Anda di halaman 1dari 17

BAB I

RANGKAIAN DIGITAL
Kompetensi dasar :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar
mengenai perbedaan antara data analog dengan data digital, logika biner, system
bilangan baik decimal maupun biner, octal dan heksadesimal serta dapat melakukan
operasi aritmatika decimal maupun biner.
Indikator :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat memahami dengan benar tentang :
- pengertian data analog dan digital
- logika biner dan system bilangan serta
- dapat mengoperasikan aritmatika dengan baik.
1.1.

RANGKAIAN DIGITAL
Rangkaian digital meliputi setiap aspek kehidupan kita, peralatan ini tidak hanya

digunakan pada sistem/peralatan teknik saja, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan
komsumen lainnya seperti personal computer, microwave oven, automobile, airline
reservation system, telephone exchange, digital voltmeter, calculator, dan lain
sebagainya. Semua itu melibatkan rangkaian digital untuk tujuan pemrosesan
informasi dan/atau membentuk fungsi kontrolyang diinginkan.
Pada hampir semua aktifitas, kita selalu berhubungan dengan quantitas dan
pengukuran. Informasi ini diperoses dalam bentuk digital yang dapat diekspresikan
dalam bentuk elektronik.
1.2.

DATA ANALOG DAN DIGITAL


Langkah pertama dalam operasi pemrosesan data adalah menentukan informasi

tentang obyek atau sesuatu yang menarik. Perolehan informasi biasanya melibatkan
pengambilan data pengukuran.
Pengukuran dapat dibagi menjadi 2 katagori; Pengukuran analog adalah terusmenerus (continous) dan merupakan fungsi dari para meter yang diukur. Sebaliknya

TEKNIK DIGITAL

Digital adalah terputus-putus (discrete) dan ini hanya dapat berubah pada satuan yang
tetap.

Waktu (t)

(a)

Waktu (t)

(b)
a. Penambahan Volume secara discrete
b. Penambahan Volume secara continous

Gambar 1.1. a. Sistem Digital b. Sistem Analog


Gambar diatas menunjukkan 2 gelas kimia yang sedang diisi air , yang satu diisi dari
kran (tap) dengan air menetes, sedangkan yang lain dengan kran mengucur. Keadaan
air pada gelas kimia (a) mempunyai sifat digital, dimana perubahan volume yang
kecil itu sama dengan satu tetes air dan kenaikan volumenya naik menurut step-step.
Pada gelas (b), volume air naik secara kontinyu, maka ini merupakan sifat analog.
1.3.

LOGIKA BINER
Logika biner mensyaratkan 2 karakteristik yang berbeda : variabel yang

mempunyai 2 harga dan tepat untuk operasi logika. Berbeda dengan bilanganbilangan biasa, harga variabel dalam logika biner hanya memiliki 2 keadaan. Suatu
pasangan yang dapat menunjukkan 2 keadaan tersebut dapat diambil contoh sebagai
berikut :
Buka dan tutup, tinggi (high) dan rendah (low), panas dan dingin, benar dan salah.
Pasangan kondisi tersebut dapat dipresentasikan sebagai variabel biner yaitu 0 dan
1. Jika dua kondisi tersebut dioperasikan berulang-ulang maka akan terjadi pulsa.
Dan pulsa merupakan komponen yang sangat penting dalam rangkaian dan sistem

TEKNIK DIGITAL

digital, sebagai contoh level tegangan yang berubah dari tinggi ke randah atau rendah
ke tinggi.
1.4.

SISTEM BILANGAN

1.4.1. Pengertian Umum.


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa menggunakan sistem bilangan
desimal yang mempunyai komponen dari 0 sampai 9. Jika bilangan tersebut lebih dari
9 maka harus dituliskan dalam 2 digit atau lebih dengan ketentuan bahwa posisi
paling kanan adalah satuan kemudian puluhan, ratusan, ribuan dst.
Untuk mengekspresikan bilangan desimal dapat ditunjukkan seperti contoh berikut :
Sebuah bilangan desimal 7392 mewakili suatu persamaan penjumlahan dari :
7 ribuan + 3 Ratusan + 9 puluhan + 2 satuan
Ribuan, ratusan, puluhan dan satuan merupakan pemangkatan dari 10 yang
menunjukkan posisi dari koefisien-koefisien. Untuk lebih jelasnya dapat ditulis
sebagai berikut :
7392 = 7 x 103 + 3 x 102 + 9 x 101 + 2 x 100
Secara umum posisi koefisien dapat ditulis sebagai berikut :
= a 3 a 2 a 1 a 0 , a -1 a -2 a -3
atau dapat diexpresikan sebagai berikut :
= a 3 . 103 + a 2 . 102 + a 1 . 101 + a 0 . 100 + a -1 . 10-1 + a -2 . 10-2 + a -3 . 10-3
Dari penjelasan diatas, maka dapat dituliskan rumus umum dan diekspresikan dengan
bilangan R dan koefisien a :
a n . Rn + a n-1 . Rn-1 + + a 1 . R1 + a 0 . R0 + a -1 . R-1 + + a -n . R-n . 1)
1.4.2. Basis Bilangan
Dalam sistem digital ada beberapa sistem bilangan yang sering dipakai, diantaranya :
-

Bil. Biner bilangan dasar yang dipakai untuk menipulasi data pada hardware.

Bil. Oktal , bilangan ini dipakai pada sispemrograman untuk komputer generasi
awal.

Bil Desimal adalah bilangan yang setiap hari kita pakai.

Bil Hexidesimal adalah bilangan yang dipakai untuk manipulasi data pada
software operasi microproccessor saat ini.

TEKNIK DIGITAL

No

Jenis

Basis Bilangan

Komponen

Bilangan
1.

Biner

Bil. Berbasis 2

0, 1

2.

Oktal

Bil. Berbasis 8

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

3.

Desimal

Bil. Berbasis 10

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

4.

Hexadesimal

Bil. Berbasis 16

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F

1.4.3. Conversi Bilangan


Untuk mengetahui hubungan antara jenis bilangan satu dengan yang lain, maka
perlu dijelaskan bagaimana sistem konversi bilangan tsb, dengan menggunakan
referensi bilangan yang paling kita kenal yaitu Bil. Desimal.
1.4.3.a. Konversi Bilangan Lain ke Bil. Desimal
Sebagai contoh, jika bilangan biner dikonversikan ke desimal akan membentuk
suatu penjumlahan dari 2 yang mempunyai komponen 1 .
Contoh :
(1010,011)2 = 1 x 23 + 0 x 22 + 1x 21 + 0 x 20 + 0 x 2-1 + 1 x 2-2 + 1x 2-3
=

( 10,375 )10

+ 2

+ 0,25 + 0,125

1.4.3.b. Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Lain


Konversi dari bilangan desimal ke bilangan lain dapat dilakukan dengan
menggunakan prinsip : membagi bilangan desimal dengan basis bilangan tujuan
secara berulang-ulanghingga mendapatkan hasil pembagian sama dengan 0, dan
menuliskan sisanya pada setiap pembagian.
Hal ini dapat dijelaskan dengan contoh berikut ini.
Contoh :
Konversikan bilangan desimal 41 ke bil biner (bil. berbasis 2) menggunakan sistem
sisa
41 : 2 =
TEKNIK DIGITAL

20

sisa

a0
4

20 : 2 =

10

sisa

a1

10 : 2 =

sisa

a2

5 :2 =

sisa

a3

2 :2 =

sisa

a4

1 :2 =

sisa

a5

Maka :
( 41 )10 = (a5 a4 a3 a2 a1 a0 )2

= ( 1 0 1 0 0 1 )2

Untuk konversi dari bil desimal pecahan ke bilangan lain dapat menggunakan metode
yang sama dengan bilangan bulat biasa, tetapi disini menggunakan perkalian. Dan
lebih jelasnya dapat dijelaskan dengan contoh berikut.
Contoh :
Konversikan bilangan ( 0,6875 )10 ke bilangan biner
Bilangan
0,6875 x 2
0,3750 x 2
0,7500 x 2
0,5000 x 2

=
=
=
=

Bulat
1
0
1
1

Sisa
+
+
+
+

Komponen

0,3750
0,7500
0,5000
0,0000

a -1
a -2
a 3
a -4

=
=
=
=

1
0
1
1

Maka :
( 0,6875 )10

= ( 0 , a 1 a -2 a -3 a -4 )2

= ( 0 , 1 0 1 1 )2

TABEL KONVERSI BILANGAN


Desimal

Biner

Oktal

Hexadesimal

0
1
2
3
4
5

0000
0001
0010
0011
0100
0101

00
01
02
03
04
05

0
1
2
3
4
5

TEKNIK DIGITAL

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

1.4.4.

0110
0111
1000
1001
1010
1011
1100
1101
1110
1111

06
07
10
11
12
13
14
15
16
17

6
7
8
9
A
B
C
D
E
F

Bilangan OKTAL dan HEXADESIMAL

Konversi dari dan ke bilangan biner, oktal, hexadesimal mempunya peran yang
sangat penting dalam komputer digital. Karena ketiga jenis bilangan tersebut memiliki
hubungan yang unik 23 = 8 dan 24 = 16 , setiap sati digit bilangan oktal merupakan
konversi dari 3 digit biner dan setiap digit dari hexadesimal merupakan konversi dari
4 bilangan biner.
Konversi dari bilangan biner ke bilangan oktal dapat dilakukan dengan
mengelompokkan bilangan biner setiap 3 digit , yang dimulai dari titik biner (koma
,) ke kiri dan ke kanan, contoh dibawah ini menggambarkan prosedur di atas.

Bilangan Biner Ke Oktal


( 10 110 001 101 011 , 111 100 000 110 )2 = ( 2 6 1 5 3 , 7 4 0 6 )8
2

Bilangan Biner Ke Hexadesimal :


( 0010 1100 0110 1011 , 1111 0010 )2
2

= ( 2 C 6 B , F 2 )16

Bilangan Oktal ke Biner

TEKNIK DIGITAL

( 6 1 7 3 4, 3 1 )8 = ( 110 001 111 011 100 , 011 001 )2


Bilangan Hexadesimal ke Biner
( 2 B C 8 , C A )16 = ( 0010 1011 1100 1000 , 1100 1010 )2
1.5. OPERASI ARITMATIKA
Operasi aritmatika dengan bilangan berbasis-R mempunyai aturan yang sama
dengan sistem desimal. Seperti halnya desimal, bilangan biner dapat ditambah,
dikurangi, dikalikan dan dibagi. Karena bilangan biner ini hanya mempunyai 2
komponen (0 dan 1) maka operasi aritmatika dapat kita lakukan dengan lebih singkat
dan sederhana. Dan sebenarnya semua operasi aritmatika didasarkan pada sistem
penjumlahan.
1.5.1. Penjumlahan
Sebelum membahas lebih lanjut tentang penjumlahan bilangan biner ini,
sebaiknya kita lihat kembali aturan penjumlahan pada bilangan desimal.
Pada penjumlahan desimal, yang pertama dijumlahkan adalah kolom satuan, jika hasil
penjumlahan tsb kurang dari sepuluh maka hasil tsb dituliskan pada kolom satuan.
Jika hasil penjumlahannya lebih besar dari sepuluh, satuan dituis pada kolom satuan
dan satu dilimpahkan masuk ke kolom puluhan. Kemudian, digit-digit pada kolom
puluhan dijumlahkan bersama dengan limpahan (yang selanjutnya disebut CARRY)
jika ada. Kalau hasilnya kurang dari sepuluh, hasilnya dituliskan pada kolom puluhan,
jika hasilnya lebih besar dari sepuluh, maka satuan dituliskan pada kolom puluhan
dan satu dilimpahkan ke kolom ratusan, dst.
Contoh :
A = 273 dan B = 48 maka A + B =
1 1 0
2 7 3
4 8 +
3 2 1

TEKNIK DIGITAL

A
B
A+B

Aturan diatas digunakan juga untuk menjumlahkan bilangan biner. Untuk


penjumlahan 2 buah bilangan biner 1 bit (yang paling sederhana), dapat dilihat pada
ketentuan dibawah ini :
0
0
1
1

+
+
+
+

0
1
0
1

=
=
=
=

0
1
1
102

Atau dapat dituliskan dengan tabel berikut ini :


Tabel Penjumlahan 2 buah bil. Biner 1 digit

Carry (C)

Hasil (S)

0
0
1
1

0
1
0
1

0
0
0
1

0
1
1
0

Untuk penjumlahan biner dengan digit lebih dari satu, dapat dijelaskan dengan
contoh-contoh berikut :
Contoh :
A = 1010

S=
C=

B = 0100
1
0
1
0

0
1
1
0

1
0
1
0

0
0
0
0

0
1
1
0

0
0
0

Maka A + B = 1 1 1 0
Contoh :
A = 1010

B = 0010

S=
TEKNIK DIGITAL

0
1
0
1

1
0
0
1

C=

1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0 0 0

0
0
0
0

Maka A + B = 1 1 0 0
Contoh :
A = 1010

B = 1110

1
1
1
S=
1
C=
1
Maka A + B = 1 1

1.5.2. Pengurangan
Pada sistem biner, operasi pengurangan dapat dilakukan dengan menggunakan
aturan dasar sbb:
0
0
1
102

0
1
0
1

=
=
=
=

0
-1
1
1

Jika kita mengurangkan bilangan, kadang kita harus meminjam dari bit yang lebih
tinggi. Pinjam (borrow) ini dibutuhkan jika kita mengurangkan 0 dengan 1 . Dalam
hal ini, jika 1 dipinjam dari bit berikutnya maka akan timbul 10 2 pada baris yang
dikurangi, contoh-contoh dibawah ini menggambarkan sistem di atas.
Contoh :

1 1
0 1 1 0

A
B
A-B

1 1
1 0 0 1

A
B
A-B

Contoh :

TEKNIK DIGITAL

1 0 1
0 1 1 0 1 0

A
B
A-B

1.5.3.Perkalian
Perkalian angka-angka biner dilakukan dalam cara yang sama dengan perkalian
angka-angka desimal. Proses ini sebenarnya sederhana, karena digit pengali berupa 0
maupun 1 dan dengan demikian kita selalu mengalikan 0 dengan 1 dan tidak ada digit
lainnya. Contoh berikut ini mengilustrasikan untuk angka-angka biner tidak bertanda.
1001

1011

pengali

multiplikan

= 910

= 1110

1001
1001
0000

hasil parsial

1001
1100011

hasil akhir = 9910

Dalam contoh ini multiplikan dan pengali adalah dalam bentuk biner benar dan tidak
digunakan bit tanda. Langkah yang diikuti dalam proses persis sama dengan perkalian
desimal. Pertama, LSB dari pengali diuji; dalam contoh kita ia adalah 1. 1 ini
mengalikan multiplikan untuk menghasilkan 1001, yang ditulis sebagai hasil parsial
pertama. Berikutnya adalah bit kedua dari pengali diuji. Ia adalah 1 sehingga 1001
ditulis untuk hasil parsial kedua.
Perhatikan bahwa parsial kedua ini digeser satu angka kekiri dari parsial pertama. Bit
ketiga pengalinya 0, dan 0000 ditulis sebagai parsial ketiga; lagi ia digeser satu tempat
kekiri terhadap parsial terdahulu. Bit pengali keempat adalah 1, dan sehingga hasil

TEKNIK DIGITAL

10

parsial terakhir adalah 1001, lagi digeser satu tempat kekiri. Keempat hasil parsial
kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan hasil akhir.
Kebanyakan mesin-mesin digital hanya dapat menambah dua angka biner setiap
penambahan. Berdasarkan alasan inilah produk parsial yang dibentuk selama
perkalian tidak dapat ditambahkan semua bersama pada saat yang sama. Sebagai
gantinya, ia ditambahkan dua-dua setiap penambahan; yaitu, pertama ditambahkan
dengan kedua, jumlahnya ditambah pada ketiga, dan seterusnya. Proses ini sekarang
diilustrasikan untuk contoh diatas:

Jumlah
Jumlah
Jumlah

1
1

0
0
0
1

1
1
0
1
0
0

1
0
1
0
1
1
0

0
0
0
0
0

0
1
1

Hasil
Hasil parsial kedua digeser ke kiri
Jumlah dua hasil parsial pertama
Hasil parsial ketiga digeser ke kiri
Jumlah hasil tiga parsial pertama
Hasil parsial keempat digeser ke kiri
Jumlah empat hasil parsial yang sama
dengan total hasil akhir.

1.5.4.Pembagian
Proses pembagian satu angka biner (dividend) dengan lainnya (pembagi) adalah
sama seperti yang diikuti untuk angka desimal, yang mana kita biasanya mengacu
pada pembagian panjang. Proses sebenarnya adalah sederhana dalam biner karena
pada saat kita memeriksa untuk melihat berapa kali division (pembagi) masuk
kedalam dividend, hanya ada dua kemungkinan, 0 atau 1. Untuk mengilustrasikan,
pertimbangkan contoh pembagian berikut ini:
0
1 1 1
0
0

0
0
1
0

1 1
0 1
1
1 1

0 0 1
1 0 0 1 0 1
1 0 0
1
1

TEKNIK DIGITAL

( 9:3 = 3 )

0 . 1
0 . 0

( 10 : 4 = 2.5 )

0 0
0 0

11

0
Dalam kebanyakan mesin-mesin digital modern pengurangan yang merupakan bagian
dari operasi pembagian biasanya dilakukan dengan menggunakan pengurangan
komplemen 2 -- yaitu, mengambil komplemen 2 dari pengurangan dan kemudian
ditambahkan.
Pembagian angka-angka bertanda ditangani dalam cara yang sama seperti perkalian.
Angka-angka negatif dibuat positif dengan meng-komplemen dan kemudian
pembagian dilakukan. Jika dividend dan pembagi berlawanan tanda, hasil bagi
dirubah ke angka negatif dengan mengambil komplemen 2-nya dan diberikan bit
tanda 1. Jika dividend dan pembagi berada pada tanda yang sama, hasil baginya
menjadi angka positif dan diberi bit tanda 0.
1.6. KOMPLEMEN
Komplemen digunakan dalam komputer digital untuk menyederhanakan operasi
pengurangan (subtraction) dan untuk manipulasi logika. Ada dua tipe komplemen
untuk setiap sistem bilangan basis-r :
a. Komplemen r
b. Komplemen r-1
Jika harga tersebut disubstitusikan , dua tipe tsb akan diberinama komplemen 2 dan
komplemen 1 untuk bilangan biner, atau komplemen 10 dan komplemen 9 untuk
bilangan desimal.
1.6.1. Komplemen r
Suatu bilangan positif N dalam basis-r dengan bilangan bulat sebanyak n digit,
maka komplemen r dari N dapat didefinisikan sebagai r n - N untuk N 0 dan 0 untuk
N = 0. Contoh-contoh berikut ini akan memperjelas definisi diatas :
-

Komplemen 10 dari (52520)10 adalah 105 52520 = 47480

Jumlah digit pada bilangan ini adalah n=5


Komplemen 10 dari (0,3267)10 adalah 1 0,3267 = 0,6733

Tanpa bilangan bulat maka 10n = 100 = 1


Komplemen 10 dari (25,639)10 adalah 102 25,639 = 74,361
Komplemen 2 dari (101100)2 adalah (26)10 (101100)2 =

TEKNIK DIGITAL

12

(1000000 101100)2 = 010100


Komplemen 2 dari (0,0110)2 adalah ( 1 0,0110 )2 = 0,1010

1.6.2. Pengurangan dengan Komplemen r


Metode penguranganlangsung yang sering kita gunakan (seperti pada desimal)
yaitu dengan menggunakan konsep peminjaman. Pada metode ini, kita pinjam 1 dari
bit yang lebih tinggi jika digit yang dikurangi lebih kecil dari digit pengurangannya.
Jika pengurangan ini dikembangkan pada komponen digital, metode diatas terlihat
kurang efisien maka disini dikembangkan dengan metode komplemen dan
penjumlahan komplemen.
Pengurangan dua bilangan positif (M N) yang keduanya mempunyai basis yang
sama ( r ) , dapat dilakukan dengan prosedur berikut :
1. Jumlahkan bilangan yang dikurangi (M) dengan komplemen r dari pengurang (N).
2. Lihat hasil dari step 1 untuk sebuah end carry (limpahan akhir)
a. Jika terjadi end carry abaikan itu.
b. Jika tidak terjadi end carry maka hasil pengurangannya adalah komplemen
dari hasil step 1 dan tambahkan tanda negatif ( - ) didepannya.
Contoh-contoh berikut ini menggambarkan prosedur diatas :
Contoh :
Menggunakan komplemen 10 kurangkan 72532 3250
M=72532
N=03250
Komplemen 10 dari N = 9 6 7 5 0
End Carry
Maka hasilnya = 6 9 2 8 2
Contoh :

72532
+
1

96750
69282

Kurangkan ( 3250 72532)10


M=03250
N=72532
Komplemen 10 dari N = 2 7 4 6 8
Tanpa Carry
Hasilnya = - (komplemen 3 0 7 1 8)

03250
+
0

27468
30718

=-69282
Contoh :
TEKNIK DIGITAL

13

Gunakan komplemen 2 untuk menunjukkan pengurangan (M N) dari bilangan biner:


M=1010100
N=1000100
Komplemen 2 dari N = 0 1 1 1 1 0 0
End Carry
Hasilnya = 0 0 1 0 0 0 0

M=1000100
N=1010100
Komplemen 2 dari N = 0 1 0 1 1 0 0
Tanpa Carry
Hasilnya = - (komplemen 2 dari 1110000)

1010100
+
1

0111100
0010000

1000100
+
0

0101100
1110000

=-10000
1.6.3. Komplemen ( r 1 )
Suatu bilangan N pada basis r dengan bagian bilangan bulat sebanyak n digit dan
bagian pecahan m digit, maka komplemen ( r 1 ) dari N didefinisikan sebagai r n-r-mN. Contoh-contoh secara numerik dapat diberikan sebagai berikut :
-

Komplemen 9 dari (52520)10 adalah 105 1-52520 = 99999-52520 = 47479

Tanpa pecahan maka 10-m = 10 = 1


Komplemen 9 dari (0,3267)10 adalah 1-10-40,3267 = 0,9999-0,3267 = 0,6732

Tanpa bilangan bulat maka 10n = 100 = 1


Komplemen 9 dari (25,639)10 adalah 102 -10-3 - 25,639 = 99,999-25,639

=74,360
Komplemen 1 dari (101100)2 adalah (2 -1)2 (101100)2 =

(111111 101100)2 = 010011


Komplemen 1 dari (0,0110)2 adalah ( 2 2-4)2 (0,0110)2 =

( 0,1111 0,0110 )2 = 0,1001


Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa komplemen 9 dari bilangan
desimal adalah terbentuk dari pengurangan srtiap digitnya dengan 9. Dan komplemen
1 dari bilangan biner lebih mudah dibentuk yaitu dengan merubah 1 ke 0 atau 0 ke 1.
Dari definisi dan perbandingan hasil-hasil yang didapat pada contoh-contoh diatas,
dapat diketahui bahwa komplemen r bisa ditentukan dari komplemen ( r 1 ) dengan
penambahan r-m pada digit yang paling rendah (LSB). Sebagai contoh:
TEKNIK DIGITAL

14

Komplemen 2 dari 1 0 1 1 0 1 0 0 dapat dihasilkan dari komplemen 1


yaitu 0 1 0 0 1 0 1 1 ditambah 1 maka didapat 0 1 0 0 1 1 0 0 .
1.6.4. Pengurangan dengan komplemen ( r 1 )
Prosedur pada pengurangan dengan komplemen (r 1) adalah sama dengan
prosedur yang digunakan pada komplemen r, kecuali satu variasi yaitu end-aroundcarry (limpahan memutar) seperti terlihat dibawah ini.
Pengurangan M N, keduanya adalah bilangan positif dengan baisi r, dapat dihitung
dengan prosedur berikut:
1. Tanbahkan bilangan yang dikurangi M dengan komplemen (r 1) dari pengurang
N.
2. Lihat hasil dari step 1 untuk end-carry nya.
a. Jika terjadi end-carry, tambahkan 1 ke digit paling rendah (end-around-carry).
b. Jika tidak terjadi end-carry, ambil komplemen (r 1) dari bilangan yang
dihasilkan oleh step 1 dan tuliskan tanda negatif ( - ) didepannya.

Contoh-contoh dibawah ini menggambarkan prosedur tersebut :

Contoh :

Menggunakan komplemen 9 kurangkan 72532 3250


M=72532
N=03250
Komplemen 9 dari N = 9 6 7 4 9
End Carry

72532
+
1
+

96749
69281
1
69282

Maka hasilnya = 6 9 2 8 2

TEKNIK DIGITAL

15

Contoh :
Kurangkan ( 3250 72532)10
M=03250
N=72532
Komplemen 9 dari N = 2 7 4 6 7
Tanpa Carry
Hasilnya = - (komp. 9 dari 3 0 7 1 7)

03250
+

27467
30717

=-69282
Contoh :
Gunakan komplemen 1 untuk menunjukkan pengurangan (M N) dari bilangan biner:

M=1010100
N=1000100
Komplemen 1 dari N = 0 1 1 1 0 1 1
End Carry
End-around-carry

1010100
+
1
+

0111011
0001111
1
0010000

Hasilnya = 1 0 0 0 0

M=1000100
N=1010100
Komplemen 1 dari N = 0 1 0 1 0 1 1
Tanpa Carry
Hasilnya = - (komplemen 1 dari 1101111)

1000100
+
0

0101011
1101111

=-10000
1.7. RANGKUMAN
1. Pengambilan data pengukuran analog adalah terus menerus (contious), sebaliknya
untuk digital terputus-putus (discrete).
2. Logika biner adalah logika yang memiliki 2 keadaan yang merupakan
pasanganyang saling berlawanan seperti : buka tutup, benar salah, tinggi rendah dll.
3. Basis bilangan yang digunakan dalam digital ada beberapa diantaranya : biner,
octal decimal dan heksadesimal.
4. Konversi bilangan dapat dilakukan untuk semua basis bilangan.
TEKNIK DIGITAL

16

5. Operasi aritmatika berlaku untuk semua basis bilangan.


1.8. SOAL LATIHAN
1.

Apakah perbendaan utama antara sinyal analog dan sinyal digital?

2.

Jika logika 1 mewakili saklar tertutup, bagaimana saklar terbuka diwakili.

3.

Jika suatu tegangan +5 adalah logika 1 (atau HIGH), berapakah logika 0V?

4.

Apakah yang dimaksud dengan istilah bit?

5.

Berapakah nilai desimal paling tinggi yang dapat ditunjukkan oleh enam bit

6.

Berapa banyak angka berbeda yang dapat diwakili oleh enam bit?

7.

Konversikan 14210 menjadi biner.

8.

Konversikan 10101102 menjadi desimal.

9.

Konversikan 1011012 menjadi oktal.

10.

Konversikan 1278 menjadi biner.

11.

Konversikan 3910 menjadi oktal.

12.

Konversikan 1638 menjadi desimal.

13.

Konversikan 10110110112 menjadi heksadesimal.

14.

Konversikan 4510 menjadi heksa desimal.

15.

Konversikan 2A menjadi oktal.

16.

Konversikan 7010 menjadi heksadesimal.

TEKNIK DIGITAL

17

Anda mungkin juga menyukai