Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN III

INDUKTANSI, RANGKAIAN RL, DAN RANGKAIAN INDUKTOR SERI-


PARALEL

3.1 Tujuan
1. Mempelajari sifat- sifat komponen dari induktor yang merupakan salah satu
elemen pasif yang paling penting dalam rangkaian AC.
2. Mengembangkan hubungan untuk menemukan Induktansi total pada induktor-
induktor Seri dan Paralel.

3.2 Alat dan Bahan


1. Papan mount BR-3
2. Papan no-06 (induktor dan induktansi)
3. Generator Fungsi
4. Multimeter Digital
5. LCR Meter Digital
6. Osiloskop (20 Mhz Dual Trace)
7. Kabel Koneksi

3.3 Dasar Teori


3.3.1 Induktansi
Induktansi (L) adalah kemampuan dari sebuah konduktor untuk
menginduksi tegangan pada dirinya saat arus berubah sesuai fungsi waktu,
merupakan efek dari medan magnet yang terbentuk disekitar konduktor pembawa
arus yang bersifat menahan perubahan arus. Satuan induktansi adalah Henry atau
H. Satu henry induktansi menginduksi tegangan 1 volt pada saat arus berubah 1
Amper per sekon.
Induktansi akan muncul pada sebuah konduktor yang dililiti oleh kawat.
Arus listrik sumber bolak – balik (AC) yang melewati konduktor membuat
medan magnet sebanding dengan besar arus. Perubahan dalam arus menyebabkan
perubahan medan magnet yang menghasilkan GGL Induksi:

= volt................................................(3.1)
Jika tegangan antara kawat tersebut diketahui dan arusnya merupakan
besaran yang dicari, maka persamaan diatas menjadi :
= ∫ ampere………...…………………(3.2)

Persamaan di atas menunjukkan bahwa arus dalam kawat tersebut tidak


bergantung pada nilai sesaat tegangannya, melainkan pada nilai sejak awal hingga
saat tegangan diamati, yaitu integral atau jumlah hasilkali volt-detik untuk seluruh
waktu hingga saat diamati.
Jika kawat tersebut dicatu dengan sumber searah ( DC ), maka yang akan
terjadi nilai tegangan pada kawat tersebut akan = 0, sehingga rangkaian akan
terhubung singkat ( short circuit ).

= ……………………..….…………(3.3)

Jika dicatu sumber DC = 0, sehingga persamaannya menjadi

= 0 …...…....................…….……...…(3.4)
= 0 volt ....……………………………(3.5)
Karena nilai v = 0, maka rangkaian akan terhubung singkat ( short circuit ).
Transformator merupakan salah satu contoh dari gabungan beberapa
induktor yang digabungkan bersama- sama. Pada transformator, saat seluruh
kumparan sekunder dilepaskan maka seluruh kumparan primernya hanyalah
sebagai induktor biasa. Rektansi induktif XL adalah sifat dari induktor untuk
bertindak sebagai resistor akan tetapi hanya pada sinyal AC. XL merupakan hasil
dari rumus berikut :
XL = ω.L = 2πfL ............................................ (3.6)
dimana f = frekuensi dalam Hertz
L = Induktansi dalam H

Induktor dapat diklasifikasi ke dalam 2 tipe aplikasi yang berbeda:


1. Gulungan RF : puluhan KHz untuk beberapa ratus MHz.
2. Gulungan LF : puluhan Hz untuk beberapa ratus KHz.

L pada gulungan LF didapatkan dari formula berikut:


.
= ....................................................... (3.7)
Dimana:
N= jumlah lilitan dan ditentukan oleh:

N= ,
................................................... (3.8)

Celah udara adalah kesenjangan yang disediakan dalam bentuk seri dengan
jalur magnetik fluks. Tujuan dari celah udara adalah untuk mencegah inti dari
kejenuhan ketika kekuatan medan magnet yang berlebihan diterapkan pada inti.
Sebagai contoh, arus AC naik diatas arus DC, atau besar arus AC puncak ke puncak
dapat menyebabkan kejenuhan inti.

Gambar 3.1 Lilitan dan Celah Udara pada Inti

Induktansi dari sebuah induktor inti udara dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
,
= . H ...................................... (3.9)

Dimana:
N = Jumlah lilitan
r = jari – jari lilitan (cm)
l = Panjang dari lilitan (cm)
µ = Permeabilitas (air = 1)
Kumparan dapat menyimpan energi di dalam medan magnet. Namun,
kumparan itu sendiri dapat menghilangkan energi pada saat yang sama disebabkan
oleh resistansi (R) DC dari kumparan.
Rasio antara energi yang tersimpan dan hilang dalam kumparan
didefinisikan sebagai faktor kualitas (Q).
Q sebuah kumparan = energi yang tersimpan / energi dihamburkan

= = ............................................. (3.10)
Dalam sebuah induktor, tegangan dan arus memiliki pergeseran fasa 90
derajat. Tegangan mendahului arus. Namun, ketika resistansi DC dipertimbangkan
seperti yang ditunjukkan di bawah ini, total resistansi terhadap sinyal AC disebut
sebagai impedansi Z.

= + →‫= ؞‬ + ........... (3.11)


Hubungan fase antara Z, XL dan R ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Hubungan Fasa Rangkaian Seri RL

∅ = tan ……………………... ……..(3.12)

E= E + E ………………………….…(3.13)
Keterangan :
ER = tegangan R
EL = tegangan L

Ketika R dan XL berada di paralel, impedansi dan hubungan fase


didefinisikan sebagai berikut :

Gambar 3.3 Hubungan Fasa dan Impedansi Dalam Rangkaian Paralel R- XL

= + ……………………….…………..…………….………(3.14)

Z=Rx ………………………………………………..……(3.15)
( )
Hubungan fase dalam rangkaian paralel R-XL seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.1.4 sebagai berikut :

Gambar 3.4 Hubungan Fasa dalam Rangkaian Paralel R-L

∅ = tan ……………………………………….……..(3.16)

I= I + I ……………………………………….…..(3.17)
Keterangan :
IR = Arus melalui R
IL = Arus melalui L

3.3.2 Rangkaian Induktansi


Seperti halnya Komponen Pasif lainnya (Kapasitor dan Resistor), Induktor
atau Coil juga dapat dirangkai secara seri dan paralel untuk mendapatkan nilai
Induktansi yang diinginkan. Induktor adalah komponen pasif elektronika yang
terdiri lilitan kawat dan mampu menyimpan energi pada medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melewatinya. Induktansi total pada rangkaian seri
dan paralel mengikuti peraturan yang sama seperti pada rangkaian resistor seri dan
paralel.

3.3.2.1 Rangkaiaan Seri Induktor


Rangkaian Seri Induktor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 atau
lebih induktor yang disusun sejajar atau berbentuk seri. Rangkaian Seri Induktor ini
menghasilkan nilai Induktansi yang merupakan penjumlahan dari semua Induktor
yang dirangkai secara seri.
Dibawah ini adalah gambar rangkaian Indutor yang di rangkai secara seri :

Gambar 3.5 Hubungan Seri Induktor

Untuk Induktor seri berlaku :


= + + .................................... (3.18)

3.3.2.2 Rangkaian Paralel Induktor


Rangkaian Paralel Induktor adalah sebuah rangkaian yang terdiri 2 atau
lebih Induktor yang dirangkai secara berderet atau berbentuk Paralel seperti gambar
dibawah ini:

Gambar 3.6 Hubungan Paralel Induktor

= + + ……………......................... (3.19)
3.4 Cara Kerja
1. Memasang papan No. 6 (Induktor dan Induktansi)
3.4.1 Reaktansi Induktif
1. Mengatur output generator fungsi (FG) menjadi gelombang sinus, 100
KHz, 20Vp-p dan hubungkan output ke tempat yang ditandai dengan "f"
di sisi kiri dari papan. Lihat gambar 8-4. Hubungkan CH-1 dan CH-2
dari sebuah osiloskop seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.8.
2. Menyetel basis waktu dari osiloskop untuk mendapatkan dua siklus
sinyal 100 KHz pada layar. Ukur tegangan puncak pada "a" dan "b" yang
direferensikan ke GND.

Gambar 3.3 Papan No. 06


Gambar 3.4 Hubungan Osiloskop dengan Papan

3. Nilai resistor pengindera arus Rd adalah 10 ohm. Ukur tegangan yang


melalui Rd dan hitung arus yang melewati Rd.
4. Dari tegangan yang diukur pada CH-2 dan arus yang diperoleh dari
langkah 4. Hitung impedansi z dan juga besarnya XL.
Catatan:
Diketahui input tegangan E dan arus I. Impedansi z dihitung sebagai E/I.
Z diperoleh, dan xL dapat dihitung dengan:

= +X

= +

Cara lain menentukan XL adalah dengan menggunakan hubungan E2 =


ER2 + EL2 untuk menentukan EL. Jika EL sudah diketahui, XL dihitung
dari XL = EL / I. Lihat gambar 3.9.
Gambar 3.5 Hubungan Fasa pada Rangkaian RL Seri

5. Atur Tegangan puncak CH-1 dan CH-2 menjadi sama besar dan ukur
beda phase antara 2 bentuk gelombang. Bandingkan hasil pengukuran
dengan nilai yang didapat menggunakan rumus berikut:

∅ = tan

6. Lepaskan generator fungsi. Menggunakan LCR meter, Ukur induktansi


L1 (a-c), L2 (c-b) dan L (a-b) pada gambar 8-5. Jika L1 = L2, L harus
empat kali dari L¬1 atau L2. Lihat pendahuluan, jika L1 danL2 tidak
sama, L hanya jadi dua kali lipat.
7. Hubungkan kembali generator fungsi kerangkaian dan ubah frekuensi
dari 100 KHz ke 200 KHz. Jangan mengubah amplitudonya. Cari arus I
dari Tegangan Rd
8. Ulangi langkah 5 dengan frekuensi diatur pada 200 KHz. Bagaimana
XL berubah ketika frekuensi dua kali lipat?

3.4.2 Karakteristik Frekuensi Rangkaian RL


1. Lihat gambar 3.10. Hubungkan 10 mH ke 1 KOhm secara seri. Ukur
tegangan EL pada cuplikan frekuensi berikut dan cari grafik
karakteristik f vs. Eo. Cuplikan frekuensi: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 10, 20, 30, 40,
50, 70, 100 Khz.
Gambar 3.6 Rangkaian Pengukuran Karakteristik Frekuensi Induktor

2. Lepaskan 10 mH dan 1 KΩ dari rangkaian. Hubungkan 1 mH dan 100


Ω seri seperti yang ditunjukkan oleh garis putus-putus. Ulangi langkah
10. Apa perbedaan dari hasilnya?
Catatan:
Nilai XL dari 1mH induktor adalah 10 waktu lebih besar (63Ω-6.3Ω)
dari nilai XL 1 mH inductor (6.3Ω-630Ω) untuk diberikan rentang
frekuensi yaitu 1KHz-100KHz. Dengan kata lain, output impedansi
lebih kecil dari 1mH inductor.
3. Untuk rangkaian seri 10mH dan 1KΩ, hitung nilai C pada 1 KHz,
10KHZ, dan 100KHz dengan menggunakan rumus Q= XL/R =2πfL/R.
Catatan:
Eksternal resistor digunakan dalam percobaan ini untuk mewakili
komponen kumparan DC. Biasanya, resistansi internal pada kumparan
DC digunakan untuk menetapkan nilai Q pada kumparan.

3.4.3 Rangkaian Induktor


1. Lihat gambar 3.7. Mengukur induktansi dan Q dari L2 dan L3 dengan
LCR meter digital. Mengisi kolom L2 dan L3 dari tabel di bawah ini.
2. Menghubungkan L2 dan L3 dalam seri. Ulangi pengukuran. Mengisi
kolom "L2, L3 dalam seri".
L2 L3 L2, L3 seri L2, L3 paralel
Induktansi
Q

3. Menghubungkan L2 dan L3 secara paralel. Ulangi langkah tersebut.


Isilah kolom "L2, L3 secara paralel".

×
=
+
4. Bandingkan nilai yang terukur dengan nilai-nilai dihitung. Cek apakah
hasil pengukuran sesuai.

Anda mungkin juga menyukai