar Boolean ini, kita dapat mengurangi dan
menyederhanakan Ekspresi Boolean yang kompleks sehingga dapat mengurangi jumlah Gerbang
Logika yang diperlukan dalam sebuah rangkaian Digital Elektronika.
Dibawah ini terdapat 6 tipe Hukum yang berkaitan dengan Hukum Aljabar Boolean

1. Hukum Komutatif (Commutative Law)


Hukum Komutatif menyatakan bahwa penukaran urutan variabel atau sinyal Input tidak
akan berpengaruh terhadap Output Rangkaian Logika.
Contoh :
Perkalian (Gerbang Logika AND)
X.Y = Y.X
Penjumlahan (Gerbang Logika OR)
X+Y = Y+X
Catatan : Pada penjumlahan dan perkalian, kita dapat menukarkan posisi variabel atau dalam hal
ini adalah sinyal Input, hasilnya akan tetap sama atau tidak akan mengubah keluarannya.

15
2. Hukum Asosiatif (Associative Law)
Hukum Asosiatif menyatakan bahwa urutan operasi logika tidak akan berpengaruh terhadap
Output Rangkaian Logika.
Contoh :
Perkalian (Gerbang Logika AND)
W . (X . Y) = (W . X) . Y

Penjumlahan (Gerbang Logika OR)


W + (X + Y) = (W + X) + Y

Catatan : Pada penjumlahan dan perkalian, kita dapat mengelompokan posisi variabel dalam hal
ini adalah urutan operasi logikanya, hasilnya akan tetap sama atau tidak akan mengubah
keluarannya. Tidak peduli yang mana dihitung terlebih dahulu, hasilnya tetap akan sama. Tanda
kurung hanya sekedar untuk mempermudah mengingat yang mana akan dihitung terlebih dahulu.
16
3. Hukum Distributif
Hukum Distributif menyatakan bahwa variabel-variabel atau sinyal Input dapat disebarkan
tempatnya atau diubah urutan sinyalnya, perubahan tersebut tidak akan mempengaruhi Output
Keluarannya.

4. Hukum AND (AND Law)


Disebut dengan Hukum AND karena pada hukum ini menggunakan Operasi Logika AND
atau perkalian. Berikut ini contohnya :

17
5. Hukum OR (OR Law)
Hukum OR menggunakn Operasi Logika OR atau Penjumlahan. Berikut ini adalah Contohnya :

6. Hukum Inversi (Inversion Law)


Hukum Inversi menggunakan Operasi Logika NOT. Hukum Inversi ini menyatakan jika
terjadi Inversi ganda (kebalikan 2 kali) maka hasilnya akan kembali ke nilai aslinya.

Jadi, jika suatu Input (masukan) diinversi (dibalik) maka hasilnya akan berlawanan.
Namun jika diinversi sekali lagi, hasilnya akan kembali ke semula.

18

Anda mungkin juga menyukai