Anda di halaman 1dari 14

TUGAS APLIKASI ADC

Mata Kuliah : Elektronika digital 2


Dosen Pengampu :Supriatna Adhishuwgnjo ST.,MT

Program Studi : D4 Teknik Elektronika


Nama : RISKY AHMAD W
Kelas / No. Absen : 2F / 18
NIM : 2041170127

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI


D4 TEKNIK ELEKTRONIKA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah ELEKTRONIKA DIGITAL 2. Selain itu, karya ilmiah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ELEKTRONIKA DIGITAL dengan pembahasan sensor tekan
bagi para pembaca dan jugabagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen Supriatna Adhishuwgnjo ST.,MT selaku
dosen eletronika digital 2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata saya berharap makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

[Malang, 13 desember 2021]

RISKY AHMAD WIJAYANTO


NIM. 2041170127
A. DASAR TEORI
Konsep Dasar Sinyal
Sinyal merupakan besaran fisis yang berisikan informasi dan merupakan fungsi waktu. Sinyal
rentan terhadap interfrensi yang terjadi, baik dari dalam peralatan maupun dari luar. Dalam dunia
elektronika telekomunikasi dikenal dua jenis sinyal, yaitu Sinyal Analog dan Sinyal Digital.
Kedua sinyal diatas mempunyai karakteristik tertentu, dan penggunaan kedua sinyal tersebut
berbeda satu dengan yang lainnya, karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan
sesuai dengan media transmisi dan jenis komunikasi yang dipakai [1].
Sinyal Analog
Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang yang kontinu, yang
membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua parameter atau karakteristik
terpenting yang dimiliki oleh sinyal analog adalah amplitudo dan frekuensi. Sinyal analog biasanya
dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua
bentuk sinyal analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu
sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan
sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini
mudah terpengaruh oleh noise. Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk
gelombang sinus memiliki tiga variabel dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan fasa [1].
1. Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
2. Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
3. Phasa adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.

Adapun bentuk sinyal analog dapat dilihat Pada Gambar 2.1


Gambar 2.1 Sinyal Analog Berserta Komponen
Pengolahan sinyal analog memanfaatkan komponen-komponen analog seperti: dioda,
transistor, Op-Amp, dan lainnya [1].
Sinyal Digital
Sinyal digital merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan
yang tiba-tiba dan mempunyai besaran “0” dan “1”. Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan,
yaitu “0” dan “1”, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau atau noise, tetapi transmisi dengan
sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat. Biasanya sinyal
ini juga dikenal dengan sinyal diskrit. Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasa disebut
dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada sinyal digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau
satu (1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 buah. Kemungkinan nilai untuk 2 bit adalah
sebanyak 4, berupa 00, 01, 10, dan 11
Sistem digital merupakan bentuk sampling dari sistem analog. Sinyal digital pada dasarnya
di kode-kan dalam bentuk biner (atau Hexa). besarnya nilai suatu sinyal digital dibatasi oleh
lebarnya atau jumlah bit (bandwidth). Jumlah bit juga sangat mempengaruhi nilai akurasi sistem
digital. [1]
Adapun bentuk sinyal digital adalah seperti gambar berikut

Gambar 2.2 Sinyal Digital

Analog to Digital Converter


Sebuah ADC (Analog to Digital Converter) berfungsi untuk mengkodekan tegangan sinyal
analog waktu kontinu ke bentuk sederetan bit digital waktu diskrit sehingga sinyal tersebut dapat
diolah oleh komputer. [2]. Analog to Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog
menjadi kode – kode digital. ADC banyak digunakan sebagai Pengatur proses industri, komunikasi
digital dan rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai perantara antara
sensor yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan/
berat, aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan menggunakan sistim digital (komputer).
ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan
resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan
ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan
dalam sample per second . Dalam proses pengkonversian terdapat tiga langkah, yaitu sampling,
quantizing dan coding [2]. Proses pengkonversian dalam tiga langkah tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram proses pengkonversian A/D


1. Sampling (Pencuplikan)
Merupakan konversi suatu sinyal analog waktu-kontinu, 𝑋𝑎(𝑡), menjadi sinyal waktu-diskrit
bernilai kontinu, 𝑥(𝑛), yang diperoleh dengan mengambil
“cuplikan” sinyal waktu kontinu pada saat waktu diskrit. [3] Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut

𝑥𝑎(𝑡) = 𝑥𝑎(𝑡) | = 𝑥𝑎(nT) = 𝑥𝑎(n\fs) = 𝑥(𝑛) (2.1)


𝑡 = nT

Dimana :
T = interval pencuplikan (detik) fs = laju
pencuplikan (Hz) = 1/T n = bilangan bulat, -∞ <
n<∞

