Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PROTEKSI

RELE ALARM GANGGUAN TANAH

Nama : Disti Ages Mahega


Dosen Pembimbing : Carlos R.S, S.T, M.T
Kelas : 5 LA
Kelompok 1
Amira Rofida Ladea (061930310026)
Apra Rezi (061930310028)
Dian Aprilian (061930310030)
Fransisco Rama Saputra (061930310032)
Getrin Salsabila (061930310033)
Adha Ditiya Febrico (061930310458)
Devi Afriani (061930310460)
Disti Ages Mahega (061930310461)
Dwinda Damayenti (061930310462)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG 2021
I. Tujuan
1. Menyelidiki perilaku rele pada beberapa nilai penyetelan.
2. Memeriksa penyetelan waktu tunda
3. Mengukur konsumsi daya intrinsik.
4. Mendemontrasikan suatu alarm gangguan tanah pada suatu jaringan
tiga fasa.
5. Mendemontrasikan reaksi terhadap gangguan tanah trasient.

II. Teori Dasar


Rele alarm gangguan tanah (Earth Fault Alarm Relay) dapat memonitor
jaringan tegangan menegah dan tinggi untuk gangguan tanah, dimana rele
alarm ini hanya dapat mengindikasi bahwa suatu gangguan terjadi, tetapi rele
tidak dapat menemukan letak gangguannya. Pada rele alarm gangguan tanah
BERDER USEA 200 yang akan digunakan, gangguan disimulasikan dengan
menghubungkan ke belitan bantu (auxiliary winding) pada terminal e – n pada
suatu transformator tegnagan dnegan nilai tegangan UN = 100 V, terhubung
dalam konfigurasi delta terbuka (open delta).
Nilai pengoperasian (operating) dapat disetel secara terus-meneus pada
nilai 0,3-0,7 × UN, nilai pelepasan (release) dapat juga disetel secara terus-
menerus pada nilai0.5-0,99 × nilai pengoperasian. Rele juga mempunyai suatu
waktu tunda (time delay), dimana dapat disetel secara terus-menerus pada nilai
0,5- 5 detik. Jika gangguan tanah menghilang sebelum penyetelan waktu tunda
berakhir (disebut sebagai gangguan tanah trasient) rele tidak akan bereaksi.
Perangkat membutuhkan suatu tegangan bantu 220 V AC (terminal U H)
untuk operasi yang semestinya apabila konsumsi daya intrinsik sekitar 5 W.
LED hijau menandakan bahwa rele siap (ready) utuk beroperasi, LED merah
menandakan pembangkitan (excitation).
Setelah gangguan tanah disisihkan (eliminated) rele lepas. Akan tetapi jika
sutu jembatan (bridge) dihubugkan diantara LT1-LT2, isyarat (signal)
gangguan tanah tersimpan dalam memori. Agar berhenti (setelah gangguan
dilepaskan) secara keseluruhan tombol tekan reset ditekan/dijalankan atau
jembatan menjadi terbuka.
Rele keuaran (output) K1 memisahkan dua kontak pemindah (changeover)
11, 12, 14 dan 21, 22, 24. Ini dapat dioperasikan pada suatu penyambungan
/pemutusan rangkaian (jembatan 1-2) atau dengan kontak secara normal
tertutup jembatan 1-3) sesuai keinginan penggunaan sutu jembatan.

Gambar 1.1 Rele Alarm gangguan tanah BERDER USEA 200.


III. Peralatan Yang Digunakan
a. Pemutus Tenaga (CB) (1)
b. Beban resistif (1)
c. Tranformator tiga fasa (1)
d. Power supply 220 V AC satu fasa (1)
e. Trafo penagatur tegangan (1)
f. Trafo tegangan (1)
g. Power supply 12 V DC (1)
h. Rele alarm gangguan tanah (1)
i. Amperemeter (2)
j. voltmeter (2)
k. stopwatch (1)
l. bell/buzzer (1)
m. kabel penghubung (1)
n. konektor (1)

IV. Gambar Rangkaian


V. Prosedur Percobaan
1. Rangkaialah rangkaian pada gambar 1.2 !
2. Mula-mula buat penyetelan berikut pada rele !
Waktu tunda (time delay) : 0,5 detik
Rasio penyetelan ulang (resetting ratio) UR/UA : 0,5
Jembatan (bridge) 1-2 : tersambung
Jembatan lain (other bridge) : terbuka
3. Pastikan bahwa nlai tegangan yang terukur dari transformator pengatur
tegnagan satu fasa adalah 0 volt, kemudian naikkan tegangan secara
perlahan sampai rele beroperasi ditandai dengan nyalanya buzzer.
Catat tegangan yan terukur sebagai nilai pengoperasian rele.
4. Kemudian turunkan tegangan secara perlahan sampai rele melepas
kembali. Catat nilai tegangan yang terukur sebagai nilai pelepasan.
5. Masukkan hasil pengukuran nilai tegangan pada tabel 1.
6. Ulangi pengukuran di atas untuk rasio penyetelan ulang 0,9 dan 0,99.
Catat nilai tegangan terukur pada tabel 2 dan 3.
7. Bandigkan nilai pengukuran dengan penyetelan pada rele tersebut.
8. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar 4.3 dalam syarat untuk
mengukur konsumsi daya intrinsik.
9. Hitung daya terlihat yang digambarkan oleh rangkaian elektronik
melalui pengukuran tegangan dan arus pada rangkaian tambahan. Hasil
pengukuran dan perhitungan daya terlihat pada rangkiaan elektronik
masukkan paa tabel 3.
10. Hitung daya yang digambarkan dari rangkaian pegukuran melalui
pengukuran dan perhitungan daya terlihat pada rangkaian pengukuran
masukkan pada tabel 5.
11. Rangkailah rangkaian seperti gambar 1.4!
12. Pada percobaan ini, rele meneriama tegangan pengukuran dari belitan
delta terbuka transformator tegangan tiga fasa , yang memonitor
tegangan sisa (residual) bila suatu saluran terjadi gangguan tanah pada
suatu jaringan dengan titik netral mengambang.
13. Rangkaian ini dicatu suatu tegangan maksimum 100 V apabila sutu
gangguan terjadi.
14. Harus diperhatikan melaksanakan percobaan, bahwa sambungan
saluran netral N antara transformator tiga fasa dan transformator
tegangan adalah terbuka, saat suatu hubung singkat ke tanah pada
sistem yang ditanahkan terjadi, menjadikan transformator beban lebih.
15. Awali dengan membuat penyetelan berikut pada rele :
UA/UN : 0,6
UR/UA : 0,5
t : 0,5 dt
16. Agar dapat melaksanakan pengukuran waktu, suatu gangguan tanah
dihubungkan, sebelum memulai percobaan ( conth fasa L1 : liat tanda
garis hubungan yang digambarkan pada rangkaian). Hubungan ini
dijaga pada keseluruhan proses pengukuran.
17. Memulai pengukuran waktu dengan menghidupkan stopwatch
bersamaan dengan menghidupkan modul pemutus tenaga (CB).
Stopwatch dihentikan apabila saklar CB terbuka (ini disebabkan oleh
rele alarm gangguan tanah)
18. Setel waktu berikut satu persatu pada rele, dan bandingkan dengan
pengukuran waktu pemutudan (tripping) yang sesuai.

VI. Hasil Percobaan


Tabel 1. Hasil pengukuran untuk rasio penyetelan ulang UR/UA = 0,5
Hasil Pengukuran
Besaran yang diukur
1 2 3 4 5
Penyetelan nilai pengoperasian UA/UN 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Nilai pengoperasian yang diukur (V) 30,4 41,3 30,7 57,9 69,9
Nilai pelepasan yang diukur (V) 17,0 23,3 25,2 23,7 37,5

Tabel 2. Hasil pengukuran untuk rasio penyetelan ulang UR/UA = 0,9


Hasil Pengukuran
Besaran yang diukur
1 2 3 4 5
Penyetelan nilai pengoperasian UA/UN 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Nilai pengoperasian yang diukur (V) 29,6 41,3 48,3 58,0 69,3
Nilai pelepasan yang diukur (V) 27,1 33,8 40,7 51,1 60,3

Tabel 3. Hasil pengukuran untuk rasio penyetelan ulang UR/UA = 0,99


Hasil Pengukuran
Besaran yang diukur
1 2 3 4 5
Penyetelan nilai pengoperasian UA/UN 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Nilai pengoperasian yang diukur (V) 27,7 42,7 48,2 60,3 68,9
Nilai pelepasan yang diukur (V) 29,9 38,6 45,5 54,3 65,7

Tabel 4. Hasil pengukuran daya rangkaian elektronik


U I S
Keterangan
(V) (mA) (VA)
230,72 21,7 50,0 Buzzer tidak beroperasi
239,78 25,5 61,1 Buzzer beroperasi
Tabel 5. Hasil pengukuran daya rangkaian pengukuran
Hasil Pengukuran
Besaran yang diukur
1 2 3 4 5
U (V) 20 40 60 80 100
I (mA) 1,05 1,66 2,44 3,55 5,56
S (VA) 0,21 0,66 1,46 2,84 5,56

Tabel 6. Hasil pengukuran waktu operasi rele


Hasil Pengukuran
Besaran yang diukur
1 2 3 4 5 6
t penyetelan (dt) 0,5 1 2 3 4 5
t pengukuran (dt)  00.61 01.00 02,19  03,75  04,72  05,71 

VII. Analisa
VII.1 Analisa Data Percobaan 1
Pada percobaan 1 , rangkaian yang digunakan adalah gambar
rangkaian 4.2 dengan penyetelan pada rele yaitu sebagi berikut : waktu
tunda 0,5 detik, Ur/Ua = 0,5, jembatan bridge 1-2 terhubung dan
jembatan lian terbuka. Nilai pengoperasian Ua/Un divariasikan dari 0,3
– 0,7 dan didapati hasil yang tertera pada tabel 1. Dari data pada tabel
1 dapat kita ketahui bahwa dengan nilai rasio penyetelan ulang Ur/Ua
= 0,5 dan nilai Ua/Un yang semakin lama semakin besar nilainya,
maka nilai pengoperasian yang diukur juga semakin besar dan begitu
juga dnegan nilai pelepasan yang diukur. Pada nilai Ua/Un = 0,3 nilai
pengoperasian yang diukur adalah 30,45 dengan nilai pelepasan =
17,07 dan pada Ua/Un = 0,7, nilai pengoperasian yang diukur adalah
sebesar 69,9 serta nilai pelepasan sebesar 37,5. Ini menunjukan
semakin besar nilai ua/Un yang disetting maka semakin besar pula
nilai pengoperasian dan pelepasan yang diukur.

VII.2 Analisa Data Percobaan 2


Pada percobaan 2 , rangkaian yang digunakan masih dengan rangkaian 4.2
yang membedakan hanya nilai rasio penyetelan ulang Ur/Ua yang bernilai
0,9. Nilai pengoperasian Ua/Un juga divariasikan dari 0,3 – 0,7 dan
didapati hasil yang tertera pada tabel 2. Dari data pada tabel 2 dapat kita
ketahui bahwa dengan nilai rasio penyetelan ulang Ur/Ua = 0,9 dan nilai
Ua/Un yang semakin lama semakin besar nilainya, maka nilai
pengoperasian yang terukur juga semakin besar dan begitu juga dnegan
nilai pelepasan yang diukur. Pada nilai Ua/Un = 0,3 nilai pengoperasian
yang diukur adalah 29,6 dengan nilai pelepasan = 27,1. Dan pada Ua/Un =
0,7, nilai pengoperasian yang diukur adalah sebesar 69,3 serta nilai
pelepasan sebesar 60,3. Ini menunjukan semakin besar nilai ua/Un yang
disetting maka semakin besar pula nilai pengoperasian dan pelepasan yang
diukur. Yang membedakan data percobaan 2 dan percobaan 1 ialah pada
percobaan 2 ini perbedaan antara nilai pengoperasian yang diukur dengan
nilai pelepasan yang diukur hanya beda beberapa angka saja, tidak seperti
percobaan 1 yang beda nilai pelepasannya hampir 50% dari nilai
pengoperasiannya.

VII.3 Analisa Data Percobaan 3


Pada percobaan 3 , rangkaian yang digunakan masih dengan rangkaian 4.2
yang membedakan hanya nilai rasio penyetelan ulang Ur/Ua yang bernilai
0,99. Nilai pengoperasian Ua/Un juga divariasikan dari 0,3 – 0,7 dan
didapati hasil yang tertera pada tabel 3. Dari data pada tabel 3 dapat kita
ketahui bahwa dengan nilai rasio penyetelan ulang Ur/Ua = 0,99 dan nilai
Ua/Un yang semakin lama semakin besar nilainya, maka nilai
pengoperasian yang terukur juga semakin besar dan begitu juga dnegan
nilai pelepasan yang diukur. Pada nilai Ua/Un = 0,3 nilai pengoperasian
yang diukur adalah 27,7 dengan nilai pelepasan = 29,9. Dan pada Ua/Un =
0,7, nilai pengoperasian yang diukur adalah sebesar 68,9 serta nilai
pelepasan sebesar 65,7. Ini menunjukan semakin besar nilai ua/Un yang
disetting maka semakin besar pula nilai pengoperasian dan pelepasan yang
diukur. Pada percobaan 3 ini, data yang dihasilkan hampir sama dengan
data percobaan 2 yaitu beda nilai pengoperasian dan pelepasan yang
diukur hanya beda beberapa angka saja.
VII.4 Analisa Data Percobaan 4
Pada percobaan 2 , rangkaian yang digunakan adalah rangkaian 4.3 yang
ditujukan untuk mengukur konsumsi daya intrinsik pada rangkiaan. Hasil
pengukuran dapat kita lihat pada tabel 4. Dari data yang yeng telah
didapat, dapat kita lihat bahwa pada tegangan (V) ssebesar 230,72 V, arus
yang terukur sebesar 21,7 mA dan daya sebesar 50,0 buzzer tidak
beroperasi atu tidak berbunyi, sedangkan pada tegangan 239,78, arus yang
terukur 25,5 dan daya 61,1 maka buzzerberoperasi atau berbunyi.

VII.5 Analisa Data Percobaan 5


Pada percobaan 2 , rangkaian yang digunakan masih dengan rangkaian 4.2
yang membedakan ialah nilai U (V) yang ditentukan yaitu dari20 V – 100
V. Hasil pengukuran yang dapat dilihat pada tabel 5, pada tegangan 20 V
arus yang terukur adalah 1,05 mA dan daya yang dihitung sebesar 0,21
VA dan pada tegangan teringgi yaitu 100 v arus yang terukur ialah sebesar
5,56 mA dengan daya sebesar 5,56 VA. Dari sini dapat kita ketahui bahwa
semakin besar nilai tegangan maka nilai arus dan daya nya pun semakin
besar pula.
VII.6 Analisa Data Percobaan 6
Pada percobaan 2 , rangkaian yang digunakan adalah rangkian 4.4 dengan
penyetelan pada rele : Ua/Un = 0,6, Ur/Un = 0,5 dan t = 0,5 dt. Pada
percobaan ini digunakan alat bantuan berupa stopwatch. Data pengukuran
dapat dilihat pada tabel 6. t penyetelan (dt) di setting dari nilai 0,5 dt – 5
dt. Dan hasil t pengukuran yang didapat ialah pada t penyetelan 0,5, t
pengukurannya = 00.61 dt, dan pada tpenyetelan 5 dt nilai t pengukuran
adalah sebesar 05.71 dt. Ini menunjukan bahwa adanya kesamaan antara
waktu penyetelan dengan waktu pengukuran yang menunjukan akurasi
dari waktu operasi rele.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada percobaan satu, dua dan tiga didapat bahwa semakin besar
nilai Ua/Un yang disetting maka nilai pengoperasian dan nilai
pelepasan yang diukur semakin besar juga. Hanya saja yang
membedakan adlah pada percobaan 1 dengan nilai Ur/Ua= 0,5 beda
nilai pelepasan yang diukur hampir 50% bedanya dari nilai
pengoperasian yang diukur. Sednagkan pada percobaan 2 dan 3
perbedaan nilai pengoperasian dengan nilai pelepasan yang diukur
hanya beda beberapa angka saja.
2. Dari percobaan 1-3 dapat kita bandigkan bahwa semakin besar nilai
setting Ur/Ua pada penyetelan rele maka nilai pengoperasian yang
dihasilkan semakin kecil hal ini dapat dilihat pada btabel dan begitu
juga dengan nilai pelepasan yang diukur karena mengikuti nilai
pengoperasiannya.
3. Pada percobaan 4 dari data yang yeng telah didapat, dapat kita lihat
bahwa pada tegangan (V) ssebesar 230,72 V, arus yang terukur sebesar
21,7 mA dan daya sebesar 50,0 buzzer tidak beroperasi atu tidak
berbunyi, sedangkan pada tegangan 239,78, arus yang terukur 25,5 dan
daya 61,1 maka buzzerberoperasi atau berbunyi.
4. Pada percobaan 5, dapat kita ketahui bahwa semakin besar nilai
tegangan maka nilai arus dan daya nya pun semakin besar pula.
5. Pada percobaan 6, dan dari data pada tabel 6 menunjukan bahwa
adanya kesamaan antara waktu penyetelan dengan waktu pengukuran
yang menunjukan akurasi dari waktu operasi rele.

Anda mungkin juga menyukai