Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH BUDAYA KOREA BAGI REMAJA DI INDONESIA

Oleh:

APRILIANI FARADILLA

321 19 055

2C

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dalam bentuk
makalah dengan judul “Pengaruh Budaya Korea Bagi Remaja di Indonesia”. Saya
menyusun karya ilmiah ini semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan saya.
Semoga dengan adanya karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta
dapat menyadarkan masyarakat terutama generasi muda untuk melestarikan budaya-
budaya di Indonesia. Dan harapan saya semoga karya ilmiah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi karya ilmiah ini, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangaun dari pembaca demi kesempurnaan
karya ilmiah ini. Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam karya ilmiah ini semoga dapat bermanfaat serta dapat menambah
wawasan bagi para pembaca.

Makassar, 26 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya.............................................................................................3
2.2 Sejarah Perkembangan Film Korea.....................................................................3
2.3 Perjalanan Film Korea dalam Mencapai Kejayaannya........................................4
2.4 Definisi Remaja...................................................................................................5
2.5 Pengaruh Budaya Korea Bagi Remaja.................................................................6
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................9
3.2 Saran..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

ii
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Film merupakan sarana hiburan yang populer di kalangan masyarakat, mulai dari
anak-anak, remaja, hingga orang tua. Hampir setiap harinya, film banyak diminati
untuk menghilangkan rasa jenuh atau meghibur seseorang setelah bekerja. Seiring
berkembangnya globalisasi, budaya-budaya asing mulai mewarnai dunia perfilman
di Indonesia. Hal ini menimbulkan minat masyarakat terhadap film-film asli luar
negeri, seperti film Korea.
Dalam melawan perubahan yang menimbulkan hilangnya budaya perfilman,
Indonesia semakin memperbanyak produksi film yang lebih cepat diterima
dikalangan masyarakat luas. Namun hal tersebut membawa penyimpangan budaya
dalam perfilman Indonesia. Memasuki era globalisasi, penikmat film Indonesia mulai
mengalami kejenuhan terhadap budaya sendiri dan terpengaruh budaya-budaya
asing yang lebih populer dikalangan anak muda. Diawali oleh budaya-budaya
tetangga, hingga film-film Amerika yang memang sangat diminati karena
kecanggihan teknologinya. Hingga budaya Korea yang dimulai dari industri
musiknya, melanda Indonesia dengan film-film bahkan drama-drama yang tak kalah
menarik untuk ditonton.
Oleh karena itu, Indonesia memerlukan suatu kajian yang lebih mendalam
tentang aspek-aspek perfilman agar masyarakat tidak condong terhadap produksi
luar negeri.
Kualitas film tidak hanya menunjukkan bagaimana film tersebut banyak
diterima, namun menunjukkan bagaimana makna film yang dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat terutama pelajar. Karena hal tersebut, masyarakat mulai
bosan dengan menerima apa yang asal ada. Bila diperhatikan, kualitas film Korea
memang menimbulkan kesan imajinasi yang sangat luar biasa sehingga penikmat
film menyukainya.
Dengan masuknya film luar negeri, film Korea dan drama korea lebih diminati
karena kualitas, makna, dan style yang lebih mementingkan budaya negeri. Hal

1
tersebut menarik masyarakat, terutama kaum remaja yang dalam usianya memang
cenderung mengalami kejenuhan dan menuntut sesuatu yang baru. Dalam hal ini,
remaja telah terkena virus-virus Korea yang berdampak pada kehidupan mereka
terutama dalam belajar. Di era globalisasi sekarang, remaja dapat dengan mudah
menyerap pengetahuan dari luar. Tak jarang remaja membuka situs internet hanya
untuk melihat atau membrowsing informasi dari Korea termasuk episode-episode
dalam film Korea.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian budaya?
2. Bagaimana sejarah perkembangan film Korea?
3. Bagaimana proses film Korea dalam mencapai kejayaannya?
4. Apa definisi dari remaja?
5. Apa saja pengaruh film Korea bagi remaja?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian budaya
2. Mengetahui sejarah perkembangan film Korea
3. Mengetahui perjalanan film Korea dalam mencapai kejayaannya
4. Memahami pengertian remaja
5. Mengetahui pengaruh budaya Korea bagi remaja

1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan/wawasan setiap pembaca tentang berbagai film di
layar kaca.
2. Memberi nilai-nilai positif yang dapat diambil dari berbagai tayangan film di
layar kaca.
3. Menjadi acuan orangtua dalam mendidik dan mengawasi anak-anaknya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budaya


Budaya secara harfiah berasal dari bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti
mengerjakan tanah, mengolah, memelihara egati (menurut Soerjanto
Poespawardojo 1993). Selain itu, budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Adapun menurut istilah, kebudayaan merupakan suatu yang agung dan mahal, tentu
saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, karsa dan cipta manusia yang semuanya
merupakan sifat yang hanya ada pada manusia. Tak ada makhluk lain yang memiliki
anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatu yang agung dan mahal.
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama
oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua
masyarakat.

2.2 Sejarah Perkembangan Film Korea


Film Korea adalah film yang diproduksi oleh Korea. Film pertama yang dirilis di
Korea adalah film berjudul Righteous Revenge pada tahun 1919. Film ini merupakan
kombinasi drama dan pertunjukkan panggung. Film layar lebar pertama Korea dirilis
tahun 1923, berjudul Oath Under the Moon. Pada tahun 1926, seorang sutradara
bernama Na Un-gyu memproduksi film bisu berjudul “Arirang” yang mengisahkan
protes melawan penindasan Jepang. Film ini mendapat respon yang besar dari
masyarakat dan menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Jepang.
Industri perfilman Asia berkembang secara dinamis, khususnya Korea Selatan
yang tak luput dari pembicaraan. Sinema Korea adalah salah satu industri perfilman
Asia yang mementingkan kualitas maupun kuantitasnya. Namun sungguh ironi disaat
perkembangan pesat tersebut, film-film mereka nyaris musnah akibat masa
penjajahan Jepang.

3
Untuk menemukan kembali film-film yang dianggap hilang berbagai usaha telah
dilakukan termasuk juga melakukan restorasi film-film yang rusak karena termakan
oleh waktu. Pada masa pendudukan Jepang, film-film Korea harus melewati otoritas
pengawasan badan sensor Jepang. Film-film yang bertema “aman” yang mampu
lulus sensor, seperti film-film melodrama dan sejarah, serta film-film propaganda
Jepang. Akan tetapi film-film yang dirasakan mengancam kependudukan Jepang
akan dicekal dan dimusnahkan.

2.3 Perjalanan Film Korea dalam Mencapai Kejayaannya


Perang sipil melumpuhkan industri film di Korea dan sebagian peralatan
produksi yang mereka miliki musnah. Setelah gencatan senjata tahun1953, Presiden
Korea Selatan, Rhee Syngman membebaskan pajak film-film Korea guna
membangkitkan kembali industri film Korea. Dengan campur tangannya pihak asing
dalam membantu memulihkan industri film tersebut, akhirnya cinema Korea
kembali bangkit ditandai dengan film remake, Chunhyang-jeon arahan Lee Kyu-
hwan.
Sejak pertengahan dekade 50an film-film Korea mulai mendapat perhatian
Internasional. Industri film Koreapun mulai terpengaruh oleh gerakan neorealisme
dan mengangkat tema sosial pasca perang serta modernisasi. Aimless Bullet tercatat
sebagai film Korea pertama yang meraih penghargaan bergengsi dalam festival film
Internasional.
Melihat industri film Korea yang berkembang pesat, pemerintah Korea berusaha
mengontrol dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang membatasi produksi
film secara kuantitatif maupun substansial. Sensor film mulai bertambah ketat,
terutama hal-hal yang terkait dengan komunisme serta amoral. Akibatnya film-film
propemerintah bermunculan yang kurang disukai publik. Namun, beberapa sineas
muda berbakat bermunculan pada periode kelam ini.
Setelah perang Korea pada tahun 1953, industri perfilman tumbuh dan menjadi
bisnis. Hingga pada masa 1953-1972 disebut-sebut sebagai “Golden Age of Korean
Cinema”, film-film merekapun diterima diberbagai festival dunia termasuk Cannes,
Chicago, Moscow, dan dibanyak kota lainnya. Pada tahun 2000, “The Story of
Chunhyang”, disutradarai oleh Im Kwon-Taek mampu bersaing hingga Canne Film

4
Festival. Sementara itu, beberapa film Korea yang sukses di “rumahnya sendiri” dan
di Asia juga akan dibuat lagi di Hollywood. Beberapa contoh film Korea tersebut
adalah “The Lake House” yang dibintangi oleh Keanu Reeves, “My Sassy Girl” yang
dibintangi oleh Ellisha Cuthbert.
Korea juga menjadi tuan rumah dibeberapa festival film internasional yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi atau organisasi-organisasi swasta lainnya
seperti Pusan International Film Festival, Bucheon International Fantastic Film
Fesvtival, Jeonju International Film Festival. Adapun penghargaan bergengsi di Korea
seperti Grand Bell Awards, Blue Dragon Film Awards, Baek Sang Art Awards, dan
Korea Film Awards.
Di tahun 2020, dunia perfilman Korea meningkatkan eksistensinya di kancah
internasional dengan memenangkan Piala Oscar 2020 dalam kategori film terbaik.
Film Parasite yang disutradarai oleh Bong Joo Ho menjadi satu-satunya film Korea
yang berhasil masuk menjadi pemenang Oscar 2020 dan mengalahkan film-film
ternama.

2.4 Defini Remaja


Remaja adalah sebutan untuk seorang anak yang sedang mengikuti proses
pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya. Dalam hal ini, remaja
lebih mudah terpengaruh oleh faktor lingkungan dimana dia mengekspresikan
dirinya sehari-hari.
Pada umumnya, anak yang masih mencoba mencari jati dirinya kebanyakan
berasal dari kalangan pelajar. Berdasarkan Kamus Dewan Edisi Keempat, pelajar
dimaksud orang yang belajar (seperti murid sekolah, penuntut di maktab dan
sebagainya).
Dengan mengikuti setiap pelajaran secara formal, remaja mampu
mengembangkan dirinya dengan baik secara sosial, emosi, intelektual, bahasa,
moral, dan kepribadian ke arah positif. Namun, karena perbedaan perkembangan
setiap anak, adakalanya remaja tidak mampu berkembang secara positif.

5
2.5 Pengaruh Budaya Korea Bagi Remaja
Dimasa sekarang, remaja telah dilanda virus k-pop yang berkepanjangan.
Dimulai dari film-film Korea, hingga muncul musik-musik aliran Korea dan style-
stylenya yang sangat populer dibicarakan.
Sebelum film-film produksi Korea masuk ke Indonesia, film-film Taiwan telah
hadir di Indonesia. Hal tersebut sempat mengubah style Indonesia ke arah Chinesse.
Namun, keadaan tersebut berlangsung singkat ketika film-film Korea bermunculan
dengan stylenya yang lebih dianggap keren oleh remaja. Dengan tokoh-tokoh yang
mempunyai wajah yang tampan dan cantik, merupakan penyebab remaja menyukai
film Korea selain kisah yang menarik dari film tersebut.
Virus Korea mulai memuncak ketika film drama BBF atau yang biasa disebut
Boys Before Flowers ditayangkan di Indonesia. Selain kisah yang menarik, BBF juga
membawa aliran musik Korea yang juga merupakan penyebab terbesar masuknya
musik Korea di Indonesia.
Adakah sesuatu yang bermanfaat dari gelombang budaya pop Korea ini?
Masyarakat Indonesia setidaknya punya alternatif baru jenis tontonan. Hanya saja
sebaiknya kita meniru orang Cina yang pilih-pilih apa yang mereka tonton. Suatu film
yang bercerita tentang isu, budaya, sistem sosial, atau karakter orang yang
memerlukan apresiasi sebelum kita memetik suatu nilai darinya. Apresiasi tentang
budaya Korea sangat bermanfaat jika kita lebih memahami suatu permasalahan
yang disuguhkan lewat film.
Sebagai contoh menonton film drama yang bertemakan politik seperti “King
Two Heart” lebih asyik jika tahu bagaimana kehidupan Korea Selatan yang
berdampingan dengan Korea Utara. Bagaimana usaha kedua pihak untuk
menyatukan kembali wilayahnya seperti zaman joseon. Dalam kisah yang
ditampilkan dalam film, telah menyimbolkan bagaimana bentuk protes masyarakat,
usaha penyatuan yang masih ada, dan berbagai sikap anarkis antar kedua belah
pihak.
Namun tanpa tahu menahu tentang Korea sebelumnya, tidak disalahkan jika
menonton sinema Korea. Kita dapat mengetahui kehidupan bangsa, adat istiadat,
dan karakter orang-orang Korea. Dalam film yang bertemakan kekerasan, kita dapat

6
saksikan kekerasan sosial dalam masyakarat Korea sebagai akibat negara mereka
dijajah Jepang selama 35 tahun, perang saudara pada periode 1950-1953, periode
diktator militer, dan priode perang dingin dengan Korea Utara yang tak kunjung
berakhir.
Melihat orang Korea berakting di berbagai macam tema film, ternyata banyak
sekali adegan yang menampilkan bagaimana orang Korea dengan emosinya dapat
menangis seperti alami. Dari adegan ini kita dapat menyimpulkan bagaimana
karakter orang Korea. Lee O-Young, mantan Menteri Kebudayaan Korea,
mengatakan bukan orang Korea kalau tidak bisa menangis. Meskipun suku Indian
Sioux di Amerika terkenal sebagai suku yang paling mudah menangis, namun tak ada
yang dapat menandingi orang Korea dalam hal menangis. Mungkin akibat lamanya
mereka hidup dalam penderitaan karena keterbatasan sumber daya alam, iklim yang
keras, perang dan kediktatoran. Tidak heran aktor dan artis Korea dapat berakting
menangis secara alami.
Selain dampak dari film, salah satu budaya Korea yaitu Hallyu, ternyata menarik
minat pelajar Indonesia. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang untuk
mempelajari bahasa Korea dan kebudayaan Korea.
Akibat dampak dari Hallyu menimbulkan efek negatif yang kian menjalar dan
secara kontinyu akan mengikis minat untuk mempelajari budaya sendiri. Remaja
akan lebih tertarik dengan budaya Korea. Sebagai contoh kursus bahasa Korea,
makan makanan Korea dan melupakan makanan tradisional Indonesia, begitu juga
dengan Hanbok atau pakaian tradisional Korea. Jika ini terus berlangsung, tentu
akan menimbulkan krisis identitas budaya.
Akibat negatif lainnya dari film-film Korea adalah dibidang pendidikan. Pelajar
kebanyakan adalah remaja yang sedang mengalami masa pubertasnya. Film Korea
dapat mengakibatkan adanya budaya Korea yang tak lazim dilakukan dari budaya
Indonesia. contohnya saja dalam adegan percintaan yang mungkin dianggap biasa
menurut orang-orang Korea namun tidak biasa bagi masyarakat Indonesia. hal ini
memberikan dampak negatif bagi pelajar Indonesia yang masih belum saatnya
menonton film-film Korea yang bertemakan percintaan. Hal ini juga menyangkut
terhadap nilai-nilai disekolah para anak remaja yang cenderung menurun jika terus

7
menerus tak mau kelewatan menonton film-film Korea dan meninggalkan
pelajarannya.
Seiring dengan film drama Korea, muncul pula dengan grup musik yang sangat
diminati di Korea atau boyband Korea. Hal ini sangat diminati oleh pelajar terutama
remaja, karena lebih menghias musik dengan tariannya yang bervariasi. Maka, untuk
menambah daya jual yang tinggi, industri musik Indonesia mulai mengembangkan
boyband Indonesia. Namun, hal tersebut cenderung lebih menurunkan kwalitas
musik Indonesia karena adanya lipsing yang dilakukan boyband, maupun girlband
Indonesia. Hal tersebut menyebabkan tidak adanya hal-hal positif yang diambil oleh
pelajar Indonesia. Jika masih terus berkepanjangan, pelajar Indonesia mungkin akan
lebih tertarik dalam mencapai segala sesuatu secara instan daripada kwalitasnya.
Dalam industri filmnya, ternyata mendukung Korea dalam hubungan
diplomasinya dengan negara-negara di ASEAN. Film dan musik Korea juga dapat
mengubah persepsi orang vietnam terhadap Korea yang menjadi sekutu Amerika
Serikat waktu perang Vietnam. Karena mempunyai daya jual yang tinggi, maka
dimulai dari RCTI yang pada awalnya menampilkan film Taiwan dan Jepang menjadi
pelopor munculnya film Korea di Indonesia.
Atas nama globalisasi dan modernisasi mendorong generasi muda untuk
menganut kehidupan yang liberal di tengah krisis sosial yang terus-menerus
menggerus identitas budaya nasional.
Kita tidak bisa menyalahkan Korean wave  yang melanda Indonesia. Karena pada
hakikatnya, semua negara pasti akan mengalami “perubahan”, tetapi semua itu
masyarakatnyalah yang menentukan. Ingin berubah ke arah yang lebih baik atau
buruk.
Masyarakat juga harus berpikir krititis dan bersikap bijak dalam menghadapi
segala “gelombang” yang datang. Membekali diri dengan pengetahuan dan
kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan dan segala perubahan agar tidak
mudah terpengaruh oleh hal-hal yang belum tentu baik dan benar.
Para kaum milenial harus bangga terhadap segala bentuk kebudayaan
Indonesia, harus terus berusaha untuk melestarikan dan mewarisi kebudayaan
Indonesia. Jangan hanya sibuk membanggakan kebudayaan milik bangsa lain demi
eksistensi dalam pergaulan.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Maraknya demam Korea pada remaja, dapat mempengaruhi pelajar-pelajar baik
dari segi positif, maupun negatif. Namun dalam hal pendidikan, remaja cenderung
terjebak dalam dampak negatif dari film-film Korea. Remaja cenderung lebih tertarik
dengan adegan-adegan yang baru baginya dari film Korea. Akan tetapi, budaya-
budaya Korea tentu saja memberikan kreatifitas bagi pelajar-pelajar remaja. Jadi,
film-film Korea memberikan dampak positif dan negatif bagi remaja. Namun, dalam
penerapannya remaja cenderung mengarah pada dampak negatif.

3.2 Saran
a. Remaja harus dapat membedakan setiap dampak yang merugikan dan
menguntungkan baginya.

b. Budaya Korea tampak lebih menarik dikalangan pelajar, namun adakalanya


pelajar remaja bersikap bijak dan lebih mencintai produk-produk Indonesia.
c. Sebagai generasi muda, remaja Indonesia dapat menjadikan film Korea sebagai
referensi untuk mengembangkan produk-produk Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.literasipublik.com/pengertian-budaya-dan-kebudayaan

https://www.dosenpendidikan.co.id/remaja-adalah/

https://www.qureta.com/post/pengaruh-budaya-korea-terhadap-kaum-milenial-
indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai