Nama Kelompok:
Konversi analog ke digital adalah proses mengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital. Sinyal analog adalah sinyal yang berfluktuasi, yang berarti bahwa nilai sinyal
dapat berubah dari waktu ke waktu. Sinyal digital adalah sinyal yang berbentuk biner,
yang berarti bahwa nilai sinyal hanya bisa bernilai 0 atau 1. PLC (Programmable
Logic Controller) menggunakan konversi analog ke digital untuk mengontrol
peralatan elektronik.
Konversi analog ke digital pada PLC terdiri dari proses pengenalan masukan analog,
sampling, konversi, dan keluaran digital. Pertama, masukan analog diproses oleh
pengenal masukan. Pengenal masukan mengidentifikasi sinyal masukan dan
mengkonversinya menjadi sinyal digital. Kedua, sinyal digital diproses oleh sample
dan hold circuit. Sample dan hold circuit mengambil sample sinyal digital dan
menahan sampel tersebut selama waktu tertentu. Ketiga, sinyal digital diproses oleh
ADC (Analog to Digital Converter) dan dikonversi menjadi sinyal digital. Terakhir,
sinyal digital diproses oleh pengenal keluaran dan dikonversi menjadi sinyal keluaran
digital.
Gambar di atas adalah ilustrasi nilai analog yang dicacah atau disampling dengan
kode digital. Garis merah sebagai nilai analog, yaitu 0 hingga 5. Saat dicacah dengan
1 bit, nilai analog hanya punya 2 kelompok kondisi, sehingga hanya akan ada 2 titik
yang dapat dicuplik yaitu 0 dan 1 sehingga nilai yang dapat terwakili hasil cuplikan
adalah 2,5V (5/2). Kerapatan nilainya akan semakin tinggi dan teliti saat jumlah bit
digital yang digunakan semakin tinggi. Misalnya pada pencacah 4 bit, nilai analog 0 –
5 volt akan dibagi menjadi 16 bagian sehingga cuplikan nilainya akan semakin
banyak yaitu 0 hingga 15. Dengan demikian 1 nilai digital akan dapat mewakili
0,3125V (5/16) dari nilai analog.
Sehingga dari contoh di atas kita dapat menarik kesimpulan semakin tinggi nilai bit
ADC yang digunkanan, maka jumlah kotak-kotak kecil (seperti pada gambar) akan
semakin banyak, sehingga memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang jauh lebih
baik.
Kecepatan sampling suatu ADC adalah seberapa sering sinyal analog dikonversikan
ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya
dinyatakan dalam sample per second (SPS) atau Hz. Gambar di bawah menunjukkan
semakin cepat sampling maka nilai yang akan terwakili semakin rapat dan teliti.
B. Tahapan – tahapan Kerja ADC
Cara kerja ADC adalah dengan mengkonversikan sinyal analog menjadi kode biner
yang dimengerti oleh perangkat digital. Untuk melakukan hal tersebut, ada beberapa
proses yang harus dilalui.
Berikut ini setiap proses tahapan kerja dari ADC yang perlu Anda ketahui:
1. Sampling
Istilah sampling disebut juga sebagai pencuplikan atau pengambilan data. Proses ini
dilakukan dengan mengambil nilai pasti (diskrit) dari sebuah sinyal analog dengan 1
periode yang sama.
Dalam prosesnya, nilai sampling hasilnya adalah 2 kali dari frekuensi input. Jadi,
misal frekuensi input adalah 30 Hz, maka hasil nilai sampling nantinya minimal ada
60 Hz.
Ketika nilai sampling semakin besar, maka keakuratan nilai dari sinyal analog
menjadi digital pun akan semakin presisi.
2. Econding
Econding disebut juga sebagai tahap pengkodean. Jadi, data yang diperoleh dari nilai
sampling kemudian akan diubah menjadi kode biner yang dimengerti oleh perangkat
digital.
Setelah melalui proses econding, selanjutnya kode biner sudah siap serta dapat
digunakan oleh prosessor sesuai kebutuhan.
3. Quantization
Pada dasarnya, bit unit dasar akan dikelompokkan dalam logika 0 dan 1. Jadi untuk
mengubah sinyal analog menjadi digital, akan ada proses pengkodean paralel yang
dikenal dengan istilah komparator.
Output yang dihasilkan oleh komparator adalah 0 (untuk nilai rendah) dan 1 (untuk
nilai tinggi). Hal ini akan menyesuaikan tergantung tegangan mana yang nilainya
besar.
Jadi, output yang dihasilkan oleh komperator nilainya dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Salah satunya adalah bergantung pada selisih tegangan yang mungkin terdapat
pada masukan analognya.
C. Jenis – jenis ADC (Analog to Digital Converter)
1. ADC Simultan
Jenis ADC yang pertama adalah ADC simultan. Untuk jenis ADC ini sering dikenal
juga dengan istilah flash converter atau converter parallel. Pada ADC simultan, input
Vi akan dikonversikan menjadi digital. Yakni dengan memanfaatkan sisi positif (+)
dari komperator.
Jika sisi + di convert secara simultan, maka sisi negatif (-) harus disesuaikan dengan
ukuran bit yang terdapat pada konverter tersebut. Pada saat nilai Vi nilainya melebihi
ukuran bit yang terdapat pada converter, maka nilai output yang dihasilkan adalah
tinggi (high).
Demikian juga sebaliknya, apabila ukuran bit yang terdapat pada konverter nilainya
lebih rendah. Maka bisa dipastikan untuk output yang dihasilkan adalah low (rendah).
Jenis ADC selanjutnya adalah Counter Ramp ADC. Pada Counter Ramp ADC,
terdapat juga DAC yang letaknya terdapat pada input counter.
Rangkaian DAC yang terdapat pada input counter ini asalnya dari sumber clock.
Dimana sumber clock dari DAC ini terlebih dahulu harus diukur sehingga input DAC
nantinya akan dibandingkan nilainya dengan input analog.
Pada saat nilai input analog besarnya tidak lebih tinggi dari output DAC, maka output
dari komparator hasilnya adalah sama dengan 1. Ketika keluaran komperator nilainya
adalah 1, maka hitungan counter akan naik dan clock juga akan dapat memberikan
input pada counter.
SAR adalah jenis ADC yang selanjutnya yang perlu Anda ketahui. SAR sebenarnya
memiliki konfigurasi yang mirip dengan Counter Ramp. Namun ketika melakukan
trace pada alat tersebut, maka kombinasi bit adalah hasil yang didapatkan pada
outputnya.
Konversi analog ke digital pada PLC dapat digunakan untuk berbagai aplikasi.
Aplikasi paling umum adalah mengontrol peralatan elektronik. PLC dapat memonitor
sinyal masukan analog dan mengubahnya menjadi sinyal digital untuk mengontrol
peralatan elektronik. Konversi analog ke digital juga dapat digunakan untuk
mengontrol suhu, tekanan, dan ketinggian. Dengan konversi analog ke digital, PLC
dapat mengukur sinyal masukan analog dan mengubahnya menjadi sinyal digital
untuk mengontrol suhu, tekanan, dan ketinggian.
Konversi analog ke digital juga dapat digunakan untuk mengontrol sistem produksi.
PLC dapat memonitor sinyal masukan analog dan mengubahnya menjadi sinyal
digital untuk mengontrol sistem produksi. Dengan konversi analog ke digital, PLC
dapat mengukur sinyal masukan analog dan mengubahnya menjadi sinyal digital
untuk mengontrol proses produksi. Konversi analog ke digital juga dapat digunakan
untuk mengontrol sistem pemantauan dan pengawasan.
Konversi analog ke digital pada PLC juga memiliki beberapa kerugian. Pertama,
konversi analog ke digital memerlukan waktu. Konversi analog ke digital adalah
proses yang memakan waktu, yang berarti bahwa PLC harus menunggu untuk
mengkonversi sinyal masukan analog menjadi sinyal digital. Kedua, konversi analog
ke digital dapat menyebabkan kesalahan. Dengan konversi analog ke digital, PLC
dapat mengukur sinyal masukan analog dan mengubahnya menjadi sinyal digital
untuk mengontrol proses produksi. Namun, jika ada kesalahan dalam proses konversi,
PLC dapat menghasilkan sinyal digital yang salah.
Konversi analog ke digital pada PLC merupakan proses yang penting untuk
mengontrol peralatan elektronik, suhu, tekanan, dan ketinggian. Konversi analog ke
digital dapat meningkatkan efisiensi, akurasi, dan daya tahan proses produksi.
Namun, konversi analog ke digital juga memiliki beberapa kerugian, seperti biaya
tambahan, waktu yang diperlukan, dan kesalahan dalam proses konversi.
Konversi analog ke digital adalah proses yang kompleks, namun penting untuk PLC.
Oleh karena itu, penting untuk memahami konsep konversi analog ke digital pada
PLC agar dapat mengoptimalkan proses produksi. Dengan memahami konsep
konversi analog ke digital pada PLC, PLC dapat mengontrol proses produksi dengan
lebih efisien, akurat, dan tahan lama.
IV. Daftar Pustaka