Anda di halaman 1dari 43

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Politeknik Negeri Malang

BAB I
KONSEP DASAR
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu :
Menjelaskan pengertian dan perbedaan kuantitas analog dan kuantitas digital.
Menjelaskan pengertian dan perbedaan sistem analog dan sistem digital.
Menjelaskan sistem bilangan digital.
1.1 Pernyataan Analog dan Digital
Dalam ilmu pengetahuan, teknologi, bisnis dan seluruh aktivitas manusia
selalu berhubungan dengan kuantitas. Untuk menyatakan nilai dari suatu kuantitas
digunakan dua cara yaitu : Analog dan Digital.
Pada pernyataan analog, nilai dari suatu kuantitas dinyatakan dengan
kuantitas lain yang sebanding. Misalnya :
Speedometer kendaraan : penyimpangan jarum sebanding dengan besarnya
kecepatan kendaraan
Thermostat kamar : melengkungnya batang bimetal sebanding dengan besarnya
suhu kamarMikrofon audio : tegangan keluaran yang dihasilkan sebanding
dengan kuatnya suara yang mengenai membran mikrofon.
Sedangkan pada pernyataan digital, nilai suatu kuantitas tidak dinyatakan
dengan kuantitas lain yang sebanding, melainkan dengan simbol-simbol, yang
dinamakan digit (dari bahasa Yunani yang artinya jari-jari). Misalnya Jam digital :
waktu berubah secara kontinyu, tetapi nilai yang terbaca tidak berubah secara
kontinyu, melainkan langkah per langkah / diskrit.
Jadi perbedaan utamanya adalah untuk menyatakan kuantitas digital adalah
bersifat diskrit, sehingga pada pembacaan harga tidak ada penafsiran yang
mendua. Sedangkan harga dari kuantitas analog adalah kontinyu yang sering
menimbulkan penafsiran yang berbeda.

Contoh 1.1
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Berikut ini manakah yang menyatakan kuantitas analog dan digital ?


a. Amperemeter
b. Perubahan temperatur harian
c. Butir-butir pasir dipantai
d. Pengatur volume radio
e. Alat hitung elektronik
Jawaban :
a. Analog
b. Analog
c. Digital, karena jumlah butir-butir hanya merupakan harga bulat tertentu dan
tidak sebarang harga pada rentang kontinyu
d. Analog
e. Digital
1.2 Sistem Analog dan Digital
Suatu sistem adalah kombinasi dari sekumpulan unit (komponen / rangkaian
/ alat) baik mekanis, elektris, fotoelektris maupun elektromekanis yang disusun
untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu.
Pada sistem analog kuantitas-kuantitas fisik prinsipnya bersifat analog,
sedangkan sistem digital kuantitas-kuantitasnya dinyatakan secara digital.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem digital mempunyai beberapa
kelebihan, diantaranya : kecepatan dan kecermatan yang tinggi, kemampuan
menyimpan (memory) yang besar, tidak mudah terpengaruh oleh perubahan
karakteristik komponen-komponen sistem digital, lebih mampu digunakan pada
rentang waktu yang lebih lama dan sebagainya.
Pada kenyataannya, hampir semua sistem adalah analog. Apabila sistemsistem analog tersebut memanfaatkan kelebihan sistem digital, maka terbentuklah
sistem yang dinamakan sistem hybrid. Gambar 1.1 adalah contoh diagram blok
yang menunjukkan proses sistem hybrid.
Gambar tersebut menunjukkan salah satu contoh pengendalian proses di
industri, dimana kuantitas-kuantitas analog misalnya temperatur, tekanan, level
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

cairan, kecepatan aliran dan sebagainya dipantau, diukur dan dikendalikan,


kemudian kuantitasnya diubah menjadi digital oleh pengubah dari analog ke
digital / ADC. Lalu kuantitas digital tersebut diolah (dimanipulasi atau disimpan)
oleh bagian pusat pengolah (CPU) yang sepenuhnya digital. Keluaran bagian
pusat pengolah diubah kembali menjadi kuantitas analog pada pengubah dari
digital ke analog / DAC. Keluaran analog tersebut diberikan ke pengatur
(Kontroler) yang memberikan suatu jenis pengaruh pada proses untuk mengatur
harga dari kuantitas analog asal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Variabel
proses
Alat Ukur
(Analog)

(Analog)
(Digital)

Analog to Digital Converter


(ADC)

Central Processing Unit


(CPU)

Digital to Analog Converter


(DAC)

(Digital)

Kontroler
(Analog)

Mengatur
variabel
proses
(Analog)

Gambar 1.1 Diagram Pengendalian Proses Sistem Hybrid


1.3 Sistem Bilangan Digital
Banyak sistem bilangan yang digunakan pada teknologi digital, misalnya
sistem bilangan biner, oktal, desimal dan heksadesimal. Tetapi hampir semua
sistem digital menggunakan sistem bilangan biner (bilangan dasar 2) sebagai
dasar sistem bilangan operasinya, meskipun sistem bilangan lain juga sering
digunakan bersama dengan sistem bilangan biner.

1.3.1 Sistem Bilangan Desimal

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Sistem desimal adalah sistem berbasis 10, tersusun dari 10 angka / simbol,
yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Dengan menggunakan simbol-simbol tersebut
sebagai digit dari sebuah bilangan maka kita dapat menyatakan suatu kuantitas.
Sistem desimal adalah sistem nilai posisional artinya nilai sebuah digit
tergantung pada posisinya, yang dinyatakan sebagai pangkat dari 10, seperti
ditunjukkan pada gambar 1.2. Koma desimal digunakan untuk memisahkan
bagian bilangan bulat dan pecahan atau pangkat positif dan negatif dari 10.

