Anda di halaman 1dari 18

KECERDASAN BUATAN-2019

JOBSHEET 2
PENGANTAR TEKNIK DIGITAL

Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
 Membedakan kuantitas analog dan digital
 Mengerti konsep logika
 Mengenal sistem bilangan
 Mengetahui operator logika dan operator bitwise menggunakan Python
Ringkasan Materi
PENGANTAR TEKNIK DIGITAL
Kata digital kini semakin banyak digunakan. Pada awalnya, kata tersebut hanya digunakan di
bidang komputer dan elektronis. Namun kini, kata digital telah merambah ke hampir semua bidang
kehidupan. Apa sesungguhnya arti kata digital? Apa beda digital dengan analog? Dan apa kelebihan
digital dibanding dengan analog? Beberapa pertanyaan tersebut akan dibahas di bab pembuka buku
ini.
Kata digital berasal dari digit dan digitus, yang merupakan bahasa Latin yang berarti jari tangan.
Jari tangan merupakan salah satu anggota tubuh kita yang biasa digunakan untuk menghitung
sesuatu yang bersifat diskret. Untuk menjelaskan apa itu digital, terlebih dahulu akan dijelaskan
mengenai kuantitas kontinu dan diskret.
1. Kuantitas Analog dan Digital
Dalam ilmu pengetahuan, teknologi, bisnis, dan hampir semua bidang usaha yang lain, kita
selalu berhubungan dengan kuantitas. Kuantitas adalah sesuatu yang terukur, termonitor, terekam,
teramati, dan dapat diubah secara aritmatis. Hal penting ketika membahas tentang berbagai macam
kuantitas adalah bagaimana dapat menunjukkan nilai kuantitas terebut secara efektif dan akurat.
Terdapat dua cara untuk menunjukkan nilai kuantitas, yaitu secara analog dan secara digital.
a) Analog
Pada cara analog, kuantitas diwakili oleh tegangan, arus atau gerakan meter yang sebanding
dengan nilai kuantitas. Sebuah contoh adalah pengukur kecepatan kendaraan atau speedometer.
Pada speedometer, nilai kecepatan ditunjukkan oleh angka yang ditunjuk oleh jarum speedometer.
Penyimpangan jarum sebanding dengan kecepatan kendaraan.
Contoh lain adalah termometer raksa. Pada alat pengukur suhu ruangan ini, hasil pembacaan
skala terhadap tinggi raksa menyatakan suhu ruangan saat ini. Ketika suhu ruangan secara perlahan
berubah, ketinggian raksa akan berubah mengikutinya. Sehingga angka yang tertera pada skala
termometer yang tepat berada pada permukaan atas raksa merupakan suhu ruangan saat itu.
Kuantitas yang disebutkan di atas mempunyai sebuah karakteristik penting, yaitu kuantitas
tersebut dapat berubah pada semua rentang nilai. Kecepatan kendaraan bermotor dapat
mempunyai banyak nilai dari nol hingga 100 km/jam misalnya. Isyarat derau di alam merupakan
kuantitas analog dan dapat bernilai berapa saja, baik positif maupun negatif. Demikian juga, seperti
KECERDASAN BUATAN-2019

terlihat grafiknya pada Gambar 1.1(a), keluaran penguat audio dapat bernilai berapa saja dari nol
hingga 1000 mV, misalnya 495 mV pada t=1 detik, 810 mV pada t=2 detik atau 597 mV pada t=3
detik.

Gambar 1.1 Contoh bentuk isyarat (a) analog dan (b) digital
Pada sistem analog terdapat untai elektronis yang akan mengubah kuantitas fisik, misalnya nilai
suhu dan intensitas cahaya, dan menampilkannya secara analog, misalnya menggunakan jarum atau
ketinggian raksa. Pada tampilan analog, nilai kuantitas dapat bernilai berapa saja dari nilai minimum
hingga maksimum secara kontinu. Contoh aplikasi elektronis yang menggunakan sistem analog
adalah: penguat audio, tape kaset dan kebanyakan pengatur volume atau nada yang menggunakan
tombol putar atau geser.
b) Digital
Sedangkan pada cara digital, kuantitas diwakili secara tidak proporsional tetapi oleh lambang
yang disebut digit. Sebagai contoh, jam digital, yang menampilkan waktu dalam fomat digit desimal.
Waktu berubah secara kontinu, tetapi tampilan jam digital berubah secara tidak kontinu. Jam digital
berubah langkah demi langkah. Langkah perubahan dapat per menit atau per detik. Dengan kata
lain, penunjukkan secara digital untuk waktu berubah secara diskret. Bandingkan dengan tampilan
waktu oleh jam analog yang berubah secara kontinu.
Pada sistem digital terdapat suatu untai elektronis yang akan memproses informasi dalam
bentuk kuantitas fisik yang kontinu untuk kemudian memproses dan menampilkannya secara
diskret dalam bentuk digital. Karena informasi yang ditampilkan dalam bentuk diskret, maka hanya
nilai tertentu saja yang dapat ditampilkan. Sedangkan nilai-nilai lain dapat saja tidak ditampilkan.
Nilai yang tidak ditampilkan mungkin jumlahnya jauh lebih besar.

Contoh 1:
Sebuah jam digital hanya menampikan jam dan menit saja. Nilai apa yang tidak ditampilkan?
Bandingkan dengan jam analog!
Jawab:
Yang tidak ditampilkan tentu saja bagian detik. Pada jam digital tersebut, kita tidak dapat
menentukan nilai detik. Sedangkan pada jam analog yang mempunyai jarum jam dan menit, nilai
detik masih dapat diperkirakan dengan menentukan posisi jarum menit di antara garis-garis menit.
KECERDASAN BUATAN-2019

Sebagian besar sistem digital dibentuk oleh perangkat elektronis. Contoh yang paling banyak
digunakan adalah: komputer, kalkulator, CD/VCD/DVD/MP3 player, sistem telepon tetap dan
bergerak.
Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan utama antara kuantitas
analog dan digital adalah:
Analog ≡ kontinu
Digital ≡ diskret (langkah demi langkah)
Gambar 1.1(b) merupakan contoh bentuk isyarat digital dengan empat tegangan logika. Isyarat
audio yang tadinya boleh bernilai berapa saja dari 0 hingga 1000 mV, kini hanya boleh bernilai satu
di antara empat tingkatan tegangan logika yang ada, yaitu: tegangan logika paling rendah di 1,25
mV, tegangan logika yang lebih tinggi di 3,75 mV, tegangan logika 6,25 mV dan tegangan logika
tertinggi di 8,75 mV.
Kuantitas analog merupakan kuantitas yang bersifat alamiah, sehingga dapat mewakili hampir
semua kuantitas di berbagai bidang kehidupan, misalnya: temperatur, intensitas cahaya, intensitas
suara dan tekanan udara. Sedangkan kuantitas digital hampir dapat dikatakan tidak dapat mewakili
setiap kuantitas di berbagai bidang kehidupan.
Isyarat digital mempunyai rentang tidak kontinu alias diskret. Nilai kuantitas digital diwakili oleh
suatu lambang. Karena keterbatasan jumlah lambang yang digunakan untuk mewakili kuantitas
digital, tidak semua nilai kuantitas analog dapat diwakili oleh kuantitas digital. Sistem digital bersifat
diskret. Nilai kuantitas analog hanya dapat didekati oleh sejumlah lambang yang mewakili kuantitas
digital. Sebagai contoh pada Gambar 1.2, rentang kontinu isyarat analog dari 0 V hingga 10 V hanya
diwakili oleh 4 tegangan logika untuk kuantitas digital, yaitu: 0, 1, 2 dan 3. Sehingga jika isyarat
analog pada Gambar 1.1(a) diubah ke digital, maka akan dihasilkan isyarat dengan bentuk seperti
Gambar 1.1(b).

Gambar 1.2 Perbedaan isyarat analog dan digital


Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kuantitas digital tidak dapat mewakili kuantitas
analog dengan sempurna. Jika isyarat digital digunakan untuk mewakili isyarat analog, selalu
mempunyai cacat. Lalu mengapa sistem digital dikatakan lebih unggul dibanding dengan sistem
analog?
Salah satu kelebihan sistem digital adalah sebagai berikut. Adanya sifat diskret pada sistem
digital menjadikan pada sistem digital tidak ada lagi ketidakpastian ketika membaca nilai suatu
kuantitas digital. Sebagai contoh, pada Gambar 1.3, jika penampil digital menunjukkan angka 0,
maka yang ditunjuk adalah tegangan 1,25 V. Nilai tegangan tersebut sudah nilai yang pasti, tidak
mungkin kurang atau lebih. Sementara itu, nilai kuantitas analog selalu terbuka terhadap penafsiran.
Jika voltmeter analog menunjuk angka 1,25 V, maka kita masih dapat berburuk sangka,
KECERDASAN BUATAN-2019

kemungkinan nilai sebenarnya tidak 1,25 V tapi mungkin lebih, misanya 1,25 V, atau mungkin juga
kurang, misalnya 1,23 V.

Gambar 1.3 Kuantitas analog didekati oleh kuantitas digital


Contoh 2:
Pada Gambar 1.3, kisaran analog 0 hingga 1000 mV dijadikan digital dengan empat tegangan logika.
Hitung kesalahan terbesar yang dapat terjadi dalam proses pembulatan!
Jawab:
Selisih antar dua skala digital yang berurutan dalam skala analog adalah 2,50 V, maka kesalahan
2,5
terbesar adalah 2 V=1,25 V

Pertanyaan
1. Mana di antara hal berikut yang melibatkan kuantitas analog dan mana yang melibatkan
kuantitas digital?
a. Saklar sepuluh posisi
b. Arus mengalir keluar dari keluaran listrik
c. Suhu ruang
d. Butiran-butiran pasir di pantai
e. Spidometer kendaraan bermotor
2. Mana di antara hal berikut yang melibatkan kuantitas analog dan mana yang melibatkan
kuantitas digital?
a. Jumlah atom pada suatu bahan
b. Ketinggian pesawat terbang
c. Arus listrik yang mengalir ke lampu indikator
d. Tegangan yang masuk ke IC digital
e. Kuat isyarat dari pemancar radio.

2. Logika
KECERDASAN BUATAN-2019

Pada dasarnya, sistem digital hanya mengenal dua kuantitas untuk mewakili dua kondisi yang
ada. Kuantitas tersebut disebut dengan logika. Logika 1 mewakili suatu kondisi dan logika 0 mewakili
kondisi yang lain. Dua kondisi tersebut dapat berupa suatu tegangan, arus, keberadaan sesuatu atau
kondisi yang lain. Sistem digital dapat pula mempunyai lebih dari dua tegangan logika. Namun
biasanya semua tegangan logika diwakili oleh dua logika yang ada, yaitu 0 dan 1. Sebagai contoh,
pada sistem digital empat tegangan logika pada Gambar 1.3, tegangan logika untuk ‘0’, ‘1’, ‘2’, dan
‘3’ dapat diwakili oleh nilai 00, 01, 10 dan 11. Pada kasus tersebut dibutuhkan dua digit untuk
mewakili suatu tegangan logika.
Contoh 3
Suatu sistem digital menggunakan delapan digit untuk menyatakan suatu tegangan logika. Hitunglah
berapa jumlah variasi tegangan logika yang ada!
Jawab:
Dengan delapan digit akan didapat 28 = 256 kemungkinan tegangan logika.
Dalam kebanyakan sistem digital, logika 0 biasanya mewakili nilai tegangan 0 volt atau kondisi mati, dan
logika 1 mewakili tegangan bukan nol atau kondisi hidup. Untuk IC TTL, logika 0 mewakili tegangan 0 volt dan
logika 1 mewakili tegangan 5 volt. Sedangkan untuk IC CMOS logika 1 dapat mewakili tegangan 3 sampai 12
volt, tergantung pada tegangan catu yang diberikan. Pada beberapa sistem mikroprosesor, logika 1 dapat
mewakili tegangan yang berbeda, tergantung teknologi yang digunakan. Mikroprosesor 80486
menggunakan tegangan 5 volt untuk logika 1, sedangkan mikroprosesor pentium menggunakan
tegangan 2 ~ 2,2 volt untuk logika 1.
Tabel 1.1 Beberapa standar logika 1 dan 0

Teknologi Logika 0 Logika 1


TTL 0 volt 5 volt
CMOS 0 volt 3 ~ 12 volt
Mikroprosesor 0 volt 2 ~ 5 volt
RS-232 3 ~ 25 volt -3 ~ -25 volt

Pada umumnya logika 1 diwakili oleh tegangan yang lebih tinggi dibandingkan tegangan untuk
logika 0. Beberapa pengecualian biasanya diterapkan untuk keperluan komunikasi data. Misalnya
pada RS-232, tegangan untuk logika 0 justru lebih tinggi daripada tegangan untuk logika 1. Logika 0
diwakili oleh tegangan +3 hingga +25 volt, sedangkan logika 1 justru diwakili oleh tegangan -3 hingga
-25V.
Karena hanya ada dua logika, maka bentuk gelombang digital hanya mengenal dua tegangan
logika. Karena tegangan untuk logika 1 biasanya lebih tinggi daripada tegangan untuk logika 0, maka
dalam grafik, tegangan logika tinggi mewakili logika 1 dan tegangan logika rendah mewakili logika
0. Ketentuan ini tidak merupakan suatu keharusan. Dapat saja tegangan logika tinggi untuk logika 0
dan tegangan logika rendah untuk logika 1. Hal ini akan dijelaskan kemudian.
Perubahan dari tegangan logika rendah ke tegangan logika tinggi membentuk sisi transisi naik
gelombang, dan perubahan dari tegangan logika tinggi ke tegangan logika rendah membentuk sisi
transisi turun gelombang. Jika logika 0 mewakili tegangan logika rendah dan logika 1 mewakili
tegangan logika tinggi, maka contoh bentuk isyarat digital dapat mengikuti Gambar 1.4. Pada
KECERDASAN BUATAN-2019

beberapa kasus, waktu terjadinya sisi transisi naik atau turun justru lebih penting dibandingkan
dengan lama terjadinya tegangan logika tinggi atau tegangan logika rendah.

Gambar 1.4 Bentuk isyarat digital ideal


Dalam kenyataan, sulit untuk membentuk gelombang dengan sisi transisi naik dan sisi transisi
turun tegak lurus terhadap sumbu horisontal. Perubahan dari tegangan logika rendah ke tinggi dan
tegangan logika tinggi ke rendah biasanya membutuhkan waktu tertentu. Hal ini mengakibatkan
perubahan tegangan logika menjadi melandai sebagaimana Gambar 1.5. Ini terjadi terutama pada
perangkat digital yang mempunyai kecepatan rendah. Melandainya perubahan tegangan logika
dapat saja tidak menjadi masalah sepanjang masih dalam batas toleransi. Namun pada perangkat
yang cukup kritis, grafik tersebut harus dikoreksi.

Gambar 1.5 Perubahan tegangan logika yang melandai


Karena hanya dikenal dua macam logika, yaitu 0 dan 1, maka sistem digital dapat dibentuk dari
saklar hidup-mati (on-off) sebagaimana Gambar 1.6. Logika 1 biasanya dibentuk dari skalar dalam
kondisi hidup; sedangkan logika 0 biasanya dibentuk dari saklar dalam kondisi mati.

Gambar 1.6 Saklar hidup-mati membentuk untai digital


KECERDASAN BUATAN-2019

Saklar digital hidup-mati tersebut dapat dibuat dari satu atau lebih transistor. Satu atau
beberapa saklar dapat membentuk sebuah operasi logika. Beberapa teknologi yang telah dikenal
untuk membentuk saklar logika adalah: diode-logic (DT), resistor-transistor logic (RTL), diode-
transistor logic (DTL), transistor-transistor logic (TTL), metal-oxide semiconductor (MOS),
complementary MOS (CMOS) dan emitter-coupled logic (ECL).
Pertanyaan

1. Sebutkan kelebihan sistem analog dibandingkan sistem digital!


2. Mengapa grafik gelombang digital tidak dapat tegak lurus terhadap sumbu horisontal seperti
Gambar 1.4 tetapi melandai seperti Gambar 1.5?

3. Antarmuka Sistem Digital dengan Sistem Analog


Pada masa mendatang, dipastikan akan semakin banyak perangkat elektronis yang menggunakan
sistem digital untuk membentuk berbagai operasi yang sebelumnya menggunakan sistem analog.
Namun semua isyarat alami di alam semesta merupakan isyarat analog. Panca indera manusia pun
menerima isyarat analog dari alam. Intensitas cahaya yang diterima mata merupakan kuantitas
analog. Demikian pula nilai suhu yang diterima kulit dan intensitas bunyi yang diterima telinga.
Dalam kehidupan sehari-hari, aktifitas manusia pun selalu berhubungan dengan kuantitas
analog. Arah dan gerakan anggota tubuh, arah dan gerakan mobil, aliran air atau gas, dan segala
sesuatu yang dibentuk oleh manusia maupun makhluk lain selalu menggunakan kuantitas analog.
Pernahkan kita membayangkan jika mata manusia bersifat digital sehingga hanya dapat menerima
dua jenis cahaya yaitu terang dan gelap saja? Atau bagaimana jika gerakan mobil bersifat digital
sehingga hanya dapat bergerak ke empat arah koordinat tertentu saja?
Kuantitas digital tidak dapat diterima langsung oleh panca indera kita dan kebanyakan tidak
dapat langsung diterapkan ke alam. Sehingga jika terdapat suatu perangkat yang bekerja secara
digital, maka perangkat tersebut tidak dapat menerima secara langsung isyarat dari alam, misalnya
cahaya, bunyi, tekanan. Isyarat dari alam harus diubah ke bentuk digital terlebih dahulu sebelum
dapat diproses oleh sistem digital. Semua kuantitas analog dapat diwakili oleh nilai tegangan atau
arus. Suara dapat diwakili dengan tegangan analog; suara dapat pula dibentuk dari tegangan analog.
Alat yang digunakan untuk mengubah suara ke tegangan analog adalah mikrofon; sedangkan alat
yang digunakan untuk mengubah tegangan analog ke getaran udara sehingga menjadi suara adalah
speaker. Nilai intensitas cahaya dapat diubah ke besaran tegangan atau arus oleh LDR, fotodioda,
atau fototransistor, sehingga nilai intensitas cahaya dapat diwakili oleh nilai tegangan atau arus
analog. Sedangkan nilai tegangan atau arus dapat diubah ke bentuk intensitas cahaya dengan
sebuah lampu. Demikian pula dengan bantuan NTC, PTC atau IC peka suhu, nilai suhu dapat diwakili
oleh tegangan atau arus. Nilai tegangan atau arus pun dapat diubah ke nilai suhu dengan elemen
pemanas. Suatu alat yang mengubah variabel fisika yang ada di alam (misalnya: cahaya, suhu, dan
suara) ke nilai tegangan atau arus listrik dinamakan tranduser. Contoh tranduser adalah: mikrofon,
LDR, dan NTC.
Nilai keluaran sebuah tranduser merupakan isyarat analog. Agar isyarat tersebut dapat diolah
oleh peralatan yang menggunakan sistem digital, diperlukan pengubah atau pengonversi isyarat
analog ke digital seperti pada Gambar 1.7. Untai elektronis yang dapat mengonversi isyarat analog
ke bentuk data digital dinamakan dengan Konverter Analog-ke-Digital atau lebih sering disebut ADC
(Analog-to-Digital Converter).
KECERDASAN BUATAN-2019

Gambar 1.7 Diagram pemroses besaran fisik


Isyarat digital hasil keluaran perangkat yang menggunakan sistem digital juga tidak dapat
diterima langsung panca indera dengan baik. Untuk itu digunakanlah suatu perangkat pengonversi
data digital ke isyarat elektris analog yaitu Konverter Digital-ke- Analog atau DAC (Digital-to-Analog
Converter). Agar dapat dinikmati oleh panca indera, semua keluaran dari perangkat digital harus
dijadikan analog terlebih dahulu dengan DAC. Jika diperlukan, keluaran DAC ini diumpankan ke
sebuah aktuator untuk pengontrolan suatu nilai besaran fisik. Lebih jauh ADC dan DAC akan dibahas
di Bab 10 buku ini.
Vokal dan musik dapat diproses secara analog maupun digital. Suara tersebut pun dapat
diproses secara analog atau digital untuk disimpan atau diperkuat untuk didengarkan. Getaran
partikel-partikel udara yang ditangkap microfon diubah ke dalam bentuk isyarat listrik. Isyarat
tersebut dikuatkan hingga mencapai batas tertentu, kemudian dapat langsung diperkuat untuk
diperdengarkan kembali. Suara tersebut juga dapat disimpan dengan cara direkam dalam pita kaset.
Nantinya rekaman dalam pita kaset dapat diperdengarkan kembali jika diperlukan. Inilah
pemrosesan suara secara analog yang sering diterapkan. Mekanisme penerapan teknik digital pada
perangkat audio dapat dilihat pada Gambar 1.8.

(a)
KECERDASAN BUATAN-2019

(b)
Gambar 1.8 Pemrosesan isyarat audio dalam sistem (a) analog dan (b) digital
Pada sistem digital, isyarat dari mikrofon dan penguat awal diubah ke bentuk digital oleh ADC. Tidak
seperti pada Gambar 1.3 yang menggunakan format digital dengan empat tegangan logika atau
empat lambang saja, isyarat audio biasanya diubah ke format digital dengan jumlah tegangan logika
yang jauh lebih banyak. Isyarat vokal biasanya diformat dalam 28 = 256 tegangan logika, sedangkan
isyarat musik biasanya diformat dalam 216 = 65 ribu tegangan logika!
Contoh 4:
Jika kisaran tegangan analog -1 V hingga 1 V dikonversi ke bentuk digital dengan 256 tegangan
logika, hitunglah berapa kesalahan terbesar yang dapat terjadi pada proses pembulatan!
Jawab:
Dengan 256 tegangan logika akan terdapat 255 selang. Kesalahan terbesar sejauh setengah dari nilai
1−(−1)
selang. Sehingga kisaran tegangan akan mempunyai kesalahan terbesar 255×2 = 3,9mV.
Dengan memperbesar jumlah tegangan logika, bentuk isyarat digital yang dihasilkan
mempunyai bentuk yang hampir sama dengan isyarat analognya. Data digital yang mewakili isyarat
audio tersebut dapat langsung disimpan ke dalam CD/DVD atau dilakukan pemampatan/kompresi
terlebih dahulu hingga menjadi berkas/file berformat MP3, MP3 Pro atau format yang lain.
Pada saat CD/DVD tersebut dimainkan, data digital dibaca dan dilakukan konversi kembali ke
isyarat analog oleh DAC. Isyarat audio yang dihasilkan tentu tidak akan sama dengan isyarat aslinya.
Salah satu penyebabnya karena terdapat pendekatan/pembulatan pada proses konversi isyarat
analog ke data digital. Isyarat audio yang dimainkan hanyalah pendekatan dari isyarat aslinya.
Namun keterbatasan kepekaan telinga manusialah yang menganggap bahwa isyarat audio dari
perangkat digital sudah hampir sama dengan aslinya.
Sementara itu, proses penyimpanan data audio digital mempunyai ketelitian dan kekebalan
terhadap derau lebih tinggi dan daripada proses perekaman atau penyimpanan audio secara analog.
Bahkan dalam batas-batas tertentu, adanya kesalahan dalam penyimpanan dan pembacaan data
digital dapat dikoreksi. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab mengapa telinga manusia
menganggap isyarat audio dari perangkat digital mempunyai kualitas lebih tinggi daripada isyarat
audio dari keluaran perangkat analog.
KECERDASAN BUATAN-2019

Sebelum penguat akhir, isyarat listrik yang mewakili suara dapat diproses terlebih dahulu sesuai
keperluan, seperti digunakannya equalizer, echo atau yang lainnya. Pemroses analog menggunakan
perangkat keras, sedangkan pemroses digital dapat menggunakan perangkat lunak berupa program
yang dapat lebih fleksibel dan mudah digunakan (user friendly).

Pertanyaan
1. Ulangi Contoh 4 namun untuk tegangan logika sejumlah 216!

4. Kelebihan Sistem Digital


Secara umum, dibandingkan dengan sistem analog, sistem digital mempunyai beberapa
kelebihan, di antaranya:
1. Sistem digital lebih mudah dirancang. Sistem digital, dari yang sederhana hingga yang sangat
kompleks, dapat dibentuk dari untai saklar hidup-mati sebagaimana Gambar 1.6. Pada saklar
tersebut, nilai pasti tegangan dan arus menjadi tidak penting. Hal yang penting hanyalah kondisi
yang terjadi, yaitu hidup (logika 1) atau mati (logika 0). Pada Contoh 1.2 di muka, perancangan
dan realisasi equalizer, echo, penggeseran frekuensi dan fase audio sehingga suara vokal dapat
diganti, dan beberapa proses manipulasi audio dapat lebih mudah dilakukan dalam sistem
pemroses audio digital dengan sebuah program.
2. Penyimpanan informasi menjadi lebih mudah. Hal ini dapat dilakukan oleh untai saklar khusus
yang dapat digunakan untuk menampung informasi dan mempunyai kemampuan
mempertahankannya selama waktu yang diperlukan. Informasi lagu atau vokal lebih mudah
disimpan ke dalam perangkat penyimpan digital karena semakin praktisnya perangkat tersebut.
Kini sudah banyak chip berukuran tak lebih dari 2×2 cm yang dapat menyimpan data lebih dari
4 GB yang berarti terdapat lebih dari 32 milyar saklar penyimpan.
3. Ketelitian lebih besar. Sistem digital dapat menangani banyak digit presisi yang diperlukan
secara mudah dengan panambahan lebih banyak untai saklar. Sebagaimana telah disebutkan
pada Contoh 1.2 di muka, isyarat musik biasanya disimpan dalam format lebih dari 65 ribu
tegangan logika yang diwakili oleh 16 digit presisi, sehingga ketelitian akan jauh lebih besar.
Pada sistem analog, ketelitian penentuan nilai kuantitas terbatas hingga dua atau dua setengah
digit saja. Hal ini karena keterbatasan ketelitian pembacaan alat analog. Silakan dicek,
voltmeter analog yang biasa kita gunakan hanya dapat mendeteksi tegangan 15,0 V atau 15,5
V saja. Tegangan di antara kedua nilai tersebut, misalnya 15,3 V tidak dapat diukur, namun
hanya dapat dikira-kira.
4. Operasi dapat diprogram. Merancang sistem digital yang beroperasinya dikendalikan oleh
sekumpulan instruksi tersimpan yang disebut program merupakan hal yang cukup mudah. Pada
sistem audio, sebuah equalizer digital dapat dengan mudah diprogram untuk suara vokal, musik
klasik, dansa, pop, rock atau sesuai pengguna (custom). Sistem analog dapat pula diprogram,
tetapi variasi dan kerumitan operasi yang tersedia sangat terbatas.
5. Untai digital lebih kebal terhadap derau. Pada sistem digital, nilai pasti tegangan bukan
merupakan hal yang penting, sehingga perubahan tegangan karena adanya derau bukan suatu
hal yang penting bagi sistem sepanjang derau tersebut tidak cukup besar sehingga dapat
mengacaukan proses pembedaan kondisi hidup dan mati. Suatu derau yang terjadi masih dapat
dikoreksi sepanjang nilai derau tersebut masih di bawah batas toleransi. Salah satu caranya
koreksi paling sederhana adalah dengan pembulatan yang akan dijelaskan di Contoh 1.3.
6. Lebih banyak untai digital dapat dikemas dalam keping IC. Saat ini banyak perangkat digital yang
hanya menggunakan sabuah chip yang dikemas dalam ukuran tidak lebih dari dua sentimeter,
KECERDASAN BUATAN-2019

misalnya MP3/MP4 player. Untai analog juga mempunyai kemampuan untuk dikemas dalam
teknologi IC, tetapi relatif lebih rumit. Dan terdapat beberapa komponen elektronika analog
yang hingga kini sangat tidak efektif jika dikemas dalam sebuah IC, misalnya: kapasitor besar,
resistor presisi, induktor, dan transformator.
Sebagai contoh adalah Gambar 1.1(a). Sebuah pengirim mengirimkan isyarat analog ke
penerima. Dalam proses pengiriman, isyarat tersebut terkena derau, sehingga isyarat yang diterima
sedikit berbeda dengan yang dikirim seperti Gambar 1.9(a). Jika penerima mengetahui isyarat asli
yang dikirim, tentu saja dengan mudah penerima dapat memilah, mana isyarat asli dan mana yang
merupakan derau. Misalnya penerima tahu bahwa pengirim mengirimkan isyarat dengan frekuensi
1 kHz, maka pada penerima dapat dipasang tapis pelewat bidang (band pass filter) yang hanya akan
meneruskan isyarat 1 kHz. Namun biasanya, penerima belum tahu berapa frekuensi dan tegangan
(amplitudo) isyarat yang dikirim oleh pengirim, sehingga derau sulit dipilah.
Kini belum dikirim, isyarat Gambar 1.1(a) dijadikan digital dengan empat tegangan logika
menjadi Gambar 1.1(b). Isyarat tersebut dikirim ke penerima. Dengan mengasumsikan derau yang
terjadi sama, pihak penerima akan menerima isyarat seperti Gambar 1.9(b). Karena menggunakan
sistem digital, derau pada isyarat yang diterima dapat dihilangkan dengan mudah. Bagaimana
caranya?
Derau pada Gambar 1.9(b) dapat dengan mudah dihilangkan dengan membulatkan nilai isyarat
yang diterima ke salah satu di antara 4 tegangan logika diskret terdekat. Tegangan analog 0 hingga
250 mV dibulatkan menjadi 125 mV dan diberi lambang 0, tegangan 250 hingga 500 mV dibulatkan
menjadi 250 mV dan diberi lambang 1, tegangan 500 hingga 750 mV dibulatkan menjadi 625 mV
dan diberi lambang 2, dan tegangan analog 750 hingga 1000 mV dibulatkan menjadi 875 mV dan
diberi lambang 3. Lihat Gambar 1.10 berikut.

Gambar 1.9 Derau yang terjadi pada pengiriman isyarat (a) analog (b) digital

Gambar 1.10 Pembulatan yang terjadi di isyarat digital


Sebagai contoh, pada waktu t = 1, 2, 3, 4 d n 5 detik pengirim mengirim data digital yang diwakili
tegangan 375 mV, 875 mV, 625 mV, 125 mV dan 375 mV seperti Gambar 1.11. Dikarenakan terkena
derau, maka penerima menerima data 358, 871, 616, 134 dan 361. Data yang diterima di penerima
tersebut dapat dengan mudan dikoreksi dengan melakukan pembulatan sebagaimana Gambar 1.10.
KECERDASAN BUATAN-2019

Gambar 1.11 Derau yang terjadi pada pengiriman isyarat analog dan digital
Pada pengiriman isyarat analog, proses koreksi sulit diterapkan. Kemudahan koreksi data pada
penerimaan isyarat digital menjadi salah satu penyebab pada umumnya isyarat digital dapat
‘diterima’ lebih baik daripada isyarat analog.
Pertanyaan
1. Sebutkan kelebihan sistem transmisi digital dibanding sistem trasnmisi analog pada Gambar
1.9!
2. Sebutkan kekurangan sistem transmisi digital dibanding sistem transmisi analog pada Gambar
1.9!

5. Sistem Bilangan
Sistem Digital adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengukur suatu nilai atau besaran yang
bersifat tetap atau tidak teratur dalam bentuk diskrit berupa digit digit atau angka angka. Biasanya
sebelum mempelajari lebih dalam tentang sistem digital pertama pasti kita akan mempelajari yang
namanya Sistem Bilangan. Sistem bilangan memiliki 4 macam yaitu Biner, Oktal, Desimal,
HexaDesimal.
5.1. Biner
Biner merupakan sebuah sistim bilangan yang berbasis dua dan hanya mempunyai 2 buah
simbol yaitu 0 dan 1. istem bilangan biner modern ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz pada
abad ke-17. Sistem bilangan ini merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis digital. Dalam
penulisan biasanya ditulis seperti berikut 1010012, 10012, 10102, dll.
5.2. Oktal
Oktal merupakan sebuah sistim bilangan yang berbasis delapan dan memiliki 8 simbol yang
berbeda (0,1,2,3,4,5,6,7). Dalam penulisan biasanya ditulis seperti berikut 23078, 23558, 1028, dll.
5.3. Desimal
Desimal merupakan sebuah sistim bilangan yang berbasis sepuluh dan memiliki 10 simbol yang
berbeda (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9). Desimal merupakan sistim bilangan yang biasa digunakan manusia
dalam kehidupan sehari-hari.

5.4. HexaDesimal
KECERDASAN BUATAN-2019

HexaDesimal merupakan sebuah sistim bilangan yang berbasis 16 dan memiliki 16 simbol yang
berbeda (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F). Dalam penulisan biasanya ditulis seperti berikut 2D8616,
12DA16, FA16, dll.

6. Konversi Bilangan
Konversi Bilangan digunakan untuk mengubah suatu bilangan dari suatu sistim bilangan
menjadi bilangan dalam sistim bilangan yang lain.
6.1. Biner
a. Biner ke Desimal
Cara mengubah bilangan Biner menjadi bilangan Desimal dengan mengalikan 2n dimana n
merupakan posisi bilangan yang dimulai dari angka 0 dan dihitung dari belakang.
Contoh : 1100012 diubah menjadi bilangan Desimal
1100012= ( 1 x 25 ) + ( 1 x 24 ) + ( 0 x 23 ) + ( 0 x 22 ) + ( 0 x 21) + ( 1 x 20 )
= 32 + 16 + 0 + 0 + 0 + 1
= 49
Jadi, 110012 = 49

b. Biner ke Oktal
Cara mengubah bilangan Biner menjadi bilangan Oktal dengan mengambil 3 digit bilangan dari
kanan.
Contoh : 11110011001 diubah menjadi bilangan Oktal menjadi
11 110 011 001 = 011 = 21 + 20 = 3
= 110 = 22 + 21 = 6
= 011 = 21 + 20 = 3
= 001 = 20 =1
Jadi, 111100110012 = 3631

c. Biner ke HexaDesimal
Cara mengubah Biner menjadi bilangan HexaDesimal dengan mengambil 4 digit bilangan dari kanan.
Contoh: 0100111101011100 diubah menjadi bilangan HexaDesimal
0100 1111 0101 1100(2) = 0100 = 22 = 4
= 1111 = 23 + 22 + 21 + 20 = 15 - F
= 0101 = 22 + 20 = 5
= 1100 = 23 + 22 = 12 - C
Jadi, 0100111101011100 = 4F5C(16)
KECERDASAN BUATAN-2019

6.2. Oktal
a. Oktal ke Biner
Cara mengubah bilangan Oktal menjadi Biner dengan menjadikan satu persatu angka bilangan
Oktal menjadi bilangan Biner dahulu kemudian di satukan. Untuk bilangan Oktal haruslah memiliki
3 digit bilangan Biner sehingga jika hanya menghasilkan kurang dari 3 digit makan didepannya
ditambahkan bilangan 0.
Contoh : 261(8) diubah menjadi bilangan Biner
261 = 2 = 010
= 6 = 1102
= 1 = 0012
Jadi, 261(8) = 010110001(2)

b. Oktal ke Desimal
Cara mengubah bilangan Oktal menjadi bilangan Desimal dengan mengubah bilangan Oktal
tersebut menjadi bilangan Biner terlebih dahulu baru kita ubah menjadi bilangan Desimal.
Contoh : 261(8) diubah menjadi bilangan Desimal
Dikalikan dengan pengalinya
261 = (2x82)+ (6x81)+ (1x80)
261(8) = 177(10)

c. Oktal ke HexaDesimal
Cara mengubah bilangan Oktal menjadi bilangan HexaDesimal dengan mengubah bilangan
Oktal tersebut menjadi bilangan Desimal. Lalu kita ubah lagi menjadi bilangan HexaDesimal.
Langkah 1 : mengubah bilangan oktal ke desimal terlebih dahulu
261 = (2x82)+ (6x81)+ (1x80)
261(8) = 177(10)

Langkah 2 : mengubah bilangan Desimal menjadi HexaDesimal


177 kita bagi dengan 16 - 117:16 = 11 sisa 1
11 : 16 = 0 sisa 11 - B
dibaca dari bawah maka menjadi B1
Jadi 261(8) = B1(16)

6.3. Desimal
a. Desimal ke Biner
Cara mengubah bilangan Desimal menjadi Biner yaitu dengan membagi bilangan Desimal
KECERDASAN BUATAN-2019

dengan angka 2 dan tulis sisanya mulai dari bawah ke atas.


Contoh : 25 diubah menjadi bilangan Biner
25 : 2 = 12 sisa 1
12 : 2 = 6 sisa 0
6 : 2 = 3 sisa 0
3 : 2 = 1 sisa 1
1 : 2 = 0 sisa 1
maka ditulis 11001
Jadi 25 = 11001(2)

b. Desimal ke Oktal
Cara mengubah bilangan Desimal menjadi Oktal yaitu dengan membagi bilangan Desimal
dengan angka 8 dan tulis sisanya mulai dari bawah ke atas.
Contoh : 80 diubah menjadi bilangan Oktal
80 : 8 = 10 sisa 0
10 : 8 = 1 sisa 2
1 : 8 = 0 sisa 1
maka ditulis 120
Jadi 80 = 120(8)

c. Desimal ke HexaDesimal
Cara mengubah bilangan Desimal menjadi HexaDesimal yaitu dengan membagi bilangan
Desimal dengan angka 16 dan tulis sisanya mulai dari bawah ke atas.
Contoh : 275 diubah menjadi bilangan HexaDesimal
275 : 16 = 17 sisa 3
17 : 16 = 1 sisa 1
1 : 16 = 0 sisa 1
maka ditulis 113
Jadi 275 = 113(16)

4. HexaDesimal
a. HexaDesimal ke Biner
Cara mengubah bilangan HexaDesimal menjadi Biner dengan menjadikan satu persatu angka
bilangan HexaDesimal menjadi bilangan Biner dahulu kemudian di satukan. Untuk bilangan
HexaDesimal haruslah memiliki 4 digit bilangan Biner sehingga jika hanya menghasilkan kurang dari
4 digit makan didepannya ditambahkan bilangan 0.
KECERDASAN BUATAN-2019

Contoh : 4DA216 diubah menjadi bilangan Biner


4DA2 = 4 = 01002
= D = 11012
= A = 10102
= 2 = 00102
Jadi 4DA2(16) = 0100110110100010(2)

b. HexaDesimal ke Desimal
Cara mengubah bilangan biner menjadi bilangan desimal dengan mengalikan 16n dimana n
merupakan posisi bilangan yang dimulai dari angka 0 dan dihitung dari belakang.
Contoh : 3C216 diubah menjadi bilangan Desimal
3C216 = ( 3 x 162 ) + ( C(12) x 161) + ( 2 x 160 )
= 768 + 192 + 2
= 962
Jadi 3C216 = 962

c. HexaDesimal ke Oktal
Cara mengubah bilangan HexaDesimal menjadi bilangan Oktal dengan mngubah bilangan
HexaDesimal tersebut menjadi bilangan Desimal terlebih dahulu baru kita ubah menjadi bilangan
Oktal.
Contoh : 3C216 diubah menjadi bilangan Oktal
Langkah 1: Mengubah bilangan HexaDesimal menjadi Desimal
3C216 = ( 3 x 162 ) + ( C(12) x 161) + ( 2 x 160 )
= 768 + 192 + 2
= 962
Langkah 2 : Mengubah bilangan Desimal menjadi Oktal
962 : 8 = 120 sisa 2
120 : 8 = 15 sisa 0
15 : 8 = 1 sisa 7
1 : 8 = 0 sisa 1
maka ditulis 1702
Jadi 3C216 = 17028

Praktikum
Percobaan 1: Sistem Bilangan menggunakan Python
KECERDASAN BUATAN-2019

1. Merubah bilangan desimal 10 ke bilangan biner. Untuk membuat bilangan biner, kita menggunakan
awalan 0b di depan angkanya

Hasil yang diperoleh adalah: 1010.

2. Merubah bilangan biner ke bilangan desimal.


Untuk mengembalikan bilangan biner tersebut digunakan perintah berikut:

3. Syntax lain yang bisa digunakan untuk mengubah bilangan desimal ke bilangan biner
maupun sebaliknya menggunakan Python adalah:

Pertanyaan:
1. Dengan menggunakan Python, tunjukkan cara merubah:
- Bilangan desimal ke bilangan octal, maupun sebaliknya.
- Bilangan desimal ke bilangan hexa, maupun sebaliknya.
- Bilangan biner ke bilangan octal, maupun sebaliknya.
- Bilangan biner ke bilangan hexa, maupun sebaliknya.
- Bilangan octal ke bilangan hexa, maupun sebaliknya.
Percobaan 2: Operator Logika menggunakan Python
KECERDASAN BUATAN-2019

1. Operator logika digunakan untuk membuat operasi logika, seperti AND, OR dan NOT.

Percobaan 2: Operator Bitwise menggunakan Python


1. Operator Bitwise adalah operator untuk melakukan operasi berdasarkanbit/biner.
Misal kita punya variabel a=60 dan b=13.
Bila dibuat dalam bentuk biner, akan menjadi seperti ini:

Kemudian dilakukan operasi bitwise:


- Operasi AND

- Operasi OR

- Operasi XOR

- Operasi NOT (Negasi/kebalikan)

Pertanyaan:
1. Hasil dari Percobaan 2 diatas ditampilkan dalam bentuk bilangan desimal. Lakukan kembali
keempat operasi diatas (AND, OR, XOR, NOT) dengan menampilkan hasilnya dalam bentuk
biner?
2. Lakukan kembali keempat operasi diatas (AND, OR, XOR, NOT) untuk nilai variabel:
- a=20 dan b=75
- a=15 dan b=40
3. Lakukan hal yang sama untuk nilai variabel (dalam bilangan hexa):
 a=AF dan b=91
 a=50 dan b=BE
-

Anda mungkin juga menyukai