Anda di halaman 1dari 14

28

BAB III
SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR

3.1 Karakteristik Generator Sinkron


Terdapat dua metode untuk dapat mengetahui karakteristik generator
sinkron, yaitu Analisis grafis dan pengukuran langsung. Dibawah akan di uraikan
beberapa karakteristik generator sinkron.

3.1.1 Generator Tanpa Beban

Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan


diputar pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada
kumparan jangkar stator akan diinduksikan tegangan tanpa beban (Eo), yaitu
sebesar:

Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. m. T Volt,(3.1)

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga
tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan
(If). Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan keluaran juga akan naik
sampai titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada gambar 3. Kondisi
generator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian ekuivalennya seperti
diperlihatkan pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Generator Tanpa Beban


Test Tanpa Beban dilakukan pada kecepatan Sinkron dengan rangkaian jangkar
terbuka (tanpa beban) seperti diperlihatkan pada Gambar 3.2. Percobaan
dilakukan dengan cara mengatur arus medan (If) dari nol sampai rating tegangan
output terminal tercapai.

28
29

Gambar 3.2. Rangkaian Test Generator Tanpa Beban.

Test Hubung Singkat

Untuk melakukan test ini terminal generator dihubung singkat, dan dengan
Ampermeter diletakkan diantara dua penghantar yang dihubung singkat tersebut
(Gambar 3.3). Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai diperoleh arus
jangkar maksimum. Selama proses test arus If dan arus hubung singkat Ihs dicatat.

Gambar. 3.3. Rangkaian Test Generator di Hubung Singkat.

Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar dalam bentuk kurva
karakteristik seperti diperlihatkan pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah
Generator.
Untuk mencari Impedansi Sinkron yang dicari berdasarkan hasil test, adalah:
30

,.(3.2)

3.1.2 GeneratorBerbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal
V akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan yang
berupa :
- Resistansi jangkar Ra yang menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa
(tegangan jatuh/fasa) dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
- Reaktansi bocor jangkar Xl yang terjadi saat arus mengalir melalui
penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak mengimbas pada
jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor.
- Reaksi jangkar yaitu adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar
saat generator dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar ( A ) yang
berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan
rotor( F), sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti
diperlihatkan pada Gambar 3.5. yang mengilustrasikan kondisi reaksi
jangkar untuk jenis beban yang berbeda-beda.

Gambar 3.5 Kondisi Reaksi Jangkar.

Jumlah dari reaktansi bocor XL dan reaktansi jangkar Xa biasa disebut reaktansi
Sinkron Xs.
Besarnya tegangan jatuh pada Beban adalah :
= I.Ra + j (I.Xa + I.XL)
= I {Ra + j (Xs + XL)}
= I {Ra + j (Xs)}
31

= I x Zs,..(3.3)
Rangkaian pengganti dari sebuah generator sinkron dapat

ditunjukkan dalam Gambar 3.6. Tampak E adalah ggl yang dibangkitkan

generator, Zs adalah impedansi sinkron dan Vt adalah tegangan terminal

generator dan Ig adalah arus generator.

Gambar 3.6 Rangkaian pengganti

Dengan memperhatikan gambar 3.6 bisa ditentukan persamaan

sebagai berikut :

E = Vt + Ig(Ra + Xa)
E = Vt + (Ig . Zs)
Vt = E (Ig. Zs)...(3.4)

Bila nilai daya (P) dan Tegangan (V) diketahui, maka nilai arus (I) Ampere dapat
ditentukan berdasarkan persamaan:

....(3.5)

3.2 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat


Eksiter tanpa sikat (brushless exciter) adalah generator AC dengan
bagian jangkar yang berputar (rotating armatur) dan medannya yang diam
(stasioner). Kumparan medan stasioner dililitkan pada salient pole yang terletak
pada rangka exciter. Rotating armatur yang dipasang di atas rentangan rotor
32

generator utama akan membangkitkan tegangan AC saat armatur berputar


didalam medan magnet yang dihasilkan oleh kutub-kutub stasioner. Selanjutnya
rectifier dipasang pada generator tetapi terisolasi dari generator itu sendiri.
Rectifier ini berputar pada poros bersama-sama dengan exciter armatur
dan rotor generator.
Output AC dari exciter dihubungkan ke rotating rectifier yang outputnya
dihubungkan ke medan generator utama. Pengontrolan medan generator
utama dilakukan melalui medan exciter stasioner.
Regulator generator ini memiliki sifat statis karena tidak ada bagian-
bagian yang bergerak selain relay tambahan. Regulator akan mendeteksi
tegangan line generator dan menyearahkannya untuk menghasilkan supply
untuk medan exciter AC. Power untuk medan exciter ini dikendalikan oleh
silicon controlled rectifier yang dirangkai serf dengan medan exciter.
Rangkaian detector pada regulator jkan memonitor tegangan output, dan
mengubah output regulator statis sesuai dengan kebutuhan agar tegangan
output generator tetap konstan (gambar 3.1).

Gambar 3.7. Skema eksitasi generator tanpa sikat

3.3 Konfigurasi Lengkap AVR.


Konfigurasi lengkap, AVR ditunjukkan dalam Gambar 3.8, dengan
fungsi dari bagian-bagiannya dapat dijelaskan seperti dibawah ini.
a. Pengindera Tegangan (voltage sensor)
Peralatan ini digunakan untuk mengindera (memantau) besarnya
tegangan keluaran alternator utama setiap saat. Besanya yang di
indera pada umumnya berupa tegangan efektif.
b. Rheostat Pengatur Tegangan
33

Peralatan ini digunakan untuk mengatur besarnya tegangan keluaran yang


diinginkan.
c. Tegangan Acuan (Trigger Circuit)
Rangkaian ini digunakan untuk menimbulkan pulsa-pulsa penyulut
thyristor-thyristor pengukur besarnya tegangan searah rang digunakan
untuk penguatan. Saat penyulutan thyristor tergantung dari besarnya sinyal
kesalahan yang timbul akibat perbedaan antara tegangan acuan
dengan tegangan inderaan keluaran alternator.
d. Rangkaian Pengatur Daya Penguatan
Umumnya rangkaian ini berupa penyearah (rectifier) yang tersusun atas
thyristor-thyristor atau kombinasi antara thyristor dan dioda.
Fungsi dari rengkaian ini adalah untuk menyearahkan tegangan bolak-
balik yang dihasilkan oleh sumber daya penguatan dengan keluaran
berupa arus searah. Besar arus searah yang dihasilkan tergantung pada
scat penyulutan oleh pulsa penyulut yang dihasilkan oleh rangkaian
penyulut diatas.
e. Rangkaian Pembanding
Rangkaian pembanding ini ini digunakan untuk membandingkan
beberapa sinyal tegangan. Keluaran dari rangkaian ini berupa sinyal
tegangan kesalahan yang dicatukan kedalam rangkaian-rangkaian lain
untuk melakukan pengaturanpengaturan.
f. Rangkaian stabilisasi
Untuk mencapai kestabilan yang baik pada sistem pengaturan
tegangan terhadap perubahan-perubahan sesaat (misalnya akibat
pembebanan alternator secara tiba-tiba), digunakan suatu rangkaian
stabilisasi.
g. Konvensator Arus Reaktif
Pada kondisi paralel antar alternator, fungsi pengindera tegangan tidak
lagi efektif disebabkan saling ketergantungan antara masing-masing
tegangan keluaran alternator. Rangkaian ini berfungsi mengindera arus
reaktif yang disalurkan oleh suatu alternator. Melalui rangkaian ini dapat
juga dilakukan pengaturan pembagian daya reaktif yang harus dipikul oleh
masing-masing alternator dalam kondisi pararel.
34

Gambar 3.8. Diagram Balok AVR Elektronik yang lengkap

h. Rangkaian Pengaman Frekuensi Rendah (under frequency protection -


UFP)
Rangkaian ini digunakan untuk mencegah terjadinya penguatan lebih
pada saat putaran penggerak mula (primer mover) menurun atau mulai
meningkat pada saat mulai dijalankan (sebelum mencapai putaran
nominal/akhir).
i. Trafo tegangan (potensial transformator)
Trafo tegangan hanya digunakan apabila besarnya tegangan keluaran
alternator terlalu tinggi untuk dicatukan secara langsung kedalam
rangkaian pengindera. tegangan.

j. Trafo Arus (current transformer)


Trafo arus digunakan untuk menyesuaikan besarnya arus alternator
yang seclang mengalir agar sesuai dengan batas-batas operasi
rangkaian kompensasi arus reaktif.

3.3.1 Tegangan Acuan


Rangkaian tegangan acuan dibentuk oleh IC voltage regulator LM
733 dengan sumber daya berasal dari tegangan keluaran PMG
melalui empat buah dioda penyearah D4, D5, Di , clan D2. Rangkaian
35

listrik tegangan acuan adalah sebagai berikut:

Gambar.3.9. Rangkaian Tegangan Acuan


Pada gambar diatas, tampak bahwa bagian positif tegangan keluaran PMG
disearahkan oleh D4 dan D5, sedangkan bagian negatif disearahkan oleh Di
dan D2. Disamping itu D, clan D2 juga dimanfaatkan sebagai penyearah
tegangan untuk catu daya penguat.

Sebagai pembatas arus digunakan R39 dengan dioda zener Z i


menjadi tegangan masukan IC-1 pada nilai 36 volt. Untuk menjamin adanya
sinkronisasi antara pulsa-pulsa penyulut dengan tegangan bolak-balik keluaran
PMG (sebagai sumber daya penguatan) tegangan zener Z, tersebut sengaja
tidak diratakan. Tampak bahwa rangkaian tegangan acuan tidak bisa
berfungsi bila kumparan penguat belum terhubung.

3.3.2 Pengindera Tegangan


Rangkaian pengindera tegangan dapat dilihat pada Gambar 3.10. dibawah
ini. Tegangan yang diindera berasal dari trafo tegangan T2 dan setelah
clikoreksi dengan tegangan keluaran trafo T3 (kompensasi arus reaktif)
disearahkan oleh dioda-dioda D 11 ,13 12 ,13 13 , dan D 14. Dioda D 15 dan D 16
hanya digunakan untuk penginderaan tegangan tiga fasa. Tegangan hasil
inderaan berupa tegangan jatuh pada R 1 7 yang selanjutnya dimasukkan ke
rangkaian pembanding untuk dibandingkan dengan tegangan acuan. Untuk
mengatur besamya tegangan keluaran alternator, dilakukan
pengubahan tegangan jatuh pada R17 melaui pengubahan besarnya tahanan
VAR (voltage adjustment rheostat) clan volt rheostat. Pada kondisi normal
(menetap) besarnya tegangan pada R17 sama dengan tegangan acuan, yaitu
36

besarnya 33,696 Volt.

Gambar.3.10. Rangkaian pengindera tegangan

Dengan berubahnya besar tegangan jatuh pada R 17, terjadi sinyal


kesalahan yang berasal dari perbedaan tegangan pada B17 terhadap tegangan
acuan. Sinyal kesalahan ini akan mengatur sudut (saat) penyulutan thyristor
pengatur arus penguat sedemikian rupa, sehingga tegangan keluaran alternator.
menimbulkan besamya tegangan indera sama dengan tegangan acuan kembali.

3.3.3 Rangkaian Penguat Tegangan Kesalahan dan pembangkit Pulsa


Komponen utama rangkaian ini adalah transistor bipolar PNP Q, dan UJT
Q2 sebagaimana Gambar.3.11. dibawah ini. Transistor Q, berfungsi
sebagai pembanding tegangan, yaitu antara tegangan inderaan clan tegangan
acuan, dan sekaligus sebagai penguatan tegangan kesalahan yang timbul.
Dioda-dioda D17,D18, dan Dig berfungsi sebagai kompensator perubahan
temperatur lingkungan agar tegangan jatuh pada R17 dan kerja Q1 tidak tepengaruh
oleh perubahan temperatur. Dalam keadaan setimbang (normal-menetap),
besarnya tegangan inderaan sama dengan tegangan acuan dikurangi dengan
tegangan basis emitor Q1.
37

Gambar 3.11. Rangkaian penguat tegangan kesalahan dan pembangkit


pulsa

3.3.4 Rangkaian Penguat Pulsa


Rangkaian penguat pulsa tersusun atas catu daya search meliputi trafo
T4, p e n y e a r a h D 2 0 , D 2 1 , D 2 2 , D 2 3 , R 3 8 , C 7 d a n d i o d a z e ne r Z 3 .
T r a n s i s t o r N P N Q 4 digunakan sebagai penguat pulsa. Rangkaian
selengkapnya dari penguat pulsa adalah sebagai berikut :
Selain sebagai penurun tegangan, T4 juga berfungsi sebagai
pemisah (pengisolasi) antara rangkaian kontrol (dalam hal ini penguat
pulsa) dengan rangkaian daya.
Dioda Z 3 menjamin nilai tegangan catu rangkaian pada nilai 21
Volt. Kapasitor C 7 meratakan tegangan catu rangkaian penguat tersebut,
sedangkan kapasitor C 6 merupakan kapasitor penghalang bagian tegangan
search yang ada pada kaki B, dari transistor Q3.
38

Gambar 3.12. Rangkaian Penguat Pulsa

3.3.5 Rangkaian (pengatur) Daya Penguatan.


Rangkaian daya penguatan tersusun atas dioda-dioda DI dan D3,
thyristorthyristor SCR1 dan SCR3 sebagaimana gambar dibawah ini. Catu
daya rangkaian ini berasal dari tegangan bolak-balik yang dihasilkan oleh PMG.
Besarnya arus penguatan yang dihasilkan tergantung pada saat (sudut)
penyulutan yang dihasilkan oleh rangkaian penguat pulsa. D3 merupakan dioda
freewheeling guna pembuang kelebihan energi medan penguatan pada saat
terjadi penurunan arus penguat sehingga fungsi penyearahan tidak terganggu.

Gambar 3.13 Rangkaian days penguatan

3.3.6 Rangkaian stabilisasi


Rangkaian ini merupakan rangkaian umpan balik negatif yang
memberikan reaksi proporsional terhadap perubahan tegangan search pada
belitan penguat. Rangkaian stabilisasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
39

Gambar 3.14. Rangkaian Stabilisasi


Reaksi proporsional ini menentukan kecepatan AVR dalam
menanggapi perubahan proses yang diatur. Semakin tinggi umpan batik
(semakin rendah nilai R33), semakin cepat pula reaksi AVR dalam menghadapi
perubahan proses.
R33 (stabilty adjustment) berfungsi mengubah konstanta waktu RC (R33-
C9) perubahan tegangan masukan ICI yang mempengaruhi saat penyulutan
thyristorMyristor pada rangkajan Jaya. Dengan meng'afur R33 dapat diperoleh
kecepatan reaksi sesuai dengan kebutuhan sehingga stabilitas optimum tercapai.

3.3.7 Rangkaian Pengaman Frekuensi Rendah.


Bila putaran kerja alternator dibawah nilai nominalnya, gaga gerak
listrik (ggl) yang dibangkitkan akan menurun sehingga mengurangi besamya
tegangan keluaran. AVR melihatnya sebagai kejadian tersebut sebagai penurunan
tegangan dibawah nilai setting.
Untuk itu dilakukan pengaturan sudut penyulutan agar SCR I dan
SCR3 menyalurkan arus lebih awal, sehingga arus penguat membesar dan
tegangan keluaran alternator naik kembali mencapai nilai setting sebelumnya.
Pada kondisi penurunan kecepatan putar alternator (yang juga
berarti penurunan frekuensi alternator) yang cukup besar, diperlukan arus
penguat yang lebih besar untuk mengembalikan besar tegangan keluaran ke nilai
sebelumnya. Kondisi ini bisa melebihi batas ketahanan belitan penguat
sehingga, harus diamankan.
Rangkaian pengaman frekuensi rendah yang digunakan adalah seperti
dibawah ini.
40

Gambar 3.15. Rangkaian pengaman frekuensi rendah

Komponen utama rangkaian ini adalah transistor Q5 dan Q6 yang berfungsi


sebagai detektor tegangan nol, pengatur tegangan IC3, gerbang NAND
IC3 dan transistor Q8 yang berfungsi sebagai saklar.
Transistor Q5 dan Q6 memberikan pulsa "1" ke kaki 5 IC3 bila tegangan pada
terminal 18 dan 19 melewati nol. Pada saat sama dengan nol, Q5 dan Q6 tidak
menghantarkan, kolektor kedua transistor tersebut mendapatkan tegangan catu 5V
melalui R49.
Pada frekuensi rendah, keluaran IC3 kaki I I menjadi negatif, sehingga
arus dari R49 tidak mengalir ke basai Q8 melainkan ke titik netral melatui P33
dan IC3. Q8 tidak menghantarkan sehingga manipulasi penginderaan tegangan
terhenti dan tegangan jatuh pada R 17 meningkat diikuti dengan turunnya
tegangan keluaran alternator akibat tertundanya sudut penyalaan SCR1 dan
SCR3.

3.3.8 Kompensator Arus Reaktif.


Pada kondisi paralel, selain pembagian daya aktif juga diperlukan adanya
pembagian daya reaktif. Bila di dalam AVR terdapat fasilitas kompensasi
arus reaktif, pengaturan pembagian beban reaktif tersebut dapat dilakukan
secara otomatis. Rangkaian kompensasi arus reaktif pada AVR yang
digunakan adalah seperti dibawah ini.
41

Gambar 3.16. Kompensator arus reaktif

Pada dasamya rangkaian ini berfungsi "menyisipkan" tegangan


pada rangkaian penginderaan tegangan melalui T3 yang dihubungkan
secara seri terhadap T1 dengan polaritas yang berlawanan.
Pada kondisi beban reaktif bersifat induktif murni (arus tertinggal
90 dibanding dengan tegangan), tegangan trafo T3 benar-benar berlawanan
(berbeda fasa 180) dengan tegangan T1 sehingga terjadi pengurangan
tegangan indera (tegangan terminal 22 clan 23).
Hal ini menyebabkan peningkatan arus penguatan sehingga
tegangan generator naik kembali dan alternator memikul beban reaktif
induktif tersebut. Hal sebaliknya terjadi bilamana pembebanan reaktif bersifat
kapasitif murni. Bila beban bersifat reaktif murni terjadi kondisi serupa
dengan beban induktif tetapi dengan kadar yang lebih rendah. Selanjutnya,
besar perubahan arus penguatan terhadap sifat beban, tergantung pada
besar beban dan sifat reaksinya. Sebenarnya, sifat kerja diatas sesuai
dengan kejadian jangkar yang terjadi akibat pembebanan.

Anda mungkin juga menyukai