INPUT
ANALOG
OUTPUT
ANALOG
SISTEM
ANALOG
(a)
INPUT
ANALOG
OUTPUT
DIGITAL
SISTEM
DIGITAL
(b)
Contoh : 1.1
Berikut ini manakah yang menyatakan kuantitas analog dan mana menyatakan digital ?
(a) Sistem sensor elektronik (counter) yang dapat menghitung objek bergerak di
sepanjang ban berjalan (conveyor) ?
(b) Speedometer standart ?
(c) Perubahan temperature fisis ?
(d) Molekul-molekul suatu bahan tampak ?
(e) Tampilan LCD (liquid crystal display) ?
Jawaban :
(a) Digital
(b) Analog
(c) Analog
(d) Digital, karena jumlah molekul hanya dapat dihitung secara diskrit tertentu dan
tidak sebarang harga pada rentang kontinyu.
(e) Digital.
VARIABEL
PROSES
(FISIS)
ANALOG
SENSOR
TRANDUSER
ANALOG
KONVERTER
(ADC)
DIGITAL
DIGITAL
SENTRAL
PROSESOR
DIGITAL
ANALOG
KONVERTER
(DAC)
0123
1.3.1
DESIMAL (10)
BINER (2)
OKTAL (8)
HEXADESIMAL (16)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
1010
1011
1100
1101
1110
1111
00
01
02
03
04
05
06
07
10
11
12
13
14
15
16
17
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
A
B
C
D
E
F
perhatikan untuk bilangan decimal : 27,35. bilangan ini sesungguhnya sama dengan : 2
(puluhan) + 7 (satuan) + 3 (per-sepuluhan) + 5 (per-seratusan). Atau : 2x10 + 7x1 +
3x0,1 + 5x0,01. Titik decimal digunakan untuk memisahkan antara bilangan bulat dan
pecahan dari bilangan tersebut. Dalam Gambar : 1.3 beberapa posisi relative terhadap
titik decimal memiliki bobot yang dapat dinayatakan sebagai pangkat-10.
Dalam Gambar : 1.3 diperlihatkan bilangan 27.35. Titik decimal memisahkan pangkat
10 positip dari pangkat 10 negatip. Jadi bilangan 27.35 sama dengan :
(7.100) + (3.10-1) + (5.10-2).
(2.10+1) +
Nilai-nilai Posisional
103
102
101
100
10-1
10-2
10-3
10-4
MSD
Titik
Desimal
LSD
1.3.2
Kekurangan pada sistem bilangan decimal adalah tidak relevan bila digunakan untuk
sistem-sistem digital. Misalnya, sangat sulit untuk mendisain rangkaian elektronik
sedemikian rupa yang dapat bekerja dengan 10 level tegangan yang berbeda (setiap
level menyatakan satu karakter decimal, yaitu 0 sampai 9). Sebaliknya akan lebih
mudah untuk mendisain rangkaian-rangkaian elektronik akurat yang beroperasi dengan
hanya dua level tegangan.
Pada sistem biner hanya ada dua simbol atau nilai digit yang mungkin yaitu : 0 dan
1. Walaupun demikian sistem biner (dasar-2) ini dapat digunakan untuk menyatakan
setiap kuantitas yang dapat dinyatakan dalam decimal atau sistem-sistem bilangan yang
lain, yang memerlukan digit-digit bilangan biner lebih banyak untuk menyatakan suatu
kuantitas tertentu.
Pada sistem biner juga berlaku nilai posisional, dimana tiap-tiap digit biner memiliki
nilainya sendiri atau bobot yang dinyatakan sebagai pangkat-2. yang ditunjukkan
dalam Gambar : 1.4. Dimana tempat-tempat disebelah kiri dari titik biner (sama
dengan titik decimal) adalah pangkat-2 positip dan tempat-tempat di sebelah kanan
dari titik biner adalah pangkat-2 negatip.
Pada Gambar : 1.4 ditunjukkan bilangan biner : 1011.101(2), untuk menemukan
ekivalen sistem desimalnya, kita cukup menghitung jumlah dari hasil kali pangkat-2
terhadap setiap nilai digit (0 atau 1) bergantung pada nilai posisinya
Nilai-nilai Posisional
24
23
22
21
20
2-1
2-2
2-3
2-4
MSB
Titik Biner
LSB
(10)
1
1.3.3
Sistem bilangan oktal seperti halnya biner juga sangat penting dalam pemakaianpemakaian pada teknik digital karena memiliki relevansi terhadap nilai-nilai biner.
Bilangan octal juga disebut dengan basis-delapan, ia memiliki simbol-simbol bilangan
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Simbol / kode angka 8 dan 9 tidak digunakan pada system
oktal. Gambar : 1.5 memperlihatkan diagram nilai posisional untuk sistem oktal.
Dalam diagram Gambar : 1.5 diberikan contoh nilai bilangan oktal : 234.3708 seperti
dalam prinsip sistem-sistem bilangan yang lain, maka dengan mudah dicari nilai
ekivalen desimalnya, yaitu : 234.370 8 = (2x82) + (3x81) + (4x80) + (3x8-1) + (7x8-2) +
(0x8-3)
83
82
81
80
8-1
8-2
8-3
MSD
Titik Oktal
8-4
LSD
Cara penulisan urutan hitungan oktal sama seperti halnya pada sistem desimal, setelah
hitungan maksimum bilangan oktal (angka 7) , maka harus kembali ke angka awal
(0) yaitu untuk posisi digit yang lebih tinggi 10 (baca satu-nol) . dan seterusnya
untuk 20 (baca, dua-nol). Berikut ini cara penulisan hitungan oktal :
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, dst.
dst.
Sistem hexadecimal juga memiliki nilai posisi seperti halnya pada sistem bilangan
lainnya (Gambar : 1.6) yang telah dibahas dan semua ketentuan pada sistem bilangan
sebelumnya juga berlaku pada sistem bilangan hexadecimal.
Nilai-nilai Posisional
164
163
162
161
160
16-1
16-2
16-3
MSD
Titik Hexa
16-4
LSD
Contoh diagram Gambar : 1.8 dapat dijabarkan secara matematis sebagai berikut :
234.120(16) = (2x162) + (3x161) + (4x160) + (1x16-1) + (2x16-2) + (0x16-3)
= (512 + 48 + 1/16 + 2/256 + 0) 10
=
(10)
BINER (2)
DESIMAL (10)
BINER (2)
0
1
2
3
4
5
6
7
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
8
9
10
11
12
13
14
15
1000
1001
1010
1011
1100
1101
1110
1111
Sebaliknya bagaimana mendapatkan kembali nilai bilangan asal (biner) dari bilangan
decimal ? Diambil contoh dari Tabel : 1.2 untuk nilai decimal 15, apabila akan dicari
kembali nilai binernya, maka dibagi habis dengan dasar-dua (biner) yaitu sebagai
berikut :
OPERASI
HASIL
SISA
POSISI
15
2
=7
LSB
7
2
=3
3
2
=1
1
2
=0
MSB
memiliki nilai posisi LSB dan sisa pembagian terakhir memiliki nilai posisi MSB. Dan
cara penulisan setara binernya diawali dari bawah ke atas (arah panah) yaitu : 15(10) =
1111(2)
Contoh ; 1.3
Konversikan bilangan desimal 53 kedalam bilangan biner setaranya ?
Jawaban :
OPERASI
HASIL
SISA
POSISI
= 17
LSB
=8
=4
=2
2
2
=1
1
2
=0
MSB
35
2
17
2
8
2
4
2
Contoh ; 1.4
Biner : 0.1011 dapat ditulis decimal setaranya sebagai berikut ;
0.1011(2) = (1x2-1) + (0x2-2) + (1x2-3) + (1x2-4)
= 0,5 + 0 + 0,125 + 0,0625
= 0,6875(10)
Oleh karena itu untuk memperoleh kembali nilai pecahan binernya harus dikalikan
dengan bilangan dasar dua hingga diperoleh nilai nol dibelakang koma, yaitu sebagai
berikut :
0,6875
X2
0,3750
X2
0 , 7500
X2
0 , 5000
X2
1 , 3750
0 , 7500
1 , 5000
1 , 0000
MSB
LSB
10
Untuk memperoleh kembali nilai bilangan oktal dari nilai desimalnya harus dibagi
habis dengan delapan, yaitu sebagai berikut :
OPERASI
HASIL
SISA
POSISI
25
8
3
8
=3
LSD
=0
MSD
Dan cara penulisan dari hasil pembagian tersebut dimulai dari MSD ke LSD, yaitu : :
(25)10 = (31)8
Untuk operasi-operasi pecahan dapat mengikuti cara-cara yang digunakan dalam
operasi biner, karena oktal memiliki dasar delapan, maka untuk memperoleh nilai
setaranya harus dikalikan dengan delapan hingga habis.
Sebagai contoh, desimal (0,1875)10 = .. 8 ?
