Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM POWER SYSTEM

SEMESTER GANJIL 2021/2022


VOLTAGE DROP

OLEH :
ADITYA DACOSTA
321 19 052
3C
KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
VOLTAGE DROP
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan kondisi undervoltage pada
beberapa jenis saluran trasmisi/ distribusi.
2. Mahasiswa dapat mengukur besar voltage drop untuk bebepa jenis
transmisi/ distribusi.

II. TEORI DASAR


Suatu jaringan daya listrik, pada dasarnya dapat terdiri dari komponen-
komponen berikut:
- Pusat pembangkit (terdiri dari penggerak mula, generator dan
step-up transformator)
- Saluran transmisi;
- Gardu Induk
- Saluran distrubusi (saluran udara – overhead line/ OHL dan
saluran bawah tanah – underground cable/ UGC ); terdiri dari
tegangan menengah/ TM – medium voltage/ MV dan tegangan
rendah/ TR – low voltage/ LV.
- Konsumen; dapat terdiri dari konsumen industri; rumah tangga,
dll.
Jaringan ini dapat di gambarkan seperti pada gambar 1 di bawah yang disertai
dengan tingkatan tegangan kerja (operasi) di setiap bagian.
Gambar 1 Tipikal Jaringan tenaga listrik

Saluran Transmisi dan Distribusi


Tujuan dari jaringan transmisi adalah mentransfer/ mengirim energy listrik
dari sistem pembangkit yang tersebar di berbagai lokasi menuju sistem distribusi
yang terhubung ke beban.
Suatu saluran transmisi memiliki empat parameter listrik, yakni resistansi,
induktansi, kapasitansi dan konduktansi. Induktansi dan kapasitansi disebabkan
oleh pengaruh medan magnet dan medan litrik di sekitar konduktor
(penghantar). Sedangkan parameter konduktansi muncul di antara konduktor –
konduktor atau konduktor – ground (tanah). Konduktansi menghasilkan arus
bocor (leakage current) pada isolator saluran transmisi udara (OHL) atau
melalui isolasi untuk transmisi bawah tanah (UGC). Namun karena kebocoran
pada isolator dapat diabaikan maka konduktansi antara konduktor pada OHL
biasanya diabaikan (terutama untuk transmisi jarak pendek).
Untuk resistansi dan induktansi terdistribusi merata di sepanjang saluran
yang membentuk impedansi seri. Konduktansi dan kapasitansi terdapat di antara
konduktor – konduktor ataupun dari konduktor ke netral/ ground yang
selanjutnya membentuk shunt admitatance. Meskipun resistansi, induktansi dan
kapasitansi terdistribusi namun rangkaian ekuivalen suatu saluran dibuat
menjadi satu.
Berdasarkan jarak transmisi saluran udara (OHL), maka dapat diklasifikasi
sebagai berikut:
- Transmisi jarak pendek (short-length line), panjang kurang dari 80 km
- Transmisi jarak menengah (medium-length line), panjang antara 80 km – 240 km
- Transmisi jarak jauh (long-length line), panjang lebih dari 240 km
Pada saluran transmisi jarak pendek, shunt capacitance sangat kecil sehingga
dapat diabaikan, parameter yang diperhitungkan hanya resistansi (R) dan
induktansi (L) sepanjang saluran transmisi.
Untuk saluran jarak menengah digambarkan dengan parameter R dan L
yang diserikan beserta kapasitansi ke netral pada masing-masing ujung
rangkaian ekuivalen dengan nilai masing-masing setangah dari nilai C. Adapun
nilai konduktansi G diabaikan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

Saluran Transmisi Pendek


Rangkaian ekuivalen dari saluran transmisi pendek, seperti gambar 2,
dimana IS adalah sending current – arus terkirim, IR adalah receiving current –
arus yang diterima, VS dan VR sebagai sending and receiving line to neutral
voltage.
Dimana:

IS = I R ..........................................................................................................
(1)

VS = VR + IR.Z ........................................................................................
(2)

Nilai Z adalah zl, atau total impedansi seri saluran.


Vz

IS R X IR

Z = R + j wL

VS
Load VR

Gambar 2 Rangkaian ekuivalen saluran transmisi pendek

Adapun nilai regulasi tegangan untuk transmisi jarak pendek, dapat dinyatakan
sbb:

Dimana:
VR,NL : Receiving Voltage, No Load (tegangan sisi
penerima kondisi tanpa beban)

VR,FL : Receiving Voltage, Full Load (tegangan sisi


penerima kondisi beban penuh)

Adanya perbedaan tegangan antara sisi pengirim dan penerima ini


disebabkan oleh adanya jatuh tegangan (voltage drop) oleh adanya impedansi
saluran. Jika voltage drop dinyatakan dalam Vz, maka besarnya adalah

............................................................................................
(4)

Dimana;
Vz = besarnya voltage drop pada suatu salauran transmisi
(pendek)
Vr = besarnya resistive voltage drop
Vx = besarnya reactive voltage drop
VZ V x=X *I
VS
VR V r=R *I

a I

Gambar 3 Diagram vector hubungan antara VS, VR dan VZ

Dengan adanya pengukuran tegangan di sisi pengirim dan penerima, maka


besarnya jatuh tegangan pada suatu transmisi dapat diperoleh dengan:
......................................................................................................
(5)

Dengan memodifikasi gambar menjadi seperti gambar 3 dan dengan


menggunakan rumus Phytagoras,maka:

s |V R |
|V |-
b
VZ a
VS V x=X *I
VR V r=R *I

a I

Gambar 4 Diagram vector hubungan antara VS, VR dan VZ

Normalnya nilai a dan b jauh lebih kecil dari nilai V S dan VR maka b2 dapat
diabaikan.
Sehingga diperoleh U1  U2 + a, atau Vz = a. Dimana:
................................................................................................... (7)

........................................................................................ (8)

.......................................................................................... (9)
a b

V x=X *I
VZ
aR

a
V r=R *I ax

Gambar 5 Diagram vector drop voltage

Sehingga drop voltage:


..........................................................................
(10)

Karena pada sistem tiga fase


P = 3 V . I. cos a atau I cos a = P / (3 . V) dan ................ (11)

Q = 3 V . I. sin a atau I sin a = Q / (3 . V) .............................. (12)

Dengan melakukan subtitusi persamaan (11) ke dalam persamaan (10) maka


drop voltage juga dapat dituliskan sbb:

III. ALAT DAN BAHAN


1. Modul Pembangkit, transmisi dan beban (Ex Terco)
2. Kabel secukupnya
3. Multimeter jika diperlukan
IV. GAMBAR RANGKAIAN

Menuju
Transmisi

Beban

Gambar 6
Rangkaian
Percobaan
Voltage

Drop
Beban

Voltmeter

Gambar 7 Rangkaian Voltage Drop pada Terco


Catatan:
Untuk percobaan voltage drop pada transmisi jarak pendek,
kapasitansi antar saluran dan saluran ke tanah tidak perlu
dihubungkan.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Pilih salah satu modul transmisi/ distribusi. Merangkai percobaan sesuai
gambar percobaan (tidak perlu menghubungkan kapasitansi saluran –
saluran dan saluran – ground).
3. Mencatat parameter transmisi/ distribusi.

Gambar 8 Contoh parameter setting untuk line modul 230 kV

4. Pastikan posisi beban pada level 0.


5. Memeriksa setting frekuensi motor pada posisi 50Hz.
6. Pastikan posisi pengaturan motor Auto.
7. Pastikan posisi pengaturan generator Auto
8. On-kan motor turbine control (CBM)
9. Memeriksa kecepatan motor pada kecepatan 1500 rpm.
10. On-kan generator excitation control (CBF)
11. Naikkan perlahan-lahan arus eksitasi sampai out tegangan mencapai
kurang lebih 220 Volt di sisi generator atau tegangan sekunder trafo
telah mencapai 380/390 V.
12. Pada modul PST2210 C1 – modul generator - Close isolator switch I2
lalu on-kan CB-1. Ini berarti Bus B telah mendapatkan tegangan dari
Generator.
13. Pada modul PST 2210 C3, pilih feeder ke 2, masukkan isolator I8 dan
I10.
Selanjutnya close CB4.
14. Masukkan beban sesuai tabel hasil percobaan.
15. Mencatat hasil pengukuran di sisi pengirim (meter sebelum transmisi dan
sisi penerima (meter di sisi beban). atau sesuai tabel.
16. Off kan feeder, offkan CB & isolating modul pembangkit, turunkan
eksitasi, offkan switch eksitasi dan off kan prime mover.
VI. DATA PERCOBAAN

1. Percobaan transmisi/ distribusi


Jenis Modul : Transmisi 230 kV
Kapasitansi antar phase :dihubungkan/tidak dihubungkan
Kapasitansi phase – ground :dihubungkan/tidak dihubungkan

Tabel 1 Data Hasil Percobaan Transmisi 230 kV


Pengukuran
Load
Sending Point Receiving Point
I Pf
R L C VLL VLN VT Q P S VLL VLN VT Q P S PF
1 0 0 0,24 1 411,5 237,6 4,2 0 171 171 400,4 236,4 4,2 0 170 170 1
0 1 0 0,3 0,1 410,5 236,7 4,07 217 22 219 405,3 234 4,07 215 21 216 0,09
1 1 0 0,65 0,65 407,7 235,5 5,67 213 185 282 400,1 231 5,67 208 182 277 0,65
VT = voltage drop yang diukur langsung dengan multimeter

2. Percobaan transmisi/ distribusi


Jenis Modul : Distribusi 35 kV
Kapasitansi antar phase : dihubungkan/ tidak dihubungkan
Kapasitansi phase – ground : dihubungkan/ tidak dihubungkan

Tabel 2 Hasil Percobaan Distribusi 35 kV


Pengukuran
Load
Sending Point Receiving Point
I Pf
R L C VLL VLN VT Q P S VLL VLN VT Q P S PF
1 0 0 0,23 1 410,4 237 5,88 0 169 169 407 235 5,88 0 168 168 1
0 1 0 0,3 0,10 412,2 237,9 6,28 217 23 218 403,6 233 6,28 213 21 214 0,09
1 1 0 0,39 0,65 408,5 235,9 8,35 212 183 280 396,6 229 8,35 204 179 272 0,61
VT = voltage drop yang diukur langsung dengan multimeter

3. Percobaan transmisi/ distribusi


Jenis Modul : Distribusi kabel 11 kV
Kapasitansi antar phase : dihubungkan/ tidak dihubungkan (coret yang tidak
perlu)
Kapasitansi phase – ground : dihubungkan/ tidak dihubungkan (coret
yang tidak perlu)
Ket. Percobaan ketiga tidak dilakukan karena Modul Distribusi 11 kV tidak
dapat digunakan (rusak).

VII. ANALISIS PERCOBAAN


Pada praktikum ini dilakukan simulasi sistem tenaga listrik yang dimulai dari
pembangkit hingga ke beban melalui modul jaringan transmisi pendek. Pada
praktikum ini digunakan 3 buah modul jaringan transmisi, yaitu modul distribusi 35
kV, dan modul transmisi 230 kV. Beban yang digunakan untuk masing masing modul
adalah sama. Praktikum ini bertujuan untuk melihat jatuh tegangan yang terjadi pada
sistem tenaga listrik dan melihat pengaruh beban terhadap parameter yang lainnya.
Adapun analisanya sebagai berikut.
A. Transmisi 230 kV
1. Beban R

Pada saat diberikan beban R, dapat dilihat pada tabel 1 bahwa pada sisi
pengirim dan sisi penerima perbedaan nilainya tidak jauh berbeda. Arus yang
didapatkan 0.24 A, faktor daya 1 dengan sudut 0º, pada sisi pengirim tegangan
phasa-phasa nya (VL-L) 411,5 V, tegangan phasa netral (V L-N) 237,6 V, daya
reaktif 0 VAR, daya aktif 171 W dan daya semu bernilai 171 VA. Sedangkan
pada sisi penerima didapatkan tegangan phasa-phasa nya (VL-L) 409,4 V,
tegangan phasa netral (VL-N) 236,4 V, daya reaktif 0 VAR, daya aktif 170 W dan
daya semu bernilai 170 VA. Untuk keseluruhan percobaan dan di dapatkan nilai
jatuh tegangannya (voltage drop [VT]) yakni 4,2 V. Seperti yang diketahui
bahwa beban R bersifat murni sehingga menghasilkan faktor daya (Pf) sama
dengan 1, dimana sudut phasa 0º.

2. Beban L

Pada saat diberikan beban L, dapat dilihat pada tabel 1 bahwa pada sisi
pengirim dan sisi penerima nilainya tidak jauh berbeda. Arus yang didapatkan
yakni 0.3 A, faktor daya 0,1. Pada sisi pengirim tegangan phasa-phasa nya (V L-L)
410,5 V, tegangan phasa netral (V L-N) 236,7 V, daya reaktif 217 VAR, daya aktif
22 W dan daya semu bernilai 219 VA. Sedangkan pada sisi penerima didapatkan
tegangan phasa-phasa nya (VL-L) 405,3 V, tegangan phasa netral (VL-N) 234 V,
daya reaktif 215 VAR, daya aktif 21 W dan daya semu bernilai 216 VA. Untuk
keseluruhan percobaan dan di dapatkan nilai jatuh tegangannya (voltage drop
[VT]) yakni 4,07 V. Beban L pada percobaan ini memperburuk faktor daya, hal
ini disebabkan oleh sifat beban L (Lagging) yang memperkecil faktor daya. Nilai
faktor daya yang baik ketika nilainya mendekati 1 atau sama dengan 1,
sedangkan nilai faktor daya yang buruk ketika nilainya mendekati 0 atau sama
dengan 0.

3. Beban R dan L

Berdasarkan tabel percobaan 1 diketahui bahwa beban R dan L memperkecil


faktor daya dan memperbesar jatuh tegangan. Arus yang di dapatkan 0,4 A,
faktor daya 0.65. Pada sisi pengirim tegangan phasa-phasa nya (V L-L)407,7 V,
tegangan phasa netral (VL-N) 235,5 V, daya reaktif 213 VAR, daya aktif 185 W
dan daya semu bernilai 282 VA. Sedangkan pada sisi penerima didapatkan
tegangan phasa-phasa nya (VL-L) 400,1 V, tegangan phasa netral (VL-N) 231 V,
daya reaktif 208 VAR, daya aktif 208 W dan daya semu bernilai 277 VA. Untuk
keseluruhan percobaan dan di dapatkan nilai jatuh tegangannya (voltage drop
[VT]) yakni 5,67 V.

B. Distribusi 35 kV
1. Beban R
Pada saat diberikan beban R, dapat dilihat pada tabel 2 bahwa pada sisi
pengirim dan sisi penerima perbedaan nilainya tidak jauh berbeda. Arus yang
didapatkan 0,23 A, faktor daya 1, pada sisi pengirim tegangan phasa-phasa nya
(VL-L) 410,4 V, tegangan phasa netral (VL-N) 237,9 V, daya reaktif 0 VAR, daya
aktif 169 W dan daya semu bernilai 169 VA. Sedangkan pada sisi penerima
didapatkan tegangan phasa-phasa nya (VL-L) 407 V, tegangan phasa netral (VL-N)
235 V, daya reaktif 0 VAR, daya aktif 168 W dan daya semu bernilai 168 VA.
Untuk keseluruhan percobaan dan di dapatkan nilai jatuh tegangannya (voltage
drop [VT]) yakni 5,88 V. Seperti yang diketahui bahwa beban R bersifat murni
sehingga menghasilkan faktor daya (Pf) sama dengan 1.

2. Beban L

Pada saat diberikan beban L, dapat dilihat pada tabel 2 bahwa pada sisi
pengirim dan sisi penerima nilainya tidak jauh berbeda. Arus yang didapatkan
yakni 0,3 A, faktor daya 0,1. Pada sisi pengirim tegangan phasa-phasa nya (V L-L)
412,2 V, tegangan phasa netral (V L-N) 237,9 V, daya reaktif 217 VAR, daya aktif
23 W dan daya semu bernilai 218 VA. Sedangkan pada sisi penerima didapatkan
tegangan phasa-phasa nya (VL-L) 403,6 V, tegangan phasa netral (VL-N) 233 V,
daya reaktif 213 VAR, daya aktif 21 W dan daya semu bernilai 214 VA. Untuk
keseluruhan percobaan dan di dapatkan nilai jatuh tegangannya (voltage drop
[VT]) yakni 6,28 V. Beban L pada percobaan ini memperburuk faktor daya, hal
ini disebabkan oleh sifat beban L (Lagging) yang memperkecil faktor daya.

3. Beban R dan L

Berdasarkan data percobaan pada tabel 2 diketahui bahwa beban R dan L


memperkecil faktor daya dan memperbesar jatuh tegangan. Arus yang di
dapatkan 0.39 A, faktor daya 0.65. Pada sisi pengirim tegangan phasa-phasa nya
(VL-L) 408,5 V, tegangan phasa netral (VL-N) 235,9 V, daya reaktif 212 VAR,
daya aktif 183 W dan daya semu bernilai 280 VA. Sedangkan pada sisi penerima
didapatkan tegangan phasa-phasa nya (VL-L) 396,6 V, tegangan phasa netral (VL-
N) 229 V, daya reaktif 204 VAR, daya aktif 179 W dan daya semu bernilai 272
VA. Untuk keseluruhan percobaan dan di dapatkan nilai jatuh tegangannya
(voltage drop [VT]) yakni 5,67 V.
C. Perhitungan Impedansi Jaringan
Rumus impedansi jaringan :
VLLSending Point−VLL Receiving Point ........................(16)
Arus Phasa ( I )
Dengan mengambil sampel perhitungan beban R pada tabel 6.1 transmisi 230 kV :
V ≪Sending Point−V ≪ Receiving Point 411,5 V −400,4 V
= =46,25 Ω
Arus Phasa ( I ) 0.24 A

Tabel 7.1 Impedansi Jaringan pada Modul Transmisi 230 kV

Load VLL
VLL
I (A) Impedansi
Sending
Receiving Point Jaringan (
Point
R L C Ω¿
1 0 0 0.240 411,5 400,4 46,25 Ω
0 1 0 0.308 410,5 405,3 16,83 Ω
1 1 0 0.40 407,7 400,1 1,5 Ω

Tabel 7.2 Impedansi Jaringan pada Modul Distribusi 35 kV

Load VLL
VLL
I (A) Impedansi
Receiving
Sending Point Jaringan (
Pint
R L C Ω¿
1 0 0 0.238 410,4 407 14,28 Ω
0 1 0 0.306 412,2 403,6 28,10 Ω
1 1 0 0.396 408,5 396,6 30.05 Ω

D. Perhitungan Voltage Drop Secara Teori


Dengan menggunakan persamaan 5, dan mengambil sampel data pada percobaan
beban R pada modul transmisi 230 kV :

Vz = 411,5 – 404,4
Vz = 7.1 V
Dan rumus persentase kesalahan :
[ Nilai Praktik −Nilai Teori]
persen kesalahan =
Nilai Teori
x 100%
[5,67−6,6]
=
5,3
x 100%
= 93%

Tabel 7.4 Hasil perhitungan secara teori Voltage Drop untuk modul transmisi 230
kV
VLL (V) VLL (V)
Load VT (V) VT (V) %
Sending Receiving
(Praktek) (Teori) Kesalahan
Point Pint
R L C
1 0 0 411,5 400,4.7 4.2 7.1 40
0 1 0 410,5 405,3 4.07 5.3 123
1 1 0 407,7 400,1 5,67 6,6 93

Tabel 7.5 Hasil perhitungan secara teori Voltage Drop untuk modul distribusi 35 kV
VLL (V) VLL (V)
Load VT (V) VT (V) %
Sending Receiving
(Praktek) (Teori) Kesalahan
Point Pint
R L C
1 0 0 410,4 407 5,88 3.4 72.94
0 1 0 412,2 403,6 6,28 8.6 26,97
1 1 0 408,5 396,6 6,35 11,9 46,63

Adanya persentase kesalahan terjadi karena ketika pembacaan saat praktikum


dan pada rangkaian percobaan.

VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum ini, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Penambahan beban R dan L akan memperbesar drop tegangan
2. Penambahan kapasitansi pada saluran transmisi/distribusi akan memperkecil drop
tegangnan
3. Transmisi berdasarkan saluran udara dibedakan menjadi 3 yakni Transmisi Jarak
Pendek (short-lenght line) panjang kurang dari 80 km, Transmisi Jarak
Menengah (medium-lenght line) panjang antara 80 km – 240 km, dan transmisi
jarak jauh (long-lenght line) panjang lebih dari 240 km.
4. Voltage drop dapat dihitung seperti rumus pada persamaan 5 yaitu
, atau bisa dihitung ketika praktek dengan menjumlahkan tegangan
pada saluran transmisi tiap phasa dibagi 3 maka itu adalah nilai dari volatge drop.
5. Ketika hanya terdapat beban R dan L pada saluran, maka jatuh tegangan akan
semakin besar. Sedangkan jika hanya beban L saja yang ada (induktif murni)
maka jatuh tegangan akan semakin kecil dan faktor dayanya akan buruk
(mendekati 0) dengan sudut phasa 90º.
6. Ketika hanya terdapat beban R saja (resistif murni) maka faktor daya menjadi 1
atau mendekati 1 dengan sudu phasa 0º.
7. Untuk perhitungan impedansi daya bisa dicari dengan persamaan 16 yakni
VLL Sending Point−VLL Receiving Point
Arus Phasa ( I )

Anda mungkin juga menyukai