Anda di halaman 1dari 15

SISTEM BILANGAN DAN SISTEM KODE

1. Sistem Bilangan
Sistem bilangan, yaitu suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu
item fisik. Di dalam suatu system bilangan selalu memiliki unsur-unsur; base
value, absolute value dan positional value.
- Base Value, yaitu bilangan dasar yang digunakan dalam suatu system
bilangan. Atau sering diartikan jumlah simbol yang dikenal dan
digunakan dalam suatu sistem bilangan.
- Absolute Value, adalah symbol-simbol yang dikenal dalam suatu sistem
bilangan yang digunakan untuk mewakili suatu nilai/harga mutlak,
dimana masing-masing simbol hanya terdiri satu digit.
- Position Value, yaitu nilai yang terkandung pada simbol dalam suatu
bilangan, tergantung pada posisinya, yaitu nilai mutlaknya dikalikan
dengan perpangkatan posisi dari base-nya.
1.1. Bilangan Desimal
Desimal merupakan sistem bilangan dengan basis 10, artinya
digit/angka yang digunakan untuk menyajikannya sepuluh buah yakni: 0,
1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9, serta setiap digit penyusunan memiliki bobot
kepangkatan 10n dengan n merupakan bilangan bulat positif dan negatif.
Contoh :
Bilangan (5346)10 atau 534610 memiliki arti:
534610 = 5 x 103 + 3 x 102 + 4 x 101 + 6 x 100
0,25 = 2 x 10-1 + 5 x 10-2

1.2. Bilangan Biner


Biner merupakan sistem bilangan dengan basis 2, artinya dalam sistem
ini digit yang digunakan berjumlah 2 buah yakni 0 dan 1, serta setiap digit
penyusunannya memiliki bobot kepangkatan 2 n dengan n merupakan bilangan
bulat positif dan negatif.
Contoh :
Bilangan biner (10110)2 atau 101102, dalam konteks bilangan desimal
memiliki arti:
1

101102= 1 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 21 + 0 x 20 = 2210

1610

410

210

Contoh bilangan biner 0,1012 memiliki arti:


0,1012 = 1 x 2-1 + 0 x 2-2 + 1 x 2-3
= 0,5 + 0 + 0,125
0,1012 = 0,62510

1.3. Bilangan Oktal


Oktal merupakan sistem bilangan dengan basis 8. dalam sistem ini digit
yang digunakan berjumlah 8 yakni: 0,1,2,3,4,5,6 dan 7, serta bobot yang
dimiliki oleh setiap digit penyusunannya adalah kepangkatan 8 n dengan n
merupakan bilangan bulat positif dan negatif.
Contoh
Bilangan oktal (215)8 atau 2158 dalam konteks bilangan desimal memiliki arti:
2158 = 2 x 82 + 1 x 81 + 5 x 80 = 14110

12810

810

510

Untuk bilangan oktal pecahan bobotnya merupakan kepangkatan


negatif dari 8, contoh bilangan oktal 0,148 memiliki arti:
0,148 =
=
=
0,148 =

1x 8-1 + 4x 8-2
1/8 + 4/64
2/16 + 1/16
(3/16)10

1.4. Bilangan Heksadesimal


Heksadesimal merupakan sistem bilangan dengan basis 16, artinya
simbol digit yang digunakan berjumlah 16 yakni 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,
2

dan F, serta bobot setiap digit penyusunnya adalah kepangkatan 16 n dengan


n merupakan bilangan bulat positif dan negatif.
Contoh:
Bilangan (BE5)16 atau BE516 dalam konteks sistem desimal memiliki arti:
(D1D1)16 = 13 x 163 + 1 x 162 + 13 x 161 + 1 x 160 =
5371310

5324810

25610

20810

110

Untuk bilangan heksadesimal pecahan, bobot terbesar dimulai dari 16 -1.


Contoh bilangan heksadesimal pecahan adalah 0,C8 16 Bilangan heksadesimal
tersebut memiliki nilai desimal :
0,C816
= 12x16-1 + 8x16-2
= 12/16 + 8/256
= 24/32 + 1/32
0,C816
= (25/32)16

6.2 Konversi Sistem Bilangan


Prinsip dari konversi ini adalah menjumlahkan nilai dari setiap digit/bit
semua bilangan yang telah dikalikan denggan bobotnya.
1. Konversi Sistem Biner Ke Desimal
a. Bilangan Bulat
11012
= ..10
11012
= 1x23 + 1x22 + 0x21 + 1x20
11012
= 1310
b. Bilangan Pecahan
1101,112
= ..10
1101,112
= 1x23 + 1x22 + 0x21 + 1x20 + 1x2-1 + 1x2-2
1101,112
= 13,7510
2. Konversi Sistem Oktal ke Desimal
a. Bilangan Bulat
1548 = 10
1548 = 1x82 + 5x81 + 4x80
3

1548 = 10810
b. Bilangan Pecahan
154.678
= 10
154,678
= 1x82 + 5x81 + 4x80 + 6x8-1 + 7x8-2
154,678
= 92,8610
3. Konversi Sistem Heksadesimal ke Desimal
a. Bilangan Bulat
5B416 = 10
5B416 = 5x161 + 11x160
5B16
= 9110
b. Bilangan Pecahan
A7,C116
= 10
A7,C116
= 10x161 + 7x160 + 12x16-1 + 1x16-2
A7,C116
= 167,7510
4. Konversi Sistem Desimal ke Sistem Biner
a. Bilangan Bulat
22710 = 2
=
227
2
1
113
2
1
56
0
2
28
2
0
14
2
0
7
1
2
31
2
1
22710 = 1 1 1 0 0 0 1 12
b. Bilangan Pecahan
0.62510 = 2
2 x 0.625
2 x 0.25 (sisa)
2 x 0.5 (sisa)

= 1
= 0
= 1

0.62510 = 0,1 0 1
Untuk konversi bilangan yang lain silahkan dicoba sendiri!
4

6.3 Perhitungan Aritmatika dalam Berbagai Sistem Bilangan


Perhitungan yang akan dilakukan di sini adalah penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
Penjumlahan bisa dilakukan
dengan cara penjumlahan aritmatika biasa, tetapi bisa juga dengan
menggunakan logika Boolean. Penjumlahan dengan logika Boolean dilakukan
dengan menggunakan fungsi EXCLUSIVE OR dan fungsi AND. Penjumlahan
dengan aritmatika bisa dilakukan seperti penjumlahan pada bilangan desimal.
Kalau ada carry maka angka ini akan ditambahkan dengan angka diseblah
kirinya.
Contoh:
1 1 1 0 0 0 0 1 225
1 0 1 0 1 1
43
+
1 0 0 0 0 1 1 0 0 268
Pengurangan juga dilakukan persis seperti pada sistem desimal.
Lihat tiga contoh di bawah ini :
10
2
11
1
1
1 0 0 0 1
1 1 1
1 0 1 0
1 0 0 1 1 1
1 0 -1 1
1 1 1 0 0

17
7
10
39
11
28

Dari ketiga contoh di atas terlihat bahwa apabila bilangan yang


dikurangi lebih kecil dari bilangan yang dikurangi itu akan meminjam angka
di depannya. Jadi, persis seperti pada perhitungan dengan menggunakan
sistem desimal.
Perkalian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan perkalian
aritmatika biasa dan dengan menggunakan logika Boolean. Logika Boolean
yang dipakai adalah fungsi AND.
Lihat contoh berikut untuk lebih jelasnya.
1 1 0 1 0

26
5

1 1 1
7
X
1 1 0 1 0
1 1 0 1 0
1 1 0 1 0
+
1 0 1 1 0 1 1 0
Pembagian juga bisa dilakukan dengan mudah
pembagian pada sisitem desimal.
Lihat dua contoh berikut.
1 0 1) 1 0 0 0 1 1 ( 1 1 1
1 0 1
1 1 1
1 0 1
1 0 1
1 0 1
0
Contoh di atas adalah untuk pembagian : 35/5 = 7

182
dengan

cara

seperti

Sistem Kode
Data yang diproses di dalam sistem digital umumnya direpresentasikan
dengan menggunakan kode tertentu. Terdapat berbagai macam sistem kode
seperti desimal dikode biner atau Binary Coded Ddecimal (BCD), gray,excess3, kode peraga 7-segmen, dan ASCII. Jika penyajian data hanya menggunakan
sistem bilangan, maka penyajian tersebut sangat terbatas yakni hanya dapat
menyajikan data dalam bentuk bilangan positif saja. Dengan menggunakan
sistem kode dapat disajikan berbagai macam jenis data seperti bilangan,
simbol maupun hurup kedalam besaran digital. Selain itu, dengan sistem kode
dapat juga disajikan dengan bilangan positif maupun bilangan negatif, dan
bahkan bilangan pecahan dengan titik desimal.
Kode-kode tersebut disusun dengan suatu cara menggunakan bilangan
biner yang membentuk kelompok tertentu. Kelompok bilangan biner yang
membentuk suatu kode dibedakan penyebutnya. Kode biner 4-bit dinamakan
nibble, contoh 1101, 1010, dan 1001. Kode biner 8-bit dinamakan byte,
contoh: 10011100, dan 10011100. Dalam hal ini 1 byte = 8 bit, 1 kilobyte =
1KB = 1024 byte = 210 byte. Kode biner 16-bit dinamakan word, contoh :
1001110010101010, dan kode biner 32-bit dinamakan double word.
6.4

1. Kode BDC (Binary-Coded Decimal)

Kode BCD atau Desimal Dikode Biner sering ditulis dalam bentuk BCD8421 menggunakan kode biner 4-bit untuk merepresentasikan masingmasing digit desimal dari suatu bilangan.
Contoh: Tulis dalam bentuk kode BCD-8421 bilangan desimal; 529!
5
0101

2
9
0010 1001

Desimal
BCD-8421

Dalam sistem kode BCD terdapat 6 buah kode yang tidak dapat digunakan
(invalid code) yakni: 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111, sehingga
hanya ada 10 buah kode BCD yang valid yakni kode-kode untuk
merepresentasikan bilangan desimal 0 s.d. 9.
Contoh: Ubah 0111 1100 0001BCD ke sistem desimal!
0111
7

1100

0001BCD
1

Sistem BCD
Sistem Desimal
Invalid

2. Kode ASCII
ASCII (American Standard Code for Information Interchange) merupakan
kode biner untuk merepresentasikan bilangan, huruf, dan simbol, sehingga
disebut juga kode alpanumerik.
Terdapat dua buah metode paritas yang digunakan oleh suatu sistem
untuk mendeteksi adanya kesalahan yakni metode paritas genap dan
metode paritas ganjil.
Contoh: Metode paritas genap
Kode ASCII untuk karakter C adalah 1000011, memiliki jumlah bit 1
ganjil yakni 3 buah, maka bit paritas yang ditambahkan adalah 1,
sehingga kodenya menjadi:
1

1 0 0 0 0 1 1
Bit paritas genap

Kode untuk karakter C

Contoh: Metode paritas ganjil


Kode ASCII untuk karakter C adalah 1000011, memiliki jumlah bit 1
ganjil yakni 3 buah, maka bit paritas yang ditambahkan adalah 0,
sehingga kodenya menjadi:
0

1 0 0 0 0 1 1
Bit paritas ganjil

Kode untuk karakter C

LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA

1. Ubahlah ke dalam sistem desimal nilai:


a.

10001102
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

b.

11010010,0112
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
9

.
.
.
.
c.

3458
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
d.
12AB16
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

10

.
.
.
.

2. Ubahlah 1011010101011101110012 ke sistem oktal dan heksadesimal!


...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
3. Lakukan konversi nilai 2BF1A16 dan nilai 162438 ke system biner!
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...

11

4. Lakukan operasi aritmatika penjumlahan, pengurangan, perkalian dan


pembagian:
a. 00001101 + 10011101
...
...
...
...
...
...
...
...
...
b. 10110110 - 11101
...
...
...
...
...
...
...
...
...
c. 1110101 x 111
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
d. 11000100 : 111
...
...
...
12

...
...
...
...
...
...
5. Lakukan konversi ke nilai desimal kode 000101001000BCD dan
001001111110110BCD
...
...
...
...
...
...
6. Lakukan konversi ke sistem biner dan lakukan konversi balik untuk
memeriksa kebenaran konversi yang anda lakukan!
a. 26810
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..

13

...
..
...
..
...
..
...
..
b. 51310
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
c. 71,87510
14

...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..
...
..

15

Anda mungkin juga menyukai