Sehingga diperoleh :
0,1875
X8
0,5000
X8
1 , 5000
4 , 0000
MSD
LSD
(0,1875)10 = (0,14) 8
Contoh : 1.5
Konversikan sistem bilangan decimal dibawah ini ke dalam sistem oktal setaranya :
49,21875(10) = ..
(8)
Jawaban :
11
Bagian bulat
Bagian pecahan
49
= 6 + 1
8
(LSD)
6
= 0 + 6
8
(MSD)
0,21875
X8
0,75000
X8
1 , 75000
6 , 0000
MSD
LSD
49,21875(10) = 61,16
(8)
Contoh lain :
3B(16) = (3x161) + (Bx160) = 48 + 11 = 59(10)
Catatan : B = 11 (hexadecimal)
Pecahan Hexadesimal
Gambar diagram nilai posisi hexadecimal, nilai pecahan ditunjukan oleh pangkat
negatip (sebelah kanan titik hexa). Sebagai contoh :
0,8(16) = (8x16-1) = 8/16 = 0,5(10)
12
Contoh : 1.6
Konversikan nilai bilangan decimal berikut {152,50(10)} kedalam hexadesimalnya
Jawaban :
Bagian bulat
Bagian pecahan
152
= 9 + 8
16
(LSD)
0,500
X 16
8 , 000
9
= 0 + 9
16
(MSD)
{152,50(10)} = (98,8) 16
yaitu
terlebih
dahulu
(2)
(2)
13
Prosedurnya dapat ditulis seperti berikut, yaitu pembagian habis dengan dua (bilangan
dasar-2), Sehingga hasilnya ditulis : 189(8) = 1 0 1 1 1 1 0 1
(2) .
pembagian dalam biner terakhir merupakan nilai posisi MSB. Dan jawaban seluruhnya
adalah :
275(8) = 189(10) = 1 0 1 1 1 1 0 1 (2)
OPERASI
189
2
94
2
47
2
23
2
11
2
5
2
2
2
1
2
HASIL
SISA
POSISI
= 94
LSB
= 47
= 23
= 11
=5
=2
=1
=0
MSB
Cara ke-dua, perlu diketahui dalam bilangan oktal (dasar-8) memiliki simbol-simbol
digit : 0 sampai dengan 7 atau digit terbesar dalam oktal adalah =7 yang berarti biner
setaranya dipenuhi dalam 3-bit (digit), yakni : 7(8) = 111(2) .
Apabila kita lihat kembali hasil konversi pada penjelasan sebelumnya (Tabel : 1.1) ,
dimana bilangan-bilangan : (0 000); (1 001); (2 010); . dan (7
111) . Apabila disusun kembali sesuai dengan posisi digit-digit diatas, akan terlihat
sebagai hubungan yang sangat sederhana, yaitu :
275(8) = 010 111 101 (2)
14
Sehingga untuk mengkonversi bilangan oktal kedalam bilangan binernya akan lebih
mudah bila dilakukan dengan cara mengkonversi masing-masing digit oktal menjadi
kelompok (group) 3-bit kode binernya. Dan disusun sesuai posisi digit oktalnya.
Sehingga operasi cara pertama dengan cara kedua adalah sama.
Contoh : 1.7
Konversikan sistem bilangan oktal berikut ini menjadi nilai biner setaranya .
3576,04 (8) = .
(2)
Jawaban ;
3576,04 (8) = 011 101 111 110 . 000 100 (2)
Dan sebaliknya apabila mengkonversi kembali dari biner ke oktal setaranya dapat
dilakukan dengan cara mengelompokan berturut-turut dalam 3-bit, yakni :
1.
Untuk bilangan bulat (integer) dikelompokan dalam 3-bit berturut-turut kearah kiri
(8)
Jawaban :
Dari persoalan tersebut disusun/dikelompokan kembali dalam 3-bit, untuk bil bulat
dari titik biner kekiri dan pecahan kekanan yang diperoleh sebagai berikut :
001 100 101 010 001 . 110 011 000 (2) = 14521.630 (8)
Bilangan Biner
Operasi penjumlahan dalam biner ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu :
0 + 0 = 0
0 + 1 = 1
KONSEP DAN SISTEM BILANGAN DIGITAL
15
1 + 0 = 1
1 + 1 = 0 carry = 1 (bawaan/sisa)
Pada kasus ke-4 (1 + 1) artinya, memberikan hasil penjumlahan = 0 dan carry/sisa = 1,
carry /sisa ini mempunyai status (posisi) setingkat lebih tinggi dari hasil jumlahnya.
Apabila ditulis nilai binernya = 10 (satu-nol) setara dengan decimal 2.
