Anda di halaman 1dari 30

DASAR TEKNIK DIGITAL

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dasar Elektronika
Dosen Pembina
Sri Widoretno, ST.,MT

Oleh :
Mahasiswa Teknik Elektro
Angkatan tahun 2022

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
2022
BAB I
SISTEM BILANGAN

1.1. SISTEM BILANGAN


Sistem bilangan (Number System) adalah suatu cara untuk mewakili
besaran dari suatu item fisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh
manusia adalah sistem bilangan desimal, yaitu sistem bilangan yang
menggunakan 10 macam simbol untuk mewakili suatu besaran. Sistem ini banyak
digunakan karena manusia mempunyai sepuluh jari untuk dapat membantu
perhitungan. Lain halnya dengan komputer, logika di computer diwakili oleh bentuk
elemen dua keadaan yaitu off (tidak ada arus) dan on (ada arus). Konsep inilah
yang dipakai dalam sistem bilangan biner yang mempunyai dua macam nilai
untuk mewakili suatu besaran nilai. Selain sistem bilangan biner, komputer juga
menggunakan sistem bilangan octal dan hexadesimal.
Sistem Bilangan atau Number System adalah Suatu cara untuk mewakili
besaran dari suatu item fisik. Sistem Bilangan menggunakan suatu bilangan dasar
atau basis (base / radix) yang tertentu.
1.2. JENIS SISTEM BILANGAN
Sistem Bilangan basis terbagi menjadi 4 teori, yaitu
1. Sistem Bilangan Desimal
Sistem Bilangan Desimal adalah system bilangan yang memiliki 10 simbol,
yaitu: 0,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. System bilangan berbasis 10 karena memiliki 10
digit. Setiap digitnya memiliki nilai yang berbeda. Bentuk nilainya dapat berupa
integer, decimal, ataupun pecahan.
Misalnya:
2.745,21410 = (2 x 103) + (7 x 102) + (4 x 101) + (5 x 100) + (2 x 10-1) + (1x 10-
2
) + (4 x 10-3)
Untuk melihat nilai bilangan desimal dapat digunakan perhitungan seperti
berikut,misalkan contoh bilangan desimal adalah 8.598. Ini dapat diartikan :
Gambar 1. 1 Absolut value dan position value
Dalam gambar diatas disebutkan Absolut Value dan Position Value. Setiap
simbol dalam sistem bilangan desimal memiliki Absolut Value dan Position
Value. Absolut value adalah Nilai Mutlak dari masing-masing digit bilangan.
Sedangkan Position Value adalah Nilai Penimbang atau bobot dari masing-masing
digit bilangan tergantung dari letak posisinya yaitu bernilai basis di pangkatkan
dengan urutan posisinya. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel.dibawah ini.

Gambar 1. 2 Position value


Dengan begitu maka bilangan desimal 8598 bisa diartikan sebagai berikut :
8.59810 = ( 8 x 1000 ) + ( 5 x 100) + ( 9 x 10 ) + ( 8x1 )
Sistem bilangan desimal juga bisa berupa pecahan desimal (decimal fraction),
misalnya : 183,75 yang dapat diartikan :
Gambar 1. 3 Perhitungan

2. Sistem Bilangan Biner


Sistem bilangan biner memiliki 2 simbol yaitu 0 dan 1. Sistem biner
juga sering disebut sistem bilangan berbasis 2 karena memiliki dua bit. Setiap bit
memiliki nilai tempat yang berbeda.
Jadi : 1011,1012 = (1x23) + (0x22) + (1x21) (1x20) + (1x2-1) + (0x2-2) + (1x2-3)
= 8 + 0 + 2 + 1 + 0,5 + 0 + 0,125 = 11,62510
Contoh Bilangan Biner 1001, Ini dapat di artikan (Di konversi ke bilangan
desimal) menjadi sebagai berikut :

Gambar 1. 4 Contoh bilagan biner


Position Value dalam sistem Bilangan Biner merupakan perpangkatan dari nilai 2
(basis), seperti pada tabel berikut ini :
Gambar 1. 5 Position value
Berarti, Bilangan Biner 1001 perhitungannya adalah sebagai berikut: 1001 2 =
(1x8) + (0x4) + (0x2) + (1x1)
3. Sistem Bilangan Oktal
Sistem bilangan oktal adalah sistem bilang berbasis 8, oleh karena itu ia
memiliki delapan digit, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Nilai bilangan oktal sebagai
berikut :
Misal : 235,18 = (2 x 82) + (3 x81) + (5 x 80) + (1 x 8-1) = 157,12510
Contoh Oktal 1022, Ini dapat di artikan (Di konversikan ke sistem bilangan
desimal) menjadi sebagai berikut :

Gambar 1. 6 Oktal ke desimal


Position Value dalam Sistem Bilangan Oktal merupakan perpangkatan dari nilai
8 (basis), seperti pada tabel berikut ini :
Bilangan Oktal 1022 perhitungannya adalah sebagai berikut :
10228 = (1 x 512) + (0 x 64) + (2 x 8) + (2 x 1)
4. Sistem Bilangan Heksadesimal
Sistem bilangan hexadesimal adalah sistem bilangan berbasis 16, yaitu:
0,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B,C, D, E, F. Huruf-huruf A, B, C, D, D, E dan F secara
berturut-turut bernilai10, 11, 12, 13, 14, 15. Misalnya 456716 dan 24CE16 adalah
contoh bilangan hexadesimal.
Sebagai contoh :
(3C5,A)16 = (3 x 162) + (12 x 161) + (5 x 160) + (10x16–1) = (965,0625)10
Contoh Hexadesimal F3D4, Ini dapat di artikan (Di konversikan ke
sistem bilangan desimal) menjadi sebagai berikut :

Gambar 1. 7 Contoh hexadesimal

Position Value Sistem Bilangan Hexadesimal merupakan perpangkatan dari


nilai 16 (basis), seperti pada tabel berikut ini :
Gambar 1. 8 Position value

Berarti, Bilangan Hexadesimal F3DA perhitungannya adalah sebagai berikut :


F3DA16 = (15 x 4096) + (3 x 256) + (13 x 16) + (10 x 1)
1.3. KONVERSI BILANGAN
Konversi bilangan adalah proses dimana suatu sistem bilangan tertentu akan
dirubah ke bentuk sistem bilangan yg lain. Sudah dikenal, dalam Bahasa
komputer terdapat empat basis bilangan. Keempat bilangan itu adalah Biner,
Oktal, Desimal dan Hexadesimal. Keempat bilangan itu saling berkaitan satu
sama lain. Rumus atau cara mencarinya cukup mudah untuk dipelajari. konversi dari
desimal ke non-desimal, hanya mencari sisa pembagiannya saja. Dan konversi non-
desimal ke desimal adalah:
1. Mengalikan bilangan dengan angka basis bilangannya.
2. Setiap angka yang bernilai satuan, dihitung dengan pangkat NOL(0). Digit puluhan,
dengan pangkat SATU (1), begitu pula dengan digit ratusan, ribuan, dan seterusnya.
Nilai pangkat selalu bertambah satu point.

Contoh Contoh Konversi Bilangan


1. Konversi Bilangan Biner ke/dari Desimal
a. Konversi bilangan biner ke decimal
Seperti yang dikatakan pada artikel sebelumnya, bahwa sistem bilangan biner
merupakan bilangan yang berbasiskan 2 (X2), sehingga digunakan 2X untuk
mengkonversikannya kedalam bentuk bilangan desimal.
Contoh:
1. 11102 = ………10
11102 = (1 x 23) + (1 x 22) + (1 x 21) + (0 x 20)
= 8 + 4 + 2 + 0 = 1410
2. 1001,01012 = ……10
 Bagian bilangan bulat = 10012
Nilai desimalnya = (1x23) + (0x22) + (0x20) + (1x20)
= 8 + 0 + 0 + 1 = 910
 Bagian bilangan pecahan = 0,01012
Nilai desimalnya = (1x2-1)+(0x2-2) + (0x2-3) + (1x2-4)
= 0,5 + 0 + 0 + 0,0625 = 0,562510
 1001,01012 = 910+0,562510 = 9,562510
b. Konversi bilangan desimal ke biner
Sedangkan untuk mengkonversi bilangan bulat desimal ke dalam bentuk
bilangan biner, dilakukan dengan cara membagi secara berulang-ulang bilangan
desimal tersebut dengan angka 2 sampai bilangan desimal tersebut tidak dapat
dibagi lagi. Sisa dari setiap pembagiannya merupakan hasil bit yang didapat.
Untuk mengkonversi bagian bilangan pecahannya, dilakukan dengan cara
mengalikan bilangan pecahan tersebut secara berulang-ulang dengan angka 2
sampai hasil kalinya sama dengan 0 atau hasilnya berulang. Bilangan didepan
koma (carry) dari hasil perkalian adalah hasil bit yang didapat.
Contoh:
1) 62510 = …………2
625/2 = 312 sisa 1 (LSB)
312/2 = 156 0
156/2 = 78 0
78/2 = 39 0
39/2 = 19 1
19/2 = 9 1
9/2 =4 1
4/2 =2 0
2/2 =1 0
1/2 =0 1 (MSB)
 62510 = 10011100012

2) 13,37510 = …………2
 Bagian bilangan bulat = 1310
13/2 = 6 sisa 1 (LSB)
6/2 = 3 0
3/2 = 1 1
1/2 = 0 1 (MSB)
Jadi nilai biner dari 1310 = 11012
 Bagian bilangan pecahan 0,37510
0,375x2 = 0,75 dengan carry 0 (LSB)
0,75x2 = 0,5 dengan carry 1
0,5x2 = 0 dengan carry 1 (MSB)
Jadi nilai biner dari 0,37510 = 0,0112
 13,37510 = 11012 + 0,0112 = 1101,0112

2. Konversi Bilangan Oktal ke/dari Desimal atau Biner.


a. Konversi bilangan oktal ke desimal
bahwa sistem bilangan oktal merupakan bilangan yang berbasiskan 8 (X 8),
sehingga digunakan 8X untuk mengkonversikannya kedalam bentuk bilangan
decimal.
Contoh:
1) 11618 = …….. 10
11618 = (1x83) + (1x82) + (1x81) + (1x80)
= 512 + 64 + 48 + 1 = 62510
2) 137,218 = ……… 10
 Bagian bilangan bulat = 1378
Nilai desimalnya = (1x82) + (3x81) + (7x80) = 64 + 24 + 7 = 9510
 Bagian bilangan pecahan 0,218
Nilai desimalnya = (2x8-1) + (1x8-2) = 0,25 + 0,015625 = 0,26510
 137,218 = 9510 + 0,26510 = 95,26510
b. Konversi bilangan desimal ke oktal
Sedangkan untuk mengkonversi bilangan bulat desimal ke dalam bentuk
bilangan oktal, cara yang digunakan sama seperti pada konversi bilangan desimal ke
biner, bilangan pembagi pada bilangan oktal adalah angka 8, karena system
bilangan oktal adalah bilangan dengan basis delapan. Untuk mengkonversi bagian
bilangan pecahannya, dilakukan dengan cara mengalikan bilangan pecahan tersebut
secara berulang-ulang dengan angka 8 sampai hasil kalinya sama dengan 0 atau
hasilnya. Bilangan didepan koma (carry) dari hasil perkalian adalah hasil bit yang
didapat.
Contoh:
1) 62510 = ……….. 8
625/8 = 78 sisa 1 (LSD)
312/8 = 9 6
156/8 = 1 1
78/8 = 0 1 (MSD)
 62510 = 11618

