Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi digital saat ini yang semakin maju sehingga
masyarakat terpesona akan mesin-mesin yang menghasilkan fungsi aritmetika
dengan ketelitian dan kecepatan yang menakjubkan.
Pada makalah ini akan dibicarakan mengenai sistem digital dan sistem
bilangan serta gerbang logika. Gerbang logika biasa akan dirangkai satu sama
dengan yang lain untuk menghasilkan penambahan dan pengurangan. Selain
itu, pada makalah ini juga akan dibicarakan mengenai rangkaian yang dapat
mengubah dari Analaog ke Digital atau sebaliknya.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa itu Sistem Digital?
2. Jelaskan macam-macam Sistem Bilangan?
3. Jelaskan bagaimana Rangkaian ADC itu?
4. Jelaskan bagaimana Rangkaian DAC itu?
5. Jelaskan bagaimana proses Rangkaian Pengolah Sinyal Digital itu?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Menjelaskan pengertian dan kelebihan-kekurangan Sistem Digital.
2. Menjelaskan macam-macam Sistem Bilangan.
3. Menjelaskan proses dan prinsip kerja Rangkaian ADC.
4. Menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja Rangkaian DAC.
5. Menjelaskan proses Rangkaian Pengolah Sinyal Digital.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 1


BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM DIGITAL
1. Pengertian Sistem Digital
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
menyelasaikan suatu sasaran tertentu. Sistem digital adalah sistem elektronika
yang setiap rangkaian penyusunnya malakukan pengolahan sinyal diskrit.
Sistem digital terdiri dari beberapa rangkaian digital / logika, komponen
elektronika, dan elemen gerbang logika untuk pengalihan tenaga/energi.
Sistem digital merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengukur
suatu nilai yang bersifat tetap dan tidak teratur dalam bentuk diskrit berupa digit-
digit atau angka-angka, contohnya bilangan integer dan pecahan. Kita mengenal
yang namanya rangkaian digital. Ini berbeda dengan sistem digital dan bedanya
terdapat pada ;
Rangkaian digital :
Bagian-bagiannya terdiri atas beberapa gerbang logika.
Outputnya merupakan fungsi pemrosesan sinyal digital.
Input dan output berupa sinyal digital.
Sistem digital :
Bagian-bagiannya terdiri atas beberapa rangkaian digital, gerbang
logika, dan komponen lainnya.
Outputnya merupakan fungsi pengalihan tenaga.
Input dan output beruupa suatu tenaga/energi.

2. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Digital


a. Kelebihan sistam digital :
Teknologi digital menawarkan biaya lebih rendah, keandalan
(reability) lebih baik, pemakain ruang yang lebih kecil dan
konsumsi daya yang lebih rendah.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 2


Teknologi digital membuat kualitas komunikasi tidak tergantung
pada jarak.
Teknologi digital lebih bergantung pada noise.
Jaringan digital ideal untuk komunikasi data yang semakin
berkembang.
Teknologi digital memungkinkan pengenalan layanan-layanan baru.
Teknologi digital menyediakan kapasitastransmisi yang besar.
Teknologi digital menawarkan fleksibilitas.
b. Kekurangan sistem digital adalah:
Tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya karna hampir
semua kuantit dalam bentuk analog.
Memerlukan satu dan kedua duanya penukar untuk memproses
isyarat dalam bentuk analog dan digital. Hal ini akan merumitkan
reka bentuk dari sistem

Gambar perbedaan sistem analog dengan digital.


Karakteristik sistem digital adalah bahwa ia bersifat diskrit, sedangkan
sistem analog bersifat kontinyu sehingga pengukuran yang didapat sebenarnya
lebih tepat dari sistem digital hanya saja banyak keuntungan-keuntungan yang lain
yang dimiliki oleh sistem digital.
Sistem digital merupakan bentuk sampling dari sytem analog. digital pada
dasarnya di code-kan dalam bentuk biner (atau Hexa). besarnya nilai suatu sistem

Sistem Digital A. Fajri Alvi 3


digital dibatasi oleh lebarnya / jumlah bit (bandwidth). jumlah bit juga sangat
mempengaruhi nilai akurasi sistem digital. Pada sistem analog, terdapat amplifier
di sepanjang jalur transmisi. Setiap amplifier menghasilkan penguatan (gain), baik
menguatkan sinyal pesan maupun noise tambahan yang menyertai di sepanjang
jalur transmisi tersebut. Pada sistem digital, amplifier digantikan regenerative
repeater. Fungsi repeater selain menguatkan sinyal, juga membersihkan sinyal
tersebut dari noise. Pada sinyal unipolar baseband, sinyal input hanya
mempunyai dua nilai 0 atau 1. Jadi repeater harus memutuskan, mana dari
kedua kemungkinan tersebut yang boleh ditampilkan pada interval waktu tertentu,
untuk menjadi nilai sesungguhnya di sisi terima.
Secara mudahnya, digital itu adalah 0 dan 1, atau logika biner, atau diskrit,
sedang analog adalah continous. Digital bisa dilihat sebagai analog yang
dicuplik/di sampling, kalau samplingnya semakin sering atau deltanya makin
kecil, katakan mendekati nol, maka sinyal digital bisa terlihat menjadi analog
kembali. Menghitung sinyal digital lebih gampang karena diskrit, sedang analog
anda harus menggunakan diferensial integral.
Alat-alat digital yang dibuat dan bekerja didasarkan pada prinsip digital,
ini lebih gampang dari analog, tapi sekarang ini analog menjadi trend lagi, karena
digital dengan clock yg makin kecil Gega Herzt atau lebih, perilakunya sudah
menjadi seperti rangkaian analog, jadi diperlukan ahli-ahli rangkaian analog.
Sedangkan untuk telekomunikasi, mau tidak mau masih melibatkan analog,
karena harus menggunakan sinyal pembawa (carrier), komunikasi digitalpun
hanya datanya yg didigitalkan (data digital (0-1) dimodulasi dengan carrier sinyal
analog) di akhirnya harus diubah lagi jadi analog.

B. SISTEM BILANGAN
Sistem Bilangan atau Number System adalah suatu cara untuk mewakili
besaran dari suatu item fisik. Sistem Bilangan menggunakan suatu bilangan dasar
atau basis (base / radix) yang tertentu. Dalam hubungannya dengan komputer, ada
4 Jenis Sistem Bilangan yang dikenal yaitu :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 4


1. Desimal (Basis 10)
Desimal (Basis 10) adalah Sistem Bilangan yang paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Sistem bilangan desimal menggunakan basis 10 dan
menggunakan 10 macam simbol bilangan yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
Sistem bilangan desimal dapat berupa integer desimal (decimal integer) dan dapat
juga berupa pecahan desimal (decimal fraction). Untuk melihat nilai bilangan
desimal dapat digunakan perhitungan seperti berikut, misalkan contoh bilangan
desimal adalah 8598. Ini dapat diartikan :

Dalam gambar diatas disebutkan Absolut Value dan Nilai Position. Setiap simbol
dalam sistem bilangan desimal memiliki Absolut Value dan Position Value.
Absolut value adalah Nilai Mutlak dari masing-masing digit bilangan. Sedangkan
Position Value adalah Nilai Penimbang atau bobot dari masing-masing digit
bilangan tergantung dari letak posisinya yaitu bernilai basis di pangkatkan dengan
urutan posisinya. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini.

Dengan begitu maka bilangan desimal 8598 bisa diartikan sebagai berikut :

Sistem bilangan desimal juga bisa berupa pecahan desimal (decimal fraction),
misalnya : 183,75 yang dapat diartikan :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 5


2. Biner (Basis 2)
Biner (Basis 2) adalah Sistem Bilangan yang terdiri dari 2 simbol yaitu 0
dan 1. Sistem bilangan biner modern ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz
pada abad ke-17 dan di populerkan oleh John Von Neumann. Sistem bilangan ini
merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis digital. Dari sistem biner,
kita dapat mengkonversinya ke sistem bilangan Oktal atau Hexadesimal. Sistem
ini juga dapat kita sebut dengan istilah bit, atau Binary Digit. Pengelompokan
biner dalam komputer selalu berjumlah 8, dengan istilah 1 Byte/bita. Dalam
istilah komputer, 1 Byte = 8 bit.

Perhitungan dalam biner mirip dengan menghitung dalam sistem bilangan


lain. Dimulai dengan angka pertama, dan angka selanjutnya. Dalam sistem
bilangan desimal, perhitungan menggunakan angka 0 hingga 9, sedangkan dalam
biner hanya menggunakan angka 0 dan 1.

Contoh Bilangan Biner 1001, Ini dapat di artikan (Di konversi ke sistem bilangan
desimal) menjadi sebagai berikut :

Position Value dalam sistem Bilangan Biner merupakan perpangkatan dari nilai 2
(basis), seperti pada tabel berikut ini :

Berarti, Bilangan Biner 1001 perhitungannya adalah sebagai berikut :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 6


Atau dengan rumus sebagai berikut :

Bilangan biner dikenal berbagai istilah, antara lain disebut bilangan biner,
angka biner atau digit biner (binary digit 0 ) yang bisanya disingkat bit. Istilah
biner digunakan merujuk pada ke sesuatu yang berjumalh dua, dua bagian, atau
serba dua. Kata biner berasal dari bahasa inggris yang bermakna berpasangan.
Dalam matematika dan komputer, bialnagn biner menggunakan numerik 0 (nol)
dan 1 (satu). Bilangan biner dijadikan sebagai dasar dari semua sistem bilangan
digital. Istilah biner digunakan dalam berbagai alat alat berbasis elektronik.
Sistem ini diimplementasikan langsung dalam sirkuit elektronik digitan
menggunakan gerbang logika. Sebagai contoh, sistem biner dijadikan sebagai
dasar untuk mempresentasikan berbagai karakter ASCII, Unicode, dan varian
varian lainya yang sekarang ini digunakan luas pada berbagai sistem komputer
dan jaringan. Satuan satuan kapasitas yang digunakan pada komputer, seperti
byte, oktet dan word juga berbasis pada sistem biner. Oleh karena itu, sistem biner
merupakan salah satu pengetahuan dasar yang harus dikuasai agar tahu seluk
beluk komputer, termasuk perancangan sistem / unit komputer dan jaringan, serta
troublesoutingnya.

3. Oktal (Basis 8)
Oktal (Basis 8) adalah Sistem Bilangan yang terdiri dari 8 Simbol yaitu 0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Contoh Oktal 1024, Ini dapat di artikan (Di konversikan ke
sistem bilangan desimal) menjadi sebagai berikut :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 7


Position Value dalam Sistem Bilangan Oktal merupakan perpangkatan dari nilai 8
(basis), seperti pada tabel berikut ini :

Berarti, Bilangan Oktal 1022 perhitungannya adalah sebagai berikut :

4. Hexadesimal (Basis 16)


Hexadesimal (Basis 16), Hexa berarti 6 dan Desimal berarti 10 adalah
Sistem Bilangan yang terdiri dari 16 simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A(10),
B(11), C(12), D(13), E(14), F(15). Pada Sistem Bilangan Hexadesimal
memadukan 2 unsur yaitu angka dan huruf. Huruf A mewakili angka 10, B
mewakili angka 11 dan seterusnya sampai Huruf F mewakili angka 15.
Contoh Hexadesimal F3D4, Ini dapat di artikan (Di konversikan ke sistem
bilangan desimal) menjadi sebagai berikut :

Position Value dalam Sistem Bilangan Hexadesimal merupakan perpangkatan dari


nilai 16 (basis), seperti pada tabel berikut ini :

Berarti, Bilangan Hexadesimal F3DA perhitungannya adalah sebagai berikut :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 8


5. Gerbang Logika
Gerbang logika ( logic gate ) merupakan dasar pembentuk system digital.
Gerbang
Logika merupakan rangkaian elektronika, gerbang berfungsi untuk mengontrol
arus informasi, biasanya dalam bentuk pulsa tegangan.
a. Gerbang AND
Disebut juga gerbang Semua atau tidak satu pun Dalam rangakaian di
bawah ini . Lampu ( Y ) hanya akan menyala jika kedua saklar masukan ( A dan
B) tertutup. Semua kemungkinan kombinasi untuk saklar A dan B di tunjukkan
dalam table kebenaran.
Gambar rangkaian logika AND Simbol Logika AND

Pernyataan bolean untuk gerbang AND di atas : A . B = Y atau AB = Y

b. Gerbang OR
Sering disebut gerbang Setiap atau semua , dalam rangkain di gambar ,
Lampu (Y) akan menyala bila saklar A atau B tertutup.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 9


Simbol Standard Gerbang Logika OR

Pernyataan Bolean untuk gerbang OR : A + B = Y


c. Gerbang Not ( Inverter )
Disebut juga pembalik, hanya mempunyai satu masukan dan satu
keluaran, dimana output selalu merupakan kebalikan inputnya.

d. Gerbang NAND ( Not AND )

Simbol Tabel kebenaran Gerbang NAND

Sistem Digital A. Fajri Alvi 10


e. Gerbang NOR ( Not OR )
Simbol Tabel Kebenaran NOR

f. Gerbang XOR ( OR Ekslusif ) dan XNOR ( NOR ekslusif )

Sistem Digital A. Fajri Alvi 11


C. Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter)

Gambar 1. Rangkaian ADC

Rangkaian ADC adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk


mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital, dalam artian sinyal yang awalnya
tidak bisa ditentukan nilai numeriknya menjadi sinyal yang mempunyai sifat
numerik. Sebenarnya saat ini sudah banyak sekali IC yang dibuat khusus untuk
kegunaan fungsi ADC, bahkan ada yang sudah terintegrasi dengan IC
Microcontroller yang pasti mendukung aplikasi rangkaian yang lebih kompleks.
Tetapi dengan contoh rangkaian ADC di atas setidaknya kita dapat memahami
prinsip kerja dari rangkaian ADC sesungguhnya.

Sebenarnya prinsip dasar ADC muncul dari pemikiran bahwa sinyal


analog yang mempunyai jangka amplitude dari 0 volt sampai dengan tegangan
puncak bisa dibagi rata menjadi beberapa potongan atau bagian yang nantinya
setiap bagian potongan tersebut mewakili satu angka numerik atau digital.

Jadi dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa semakin rapat range
pembagian yang digunakan pada rangkaian ADC maka keluaran yang didapatkan
akan semakin bagus dan mendekati sempurna. Sehingga dengan begitu
kemungkinan pembalikan kembali sinyal keluaran menjadi sinyal analog akan

Sistem Digital A. Fajri Alvi 12


lebih bisa dilakukan. Tetapi semuanya tergantung dari aplikasi dan kegunaan
rangkaian ADC tersebut, bisa saja penggunaan range yang lebih rapat akan
menjadi sia-sia jika aplikasi rangkaian tersebut hanya menuntut kegunaan yang
lebih sederhana

1. Proses pada ADC

Ada tiga proses yang terjadi dalam ADC yaitu :

a. Pencuplikan
Pencuplikan adalah proses mengambil suatu nilai pasti (diskrit) dalam
suatu data kontinu dalam satu titik waktu tertentu dengan periode yang tetap.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi gambar berikut:

Semakin besar frekuensi pen-cuplik-an, berarti semakin banyak data


diskrit yang didapatkan, maka semakin cepat ADC tersebut memproses suatu data
analog menjadi data digital.

b. Pengkuantisasian
Pengkuantisasian adalah proses pengelompokan data diskrit yang
didapatkan pada proses pertama ke dalam kelompok-kelompok data. Kuantisasi,
dalam matematika dan pemrosesan sinyal digital, adalah proses pemetaan nilai
input seperti nilai pembulatan.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 13


Semakin banyak kelompok-kelompok dalam proses kuantisasi, berarti semakin
kecil selisih data diskrit yang didapatkan dari data analog, maka semakin teliti
ADC tersebut memproses suatu data analog menjadi data digital.

c. Pengkodean

Pengkodean adalah meng-kode-kan data hasil kuantisasi ke dalam bentuk


digital (0/1) atau dalam suatu nilai biner.

Dengan: X1 = 11, X2 = 11, X3 = 10, X4 = 01, X5 = 01, X6 = 10.

Secara matematis, proses ADC dapat dinyatakan dalam persamaan:

Data ADC = (Vin/Vref) x Maksimal Data Digital

Dengan Vref adalah jenjang tiap kelompok dalam proses


kuantisasi,kemudian maksimal data digital berkaitan proses ke-3 (peng-kode-an).
Sedangkan proses ke-1 adalah seberapa cepat data ADC dihasilkan dalam satu
kali proses.

2. Prinsip Kerja ADC

Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk


besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 14


ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan
sampling dan resolusi.

a. Kecepatan Sampling ADC

Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal


analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu.
Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS).

Ilustrasi Kecepatan Sampling ADC

b. Resolusi ADC

Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai


contoh: ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input
dapat dinyatakan dalam 255 (2n 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit
output data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai
diskrit. Dari contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil
konversi yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit.

c. Analisa dan Prinsip Kerja Rangkaian ADC dari Gambar 1


1. Rangkaian adc diatas memanfaatkan rangkaian pembanding op-amp
sebagai rangkaian dasar. Dimana perbedaan yang sedikit pada kedua
terminal input op-amp akan menghasilkan tegangan sebesar Vdd atau
Vcc op-amp. Jika tegangan pada terminal positif input lebih besar dari
pada terminal negative input maka keluaran adalah 9 volt (sesuai
dengan Vdd), sedangkan jika tegangan pada terminal negative input
lebih besar maka tegangan keluarannya adalah 0 volt (sesuai dengan
Vcc).

Sistem Digital A. Fajri Alvi 15


2. Menggunakan 3 (tiga) buah op-amp dengan tujuan setiap satu op-amp
mewakili satu jangkah pembagian tegangan input.
3. Pada masing-masing terminal negative input op-amp mendapatkan
tegangan referensi (penentuan) yang ditentukan oleh pembagian
tegangan antara R1, R2, R3 dan R4.
4. R2, R3 dan R4 sengaja dibuat dengan nilai yang sama dengan maksud
supaya tegangan pada terminal negative (referensi) masing-masing op-
amp membentuk jangkah atau range yang teratur.
5. Masing-masing terminal positif input op-amp digabung dan digunakan
sebagai jalur input sinyal analog. Hal ini sengaja diatur supaya posisi
sinyal input analog tersebut bisa dibaca oleh masing-masing op-amp
yang mana pada masing-masing terminal negative input op-amp
tersebut sudah dipasang tegangan penentu.
6. IC3 mewakili range tegangan terendah, kemudian dilanjutkan oleh
IC2, IC1 mewakili range tertinggi.
7. Tegangan pada terminal negative input IC3 adalah (R4 /
(R1+R2+R3+R4)) x 9 volt.
8. = (10K / 31,2K) x 9 volt = 2,89 volt.
9. Tegangan pada terminal negative input IC2 adalah ((R3+R4) /
(R1+R2+R3+R4)) x 9 volt = (20K / 31,2K) x 9 volt = 5.77 volt

10 Tegangan pada terminal negative input IC1 adalah ((R2+R3+R4) /


(R1+R2+R3+R4)) x 9 volt = (30K / 31,2K) x 9 volt = 8,65 volt
11. Jadi dari perhitungan tegangan referensi pada terminal negative input
ke-tiga op-amp tersebut adalah mempunyai delta atau jangkah
tegangan 2.88 volt. Tegangan 2,88 volt ini yang saya sebut sebagai
jangkah tegangan referensi atau penentu. Jadi bisa disimpulkan bahwa
rangkaian diatas akan membaca sinyal input analog :

0 sd 2,88 volt sebagai angka 0


> 2,88 volt sd 5,77 volt sebagai angka 1

Sistem Digital A. Fajri Alvi 16


> 5,77 volt sd 8,65 volt sebagai angka 2
> 8,65 volt sebagai angka 3

12. Rangkaian adc diatas hanya menghasilkan 2 (dua) digit keluaran, anda
bisa membuat rangkaian adc dengan digit keluaran yang lebih banyak
dan lebih rapat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anda.

3. Jenis-Jenis ADC (Analog to Digital Converter)

a. ADC Simultan

ADC Simultan atau biasa disebut flash converter atau parallel converter.
Input analog Vi yang akan diubah ke bentuk digital diberikan secara simultan
pada sisi + pada komparator tersebut, dan input pada sisi tergantung pada
ukuran bit converter. Ketika Vi melebihi tegangan input dari suatu komparator,
maka output komparator adalah high, sebaliknya akan memberikan output low.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 17


Bila Vref diset pada nilai 5 Volt, maka dari gambar 3 didapatkan :

V(-) untuk C7 = Vref * (13/14) = 4,64


V(-) untuk C6 = Vref * (11/14) = 3,93
V(-) untuk C5 = Vref * (9/14) = 3,21
V(-) untuk C4 = Vref * (7/14) = 2,5
V(-) untuk C3 = Vref * (5/14) = 1,78
V(-) untuk C2 = Vref * (3/14) = 1,07
V(-) untuk C1 = Vref * (1/14) = 0,36

b. Counter Ramp ADC

Blok Diagram Counter Ramp ADC

Pada gambar diatas, ditunjukkan blok diagram Counter Ramp ADC


didalamnya tedapat DAC yang diberi masukan dari counter, masukan counter dari
sumber Clock dimana sumber Clock dikontrol dengan cara meng AND kan
dengan keluaran Comparator. Comparator membandingkan antara tegangan
masukan analog dengan tegangan keluaran DAC, apabila tegangan masukan yang
akan dikonversi belum sama dengan tegangan keluaran dari DAC maka keluaran
comparator = 1 sehingga Clock dapat memberi masukan counter dan hitungan
counter naik.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 18


Misal akan dikonversi tegangan analog 2 volt, dengan mengasumsikan
counter reset, sehingga keluaran pada DAC juga 0 volt. Apabila konversi dimulai
maka counter akan naik dari 0000 ke 0001 karena mendapatkan pulsa masuk dari
Clock oscillator dimana saat itu keluaran Comparator = 1, karena mendapatkan
kombinasi biner dari counter 0001 maka tegangan keluaran DAC naik dan
dibandingkan lagi dengan tegangan masukan demikian seterusnya nilai counter
naik dan keluaran tegangan DAC juga naik hingga suatu saat tegangan masukan
dan tegangan keluaran DAC sama yang mengakibatkan keluaran komparator = 0
dan Clock tidak dapat masuk. Nilai counter saat itulah yang merupakan hasil
konversi dari analog yang dimasukkan.

Kelemahan dari counter tersebut adalah lama, karena harus melakukan


trace mulai dari 0000 hingga mencapai tegangan yang sama sehingga butuh
waktu.

c. SAR (Successive Aproximation Register) ADC

Blok Diagram SAR ADC

Pada gambar diatas ditunjukkan diagram ADC jenis SAR, Yaitu dengan
memakai konvigurasi yang hampir sama dengan counter ramp tetapi dalam
melakukan trace dengan cara tracking dengan mengeluarkan kombinasi bit MSB
adalah 1 ====> 1000 0000. Apabila belum sama (kurang dari tegangan analog
input maka bit MSB berikutnya = 1 ===>1100 0000) dan apabila tegangan analog

Sistem Digital A. Fajri Alvi 19


input ternyata lebih kecil dari tegangan yang dihasilkan DAC maka langkah
berikutnya menurunkan kombinasi bit ====> 10100000.

Untuk mempermudah pengertian dari metode ini diberikan contoh seperti


pada timing diagram gambar 6 Misal diberi tegangan analog input sebesar 6,84
volt dan tegangan referensi ADC 10 volt sehingga apabila keluaran tegangan sbb :

Jika D7 = 1 Vout =5 volt


Jika D6 = 1 Vout =2,5 volt
Jika D5 = 1 Vout =1,25 volt
Jika D4 = 1 Vout =0,625 volt
Jika D3 = 1 Vout =0,3125 volt
Jika D2 = 1 Vout =0,1625 volt
Jika D1 = 1 Vout =0,078125 volt
Jika D0 = 1 Vout =0,0390625 volt

Timing diagram urutan Trace SAR ADC

Setelah diberikan sinyal start maka konversi dimulai dengan memberikan


kombinasi 1000 0000 ternyata menghasilakan tegangan 5 volt dimana masih
kurang dari tegangan input 6,84 volt, kombinasi berubah menjadi 1100 0000
sehingga Vout = 7,5 volt dan ternyata lebih besar dari 6,84 sehingga kombinasi
menjadi 1010 0000 tegangan Vout = 6,25 volt kombinasi naik lagi 1011 0000
demikian seterusnya hingga mencapai tegangan 6,8359 volt dan membutuhkan
hanya 8 clock.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 20


Uraian diatas merupakan konsep dasar dari ADC (Analog to Digital
Converter), untuk pengembangan atau aplikasi ADC dan ADC dalam bentuk lain
akan ditulis dalam artikel berbeda dengan tujuan dapat memberikan penjelasan
yang lebih lengkap dari ADC (Analog to Digital Converter).

D. Rangkaian DAC (Digital to Analog Converter)

DAC adalah perangkat yang digunakan untuk mengkonversi sinyal


masukan dalam bentuk digital menjadi sinyal keluaran dalam bentuk analog
(tegangan). Tegangan keluaran yang dihasilkan DAC sebanding dengan nilai
digital yang masuk ke dalam DAC. Sebuah DAC menerima informasi digital dan
mentransformasikannya ke dalambentuk suatu tegangan analog. Informasi digital
adalah dalam bentuk angka biner dengan jumlah digit yang pasti.

Konverter D/A dapat mengonversi sebuah word digital ke dalam sebuah


tegangan analog dengan memberikan skala output analog berharga nol ketika
semua bit adalah nol dan sejumlah nilai maksimum ketika semua bit adalah satu.
Angka biner sebagai angka pecahan. Aplikasi DAC banyak digunakan sebagai
rangkaian pengendali (driver) yang membutuhkan input analog seperti motor AC
maupun DC, tingkat kecerahan pada lampu, Pemanas (Heater) dan sebagainya.
Umumnya DAC digunakan untuk mengendalikan peralatan computer.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 21


Untuk aplikasi modern hampir semua DAC berupa rangkaian terintegrasi
(IC), yang diperlihatkan sebagai kotak hitam memiliki karakteristik input dan
output tertentu.

Pada dasarnya rangkaian DAC dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan


besarnya pengaruh rangkaian elektronika digital dalam perkembangan dunia
elektronika. Sejak ditemukannya bahan semikonduktor Silicon dan Germanium
maka dengan cepat terjadi revolusi dalam hal penyederhanaan dan keakurasian
suatu rangkaian elektronika. Disamping itu dengan diterapkannya rangkaian
digital akan menunjang sekali dalam hal penyimpanan dan mobilitas data. Banyak
sekali data-data yang sekarang bisa dioperasikan dengan komputer adalah
merupakan data-data yang dikonversi dari sinyal-sinyal analog. Sebagai contoh
sinyal suara ataupun video yang berbentuk analog bisa diputar dan disimpan
dengan menggunakan komputer setelah sinyal-sinyal analog tersebut diubah
menjadi data-data digital.

Kelebihan yang dimiliki oleh data-data digital dibandingkan dengan sinyal


analog adalah adanya sifat kepastian data atau logika. Data digital hanya
dibedakan menjadi dua macam yaitu logika tinggi 1 dan logika rendah 0.
Logika 1 mewakili tegangan 5 volt dan logika rendah mewakili tegangan 0 volt.
Contoh kelebihan sinyal digital dibanding sinyal analog adalah pada penerima
televisi atau radio digital. Dengan menerapkan system digital sinyal yang
dipancarkan oleh stasiun televisi atau radio akan berbentuk data-data 1 dan 0,
dengan begitu pada saat proses transmisi atau pengiriman data sinyal yang
berubah atau rusak akibat gangguan transmisi hampir tidak akan mengubah logika
dari sinyal tersebut. Tetapi jika sinyal yang dipancarkan adalah sinyal asli yang
berupa sinyal analog maka jika terjadi kerusakan sedikit saja akibat gangguan
transmisi maka sinyal yang akan diterima adalah sinyal yang telah rusak tersbut.

Pada rangkaian DAC diatas menggunakan dua buah IC Op-Amp LM741


yang sering digunakan sebagai amplifier. IC1 berfungsi sebagai penghasil sinyal
analog yang terbalik dan IC2 berfungsi membalikkan kembali sinyal dari IC1.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 22


Aturan yang harus dipahami dari rangkaian DAC ini adalah nilai dari
resistor-resistor pada bagian input op-amp. Nilai untuk resistor pada bit tinggi
(R4) harus 2x dari resistor penguat (R5), kemudian untuk bit selanjutnya harus 2x
dari nilai resistor pada bit yang lebih tinggi. Jadi jika rangkaian DAC
menggunakan 4 bit maka pada bit satuan (bit paling rendah) nilainya harus 8x dari
bit ke-4. Dari gambar diatas bit satuan diwakili oleh resistor 80 Kohm.

a. Karakteristik DAC

Untuk aplikasi modern hampir semua DAC berupa rangkaian terintegrasi


(IC), yang diperlihatkan sebagai kotak hitam memiliki karakteristik input dan
output tertentu. Dalam Gambar 3.6, kita lihat elemen penting dari DAC dengan
input dan output yang diinginkan. Karakteristik yang berkaitan dapat diringkas
oleh referensi dari gambar ini.

1. Input Digital. Secara khusus, jumlah bit dalam sebuah word biner
paralel disebutkan di dalam lembar spesifikasi. Biasanya, level logika
TTL dipergunakan kecuali dikatakan lain.
2. Catu Daya. Merupakan bipolar pada level 12 V hingga 18 V seperti
yang dibutuhkan oleh amplifier internal.
3. Suplai Referensi. Diperlukan untuk menentukan jangkauan tegangan
output dan resolusi dari konverter. Suplai ini harus stabil, memiliki riple
yang kecl. Dalam beberapa unit, diberikan referensi internal.
4. Output. Sebuah tegangan yang merepresentasikan input digital.
Tegangan ini berubah dengan step sama dengan perubahan bit input
digital dengan step yang ditentukan oleh Persamaan (3-4). Output aktual
dapat berupa bpolar jika konverter didesain untuk menginterpretasikan
input digital negatif.
5. Offset. Karena DAC biasanya diimplementasikan dengan op-amp, maka
mungkin adanya tegangan output offset dengan sebuah input nol. Secara
khusus, koneksi akan diberikan untuk mendukung pengesetan ke harga
nol dari output DAC dengan input word nol.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 23


6. Mulai konversi. Sejunlah rangkaian DAC memberikan sebuah logika
input yang mempertahankan konversi dari saat terjadinya hingga
diterimanya sebuah perintah logika tertentu (1 atau 0). Dalam ini, word
input digital diabaikan hingga diterimanya input logka tertentu.

Dalam sejumlah hal, sebuah buffer input diberikan untuk memegang


(hold) word digital selama dilakukannya konversi hingga selesai, bahkan word ini
sendiri dapat muncuk pada jalur input hanya dalam waktu singkat. Buffer-buffer
ini biasanya berupa flip-flop (FF) yang yang dimasukkan di antara terminal-
terminal input dari konverter dan jalur digital.

b. Prinsip Kerja Digital to Analog Converter

Agar masukan berupa sinyal digital dapat diubah ke bentuk sinyal analog
maka diperlukan beberapa block berupa input register, DAC dasar, tegangan
acuan, pembangkit arus keluar ke bentuk tegangan.
Prinsip kerja dari DAC merupakan kumpulan beberapa saklar yang diberi
masukan paralel. Kemudian dari saklar itu akan diperoleh keluaran analog dari
bit-bit masukan yang berupa nilai 1 atau nol. Jadi tidak semua masukan akan
dilanjutkan, yang dilewatkan hanya yang dihubungkan oleh saklar saja. Sehingga
dari masukan yang berupa digital yang berupa bit-bit akan dihasilkan keluaran
yang berupa analog yang bernilai 1, 0 dan -1 berupa sinusoidal.

Gambar Prinsip Kerja DAC

Sistem Digital A. Fajri Alvi 24


Adapun prinsip kerja masing-masing block gambar di atas yaitu:
Input Register : mencuplik data berupa sinyal digital pada saat yang
tepat setelah ada pengaturan input strobe dan menahan data dalam
bentuk sinyal digital paralel untuk digunakan sebagai masukan pada
Basic DAC.
Reference Voltage : sumber tegangan yang digunakan untuk mensuplai
tenaga ke generator arus.
Basic DAC : jaringan generator arus (resistor) dan sakelar-sakelar,
yang dipakai untuk membagi proporsi arus ke bobot setiap bit
dikalikan nilai binernya.
Summing Current to Voltage Converter : penguat operasi yang
digunakan untuk menjumlah arus dari semua bit dan mengkonversikan
bit-bitnya ke bentuk tegangan. Offset and gain controls digabungkan
untuk menyesuaikan jumlah bit berlebih pada fungsi alih tegangan
yang dikehendaki.
c. Aplikasi DAC
Beberapa aplikasi DAC antara lain:
1. Current Booster
Biasanya digunakan push-pull class B amplifier.

Gambar 4.6 Rangkaian current booster


Pada rangkaian di atas arus terdorong dikarenakan impedansi output pada
op-amp dibypass, dan digunakan sebagai driver untuk basis pada NPN dan PNP
transistor. Kedua dioda menggantikan VBE transistor, yang basisnya dibias oleh 2

Sistem Digital A. Fajri Alvi 25


resistor off. Output pada stage booster merupakan fedback pada resistor feedback
di D/A untuk melengkapi loop feedback. Impedansi output dipengaruhi oleh
karakteristik output dari transistor dan resistor pada emitter. Transistor
mempunyai respon frekuensi yanng tinggi yang memungkinkan rangkaian
berosilasi. RC dan induktor yang terhubung seri dengan beban dapat meredam
osilasi atau bahkan menghilangkan osilasinya.
2. Voltage Booster

Gambar 4.7 Rangkaian voltage booster

Pada gambar di atas R3 dan R2 digunakan untuk memastikan tegangan


feedback yang menuju D/A terdapat Rf tidak akan melewati batas D/A. R3 dan
R2 harus diberikan daya yang tepat khususnya untuk pemilihan R2, jika terbakar
loop feedback akan memberikan tegangan bahaya ke D/A. Jika kombinasi
tegangan dan daya tidak dapat seimbang, salah satu jalannya adalah dengan
menghilangkan tahanan feedback loop.

d. Jenis jenis DAC


1. Binary Weight Resistor

Sistem Digital A. Fajri Alvi 26


Pada DAC jenis Binary Weight Resistor, pemasangan nilai R pada input-
input Do, D1, D2 adalah sebagai berikut: nilai R yang ada di D1 adalah dari
nilai yang ada di Do, nilai R yang ada di D2 adalah dari nilai yang ada di D1(
atau 1/4 dari R yang ada di D0) dan seterusnya. Pemasangan nilai R yang seperti
itu adalah untuk mendapatkanVoutyang linier ( kenaikan per stepnya tetap). Rin
dicaridenganmem-parallel nilai-nilairesistor yang ada Pada masing-masing input
(D), bila input yang masuk lebih dari satu.
2. R-2R Ladder

Pada DAC jenis R-2R Ladder Pemasangan nilaiResistor pada input-


inputnya adalah R-2R, jadi kalau Nilai R = 10k, maka 2Rnya dipasang 20
k.Pemasangan nilai Resistor yang seperti itu adalah untuk mendapatkan Vout
yang linier (kenaikan per stepnya tetap).

Rangkaian resistor dengan-bit merupakan input biner melalui kontrol rangkaian


saklar elektronik digital , yang menghasilka arus I berhubungan dengan logika 1
pada urutan yang besar/tinggi, I/2 berlevel logika 1 pada bit dibawahnya, I/22
N-1
untuk bit kecil dari awal, seterusnya I/2 untuk logika 1 pada posisi bit
terendah. Total arus yg dihasilkan berbanding lansung dengan input digital. Arus
ini dpt diubah menghasilkan tegangn input digital cara menggunakan rangkaian
pengubah arus ke tegangan yaitu OP AMP. Tegangan yg dihasilkan adalah analog
yg berbanding lansung degan input digital. Arus yang dihasilkan pada resisitor R
adalah IN-1, pada resistor 2R adalah IN-2, pada resistor 4R adalah IN-3, dan pada
akhirnya yang terendah adalah arus yang melalui 2N-1 R adalah Io, maka :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 27


Vn adalah tegangan dari n bit dan bn adalah bit ke n

Total arus input pada OP AMP dari gambar rangkaian di atas dapat dicari
menggunakan rumus:

Atau

Bila output OP AMP Vo , kemudian arus Ii disamakan dengan Vo/RF


atau

Untuk input biner lansung Vo = 0 dan V1 = VR, Oleh karena itu Vo dapat
ditampilkan :

Tegangan offset pada OP AMP dari gambar rangkaian diatas :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 28


E. Rangkaian Pengolah Sinyal Digital

Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital telah diterapkan
begitu luas. Dari peralatan instrumentasi dan kontrol, peralatan musik, peralatan
kesehatan dan peralatan lainnya. Istilah pengolahan sinyal digital sebenarnya
kurang begitu tepat, yang lebih tepat adalah pengolahan sinyal diskrete. Tetapi
istilah ini sudah luas digunakan.
DSP atau yang disebut dengan pengolahan sinyal digital adalah proses
pengolahan sinyal menggunakan teknik digital.

Blok Diagram Pemrosesan Sinyal


Pemrosesan sinyal digital dapat dilakukan terhadap sinyal Analog maupun
Sinyal Digital. Blok ADC mengubah sinyal analog menjadi digital sedangkan
blok DAC mengubah sinyal digital menjadi sinyal Analog. Pengolahan sinyal
digital lebih sering digunakan daripada pengolahan sinyal analog (PSA), karena
PSA lebih kompleks. Adapun kelebihan pengolahan sinyal digital antara lain
mudah dimodifikasi, mudah dikembangkan, lebih murah, dan operasi yang
digunakan PSD dapat dikembangkan menggunakan perangkat lunak yang berjalan
dengan PC. Bidang penggunaan PSD antara lain untuk medis, komersial, telepon,
peralatan militer, dan industri. Contoh penggunaan pada bidang medis PSD yaitu
penggambaran diagnosa pasien (CT dan MRI) dan analisi elektrokardiogram.

Sinyal digital adalah sinyal yang tidak untuk setiap waktu terdefinisi, sinyal ini
bersifat diskrit terhadap waktu. Sinyal digital berasal dari sinyal analog yang
disampling, yang artinya mengambil nilai suatu sinyal analog mulai t=0, t=t,
t=2t, t=3t dan seterusnya.
Untuk mendapatkan sinyal waktu diskrit yang mampu mewakili sifat sinyal
aslinya, proses sampling harus memenuhi syarat :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 29


fs > 2 fi dimana fs = frekuensi sinyal sampling
fi = frekuensi sinyal informasi yang akan disampel

1. Sistem Pengolahan Sinyal Digital

Proses pengolahan sinyal digital, diawali dengan proses pencuplikan


sinyal masukan yang berupa sinyal kontinyu. Proses ini mengubah representasi
sinyal yang tadinya berupa sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrete. Proses ini
dilakukan oleh suatu unit ADC (Analog to Digital Converter). Unit ADC ini
terdiri dari sebuah bagian Sample/Hold dan sebuah bagian quantiser. Unit
sample/hold merupakan bagian yang melakukan pencuplikan orde ke-0, yang
berarti nilai masukan selama kurun waktu T dianggap memiliki nilai yang sama.
Pencuplikan dilakukan setiap satu satuan waktu yang lazim disebut sebagai waktu
cuplik (sampling time). Bagian quantiser akan merubah menjadi beberapa level
nilai, pembagian level nilai ini bisa secara uniform ataupun secara non-uniform
misal pada Gaussian quantiser.

Untuk kerja dari suatu ADC bergantung pada beberapa parameter,


parameter utama yang menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut :

Kecepatan maksimum dari waktu cuplik.


Kecepatan ADC melakukan konversi.
Resolusi dari quantiser, misal 8 bit akan mengubah menjadi 256 tingkatan
nilai.
Metoda kuantisasi akan mempengaruhi terhadap kekebalan noise.

Gambar 1. Proses sampling

Sistem Digital A. Fajri Alvi 30


Sinyal input asli yang tadinya berupa sinyal kontinyu, x(T) akan dicuplik
dan diquantise sehingga berubah menjadi sinyal diskrete x(kT). Dalam
representasi yang baru inilah sinyal diolah. Keuntungan dari metoda ini adalah
pengolahan menjadi mudah dan dapat memanfaatkan program sebagai
pengolahnya. Dalam proses sampling ini diasumsikan kita menggunakan waktu
cuplik yang sama dan konstan, yaitu Ts. Parameter cuplik ini menentukan dari
frekuensi harmonis tertinggi dari sinyal yang masih dapat ditangkap oleh proses
cuplik ini. Frekuensi sampling minimal adalah 2 kali dari frekuensi harmonis dari
sinyal. Untuk mengurangi kesalahan cuplik maka lazimnya digunakan filter anti-
aliasing sebelum dilakukan proses pencuplikan. Filter ini digunakan untuk
meyakinkan bahwa komponen sinyal yang dicuplik adalah benar-benar yang
kurang dari batas tersebut. Sebagai ilustrasi, proses pencuplikan suatu sinyal
digambarkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Pengubahan dari sinyal kontinyu ke sinyal diskret

Setelah sinyal diubah representasinya menjadi deretan data diskrete,


selanjutnya data ini dapat diolah oleh prosesor menggunakan suatu algoritma
pemrosesan yang diimplementasikan dalam program. Hasil dari pemrosesan akan
dilewatkan ke suatu DAC (Digital to Analog Converter) dan LPF (Low Pass
Filter) untuk dapat diubah menjadi sinyal kontinyu kembali. Secara garis besar,
blok diagram dari suatu pengolahan sinyal digital adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Blok Diagram Sistem Pengolahan Sinyal Digital

Sistem Digital A. Fajri Alvi 31


Proses pengolahan sinyal digital dapat dilakukan oleh prosesor general
seperti halnya yang lazim digunakan di personal komputer, misal processor
80386, 68030, ataupun oleh prosesor RISC seperti 80860. Untuk kebutuhan
pemrosesan real time, dibutuhkan prosesor yang khusus dirancang untuk tujuan
tersebut, misal ADSP2100, DSP56001, TMS320C25, atau untuk kebutuhan
proses yang cepat dapat digunakan paralel chip TMS320C40. Chip-chip DSP ini
memiliki arsitektur khusus yang lazim dikenal dengan arsitektur Harvard, yang
memisahkan antara jalur data dan jalur kode. Arsitektur ini memberikan
keuntungan yaitu adanya kemampuan untuk mengolah perhitungan matematis
dengan cepat, misal dalam satu siklus dapat melakukan suatu perkalian matrix.
Untuk chip-chip DSP, instruksi yang digunakan berbeda pula. Lazimnya mereka
memiliki suatu instruksi yang sangat membantu dalam perhitungan matrix, yaitu
perkalian dan penjumlahan dilakukan dalam siklus (bandingkan dengan 80386,
proses penjumlahan saja dilakukan lebih dari 1 siklus mesin).

2. Proses pengembagan aplikasi DSP

Apabila proses pengolahan sinyal dilakukan menggunakan komputer biasa, maka


pengembangan program tidak berbeda seperti halnya pemrograman biasa
lazimnya. Hanya algoritma yang diterapkan dan teknik pengkodean harus
mempertimbangkan waktu eksekusi dari program tersebut. Tata cara
pengembangan perangkat lunak menjadi berbeda apabila kita menggunakan
sistem chip DSP, misal TMS320C25. Terlebih lagi bila sistem tersebut nantinya
akan bekerja sendiri (stand alone). Pengembangan model harus dilakukan dengan
menggunakan perangkat bantu pengembang (development tool). Sebagai contoh
digambarkan suatu sistem pendisain perangkat lunak DSP buatan SPW- DSP
Frameworks, yang secara garis besar digambarkan sebagai berikut :

Sistem Digital A. Fajri Alvi 32


Gambar Perangkat lunak pengembang aplikasi pengolahan sinyal digital.

Keterangan :

Design Database, berisi library disain yang telah tersedia dan lazim
digunakan misal, FIR, IIR, Comb Filter dan lain-lain.
Signal Calculator, merupakan perangkat lunak simulasi sinyal. Dapat
melakukan manipulasi dan pengolahan sinyal sederhana.
Sistem Disain Filter, merupakan perangkat lunak, untuk mendisain filter
dengan response yang kita ingini, berikut pengujian filter tersebut.
Lazimnya menggunakan beberapa algoritma disain seperti Park-
McLelland, dan akan dihasilkan koefisien filter yang diingini.
TIL, akan menghasilkan Custon HDL dan Netlist , yaitu gambar diagram
implementasi algoritma secara perangkat keras, dengan menggunakan
chip-chip, misal chip FIR, IIR.
HDS, VHDL Generator, akan menghasilkan implementasi algoritma
dalam deskripsi VHDL yang lazim digunakan dalam disain chip ASIC.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 33


DSP ProCoder Assembly Code Generator, menghasilkan program
dalam bahasa assembly chip DSP tertentu
MultiProx, akan menghasilkan program yang diimplementasikan pada
paralel DSP chip.
CGS, C Code Generator akan menghasilkan program dalam bahasa C.

Pada komputer utama, kita melakukan simulasi, disain filter, dan uji-coba
awal. Program bantu tersebut tersedia pada program pengembang (development
tool program). Apabila kita telah puas dengan algoritma tersebut, kita dapat
mengimplementasikan sesuai dengan sistem yang akan kita gunakan. Program
akan menghasilkan kode atau deskripsi yang dibutuhkan oleh jenis implementasi
tertentu. Misal akan menghasilkan deskripsi dalam format VHDL, apabila kita
ingin mengimplementasikan sistem menggunakan chip ASIC. Atau juga dapat
dihasilkan kode dalam bahasa C bila kita menginginkan portabilitas dari
implementasi yang dihasilkan.

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah pengembangan program untuk sistem DSP


dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 5. Langkah-langkah pengembangan sistem DSP

Dalam tahapan pengembangan ini, digunakan komputer utama sebagai perangkat


bantu pengembang, dan sebuah DSP board, sebagai sasaran (target board) dari
pengembangan program. DSP Board ini ada yang berhubungan dengan PC
melalui ekspansion slot, dan melalui memori share, ada juga yang berhubungan
dengan PC menggunakan hubungan serial atau parallel printer card, sehingga
benar-benar terpisah dari PC dan proses hubungan dengan PC hanyalah

Sistem Digital A. Fajri Alvi 34


pentransferan kode biner. Langkah-langkah pengembangan program aplikasi
adalah sebagai berikut :

Langkah pertama, adalah mensimulasikan algoritma pengolahan sinyal


dengan menggunakan perangkat simulasi ataupun program. Sinyal masukan
disimulasikan dengan menggunakan data-data sinyal standard. Untuk keperluan
ini dapat digunakan program-program khusus simulasi ataupun program bantu
matematis seperti halnya MATLAB dengan Sinyal Processing Toolbox,
Mathematica dengan DSP extension, DSPWorks, Khoros, dan lain-lain.

Langkah kedua dilakukan dengan menggunakan sistem DSP yang akan


kita gunakan akhrinya, misal dengan menggunakan TMS320C25 Card (tipe ini
telah digunakan di Laboratorium Teknik Komputer, STMIK Gunadarma).
Biasanya pada card DSP telah terdapat unit ADC dan DAC, sehingga dapat
dilakukan proses pencuplikan sinyal sesungguhnya. Pertama kali dicoba
mengakuisisi sinyal masukan sesungguhnya, ini dilakukan dengan mencuplik
sinyal masukan tersebut. Hasil akuisisi tersebut akan berupa deretan data akan
digunakan untuk menguji algoritma. Kemudian secara off-line, baik menggunakan
program bantu matematis ataupun melalui program yang ditulis untuk keperluan
simulasi, sinyal tersebut diolah berdasarkan algortima yang diimplementasikan.
Hasil olahan sinyal tersebut disalurkan ke jalur keluaran untuk menguji hasil akhir
sesungguhnya dari algoritma tersebut. Proses ini masih dilakukan secara non-real
time dan diproses oleh prosesor pada PC. Pengujian terhadap sinyal sesungguhnya
dapat diukur dengan menggunakan alat ukur seperti osciloscope, spectrum
analyzer dan lain-lain.

Kemudian, program yang ditulis dengan menggunakan instruksi dari chip


DSP yang terdapat pada DSP Board tersebut diuji. Proses penulisan program
dilakukan di komputer utama (misal PC), dan proses kompilasi juga dilakukan di
komputer utama. Pengkompilasian menggunakan cross-compiler atau cross
asseembler khusus. Setelah program berbentuk format biner, data akan ditransfer
ke dalam memory di DSP board, dan sistem DSP tersebut dieksekusi. Pada tahap

Sistem Digital A. Fajri Alvi 35


ini, komputer utama hanya bekerja untuk mengawasi keadaan memori, dan kerja
dari program, tetapi tidak melakukan pengolahan sinyal. Pada tahap ini, masukan
sesungguhnya digunakan untuk diolah dapat diberikan sehingga kerja dari
algoritma dapat diamati pada keadaan sesungguhnya.

Langkah terakhir adalah dengan menulis kode biner tersebut ke dalam


ROM, dan meletakkannya ke DSP board yang nantinya akan bekerja berdiri
sendiri tanpa adanya sebuah PC. Misal DSP sistem tersebut digunakan untuk
noise eliminator pada line telepon. Untuk membuat sistem yang lebih lengkap,
sistem dapat dikombinasikan dengan mikrokontroller atau SBC (Single Board
Computer) sebagai perangkat pengatur user interface.

Dengan demikian, secara garis besar langkah-langkah pengembangan perangkat


lunak untuk sistem DSP dapat diringkas sebagai berikut :

Simulasikan algoritma dengan menggunakan data simulasi.


Lakukan simulasi dengan sinyal sesungguhnya, pengolahan secara off-line
dan proses masih dilakukan di PC
Tulis program menggunakan instruksi DSP.
Kompilasi dan transfer ke RAM di DSP board.
Eksekusi dan uji dengan sinyal sesungguhnya.
Bila program sudah tidak ada kesalahan, tulis kode biner dari program ke
ROM.
Sistem siap pakai dengan ditambahkan prosesor utama yang menangani
sistem pendukung.

3. Keuntungan dan Kelemahan Pemrosesan Sinyal secara Digital


a. Keuntungan Pemrosesan Sinyal secara Digital:
Untuk menyimpan hasil pengolahan, sinyal digital lebih mudah
dibandingkan sinyal analog. Untuk media penyimpan digital dapat
digunakan elemen memori: flash memory, CD/DVD, hard disk.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 36


Untuk menyimpan sinyal analog dapat digunakan pita tape
magnetik.
Sinyal digital kebal terhadap noise, karena bekerja pada level
tegangan logika 1 dan 0
Lebih kebal terhadap perubahan temperatur
Lebih muda memprosesnya, secara teori tidak ada batasannya,
tergantung dari kreativitas dan inovasi perancang.
b. Kelemahan sinyal digital:
Dapat Terjadi kehilangan informasi akibat pembulatan saat
kuantisasi dan filtering saat pembalikan kembali ke sinyal analog.
Diperlukan waktu proses yang lebih lama dibandingkan sinyal
analog.
perlu waktu sampling dan rekonstruksi ulang.

4. Perbandingan pengolahan sinyal

Karakteristik PSA PSD

Akurasi hasil rendah Tinggi


Konfigurasi ulang sulit Mudah
Penyimpanan sulit Mudah
Algortima pengolahan sederhana Canggih
Penyesuaian impedansi perlu Tidak
Pemampatan sinyal sulit Mudah

Sistem Digital A. Fajri Alvi 37


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem digital adalah sistem yang bagian-bagiannya terdiri atas beberapa
rangkaian digital, gerbang logika, dan komponen lainnya. Input dan outputnya
berupa suatu tenaga/energi, dan outputnya ini merupakan fungsi pengalihan
tenaga.
Sistem Bilangan atau Number System adalah suatu cara untuk mewakili
besaran dari suatu item fisik. Dalam hubungannya dengan komputer, ada 4
Jenis Sistem Bilangan yang dikenal yaitu: Desimal (Basis 10), Biner (Basis 2),
Oktal (Basis 8), dan Hexadesimal (Basis 16).
Rangkaian ADC adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk
mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital, dalam artian sinyal yang
awalnya tidak bisa ditentukan nilai numeriknya menjadi sinyal yang
mempunyai sifat numerik. Sedangkan Rangkaian DAC adalah perangkat yang
digunakan untuk mengkonversi sinyal masukan dalam bentuk digital menjadi
sinyal keluaran dalam bentuk analog (tegangan). Tegangan keluaran yang
dihasilkan DAC sebanding dengan nilai digital yang masuk ke dalam DAC.
Rangkaian Pengolahan Sinyal Digital adalah rangkaian dimana proses
pengolahan sinyalnya menggunakan teknik digital.

B. Saran
1. Diharapkan kepada Dosen agar mau mengarahkan mahasiswanya lebih
lanjut mengenai materi makalah ini.
2. Diharapkan kepada mahasiswa agar nantinya dapat mengambil manfaat
dari makalah ini.

Sistem Digital A. Fajri Alvi 38


DAFTAR PUSTAKA

Fadeli AR. 1998. Dasar-Dasar Elektronika. Fisika UGM: Yogyakarta.


http://ganielga.blogspot.com (diakses 8 Oktober 2015)
http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/adc-analog-to-digital-convertion/
(diakses 8 Oktober 2015)

Sistem Digital A. Fajri Alvi 39

Anda mungkin juga menyukai