Contoh : 1.9
Jumlahkan nilai dari kelompok-kelompok biner dibawah ini ?
a). {001101 + 100101}2 = ()2
b). {1011011 + 1011010}2 = ()2
Jawaban :
Sebaiknya dalam operasi penjumlahan ini kita susun kembali seperti berikut :
a) 001101 13
100101 + 37+
1100102
5010
b) 1011011
91
1011010 + 90+
101101012
18110
(8)
Jawaban :
Seperti dalam operasi penjumlahan biner kita susun kembali oktal seperti berikut :
235
126+
3638
Perhatikan penjumlahan pada kolom pertama (LSD) sebernarnya dihasilkan : 11
(sebelas), karena oktal memiliki dasar-8, maka hasil jumlah dari kolom pertama akan
16
dibagi dengan 8 yang menghasilkan carry = 1 pada posisi kolom kedua (sebelah kiri
LSD) dan sisa = 3. Oleh karena itu sisa = 3 harus dituliskan sebagai hasil pada posisi
LSD, dan carry (=1) harus ditambahkan dengan bilangan pada kolom kedua yang
menghasilkan sisa lagi = 6 dst. Dengan cara yang sama, lakukan penjumlahan untuk
bilangan-bilangan oktal yang lain berikut ini !
a). (2017 + 4674)8 =
b). (76 + 23)8
= .
(8)
(8)
Contoh : 1.11
Jumlahkan dalam hexadecimal untuk bilanagan dibawah ini ?
(21A + 352)16 = ..
16
Jawaban :
21A
352 +
56C16
Perhatikan
penjumlahan
dua
bilangan
pada
kolom
(digit)
pertama
(A+2)
menghasilakan nilai 12 (dalam decimal), namun pada sistem hexa tidak dikenal simbol
12, melainkan kode 12 disimbolkan dengan C. Dan apabila dalam penjumlahan hexa
hasilnya melebihi (sama) dengan 16, maka ia memiliki bawaan atau carry = 1.
Perhatikan contoh lain berikut ini !
a)
72C
A3F +
116B (16)
b).
207A
8194 +
A21E (16)
17
1.6
Tabel : 1.3
PERBANDINGAN KODE BINER DAN BCD
DESIMAL (10)
BINER (2)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
1010
1011
1100
1101
1110
1111
BCD (8421)
0001
0001
0001
0001
0001
0001
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
0000
0001
0010
0011
0100
0101
18
Jawab :
Dengan menggunakan Tabel : 1.4 setiap digit desimal direpresentasikan dengan sebuah
nibble biner (4-bit) setaranya.
Contoh : 1.13
Konversikan nilai desimal 48 kedalam kode Excess-3 ?
Jawab :
4 8 (desimal) = .. (excess-3) 4
8 nilai desimal
3+
3 + penambahan 3 (setiap digit)
7
11
(0111) (1011) Kode Excess-3
19
Tabel : 1.4 menunjukan hubungan kode BCD dan kode Excess-3 untuk setiap digit
desimal. Perlu dicatat bahwa kedua kode hanya menggunakan 10 dari 16 group kode 4bit biner yang mungkin. Dan 6-group kode biner yang lain tidak digunakan dalam kode
Excess-3, yaitu : 0000, 0001, 0010 , 1101, 1110, dan 1111.
BCD
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
EXCESS-3
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
1010
1011
1100
kode ke word kode yang lain. Misal dengan menggunakan kode 8421 (biner) yang
memerlukan transisi perubahan bit dari 0111 ke 1000 dimana setiap bitnya terjadi
perubahan significan, akan cenderung terjadi kesalahan Namun dalam kode Gray
untuk setiap perubahan wordnya hanya satu bit yang berubah.
BINER
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
1010
1011
1100
1101
1110
1111
GRAY-CODE
0000
0001
0011
0010
0110
0111
0101
0100
1100
1101
1111
1110
1010
1011
1001
1000
Contoh : 1.14
Konversikan Biner : 1010 ke kode Gray
Jawab :
Step-1 Digit paling kiri kode Gray ditulis sama dengan binernya (MSB)
1 0 1 0
1 . . .
Biner
Gray
Biner
21
1 . .
Gray
0+1 0
1 1 .
Biner
Gray
1 + 0 Biner
Contoh : 1.15
Mengkonversi kembali Gray ke Biner
Untuk mengubah dari Gray ke Biner diperlukan prosedur yang berlawanan
dengan prosedur yang diberikan di atas. Yaitu :
1. Bit biner pertama adalah sama dengan bit kode Gray pertama
2. Apabila bit Gray kedua 0, bit biner kedua sama dengan yang pertama; apabila bit
gray kedua 1, bit biner kedua adalah kebalikan dari bit biner pertama.
