Anda di halaman 1dari 59

PERANCANGAN

KOMPONEN
TERPROGRAM

By
Riza Samsinar, ST, M.Kom

Jurusan Teknik Elektro


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2

 Kode mk : Elk043
 Bobot : 3 sks
 Komposisi : teori & Praktek
 Persyaratan : S. Komponen Analog & Digital
 Tujuan perkuliahan :
Mata kuliah ini bertujuan memberikan wawasan
kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat :
permasalahan dalam sistem digital dan implementasinya
menggunakan komponen H/W programmable. menggunakan tools
EDA (Electronic Design Automation) untuk perancangan sistem
digital
4/8/2019
3 Pendahuluan

 Mahasiswa dapat menggunakan komponen


hardware (H/W) programmable seperti PLD
(programmable logic device) dan FPGA (field
programmable gate array) untuk implementasi sistem
digital.
 Mahasiswa dapat melakukan perancangan sistem
digital berbasis H/W programmable dengan metode
perancangan yang benar serta menggunakan tools
EDA (Electronic Design Automation) dengan benar.
 Mahasiswa menguasai bahasa VHDL dan dapat
menggunakannya dengan baik dan benar.

4/8/2019
4
Daftar Pustaka
Pustaka Utama

1. Bob Zeidman, Designing with FPGAs and CPLDs,


Elsevier, 2002.
2. Kevin S kahill, VHDL for Programmable Logic,
Addison Wesley, 1996.
3. Totok Mujiono, Hand Out Mata Kuliah PKT

4/8/2019
Mata Kuliah
5

- Metode Kuliah :
1. Kuliah,
2. Diskusi,
3. Kuis (terjadwal maupun tidak terjadwal),
4. Project, paper, presentasi,
- Sistem Penilaian :
1. Ujian Tengah Semester (UTS) : 30%
2. Ujian Akhir Semester (UAS) : 50%
3. Tugas : Presentasi, KUIS, paper : 20%
4. Kehadiran : > 75% (5%)

4/8/2019
Materi

1. Overview Sistem Digital: Rangkaian kombinasional dan


sekuensial, Kontroler dan data path, Finite State Machine
(FSM).
2. Sejarah dan evolusi H/W programmable: PROM, PAL, PLA,
Masked gate Array, FPGA.
3. Arsitektur H/W programmable: Blok logika, clock, I/O,
interconnect, programmable switch, Blok‐blok khusus,
Emulating dan Prototyping.
4. Metodologi perancangan H/W programmable: Spesifikasi,
Pemilihan komponen, perancangan, Verifikasi, Integrasi
sistem, test.
5. Desain teknik H/W programmable: Hardware Description
Language (HDL), Top down design, One hotencoding, Design
for Test, Built in self test (BIST), Signature analysis.
6. Verifikasi: Simulasi, timing analysis, Vormal verification.
7. Tools EDA: Test bench, sintesa, place and route,
programming tools.
8. Studi Kasus: skimming book reviews skimming jurnal or articles.

4/8/2019
7
Outlines

 Sistem digital
 Persamaan dan perbedaan elektronika analog dan
elektronika digital
 Sistem bilangan
 Gerbang logik
8
Sistem Digital

Cabang elektronika yang mengulas mengenai


kombinasi gerbang-gerbang dasar yang diwujudkan
sebagai suatu saklar tegangan yang berada dalam
ranah tingkat logik
9
I/O Rangkaian Digital

 Bentuk gelombang periodik


 Bentuk gelombang aperiodik
 Bentuk gelombang pulsa
10
Perbandingan Elektronika
Analog dan Digital
Elektronika
Klasik PC
Analog

Elektronika Era
Digital Komputer

Chip
Mikrokomputer

Vending
Mobile
machine
11
Perbandingan Elektronika
Analog dan Digital
Suhu

Kuantitas Fisik Kecepatan

Elektronika Analog
Tegangan/arus kontinu
yang proporsional

Tegangan/arus analog
berjangkah nilai
12
Perbandingan Elektronika
Analog dan Digital

Deret bilangan
Kuantitas Fisik
biner
Elektronika Digital
Penunjukan digital
bernilai diskret
13
Perbandingan Elektronika
Analog dan Digital
Definisi Analog Digital

Sinyal Variabel kontinu Langkah diskret

Sifat Amplifikasi Pensaklaran

Bentuk Tegangan Bilangan


14
Perbandingan Elektronika
Analog dan Digital
 Ilustrasi perbedaan antara perangkat
analog dan digital adalah cara kerja
dimmer lampu dan saklar lampu.
 Dimmer lampu merupakan perangkat
analog
 Saklar lampu merupakan perangkat
digital
15
Perbandingan Elektronika
Analog dan Digital
 Contoh sinyal analog adalah sinyal audio digital

Pemutar Suara kualitas


Compact Disc tinggi

Magnetik
Menyimpan
vibrasi
data suara
(analog)

Representasi
Bebas
bilangan
derau
(digital)
16
Perbandingan Elektronika
Analog dan Digital

Proses analog Proses Digital


• membandingkan • perhitungan
tahap suatu secara diskret
besaran standar dan hanya
dan berlangsung berlangsung
secara kontinu dalam interval-
interval tertentu
17
Perbandingan Elektronika
Analog dan Digital

Penghitungan sinyal analog dilakukan secara diskret


18
Level Logika Digital

 Digital direpresentasikan secara biner, atau bilangan basis-


2.
 Deskripsi kuantitas digital secara elektronika memerlukan
sistem yang menggunakan tegangan atau arus untuk
menggambarkan bilangan biner.
19
Level Logika Digital

 Sistem bilangan biner hanya mempunyai dua digit, 0


dan 1. Masing-masing digit didenotasikan oleh
perbedaan tegangan yang disebut level logika.
 Tegangan terendah (biasanya 0 volt) disebut logika
low atau logika 0 dan direpresentasikan digit 0.
Tegangan tertinggi (biasanya 5 V, namun beberapa
sistem mempunyai nilai tertentu seperti 1,8V, 2,5V,
3,3V, atau 3,7V) disebut logika high atau logika 1 yang
direpresentasikan digit 1.
20
Level Logika Digital

 Bilangan Desimal
 Sistem bilangan desimal berbasis angka 10
 Posisi paling tidak berarti (paling kanan) memiliki
sebuah bobot faktor berbasis 10-n, dan posisi paling
berarti (paling kiri) memiliki bobot faktor 10n
 Penulisan notasinya : 10n, ..., 103, 102, 101, 100, 10-1,
10-2, 10-3, ..., 10-n
21
Level Logika Digital

 Bilangan Desimal direpresentasikan sebagai berikut:

581 = 5 x 100 + 8 x 10 + 1 x 1

atau dituliskan dalam ranah bilangan 10 sebagai,

581 = 5x102 + 8x101 + 1x100 = 500 + 80 +1


Bilangan desimal dan biner menggunakan sistem
pembobotan posisional, yaitu:
10102 = 1x23 + 0x22 + 1x21 + 0x20 = 1x8 + 0x4 + 1x2 + 0x1
= 1010
22
Level Logika Digital
 Nilai biner disusun dari most significant bit (MSB) menuju least
significant bit (LSB)

Bilangan dibagi 2 sisa


155 77 1 Least Significant Bit
77 38 1 ^
38 19 0 |
19 9 1 |
9 4 1 |
4 2 0 |
2 1 0 |
1 0 1 Most Significant Bit ==> 15510 = 10011011 2
23
Level Logika Digital

 Bilangan Biner
 Sistem bilangan biner berbasis-2, menggunakan digit biner
(bit) yaitu 0 dan 1.
 Istilah bit dipakai dalam sistem bilangan biner singkatan dari
binary digit.
 Byte adalah string yang terdiri dari 8 bit.
 Bilangan biner 101 mempunyai persamaan desimal: 22x1 +
21x0 + 20x1 = 4 + 0 + 1 = 5.
24
Level Logika Digital

 Bilangan Oktal
 Sistem bilangan oktal jarang digunakan dalam representasi
sinyal digital, namun beberapa referensi ada yang
menuliskannya.
 Bilangan oktal tidak begitu familiar, namun bisa digunakan
dalam bentuk konversinya.
25
Level Logika Digital

 Bilangan Oktal
 Sistem bilangan oktal berbasis-8.
 Penulisan notasi ini dituliskan misal sebagai 7348 atau
734oktal.
 Konversi nilai oktal ke dalam bentuk biner lebih mudah
karena hanya mengambil tiga digit saja dari bilangan biner
kemudian mengkonversinya menjadi desimal.
26
Level Logika Digital

 Bilangan Oktal
Contoh :