2. Quantizing (kuantisasi)
Merupakan konversi sinyal waktu-diskrit bernilai-kontinu, 𝑥(𝑛), menjadi sinyal waktu-
diskrit bernilai-diskrit, 𝑥𝑞(𝑛). Nilai setiap waktu kontinu dikuantisasi atau dinilai dengan
tegangan pembanding yang terdekat. Selisih antara cuplikan 𝑥(𝑛)dan sinyal terkuantisasi
𝑥𝑞(𝑛) dinamakan error kuantisasi.
Tegangan sinyal input pada skala penuh dibagi menjadi 2𝑁 tingkatan. Dimana 𝑁
merupakan resolusi bit ADC (jumlah kedudukan tegangan pembanding yang ada). Untuk N =
3 bit, maka daerah tegangan input pada skala penuh akan dibagi menjadi : di 2𝑁 = 23 = 8
tingkatan (level tegangan pembanding)

3. Coding (pengkodean)
Setiap level tegangan pembanding dikodekan ke dalam barisan bit biner. Untuk N = 3 bit,
maka level tegangan pembanding = 8 tingkatan. Kedelapan tingkatan tersebut dikodekan
sebagai bit-bit 000, 001, 010, 011, 100, 101, 110, dan 111. Berikut ini merupakan gambar
rangkaian dari ADC (Analog to Digital Converter).

Jenis – Jenis Analog to Digital Converter.


Adapun jenis-jenis Analog to Digital Converter yaitu sebagai berikut.
1. Successive Approximation Register
Successive Approximation Register merupakan salah satu tipe ADC yang mengkonversi
gelombang analog ke bentuk sinyal digital dengan menampilkan binary sebagai keluaran dan
dilakukan penguantisasi sebelum pengkodean pada hasil akhir. Berikut adalah blok diagram SAR
yang ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Blok Diagram SAR


Dari Blok diagram diatas menjelaskan bahwa :
1. Sebuah sample sinyal dan Hold circuit di peroleh dari masukkan Vin
2. Komparator tegangan analog membandingkan tegangan Vin dengan Output
internal ADC.
3. Rangkaian SAR didesain untuk menyuplai sebuah approximation digital code dari
Vin ke internal DAC.
4. Referensi DAC dibandingkan dengan tegangan, supply komparator dengan
tegangan analog dan kode digital keluaran SAR.

2. Flash Converter
Sebuah Flash Converter A/D membandingkan tegangan input dengan nilai tegangan
referensi yang lebih besar, sebuah n- bit flash converter menggunakan 2𝑛 pembanding.
Output A/D ditentukan oleh dua tegangan referensi diantara masukan sinyal [5]. Rangkaian
flash converter ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rangkaian Flash Converter

3. Counter Ramp
Counter Ramp memiliki kesamaan dengan jenis Successive Approximation Register tetapi
internal sinyal analog dibangkitkan Counter Starting pada saat nol diberikan kepada D/A
converter. [5] Dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Rangkaian Counter Ramp

B. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada perancangan ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 .

Tabel 3.1 Peralatan Perancangan


Peralatan perancangan ADC
No. Perangkat Keras Tool KIT Perangkat Lunak
1 Papan PCB Solder Proteus 8 Profesional

2 Kabel Jumper Timah solder


3 Bor PCB Cutter
4 Konektor Obeng (+) (-)
5 Kabel Gunting
6 Box 18x11x8 Tang Potong

Langkah- langkah Pembuatan Hardware Analog to Digital Converter Adapun langkah-


langkah pembuatan Analog to Digital Converter adalah sebagai berikut.
1. Melakukan desain rangkaian menggunakan Software Proteus 8 Profesional

Komponen utama dalam perancangan ADC ini dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Komponen Utama ADC
No. Komponen Nilai Satuan Jumlah
1 IC ADC 0804 8 Bit 1
2 Resistor 10K, 150, 2K Ohm 9
3 Kapasitor 150p Farad 1
4 Resistor Variable 10K, 500K Ohm 2
5 Light Emiting Diode - - 8
\

C. Mendesain Rangkaian dan Merancang


Desain rangkaian menggunakan Poretus 8 Profesional. Dengan
memanfaatkan fitur ISIS dan ARES.
1. Mendesain rangkaian dengan Fitur ISIS pada Proteus 8 Profesionaal.
Fitur ISIS berguna untuk merancang dan mensimulasikan sebuah atau lebih rangkaian
elektronika yang dapat memberikan suatu keluaran berupa hasil yang diharapkan oleh pengguna
dan juga dapat meng-optimasi sebuah komponen dalam rangkaian elektronika berupa kemudahan
dalam memilih dan mengatur suatu nilai, fitur ini juga dapat menampilkan kesalahan dari sebuah
rangkaian.
Pada perancangan ini dilakukan perancangan konverter A/D dengan menggunakan rangkaian A/D
pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Rangkaian ADC 8-Bit


Untuk mendapatkan hasil konversi dari ADC dapat menggunakan Persamaan
3.2 .

N= (3.1)
Dimana :
N = Keluaran Bit ADC

𝑉𝑖𝑛 = Tegangan Masukkan (Volt)

𝑉𝑟𝑒𝑓 = Tegangan Referensi (Volt)

2𝑛 = Bit dalam Skala Penuh


Tegangan masukkan yang diperlukan dalam proses konversi pada rangkaian ini terdiri dari
dua masukan yaitu tegangan referensi dan tegangan yang akan dikonversi (Vin). Untuk tegangan
referensi pada IC ini menggunakan tegangan setengah dari tegangan referensi (Vref/2).
IC ADC 0804 bekerja dengan masukan tegangan searah (DC) sebesar 5 Volt (pin 20) dan
tegangan referensi 2.5 Volt (pin 9). Dalam penelitian ini menggunakan tegangan masukkan yang
akan dikonversi (pin 8) sebesar 0 sampai 5 Volt, dengan kenaikan 0.5 Volt. Hasil konversi berupa
biner “1” “0” sebanyak 8-bit yang di presentasikan dalam bentuk nyala dan tidak nyala-nya LED.
Perhitungan ADC Secara Teori
Sebelum dilakukan simulasi dan perancangan dilakukan perhitungan secara teori untuk
mendapatkan parameter yang diinginkan. Perhitungann secara teori digunakan untuk
membuktikan dalam menguji hasil dari kinerja simulasi dan perancangan dan digunakan sebagai
perbandingan.
Untuk hasil keluaran ADC menggunakan persamaan yang ditunjukan pada Persamaan 3.1

Pada konversi ini digunakan input tegangan mulai dari 0 - 5 Volt yang memiliki kenaikan 0.5
Volt pada setiap proses konversi, untuk tegangan referensi menggunakan tegangan sebesar 5 Volt
dikarenakan batas maksimum tegangan yang dikonversi dan batas tegangan pada IC ADC 0804.
Resolusi bit (n tingkatan) ADC yang digunakan adalah delapan bit (delapan tigkatan level
tegangan pembanding) Berikut ini merupakan hasil perhitungan secara teori.

▪ Pada saat tegangan 0 Volt.


N = (desimal), dalam biner (0000 0000)
▪ Pada saat tegangan 0.5 Volt

N = (desimal), dalam biner (0001 1010)

▪ Pada saat tegangan 1 Volt

N = = 51 (desimal), dalam biner (0011 0011)


▪ Pada saat tegangan 1.5 Volt

N = = 76.5 (desimal), dalam biner (0100 1101)


▪ Pada saat tegangan 2 Volt

N = = 102 (desimal), dalam biner(0110 0110)


▪ Pada saat tegangan 2.5 Volt

N = = 127.5 (desimal), dalam biner (1000 0000)


▪ Pada saat tegangan 3 Volt

N = = 152 (desimal), dalam biner(1001 1001)


▪ Pada saat tegangan 3.5 Volt

N = = 178.5 (desimal), dalam biner (1011 0011)


▪ Pada saat tegangan 4 Volt

N = = 153 (desimal), dalam biner (1100 1100)


▪ Pada saat tegangan 4.5 Volt

N = = 229.5 (desimal), dalam biner (1110 0110)


▪ Pada saat tegangan 4.5 Volt

N = = 225 (desimal), dalam biner (1111 1111)


Simulasi ADC

Simulasi ADC menggunakan software proteus 8 profesional. Langkahlangkah pengujian


simulasi adalah sebagai berikut.

Gambar 4.1 Tutorial simulasi ADC

1. Buka rangkaian yang telah tersimpan pada software


2. Jalan-kan / RUN rangkaian yang telah dibuka
3. Atur tegangan referensi VR 2 (pin 9 pada IC), sebesar 2,5 Volt
4. Naikkan tegangan masukkan melalui VR 1 (pin 6 pada IC) secara perlahan setiap
kenaikkan 0.5 Volt
5. Amati dan cermati hasil simulasi

Berikut ini merupakan hasil dari simulasi ADC pada Software Proteus 8
Profesional yang ditunjukkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Simulasi ADC
Tegangan Keluaran Digital
(Volt)
0.0
0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00
Dari hasil simulasi didapat nilai keluaran yang sama dengan hasil perhitungan secara teori

Anda mungkin juga menyukai