3. Langkah 2 diulang untuk setiap bit berikutnya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut :
1 1 0 1 Gray
1 0 0 1 Biner
1.7
mempunyai dua kondisi kerja. Misalnya, suatu saklar (switch) hanya memiliki dua
keadaan kerja yaitu : terbuka atau tertutup. Switch untuk keadaan terbuka
menyatakan biner 0 sebaliknya untuk keadaan tertutup menyatakan biner 1 .
Dengan pernyataan ini sekarang kita dapat menyatakan setiap bilangan biner seperti
22
ditunjukkan pada Gambar : 1.7, dimana keadaan dari berbagai macam switch (a) dan
lampu pijar (b) menyatakan biner : 100102 .
nyala
tertutup
mati
terbuka
1
1
(b)
(a)
Gambar : 1.7 Kuantitas Biner a). dengan Switch, b). dengan Lampu
Selanjutnya biner 0 dan 1 dapat dinyatakan oleh dua level tegangan yang ekstrim
berlawanan seperti ditunjukan dalam Gambar : 1.8.
Volt
10V
0V
23
Volt
tp
10V
90%
50%
10%
0V
t
tr
tf
Beberapa rangkaian digital yang dapat bekerja secara cermat dan kredibel hanya
apabila bentuk gelombang inputnya memiliki waktu naik dan waktu turun dibawah
harga maksimum tertentu. Seperti yang akan didiskusikan nanti, dimana untuk
mempercepat naik dan turunnya bentuk gelombang pulsa dapat dilakukan dengan
memperpendek tr dan tf.
24
t
T
1
T
atau
f =
1
T
Dimana PRF adalah dalam satuan pps dan f dalam satuan Hz apabila t dinyatakan
dalam detik.
Contoh : 1.3
Hitunglah Pulse-Repetition Frequency apabila T sama dengan 2 mikrodetik ?
KONSEP DAN SISTEM BILANGAN DIGITAL
25
Jawab :
106
1
1
PRF =
=
=
= 500,000 pps
2 x10 6
2
2 s
tp
x 100 %
T
Misalkan apabila suatu pulsa memiliki periode 4 s, maka duty cyclenya adalah 25 %.
Pada kasus khusus dari duty cycle = 50 % sangat sering terjadi dalam teknik pulsa.
Pada kasus DC = 50 % deretan semua pulsanya simetris, yakni lebar untuk pulsa
rendah dan pulsa tingginya sama. Sehingga bentuk pulsa ini sering disebut dengan
gelombang bujur-sangkar (square-wave).
4).
Penundaan Propagasi
Karakteristik lain dari pulsa digital adalah besarnya waktu penundaan antara input dan
output, yakni saat sebuah system rangkaian digital (atau gate) diberikan data input dan
berapa lama kemudian outputnya berubah memberikan respon terhadap input tersebut.
Lama waktu respon output tersebut disebut dengan penundaan propagasi atau
propagation-delay (tpd) yang ditunjukkan dalam Gambar : 1.11. Penundaan propagasi
pada sistem-sistem digital berkecepatan tinggi merupakan hal yang sangat penting
untuk dicermati, dimana sinyal-sinyal digital harus berada pada titik-titik tertentu pada
waktu tertentu pula, hal ini sering disebut sebagai sinkronisasi sistem.
Penundaan-penundaan yang berakumulasi sering dapat menimbulkan gangguangangguan yang fatal pada sistem. Untuk alasan ini, para perancang sistem digital harus
mengetahui nilai-nilai tpd untuk setiap bagian rangkaian.
26
INPUT
Rangkaian Digital
1
0
OUTPUT
tpd
Gambar : 1.11 Ilustrasi dari Penundaan Propagasi
Rangkaian Digital
Non-memory
Rangkaian Digital
Memory
memory
27
6).
Pemilihan tegangan adalah sembarang, dan masih banyak kemungkinan lain yang dapat
digunakan. Representasi yang umum digunakan adalah 0 volt hingga 0,8 volt untuk
menyatakan biner 0 (logika 0) dan 2,0 volt hingga 5,0 volt untuk biner 1 (logika
1). Kenyataan ini disesuaikan dengan pemakaian rangkaian-rangkaian dari beberapa
keluarga terintegrasi digital (IC-TTL). Gambar : 1.13 menunjukkan logika tegangan
dari TTL
Volt
5,0
Logika
1
Logika
1
2,0
0,8
0
Logika
0
t
_______
28
a).
(10)
29
2
1
t (us)
0
10
15
20
30