Anda di halaman 1dari 44

RANGKAIAN ELEKTRONIKA

DASAR-DASAR DIGITAL

&
LEMBARAN INFORMASI
LEMBARAN PRAKTEK

Nama siswa : ………………………………………………………………………………….

NIS : ………………………………………………………………………………….

TINGKAT : ………………………………………………………………………………….

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
JL. MAHAR MARTANEGARA 48 CIMAHI
DASAR-DASAR DIGITAL

Program Keahlian:
TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

Kompetensi Keahlian:
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI


BIDANG KEAHLIAN : TEKNOLOGI DAN REKAYASA
JL MAHAR MARTANEGARA 48 CIMAHI

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI i


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Pengertian Dasar
1. Besaran Analog dan Digital
Pengertian “Analog” dan “Digital” berasal dari teknik hitungan yang akhirnya banyak
digunakan pada bidang elektronik khususnya untuk pengukuruan besaran elektronik.

1.1. Besaran Analog


Untuk menyatakan besaran analog kita membutuhkan besaran persamaan (analogi), misal
pada hitungan analog menunjukan bilangan 1 maka pada besaran tegangan menyatakan 1
volt, untuk bilangan 2 menyatakan tegangan 2 volt, untuk bilangan 4 menyatakan tegangan
4 volt dan untuk bilangan 15,75 menyatakan 15,75 volt dan seterusnya.
Pada contoh diatas antara besar bilangan dan besar tegangan yang dinyatakan adalah
mempunyai nilai kesepadanan, perubahan nilai bilangan baik naik maupun turun akan selalu
menunjukan nilai yang sepadan dengan tegangan.
Ketepatan penunjukan besaran analog adalah tergantung pada pengukuran besaran
analog, pada umumnya ketepatan pengukuran tegangan + 1% dan juga tergantung pada
suhu saat itu. Penunjukan skala pengukuran pada analog dapat berupa skala penggaris
lurus, skala lingkar (jam), bar chart atau grafik lengkung.

a. Skala analog pada alat ukur elektronik

b. Grafik analog untuk arus listrik

c. Skala analog untuk pengukuran panjang

Gambar 1. Pengukuran besaran analog.

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 2


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

1.2. Besaran Digital


Untuk menyatakan besaran digital kita gunakan angka-angka, kata digital berasal dari
kata digitus yang artinya menghitung pakai jari. Mesin penghitung digital yang sudah
lama dikenal adalah simpoa dan saat ini dapat kita lihat kalkulator elektronik, komputer
dan alat-alat ukur dengan penampilan data berupa angka-angka.
Besaran digital dapat dinyatakan dengan impul (pulsa), misal bilangan 3 dinyatakan
dengan 3 pulsa, bilangan 48 dinyatakan dengan 48 pulsa.

Volt

0
T/ms
1
Gambar 2 Perjalanan signal digital.

Tampilan nilai besaran tertentu dalam bentuk angka-angka dikenal juga dengan nama
tamplian digital, biasanya digunakan pada alat-alat ukur listrik dan elektronik.

a. Tampilan Digital pada sebuah mesin

c. Alat ukur Digital

b. Tampilan Digital pada LCD


Gambar 3 Tampilan digital.

Dengan tampilan digital kita akan sangat mudah menentukan suatu besaran karena
dapat langsung dibaca dalam bentuk angka (penunjukan lebih pasti), sedangkan pada
tampilan analog kita harus membuat interpretasi lebih dahulu (cenderung pada harga
perkiraan)

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 3


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

1.3. Binari dan Kondisi Logika


Besaran digital biasa dikenal juga dengan istilah binary yang memiliki 2 (dua) kondisi
yaitu on dan off, 1(satu) atau 0(nol). Kondisi logika signal digital dinyatakan dengan
besar tegangan, besar tegangan tersebut tergantung dari peralatan yang digunakan
Transistor-Transistor-Logic (TTL) menggunakan tegangan 5 volt, CMOS
menggunakan tegangan sampai 12 volt untuk menyatakan logika 1(satu) dan 0 volt
untuk menyatakan logika 0(nol).
volt

0 T/ms
Gambar 4 Kondisi signal digital.
Kondisi ini identik dengan:
pintu tertutup pintu terbuka
transistor on transistor off
dioda on dioda off
lampu nyala lampu padam
Pada teknik digital elektronik umumnya menggunakan beberapa alternatif tegangan
untuk menyatakan logika 1(satu) atau 0(nol), sebagi berikut:
+ 2 Volt 0 Volt (Gnd)
+ 5 Volt 0 Volt (Gnd)
+ 5 Volt - 5 Volt
+ 12 Volt 0 Volt
0 Volt - 12 Volt
Kondisi tegangan biner dberikan toleransi, misal untuk logika 1 tegangan antara 4
sampai 5,5 volt dan untuk logika 0 antara 0 volt sampai 0,8 volt.
Volt

5,5
4,5 High

Low
0,8 T/ms

Gambar 5 Toleransi tegangan pada binari.

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 4


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

1.4. Sistem Digital dan Analog


Sistem digital biasanya merupakan kombinasi peralatan elektris, mekanik, photoelektris dll.
yang membentuk dan menampikan fungsi tertentu yang besarannya menampikan besaran
digital. Dalam sistem analog besaran phisik secara prinsip sama dengan sistem analog yang
ada di alam ini, banyak sistem dalam prakteknya campuran (hybrid), yaitu keduanya ada
didalamnya dan terjadi konversi di dalamnya antara kedua besaran tersebut.
Beberapa peralatan digital yang banyak ditemui adalah komputer digital, kalkulator,
voltmeter digital dan kontrol mesin numerik pada sistem ini perubahan besaran elektris dan
mekanik dalam bentuk diskrit. Untuk sistem analog dapat ditemui pada analog komputer,
sistem radio amatir, perekam suara pada sistem ini besaran berabah secara terus menerus.
Berikut merupakan gambaran secara blok suatu sistem digital/analog dimana setiap blok
mempunyai fungsi masing-masing yang satu dengan lainnya dapat saling dikomunikasikan.

Process Variable
(analog)
Measuring Analog/Digital Central
device Conversion Processor
(analog) (digital) (digital)

Adjusts
Process
(analog)
Digital/Analog Controller Variable
Conversion

Gambar 6 Blok sistem digital/analog.


Pada blok diagram input proses merupakan variabel dalam besaran analog kemudian diukur
masih merupakan besar analog, masuk ke dalam blok pengubah analog ke digital sebelum
ke central processor output dari processor berupa besaran digital, sebelum digunakan untuk
controller diubah terlebih dahulu ke dalam analog. Dengan demikian terlihat bahwa dalam
sebuah sistem terdapat dua macam besaran analog dan digital yang selalu dikonversi
berdasarkan fungsi dan kegunaannya.

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 5


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

2. Sistem Bilangan Biner


2.1. Struktur Bilangan Biner
Bilangan biner adalah system bilangan yang berbasis 2, artinya hanya mengenal
angka 0 dan 1. Hal ini berbeda dengan bilangan desimal yang merupakan bilangan
berbasis 10 dan menggunakan angka 0 sampai 9 untuk menyatakan besar nilai
bilangannya.
Sebagai pembanding kita lihat struktur bilangan desimal berikut:
Ribuan Ratusan Puluhan Satuan
103 102 101 100

4 5 2 1

4x103 + 5x102 + 2x101 + 1x100


4000 + 500 + 20 + 1
Untuk bilangan biner berlaku hukum yang sama:
16 8 4 2 1
2 4
2 3
22
2 1
23

1 0 1 1 0

1x16 + 0x8 + 1x4 + 1x2 + 0x1


16 + 0 + 4 + 2 + 0

Berikut merupakan daftar persamaan nilai biner dan desimal:

Desimal Biner
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1
10 1 0 1 0

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 6


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

2.2. Konversi Bilangan Biner ke Desimal


Untuk mengkonversi bilangan biner ke desimal adalah sangat mudah, yaitu seperti
yang kita lakukan pada struktur bilangan biner diatas. Setiap tingkatan harga bilangan
biner 1 atau 0 dikalikan dengan pengali dan dijumlahkan, maka akan didapatkan harga
desimalnya.
Berikut merupakan contoh konversi bilangan biner 11110 ke desimal ternyata
didapatkan hasil 30.

16 8 4 2 1 Pengali
4 3 2 1 3
2 2 2 2 2 Tingkatan

1 1 1 1 0 Bilangan

1x16 + 1x8 + 1x4 + 1x2 + 0x1 = 30 desimal

Tingkatan dalam biner menunjukan besar pengali dalam konversi dan dituliskan
sebagai berikut:

Bilangan biner x 20 = Bilangan Biner x 1


Bilangan biner x 21 = Bilangan Biner x 2
Bilangan biner x 22 = Bilangan Biner x 4
Bilangan biner x 2 3
= Bilangan Biner x 8
Bilangan biner x 24 = Bilangan Biner x 16
Bilangan biner x 25 = Bilangan Biner x 32
6
Bilangan biner x 2 = Bilangan Biner x 64
Bilangan biner x 27 = Bilangan Biner x 128
Bilangan biner x 28 = Bilangan Biner x 256
Bilangan biner x 2 9
= Bilangan Biner x 512 dst.

2.3. Konversi Bilangan Desimal ke Biner


Kebalikan dari cara diatas untuk konversi dari desimal ke biner kita lakukan dengan
cara mengurangkan bilangan desimal dengan tingkatan bilangan biner bila mencukupi
maka pada tingkatan tersebut diperoleh harga 1 dan bila tidak diperoleh harga 0.
Kemudian sisa dikurangi lagi dengan tingkatan bilangan biner dibawahnya bila
mencukupi maka pada tingkatan tersebut diperoleh harga 1 dan bila tidak diperoleh
harga 0, demikian seterusnya sampai pengurangan dengan tingkatan paling bawah.

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 7


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Berikut contoh konversi desimal ke biner:


Desimal Biner
24 23 22 21 20
Bil 10
16 8 4 2 1

15 0 1 1 1 1

23 1 0 0 1 1

31 1 1 1 1 1

15 – 8 = 7 1
7–4=3 1 hasil konversi adalah 11112
3–2=1 1
1–1=0 1

23 – 16 = 7 1
7– 8= 0
7– 4=3 1 hasil konversi adalah 101112
3– 2=1 1
1– 1=0 1

31 – 16 = 15 1
15 – 8 = 7 1
7–4=3 1 hasil konversi adalah 111112
3–2=1 1
1–1=0 1

2.4. Koma Pada Bilangan Biner


Untuk menuliskan koma dalam bilangan biner, angka pertama disebelah kanan tanda
koma bernilai 2 -1 selanjutnya 2 –2, 2 –3, 2 –4 dan seterusnya.
Desimal Biner

24 23 22 21 20 2-1 2-2 2-3 2-4


Bil 10
16 8 4 2 1 0,5 0,25 0,125 0,0625

4,25 1 0 0 0 1

11,5625 1 0 1 1 1 0 0 1

22,6875 1 0 1 1 0 1 0 1 1

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 8


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

22,6875 – 16 = 6,6875 1
6,6875 – 8 = ---- 0
6,6875 – 4 = 2,6875 1
2,6875 – 2 = 0,6875 1
0,6875 – 1 = ---- 0 Hasil konversi 10110,1011
0,6875 – 0,5 = 0,1875 1
0,1875 – 0,25 = ---- 0
0,1875 – 0,125 = 0,0625 1
0,0625 – 0,0625 =0 1

2.5. Penjulahan Bilangan Biner


Bilangan biner juga dapat dijumlahkan sebagaimana dapat kita lakukan untuk bilangan
desimal, adapun aturan penjumlahan bilangan biner sebagai berikut:
0 + 0 = 0
0 + 1 = 1
1 + 0 = 1
1 + 1 = 10
1 + 1 + 1 = 11
Apabila dalam penjumlahan biner terdapat bawaan (carry), maka akan dijumlah
dengan tingkatan diatasnya, lihat contoh berikut:
1 1 bawaan (carry)
1 0 1 1 bilangan pertama (11)
1 0 0 1 1 bilangan kedua (19)
1 1 1 1 0 hasil penjumlahan

2.6. Pengurangan Bilangan Biner


Pengurangan biner pada prinsipnya hampir sama dengan penjumlahan biner, bila
pengurang lebih besar dari bilangan yang dikurangi maka perlu adanya pinjaman
(borrow). Aturan dalam pengurangan bilangan biner adalah sebagai berikut:
0 - 0 = 0
1 - 0 = 1
1 - 1 = 0
Berikut merupakan contoh pengurangan bilangan biner:
1 pinjaman (borrow)
1 1 0 1 1 bilangan pertama (23)
1 0 1 0 1 bilangan kedua (21)
0 0 0 1 0 hasil pengurangan

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 9


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

2.7. Pengurangan Bilangan Biner dengan menjumlah


.Pengurangan biner dapat juga dilakukan melalui penjumlahan, yaitu dengan cara
menjumlahan komplemen dari bilangan pengurangnya. Lihat contoh berikut:
15(10) = 1111(2)
1001(2) + (komplemen dari 7(10) .= 111(2))
8(10).= 1000(2),
Untuk membuat komplemen kita lakukan seperti contoh berikut:
011011 = 27 (bilangan yang dicari komplemennya)
100100 (inverting dari 27)
1 +
100101 (komplemen 27)
2.8. Bilangan Biner Negatif
Bilangan negatif adalah bilangan yang mempunyai bobot dibawah 0. bilangan negatif
tidak dapat dinyatakan dalam besaran listrik, karena digit 0 berarti tidak ada tegangan.
Untuk menyatakan suatu bilangan negatif agar perhitungan logikanya tetap dapat
dilakukan, ada dua cara, yaitu :
2.8.1 Tanda -Modulus (Sign Modulus Notation)
Tanda Modulus merupakan satu digit yang diletakkan dibagian paling kiri dari suatu
bilangan (MSD).
Untuk bilangan biner dipakai digit 1 sebagai tanda bilangan negatif , dan digit 0
sebagai tanda bilangan positif.
Contoh : - 1 0 1 2 = (1) 1 0 1 2
+ 1 0 1 2 = (0) 1 0 1 2
2.8.2 Cara Kerja dengan Bentuk Komplemennya
Pada bilangan biner dikenal dua bentuk komplemen, yaitu : komplemen -2 dan
komplemen -1. Dengan mengganti bilangan negatif menjadi bentuk komplemennya,
suatu pengurangan dapat dilakukan dengan cara penjumlahan
1. Komplemen -2
Cara : Mengubah masing-masing digit bilangan biner tersebut, digit “0” diubah
menjadi “1” dan sebaliknya digit “1” diubah menjadi “0”. Setelah itu digit yang
paling kanan (LSB) ditambah “1”
Contoh : Biner Komplemen -2
(0) 1 0 1 = (1) 0 1 0
1 +
(1) 0 1 1
(1) 0 1 0, 11 = (0) 1 0 1, 00
1+
(0) 1 0 1, 01

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 10


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Dalam pengurangan, bila tanda modulus menjadi “0” berarti hasilnya benar.
Tetapi bila tanda modulus menjadi “1” berarti masih bentuk komplemen. Bila
ada nilai pindahan (carry) baik “1” maupun “0” diabaikan.

Contoh : kurangkan 1 1 0, 0 12 dari 1 0 0, 0 12

4, 25 (0) 1 0 0, 0 1
6, 25 (1) 0 0 1, 1 1+
-2 (1) 1 1 0, 0 0

hasil ini adalah komplemen -2 dari (0) 0 1 0

2. Komplemen -1
Cara : Dengan mengubah digit “0” menjadi “1” dan sebaliknya digit “1” diubah
menjadi digit “0”. Pada LSB tidak perlu ditambah digit “1”.

Contoh: Kurangkan 1 0 1,0 12 dari 1 0 0 1, 1 02


9, 50 (0) 1 0 0 1, 1 0
5, 25 (1) 1 0 1 0, 1 0 + Komplemen -1 dari 0 1 0 1, 0 12
4, 25 1 (0) 0 1 0 0 , 0 0
1+
(0) 0 1 0 0, 0 1

Kurangkan 1 1 1 02 dari 1 0 1 02

10 (0) 1 0 1 0
14 (1) 0 0 0 1 + Komplemen -1 dari 1 1 1 02
-4 0 (1) 1 0 1 1
0+
(1) 1 0 1 1 Komplemen -1 dari (0) 0 1 0 02

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 11


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

2.9. Binary Code Decimal (BCD)


BCD merupakan cara penulisan bilangan biner dengan bilangan desimal, setiap 4 bit
bilangan biner dikodekan dengan 1 bilangan desimal (tetrade). Sedangkan nilai
bilangan adalah tetap seperti yang ada pada bilangan biner.
Berikut merupakan contoh penulisan biner dengan menggunakan BCD:
0010 0011 1001 Biner
2 3 9 BCD

3. Sistem Bilangan Oktal


3.1. Struktur Bilangan Hexa
Bilangan octal adalah bilangan yang berbasis 8, jadi symbol bilangan yang digunakan
terdiri dari 0 sampai dengan 7. Untuk nilai 8 desimal dituliskan dengan 1 dan 0, untuk 9
desimal dituliskan 11, berikut cara penulisan (struktur bilangan octal:

Des Oktal Des Oktal


0 0 4 4
1 1 5 5
2 2 6 6
3 3 7 7

3.2. Konversi Oktal ke Desimal

4096 512 64 8 1
8
4
83
8 2
8 1
80

3 0 7
3x64 + 0x8 + 7x1
199 192 + 0 +7

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 12


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

3.2. Konversi Biner ke Oktal


Bilangan biner dikelompokan menjadi tiga-tiga digitnya kemudian dituliskan nilainya,
maka konversi biner ke oktal kita peroleh:
010 011 001 Biner (010 011 001)2
2 3 1 Oktal (231)8

4. Sistem Bilangan Hexa


4.1. Struktur Bilangan Hexa
Bilangan Hexa adalah system bilangan yang berbasis 16, artinya hanya mengenal
angka 0 sampai dengan 15. Hal ini berbeda dengan bilangan desimal yang merupakan
bilangan berbasis 10 dan menggunakan angka 0 sampai 9 untuk nilai bilangan 0
sampai 9 dan A sampai F untuk menyatakan nilai bilangan 10 sampai 15.
Sebagai pembanding antara bilangan Hexa dengan bilangan Desimal, lihat tabel
berikut:
Des Hexa Des Hexa
0 0 8 8
1 1 9 9
2 2 10 A
3 3 11 B
4 4 12 C
5 5 13 D
6 6 14 E
7 7 15 F

Untuk bilangan Hexa berlaku hukum yang sama dengan bilangan desimal berdasarkan
tingkatan pengalinya adalah sebagai berikut:

65536 4096 256 162 1


164 163 162 161 160

3 0 8

3x256 + 0x16 + 8x1


776 768 + 0 + 8

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 13


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

4.2. Konversi Bilangan Desimal ke Hexa


Dalam melaksanakan konversi dari Desimal ke Hexa kita dapat menggunakan daftar
konversi berikut sebagai dasar konversi.

Desimal Hexa 164 163 162 161 160


1 1 65 536 4 096 256 16 1
2 2 131 072 8 192 512 32 2
3 3 196 608 12 288 768 48 3
4 4 262 144 16 384 1 024 64 4
5 5 327 680 20 480 1 280 80 5
6 6 393 216 24 576 1 536 96 6
7 7 458 752 28 672 1 792 112 7
8 8 524 288 32 768 2 048 128 8
9 9 589 824 36 864 2 304 144 9
10 A 655 360 40 960 2560 160 10
11 B 720 896 45 056 2 816 176 11
12 C 786 432 49 152 3 072 192 12
13 D 851 968 53 248 3 328 208 13
14 E 917 504 57 344 3 584 224 14
15 F 983 040 61 440 3 840 240 15

Berikut contoh konversi desimal 1982 ke bilangan hexa,


1982 – 1792 sisa 190 (dari daftar 1792 adalah 7 hexa pada tingkat 162)
190 – 176 sisa 14 (dari daftar 176 adalah B hexa pada tingkat 161)
14 – 14 sisa 0 (dari daftar 14 adalah E hexa pada tingkat 160)
Hasil konversi diperoleh 7 B E hexa.

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 14


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

5. KODE ASCII
ASCII adalah kode yang banyak digunakan untuk mengkodekan karakter pada
komunikasi data, kode menggunakan 7 bit dan pada dasarnya terdiri hanya 2 7 = 128
kemungkinan kombinasi 7 bit binary digit.
Range kombinasi 7 digit biner tersebut dimulai dari 0000000 sampai dengan 1111111
atau dalam bilangan hexadesimal 00 sampai dengan 7F. Setiap satu dari 128 kode
mewujudkan kode kendali khusus atau karakter khusus yang mengikuti standar
internasional, yaitu:

 ANSI-X3.4 (American National Standards Institute)

 ISO-646 (international standards Organization)

 CCITT Alphabet #5 (Consulting Committee for International Telegraphs and


Telephone)

 IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers)

 IEC (International Electrotechnical Commission)

 EIA (Electronic Industries Association)

 TIA (Telecommunication Industries Association)


Tabel ASCII merupakan table yang digunakan sebagai referensi yang menggunakan
bit untuk setiap karakter dan ditunjukan dalam bentuk kode, terdapat banyak macam
form table akan tetapi bila disimak mempunyai informasi dasar yang sama tentang
standar.
Berikut merupakan contoh kode dengan Hexa dan Biner:

Karakter Hexa Biner

A 41 100 0001

M 4D 100 1101

M 6D 110 1101

@ 40 100 0000

? 3F 011 1111

0 30 011 0000

) 29 010 1001

“ 22 010 0010

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 15


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Dalam table ASCII biasanya dilengkapi dengan informasi BIN (kode 7 bit biner untuk
ASCCI), DEC (ekuivalen 3 digit desimal 0 s/d 127) dan HEX (ekuivalen 2 digit Hexa 00
s/d 7F).
Most
Significant Bit
HEX 0 1 2 3 4 5 6 7

HEX BIN 000 001 010 011 100 101 110 111

0 0000 (NUL) (DLE) Space 0 @ P ` p

1 0001 (SOH) (DC1) ! 1 A Q a q

2 0010 (STX) (DC2) “ 2 B R b r

3 0011 (ETX) (DC3) # 3 C S c s

4 0100 (EOT) (DC4) $ 4 D T d t

5 0101 (ENQ) (NAK) % 5 E U e u

6 0110 (ACK) (SYN) & 6 F V f v

7 0111 (BEL) (ETB) ‘ 7 G W g w

8 1000 (BS) (CAN) ( 8 H X h x

9 1001 (HT) (EM) ) 9 I Y i y

A 1010 (LF) (SUB) * : J Z j z

B 1011 (VT) (ESC) + ; K [ k {

C 1100 (FF) (FS) , < L \ l |

D 1101 (CR) (GS) - = M ] m }

E 1110 (SO) (RS) . > N ^ n ~

F 1111 (SI) (US) / ? O _ o DEL

Least Significant Bit

6. Fungsi Logika Gerbang Dasar


6.1. Gerbang Dasar AND (Kunjungsi)
Ungkapan berikut menunjukan konjungsi AND, bila adik saya datang dan membawa
tiket maka kami akan berangkat ke Jakarta hari ini. Hal ini mengindikasikan bahwa bila
adik saya tidak datang kami tidak pergi walaupun tiket ada, begitu pula bila adik saya
datang tidak membawa tiket maka kami tidak pergi ke Jakarta.
Dengan demikian Adik, Tiket dan ke Jakarta adalah tiga hal yang mempunyai dua
kondisi yaitu ada dan tidak ada, dalam teknik logika ada dan pergi dinyatakan dengan
logika 1 dan tidak ada atau tidak pergi dinyatakan dengan logika 0
Hal yang sama terjadi pada rangkaian listrik yang menggunakan 2 saklar dihubungkan
seri untuk menyalakan atau mematikan lampu, kondisi lampu akan menyala bila

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 16


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

kedua saklar dalam kondisi on dan mati apabila salah satu off. Dalam teknik digital
rangkaian gerbang AND digambarkan sebagai berikut:
A A 0
&
Q 0 Q
B B 0

Standar Amerika Standar IEC


Gambar 7. Simbol Gerbang AND
Tabel kebenaran untuk gerbang AND adalah sebagai berikut:

B A Q

0 0 0

0 1 0

1 0 0

1 1 1

Secara elektronik dibangun dari Dioda dan Resistor seperti pada gambar 2b, dimana
saat semua atau salah satu input terhubung ke 0 volt (logika 0) maka Y = 0. Hal ini
dikarenakan arus mengalir dari Vcc melalui R terus ke dioda dan ke ground, sehingga
tegangan pada dioda 0,6 volt maka tegngan pada Y = 0,6 volt atau logika 0.
Sebaliknya saat semua input dioda diberi logika 1 atau tegangan 5 volt, maka Y akan
berlogika 1 atau bertegangan 5 volt karena tidak ada arus mengalir pada dioda dan
satu-satunya arus hanya dari Vcc melalui R menuju ke Y.

+5V
A

B
Q

a. Rangkaian persamaan listrik b. Rangkaian elektronik


Gambar 8. Rangkaian Listrik Gerbang AND
Secara matematis dengan pertolongan aljabarboole dituliskan sebagai berikut:

atau atau
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 17
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

6.2. Gerbang Dasar OR (Disjungsi)


Ungkapan berikut menunjukan disjungsi OR, bila adik atau kakak saya datang kita
akan berangkat ke Jakarta hari ini. Hal ini mengindikasikan bahwa bila salah satu baik
adik atau kakak saya atau keduanya datang kita akan pergi, akan tetapi bila keduanya
tidak datang maka kita tidak pergi ke Jakarta. Dengan demikian Adik, Kakak dan ke
Jakarta adalah tiga hal yang mempunyai dua kondisi yaitu ada dan tidak ada, pergi
atau tidak pergi. Dalam teknik logika ada dan pergi dinyatakan dengan logika 1 dan
tidak ada atau tidak pergi dinyatakan dengan logika 0.
Hal yang sama terjadi pada rangkaian listrik yang menggunakan 2 saklar dihubungkan
paralel untuk menyalakan atau mematikan lampu, kondisi lampu akan menyala bila
salah satu atau kedua saklar dalam kondisi on dan mati apabila kedua saklar off.:

A A 0
Q >=1 Q
0
B B
Standar Amerika Standar IEC 0

Gambar 9. Simbol Gerbang OR


Tabel kebenaran untuk gerbang OR adalah sebagai berikut:

B A Q

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Secara elektronik dibangun dari Dioda dan Resistor seperti pada gambar 4b, dimana
saat semua input terhubung ke 0 volt (logika 0) maka Y = 0 atau 0 volt karena tidak
ada tegangan positip yang mengalir pada Y. Sebaliknya saat salah satu input dioda
diberi logika 1 atau tegangan 5 volt, maka Y akan berlogika 1 atau bertegangan 5 volt
hal ini terjadi karena dioda diberi arus maju dan membentuk pembagi tegangan
dengan R.
+5V
A

B
Q

a. Rangkaian persamaan listrik b. Rangakaian elektronik


Gambar 10. Rangkaian Gerbang OR

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 18


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Secara matematis dengan pertolongan aljabarboole dituliskan sebagai berikut:

atau

6.3. Gerbang Dasar NOT (Negasi)


Ungkapan berikut menunjukan negasi NOT, bila adik saya datang kita tidak akan
berangkat ke Jakarta hari ini. Hal ini mengindikasikan bahwa bila adik datang kita tidak
akan pergi, akan tetapi bila adik tidak datang maka kita akan pergi ke Jakarta.
Dengan demikian Adik dan pergi ke Jakarta adalah dua hal yang mempunyai dua
kondisi yaitu ada dan tidak ada, pergi atau tidak pergi dan selalu berkondisi kebalikan.
Dalam teknik logika ada dan pergi dinyatakan dengan logika 1 dan tidak ada atau tidak
pergi dinyatakan dengan logika 0
Hal yang sama terjadi pada rangkaian listrik yang menggunakan 1 saklar untuk
menyalakan atau mematikan lampu, kondisi lampu akan menyala bila saklar dalam
kondisi off dan mati apabila saklar dalam kondisi on. Dalam teknik digital rangkaian
gerbang NOT digambarkan sebagai berikut:

A 1 Q
A Q

Standar Amerika Standar IEC


Gambar 11. Simbol Gerbang NOT
Tabel kebenaran untuk gerbang NOT adalah sebagai berikut:

A Q

0 1

1 0

Rangkaian dasar elektronika gerbang Not dibangun dari sebuah transistor (Q1), dalam
gambar 6b. dibuat dari transistor jenis NPN. Dimana bila A =1 atau 5 volt maka
transistor Q1 akan on yang berarti Y=0 atau 0 volt, begitu pula saat A =0 atau 0 volt
maka Q1 akan off sehingga Y = 1 atau bertegangan = Vcc volt. Dari kondisi
pensaklaran elektronik tersebut merupakan fungsi dari gerbang not.

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 19


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

+5V
A

a. Rangkaian persamaan listrik b. Rangkaian transistor

Gambar 12. Rangkaian Gerbang NOT


Secara matematis dengan pertolongan aljabarboole dituliskan sebagai berikut:

6.4. Gerbang Dasar NAND


NAND adalah gerbang yang dibangun dari kombinasi antara gerbang AND dan
gerbang NOT, sehingga hasil dari AND selalu dibalikkan.
Berikut merupakan gambar simbol gerbang NAND:
A A
Q Q Q
B B

A 0
&
Kombinasi gerbang AND dan NOT 0 Q
B 0

Gerbang NAND
Gambar 13. Simbol Gerbang NAND
Tabel kebenaran untuk gerbang NAND adalah sebagai berikut:

B A Q

0 0 1

0 1 1

1 0 1

1 1 0

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 20


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Secara matematis dengan pertolongan aljabarboole dituliskan sebagai berikut:

Q = A ∧B atau Q = A.B atau Q = A&B

6.4. Gerbang Dasar NOR


NOR adalah gerbang yang dibangun dari kombinasi antara gerbang OR dan gerbang
NOT, sehingga hasil dari OR selalu dibalikkan.
Berikut merupakan gambar simbol gerbang NAND:

A A
Q Q Q
B B

A 0
>=1
0 Q
B 0

Kombinasi gerbang OR dan NOT

Gerbang NOR
Gambar 14. Simbol Gerbang NOR
Tabel kebenaran untuk gerbang NOR adalah sebagai berikut:

B A Q

0 0 1

0 1 0

1 0 0

1 1 0

Secara matematis dengan pertolongan aljabarboole dituliskan sebagai berikut:

Q = A ∨B atau Q = A +B

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 21


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

6.4. Gerbang Dasar XOR


NOR adalah gerbang yang dibangun dari kombinasi antara gerbang OR dan gerbang
NOT, sehingga hasil dari OR selalu dibalikkan.
Berikut merupakan gambar simbol gerbang XOR:

A A
Q 0
=1 Q
0

B B 0

Standar Amerika Standar IEC

Gambar 15. Simbol Gerbang NOR

Tabel kebenaran untuk gerbang XOR adalah sebagai berikut:

B A Q

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 0

Secara matematis dengan pertolongan aljabarboole dituliskan sebagai berikut:

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 22


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

7. Rangkaian Elektronik Gerbang


Uraian pada sesi ini hanya secara fungsi dari rangkaian, untuk uraian secara teoritis
perhitungan dalam mencara arus atau tegangan dapat dilakukan pada pembahasan
tentang Transistor
7.1. Transistor-Transistor Logic (TTL)
Pensaklaran pada TTL memanfaatkan proses pembuatan yang murah yaitu dengan
menerapkan rangkaian transistor emitor ganda dalam fabrikasi Icnya. Topologi
rangkaian TTL dapat dilihat pada gambar 10, yaitu emitor Q1 berfungsi sebagai saluran
input dan Q2, Q3 berfungsi sebagai penguat sinyal yang dihasilkan oleh Q1. Emitor –
kolektor Q1 berfungsi sebagai diode, sehingga saat salah satu input diberi logika 0
maka pada kolektor akan berlogika 1. Bila semua input pada emitor Q1 diberi logika 1,
maka kolektor akan berlogika 1 pula dengan demikian fungsi tersebut adalah fungsi
AND.
Fungsi Q2 dan Q3 sebagai fungsi penguat dan sinyal input pada basis Q2 dikuatkan
untuk diumpankan pada Q3 melalui emitor Q2, dengan demikian sinyal diterima oleh Q3
dengan fasa yang sama. Kemudian oleh Q3 dikuatkan dan dikeluarkan melalui kolektor,
dengan demikian sinyal dibalikan dengan demikian merupakan fungsi NOT. Dari
rangkaian secara keseluruhan merupakan fungsi NAND.

Gambar 16. Rangkaian TTL pada gerbang NAND

7.2. Direct Coupled Transistor Logic (DCTL)


Pensaklaran pada TTL berikut menerapkan rangkaian paralel transistor yaitu kolektor
disatukan dihubungkan pada R1 dan menyatukan emitor untuk dihubungkan dengan
ground sedangkan input gerbang diumpankan pada basis.Topologi rangkaian TTL
dapat dilihat pada gambar 11, yaitu basis Q1 dan Q2 berfungsi sebagai saluran input
dan Q3, Q4 berfungsi sebagai penguat sinyal yang dihasilkan oleh Q1dan Q2. Bila
semua atau salah satu input diberi logika 1, maka kolektor Q1 dan Q2 akan berlogika 0
karena antara kolektor dan emitor mempunyai resistansi rendah sehingga tegangan
pada kolektor juga rendah (berlogika 0) dengan demikian fungsi tersebut adalah fungsi
NOR.

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 23


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Fungsi Q2 dan Q3 sebagai fungsi penguat dan sinyal input pada basis Q2 dikuatkan
untuk diumpankan pada Q3 melalui emitor Q2, dengan demikian sinyal diterima oleh Q3
dengan fasa yang sama. Kemudian oleh Q3 dikuatkan dan dikeluarkan melalui kolektor,
dengan demikian sinyal dibalikan dengan demikian merupakan fungsi NOT. Dari
rangkaian secara keseluruhan merupakan fungsi OR.

Gambar 17. Rangkaian elektronik Gerbang OR

7.3. CMOS Logic


Secara fungsi gerbang sama antara CMOS logic dan TTL, secara rangkaian ditunjukan
pada gambar 12 yang terdiri Q1 , Q2 dari jenis PMOS dan Q3, Q4 dari jenis NMOS.
Dimana rangkaian merupakan fungsi gerbang NAND, saat A=0 maka Q3 akan off dan
Q1 akan on, arus mengalir melalui Q1 dan tegangan drop pada Q1= nol sehingga
tegangan pada Y = Vdd. Begitu juga saat B=0 maka Q2 akan off dan Q4 akan on, arus
mengalir melalui Q4 tegangan drop pada Q4= nol sehingga tegangan pada Y = Vdd.
Bila A=0 dan B=0, maka kondisi Y=Vdd, sebaliknya kalau keduanya yaitu A=1 dan B=1
maka Q2 dan Q3 akan on sedang Q1 dan Q4 akan off sehingga Y akan terhubung
langsung pada ground dengan demikian Y akan berlogika nol.

Gambar 18. Rangkaian elektronik Gerbang NAND

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 24


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

8. Aljabar Boole dan K-maps


8.1. Konstanta dan Variabel
Dalam aljabar boole yang ditemukan oleh seorang ahli matematik Inggris pada tahun
1815 s/d 1864, dikenal istilah konstanta yang terdiri dari dua kondisi yaitu 0 atau1 dan
untuk variable bisa lebih dari dua missal A, B, C dst.
Berikut merupakan contoh variable dan konstanta:

A=0 A=1
0 1

Variabel A dan nilainya Konstanta 0 dan 1


Gambar 19. Variabel dan Konstanta

Dari gambar 19 memperlihatkan bahwa variable A mempunyai dua kemungkinan nilai


yaitu pada saat saklar terbuka variable A bernilai 0 dan saat saklar tertutup variable A
bernilai 1, sedangkan konstanta hanya memiliki satu tetap nilai 0 atau satu nilai tetap 1

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 25


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

8.2. Hukum Dasar Aljabar Boole


Hukum aljabar boole pada dasarnya adalah dari penjalinan logika AND, OR dan NOT,
berikut merupakan gambaran dari hukum tersebut:

0 . 0 = 0 0+0=0
1
1

0 . 1 = 0 0 + 1 = 1

1 1

1 . 0 = 0 1 + 0 = 1

1 1

1 . 1 = 1 1=0
1 + 1 = 1 0=1
1
1

Jalinan AND Jalinan OR NOT


Gambar 20. Hukum Dasar Aljabar Boole

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 26


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

8.3. Theoreme Aljabar Boole


Aturan main untuk penjalinan sebuah variable dengan konstanta atau sebuah variable
dengan variable itu sendiri atau negasinya disebut dengan Theoreme, untuk itu
berlaku aturan sebagai berikut:

1. A 2. A
A.0=0 0 A.1=A A
0 1

A A
0 A
0 1

3. A 4. A
A.A=0 0
A.A=A A
A A

A
A
0
A A
A

Gambar 21. Hukum Penjalinan AND

6.
5.
A+1=A A 1 1
A+0=A A 0 A

A
A 1
A
1
0

8.
7. A+A=1 A A 1
A+A=A A A A

A
A 1
A
A
A

Gambar 22. Hukum Penjalinan OR

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 27


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

A A A=A

Gambar 23. Hukum Penjalinan NOT

8.4. Hukum Komutasi dan Asosiasi


Hukum komutasi pada prisipnya adalah adanya pertukaran posisi variable dalam satu
persamaan aljabar boole, hukum ini berlaku untuk gerbang AND atau gerbang OR.
Berikut merupakan hukum komutasi :

A C

B A

C B A B C C A B

Komutasi penjalinan AND Komutasi penjalinan OR

Q=A.B.C=C.A.B Q=A+B+C=C+A+B

Gambar 24. Hukum Komutasi

Hukum asosiasi pada prisipnya adalah adanya hubungan keterikatan antara variable
dalam satu persamaan aljabar boole, hukum ini berlaku untuk gerbang AND atau
gerbang OR. Berikut merupakan hukum asosiasi:
A A (A . B)
Q B
B Q
C (B . C) C

Q = A . (B . C) = ( A . B) . C

Asosiasi penjalinan AND

A
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI Q 28
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
B
C
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

A (A + B)
(B + C) B Q

Q = A + (B + C) = ( A + B) + C

Asosiasi penjalinan OR

Gambar 25. Hukum Asosiasi

8.5. Hukum Distribusi


Hukum komutasi pada prisipnya adalah adanya pembagian (pengelompokan) variable
dalam satu persamaan aljabar boole, terdapat 2(dua) macam hukum yaitu hukum
distribusi konjungtif dan distribusi disjungtif.
Berikut merupakan hukum distribusi:

A A A A B B
A

B C B C A C C

(A . B)+(A . C) = A . ( B + C) (A + B) . (A + C) = A + ( B . C)

Distribusi konjungsi Distribusi disjungsi

Gambar 26. Hukum Distribusi


8.6. Hukum De Morgan
Hukum De Morgan ( diambil dari nama seorang matematik dari inggris 1806-1871)
merupakan pengembangan dari aljabar boole, yaitu menyelesaikan berbagai masalah
dalam aljabar boole dengan menggunakan negasi NAND atau NOR.
De Morgan yang pertama (NAND) adalah sebagai berikut:
Q = (A . B) = A + B

De Morgan yang kedua (NOR) adalah sebagai berikut:

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 29


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Q = (A + B) = A . B

Contoh : Q=A.B+A.B
Penyelesaian dari contoh ini dilakukan dengan menggunakan hukum de morgan 1
karena A NAND B dan NOT A NAND B, sehingga kita dapatkan:
Q=A.B+A.B
=A+B+A+B
=A+B+A+B
=A+A+B+B
Hasil terakhir ternyata NOT A dan A dalam jalinan OR dan NOT dengan NOT B dalam
jalinan OR, berdasarkan hukum yang terdahulu dapat disederhanakan sebagai berikut:
Q =A+A+B+B

B+B=B

A+A=1

8.7. Karnaugh Map (K-Map)


8.7.1 K-Map 2 variabel
Kita ambil 2 (dua) variable A dan B, dari kedua variable ini kemungkinan yang terjadi
adalah 4 buah kemungkinan, dalam K-Map penyelesaiannya adalah dengan
menggunakan 4 kotak dan setiap kotak merupakan jalinan antara variable atau antara
negasi dari variable. (lihat table berikut).

Koordinat antara A dan B merupakan konjungsi, biasanya bernilai 0 atau 1, untuk


menuliskan aljabar boole diambil kotak bernilai 1 saja:

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 30


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

0 0

1 1

Dari tabeldidapatkan:

Berikut terdapat 3 kotak bernilai 1:

1 1

0 1

Dari tabeldidapatkan:
Dalam K-Map dapat pula diterapkan system kelompok mendatar atau kelompok
vertical, berikut menunjukan pengelompokan mendatar dan vertical.
Pengelompokan mendatar:

1 1

0 0

Pengelompokan vertikal:

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 31


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

1 1

1 0

Pengelompokan kombinasi:

1 1

1 1

8.7.2 K-Map 3 variabel


Kita ambil 3 (dua) variable A, B dan C, dari kedua variable ini kemungkinan yang
terjadi adalah 8 buah kemungkinan, dalam K-Map penyelesaiannya adalah dengan
menggunakan 8 kotak dan setiap kotak merupakan jalinan antara variable atau antara
negasi dari variable. (lihat table berikut).

Untuk pengelompokan disamping dilakukan seperti diatas dapat pula dilakukan


dengan system berikuT:

1 1 B.C
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 32
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Atau dengan cara berikut:

1 1 C
1 1

Adapun cara berikut tidak diijinkan:

1 1 1

Berikut adalah contoh K-Map dengan 3 variabel A, B dan C:

Q
0 0 1 1

1 0 0 1

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 33


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Informasi Dasar-Dasar Digital

Persamaan aljabar boole berdasarkan data pada K-Map adalah:

Bila disederhanakan hasilnya adalah:

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 34


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Praktek Dasar-Dasar Digital

TUGAS-TUGAS PRAKTEK

PRAKTEK 1
Perbedaan antara besaran digital dan analog
Kegiatan peserta pelatihan adalah:

 Menjelaskan perbedaan besaran analog dan digital (discrete, continous)


 Mejelaskan dari besaran berikut mana yang termasuk analog dan mana yang
termasuk digital.
a) Pengukur arus listrik
b) Pengukur temperatur
c) Pengatur volume suara pada radio
d) Pasir yang berserak di pantai
e) Resistor substitution box
 Menuliskan 4 macam aplikasi signal analog dan digital

PRAKTEK 2
Blok diagaram analog dan digital pada sebuat sistem
Kegiatan peserta pelatihan adalah:

 Menggambarkan diagram system proses kontrol hibrid


 Identifikasi signal the analog atau digital dalam diagram system proses kontrol hibrid
 Menjelaskan kerugian dan keuntungan menggunakan signal analog dan digital pada
system kontrol

PRAKTEK 3
Identifikasi dan pengukuran level signal
Kegiatan peserta pelatihan adalah:

 Mengukur tegangan DC pada terminal power supply dengan meter analog dan meter
digital
 Menjelaskan perbedaan hasil pengukuran menggunakan meter digital dan meter
analog

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 35


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Praktek Dasar-Dasar Digital

PRAKTEK 4
Sistem bilangan
Kegiatan peserta pelatihan adalah:

 Menjelaskan macam-macam sistem bilangan


 Menuliskan 4 contoh bilangan dari masing-masing system bilangan
 Menjumlahkan, mengurangkan bilangan pada setiap system bilangan (bilangan yang
digunakan dalam variabel ditentukan oleh pengajar)
 Menjelaskan dan melaksanakan konversi antara sistem bilangan (bilangan yang
digunakan dalam variabel ditentukan oleh pengajar/pelatih)

PRAKTEK 5
Aljabar Boole dan K-Map
Kegiatan peserta pelatihan adalah:

 Menjelaskan macam-macam rumus dalam aljabar boole


 Menyelesaikan permasalahan dalam aljabar boole (permasalahan ditentukan oleh
pengajar/pelatih minimum 5 soal)
 Menyederhanakan rangkaian logika menggunakan rumus-rumus aljabar boole dan
K-Map (rangkaian ditentukan oleh pengajar/pelatih minimum 5 soal)

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 36


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Praktek Dasar-Dasar Digital

PRAKTEK 6
GERBANG AND
1. Buatlah rangkaian pada trainer sesuai dengan gambar berikut!
Vcc
14 8

7408

1 7
Gnd

Gb. Blok IC 7408

2. Coba rangkaian dan buat table kebenaran dari rangkaian diatas!


3. Buat dan cobalah rangkaian gerbang AND dengan 3 input pada trainer!

+ 5V

:LED
A
Q
330

4. Tuliskan persamaan Aljabar Boole untuk gerbang AND 2 input dan 3 input!
5. Gambarkan diagram pulsa dan rangkaian persamaan listrik dari gerbang AND!

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 37


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Praktek Dasar-Dasar Digital

PRAKTEK 7
GERBANG OR
1. Buatlah rangkaian pada trainer sesuai dengan gambar berikut!
Vcc
+ 5V 14 8

A LED

Q 330 7432
B
1 7
Gnd

Gb. Blok IC 7432

2. Coba rangkaian dan buat table kebenaran dari rangkaian diatas!


3. Buat dan cobalah rangkaian gerbang OR dengan 3 input pada trainer!

+ 5V

:LED
A
Q
330

4. Tuliskan persamaan Aljabar Boole untuk gerbang OR 2 input dan 3 input!


5. Gambarkan diagram pulsa dan rangkaian persamaan listrik dari gerbang OR!

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 38


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Praktek Dasar-Dasar Digital

PRAKTEK 8
GERBANG NOT

1. Buatlah rangkaian pada trainer sesuai dengan gambar berikut!


Vcc
+ 5V
14 8
:LED
Q
A
330 7404

1 7
Gnd

Gb. Blok IC 7404

2. Coba rangkaian dan buat table kebenaran dari rangkaian diatas!


3. Buat dan cobalah rangkaian pada trainer sesuai dengan gambar berikut!

+ 5V
:LED
Q
A
330

A
330

4. Tuliskan persamaan Aljabar Boole untuk gerbang NOT!


5. Gambarkan diagram pulsa dan rangkaian persamaan listrik dari gerbang NOT!

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 39


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Praktek Dasar-Dasar Digital

PRAKTEK 9
GERBANG NAND
1. Buatlah rangkaian pada trainer sesuai dengan gambar berikut!
Vcc
14 8
+ 5V
A L ED

Q 7400
330

B
1 7
Gnd

Gb. Blok IC 7400

2. Coba rangkaian dan buat table kebenaran dari rangkaian diatas!


3. Buat dan cobalah rangkaian gerbang NAND dengan 3 input pada trainer!

+ 5V

:LED
A
Q
330

4. Tuliskan persamaan Aljabar Boole untuk gerbang NAND 2 input dan 3 input!
5. Gambarkan diagram pulsa dan rangkaian persamaan listrik dari gerbang NAND!

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 40


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Praktek Dasar-Dasar Digital

PRAKTEK 10
GERBANG NOR
1. Buatlah rangkaian pada trainer sesuai dengan gambar berikut!

Vcc
14 8
+ 5V
A LED
Q 7402
330

B
1 7
Gnd

Gb. Blok IC 7402

2. Coba rangkaian dan buat table kebenaran dari rangkaian diatas!


3. Buat dan cobalah rangkaian gerbang NOR dengan 3 input pada trainer!
4. Tuliskan persamaan Aljabar Boole untuk gerbang NOR 2 input dan 3 input!
5. Gambarkan diagram pulsa dan rangkaian persamaan listrik dari gerbang NOR!

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 41


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Lembaran Praktek Dasar-Dasar Digital

PRAKTEK 11
GERBANG EXOR
1. Buatlah rangkaian pada trainer sesuai dengan gambar berikut!

+ 5V Vcc
14 8

:LED
A
Q
7486
330

B
1 7
Gnd

GB. BLOK IC 7486

2. Coba rangkaian dan buat table kebenaran dari rangkaian diatas!


3. Tuliskan persamaan Aljabar Boole untuk gerbang EXOR!
5. Gambarkan diagram pulsa dan rangkaian persamaan listrik dari gerbang EXOR!

TEKNIK OTOMASI INDUSTRI 42


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI
Bab 5 Cara Menilai Unit Ini

Indonesia Australia Partnership for Skills Development Page 43


Batam Institutional Development Project
640153210.doc

Anda mungkin juga menyukai