102

101

100

10-6

103

10-5

104

10-4

105

10-3

106

10-2

107

10-1

234,5610 = 2 x 10+2 + 3 x 10+1 + 4 x 100 + 5 x 10-1 + 6 x 10-2.

Contoh 1.2 :

Koma Desimal
MSD
(Most Significant Digit)

LSD
(Least Significant Digit)

Gambar 1.2 Nilai Posisi Desimal Sebagai Pangkat dari 10


1.3.2 Sistem Bilangan Biner
Kerugian sistem bilangan desimal adalah sulit untuk menerapkannya dalam
sistem digital, karena sangat sukar untuk merancang peralatan elektronik yang
dapat bekerja dengan 10 tingkat tegangan yang berbeda. Disisi lain, sangat mudah
mendesain rangkaian yang bekerja dengan hanya dua tingkat tegangan.
Dalam sistem biner, hanya ada dua simbol atau nilai digit yang mungkin
yaitu 0 dan 1. Walaupun demikian sistem dasar 2 ini dapat digunakan untuk
menyatakan setiap kuantitas desimal atau sistem bilangan yang lain. Alasan
penggunaan sistem bilangan biner dalam sistem digital adalah sangat mudah
untuk menerapkan rangkaian elektronik yang beroperasi dengan hanya dua
keadaan kerja, misalnya :

Logika 0
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Logika 1
4

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Terbuka

tertutup

Lampu Pijar

Gelap

terang

Relay

Terbuka

tertutup

Dioda

tak menghantar

menghantar

Transistor

tersumbat (cut-off)

jenuh (saturated)

Fotosel

Gelap

terang

Thermostat

Terbuka

tertutup

Pita magnetik

Magnit

demagnit

Saklar (Switch)

Sistem bilangan biner juga sistem nilai posisional, yaitu tiap digit biner
(bit) mempunyai nilai atau bobotnya sendiri yang dinyatakan sebagai pangkat dari
dua, paling kiri dari koma biner dinamakan bit yang paling besar (most significant
bit /MSB) dan paling kanan dari koma biner dinamakan bit yang paling kecil

22

21

20

2-6

23

2-5

24

2-4

25

2-3

26

2-2

27

2-1

(least significant bit/LSB) seperti dicontohkan pada gambar 1.3.

Koma Biner
MSB
(Most Significant Bit)

LSB
(Least Significant Bit)

Gambar 1.3 Nilai Posisi Biner Sebagai Pangkat dari 2


Contoh 1.3 : 1011,101(2) =
(1 x 23) + (0 x 22) + (1 x 21) + (1 x 20) + (1 x 2-1) + (0 x 2-2) + (1 x 2-3)
= 8 + 2 + 1 + 0,5 + 0,125 = 11,625(10)
1.3.2.1 Konversi Bilangan Desimal ke Biner
Suatu bilangan

desimal

dapat

dikonversikan ke bilangan

biner

ekivalennya, yaitu membagi berulang-ulang dengan 2 pada bagian


bilangan bulat dan menuliskan sisanya setelah tiap-tiap pembagian sampai
hasil baginya sama dengan nol, sedangkan pada bagian bilangan pecahan
dikalikan berulang-ulang dengan 2 sampai menghasilkan 1,00.

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Contoh 1.4 :

25,375(10) = 1 1 0 0 1, 0 1 1(2)

Bagian Bilangan Bulat :


25
12 sisa 1
2
12
6 sisa 0
2
6
3 sisa 0
2
3
1 sisa 1
2
1
0 sisa 1
2

1 2 = 25 10

Bagian Bilangan Pecahan :


0,375 x 2 = 0,75
0,75 x 2 = 1,50
0,50 x 2 = 1,00

0,375(10) = , 0 1 1(2)
1.3.3 Sistem Bilangan Oktal
Sistem bilangan oktal adalah bilangan berbasis 8, artinya mempunyai
delapan digit kemungkinan, yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Posisi tiap digit dari
bilangan oktal merupakan pangkat dari 8, seperti ditunjukkan pada gambar 1.5.
86

85

84

83

82

81

80

8-1

8-2

8-3

8-4

8-5

8-6

Koma Oktal
Gambar 1.5 Nilai Posisi Oktal Sebagai Pangkat dari 8.
Suatu bilangan oktal dapat dikonversikan ke desimal ekivalennya dengan
mengalikan masing-masing digit oktal dengan bobot posisinya.
Contoh 1.5 : 372,6(8) = 3 X 82 + 7 X 81 + 2 X 80 + 6 X 8-1 = 250,75(10)
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1.3.3.1 Konversi Bilangan Desimal ke Oktal


Metoda untuk mengkonversi bilangan desimal ke bilangan oktal
ekivalennya adalah sama seperti yang digunakan untuk mengkonversi dari
bilangan desimal ke bilangan biner.
Contoh 1.6 : 266,3810 = 412,3028
Bagian Bilangan Bulat :
266
33 sisa 2
8
33
4 sisa 1
8
4
0 sisa 4
8

28 = 26610

,3

Bagian Bilangan Pecahan :


0,38 x 8 = 3,04
0,04 x 8 = 0,32
0,32 x 8 = 2,56
dan seterusnya
28 = ,3810

1.3.3.2 Konversi Diantara Bilangan Oktal dan Biner


Keuntungan utama sistem bilangan oktal adalah mudah pengkonversian
diantara sistem bilangan biner dan oktal. Konversi dari oktal ke biner dilakukan
dengan mengkonversikan tiap digit oktal ke 3 bit biner ekivalennya. 8
kemungkinan digit yang dikonversikan seperti ditunjukkan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Tabel Konversi Diantara Bilangan Oktal dan Biner
Digit Oktal
Biner Ekivalen

0
000

1
001

2
010

3
011

4
100

5
101

6
110

7
111

Contoh 1.7 : 472,54 8 = 100 111 010,101 1002


Contoh 1.8 : 111011,11112 = 73,74 8

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1.3.4 Sistem Bilangan Heksadesimal


Sistem bilangan heksadesimal adalah bilangan berbasis 16, artinya
menggunakan 16 kemungkinan digit simbol, yaitu 0 sampai 9 ditambah huruh A,
B, C, D, E, F. Posisi tiap digit dari bilangan heksadesimal merupakan pangkat dari
16, seperti ditunjukkan pada gambar 1.6.
166

165

164

163

162

161

160

16-1

16-2

16-3

16-4

16-5

Koma Heksadesimal
Gambar 1.6 Nilai Posisi Heksadesimal Sebagai Pangkat dari 16
Suatu bilangan heksadesimal dapat dikonversikan kedesimal ekivalennya
dengan mengalikan masing-masing digit oktal dengan bobot posisinya.
Contoh 1.9 : 2AF,8(16) = 2 X 162 + 10 X 161 + 15 X 160 + 8 X 16-1 = 687,5(10)
1.3.4.1 Konversi Bilangan Desimal ke Heksadesimal
Metoda untuk mengkonversi bilangan desimal ke bilangan heksadesimal
ekivalennya adalah sama seperti yang digunakan untuk mengkonversi dari
bilangan desimal ke bilangan biner.
Contoh 1.10 : 266,3810 = 10A,41616
Bagian Bilangan Bulat :
266
16 sisa A
16
16
1 sisa 0
16
1
0 sisa 1
16

A8 = 26610

Bagian Bilangan Pecahan :


0,38 x 16 = 6,08
0,08 x 16 = 1,28
0,28 x 16 = 4,48
dan seterusnya
,6
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

48 = ,38(10)
8

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1.3.4.2 Konversi Diantara Bilangan Heksadesimal dan Biner


Keuntungan utama sistem bilangan heksadesimal adalah mudah melakukan
pengkonversian diantara sistem bilangan biner dan heksadesimal. Konversi dari
heksadesimal ke biner dilakukan dengan mengkonversikan tiap digit heksadesimal
ke 4 bit biner ekivalennya. 16 kemungkinan digit yang dikonversikan seperti
ditunjukkan pada tabel 1.2. Banyak sistem komputer menggunakan sistem
bilangan heksadesimal daripada sistem bilangan oktal untuk menyatakan bilangan
biner yang lebih besar.
Contoh 1.11 : 1110100110,111012 = 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0, 1 1 1 0 1 0 0 0
3

= 3A6,E8 16
= 3 X 162 + 10 X 161 + 6 X 160 + 14 X 16-1 + 8 X 16-2
= 768 + 160 + 6 + 0,875 + 0,03125 = 934,90625 10
Tabel 1.2 Tabel Hubungan Diantara Bilangan Heksadesimal, Desimal dan Biner
Heksadesimal

Desimal

Biner

0000

0001

0010

0011

0100

0101

0110

0111

1000

1001

10

1010

11

1011

12

1100

13

1101

14

1110

15

1111

1.4 Aritmatika Bilangan Biner


TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1.4.1 Penjumlahan Bilangan Biner


Penjumlahan dua atau lebih bilangan biner dilakukan sama dengan
penjumlahan dalam bilangan desimal.
X

Hasil jumlah (Sum)

Luapan (Carry)

0 + 0 =

0 + 1 =

1 + 0 =

1 + 1 =

ke posisi berikutnya

Contoh 1.5 : 10,110 (2,75) + 11,011 (3,375) = 110,001 (6,125)


X=

0,

(2,75)

Y=

1,

(3,375)

Sum = 1

0,

(6,125)

1.4.2 Pengurangan Biner


Pada komputer dan kalkulator digital mampu beroperasi dengan bilangan
positif maupun negatif. Untuk membedakannya adalah dengan memberi bit tanda
(sign bit) pada awal besaran (magnitude), yaitu 0 untuk bilangan positif dan 1
untuk bilangan negatif, seperti ditunjukkan pada gambar 1.4.
A7

A6

A5

A4

A3

A2

A1

A0

= + 107

Besaran

Bit tanda
A7

A6

A5

A4

A3

A2

A1

A0

= 31

Gambar 1.4 Bentuk Bilangan Bertanda


Pada bilangan positif, tidak ada perubahan untuk menyatakan besaran dalam
bentuk bilangan biner, tetapi untuk menyatakan bilangan negatif adalah dengan
menjadikan ke bentuk komplemen ke-1, yaitu dengan merubah masing-masing bit
besaran bentuk bilangan sebenarnya (True Magnitude Form / TMF) dengan
lawannya (0 diganti 1 dan 1 diganti 0); lalu menambah 1 pada bagian LSB-nya
untuk menjadi bentuk komplemen ke-2.
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

10

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Contoh 1.6 : - 57,25(2) = 1


=1

1 1 1 0 0 1, 0 1
0 0 0 1 1 0, 1 0

(bentuk sebenarnya /TMF)


(bentuk komplemen ke-1)

1
=1

0 0 0 1 1 0, 1 1

(bentuk komplemen ke-2)

Berikut adalah contoh untuk kasus-kasus pengurangan bilangan biner yang


mungkin terjadi :
(a) Bilangan Pengurang Lebih Kecil dari Bilangan yang Dikurangi
+9=

0 1 0 0 1

-4=

1 1 1 0 0

1 0 0 1 0 1 =+5

TMF

Bit tanda
diabaikan
(b) Bilangan Pengurang Lebih Besar dari Bilangan yang Dikurangi
+4=

0 0 1 0 0

-9=

1 0 1 1 1
0 1 1 0 1 1

K2

1
1 1 0 1 0

K1

1 0 1 0 1 =-5

TMF

(c) Penjumlahan Dua Bilangan Negatif


-9=

1 0 1 1 1

-4=

1 1 1 0 0
1 1 0 0 1 1

K2

1
1 0 0 1 0

K1

1 1 1 0 1 = - 13

TMF

(d) Bilangan Pengurang Sama Besarnya dengan Bilangan yang Dikurangi


+9=

0 1 0 0 1

-9=

1 0 1 1 1
1 0 0 0 0 0 =+0

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

TMF
11

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1.4.3 Perkalian Bilangan Biner


Perkalian bilangan biner dikerjakan sama seperti perkalian bilangan
desimal, tetapi lebih sederhana karena hanya ada bilangan 1 dan 0. Perkalian
bilangan biner sebenarnya sama dengan penjumlahan yang berulang-ulang.
Namun peralatan digital umumnya hanya dapat menjumlahkan dua kelompok
bilangan biner, yaitu bilangan biner pertama ditambahkan dengan bilangan biner
kedua yang digeser kekiri satu bit, hasil penjumlahannya ditambahkan bilangan
biner ketiga yang digeser dan seterusnya.
Contoh 1.7 : (- 3) X (+5) =
-3
+5

1 1 1 0 1

0 0 1 0 1
1 1 1 0 1

K2
X

0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 1
1 1 1 0 1
1 0 0 1 0 0 0 1
1 1 1 1 1

K2
= 15

1.3.2.3 Pembagian Bilangan Biner


Pembagian bilangan biner dikerjakan sama seperti pembagian bilangan
desimal, tetapi lebih sederhana karena hanya ada bilangan 1 dan 0. Pembagian
bilangan biner sebenarnya sama dengan pengurangan yang berulang-ulang.
Namun peralatan digital hanya dapat melakukan pengurangan dua kelompok
bilangan biner dalam komplemen ke-2 lalu dijumlahkan, seperti contoh dibawah :
Contoh 1.8 : 10 : 4 = 2,5

= 0010,1(2)
0010,1
100 1010,0
100
100
100
0

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

12

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1.5 Permasalahan
1. Berikut ini manakah yang menyatakan kuantitas analog dan digital ?
a. Tekanan tabung
b. Atom-atom dari suatu material
c. Perubahan temperatur dalam periode 24 jam
d. Skala penalaan radio
e. Saklar sepuluh posisi
2. Ubahlah bilangan biner berikut menjadi bilangan ekivalennya :
a. 11001(2) =

(8)

b. 1001.1001(2) =

(10)

(8)

(16)

c. 10011011001.10110(2) =

(10)
8)

(16)

(10)

(16)

3. Ubahlah bilangan desimal berikut menjadi bilangan ekivalennya :


a. 72,45(10) =
b. 0,4475(10) =

(2)

(2)

c. 4097,188(10) =

(8)

=
(2)

(8)

(16)

=
(8)

(16)

(16)

4. Jumlahkan bilangan biner berikut :


a.

10011011(2) + 10011101(2) =

b.

0,1011(2) + 0,1111(2) =

(2)

c.

1011,1101(2) + 11,1(2) =

(2)

(2)

5. Nyatakan tiap bilangan desimal berikut dalam biner TMF beserta bit tandanya :
a. + 63,75(10) =
b. 14(10) =
c. 19,625(10) =

(2)
(2)
(2)

6. Bilangan biner berikut dalam TMF dengan bit tanda, tentukan desimal
ekivalennya !
a.

11101101(2) =

(10)

b.

0110,1001(2) =

(10)

c.

011011,11(2) =

(10)

7. Kerjakan operasi berikut menggunakan komplemen ke-2 beserta bit tandanya !


TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

13

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

a. Jumlahkan 7 dengan + 4
b. Jumlahkan 3,5 dengan 2,625
c. Jumlahkan + 11,0 dengan 9,5
d. Kurangkan + 11 dari 3
e. Kurangkan + 19 dari + 19
f. Kurangkan + 14,125 dari + 10,500
8. Bilangan biner berikut dalam komplemen ke-2 dan bit tandanya yaitu :
A = 01010(2)

B = 11100(2)

C = 00101(2)

Kerjakan operasi berikut untuk bilangan biner diatas !


a. A + B

b. A B

c. A C

d. B C

e. C B

f. A X B

g. A X C

h. B X B

9. Kerjakan operasi pasangan bilangan biner berikut :


a. 101,101(2) X 110,010(2) =
b. 111111(2) : 1001(2) =

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

b. 0,1101(2) X 0,1011(2) =
c. 10110,1101(2) : 1,1(2) =

14

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB II
II
ALJABAR BOOLEAN DAN RANGKAIAN LOGIKA
2.1 Aljabar Boolean
Karena sistem digital bekerja dengan sistem bilangan biner, maka untuk
menganalisis dan mendesain sistem digital tersebut digunakan Aljabar Boolean.
Perbedaan utama antara aljabar Boolean dengan aljabar biasa adalah pada aljabar
Boolean konstanta dan variabelnya hanya mempunyai dua harga yaitu 0 dan 1,
tidak mengenal pecahan, desimal, bilangan negatif, akar pangkat dua, logaritma,
bilangan imajiner dan lainnya.
Dalam aljabar Boolean, 0 dan 1 bukan menyatakan bilangan yang
sebenarnya, tetapi menyatakan keadaan dari suatu variabel tegangan, yang disebut
sebagai level logika. Suatu tegangan pada suatu rangkaian digital dikatakan
berada pada level logika 0 atau level logika 1 tergantung pada nilai tegangan
sebenarnya, misalnya logika 0 untuk 0 Volt dan logika 1 untuk + 5 Volt. Istilah
lain yang biasanya digunakan untuk menyatakan level logika 0 dan 1 adalah :
Tabel 2.1 Sinonim Logika 0 dan 1
Logika 0