7348 konversi binernya menjadi 1110111002

hasil konversinya 1112 = 7

0112 = 3
1002 = 4
27
Level Logika Digital
 Bilangan Oktal
Nilai konversi desimal ke oktal dilakukan dengan cara
membagi nilai desimal dengan 8

Bilangan dibagi 8 sisa


476 59 4 Least Significant Bit
59 7 3 |
7 0 7 Most Significant Bit ==> 476 = 7348
28
Level Logika Digital

 Bilangan Heksadesimal
 Bilangan yang sering digunakan dalam representasi bilangan
dalam aplikasi sistem digital dan penulisan kode program.
 Sistem bilangan heksadesimal berbasis-16
 Notasinya 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E dan F.
29
Level Logika Digital

 Bilangan Heksadesimal
 Konversi nilai heksadesimal ke dalam bentuk biner lebih
mudah karena hanya mengambil 4 digit saja dari
bilangan biner kemudian mengkonversinya menjadi
desimal.
Contoh :
73416 konversi binernya menjadi 111001101002
hasil konversinya 01112 = 7
00112 = 3

01002 = 4
30
Level Logika Digital
 Bilangan Heksadesimal
 Nilai konversi desimal ke heksadesimal dilakukan dengan cara membagi nilai
desimal dengan angka 16

Bilangan dibagi 16 sisa


476 29 12 = C Least Significant Bit
29 1 13 = D |
1 0 1 Most Significant Bit ==> 476 = 1DC16
31
Level Logika Digital

 Nilai heksadesimal dikonversi menjadi nilai biner untuk


mendapatkan nilai desimal, contoh 100112 maka nilai
heksadesimalnya adalah 1316, nilai desimalnya :
1x24 + 0x23 + 0x22 + 1x21 + 1x20
1x16 + 0x8 + 0x4 + 1x2 + 1x1
16 + 0 + 0 + 2 + 1 = 19
32
Level Logika Digital

 Konversi nilai heksadesimal menjadi nilai desimal


 1DC16 = 1x162 + Dx161 + Cx160
= 1x162 + 13x161 + 12x160
= 256 + 208 + 12
= 476
33
Level Logika Digital

 Komplemen Bilangan
 Komplemen memudahkan operasi pengurangan dan
memanipulasi logika.
 Dua macam komplemen untuk setiap sistem bilangan
dengan radiks R, yaitu komplemen-R dan komplemen-(R-
1).
 Contoh komplemen 10 dan 9 untuk bilangan desimal
dan komplemen 1 dan 2 untuk bilangan biner.
34
Level Logika Digital

 Komplemen-R
 Komplemen-R digunakan untuk suatu bilangan nyata positif N
dengan radiks R dan bagian bulatnya terdiri dari n angka yang
didefinisikan sebagai: Rn – N untuk N≠0 dan 0 untuk N=0.
35
Level Logika Digital

 Komplemen-R
Contoh :

1. K-10 untuk 4321010 adalah 105 - 43210 = 56790

2. K-10 untuk 0,09810 adalah 100 - 0,098 = 0,902.

3. K-10 untuk 765,4310 adalah 103 - 765,43 = 234,43


4. K-2 untuk 11001102 adalah 2107 - 11001102 =
100000002-11001102 = 00110102
5. K-2 untuk 0,10102 adalah 20-0,10102 = 0,01102
36
Level Logika Digital

Komplemen-10 diperoleh dengan cara :


1. Membiarkan semua 0 pada kedudukan yang terendah tidak berubah.
2. Mengurangi semua angka pada kedudukan yang lebih tinggi dengan 9.
Komplemen-2 diperoleh dengan cara :
1. Membiarkan semua 0 pada LSB dan 1 yang pertama dari kanan tidak berubah.
2. Mengubah semua 1 yang lain menjadi 0 dan 0 menjadi 1.
37
Level Logika Digital

 Komplemen-(R-1)
 Komplemen-(R-1) untuk N bilangan positif yang
bagian bulatnya terdiri dari n angka serta bagian
pecahannya m angka, didefinisikan sebagai : Rn-R-
m -N.

 Contoh :
1. K-9 untuk 4321010 adalah 105-100-43210 = 99999-43210
= 56789
2. K-9 untuk 0,987610 adalah 100-10-4-0,9876 = 0,9999-
0,9876 = 0,0123
3. K-1 untuk 0,01102 adalah 2100-210-4-0,01102 = 0,11112-
0,01102 = 0,10012
38
Level Logika Digital

 Sandi biner
 Sandi biner dibentuk dari n bit dengan 2n kemungkinan cara
menyusun bit yang berlainan (2n kombinasi)
 Sandi binary code decimal (BCD)
 Sandi Excess (XS-3)
 Sandi 8, 4, -2, -1
 Sandi Gray
 Sandi alfanumerik.
39
Level Logika Digital

 Sandi Binary Coded Decimal (BCD)


 Sandi binary coded decimal (BCD) menggunakan prinsip
4 bit biner untuk merepresentasikan satu digit desimal.
 Kelebihan : konversinya lebih mudah dan sering
digunakan pada aplikasi antarmuka.
 Kekurangannya : penggunaan bit yang boros karena
hanya 4 bit saja yang digunakan untuk menunjukkan 16
nilai yang berbeda, tapi hanya 10 nilai saja yang
digunakan.
40
Level Logika Digital

 Sandi Binary Coded Decimal (BCD)


 Jenis-jenis sandi BCD
 8421 BCD
 4221 BCD
 5421 BCD

 Misalkan menggunakan 4221 BCD jika ingin menampilkan angka 7


maka nilai binernya adalah 11012 atau 10112, namun jika
menggunakan 8421 BCD maka nilai binernya 01112.
41
Level Logika Digital
 Sandi Binary Coded Decimal (BCD)
 Konversi nilai desimal ke BCD untuk 171,625

1 7 1 , 6 2 5

0001 0111 0001 , 0110 0010 0101

 Konversi BCD ke desimal untuk 00101001,01001000

0010 1001 , 0100 1000

2 9 , 4 8
42
Level Logika Digital
 Sandi Excess 3 (XS-3)
 Sandi Excess 3 (XS-3) adalah kelebihan tiga diperoleh dari nilai
binernya ditambah tiga.
Nilai yang dicari excess-3 : 2 3
Nilai yang ditambahkan +3 +3
Hasil dari excess-3 5 6
Nilai biner yang dibentuk =0101 =0110

Nilai dari sandi excess-3 untuk nilai desimal 23 adalah 010101102.


43
Level Logika Digital
 Sandi 8, 4, -2, -1
Sandi 8, 4, -2, -1 mirip dengan sandi BCD, hanya nilai yang digunakan terdapat
bobot negatifnya.
Nilai 01102 untuk sandi 8, 4, -2, -1
01102 = 0x8 + 1x4 + 1x (-2) + 0x(-1)

=4–2=2
44
Level Logika Digital
 Sandi Gray
 Sandi Gray hanya 1 bit saja yang berubah dalam dua kode yang berurutan, setengah
bagian atas (kode desimal 5 - 9) merupakan bayangan cermin dari setengah bagian
bawah (kode desimal 0 - 4) kecuali untuk bit ke-4 dari kanan (bersifat reflektif).
 Sandi ini sering diaplikasikan dalam industri kendali dan implementasi urutan pada
finite state machine (FSM).
45
Level Logika Digital
 Tahapan konversi biner ke sandi Gray
1. Mulai dengan bit MSB biner. MSB sandi Gray sama dengan
MSB biner,
2. Bit kedua yang terdekat ke MSB pada sandi Gray diperoleh
dengan menambahkan MSB dan MSB kedua dari biner
dengan mengabaikan bawaannya,
3. Bit ketiga MSB pada sandi Gray dengan menambahkan MSB
kedua dan ketiga pada biner dengan mengabaikan
bawaannya,

4. Proses ini berlanjut hingga didapatkan LSB untuk sandi Gray.


46
Level Logika Digital
 Tahapan konversi sandi Gray ke biner
1. Mulai dengan bit MSB. MSB biner sama dengan MSB untuk
sandi Gray,
2. Bit kedua yang dekat ke MSB pada biner didapat dengan
menambahkan MSB biner dan MSB kedua dari sandi Gray
dengan mengabaikan bawaannya,
3. Bit ketiga MSB pada biner dengan menambahkan MSB kedua
biner dan ketiga pada sandi Gray dengan mengabaikan
bawaannya.

