Anda di halaman 1dari 56

PERCOBAAN 1

MOTOR DC

1.1 TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1.1.1 Tujuan Umum
 Mengetahui cara kerja mesin arus searah yang dioperasikan sebagai motor.
 Mengetahui sifat motor arus searah dalam keadaan beban nol maupun
berbeban.
 Mengetahui besaran resistensi belitan motor dc.
 Mengetahui dan bisa mengoperasikan/menjalankan motor arus searah
dengan aman dan benar.
 Mengetahui dan bisa menganalisa/menjalankan urutan-urutan pembebanan
kerja motor dc.

1.1.2 Tujuan Khusus


 Mencari harga resistensi belitan motor dc dengan menggunakan metoda
ohm meter.
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh tahanan motor dc terhadap
kerugian-kerugian motor dan terhadap efisiensi motor.
 Mencari karakteristik putaran vs arus penguatan, (n = f(Iex); T = 0; V
= konstan).
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh putaran terhadap arus
penguatan yang diberikan.
 Mencari karakteristik beban,(n = f(Ia); n = f(T); Vtm= konstan; Iex= konstan).
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh pembebanan terhadap putaran
pada kondisi tegangan masukan maupun arus penguatan yang tetap.
 Mencari karakteristik efisiensi, ( = f(P); n = konstan; Vtm = konstan;
Iex= konstan).

Page 1
1.2 TEORI DASAR
1.2.1 Pengukuran Resistansi Belitan Motor DC
Mesin dc bisa dioperasikan sebagai motor maupun sebagai generator.
Belitan motor terdiri dari:
1. Belitan jangkar
2. Belitan kutub bantu
3. Belitan eksitasi/belitan medan
Arus beban mengalir melalui dua belitan yang pertama, belitan ini mempunyai
resistansi yang kecil. Sistem pengukuran tahanan belitan jangkar ini ada
beberapa metode pengukuran yang bisa dilakukan antara lain metode ohm meter,
volt dan ampere meter, serta metode statis dan dinamis. Dalam percobaan ini
kita memakai sistem pengukuran dengan metode statis dan dinamis. Pengukuran
resistansi belitan arus penguatan dilakukan dengan menggunakan metode yang
sama dengan pengukuran tahanan belitan jangkar.

1.2.2 Pengukuran Tahanan Secara Tidak Langsung

Yang dimaksud dengan pengukuran tahanan secara tidak langsung


adalah pengukuran tanpa menggunakan ohmmeter. Dari hukum Ohm dapat
diketahui:

V
R= ……………………………………………………………………
I
(1-1)

Terlihat dari persamaan (1-1) bahwa untuk mengetahui nilai suatu


tahanan maka diperbagikanlah antara tegangan yang diukur dengan arus yang
terukur pada tahanan tersebut. Inilah yang disebut cara tidak langsung, yaitu
mengukur tegangan dan arus menentukan tahanan. Dengan demikian cara ini
disebut juga “metode Voltmeter-Amperemeter”. Karena Voltmeter dan
Amperemeter mempunyai cara sambung yang berbeda, dikenal dua macam
rangkaian pengukuran yaitu rangkaian dengan “metode tahanan tinggi” dan
rangkaian dengan “metoda tahanan rendah”. Kata “tinggi” bersifat relatif saja,

Page 2
yaitu tahanan yang diukur relatif jauh lebih tinggi dari tahanan Amperemeter.
Juga kata “rendah” hanya bersifat relatif, yaitu tahanan yang diukur jauh lebih
tendah dari tahanan Voltmeter. Sebagai contoh, diperkirakan tahanan yang akan
diukur adalah 1000 Ω, tahanan Amperemeter 1 Ω dan tahanan Voltmeter 999
kΩ, maka kedua macam rangkaian sama baiknya karena memberikan hasil
pengukuran dengan persentase kesalahan yang sama. Bagaimana jika tahanan
yang diukur diperkirakan 0,1 Ω? Jelas rangkaian dengan metode tahanan-rendah
lebih cocok karena akan memberikan persentase kesalahan yang dapat
diabaikan. Bagaimana jika tahanan yang akan diukur diperkirakan 1 MΩ? Jelas
rangkaian dengan metode tahanan–tinggi lebih cocok karena akan memberikan
persentase kesalahan yang dapat diabaikan.

Gambar 1.1 Pengukuran tahanan secara tidak langsung. (a) Metode Tahanan-
Tinggi, (b) Metode Tahanan-Rendah

Terminologi yang dapat dianut dalam percobaan ini adalah:

Rx = nilai tahanan yang akan diukur (nilai tahanan yang sebenarnya) =

Vx
Ix

Vm
Rm = Nilai tahanan hasil pengukuran =
Im

Vx dan Ix = tegangan dan arus pada tahanan yang diukur.

Page 3
Vm dan Im = hasil penunjukan berturut-turut pada voltmeter dan
amperemeter

Rangkaian dengan Metode Tahanan-tinggi :

Dari gambar 1.1 (a) dapat ditulis:

Ix = Im .......................................................................................................(1-2)

Dan :

Vm = Im rA + Im Rx .....................................................................................(1-3)

Maka :

Vm
Rm = = rA+ Rx ................................................................................(1-4)
Im

Persamaan (1-4) menunjukan bahwa ternyata nilai hasil pengukuran (Rm) lebih
besar dari nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang diukur
adalah :

Rx = Rm - RA .............................................................................................(1-5)

Kesalahan (E) yang ditimbulkan oleh metode tahanan-tinggi adalah :

|Rm −R x| rA
E= × 100% = × 100% ............................................(1-6)
Rx RX

Im r A
E= × 100% .......................................................................(1-7)
V m−I m r A

Rangkaian dengan Metode Tahanan-Rendah :

Dari gambar 1.1 (b) dapat ditulis :

Im = Ix + Iv ................................................................................................(1-8)

Page 4
Vx Vx
Vm = Vx ; Ix = ; Iv = ...........................................................(1-9)
Rx rV

Maka dapat diperoleh :

Vm Vx
Rm = = ..........................................................................(1-10)
Im Iv+Ix

Dengan mensubtitusikan persamaan (1-9) ke dalam (1-10), diperoleh :

Rx
rV R x
Rm = = Rx .................................................................(1-11)
rV + R x 1+
rV

Ternyata dalam persamaan (1-11) terindikasi bahwa nilai hasil


pengukuran (Rm) lebih kecil dari pada nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan
sebenarnya yang sedang diukur adalah :

r V Rm
Rx = ....................................................................................(1-12)
r V −R m

r V .V m
Rx= ..................................................................................(1-13)
r V I m −V m

Kesalahan (E) yang ditimbulkan oleh tahanan-rendah ini adalah :

|Rm −R x| Rx
E= × 100% = × 100% ....................................(1-14)
Rx rV + R x

Vm
E= × 100% ...........................................................................(1-15)
I m . rV

1.2.3 Pengaruh Arus Penguat Terhadap Putaran Motor dc


Pengaruh muatan pada motor dc ini sangat besar terhadap putarannya.
Apabila kita menjalankan motor dc tanpa beban maka arus yang kita butuhkan
hanya kecil saja, hanya beberapa persen dari arus nominalnya. Hal ini akibat

Page 5
adanya tegangan induksi motor yang hampir sama dengan tegangan yang
diberikannya. Oleh karena itu bisa kita asumsikan bahwa V (tegangan yang
diberikan ke motor) sama dengan E (tegangan induksi motor).
Dari asumsi diatas kita peroleh formula sebagai berikut :

n=f ( I ex ) ;T =0 ;V =konstan

 Untuk motor dc shunt

Eb =kϕn dan Eb =V tm−I a R a ................................................... (1-16)


atau
E
n= b .............................................................................................. (1-

17)
V tm
ϕ=k 1 I ex dan I ex= ............................................................ (1-18)
Rd + R f
Maka :
Eb
n= → pada keadaan tanpa beban I a=konstan; Eb =konstan
k 2 I ex
k3
n= .............................................................................................. (1-
I ex
19)

 Untuk motor dc penguat terpisah

Eb =kϕn dan Eb =V tm−I a R a .................................................. (1-20)


atau ,
E
n= b ............................................................................................. (1-

21)
V ex
ϕ=k 1 I ex dan I ex= ................................................................ (1-22)
Rf
Eb
n= → pada keadaan tanpabeban I a=konstan; Eb =konstan
k 2 I ex
k3
n= ..................................................................................................(1-
I ex
23)

dimana :

Page 6
V = tegangan suplai motor (volt)

E = tegangan induksi motor (volt)

K = konstanta

 = Iexc = fluksi akibat arus penguatan

n = putaran motor (rpm)

I = arus jangkar (ampere)

R = tahanan jangkar (ohm)

Pada kondisi beban nol (I = 0), nilai E = V = tegangan suplai motor.

Kesimpulan awal didapat bahwa putaran motor berbanding terbalik


dengan arus penguatannya. Bentuk karakteristik putaran vs arus penguatan dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.2 Karakteristik putaran vs arus penguatan motor dc.

1.2.4 Pengaruh Pembebanan Terhadap Putaran Motor dc

Seperti yang telah diterangkan diatas bahwa pengaruh arus penguatan


motor sangat berpengaruh terhadap putarannya. Sementara tegangan induksi
motor diasumsikan sama dengan tegangan suplainya.

Pada motor-motor yang berbeban, besarnya beban sangat berpengaruh


terhadap kerugian-kerugian dalamnya, hal ini akan berpengaruh pula terhadap
tegangan induksinya yang selanjutnya akan mempengaruhi putarannya.

Page 7
n=f ( I a ) ; ataun=f ( T )
V tm=konstan , I ex =¿ konstan

Dimana:

V tm−I a R a
n= ......................................................................................
K 1 I ex
(1-24)

n=K 2−K 3 I a .................................................................................... (1-


25)

Karena

v tm
k 2= ............................................................................................
K 1 I ex
(1-26)

Ra
k 3= ............................................................................................
K 1 I ex
(1-27)

T =k t . I a I ex ...................................................................................... (1-
28)
V tm−k 5 .T R a
T= ...................................................................................
k 1 I ex
(1-29)
n=k 2−k 6.T .................................................................................... (1-
30)
Maka:

v tm
k 2= ........................................................................................... (1-
K 1 I ex
31)

Page 8
k 5 Ra
k6 = ........................................................................................... (1-
K 1 I ex
32)

Karakteristik beban dengan arus beban konstan nominal pada motor dc


dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

Ia

Gambar 1.3 Karakteristik beban dengan arus beban konstan nominal


pada motor dc

1.2.5 Karakteristik Mekanis n=f(T).


V −I a . Ra
Dari persamaan dapat dilihat bahwa pada motor shunt
C∅
dimana apabila torsi ( T=k.Ia ∅ ) bertambah maka putaran motor akan
menurun.

Karakteristik n=f(T) dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :

Gambar 1.4 Karakteristik putaran vs torsi.

2.2.5 Karasteristik Efisiensi T

Page 9
Selama Motor dc beroperasi, terjadi kerugian/kehilangan daya. Besaran
rugi-rugi daya dalam berbagai variasi kondisi beban sangat diperlukan untuk
menghitung kurva efesiensi mesin.

Rugi-rugi motor dc dijelaskan dibawah ini :

a. Rugi-rugi Mekanik

Rugi-rugi mekanik menggambarkan rugi-rugi daya dalam bagian yang


berputar yaitu karena gesekan di bantalan dan ventilasi. Daya ini hanya
tergantung pada putaran dan tidak bergantung pada kondisi beban (beban nol
maupun beban penuh harganya sama).

b. Rugi-rugi Besi

Rangkaian magnetik motor dc yang diakibatkan arus penguatan pada


bagian yang tetap (stator) yang berinteraksi dengan putaran rotor akan
menimbulkan kerugian. Kerugian ini diakibatkan oleh histeris magnet dan arus
eddy. Kehilangan daya ini menunjukkan rugi-rugi besi motor dc yang erat
hubungannya dengan harga fluks yang dibangkitkan kutub dan kecepatannya.

c. Rugi-rugi Tahanan Belitan Jangkar

Rugi-rugi ini harus dihitung berdasarkan perkalian antara besarnya arus


yang melewati belitan jangkar dengan besarnya resistansi jangkarnya yaitu:

∆P = Ia2........................................................................................... (2-33)

dimana :

∆P = rugi-rugi belitan (watt)

Ra = tahanan jangkar (ohm)

Ia = arus jangkar (ampere)

Untuk mencari karakteristik efesiensi, motor dibebani sesuai dengan kondisi


beban yang dibutuhkan dan pengukuran daya dilakukan pada sisi yang

Page 10
dibangkitkan maupun yang diserapi. Efesiensi merupakan perbandingan antara
keduanya.

ŋ=f ( P )
n=konstan; V tm=konstan; I ex =konstan

Pout P
ŋ= = ................................................................................. (2-
P¿ V tm I a
34)

P¿ =V tm × I ¿ ................................................................................. (2-35)

karena

2 πn
P=T ..........................................................................................
60
(2-36)
πn
P=k t . I a I ex ................................................................................. (2-
30
37)
P=k 7 . I a .......................................................................................... (2-
38)
I a=k 8 . P ........................................................................................... (2-
39)

Maka:

P
ŋ= ........................................................................................
V tm k 8 P1
(2-40)

ŋ=k 9 ............................................................................................... (2-


41)

Bentuk karakteristik efisiensi motor dc seperti pada gambar berikut:

Page 11
Gambar 2.5 Karakteristik efisiensi motor dc.

1.3 RANGKAIAN PERCOBAAN


2.3.1 Percobaan Statis

Gambar 2.6 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar ( Ra ) secara


tidak langsung dengan metode tahanan tinggi.

Gambar 2.7 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar ( Ra ) secara


tidak langsung dengan metode tahanan rendah.

Page 12
Gambar 2.8 Rangkaian pengukuran tahanan belitan medan ( R f ) belitan
secara tidak langsung dengan metode tahanan tinggi.

Gambar 2.9 Rangkaian pengukuran tahanan belitan medan ( R f ) belitan


secara tidak langsung dengan metode tahanan rendah.
1.3.3 Percobaan Dinamis

Gambar 2.10 Rangkaian pengukuran putaran motor dc dan arus penguat


sendiri.

Page 13
Gambar 2.11 Rangkaian pengukuran putaran motor dc dan arus penguat terpisah.

1.4 PROSEDUR PERCOBAAN

2.4.1 Mencatat Name Plate Mesin


2.4.2 Pengukuran Tahanan Belitan

1. Mengukur tahanan belitan jangkar dan belitan medan motor dc dengan


menggunakan ohm meter.
2. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.
2.4.3 Mencari Karakteristik Putaran vs Arus Penguatan
1. Menggambar rangkaian percobaan untuk mencari karakteristik beban nol.
2. Membuat urutan kerja (hati-hati dalam menjalankan mesin tanpa ada arus
penguatannya). Motor diputar dengan menggunakan tahanan awal/tahanan
asut atau menggunakan regulator untuk mengurangi arus start yang besar.
3. Apabila sudah disetujui oleh pembimbing, melakukan percobaan.
4. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.

Page 14
2.4.4 Mencari Karakteristik Pengaruh Pembebanan Terhadap Putaran
Motor dc

1. Menggambar rangkaian percobaan untuk karakteristik


pengaruh pembebanan terhadap putaran.
2. Membuat urutan kerjanya dan lakukan percobaannya.
(Memutar motor sebelum motor dibebani pada putaran nominalnya yaitu
3000 rpm kemudian mencatat semua alat ukur pada kondisi ini.
Membebani motor dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu oleh
pembimbing).Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga mencapai
kondisi nominalnya.
3. Mencatat hasil percobaan ke dalam tabel data yang telah tersedia.

2.4.5 Pengukuran Efisiensi Motor dc.

1. Menggambar rangkaian percobaan untuk mencari besarnya efisiensi motor


dc.
2. Membuat urutan kerjanya dan melakukan percobaannya.
(Sebelum motor dibebani motor diputar pada putaran nominalnya yaitu
3000 rpm catatlah semua alat ukur pada kondisi ini. Membebani motor
dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu oleh pembimbing),
Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga mencapai kondisi
nominalnya dengan mempertahankan putaran nominalnya dengan
mengatur arus penguatannya. Kemudian mencatat daya yang masuk ke
motor yang dikeluarkan generator.
3. Mencatat data hasil pengukuran kedalam tabel data yang telah disediakan.
Efisiensi yang akan dihitung adalah efisiensi total antara motor dan
generator.

Page 15
2.5 HASIL PERCOBAAN
2.5.1 Percobaan Statis
Setelah melakukan praktikum, maka diperoleh data hasil pengamatan
sebagai berikut :
 Data spesifikasi motor:
DC motor excitation = shunt
Type DL 2055/s = 068718
Supply voltage = 400 volt
Rated current = 14,2 ampere
Rated power = 5 kW
Rated speed = 3000 G/1
Rated exc. current = 0,56 ampere
Insulation class =F
 Data spesifikasi generator :
DC generator exc. = shunt
Type DL 2060/s = 068701
Rated voltage = 220 volt
Rated current = 22,7 ampere
Rated power = 5 kW
Rated speed = 3000 G/1
Rated exc.current = 1,05 ampere
Insulation class =F

Tabel 2.1 Hasil pengukuran tahanan belitan secara langsung


Tahanan Belitan (Ω)
Jangkar, Ra Medan, Rf
6 Ohm 500 Ohm

Tabel 2.2 Hasil pengukuran tahanan belitan secara tidak langsung


Tahanan Metode Tahanan Tinggi Metode Tahanan Rendah

Page 16
Belitan V(V) I (A) V(V) I(A)
Jangkar, Ra 4,6 1 3,9 1
Medan, Rf 294 0,5 297 0,5

2.5.2 Percobaan Dinamis

2.5.2.1 Tanpa Beban


Tabel 2.3 Motor dc shunt tanpa kopel
No. Vtm (volt) Iexm (A) n (rpm)
1. 369 0,54 3063
2. 369 0,55 3047
3. 369 0,56 3048
4. 369 0,57 3034
5. 369 0,575 3020

Tabel 2.4 Motor dc shunt tanpa beban terkopel dengan generator off

No. Vtm (volt) Iexm (A) n (rpm)


1. 384 0,54 3092
2. 384 0,55 3080
3. 384 0,56 3067
4. 384 0,57 3056
5. 384 0,58 3048

Tabel 2.5 Motor dc shunt tanpa beban terkopel dengan generator dc


shunt tanpa beban
No. Vtm (Volt) Iexm (A) n (rpm) Vg(volt)
1. 372 0,53 3043 270
2. 372 0,54 3027 267

Page 17
3. 372 0,55 3024 267
4. 372 0,56 3015 264
5. 372 0,57 3002 264

Tabel 2.6 Motor dc shunt tanpa beban terkopel dengan generator dc


penguatan terpisah tanpa beban

No. Vtm (volt) Iexm (A) n (rpm) Iexg(A) Vg (volt)


1. 393 0,55 3138 0,53 225
2. 393 0,56 3127 0,54 225
3. 393 0,57 3117 0,54 225
4. 393 0,58 3108 0,545 225

Tabel 2.7 Motor dc penguatan terpisah tanpa beban terkopel dengan


generator dc shunt tanpa beban
No. Vtm (Volt) Iexm (A) n (rpm) Vgvolt)
1. 294 0,35 2617 225
2. 294 0,32 2676 231
3. 294 0,29 2807 243
4. 294 0,24 3000 261
5. 294 0,21 3256 285

Tabel 2.8 Motor dc penguatan terpisah tanpa beban tanpa kopel

No. Vtm (volt) Iexm (A) n (rpm)


1. 336 0,35 3000
2. 336 0,31 3084
3. 336 0,28 3168
4. 336 0,25 3275
5. 336 0,21 3564

Page 18
Tabel 2.9 Motor dc penguatan terpisah tanpa beban terkopel dengan
generator off

No. Vtm (volt) Iexm (A) n (rpm)


1. 336 0,35 3000
2. 336 0,31 3142
3. 336 0,28 3257
4. 336 0,25 3410
5. 336 0,21 3674

Keterangan :

Vtm = tegangan terminal motor;


Iexm = arus penguatan motor;
n = putaran;
Vg = tegangan generator;
rA = tahanan dalam amperemeter = 0,6 Ω
rV = tahanan dalam voltmeter = 2000 kΩ

2.5.2.2 Berbeban
Tabel 2.10 Motor dc shunt - generator dc shunt
Motor
Generator
Iexm I ´exm Vtm Iam n
(A) (A) (V) (A) (rpm Vtg
No. Iag Posisi
) (A) (V) beban
0,62 2,7 3000
1 0 270 0-0-0
2 0,61 4 2999 2 267 0-0-1

Page 19
0,61 5,4 3010
3 3,8 264 0-1-1
0,585 6,7 2989
4 0,58 269 5,4 258 1-1-1
0,57 8,1 2996
5 7,4 255 1-1-2
0,56 9,2 2955
6 9 246 1-2-2
0,57 10,6 3006
7 10,8 249 2-2-2
0,55 11,4 2946
8 11,8 240 2-2-3

Tabel 2.11 Motor dc penguatan terpisah - generator dc shunt


(Iexm dan Vtm = konstan)

Motor
Generator
Iexm Vtm Iam n
Vtg
No. (A) (V) (A) (rpm) Iag Posisi
(A) (V) beban
3 3027
1 0 279 0-0-0
4,4 3025
2 2 270 0-0-1
0,35 327 6 3015
3 3,8 267 0-1-1
7,5 2988
4 5,2 264 1-1-1
9,1 2968
5 7 258 1-1-2
10,9 2005
6 8,8 256,5 1-2-2

Page 20
Tabel 2.12 Motor dc penguatan terpisah - generator dc shunt
(n dan Vtm = konstan)

Motor
Generator
Iexm Vtm Iam n
Vtg
No. (A) (V) (A) (rpm) Iag Posisi
(A) (V) beban
0,35 2,7
1 0 270 0-0-0
0,33 4,3
2 324 3026 1,8 267 0-0-1
0,32 5,9
3 3,6 267 0-1-1
0,31 7,6
4 5,2 264 1-1-1
0,305 9,6
5 7 261 1-1-2
0,31 11,3
6 8,8 258 1-2-2

Page 21
Tabel 2.13 Data percobaan motor dc shunt berbeban terkopel dengan generator dc
shunt

Motor

No. n T1 T2 ŋ1 ŋ2 P1 P2
Iexm Vtm Iam
(A) (V) (A) (rpm) (N-m) (N-m) (%) (%) (W) (W)
1. 0,62 269 2,7 3000 3,35 3,49 27,55 29,88 1052,43 1096,42
2. 0,61 269 4 2999 4,88 5,08 40,12 43,48 1532,59 1595,4
3. 0,61 269 5,4 3010 6,59 6,86 56,61 58,93 2077,21 2162,32
4. 0,585 269 6,7 2989 7,84 8,17 64,24 69,7 2453,98 2557,27
5. 0,57 269 8,1 2996 9,24 9,62 75,89 82,26 2898,96 3018,18
6. 0,56 269 9,2 2955 10,31 10,73 83,52 90,49 3190,4 3320,36
7. 0,57 269 10,6 3066 12,09 12,59 101,62 110,17 3881,75 4042,28
8. 0,55 269 11,4 2946 12,55 13,06 101,36 109,81 3871,73 4029,07

Tabel 2.14 Data percobaan motor dc penguat terpisah - generator dc shunt

Motor

No. Iexm Vtm Iam n T1 T2 ŋ1 ŋ2 P1 P2


(A) (V) (A) (rpm) (N-m) (N-m) (%) (%) (W) (W)
1. 0,35 327 3 3027 2,10 2,19 14,34 15,56 665,67 694,2
2. 0,35 327 4,4 3025 3,08 3,21 21,01 22,8 975,67 1016,86
3. 0,35 327 6 3015 4,20 4,38 28,56 31 1326,07 1382,9
4. 0,35 327 7,5 2988 5,25 5,47 35,38 38,37 1642,74 1711,58
5. 0,35 327 9,1 2968 6,37 6,64 42,64 46,27 1979,85 2063,77
6. 0,35 327 10,9 2005 7,63 7,95 34,50 37,42 1602,02 1669,21

Tabel 2.15 Data percobaan motor dc penguat terpisah - generator dc shunt


putaran konstan

Motor
Iexm Vtm Iam n T1 T2 ŋ1 ŋ2 P1 P2
No.
(A) (V) (A) (rpm) (N-m) (N-m) (%) (%) (W) (W)
1. 0,35 324 2,7 3026 1,89 1,97 13,02 14,13 598,91 624,26
2. 0,33 324 4,3 3026 2,84 2,96 19,56 21,22 899,94 937,97

Page 22
3. 0,32 324 5,9 3026 3,78 3,93 26,03 28,18 1197,81 1245,35
4. 0,31 324 7,6 3026 4,71 4,91 32,44 35,21 1492,51 1555,89
5. 0,305 324 9,6 3026 5,86 6,10 40,36 43,74 1856,93 1932,98
6. 0,31 324 11,3 3026 7,01 7,3 48,28 52,34 2221,34 2313,24
Keterangan =
Dengan menggunakan persamaan (2-28) T 1 =k t1 . I a I ex , T 2 =k t 2 . I a I ex dan,
Pout P
Persamaan (2-34) ŋ= =
P¿ V tm I a
(2-35) P¿ =V tm × I ¿

2 πn
(2-36) P=T
60

2.6 ANALISIS HASIL PERCOBAAN


2.6.1 Percobaan Statis
2.6.1.1 Menganalisis Name Plate Motor dc
 Data spesifikasi motor:
DC motor excitation = shunt
Type DL 2055/s = 068718
Supply voltage = 400 volt

Page 23
Rated current = 14,2 ampere
Rated power = 5 kW
Rated speed = 3000 G/1
Rated exc. current = 0,56 ampere
Insulation class =F

2.6.1.1.1 Memperkirakan efisiensi motor.


Versi 1 : (Is = 14,2 A)
P
= x 100
η V tm . I s
m

5000
= x 100
400 x 14 , 2
= 88,03

Versi 2 : (Is = 13,64 A)


P
= x 100
η V tm . I s
m

5000
= x100
400 x 13 , 64
= 91,64

Page 24
2.6.1.1.2 Memperkirakan besar tahanan medan (Rf).
V tm
=
Rf I exm

400
=
0, 56
= 714,29 Ω

2.6.1.1.3 Memperkirakan GGL Beban Penuh.


Versi 1: (Iam = 14,2 A)
1. Untuk Ra = 6 Ω
Eb = Vtm – Iam.Ra
= 400 – (14,2 x 6)
= 314,8 Volt

4,6
2. Untuk Ra = - rA= 4,6 – 0,6 = 4 Ω
1
Eb = Vtm – Iam.Ra
= 400 – (14,2 x 4)
= 343,2 Volt

r v x 3,9 2000000 x 3,9


3. Untuk Ra= = = 3,9000 Ω
r v −3,9 2000000−3,9
Eb = Vtm – Iam.Ra
= 400 – (14,2 x 3,9000)
= 344,62 Volt
Versi 2: (Iam = 13,64 A)
1. Untuk Ra = 6 Ω
Eb = Vtm – Iam.Ra
= 400 – (13,64 x 6)
= 318,16 Volt

Page 25
4,6
2. Untuk Ra = - rA= 4,6 – 0,6 = 4 Ω
1
Eb = Vtm – Iam.Ra
= 400 – (13,64 x 4)
= 345,44 Volt

r v x 3,9 2000000 x 3,9


3. Untuk Ra= = = 3,9000Ω
r v −3,9 2000000−3,9
Eb = Vtm – Iam.Ra
= 400 – (13,64 x 3,9000)
= 346,804 Volt

2.6.1.1.4 Menghitung konstanta tegangan mesin


Versi 1: (Iam = 14,2 A)
1. Untuk Eb = 314,8 Volt
Eb Eb
n= ; k1=
k 1 .I exm
I exm . n
314,8
k1=
0,56 x 100 π
V −s
= 1,789
A−rad

2. Untuk Eb = 343,2 Volt


Eb Eb
n= ; k1=
k 1 .I exm
I exm . n
343,2
k1=
0,56 x 100 π
V −s
= 1,951
A−rad

3. Untuk Eb = 344,62 Volt

Page 26
Eb Eb
n= ; k1=
k 1 .I exm
I exm . n
344,62
k1=
0,56 x 100 π
V −s
= 1,959
A−rad
Versi 2: (Iam = 13,64 A)
1. Untuk Eb = 318,16 Volt
Eb Eb
n= ; k1=
k 1 .I exm
I exm . n
318,16
k1=
0,56 x 100 π
V −s
= 1,808
A−rad

2. Untuk Eb = 345,44 Volt


Eb Eb
n= ; k1=
k 1 .I exm
I exm . n
345,44
k1=
0,56 x 100 π
V −s
= 1,964
A−rad

3. Untuk Eb = 346,804 Volt


Eb Eb
n= ; k1=
k 1 .I exm
I exm . n
346,804
k1=
0,56 x 100 π
V −s
= 1,971
A−rad

2.6.1.1.5 Menghitung torsi beban penuh


30 . P
T=
π .n

Page 27
30 x 5000
=
π x 3000
= 15,915 N-m

2.6.1.1.6 Menghitung konstanta torsi


Versi 1 : (Iam = 14,2 A)
T
kt = I am . I exm

50/ π
kt =
14,2 x 0,56
N −m
= 2,001 2
A
Versi 2 : (Iam = 13,64 A)
T
kt = I am . I exm

50 /π
kt =
13,64 x 0,56
N −m
= 2,084
A2

2.6.1.1.7 Persentase arus beban nol terhadap arus beban penuh

i beban =0

V tm × I a−Prated
∆Ʈ =
ω
30(V tm × I a−P rated )
∆Ʈ =
πn

Versi 1 : (Iam = 14,2 A)


30 ( 400 ×14,2−5000 )
∆ Ʈ (1)=
3000 π
¿ 2,165 N −m

Versi 2 : (Iam = 13,64 A)

Page 28
30 ( 400 ×13,64−5000 )
∆ Ʈ (2)=
3000 π
¿ 1,451 N −m

Arus beban nol=∆ Ʈ =k t × I NL × I f


∆Ʈ
I NL=
kt × I f
Versi 1 : (Iam = 14,2 A)
∆ Ʈ (1)
I NL=
k t (1) × I f

2,165
I NL= =1,932 A
2,001× 0,56
1,932
I NL= ×100 =13,61
14,2

Versi 2 : (Iam = 13,64 A)


∆ Ʈ (2)
I NL=
k t (2) × I f

1,451
I NL= =1,243 A
2,084 ×0,56
1,243
I NL= ×100 =9,12
13,64

2.6.1.2 Pengukuran Tahanan Belitan Secara Tidak Langsung


2.6.1.2.1 Dengan menggunakan metode tahanan tinggi
1. Untuk tahanan jangkar

V
Ram =
I
4,6
=
1
= 4,6 Ω

V
Ra = −r A
I
4,6
= – 0,6
1

Page 29
=4Ω

1x rA
Error = × 100%
(V −1 ) r A

1 ×0,6
= × 100 %
(4,6−1)× 0,6

= 27,778 %

2. Untuk tahanan medan

V
Rfm =
I
294
=
0,5
= 588 Ω

Vm
Rf = −r A
Im
294
= – 0,6
0,5
= 587,4 Ω

V
(¿¿ m−1)r A ×
Error = 100%
1 xrA
¿

1× 0,6
= × 100%
(294−1)× 0,6

= 0,341 %

2.6.1.2.2 Dengan menggunakan metode tahanan rendah

Page 30
1. Untuk tahanan jangkar
V
Ram =
I
3,9
=
1
=3,9 Ω

3,9 . r v
Ra =
( I . r v )−V
3,9 x 2000000
=
(1 x 2000000)−3,9
= 3,900 Ω

V
Error = × 100%
I .r v
3,9
= × 100%
1 x 2000000

= 1,95 x 10-4 %

2. Untuk tahanan medan


V
Rfm =
I
297
=
0,5
= 594 Ω

V . rv
Rf =
( I . r v )−V
297 x 2000000
=
(0,5 x 2000000)−297
= 594,176 Ω

Page 31
V
Error = × 100%
I .r v
297
= × 100%
0,5 x 2000000
= 0,0297 %

2.6.2 Percobaan Dinamis


2.6.2.1 Tanpa Beban
2.6.2.1.1 Karakteristik putaran vs arus penguatan
1). Motor dc shunt tanpa kopel

N (rpm)

Object 311

Page 32
Grafik 2.1 Hubungan antara putaran dengan arus penguatan.

2). Motor dc shunt tanpa beban terkopel dengan generator off

Page 33
Object 313

Grafik 2.2 Hubungan antara putaran dengan arus penguatan.

3). Motor dc shunt tanpa beban terkopel dengan generator dc shunt tanpa beban

Page 34
Object 315

Grafik 2.3 Hubungan antara putaran dengan arus penguatan.

4). Motor dc shunt tanpa beban, terkopel dengan generator dc penguatan


terpisah tanpa beban

Page 35
Object 317

Grafik 2.4 Hubungan antara putaran dengan arus penguatan.

5). Motor dc penguat terpisah tanpa beban terkopel dengan generator dc shunt
tanpa beban

Page 36
N (rpm)

Object 320

Grafik 2.5 Hubungan antara putaran dengan arus penguatan.

6). motor dc penguat terpisah tanpa kopel

Page 37
Object 322

Grafik 2.6 Hubungan antara putaran dengan arus penguatan.

7). motor dc penguat terpisah tanpa beban terkopel dengan generator off

Page 38
Object 324

Grafik 2.7 Hubungan antara putaran dengan arus penguatan.

2.6.2.2 Berbeban
2.6.2.2.1 Karakteristik putaran vs arus jangkar.
1) Motor dc shunt berbeban terkopel dengan generator dc shunt

Page 39
Object 326

Grafik 2.8 Hubungan antara putaran dengan arus jangkar.

2.) Motor dc penguatan terpisah terkopel dengan generator dc shunt (Iexm dan
Vtm= konstan)

Page 40
Object 329

Grafik 2.9 Hubungan antara putaran dengan arus jangkar.

3.) Motor dc penguatan terpisah terkopel dengan generator dc shunt ( N dan


Vtm=konstan).

Page 41
Object 332

Grafik 2.10 Hubungan antara putaran dengan arus jangkar.

2.6.2.2.2 Karakteristik putaran vs torsi

Page 42
1.) Motor dc shunt terkopel dengan generator dc shunt

Object 334

Grafik 2.11 Hubungan antara putaran dengan torsi.

Page 43
Object 336

Grafik 1.12 Hubungan antara putaran dengan torsi.

Page 44
2.) Motor dc penguat terpisah - generator dc shunt Iexm konstan

Object 339

Grafik 2.13 Hubungan antara putaran dengan torsi.

Page 45
Object 341

Grafik 2.14 Hubungan antara putaran dengan torsi.

3). Motor dc penguat terpisah - generator dc shunt putaran konstan

Page 46
Object 343

Grafik 2.15 Hubungan antara putaran dengan torsi.

Page 47
Object 345

Grafik 2.16 Hubungan antara putaran dengan torsi.

Page 48
2.6.2.2.3 Karakteristrik efisiensi vs daya.

1). Motor dc shunt - generator dc shunt

ɳ (%)

Object 347

Grafik 2.17 Hubungan antara efisiensi dengan daya.

Page 49
Object 350

Grafik 2.18 Hubungan antara efisiensi dengan daya.

Page 50
2). Motor dc penguat terpisah - generator dc shunt Iexm konstan

Object 352

Grafik 2.19 Hubungan antara efisiensi dengan daya.

Page 51
Object 354

Grafik 2.20 Hubungan antara efisiensi dengan daya.

Page 52
3). Motor dc penguat terpisah- generator dc shunt putaran konstan

Object 356

Grafik 2.21 Hubungan antara efisiensi dengan daya.

Page 53
Object 359

Grafik 2.22 Hubungan antara efisiensi dengan daya.

Page 54
2.7 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada percobaan tanpa beban hubungan antara arus penguatan terhadap


putaran berbanding terbalik dimana semakin besar arus penguatan yang
diberikan maka putaran akan semakin lambat begitupun sebaliknya semakin
kecil arus penguatan maka putaran semakin cepat.
2. Pada percobaaan berbeban hubungan antara putaran terhadap arus jangkar
cenderung menurun yaitu semakin besar arus jangkar yang diberikan akan
putaran yang dihasilkan akan semakin lambat. Sedangkan hubungan antara
putaran dengan torsi berbanding terbalik dimana semakin besar putaran
maka torsi yang dihasilkan semakin kecil. Adapun efisiensi yang dihasilkan
cenderung konstan.

Page 55
DAFTAR PUSTAKA
Politeknik Negeri Ujung Pandang. 2009. Jobsheet “ Praktikum Mesin Listrik”.
Pembimbing Praktikum Mesin Listrik.

Page 56

Anda mungkin juga menyukai