Sistem Bilangan dalam elektronika digital digunakan untuk mewakili informasi yang akan
diolah ataupun pemrosesan hingga hasil olahannya. Sistem Bilangan yang umumnya digunakan
dalam teknik elektronika digital diantaranya adalah Sistem Bilangan Desimal, Biner, Heksadesimal
dan Oktal.
Contoh :
Kita ambil contoh pada sebuah bilangan Desimal 235,12. Bagian bilangan bulatnya adalah 235
sedangkan bagian bilangan pecahannya adalah 0,12. Digit-digitnya 5, 3, dan 2 masing-masing
memiliki bobot 102, 101 dan 100. Demikian juga digit 1 dan 2 dibelakang koma memiliki bobotnya
masing-masing yaitu 10-1 dan 10-2.
Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :
235,12 = (2 x 102) + (3 x 101) + (5 + 100) + (1 x 10-1) + (2 x 10-2)
1
2. Sistem Bilangan Biner (Binary)
Sistem Bilangan Biner atau Binary Numbering System adalah sistem bilangan yang
berbasis dua dan merupakan sistem bilangan yang digunakan oleh semua rangkaian elektronika
yang bersistem digital. Basis atau Radix dari sistem bilangan Biner ini adalah 2 yaitu angka 0 dan
1 saja. Di sistem bilangan Biner ini, setiap angka atau digit memiliki bobot 2 0, 21, 22, 23, 24 dan
seterusnya.
2
3. Sistem Bilangan Oktal (Octal)
Sistem Bilangan Oktal atau Octal Numbering system adalah sistem bilangan yang berbasis
delapan (8). Jadi, angka yang digunakan adalah berkisar diantara 0 hingga 7 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7).
Di sistem bilangan Oktal ini, masing-masing angka atau digit memiliki bobot 80, 81, 82, 83, 84 dan
seterusnya.
3
4. Sistem Bilangan Heksadesimal (Hexadecimal)
Sistem Bilangan Heksadesimal atau Hexadecimal Numbering System adalah sistem
bilangan yang berbasis 16. Sistem Bilangan Heksadesimal ini menggunakan angka atau digit 0
hingga 9 dan huruf A sampai F (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F). Huruf A hingga F
ekivalen dengan 10 hingga 16. Jadi, pada dasarnya sistem bilangan Heksadesimal ini merupakan
gabungan angka dan huruf. Di sistem bilangan Heksadesimal ini, masing-masing angka atau digit
memiliki bobot 160, 161, 162, 163, 164 dan seterusnya.
4
GERBANG LOGIKA
5
2. Gerbang OR (OR Gate)
Gerbang OR memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1
Keluaran (Output). Gerbang OR akan menghasilkan Keluaran (Output) 1 jika salah satu dari
Masukan (Input) bernilai Logika 1 dan jika ingin menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0,
maka semua Masukan (Input) harus bernilai Logika 0.
Simbol yang menandakan Operasi Logika OR adalah tanda Plus (“+”).
Contohnya : Z = X + Y.
6
5. Gerbang NOR (NOR Gate)
Arti NOR adalah NOT OR atau BUKAN OR, Gerbang NOR merupakan kombinasi
dari Gerbang OR dan Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran (Output)
Gerbang OR. Gerbang NOR akan menghasilkan Keluaran Logika 0 jika salah satu dari
Masukan (Input) bernilai Logika 1 dan jika ingin mendapatkan Keluaran Logika 1, maka semua
Masukan (Input) harus bernilai Logika 0.
7
SAKLAR (switches)
Berikut ini beberapa contoh penggunaan saklar di peralatan-peralatan listrik maupun elektronik :
Tombol ON/OFF dan Volume Up Down di Ponsel
Tombol ON/OFF di TV, Tombol-tombol di Remote TV
Saklar dinding untuk menghidupkan dan mematikan lampu listrik
Tombol ON/OFF di Laptop atau Komputer
Tombol-tombol Keyboard pada Laptop atau Komputer
Tombol ON/OFF dan Tombol pilihan kecepatan di Kipas Angin
Berdasarkan dua keadaan tersebut, Saklar pada umumnya menggunakan istilah Normally
Open (NO) untuk Saklar yang berada pada keadaan Terbuka (Open) pada kondisi awal. Ketika
ditekan, Saklar yang Normally Open (NO) tersebut akan berubah menjadi keadaan Tertutup (Close)
atau “ON”. Sedangkan Normally Close (NC) adalah saklar yang berada pada keadaan Tertutup
(Close) pada kondisi awal dan akan beralih ke keadaan Terbuka (Open) ketika ditekan.
8
Pole dan Throw Saklar
Saklar Listrik dapat digolongkan berdasarkan jumlah Kontak dan Kondisi yang
dimilikinya. Jumlah Kontak dan kondisi yang dimiliki tersebut biasanya disebut dengan istilah
“Pole” dan “Throw”.
Pole adalah banyaknya Kontak yang dimiliki oleh sebuah saklar sedangkan Throw adalah
banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Saklar.
Berikut ini adalah beberapa contoh jenis Saklar Listrik yang digolongkan berdasarkan Pole dan
Throw :
SPST : Single Pole Single Throw, yaitu Saklar ON/OFF yang paling sederhana dengan hanya
memiliki 2 Terminal. Contohnya Saklar Listrik ON/OFF pada lampu.
SPDT : Single Pole Double Throw, yaitu Saklar yang memiliki 3 Terminal. Saklar jenis ini
dapat digunakan sebagai Saklar Pemilih. Contohnya Saklar pemilih Tegangan Input Adaptor
yaitu 110V atau 220V.
DPST : Double Pole Single Throw, yaitu saklar yang memiliki 4 Terminal. DPST dapat
diartikan sebagai 2 Saklar SPST yang dikendalikan dalam satu mekanisme.
DPDT : Double Pole Double Throw, yaitu saklar yang memiliki 6 Terminal. DPDT dapat
diartikan sebagai 2 Saklar SPDT yang dikendalikan dalam satu mekanisme.
SP6T : Single Pole Six Throw, yaitu saklar yang memilki 7 Terminal yang pada umumnya
berfungsi sebagai Saklar pemilih. Jenis Saklar ini banyak ditemui dalam Rangkaian Adaptor
yang dapat memilih berbagai Tegangan Output, misalnya pilihan output 1,5V, 3V, 4,5V, 6V,
9V dan 12V.
Berikut ini adalah Simbol Saklar berdasarkan jumlah Pole dan Throw-nya.
9
RELAY
10
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi
CLOSE (tertutup)
Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN
(terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil
yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik,
maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari
Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan
arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan
menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali
lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi
Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat
digolongkan menjadi :
Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2 Terminal untuk
Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3 Terminal untuk
Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4
Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.
Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8
Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan
oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.
Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya melebihi
dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw)
dan lain sebagainya.
Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw, silakan lihat
gambar dibawah ini :
11
Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay
Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika diantaranya
adalah :
1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)
2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)
3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari Signal
Tegangan rendah.
4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).
12
Ladder Logic
Ladder Logic adalah metode pemrograman utama yang digunakan pada PLC. Ladder logic
telah dikembangkan dengan berdasarkan logika relay. Keputusan untuk mempergunakan logika
relay sangatlah pilihan yang tepat, sehingga tidak perlu mempelajari logika dasar lain yang
tentunya tidak familier bagi pengguna dan praktisi automation.
Gambar 1
Kontak yang menutup pada saat koil di beri tegangan biasa disebut open, sedangkan kontak
yang terbuka saat koil diberi tegangan biasa di sebut energized.
Koil relay biasanya digambarkan dalam bentuk lingkaran dalam skema, sedangkan kontak
outputnya di gambar sebagai garis sejajar.
Kontak yang terbuka ditunjukkan dengan dua garis sejajar dan akan terbuka (non-
conducting) ketika tidak energized.
Kontak yang tertutup ditunjukkan dengan dua garis sejajar dan garis diagonal yang
melaluinya. Ketika kumparan input tidak ada kontak akan tertutup (conducting).
Relay digunakan untuk mengatur daya masuk melalui sebuah sakelar/switch ke daya masuk
yang lain dengan menggunakan daya yang lainya lagi. Contoh pada gambar menunjukkan
aplikasi sederhana sebuah relay.
Dalam gambar relay pertama disebelah kiri menggunakan NC (Normally Close) dan
memungkinkan arus/daya mengalir hingga tegangan masuk ke input A. Relay kedua adalah
menggunakan NO (Normally Open) dan memutuskan tegangan untuk masuk ke B.
13
Jika arus mengalir melalui relay kedua
terlebih dahulu maka arus akan mengalir ke
kumparan/koil ketiga dan menutup switch kea
rah C. Sirkuit ini akan menjadi sebuah ladder
logic. Hal ini bisa dibaca secara logis sebagai: C
akan On jika A aktif dan B juga aktif.
Kita bayangkan input 24V mengaktifkan kumparan relay pada PLC, hal ini menyebabkan
terjadi kontak pada C yang menghubungkan daya tegangan 115V dan menyalakan lampu.
Catatan: bahwa dalam kenyataannya di PLC input tidak merupakan relay, tetapi hanya outputnya.
Ladder logic dalam PLC sebenarnya adalah sebuah program computer dimana pengguna
dapat dengan mudah mengubah dan menyimpan.
Perhatikan bahwa kedua push button adalah NO (Normally Open)tapi ladder logic dalam PLC
memiliki satu kontak NO dan satu kontak NC. Jadi jangan berfikir bahwa ladder logic di PLC harus
sesuai dengan input atau output.
Gambar 4
Rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 4 adalah contoh dari hal tersebut. Dalam rangkaian ini
arus dapat mengalir melalui kedua cabang tersebut dalam sirkuit, melalui kontak A atau B.
14
Input B aka nada bila output B aktif. Jika B OFF dan A diberi masukkan maka B akan menyala.
Jika B menyala maka input pada B akan menyala dan mempertahankan posisi terus menyala
bahkan jika input A OFF. Setelah B dihidupkan output B tidak akan pernah akan mematikan.
Aljabar Boolean
15
2. Hukum Asosiatif (Associative Law)
Hukum Asosiatif menyatakan bahwa urutan operasi logika tidak akan berpengaruh terhadap
Output Rangkaian Logika.
Contoh :
Perkalian (Gerbang Logika AND)
W . (X . Y) = (W . X) . Y
Catatan : Pada penjumlahan dan perkalian, kita dapat mengelompokan posisi variabel dalam hal
ini adalah urutan operasi logikanya, hasilnya akan tetap sama atau tidak akan mengubah
keluarannya. Tidak peduli yang mana dihitung terlebih dahulu, hasilnya tetap akan sama. Tanda
kurung hanya sekedar untuk mempermudah mengingat yang mana akan dihitung terlebih dahulu.
16
3. Hukum Distributif
Hukum Distributif menyatakan bahwa variabel-variabel atau sinyal Input dapat disebarkan
tempatnya atau diubah urutan sinyalnya, perubahan tersebut tidak akan mempengaruhi Output
Keluarannya.
17
5. Hukum OR (OR Law)
Hukum OR menggunakn Operasi Logika OR atau Penjumlahan. Berikut ini adalah Contohnya :
Jadi, jika suatu Input (masukan) diinversi (dibalik) maka hasilnya akan berlawanan.
Namun jika diinversi sekali lagi, hasilnya akan kembali ke semula.
18