2) 73,7510 = ………8
 Bagian bilangan bulat = 7310
73/8 = 1 (LSD)
9/8 = 1
1/8 = 1 (MSD)
Jadi nilai biner dari 7310 = 1118
 Bagian bilangan pecahan = 0,7510
0,75x8 = 0 dengan carry 6
Jadi nilai biner dari 0,7510 = 0,68
 73,7510 = 1118 + 0,68 = 111,68
c. Konversi bilangan oktal ke biner
Mengkonversi bilangan oktal ke bilangan biner caranya lebih mudah
dibandingkan dengan mengkonversi bilangan oktal ke bilangan desimal, yaitu
dengan cara mengkonversi setiap satu digit bilangan oktal kedalam bentuk 3-bit
binernya.
Contoh:
1) 11618 = ………2
1 1 6 1
001 001 110 001
 11618 = 100111100012
2) 374,268 = ……….2
3 7 4 ,2 6
011 111 100 ,010 110
 374,268 = 11111100,010112

d. Konversi bilangan biner ke oktal


Untuk mengkonversi bilangan biner ke bilangan oktal, caranya adalah
dengan mengelompokan bilangan biner yang bersangkutan menjadi 3-bit mulai dari
LSB (bagian paling kanan untuk bilangan bulat dan bagian paling kiri untuk bilangan
pecahan) lalu mengkonversi setiap 3-bit bilangan biner tersebut kedalam bentuk
bilangan oktalnya.
Contoh:
1) 10011100012 = ……….. 8
001 001 110 001
1 1 6 1
 10011100012 = 11618
2) 1110100,01001112 = ………. 8
001 110 100 ,010 011 100
1 6 4 ,2 3 4
 1110100,01001112 = 164,2348
3. Konversi Bilangan Heksadesimal ke/dari Desimal atau Biner.
a. Konversi bilangan heksadesimal ke decimal
Seperti yang dikatakan pada artikel sebelumnya, bahwa sistem bilangan oktal
merupakan bilangan yang berbasiskan 16 (X 16), sehingga digunakan 16X untuk
mengkonversikannya kedalam bentuk bilangan desimal.
Contoh:
1) 27116 =………...10
27116 = (2x162) + (7x161) + (1x160)
= 512 + 112 + 1 = 62510
2) 1E0,2A16 =………..10
 Bagian bilangan bulat = 1E08
Nilai desimalnya = (1x162) + (14x161) + (0x160)
= 252 + 224 + 0 = 48010

 Bagian bilangan pecahan = 0,2A8


Nilai desimalnya = (2x16-1) + (10x16-2)
= 0,125 + 0,0390625 = 0,16410
 1E0,2A16 = 48010 + 0,16410 = 480,16410

b. Konversi bilangan desimal ke heksadesimal


Untuk mengkonversi bilangan bulat desimal ke dalam bentuk bilangan
heksadesimal, cara yang digunakan sama seperti pada konversi bilangan desimal ke
biner atau oktal, namun bilangan pembagi pada bilangan heksadesimal adalah angka
16, karena sistem bilangan heksadesimal adalah bilangan dengan basis enam-
belas. Untuk mengkonversi bagian bilangan pecahannya, dilakukan dengan cara
mengalikan bilangan pecahan tersebut secara berulang-ulang dengan angka 16 sampai
hasil kalinya sama dengan 0 atau hasilnya berulang. Bilangan didepan koma (carry)
dari hasil perkalian adalah hasil bit yang didapat.
Contoh:
1) 62510 =………..16
625/16 = 39 sisa 1 (LSD)
312/16 = 2 7
156/16 = 0 2 (MSD)
 62510 = 27116

2) 82,2510 =……….16
 Bagian bilangan bulat = 8210
82/16 = 2
5/16 = 5 (MSD)
Jadi, nilai biner dari 8210 = 5216
 Bagian bilangan pecahan = 0,2510
0,25 x 16 = 0 dengan carry 4
Jadi, nilai biner dari 0,2510 = 0,416

 82,2510 = 5216 + 0,416 = 52,416


c. Konversi bilangan heksadesimal ke biner.
Mengkonversi bilangan heksadesimal ke bilangan biner caranya mirip
seperti cara mengkonversi bilangan oktal ke bilangan biner, namun pada bilangan
heksadesimal ada sedikit perbedaan, yaitu mengkonversi setiap satu digit bilangan
heksadesimal ke dalam bentuk 4-bit binernya.
Contoh:
1) 27116 = ……..2
2 7 1
0010 0111 0001
 27116 = 10011100012
2) 17E,F616 = ……..2
1 7 E ,F 6
0001 0111 1110 ,1111 0110
 17E,F616 = 101111110,111101102
d. Konversi bilangan biner ke heksadesimal
Untuk mengkonversi bilangan biner ke bilangan heksadesimal, caranya
adalah dengan mengelompokan bilangan biner yang bersangkutan menjadi 4-bit
mulai dari LSB (bagian paling kanan untuk bilangan bulat dan bagian paling kiri
untuk bilangan pecahan) lalu mengkonversi setiap 4-bit bilangan biner tersebut
kedalam bentuk bilangan heksadesimalnya.
Contoh:
1) 1011010110110010112 = …………...16
0010 1101 0110 1100 1011
2 D 6 C B
 1011010110110010112 = 2D6CB16
2) 1011001110,0110111012 = ……………16
0010 1100 1110 ,0110 1110 1000
2 C E ,6 E 8
 1011001110,0110111012 = 2CE,6E816

1.4. PRESENTASI POWE POINT


BAB II
Gerbang logika

1.1. Pengertian gerbang logika


Gerbang logika atau logic gates adalah proses pengolahan input bilangan
biner dengan teori matematika boolean. Seperti yang kita ketahui, bilangan biner
sendiri terdiri dari angka 1 dan 0.Logic gate ini direpresentasikan menggunakan tabel
kebenaran. Jika memiliki nilai benar (true) akan ditunjukan dengan angka “1”.
Sebaliknya, jika memiliki nilai salah (false) akan ditunjukan dengan angka
“0”.Gerbang logika atau logic gate adalah bagian dasar dari perancangan sistem
elektronika digital untuk mengubah masukan (input) menjadi sinyal keluaran (output)
yang logis sebagai hasil dari voltase atau arus.Gerbang logika direpresentasikan oleh
angka biner atau tabel kebenaran, yaitu simbol 1 dan 0. Kedua angka ini akan
menggambarkan benar (TRUE) dan salah (FALSE), tinggi (HIGH) dan rendah
(LOW), serta hidup (ON) dan mati (OFF).Contoh dari penerapan gerbang logika
adalah ketika menyalakan barang elektronik. Dengan sebuah saklar, kita dapat
mengoperasikan barang tersebut menjadi hidup (ON) atau mati (OFF).Gerbang logika
memiliki tiga bagian, yaitu transistor, resistor, dan dioda. Ketiga bagian ini bergabung
untuk beroperasi secara sederhana ataupun kompleks menurut Laksamana Rajendra
dalam situs Universitas Sains dan Teknologi Komputer (STEKOM).
1.2. Jenis Gerbang Logika
Jenis-jenis gerbang logika bisa dikatakan sebagai cara kerja dari gerbang logika
itu sendiri. Gerbang logika memiliki tujuh jenis cara kerja, yaitu gerbang logika
AND, gerbang logika OR, gerbang logika NAND, gerbang logika NOR, gerbang
logika X-OR (Exclusive OR), dan Gerbang logika X-Nor (ekuskive NOR) dan
gerbang logika NOT
1. Gerbang Logika AND
Gerbang logika AND adalah gerbang logika yang mempunyai masukan dua
atau lebih serta mempunyai satu keluaran. Pada gerbang logika AND, masukan
logikanya tinggi jika semua keluaran logikanya juga tinggi. Begitu pun sebaliknya,
jika masukan logikanya rendah, maka keluaran logikanya akan rendah. Gerbang
logika ini bisa kamu temui pada salah satu komponen listrik yaitu IC 7208.

