Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM PRAKTIKUM

PEMBANGKIT DAN PENYALURAN SISTEM TENAGA


LISTRIK

“Pengujian Voltage Drop“

OLEH :

DHANI JULIANTO PUTRA

42123256

4C – D4 TEKNIK LISTRIK (RPL)

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2023
I. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini, praktikan diharapkan mampu untuk:

1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis transmisi berdasarkan jaraknya


2. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh beban R, L dan C dan kombinasi
ketiganya terhadap voltage drop pada:
a. Transmisi jarak pendek
b. Transmisi jarak menengah

II. Teori Dasar

Suatu jaringan daya listrik, pada dasarnya dapat terdiri dari komponen-
komponen berikut:
- Pusat pembangkit (terdiri dari penggerak mula, generator dan step-
up transformator)
- Saluran transmisi;
- Gardu Induk
- Saluran distrubusi (saluran udara – overhead line/ OHL dan
saluran bawah tanah – underground cable/ UGC ); terdiri dari
tegangan menengah/ TM – medium voltage/ MV dan tegangan
rendah/ TR – low voltage/ LV.
- Konsumen; dapat terdiri dari konsumen industri; rumah tangga, dll.
Jaringan ini dapat di gambarkan seperti pada gambar 1 di bawah yang disertai
dengan tingkatan tegangan kerja (operasi) di setiap bagian.
Gambar 1. Tipikal Jaringan tenaga listrik

Saluran transmisi dan distribusi

Tujuan dari jaringan transmisi adalah mentransfer/ mengirim energi listrik


dari sistem pembangkit yang tersebar di berbagai lokasi menuju sistem
distribusi yang terhubung ke beban.
Suatu saluran transmisi memiliki empat parameter listrik, yakni
resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi. Induktansi dan kapasitansi
disebabkan oleh pengaruh medan magnet dan medan listrik di sekitar
konduktor (penghantar). Sedangkan parameter konduktansi muncul di antara
konduktor – konduktor atau konduktor – ground (tanah). Konduktansi
menghasilkan arus bocor (leakage current) pada isolator saluran transmisi
udara (OHL) atau melalui isolasi untuk transmisi bawah tanah (UGC).
Namun karena kebocoran pada isolator dapat diabaikan maka konduktansi
antara konduktor pada OHL biasanya diabaikan (terutama untuk transmisi
jarak pendek).
Untuk resistansi dan induktansi terdistribusi merata di sepanjang
saluran yang membentuk impedansi seri. Konduktansi dan kapasitansi
terdapat di antara konduktor – konduktor ataupun dari konduktor ke netral/
ground yang selanjutnya membentuk shunt admitatance. Meskipun resistansi,
induktansi dan kapasitansi terdistribusi namun rangkaian ekuivalen suatu
saluran dibuat menjadi satu.
Berdasarkan jarak transmisi saluran udara (OHL), maka dapat
diklasifikasi sebagai berikut:
- Transmisi jarak pendek (short-length line), panjang kurang dari 80
km
- Transmisi jarak menengah (medium-length line), panjang antara 80
km – 240 km
- Transmisi jarak jauh (long-length line), panjang lebih dari 240 km
Pada saluran transmisi jarak pendek, shunt capacitance sangat kecil sehingga
dapat diabaikan, parameter yang diperhitungkan hanya resistansi (R) dan
induktansi (L) sepanjang saluran transmisi.
Untuk saluran jarak menengah digambarkan dengan parameter R
dan L yang diserikan beserta kapasitansi ke netral pada masing-masing ujung
rangkaian ekuivalen dengan nilai masing-masing setangah dari nilai C.
Adapun nilai konduktansi G diabaikan sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya.

Saluran transmisi Pendek


Rangkaian ekuivalen dari saluran transmisi pendek, seperti gambar 2, dimana
IS adalah sending current – arus terkirim, IR adalah receiving current – arus
yang diterima, VS dan VR sebagai sending and receiving line to neutral
voltage.
Dimana:
IS = IR....................................................................................................................... (1)
VS = VR + IR.Z ................................................................. (2)
Nilai Z adalah zl, atau total impedansi seri saluran.
Vz

IS R X IR

Z = R + j L

VS
Load VR

Gambar 2. Rangkaian ekuivalen saluran transmisi pendek

Adapun nilai regulasi tegangan untuk transmisi jarak pendek, dapat


dinyatakan sbb:

|𝑉𝑅,𝑁𝐿|−|𝑉𝑅,𝐹𝐿|
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑔𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝑥100 % .................. (3)
|𝑉𝐹𝐿|
Dimana:
VR,NL : Receiving Voltage, No Load (tegangan sisi
penerima kondisi
tanpa beban)
VR,FL : Receiving Voltage, Full Load (tegangan sisi
penerima kondisi beban penuh)

Adanya perbedaan tegangan antara sisi pengirim dan penerima ini disebabkan
oleh adanya jatuh tegangan (voltage drop) oleh adanya impedansi saluran.
Jika voltage drop dinyatakan dalam Vz, maka besarnya adalah

𝑉𝑧 = √𝑉𝑟2 + 𝑉𝑥2 ............................................................................................ (4)

Dimana;
Vz = besarnya voltage drop pada suatu salauran transmisi
(pendek)
Vr = besarnya resistive voltage drop
Vx = besarnya reactive voltage drop

VZ Vx=X*I
VS
VR Vr=R*I

 I

Gambar 3. Diagram vector hubungan antara VS, VR dan VZ

Dengan adanya pengukuran tegangan di sisi pengirim dan penerima, maka


besarnya jatuh tegangan pada suatu transmisi dapat diperoleh dengan:
𝑉𝑧 = 𝑉𝑠 − 𝑉𝑅 ...................................................................................................... (5)
Dengan memodifikasi gambar menjadi seperti gambar 3 dan dengan
menggunakan rumus Phytagoras,maka:
𝑉2 = (𝑉 + 𝑎)2 + 𝑏2 ................................................................................... (6)
𝑠 𝑅

b
VZ
a
VS Vx=X*I
VR Vr=R*I

 I

Gambar 4. Diagram vector hubungan antara VS, VR dan VZ

Normalnya nilai a dan b jauh lebih kecil dari nilai VS dan VR maka b2 dapat
diabaikan. Sehingga diperoleh U1  U2 + a, atau Vz = a. Dimana:
𝑎 = 𝑎𝑅 + 𝑎𝑥 ................................................................................................... (7)

𝑎𝑅 = 𝑅 ∗ 𝐼 ∗ 𝑐𝑜𝑠 𝛼 ......................................................................................... (8)

𝑎𝑥 = 𝑋 ∗ 𝐼 ∗ 𝑠𝑖𝑛 𝛼 .......................................................................................... (9)

 b
Vx=X*I

aR

Vr=R*I ax
Gambar 5. Diagram vector drop voltage

Sehingga drop voltage:


𝑉𝑧 = 𝐼(𝑅 cos 𝛼 + 𝑋 sin 𝑎) ........................................................ (10)
Karena pada sistem tiga fase
P = 3 V . I. cos  atau I cos  = P / (3 . V) dan ................... (11)
Q = 3 V . I. sin  atau I sin  = Q / (3 . V) .......................... (12)
Dengan melakukan subtitusi persamaan (11) ke dalam persamaan (10) maka
drop voltage juga dapat dituliskan sbb:
𝑅𝑃2+𝑋𝑄2
∆𝑉𝑧 = ....................................................................................................... (13)
𝑉𝑅

Saluran Transmisi Menengah


Dalam saluran transmisi, faktor shunt admittance (biasanya murni
kapasitansi) sudah diperhitungkan. Jika shunt admittance dibagi menjadi dua
persis sama dan ditempatkan di kedua ujung rangkaian ekuivalen maka
rangkaian selanjutnya disebut sebagai nominal 𝜋, seperti digambarkan di
bawah.
Vz

IS R X IR

Z = R + j L

VS VR
Y/2 Y/2

Gambar 6. Rangkaian ekuivalen saluran transmisi menengah


Berdasarkan gambar 3 di atas diperoleh persamaan berikut:
𝑌
𝑉 = (𝑉 + 𝐼 )𝑍 + 𝑉 ............................................................................ (14)
𝑆 𝑅2 𝑅 𝑅
𝑍𝑌
𝑉𝑆 = ( 2 + 1) 𝑉𝑅 + 𝑍𝐼𝑅 ................................................................................ (15)

𝑌 𝑌
𝐼 =𝑉 +𝑉 +𝐼 ....................................................................................... (16)
𝑆 𝑆2 𝑅2 𝑅

Dengan melakukan subtitusi nilai Vs (persamaan 15) pada persamaan 16 di


atas, maka diperoleh:
𝑍𝑌 𝑍𝑌
𝐼 = 𝑉 𝑌 (1 + + 1) 𝐼 ........................................................... (17)
𝑆 𝑅 4
)+( 2 𝑅

Persamaan 15 dan persamaan 17 dapat juga dinyatakan secara umum sbb:


𝑉𝑆 = 𝐴𝑉𝑅 + 𝐵𝐼𝑅 ................................................................................................. (18)
𝐼𝑆 = 𝐶𝑉𝑅 + 𝐷𝐼𝑅 .................................................................................................. (19)

Dimana
𝑍𝑌
𝐴=𝐷= +1 ............................................................................................... (20)
2
𝑍𝑌
𝐵=𝑍 𝐶= 1+ ..................................................................................... (21)
4

Konstanta ABCD ini terkadang disebut juga sebagai konstanta umum


rangkaian saluran transmisi (generalized circuit constant of transmission
line). Konstanta A sangat penting untuk regulasi tegangan, yakni:

|𝑉𝑆|/|𝐴|−|𝑉𝑅,𝐹𝐿|
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑔𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝑥100 % .................................. (22)
|𝑉𝑅,𝐹𝐿|

Dimana:
VS : Sending Voltage (tegangan pengirim)

Sedangkan voltage drop pada saluran transmisi jarak menengah ini dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sbb:
𝑃2 1
𝑉 =𝑅 + (𝑋 − )
𝑄2 ..................................................................... (23)
𝑧 3𝑈𝑠 𝜔𝐶𝑒 3𝑉𝑠

Dimana:
𝐶𝑒 = 3𝐶1 + 𝐶0 ................................................................................................. (24)

C1 = kapasitansi antar saluran (fase)


C0 = kapasitansi antara saluran dan ground (tanah).

III. Alat dan Bahan


1. Modul Pembangkit, transmisi dan beban (Ex Terco)
2. Kabel secukupnya
3. Multimeter jika diperlukan
IV. Rangkaian Percobaan

Catatan:
Untuk percobaan voltage drop pada transmisi jarak pendek,
kapasitansi antar saluran dan saluran ke tanah tidak perlu dihubungkan.

V.. Prosedur Percobaan


A. Transmisi jarak pendek (menggunakan modul 70 kV/ 35 kV dan
tanpa kapasitansi saluran)
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Merangkai percobaan sesuai gambar percobaan (tidak perlu
menhubungkan kapasitansi saluran – saluran dan saluran – ground)
3. Mencatat dan menghitung parameter transmisi.
Contoh parameter setting untuk line modul 230 kV
4. Pastikan posisi beban pada level 0.
5. Memeriksa setting frekuensi motor pada posisi 50Hz.
6. Posisi pengaturan prime mover pada auto Mode
7. Posisi pengaturan eksitasi generator pada auto mode.
8. On-kan motor
9. Memeriksa kecepatan motor pada kecepatan 1500 rpm.
10. On-kan eksitasi generator
11. Naikkan beban sesuai permintaan pada tabel.
12. Mencatat hasil pengukuran.

B. Transmisi jarak menengah (menggunakan modul 70 kV/ 35 kV


dengan kapasitansi saluran)
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Merangkai percobaan sesuai gambar percobaan (tidak perlu
menhubungkan kapasitansi saluran – saluran dan saluran – ground)
3. Mencatat dan menghitung parameter transmisi.
4. Pastikan posisi beban pada level 0.
5. Memeriksa setting frekuensi motor pada posisi 50Hz.
6. Posisi pengaturan prime mover pada auto Mode
7. Posisi pengaturan eksitasi generator pada auto mode.
8. On-kan motor
9. Memeriksa kecepatan motor pada kecepatan 1500 rpm.
10. On-kan eksitasi generator
11. Naikkan beban sesuai permintaan pada tabel.
12. Mencatat hasil pengukuran.

VI..Tabel Hasil Pengukuran

a. Transmisi Pendek

Jenis Modul : 70 kV/50 km


Kapasitansi antar phase : tidak dihubungkan
Kapasitansi phase – ground : tidak dihubungkan
Pengukuran
Load
Pengirim (Sending) Penerima (Receiving)
I VT VLL VLN Q P S VLL VLN Q P S
R L C Pf Pf
Volt Volt Var Watt VA Volt Volt Var Watt VA
1 0 0 0,218 6,03 376,6 217,7 0 142 142 1 373,3 215,6 0 141 141 1
0 1 0 0,254 7,83 348,5 201,2 152 16 153 0,104 338,2 195,3 148 14 149 0,095
1 1 0,325 8,98 341,9 196,5 145 124 193 0,650 327,3 189 138 122 184 0,659

b. Transmisi Menengah

Jenis Modul : 230 kV/100 km


Kapasitansi antar phase : dihubungkan
Kapasitansi phase – ground : tidak dihubungkan

Pengukuran
Load
Pengirim (Sending) Penerima (Receiving)
I VT VLL VLN Q P S VLL VLN Q P S
R L C Pf Pf
Volt Volt Var Watt VA Volt Volt Var Watt VA
1 0 0 0,534 2,5 432,5 249,5 353- 189 400 0,472 429,7 248,2 0 187 187 1
0 1 0 0,140 3,134 402,8 232,6 -97 22 98 0,228 397,8 229,7 208 20 209 0,097
1 1 0,301 4,18 390,2 225,4 -111 170 203 0,836 383,2 221,2 192 167 255 0,656
c. Transmisi Panjang

Jenis Modul : 460 kV/200 km


Kapasitansi antar phase : dihubungkan
Kapasitansi phase – ground : dihubungkan

Pengukuran
Load
Pengirim (Sending) Penerima (Receiving)
I VT VLL VLN Q P S VLL VLN Q P S
R L C Pf Pf
Volt Volt Var Watt VA Volt Volt Var Watt VA
1 0 0 0,529 8,34 429,4 247,8 -342 195 393 0,496 432,1 249,3 0 189 189 1
0 1 0 0,134 6,04 400,2 231,1 -92 23 93 0,245 397,1 229,2 207 20 208 0,098
1 1 0,283 8,06 387,3 223,6 -87 169 190 0,889 380,1 380,1 190 165 251 0,656
VII. Analisis Hasil Percobaan

Pada percobaan ini dilakukan simulasi sistem tenaga listrik yang dimulai
dari pembangkit hingga ke beban melalui modul jaringan transmisi. Dari
percobaan ini, dapat diketahui bahwa adanya jatuh tegangan (voltage drop) yang
terjadi pada sistem tenga listrik antara sisi pengirim (sending point) dan sisi
penerima(receiving point).
Pada transmisi pendek kapasitansinya tidak dihubungkan dan pada
transmisi menengah kapasitansi yang dihubungkan hanyalah antar fasa sedangkan
fasa-ground tidak. Pada transmisi panjang kapasitansi antar fasa dan fasa-
ground¬-nya dihubungkan. Untuk saluran transmisi pendek, pengaruh kapasitansi
sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Sedangkan untuk saluran menengah
maupun panjang kapasitansinya bertambah tinggi sehingga dianggap terbagi rata
sepanjang saluran atau tidak terpusat (lumped). Jatuh tegangan pada saluran
tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban
serta berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Perhitungan jatuh
tegangan pada batas-batas tertentu dengan hanya menghitung besarnya tahanan
masih dapat dipertimbangkan, namun pada sistem jaringan khususnya pada sistem
tegangan menengah masalah indukstansi dan kapasitansinya diperhitungkan
karena nilainya cukup berarti.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh dengan menggunakan modul
35kV dengan jarak 20km dapat dilihat adanya perbedaan besaran tegangan pada
sisi pengirim dan sisi penerima baik pada tegangan antar fasa( VL-L ) maupun
tegangan fasa-netral(VL-N ) yang dapat dilihat pada gambar 9.
400

350

300
VL-L Pengirim

250 VL-L Penerima


VL-N Pengirim
200 VL-N Penerima

150

100
1R 1R + 1L 1R + 2L 1R + 2L + 1C 1R + 2L + 2C

Gambar 9 Grafik tegangan pada saluran 35kV jarak 20km

Saat bebannya resistif murni, besarnya jatuh tegangan antara sisi pengirim
dan penerima tidak begitu signifikan. Sementara pada saat beban sebesar 2R+1C,
arus mengalami penurunan dan selisih tegangan pada sisi pengirim dan penerima
menjadi lebih kecil. Namun, begitu beban induktif ditambahkan perbedaan besar
tegangan antara sisi pengirim dan penerima semakin besar. Besarnya beban
induktif akan mempengaruhi besarnya nilai arus, semakin besar beban induktif
maka akan memperbesar nilai arus dan memperkecil tegangan. Nilai jatuh
tegangan tertinggi saat beban L sebanyak 2 step (R=1, L=2, C=0). Ketika
kapasitor ditambahkan jatuh tegangan cenderung mengecil dan saat nilai L dan C
nya sama (R=1, L=2, C=2), nilai tegangannya juga naik, nilai jatuh tegangannya
mengecil.
Selain itu, dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa
terdapat perubahan tegangan antara sisi pengirim dan penerima seiring dengan
bertambahnya variasi beban. Saat diberikan beban Resistif murni, baik pada sisi
penerima dan sisi pengirim perbedaan nilainya tidak jauh berbeda. Dengan nilai
faktor dayanya 1 dengan sudut 0º, Seperti yang diketahui bahwa beban R bersifat
murni sehingga menghasilkan faktor daya (Pf) sama dengan 1, dimana sudut
phasa 0º. Dan ketika dimasukkan kedalam persamaan:
S
Q
α

P P=S
P = S cos φ

P = S cos 0˚

P=S

Pada saat beban L ditambahkan terjadi penurunan nilai faktor daya. Saat
(R=1, L=1, C=0) nilai faktor dayanya sebesar 0,88 dengan daya pada sisi
pengirim Q = 145VAR ; P = 124W dan S =193VA dan sisi penerima Q =
148VAR ; P = 14 W dan S =145VA.

Pengaruh Beban terhadap Daya pada


Sisi Pengirim(Sending) dan Penerima(Recipient)
300

250
Qs
200
Ps

150 Ss
Qr
100
Pr
50 Sr

0
1R 1R + 1L 1R + 2L 1R + 2L +1C 1R + 2L +2C

Gambar 10 Pengaruh Beban RLC pada Daya Sisi Pengirim dan Penerima
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Besarnya drop tegangan dipengaruhi oleh adanya impedansi saluran
dan arus, dimana semakin besar beban R dan L, maka akan
memengaruhi besarnya arus dan memperkecil tegangan.
2. Dengan penambahan beban kapasitor maka Drop tegangan pada
saluran transmisi dapat diminimalisir sehingga membuat penyaluran
energi listrik menuju sisi penerima dapat lebih efisien.

Anda mungkin juga menyukai