BAB I
KONSEP DASAR
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu :
Menjelaskan pengertian dan perbedaan kuantitas analog dan kuantitas digital.
Menjelaskan pengertian dan perbedaan sistem analog dan sistem digital.
Menjelaskan sistem bilangan digital.
1.1 Pernyataan Analog dan Digital
Dalam ilmu pengetahuan, teknologi, bisnis dan seluruh aktivitas manusia
selalu berhubungan dengan kuantitas. Untuk menyatakan nilai dari suatu kuantitas
digunakan dua cara yaitu : Analog dan Digital.
Pada pernyataan analog, nilai dari suatu kuantitas dinyatakan dengan
kuantitas lain yang sebanding. Misalnya :
Speedometer kendaraan : penyimpangan jarum sebanding dengan besarnya
kecepatan kendaraan
Thermostat kamar : melengkungnya batang bimetal sebanding dengan besarnya
suhu kamarMikrofon audio : tegangan keluaran yang dihasilkan sebanding
dengan kuatnya suara yang mengenai membran mikrofon.
Sedangkan pada pernyataan digital, nilai suatu kuantitas tidak dinyatakan
dengan kuantitas lain yang sebanding, melainkan dengan simbol-simbol, yang
dinamakan digit (dari bahasa Yunani yang artinya jari-jari). Misalnya Jam digital :
waktu berubah secara kontinyu, tetapi nilai yang terbaca tidak berubah secara
kontinyu, melainkan langkah per langkah / diskrit.
Jadi perbedaan utamanya adalah untuk menyatakan kuantitas digital adalah
bersifat diskrit, sehingga pada pembacaan harga tidak ada penafsiran yang
mendua. Sedangkan harga dari kuantitas analog adalah kontinyu yang sering
menimbulkan penafsiran yang berbeda.
Contoh 1.1
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
(Analog)
(Digital)
(Digital)
Kontroler
(Analog)
Mengatur
variabel
proses
(Analog)
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
Sistem desimal adalah sistem berbasis 10, tersusun dari 10 angka / simbol,
yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Dengan menggunakan simbol-simbol tersebut
sebagai digit dari sebuah bilangan maka kita dapat menyatakan suatu kuantitas.
Sistem desimal adalah sistem nilai posisional artinya nilai sebuah digit
tergantung pada posisinya, yang dinyatakan sebagai pangkat dari 10, seperti
ditunjukkan pada gambar 1.2. Koma desimal digunakan untuk memisahkan
bagian bilangan bulat dan pecahan atau pangkat positif dan negatif dari 10.
102
101
100
10-6
103
10-5
104
10-4
105
10-3
106
10-2
107
10-1
Contoh 1.2 :
Koma Desimal
MSD
(Most Significant Digit)
LSD
(Least Significant Digit)
Logika 0
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
Logika 1
4
Terbuka
tertutup
Lampu Pijar
Gelap
terang
Relay
Terbuka
tertutup
Dioda
tak menghantar
menghantar
Transistor
tersumbat (cut-off)
jenuh (saturated)
Fotosel
Gelap
terang
Thermostat
Terbuka
tertutup
Pita magnetik
Magnit
demagnit
Saklar (Switch)
Sistem bilangan biner juga sistem nilai posisional, yaitu tiap digit biner
(bit) mempunyai nilai atau bobotnya sendiri yang dinyatakan sebagai pangkat dari
dua, paling kiri dari koma biner dinamakan bit yang paling besar (most significant
bit /MSB) dan paling kanan dari koma biner dinamakan bit yang paling kecil
22
21
20
2-6
23
2-5
24
2-4
25
2-3
26
2-2
27
2-1
Koma Biner
MSB
(Most Significant Bit)
LSB
(Least Significant Bit)
desimal
dapat
dikonversikan ke bilangan
biner
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
Contoh 1.4 :
25,375(10) = 1 1 0 0 1, 0 1 1(2)
1 2 = 25 10
0,375(10) = , 0 1 1(2)
1.3.3 Sistem Bilangan Oktal
Sistem bilangan oktal adalah bilangan berbasis 8, artinya mempunyai
delapan digit kemungkinan, yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Posisi tiap digit dari
bilangan oktal merupakan pangkat dari 8, seperti ditunjukkan pada gambar 1.5.
86
85
84
83
82
81
80
8-1
8-2
8-3
8-4
8-5
8-6
Koma Oktal
Gambar 1.5 Nilai Posisi Oktal Sebagai Pangkat dari 8.
Suatu bilangan oktal dapat dikonversikan ke desimal ekivalennya dengan
mengalikan masing-masing digit oktal dengan bobot posisinya.
Contoh 1.5 : 372,6(8) = 3 X 82 + 7 X 81 + 2 X 80 + 6 X 8-1 = 250,75(10)
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
28 = 26610
,3
0
000
1
001
2
010
3
011
4
100
5
101
6
110
7
111
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
165
164
163
162
161
160
16-1
16-2
16-3
16-4
16-5
Koma Heksadesimal
Gambar 1.6 Nilai Posisi Heksadesimal Sebagai Pangkat dari 16
Suatu bilangan heksadesimal dapat dikonversikan kedesimal ekivalennya
dengan mengalikan masing-masing digit oktal dengan bobot posisinya.
Contoh 1.9 : 2AF,8(16) = 2 X 162 + 10 X 161 + 15 X 160 + 8 X 16-1 = 687,5(10)
1.3.4.1 Konversi Bilangan Desimal ke Heksadesimal
Metoda untuk mengkonversi bilangan desimal ke bilangan heksadesimal
ekivalennya adalah sama seperti yang digunakan untuk mengkonversi dari
bilangan desimal ke bilangan biner.
Contoh 1.10 : 266,3810 = 10A,41616
Bagian Bilangan Bulat :
266
16 sisa A
16
16
1 sisa 0
16
1
0 sisa 1
16
A8 = 26610
48 = ,38(10)
8
= 3A6,E8 16
= 3 X 162 + 10 X 161 + 6 X 160 + 14 X 16-1 + 8 X 16-2
= 768 + 160 + 6 + 0,875 + 0,03125 = 934,90625 10
Tabel 1.2 Tabel Hubungan Diantara Bilangan Heksadesimal, Desimal dan Biner
Heksadesimal
Desimal
Biner
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
10
1010
11
1011
12
1100
13
1101
14
1110
15
1111
Luapan (Carry)
0 + 0 =
0 + 1 =
1 + 0 =
1 + 1 =
ke posisi berikutnya
0,
(2,75)
Y=
1,
(3,375)
Sum = 1
0,
(6,125)
A6
A5
A4
A3
A2
A1
A0
= + 107
Besaran
Bit tanda
A7
A6
A5
A4
A3
A2
A1
A0
= 31
10
1 1 1 0 0 1, 0 1
0 0 0 1 1 0, 1 0
1
=1
0 0 0 1 1 0, 1 1
0 1 0 0 1
-4=
1 1 1 0 0
1 0 0 1 0 1 =+5
TMF
Bit tanda
diabaikan
(b) Bilangan Pengurang Lebih Besar dari Bilangan yang Dikurangi
+4=
0 0 1 0 0
-9=
1 0 1 1 1
0 1 1 0 1 1
K2
1
1 1 0 1 0
K1
1 0 1 0 1 =-5
TMF
1 0 1 1 1
-4=
1 1 1 0 0
1 1 0 0 1 1
K2
1
1 0 0 1 0
K1
1 1 1 0 1 = - 13
TMF
0 1 0 0 1
-9=
1 0 1 1 1
1 0 0 0 0 0 =+0
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
TMF
11
1 1 1 0 1
0 0 1 0 1
1 1 1 0 1
K2
X
0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 1
1 1 1 0 1
1 0 0 1 0 0 0 1
1 1 1 1 1
K2
= 15
= 0010,1(2)
0010,1
100 1010,0
100
100
100
0
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
12
1.5 Permasalahan
1. Berikut ini manakah yang menyatakan kuantitas analog dan digital ?
a. Tekanan tabung
b. Atom-atom dari suatu material
c. Perubahan temperatur dalam periode 24 jam
d. Skala penalaan radio
e. Saklar sepuluh posisi
2. Ubahlah bilangan biner berikut menjadi bilangan ekivalennya :
a. 11001(2) =
(8)
b. 1001.1001(2) =
(10)
(8)
(16)
c. 10011011001.10110(2) =
(10)
8)
(16)
(10)
(16)
(2)
(2)
c. 4097,188(10) =
(8)
=
(2)
(8)
(16)
=
(8)
(16)
(16)
10011011(2) + 10011101(2) =
b.
0,1011(2) + 0,1111(2) =
(2)
c.
1011,1101(2) + 11,1(2) =
(2)
(2)
5. Nyatakan tiap bilangan desimal berikut dalam biner TMF beserta bit tandanya :
a. + 63,75(10) =
b. 14(10) =
c. 19,625(10) =
(2)
(2)
(2)
6. Bilangan biner berikut dalam TMF dengan bit tanda, tentukan desimal
ekivalennya !
a.
11101101(2) =
(10)
b.
0110,1001(2) =
(10)
c.
011011,11(2) =
(10)
13
a. Jumlahkan 7 dengan + 4
b. Jumlahkan 3,5 dengan 2,625
c. Jumlahkan + 11,0 dengan 9,5
d. Kurangkan + 11 dari 3
e. Kurangkan + 19 dari + 19
f. Kurangkan + 14,125 dari + 10,500
8. Bilangan biner berikut dalam komplemen ke-2 dan bit tandanya yaitu :
A = 01010(2)
B = 11100(2)
C = 00101(2)
b. A B
c. A C
d. B C
e. C B
f. A X B
g. A X C
h. B X B
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
b. 0,1101(2) X 0,1011(2) =
c. 10110,1101(2) : 1,1(2) =
14
BAB II
II
ALJABAR BOOLEAN DAN RANGKAIAN LOGIKA
2.1 Aljabar Boolean
Karena sistem digital bekerja dengan sistem bilangan biner, maka untuk
menganalisis dan mendesain sistem digital tersebut digunakan Aljabar Boolean.
Perbedaan utama antara aljabar Boolean dengan aljabar biasa adalah pada aljabar
Boolean konstanta dan variabelnya hanya mempunyai dua harga yaitu 0 dan 1,
tidak mengenal pecahan, desimal, bilangan negatif, akar pangkat dua, logaritma,
bilangan imajiner dan lainnya.
Dalam aljabar Boolean, 0 dan 1 bukan menyatakan bilangan yang
sebenarnya, tetapi menyatakan keadaan dari suatu variabel tegangan, yang disebut
sebagai level logika. Suatu tegangan pada suatu rangkaian digital dikatakan
berada pada level logika 0 atau level logika 1 tergantung pada nilai tegangan
sebenarnya, misalnya logika 0 untuk 0 Volt dan logika 1 untuk + 5 Volt. Istilah
lain yang biasanya digunakan untuk menyatakan level logika 0 dan 1 adalah :
Tabel 2.1 Sinonim Logika 0 dan 1
Logika 0
Logika 1
Salah
Benar
Off
On
Rendah
Tinggi
Tidak
Ya
Terbuka
Tertutup
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
15
X = A+ B
X = A. B
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
0
16
X= A
A+B
X =A B
A
X=
A.B
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
A.B
X=
A.B
17
B
Gambar 2.5 Simbol Gate NAND 2 Masukan
f. Kombinasi operasi AND, OR dan NOT menjadi Exclusive OR : ( )
X= A B =
A.B A.B
A.B
A.B
X = A.B + A.B
X=
A.B
A.B
X = AB A B
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
18
X=
Keluaran
X
C
Keluaran X
Dari Gate OR
Keluaran X
Dari Gate EXOR
Gambar 2.8 Latihan 2.1
2.3 Implementasi Rangkaian dari Ekspresi Boolean
Jika operasi suatu rangkaian didefinisikan oleh ekspresi Boolean, maka
diagram rangkaian logika dapat diterapkan langsung dari ekspresi tersebut.
Contoh 2.2 :
a. X =
ABC(C D)
A
B
C
D
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
19
b. Z = A B C D .E
A
B
C
c.
Z
D
Y AC BC ABC
A
C
B
Y
A
B
C
Gambar 2.7 Gambar Rangkaian Logika Contoh 2.2
2.4 Teorema - Teorema Boolean
a. Teorema Variabel Tunggal
1. X . 0 = 0
2. X . 1 = X
3. X . X = X
4. X . X = 0
5. X + 0 = X
6. X + 1 = 1
7. X + X = X
8. X + X = 1
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
20
X+Y=Y+X
2.
X.Y=Y.X
3.
4.
5.
X.(Y+Z )=X.Y+X.Z
6.
X+ X.Y= X
7.
X+ X.Y= X+Y
Komutatif
Asosiatif
Distributif
c. Teorema De Morgan
8.
(X Y) X . Y
9.
(X . Y ) X Y
OR
A
B
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
21
AND
A
X
B
* NAND :
Inverter (NOT)
A
AND
A
OR
A
X
B
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
22
X = AB
= AB
OR
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
23
NAND
NOR
suatu
persoalan
dalam
mendesain
rangkaian
logika
membutuhkan lebih dari satu keluaran untuk masukan yang sama. Untuk itu
keluaran-keluaran tersebut diperlakukan secara terpisah. Apabila ekspresi
keluaran akhir diperoleh, dan terdapat beberapa bagian yang sama maka dapat
disederhanakan dan dijadikan satu.
Contoh 2.3 : Desainlah rangkaian logika yang mempunyai masukan A, B dan C
dan keluarannya adalah : X = AB + BC
dan
Y = ABC + AB
X AB BC
Y ABC AB
A
B
Gambar 2.12 Gambar Rangkaian Logika Contoh 2.3
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
24
2.8 Permasalahan
2.7.1 Sederhanakanlah ekspresi berikut :
a.
Y A B D A BD
b. d.
P ABC ABC A BC
c.
Z A B A B
d.
X ACD ABCD
e.
Q AC ( ABD) ABC D A BC
f.
R ( A C).(B D)
b.
Y ( A B)(A B D)D
c.
Z A BC ABD CD
d.
M A BC ABC ABC A BC A BC
e.
N ( B C)( B C) A B C
f.
g.
X ABC BCD A BD A CD
h.
Z ( A B CD E BCD
i.
Y RST RS(T V )
j.
(a)
A
C
A
B
C
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
25
(b)
Gambar 2.13 Untuk permasalahan 2.7.3
2.7.4 Sederhanakanlah persamaan keluaran rangkaian logika berikut :
A
B
C
Y
b.
c.
Z ( A B CDE ) BCD
Y ( M N) PQ
Suatu
rangkaian
logika
mempunyai
ekspresi:
BAB III
III
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
26
ABC ABC
2.
AB ABC C D D
3. AB CD EF GK HL
3.1.2 Ekspresi Hasil Perkalian dari hasil Penjumlahan (Product of Sum / POS) :
1.
( A B C).(A B C)
2.
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
27
Output
Penyelesaian :
Dari tabel tersebut ditunjukkan bahwa keluarannya berlogika 1, hanya apabila
masukannya A = 1 dan B = 0, sehingga keluarannya mempunyai persamaan
X AB
B
A
X AB
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
28
Penyelesaian :
Tabel 3.2 Tabel Kebenaran untuk Contoh 3.2
Input
C
A BC
ABC
ABC
ABC
X=
Output
ABC + A BC + ABC +
m1
m2
m3
ABC
Cara penulisan I
m = minterm
m4
X(A, B, C) = m (3, 5, 6, 7)
Cara penulisan II
AB AC BC
B
C
Gambar 3.2 Rangkaian Logika Bentuk SOP untuk Contoh 3.2
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
29
A BC
A BC
ABC
A BC
Output
A BC + A BC + ABC + A BC
= BA + A C BC
B A . A C. B C
= (A B)( A C)(B C)
M1
M2
M3
X(A, B, C) = M (0, 1, 2, 4)
Cara penulisan I
M = maksterm
Cara penulisan II
30
A
B
A
X = (A + B) (A+C) (B + C)
C
B
C
A.B
X A B AB
A.B
(a) Dua Variabel Masukan
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
31
A B C
A B C
A B C
AB
AB
AB
AB
ABC
X A BC A BC ABC ABC
BC
BC
BC
BC
X A BC A BC ABC ABC
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
X
32
AB
AB
AB
ABCD
CD CD CD CD
AB 0
1
0
0
ABCD
X = AB C D + AB C D +
AB C D + AB C D
ABCD
ABCD
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
33
CD
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
CD
CD
CD
E=1
E=0
(d) Lima Variabel Masukan
CD
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
CD
EF = 00
CD
CD
EF = 00
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
EF = 10
EF = 11
(e) Enam Variabel Masukan
34
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
X BC
AB
AB
AB
AB
0
X BC
X AB
X A BC A BD
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
AB
X=B
AB
AB
AB
AB
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
C
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
XC
XB
35
AB
AB
AB
AB
XC
X AB
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
0
X AB
X AD
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
X CD
X BD
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
36
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
XD
XB
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
XB
XC
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
37
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
X A BC D ACD BD
X AB BC ACD
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
1
X A B AC BD ABCD
X B ACD ACD
CD
CD
CD
CD
AB
AB
0 1.
AB
AB
2.
3.
X A CD ABC A BC ACD
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
38
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
Output
39
3.6 Permasalahan
3.6.1 Gambarkanlah Peta Karnaughnya :
a. f (A, B, C) m (0, 1, 2, 3, 5, 6)
b. f (A, B, C) M (4, 7)
c. G(A, B, C, D) m (0, 1, 5, 11, 12, 15)
d. H(A, B, C, D) M (2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14)
e. P( W, X, Y, Z) m(0, 1, 4, 5, 10, 11, 14, 15)
f. R (A, B, C, D) M (0, 2, 4, 10, 12, 14)
g. Q(K , L, M, N) m(1, 5, 9, 12, 14, 15)
h. S(X 1 , X 2 , X 3 , X 4 ) M ( 2, 3, 7, 9, 15)
i.
X AC(ABD) ABC D A BC
j.
Y ( A B)( A B D) D
k.
l.
Z A BC ABD CD
M A BC ABC ABC A BC A BC
m.
N ( B C)(B C) A B C
n.
P (C D) AC D A BC A BCD ACD
o.
X ABC BCD A BD A CD
p.
Z ( A B CD E BCD
q.
Y RST RS(T V)
r.
X AC(ABD) ABC D A BC
b.
Y ( A B)(A B D) D
c.
Z A BC ABD CD
d.
M A BC ABC ABC A BC A BC
e.
N ( B C)(B C) A B C
f.
P (C D) AC D A BC A BCD ACD
g.
X ABC BCD A BD A CD
h.
Z ( A B CD E BCD
j.
40
Output
X1
X0
Y1
Y0
3.6.4 Tentukanlah bentuk minimum dari Peta Karnaugh pada gambar berikut :
C
AB
AB
AB
AB
X
(a)
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
41
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
CD
CD
CD
CD
AB
AB
AB
AB
1
(b)
(c)
Gambar 3.7 Untuk permasalahan 3.6.4
3.6.4 Desainlah rangkaian logika Pengali (Multiplier) dua bilangan biner 2 bit X1
X2 dan Y1 Y2 yang menghasilkan keluaran Z3 Z2 Z1 Z0
X1
Input
X0
Y1
Y0
Z3
Rangkaian
Pengali
Z2
Z1
Output
Z0
X0
Y1
Y0
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
Rangkaian
Pembanding
(X > Y)
(X = Y)
(X < Y)
Output
42
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR
43