Gambar 2. 1 gerbang logika AND

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa setiap gerbang logika pasti
memiliki tabel kebenaran. Tabel kebenaran menunjukkan bahwa gerbang logika bisa
diaktifkan atau tidak. Oleh karena itu, berdasarkan tabel kebenaran di atas, maka bisa
dikatakan bahwa setiap hasil keluaran berupa angka 0 berarti gerbang logika AND
tidak bisa diaktifkan. Dari tabel kebenaran itu juga dapat disimpulkan bahwa gerbang
logika hanya bisa terjadi jika masukan sama-sama angka “1”. Jika masukan berupa
angka “0” dan “0”, gerbang logika AND tidak bisa diaktifkan dan jika masukan
berupa angka “1” dan “0”, gerbang logika tidak bisa diaktifkan juga.
2. Gerbang Logika OR
Gerbang logika OR adalah gerbang logika yang sangat sederhana karena
hanya memakai resistor dan transistor. Cara kerja pada gerbang logika OR berupa dua
masukan daya listrik. Jika salah satu masukan diaktifkan, maka akan menghasilkan
keluaran akan aktif juga. Gerbang logika OR bisa ditemukan pada komponen listrik
IC 7432.

Gambar 2. 2 gerbang logika OR


Tabel kebenaran logika OR di atas menjelaskan bahwa setiap dua masukan
yang memiliki angka “1” akan menghasilkan keluaran angka “1” juga. Angka “1” itu
menandakan bahwa gerbang logika OR benar dan bisa diaktifkan. Namun, gerbang
logika OR menjadi tidak aktif ketika salah satu masukannya berupa angka “0”.
Dengan kata lain, angka “0” pada gerbang logika OR akan menghasilkan keluaran
yang tidak aktif atau tidak benar
3. Gerbang Logika NAND
Gerbang logika NAND adalah gabungan dari gerbang logika AND dan
gerbang logika NOT. Dari kedua gabungan logika itu, maka dapat dibaca menjadi
NOT AND atau bisa disingkat menjadi NAND. Gerbang logika NAND dapat
ditemukan pada komponen elektronika IC 7400.

Gambar 2. 3 gerbang logika NAND

Tabel kebenaran gerbang logika NAND menjelaskan bahwa masukan berupa


angka “1” dengan angka “1” akan menghasilkan keluaran angka “0”. Sedangkan
masukan angka “0” dengan angka “0” akan menghasilkan keluaran angka “1”. Dari
tabel kebenaran gerbang logika NAND di atas dapat dikatakan bahwa setiap hasil
keluaran merupakan kebalikan dari hasil keluaran gerbang logika AND. Oleh karena
itu, gerbang logika NAND bisa dikatakan sebagai keluaran dari gerbang logika dari
gerbang logika AND yang dibalik atau dinegasi.
4. Gerbang Logika NOR
Gerbang logika NOR adalah gerbang logika gabungan dari gerbang logika OR
dan gerbang logika NOT. Gerbang logika NOR bisa kamu temukan pada komponen
listrik yang bernama IC 7436.
Gambar 2. 4 gerbang logika NOR

Berdasarkan tabel kebenaran di atas gerbang logika NOR memiliki dua


masukan dan satu keluaran. Masukan yang berupa angka “0” bertemu dengan angka
“0” akan menghasilkan angka “1”. Sedangkan angka “1” bertemu dengan angka “1”
akan menghasilkan keluaran angka “0”. Jika dilihat dari tabel kebenaran, hasil
keluaran gerbang logika NOR berupa kebalikan dari keluaran yang berasal dari
gerbang logika OR. Maka dari itu, gerbang logika NOR bisa dikatakan sebagai
keluaran dari gerbang logika OR yang dibalik.
5. Gerbang Logika XOR
Gerbang XOR adalah gabungan dari gerbang NOT, AND, dan OR. Selain dari
ketiga gabungan tersebut, gerbang logika XOR juga bisa menggunakan gabungan
gerbang logika yang lain. Karena bisa bergabung oleh banyak gerbang logika, maka
gerbang logika XOR disebut juga dengan gerbang eksklusif. Gerbang XOR dapat
ditemukan di komponen elektronika IC 7486.

Gambar 2. 5 gerbang logika XOR

Gerbang logika XOR memiliki tabel kebenaran yang yang menghasilkan


keluaran berupa angka “1” sebanyak dua kali dan keluaran angka “0” sebanyak dua
kali juga. Jika masukan berupa angka yang sama, maka akan menghasilkan “0”.
Sedangkan jika masukan berupa angka yang beda, maka hasil keluaran berupa “1”.
Oleh sebab itu, gerbang logika XOR akan mengeluarkan logika rendah jika kedua
masukan memiliki karakteristik yang sama. Sementara itu, gerbang logika XOR akan
mengeluarkan logika tinggi jika kedua masukan memiliki karakteristik yang berbeda.
6. Gerbang Logika XNOR
Gerbang logika XNOR adalah gabungan dari gerbang logika XOR dan
gerbang logika NOT. Dari gabungan logika tersebut, maka disingkat menjadi XNOR
atau Exclusive NOR. Gerbang logika XNOR dapat ditemukan pada komponen
elektronika IC 7266.

Gambar 2. 6 gerbang logika XNOR

Tabel kebenaran gerbang logika XNOR menjelaskan bahwa masukan yang


sama akan menghasilkan keluaran angka “1”. Sedangkan, masukan yang berbeda
akan menghasilkan keluaran berupa angka “0”. Jadi, bisa dikatakan bahwa tabel
kebenaran XNOR kebalikan dari tabel XOR. Gerbang logika XNOR akan
menghasilkan keluaran dengan logika tinggi jika kedua karakteristiknya sama.
Sementara itu, keluaran logika akan rendah jika masukan pada gerbang logika XNOR
memiliki karakteristik yang berbeda.

7. Gerbang Logika NOT


Gerbang logika NOT adalah gerbang logika yang bisa melakukan operasi
peniadaan logika atau pembalik keadaan logika. Karena hal itulah, maka gerbang
logika ini dinamakan gerbang logika NOT. Gerbang logika NOT juga dikenal sebagai
rangkaian inverter. Gerbang logika NOT bisa ditemukan pada komponen listrik IC
7404.

Gambar 2. 7 gerbang logika NOT

Tabel kebenaran gerbang logika NOT menggambarkan bahwa masukan


berupa angka “0” akan menghasilkan keluaran berupa angka “1” dan jika masukan
berupa angka “1” akan menghasilkan keluaran angka “1”. Berdasarkan dari tabel
kebenaran di atas, maka dapat dikatakan bahwa gerbang logika NOT cara
pengoperasiannya terbalik. Meskipun pengoperasiannya terbalik, tetapi bentuk dan
tingkat biner dalam operasi sinyal masukan dapat dipertahankan dengan baik.
2.3. Fungsi Gerbang Logika
Fungsi utama dari gerbang logika adalah untuk membentuk sebuah jalur digital
agar semua komponen-komponen dapat saling terhubung dengan baik, sehingga suatu
perangkat elektronik berjalan dengan baik juga. Selain itu, gerbang logika dapat
berfungsi sebagai sebuah sistem untuk memerintah atau menerjemahkan suatu
perangkat. Pada umumnya, gerbang logika bisa ditemukan di perangkat elektronika
berupa chip. Di dalam chip ada banyak sekali komponen-komponennya. Oleh karena
itu, untuk menghubungkan setiap komponen-komponen yang ada di dalam chip,
maka hadirlah gerbang logika. Bahkan, di dalam chip terdapat ribuan gerbang logika.
Meskipun ada jutaan gerbang logika, tetapi setiap gerbang sudah mempunyai fungsi
yang berbeda-beda. Namun, pada komponen IC logic yang sederhana hanya
ditemukan beberapa gerbang logika saja. Misalnya pada komponen IC logic TTL
7408. Pada rangkaian IC logic TTL 7408 di atas terdapat beberapa rangkaian, seperti
rangkaian flip flop, rangkaian pengaman dengan menggunakan kunci rahasia,
rangkaian counter, rangkaian multiplexer, rangkaian demultiplexer, rangkaian
encoder, dan rangkaian decoder.
2.4. Simbol Gerbang Logika
Setiap gerbang logika memiliki simbol-simbolnya masing-masing. Di bawah ini akan
dijelaskan simbol-simbol dari setiap jenis gerbang logika.
1. Gerbang Logika AND

Gambar 2. 8 simbol AND

Pada simbol di atas, gerbang logika AND memiliki dua masukan yang berada
di sebelah kiri. Sedangkan keluaran pada gerbang logika AND hanya ada satu yaitu
yang berada di sisi kanan. Gerbang logika AND akan mengeluarkan logika tinggi jika
karakteristik masukan tinggi, maka keluaran akan tinggi juga.
2. Gerbang Logika OR

Gambar 2. 9 simbol OR

Pada simbol di atas, gerbang logika OR mempunyai masukan yang berjumlah


dua masukan dan keluaran yang berjumlah satu. Gerbang logika OR akan
mengeluarkan logika tinggi jika ada masukan yang berkarakteristik tinggi, maka
keluaran gerbang logika OR akan tinggi juga. Namun, jika semua masukan
berkarakteristik rendah, maka logika yang dihasilkan akan rendah juga.
3. Gerbang Logika NAND

Gambar 2. 10 simbol NAND


Pada simbol di atas, gerbang logika NAND memiliki masukan yang
berjumlah dua masukan. Sedangkan keluaran pada gerbang logika NAND hanya ada
satu. Gerbang logika akan mengeluarkan logika tinggi jika satu atau semua masukan
memiliki karakteristik logika rendah.

4. Gerbang Logika NOR

Gambar 2. 11 simbol NOR

Pada simbol di atas, gerbang logika NOR memiliki masukan yang berjumlah
dua dan menghasilkan keluaran yang berjumlah satu. Gerbang logika NOR akan
berlogika tinggi jika masukan sama-sama memiliki logika rendah. Dengan kata lain,
jika ada masukan dengan logika tinggi, maka keluaran akan menghasilkan logika
rendah.
5. Gerbang Logika NOT

Gambar 2. 12 simbol NOT

Pada simbol di atas, gerbang logika NOT mempunyai masukan yang berjumlah satu.
Sedangkan keluaran yang ada di gerbang logika NOT hanya satu juga. Setiap gerbang
logika NOT akan menghasilkan keluaran yang berbanding terbalik. Misalnya, jika
masukan berlogika tinggi, maka keluaran akan rendah, begitu pun sebaliknya.
6. Gerbang Logika XOR

Gambar 2. 13 simbol XOR

Pada simbol di atas, gerbang logika XOR mempunyai dua masukan dan hanya
memiliki satu keluaran saja. Gerbang logika XOR akan mengeluarkan logika tinggi
jika setiap masukan terdiri dari logika tinggi dan logika rendah. Dengan kata lain,
setiap masukan yang memiliki logika yang sama akan mengeluarkan logika yang
rendah.
7. Gerbang Logika XNOR

Gambar 2. 14 simbol XNOR

Pada simbol di atas, gerbang logika XNOR memiliki dua masukan dengan
satu keluaran saja. Gerbang logika XNOR akan tinggi jika masukan memiliki
karakteristik atau jumlah logika yang sama. Misalnya, dua masukan dengan logika
rendah akan mengeluarkan logika yang tinggi dan dua masukan dengan logika tinggi
akan mengeluarkan logika yang tinggi juga.
2.5. George Boole
aljabar Boolean adalah salah satu cara logis yang untuk membandingkan angka
dalam membuat keputusan benar atau salah, atau 1 atau 0. Aljabar ini ditemukan oleh
seorang matematikawan dari Inggris yang bernama George Boole. Ia lahir pada tahun
1815 dan wafat pada tahun 1864. George Boole mengungkapkan konsep aljabarnya
pada sebuah buku yang berjudul An Investigation of the Laws of Thought, on Which
Are Founded the Mathematical Theories of Logic and Probabilities pada tahun 1854.
George Boole membuat aljabar pada buku itu dengan tujuan untuk menunjukkan cara
kerja penalaran yang ada pada manusia yang sangat kompleks, sehingga bisa
digambarkan melalui bentuk matematis dan logis.
2.6. Presentasi Power Point

Anda mungkin juga menyukai