Logika 1

Salah

Benar

Off

On

Rendah

Tinggi

Tidak

Ya

Terbuka

Tertutup

2.2 Operasi Logika Boolean


Dalam aljabar Boolean hanya ada tiga operasi dasar yaitu :
a. Penjumlahan Logika atau Penjumlahan OR : ( + )
X = A+ B

X sama dengan A atau B

Pada rangkaian digital, penjumlahan logika disimbolkan dengan gerbang


(gate) OR, yaitu rangkaian yang mempunyai dua masukan atau lebih dengan

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

15

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

keluarannya sama dengan hasil penjumlahan OR dari masukannya. Simbol


gerbang OR seperti gambar 2.1 dibawah.
Tabel 2.2 Tabel Kebenaran (Truth Table) Operasi OR
A

X = A+ B

Gambar 2.1 Simbol Gate OR 2 Masukan


b. Perkalian Logika atau Perkalian AND : ( . )
X = A. B

X sama dengan A dan B

Tabel 2.3 Tabel Kebenaran (Truth Table) Operasi AND


A

X = A. B

Gambar 2.2 Simbol Gate AND 2 Masukan


c. Komplementasi Logika atau Inversi atau Not : ( / )
X= A

X sama dengan inversi / kebalikan A

Tabel 2.4 Tabel Kebenaran (Truth Table) Operasi NOT / Inverter

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

0
16

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

X= A

Gambar 2.3 Simbol Gate NOT (Inverter)


Dari ketiga operasi dasar aljabar Boolean tersebut tersusun operasi lain,
yaitu :
d. Kombinasi operasi OR dan NOT menjadi NOR : ( )
X= AB

X sama dengan (A atau B) NOT


Tabel 2.5 Tabel Kebenaran (Truth Table) Operasi NOR
A

A+B

X =A B

A
X=

Gambar 2.4 Simbol Gate NOR 2 Masukan


e. Kombinasi operasi AND dan NOT menjadi NAND : ( . )
X=

X sama dengan (A dan B) NOT

A.B

Tabel 2.6 Tabel Kebenaran (Truth Table) Operasi NAND

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

A.B

X=

A.B

17

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

B
Gambar 2.5 Simbol Gate NAND 2 Masukan
f. Kombinasi operasi AND, OR dan NOT menjadi Exclusive OR : ( )
X= A B =

A.B A.B

Tabel 2.7 Tabel Kebenaran (Truth Table) Operasi XOR


A

A.B

A.B

X = A.B + A.B

X=

Gambar 2.6 Simbol Gate XOR 2 Masukan


g. Kombinasi operasi AND, OR dan NOT menjadi Exclusive NOR : ( )
X = ( ) = AB A B
Tabel 2.8 Tabel Kebenaran (Truth Table) Operasi XNOR
A

A.B

A.B

X = AB A B

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

18

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

X=

Gambar 2.7 Simbol Gate XNOR 2 Masukan


Contoh 2.1
Untuk tiga keadaan masukan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8
berikut, tentukanlah bentuk gelombang untuk keluaran gate-gate OR, AND, NOR,
NAND dan EXOR !
A
GATE

Keluaran
X

C
Keluaran X
Dari Gate OR
Keluaran X
Dari Gate EXOR
Gambar 2.8 Latihan 2.1
2.3 Implementasi Rangkaian dari Ekspresi Boolean
Jika operasi suatu rangkaian didefinisikan oleh ekspresi Boolean, maka
diagram rangkaian logika dapat diterapkan langsung dari ekspresi tersebut.
Contoh 2.2 :
a. X =

ABC(C D)

A
B
C

D
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

19

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b. Z = A B C D .E
A
B
C

c.

Z
D

Y AC BC ABC

A
C

B
Y

A
B
C
Gambar 2.7 Gambar Rangkaian Logika Contoh 2.2
2.4 Teorema - Teorema Boolean
a. Teorema Variabel Tunggal
1. X . 0 = 0
2. X . 1 = X
3. X . X = X
4. X . X = 0
5. X + 0 = X
6. X + 1 = 1
7. X + X = X
8. X + X = 1

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

20

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b. Teorema Variabel Jamak


1.

X+Y=Y+X

2.

X.Y=Y.X

3.

X+ (Y+ Z)= (X+Y)+ Z= X+Y+ Z

4.

X.(Y.Z)= (X.Y).Z= X.Y.Z

5.

X.(Y+Z )=X.Y+X.Z

6.

X+ X.Y= X

7.

X+ X.Y= X+Y

Komutatif
Asosiatif

Distributif

c. Teorema De Morgan
8.

(X Y) X . Y

9.

(X . Y ) X Y

Teorema-teorema diatas biasanya digunakan untuk menyederhanakan setiap


ekspresi Boolean.
2.5 Ke-Universal-an Gate NOR dan NAND
Semua ekspresi Boolean terdiri dari berbagai macam kombinasi operasi
OR, AND dan NOT, oleh karena itu setiap ekspresi dapat diimplemetasikan
dengan gate OR, AND dan NOT. Tetapi ada kalanya untuk menerapkan setiap
ekspresi logika hanya digunakan gate NOR atau NAND saja tanpa gate lainnya,
karena gate NOR dan NAND dapat disusun menjadi operasi OR, AND dan NOT
seperti berikut :
* NOR :
Inverter (NOT)
A

OR
A
B

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

21

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

AND
A
X
B

* NAND :
Inverter (NOT)
A

AND
A

OR
A
X
B

Gambar 2.9 Ke - universal - an Gate NOR dan NAND

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

22

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

2.6 Representasi Logika Ekivalen


Operasi logika yang sama bisa diimplementasikan dengan lebih dari satu
cara. Contohnya pada gambar 2.10.a menunjukkan Gate NAND direpresentasikan
ekivalen dengan menggunakan Gate OR yang kedua masukannya diinverterkan,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.10.b.
A

X = AB

Keluaran menjadi Rendah (0)


hanya apabila Semua
masukannya adalah Tinggi (1)

Keadaan Rendah (0)


adalah
Keadaan Aktif
(a)
A
X = A+ B

= AB

Keluaran menjadi Tinggi (1)


hanya apabila Salah satu
masukannya adalah Rendah (0)

Keadaan Tinggi (1)


adalah
Keadaan Aktif
(b)
Gambar 2.10 Representasi Operasi Gate NAND Ekivalen
Ide yang sama digunakan untuk operasi logika yang lain, seperti
ditunjukkan pada gambar 2.11.
AND

OR

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

23

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

NAND

NOR

Gambar 2.11 Representasi Ekivalen Untuk Tiap Gate Dasar


2.7 Rangkaian Logika dengan Keluaran Banyak
Kadangkala

suatu

persoalan

dalam

mendesain

rangkaian

logika

membutuhkan lebih dari satu keluaran untuk masukan yang sama. Untuk itu
keluaran-keluaran tersebut diperlakukan secara terpisah. Apabila ekspresi
keluaran akhir diperoleh, dan terdapat beberapa bagian yang sama maka dapat
disederhanakan dan dijadikan satu.
Contoh 2.3 : Desainlah rangkaian logika yang mempunyai masukan A, B dan C
dan keluarannya adalah : X = AB + BC

dan

Y = ABC + AB

X AB BC

Y ABC AB

A
B
Gambar 2.12 Gambar Rangkaian Logika Contoh 2.3
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

24

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

2.8 Permasalahan
2.7.1 Sederhanakanlah ekspresi berikut :
a.

Y A B D A BD

b. d.

P ABC ABC A BC

c.

Z A B A B

d.

X ACD ABCD

e.

Q AC ( ABD) ABC D A BC

f.

R ( A C).(B D)

2.7.2 Sederhanakan persamaan logika berikut menggunakan aljabar Boolean dan


gambarkanlah rangkaian logikanya :
a.

X AC( ABD) ABCD A BC

b.

Y ( A B)(A B D)D

c.

Z A BC ABD CD

d.

M A BC ABC ABC A BC A BC

e.

N ( B C)( B C) A B C

f.

P (C D) ACD A BC A BCD ACD

g.

X ABC BCD A BD A CD

h.

Z ( A B CD E BCD

i.

Y RST RS(T V )

j.

W AC( ABD) ABC D A BC

2.7.3 Tulislah persamaan keluaran rangkaian logika berikut :


B
C

(a)

A
C
A
B
C

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

25

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

(b)
Gambar 2.13 Untuk permasalahan 2.7.3
2.7.4 Sederhanakanlah persamaan keluaran rangkaian logika berikut :
A
B
C
Y

Gambar 2.14 Untuk permasalahan 2.7.4


2.7.5 Untuk tiap ekspresi berikut, susunlah rangkaian logika yang sesuai dengan
menggunakan Gate AND, OR dan Inverter (Not) :
a. X AB(C D)

b.

c.

Z ( A B CDE ) BCD

Y ( M N) PQ

2.7.6 Sederhanakan persamaan berikut dengan menggunakan teorema DeMorgan :


a. X ABC
b. Y A BC
c. Z ABCD
2.7.7 a. Susunlah rangkaian logika untuk ekspresi : X = AB + CD + EF
b. Gantilah tiap Gate AND dan OR dengan Gate NAND ekivalennya
c. Tuliskan ekspresi untuk rangkaian yang telah direvisi, lalu sederhanakan
dan bandingkan dengan aslinya.
2.7.8

Suatu

rangkaian

logika

mempunyai

ekspresi:

X A BCD BCD A BCD

a. Implementasikan ekspresi tersebut hanya menggunakan Gate NAND saja


b. Implementasikan ekspresi tersebut hanya menggunakan Gate NOR saja !

BAB III
III

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

26

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

DESAIN RANGKAIAN LOGIKA


Di bab lalu aljabar Boolean digunakan untuk menjelaskan rangkaian logika
dan menerapkannya ke rangkaian yang sederhana. Pada bab ini, akan dijelaskan
prosedur dasar yang digunakan untuk merancang rangkaian logika, apabila
rangkaian yang diinginkan diberikan. Rangkaian yang diinginkan bisa dalam
bentuk tabel kebenaran (truth table) keluaran dari semua kemungkinan kombinasi
semua masukannya, atau sebagai suatu pernyataan yang menjelaskan operasi
rangkaian. Pada bab ini hanya menekankan pada jaringan logika kombinatorial,
yaitu jaringan yang hanya berisi gerbang-gerbang logika, dan tidak berisi rangkain
memory. Pada jaringan kombinatorial, keluarannya hanya tergantung pada
keadaan masukannya.
Setiap persamaan logika yang akan diimplementasikan dalam rangkaian
logika perlu diuji dahulu dalam bentuk minimumnya. Minimalisasi rangkaian
logika diperlukan agar diperoleh rangkaian dengan logika yang sama, namun
dengan jumlah gerbang yang paling sedikit. Pada bab ini juga akan disajikan
meode pengujian bentuk minimum dari persamaan logika, maupun prosedur
minimalisasi rangkaian logika dengan menggunakan peta Karnaugh (K map).
3.1 Ekspresi Hasil Penjumlahan dari Hasil Perkalian (Sum of Product/SOP)
dan Hasil Perkalian dari Hasil Penjumlahan (Product of Sum/POS)
Dua bentuk umum ekspresi logika adalah :
3.1.1 Ekspresi Hasil Penjumlahan dari hasil Perkalian (Sum of Product / SOP) :
1.

ABC ABC

2.

AB ABC C D D

3. AB CD EF GK HL
3.1.2 Ekspresi Hasil Perkalian dari hasil Penjumlahan (Product of Sum / POS) :
1.

( A B C).(A B C)

2.

( A B).(A B C).(C D).( D)

3. (A B).(C D).(E F).(G K ).( H L)


3.2 Penurunan Ekspresi dari Tabel Kebenaran Untuk Solusi SOP :

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

27

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Prosedur untuk memperoleh ekspresi keluaran dari tabel kebenaran dalam


bentuk SOP adalah :
a. Tulislah dalam bagian AND untuk setiap keluaran yang berlogika 1 pada tabel
kebenaran. Variabel masukan yang bernilai 0 ditulis inversi (NOT),
sebaliknya yang bernilai 1 ditulis normal (tidak inversi / NOT).
b. Semua bagian AND lalu di OR kan menjadi satu untuk memperoleh ekspresi
keluaran akhir.
Contoh 3.1 :
Rancanglah rangkaian logika dengan dua masukan, yang keluarannya ditunjukkan
pada tabel dibawah !
Tabel 3.1 Tabel Kebenaran untuk Contoh 3.1
Input

Output

Penyelesaian :
Dari tabel tersebut ditunjukkan bahwa keluarannya berlogika 1, hanya apabila
masukannya A = 1 dan B = 0, sehingga keluarannya mempunyai persamaan
X AB

B
A

X AB

Gambar 3.1 Rangkaian Logika Bentuk SOP untuk Contoh 3.1


Contoh 3.2 :
Rancanglah rangkaian logika dengan tiga masukan, yang keluarannya akan tinggi
apabila mayoritas masukannya tinggi !

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

28

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Penyelesaian :
Tabel 3.2 Tabel Kebenaran untuk Contoh 3.2
Input
C

A BC

ABC

ABC

ABC

X=

Output

ABC + A BC + ABC +

m1

m2

m3

ABC

Cara penulisan I
m = minterm

m4

X(A, B, C) = m (3, 5, 6, 7)

Cara penulisan II

Dengan cara penyederhanaan diperoleh :


X=

AB(C C) AC( B B) BC( A A ) =

AB AC BC

Rangkaian logika untuk persamaan dalam bentuk SOP tersebut adalah :


A
B
A
X = AB + AC + BC

B
C
Gambar 3.2 Rangkaian Logika Bentuk SOP untuk Contoh 3.2

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

29

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

3.3 Penurunan Ekspresi dari Tabel Kebenaran Untuk Solusi POS :


Prosedur untuk memperoleh ekspresi keluaran dari tabel kebenaran dalam
bentuk POS adalah :
a. Tentukanlah ekspresi SOP untuk keluaran yang diinversikan ( X )
b. Sederhanakanlah ekspresi untuk X tersebut
c. Inversikan ekspresi (X) tersebut untuk mendapatkan keluaran X dan gunakan
teorema De-Morgan untuk menyederhanakannya menjadi bentuk POS.
Contoh 3.3 :
Rancanglah rangkaian logika dengan tiga masukan, yang keluarannya akan rendah
apabila mayoritas masukannya rendah !
Penyelesaian :
Tabel 3.3 Tabel Kebenaran untuk Contoh 3.3
Input
C

A BC

A BC

ABC

A BC

Output

A BC + A BC + ABC + A BC

= BA + A C BC

Untuk mendapatkan Keluaran X, maka ekspresi X diinversikan yaitu :


X = A B + AC BC =

B A . A C. B C

= (A B)( A C)(B C)

M1

M2

M3

X(A, B, C) = M (0, 1, 2, 4)

Cara penulisan I
M = maksterm
Cara penulisan II

Rangkaian logika untuk persamaan dalam bentuk POS tersebut adalah :


TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

30

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

A
B
A

X = (A + B) (A+C) (B + C)

C
B
C

Gambar 3.3 Rangkaian Logika dalam POS untuk Contoh 3.3


3.4 Peta Karnaugh (Karnaugh Map / K' Map)
Seperti halnya tabel kebenaran, K' map juga memberikan keluaran untuk
setiap kombinasi nilai masukannya, tetapi bentuknya berbeda. Gambar 3.5
manunjukkan tiga contoh K' map untuk dua, tiga dan empat variabel. Kotak-kotak
K' map ditandai dengan nomor urut yang hanya berbeda satu dari kotak
sebelahnya, baik horizontal maupun vertikal. Ekspresi SOP untuk keluaran X
diperoleh dengan meng-OR-kan pada kotak-kotak K' map yang bernilai 1.
A

A.B
X A B AB

A.B
(a) Dua Variabel Masukan

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

31

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

A B C

A B C

A B C

AB

AB

AB

AB

ABC
X A BC A BC ABC ABC

i Tiga Variabel Masukan (Vertikal)

BC

BC

BC

BC

X A BC A BC ABC ABC

ii Tiga Variabel Masukan (Horisontal)


(b) Tiga Variabel

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

X
32

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

AB

AB

AB

ABCD

CD CD CD CD
AB 0
1
0
0

ABCD
X = AB C D + AB C D +
AB C D + AB C D

ABCD
ABCD

(c) Empat Variabel Masukan

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

33

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

CD

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

AB

AB

AB

AB

CD

CD

CD

E=1

E=0
(d) Lima Variabel Masukan

CD

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

AB

AB

AB

AB

CD

EF = 00

CD

CD

EF = 00

CD

CD

CD

CD

AB
AB

AB
AB

EF = 10

EF = 11
(e) Enam Variabel Masukan

Gambar 3.4 Contoh Peta Karnaugh (K - map)


TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

34

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Ekspresi keluaran X dapat disederhanakan dengan menggabungkan


(looping) kotak-kotak dalam Kmap yang berlogika 1 berdekatan. Penggabungan
logika 1 tersebut adalah 2, 4 atau 8 kotak. Gambar 3.5 adalah contoh-contoh
looping 2, 4 dan 8 kotak yang berlogika 1.
C

AB

AB

AB
AB

AB

AB

AB

AB

X BC

AB

AB

AB

AB

0
X BC

X AB

X A BC A BD

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

(a) Kalang (Looping) 2 Kotak

AB

AB

AB
AB

AB

AB

AB

AB

X=B

AB

AB

AB

AB

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

C
TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

XC

XB

35

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

AB

AB

AB

AB

XC

X AB

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

0
X AB

X AD

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

X CD

X BD

(a) Kalang (Looping) 4 Kotak

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

36

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

XD

XB

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

XB

XC

(c) Kalang (Looping) 8 Kotak


Gambar 3.5 Contoh-contoh Looping 2, 4 dan 8 Kotak

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

37

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 3.6 berikut menunjukkan contoh-contoh penyederhanaan ekspresi


Boolean dalam bentuk hasil penjumlahan dari hasil perkalian (SOP).

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

X A BC D ACD BD

X AB BC ACD

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

1
X A B AC BD ABCD

X B ACD ACD

CD

CD

CD

CD

AB

AB

0 1.

AB

AB

2.
3.

X A CD ABC A BC ACD

X ABD BCD BCD A BD


X BCD ABC ACD ACD

Gambar 3.6 Contoh-contoh Penyederhanaan Peta Karnaugh

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

38

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

3.5 Kondisi Diabaikan (Dont Care Condition)


Tabel kebenaran dari rangkaian logika, selalu memberikan kaluaran logika1
atau 0 untuk semua kombinasi masukannya. Tetapi ada pula rangkaian logika
yang kombinasi masukannya tidak pernah terjadi. Untuk rangkaian logika yang
masukannya tidak pernah ada, maka nilai keluarannya tidak dinyatakan dalam
logika 1 atau 0, melainkan diberi tanda X atau d (dont care), yang berarti keadaan
dibaikan.
Contohnya rangkaian logika untuk kode BCD (Binary Coded Decimal),
yang masukannya hanya mempunyai 10 kombinasi, yaitu 0 (0000) sampai 9
(1001). Sehingga 6 masukan lainnya tidak pernah ada, yaitu 11 (1011) sampai 15
(1111). Tabel 3.4 di bawah menunjukkan pendeteksi bilangan prima dengan
masukan kode BCD.
Tabel 3.4 Tabel Kebenaran untuk Detektor Bilangan Prima
Input

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Output

39

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

3.6 Permasalahan
3.6.1 Gambarkanlah Peta Karnaughnya :
a. f (A, B, C) m (0, 1, 2, 3, 5, 6)
b. f (A, B, C) M (4, 7)
c. G(A, B, C, D) m (0, 1, 5, 11, 12, 15)
d. H(A, B, C, D) M (2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14)
e. P( W, X, Y, Z) m(0, 1, 4, 5, 10, 11, 14, 15)
f. R (A, B, C, D) M (0, 2, 4, 10, 12, 14)
g. Q(K , L, M, N) m(1, 5, 9, 12, 14, 15)
h. S(X 1 , X 2 , X 3 , X 4 ) M ( 2, 3, 7, 9, 15)
i.

X AC(ABD) ABC D A BC

j.

Y ( A B)( A B D) D

k.
l.

Z A BC ABD CD
M A BC ABC ABC A BC A BC

m.

N ( B C)(B C) A B C

n.

P (C D) AC D A BC A BCD ACD

o.

X ABC BCD A BD A CD

p.

Z ( A B CD E BCD

q.

Y RST RS(T V)

r.

W AC( ABD) ABC D A BC

3.6.2 Sederhanakanlah fungsi dibawah dengan peta Karnaugh :


a.

X AC(ABD) ABC D A BC

b.

Y ( A B)(A B D) D

c.

Z A BC ABD CD

d.

M A BC ABC ABC A BC A BC

e.

N ( B C)(B C) A B C

f.

P (C D) AC D A BC A BCD ACD

g.

X ABC BCD A BD A CD

h.

Z ( A B CD E BCD

j.

W AC( ABD) ABC D A BC

k. P( W, X, Y, Z) m(0, 1, 4, 5, 10, 11, 14, 15)


TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

40

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

l. R (A, B, C, D) M (0, 2, 4, 10, 12, 14)


m. Q(K , L, M, N ) m (1, 5, 9, 12, 14, 15)
n. S(X 1 , X 2 , X 3 , X 4 ) M ( 2, 3, 7, 9, 15)
3.6.3 Desainlah rangkaian logika dalam SOP dan POS dari tabel kebenaran
berikut:
Tabel 3.5 Tabel Kebenaran Untuk Permasalahan 3.6.3
Input

Output

X1

X0

Y1

Y0

3.6.4 Tentukanlah bentuk minimum dari Peta Karnaugh pada gambar berikut :
C

AB

AB

AB

AB

X
(a)

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

41

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

CD

CD

CD

CD

AB

AB

AB

AB

1
(b)

(c)
Gambar 3.7 Untuk permasalahan 3.6.4

3.6.4 Desainlah rangkaian logika Pengali (Multiplier) dua bilangan biner 2 bit X1
X2 dan Y1 Y2 yang menghasilkan keluaran Z3 Z2 Z1 Z0
X1
Input

X0
Y1
Y0

Z3
Rangkaian
Pengali

Z2
Z1

Output

Z0

3.6.5 Desainlah rangkaian logika Pembanding (Comparator) dua bilangan biner 2


bit X1 X2 dan Y1 Y2 yang menghasilkan keluaran Z3 Z2 Z1 Z0 !
X1
Input

X0
Y1
Y0

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

Rangkaian
Pembanding

(X > Y)

(X = Y)

(X < Y)

Output

42

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

TEKNIK
TEKNIK DI
DIGITAL DASAR

43

Anda mungkin juga menyukai