4. Proses ini berlanjut sampai didapatkan LSB biner.


47
Level Logika Digital
Desimal Biner Sandi Gray

 Tahapan konversi Desimal – 0 0000 0000

Biner - sandi Gray 1 0001 0001

2 0010 0011

3 0011 0010

4 0100 0110

5 0101 0111

6 0110 0101

7 0111 0100

8 1000 1100

9 1001 1101

10 1010 1111

11 1011 1110

12 1100 1010

13 1101 1011

14 1110 1001

15 1111 1000

dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya


48
Level Logika Digital
 Sandi Alfanumerik
 Sandi alfanumerik digunakan untuk mengolah data yang berupa huruf, tanda baca,
dan karakter lain.
 American Standard Code for Informat Interchange (ASCII)
 Extended Binary Codec Decimal Interchange Code (EBCDIC).
49
Level Logika Digital
 Sandi ASCII (American Standard Code for Informat Interchange) merupakan
sandi 7 bit
 Jumlah sandi ASCII sebanyak 27 = 128 sandi
 Sandi ini sering diaplikasikan dalam dekoder untuk membuat tampilan pada
liquid crystal display (LCD) atau tampilan yang lainnya.
50
Level Logika Digital
HEX 0 1 2 3 4 5 6 7
7 0 0 0 0 1 1 1 1
 Sandi ASCII H Posisi 6 0 0 1 1 0 0 1 1
E Bit 5 0 1 0 1 0 1 0 1
X 4 3 2 1
0 0 0 0 0 NUL DLE SP 0 @ P p
1 0 0 0 1 SOH DC1 ! 1 A Q a q
2 0 0 1 0 STX DC2 “ 2 B R b r
3 0 0 1 1 ETX DC3 # 3 C S c s
4 0 1 0 0 EOT DC4 $ 4 D T d t
5 0 1 0 1 ENQ NAK % 5 E U e u
6 0 1 1 0 SVK SYN & 6 F V f v
7 0 1 1 1 BEL ETB ‘ 7 G W g w
8 1 0 0 0 BS CAN ( 8 H X h x
9 1 0 0 1 HT EM ) 9 I Y i y
A 1 0 1 0 LF SUB * : J Z j z
B 1 0 1 1 VT ESC + ; K [ k {
C 1 1 0 0 FF FS , < L l |
D 1 1 0 1 CR GS - = M ] m }
E 1 1 1 0 SO RS . > N . n ~
F 1 1 1 1 SI US / ? O _ o DEL
51
Level Logika Digital
 Sandi EBCDIC (Extended Binary Codec Decimal Interchange Code)
merupakan sandi 8 bit yang diaplikasikan pada sistem komputer untuk saling
bertukar informasi.
52
Level Logika Digital
 Sandi EBCDIC
53
Level Logika Digital
 Bit Paritas
 Word merupakan sekelompok bit yang diperlukan, disimpan dan
dipindahkan sebagai suatu unit.
 Kemunculan bit paritas :
 Terjadi error / ralat
 Penyidikan ralat yang terjadi melalui bit paritas pada Word.
 Bit paritas adalah bit tambahan yang dicantumkan pada suatu word
sehinggga banyaknya angka 1 dalam word menjadi genap / ganjil.
54
Level Logika Digital
 Logika Gerbang
 Tiga operasi logika dasar yaitu AND, OR dan NOT.
 Variabel logika/biner direpresentasikan A, B, C, ..., X, Y, Z.

F(var) = ekspresi

Var merupakan himpunan dari variabel biner


Ekspresi terdiri dari operator (+, -, *), variabel, konstanta
(0,1).

F(a,b) = a’+ b * b

G(x,y,z) = x * (y+z’)
55
Level Logika Digital
 Logika Gerbang

Logika AND 1 bit mirip perkalian biner


0.0=0
0.1=0
1.0=0
1.1=1

A B X=A . B
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
56
Level Logika Digital
 Logika Gerbang

Logika OR 1 bit mirip penjumlahan biner


0+0=0
0+1=1
1+0=1
1 + 1 = 1 (carry 1 (MSB), seharusnya 102)

A B X=A + B
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
57
Level Logika Digital
 Logika Gerbang

Logika NOT 1 bit merupakan negasi


NOT 1 = 0
NOT 0 = 1

A B X=A . B
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
58
Level Logika Digital
 Logika Gerbang
 F = A’ + B.C’ + A’.B’

A B C F G
C 0 0 0 1 1
F 0 0 1 1 1
A
0 1 0 1 1
B 0 1 1 1 1
1 0 0 0 0
1 0 1 0 0
1 1 0 1 1
1 1 1 0 0
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai