Anda di halaman 1dari 176

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI PENYULANG

INDI DENGAN PENGGABUNGAN METODE SECTION


TECHNIQUE DAN RELIABILITY INDEX ASSESSMENT
(STUDI KASUS: PT. PLN (PERSERO) ULP RAJAPOLAH)

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh:

Nama : Yuda Setia Nugroho

NPM : 177002003

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

JULI, 2023
HALAMAN JUDUL

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI PENYULANG INDI


DENGAN PENGGABUNGAN METODE SECTION TECHNIQUE DAN
RELIABILITY INDEX ASSESSMENT (STUDI KASUS: PT. PLN
(PERSERO) ULP RAJAPOLAH)

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh:

Nama : Yuda Setia Nugroho

NPM : 177002003

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

JULI, 2023

i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Yuda Setia Nugroho

NPM : 177002003

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Elektro

Bersama ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa laporan tugas akhir

ini merupakan hasil karya saya sendiri dan saya pribadi bertanggung jawab secara

penuh terhadap hasil karya ini.

Tasikmalaya, 26 Juli 2023

Yang menyatakan,

Yuda Setia Nugroho

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh,


Nama :
Yuda Setia Nugroho
NPM :
177002003
Program Studi :
Teknik Elektro
Judul Skripsi :
Analisis Keandalan Sistem Distribusi Penyulang
INDI Dengan Penggabungan Metode Section
Technique dan Reliability Index Assessment
(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) ULP Rajapolah)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ir. Sutisna, S.T., M.T. (…………….………)

Pembimbing II : Dr. Ir. Nurul Hiron, S.T., M.Eng., IPU (……………….……)

Penguji I : Prof. Ir. H. Arifin, P.hd., IPU (…………….………)

Penguji II : Ir. Firmansyah M.S.N, S.T., M.Kom., (………….…………)


IPM

Ditetapkan di : Tasikmalaya
Tanggal : 26 Juli 2023

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Teknik Teknik Elektro

Prof. Ir. H. Arifin, P.hd., IPU Ir. Firmansyah M S N. S.T., M.Kom


NIP. 196708161996031001 NIP. 198312052021211001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS

KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI PENYULANG INDI DENGAN

PENGGABUNGAN METODE SECTION TECHNIQUE DAN RELIABILITY

INDEX ASSESSMENT (STUDI KASUS: PT. PLN (PERSERO) ULP

RAJAPOLAH)” Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro

pada Fakultas Teknik Universitas Siliwangi. Tak lupa saya ucapkan terimakasih

kepada pihak-pihak yang berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung

membantu kelancaran penulisan ini, diantaranya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan Ridho-Nya sehingga penuhlis bisa


menyelesaikan Tugas Akhir.
2. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan dukungan baik secara moril ataupun
materil juga doa yang senantiasa mengantarkan penulis hingga menyelesaikan
Tugas Akhir.
3. Bapak Prof. Ir. H. Arifin, P.hd., IPU selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
4. Bapak Ir. Sutisna, ST., M.T., selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktu dan tenaga untuk membimbing selama penyusunan Tugas Akhir.
5. Bapak Dr. Ir. Nurul Hiron, S.T., M.Eng., IPU selaku pembimbing 2 dan wali
dosen yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing selama
penyusunan Tugas Akhir.
6. Bapak Dosen khusus jurusan Teknik Elektro di Universitas Siliwangi yang telah
membekali penulis dengan beberapa disiplin ilmu yang berguna.
7. Kakak saya yang telah memberikan dukungan baik itu materil, moral, serta doa
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

iv
8. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro angkatan 2017,
yang telah banyak berdiskusi dan bekerjasama dengan penulis selama masa
pendidikan.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semuapihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat

bagi pengembananilmu.

Tasikmalaya, 26 Juli 2023

Yuda Setia Nugroho

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN MENYERAHKAN HAK
MILIK ATAS TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Siliwangi, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Yuda Setia Nugroho

NPM : 177002003

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Elektro

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Siliwangi Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul :
ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI PENYULANG
INDI DENGAN PENGGABUNGAN METODE SECTION
TECHNIQUE DAN RELIABILITY INDEX ASSESSMENT
(STUDI KASUS: PT. PLN (PERSERO) ULP RAJAPOLAH)
Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Universitas Siliwangi berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengembangkan, mengubah, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta
dan sebagai Pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tasikmalaya
Pada tanggal : 26 Juli 2023
Yang menyatakan,

Yuda Setia Nugroho

vi
ABSTRAK

Nama : Yuda Setia Nugroho


Program Studi : Teknik Elektro
Judul : Analisis Keandalan Sistem Distribusi Penyulang
Indi Dengan Penggabungan Metode Section
Technique Dan Reliability Index Assessment (Studi
Kasus: PT. PLN (PERSERO) ULP RAJAPOLAH)
Sistem distribusi adalah sistem dalam tenaga listrik yang memiliki peran
penting karena berhubungan langsung dengan pemakai energi listrik. Keandalan ini
dapat dilihat dari sejauh mana suplai tenaga listrik bisa secara kontinyu pelayananya
dalam satu tahun ke konsumen. Peneitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
keandalan sistem distribusi di PT.PLN ULP Rajapolah terutama pada penyulang
INDI serta meningkatkan indeks keandalan sistem. Metode yang digunakan dalam
analisis ini yaitu penggabungan metode Section Technique dan Reliability Index
Assessment dimana dalam proses perhitungannya jaringan dibagi menjadi beberapa
section berdasarkan peralatan pengamannya berupa recloser, SSO, dan FCO serta
dalam proses perhitungannya menggunakan parameter sustained failure rate
(gangguan permanen) dan momentary failure rate (gangguan sementara). Hasil
perhitungan akan divalidasi menggunakan ETAP 12.6. ETAP 12.6 digunakan juga
untuk melakukan hasil proses rekomendasi perbaikan keandalan, rekomendasi
perbaikan dilakukan dengan melakukan optimasi recloser dengan merelokasi letak
penempatan recloser dan penambahan fuse cut out pada section yang memiliki nilai
keandalan paling buruk. Hasil perhitungan indeks keandalan menggunakan
penggabungan metode Section Technique dan Reliability Index Assessment untuk
nilai SAIFI sebesar 0,36245 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI sebesar 0,13552
jam/pelanggan/tahun dan validasi dengan hasil ETAP 12.6 untuk nilai SAIFI
0,3682 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI 0,1363 jam/pelanggan/tahun.
Diketahui bahwa untuk SAIFI sudah memenuhi standar SPLN 68-2,1986 yaitu 3,2
gangguan/pelanggan/tahun dan standar IEEE Std. 1366-2003 yaitu 1,4
gangguan/pelanggan/tahun sedangkan untuk SAIDI sudah memenuhi standar
SPLN 68-2:1986 yaitu 21,9 jam/pelanggan/tahun dan standar IEEE Std. 1366-2003
yaitu 2,3 jam/pelanggan/tahun. Untuk memperbaiki nilai keandalan dilakukan
implementasi optimasi recloser dan penambahan fuse cut out pada penyulang INDI
dan diperoleh indeks keandalan paling optimal yaitu, SAIFI 0,1946
gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI 0,1106 jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan
hasil peningkatan tersebut sudah memenuhi standar SPLN 68-2:1986 dan IEEEstd.
1366-2003 baik nilai SAIFI ataupun SAIDInya sehingga dikatakan HANDAL.

Kata Kunci : Keandalan, Penyulang INDI, Section Technique dan Reliability


Index Assessment, SPLN 68-2,1986, IEEE Std. 1366-2003,
SAIFI, SAIDI, recloser, fuse cut out.

vii
ABSTRACT

Name : Yuda Setia Nugroho


Study Program : Electrical Engineering
Title : Reliability Analysis Of INDI Feeder Distribution
System By Combining Section Technique And
Reliability Index Assessment Methods
(Case Study: PT. PLN (Persero) ULP Rajapolah)

The distribution system is a system in electric power which has an important


role because it is directly related to the users of electrical energy. This reliability
can be seen from the extent to which the electric power supply can continuously
serve it within one year to consumers. This study aims to evaluate the reliability of
the distribution system at PT. PLN ULP Rajapolah, especially for INDI feeders and
to increase the system reliability index. The method used in this analysis is the
combination of the Section Technique and Reliability Index Assessment methods
where in the calculation process the network is divided into several sections based
on the safety equipment in the form of recloser, SSO, and FCO and in the
calculation process using the parameters sustained failure rate (permanent failure)
and momentary failure rate (temporary interruption). Calculation results will be
validated using ETAP 12.6, ETAP 12.6 is also used to carry out the results of the
recommendation process to improve reliability, recommendations for improvement
are carried out by optimizing the recloser by relocating the location of the recloser
placement and adding a fuse cut out in the section that has the worst reliability
value. The results of the calculation of the reliability index using the combination
of the Section Technique method and the Reliability Index Assessment for a SAIFI
value of 0,36245 disturbances/customers/year and SAIDI of 0,13552
hours/customers/year and validation with ETAP results of 12.6 for a SAIFI value
of 0,3682 disturbances/ customer/year and SAIDI 0,1363 hours/customer/year. It
is known that SAIFI has met the SPLN 68-2.1986 standard, namely 3,2
interruptions/customer/year and the IEEE Std standard. 1366-2003, namely 1,4
interruptions/customer/year, while for SAIDI it has met the SPLN 68-2: 1986
standard, namely 21,9 hours/customer/year and the IEEE Std. standard. 1366-2003
which is 2,3 hours/customer/year. To improve the reliability value, the
implementation of recloser optimization was carried out and the addition of a fuse
cut out on the INDI feeder and the most optimal reliability index was obtained,
namely, SAIFI 0,1946 disturbances/customer/year and SAIDI 0,1106
hours/customer/year. Based on the results of this increase, it meets the SPLN 68-2:
1986 and IEEEstd standards. 1366-2003 both SAIFI and SAIDI values so it is said
to be RELIABLE.

Keywords : Reliability, Feeder Indi, Section Technique and Reliability Index


Assessment, SPLN 68-2,1986, IEEE Std. 1366-2003, SAIFI,
SAIDI, recloser, fuse cut out.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN MENYERAHKAN HAK


MILIK ATAS TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..... vi

ABSTRAK........................................................................................................ vii

ABSTRACT...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ I-1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ I-1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... I-6

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... I-7

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... I-7

1.5 Batasan Masalah ...................................................................................... I-8

1.6 Sistematika Pelaporan.............................................................................. I-8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... II-1

2.1 Sistem Tenaga Listrik ............................................................................. II-1

2.2 Sistem Distribusi Listrik ......................................................................... II-2

2.2.1 Sistem Distribusi Primer .................................................................. II-3

2.2.2 Distribusi Sekunder .......................................................................... II-4

2.3 Tipe Jaringan Distribusi Listrik .............................................................. II-5

ix
2.3.1 Jaringan Distribusi Sistem Radial ..................................................... II-5

2.3.2 Jaringan Distribusi Sistem Ring/Loop .............................................. II-6

2.3.3 Jaringan Distribusi Spindel ............................................................... II-6

2.3.4 Jaringan Hantaran Hubung ............................................................... II-7

2.3.5 Jaringan Gugus Kluster .................................................................... II-8

2.4 Komponen Sistem Jaringan Distribusi .................................................... II-8

2.4.1 Tiang Listrik .................................................................................... II-8

2.4.2 Isolator ............................................................................................. II-8

2.4.3 Kabel Penghantar ............................................................................. II-9

2.4.4 Transformator .................................................................................. II-9

2.5 Sistem Pengaman Jaringan Distribusi ..................................................... II-9

2.5.1 Fuse Cut Out (FCO/CO)................................................................... II-9

2.5.2 Rele Arus Lebih (Over Current Relay, OCR) ................................. II-10

2.5.3 Rele Arus Gangguan Tanah (Ground Fault Relay) ......................... II-10

2.5.4 Penutup Balik Otomatis (Recloser)................................................. II-10

2.5.5 Saklar Seksi Otomatis (SSO, Sectionalizer) .................................... II-11

2.5.6 Saklar Beban/Load Break Switch.................................................... II-12

2.6 Gangguan Sistem Distribusi ................................................................. II-12

2.6.1 Jenis Gangguan .............................................................................. II-12

2.7 Keandalan Sistem Distribusi ................................................................. II-13

2.8 Komponen Perhitungan Keandalan ....................................................... II-13

2.9 Indeks Keandalan Sistem Distribusi ...................................................... II-15

2.10 Standar Indeks Keandala .................................................................... II-17

2.11 Metode Reliability Index Assessment .................................................. II-17

2.12 Metode Section Technique .................................................................. II-18

x
2.13 Metode Section Technique – Reliability Index Assessment .................. II-20

2.14 Software ETAP (Electrical Transient Analysis Program) ................... II-22

2.15 Perbaikan Keandalan .......................................................................... II-25

2.16 Penelitian Terkait ............................................................................... II-26

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. III-1

3.1 Flowchart Penelitian .............................................................................. III-1

3.1.1 Identifikasi Masalah ........................................................................ III-2

3.1.2 Studi Literatur ................................................................................. III-2

3.1.3 Pengolahan Data dan Analisis Indeks Keandalan Menggunakan


Penggabungan Metode Section Technique Dan Reliability Index Assessment
(RIA) ..................................................................................................... III-10

3.1.4 Analisis Data ................................................................................. III-14

3.1.5 Validasi ......................................................................................... III-14

3.1.6 Evaluasi Hasil ............................................................................... III-16

3.1.7 Rekomendasi Perbaikan Keandalan ............................................... III-17

3.1.8 Kesimpulan ................................................................................... III-19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. III-19

3.2.1 Tempat Penelitian ......................................................................... III-19

3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... III-19

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. IV-1

4.1 Analisis Indeks Keandalan Sistem Distribusi Penyulang INDI menggunakan


Penggabungan Metode Section Technique dan Reliability Index Assessment
(RIA) .......................................................................................................... IV-1

4.1.1 Analisis Keandalan Penyulang INDI ............................................... IV-1

4.1.2 Data Titik Beban Penyulang INDI berdasarkan Pembagian Section . IV-1

4.1.3 Data Panjang Saluran Distribusi Penyulang INDI berdasarkan tiap


Section ..................................................................................................... IV-3

xi
4.1.4 Data Indeks Keandalan Saluran Udara............................................. IV-4

4.1.5 Data Gangguan Peralatan Distribusi ................................................ IV-8

4.2 Perhitungan dan Analisis Keandalan Sistem ........................................ IV-10

4.2.1 Section 1 ....................................................................................... IV-10

4.2.2 Section 2 ....................................................................................... IV-24

4.2.3 Section 3 ....................................................................................... IV-32

4.2.4 Section 4 ....................................................................................... IV-39

4.2.5 Section 5 ....................................................................................... IV-46

4.2.6 Section 6 ....................................................................................... IV-54

4.2.7 Section 7 ....................................................................................... IV-62

4.3 Analisis Indeks Keandalan per-Section ................................................ IV-69

4.4 Analisis Keandalan Sistem menggunakan Program ETAP ................... IV-70

4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan dengan Standar Keandalan ................ IV-73

4.6 Rekomendasi Perbaikan Keandalan Sistem Distribusi Penyulang INDIIV-74

4.7 Perbandingan Hasil Rekomendasi Dengan Standar .............................. IV-88

BAB V..........................................................................................................IV-89

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ V-1

5.2 Saran ...................................................................................................... V-3

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Gangguan Distribusi tahun 2022 ............................................... I-3

Tabel 2.1 Data indeks kegagalan SUTM ........................................................ II-15

Tabel 2.2 Data indeks kegagalan peralatan ..................................................... II-15

Tabel 2.3 Standar Indeks Keandalan .............................................................. II-17

Tabel 2.4 Penelitian Terkait ........................................................................... II-27

Tabel 3.1 Data Transformator pada Penyulang INDI ....................................... III-5

Tabel 3. 2 Data Panjang Saluran Penyulang INDI ........................................... III-8

Tabel 3.3 Gangguan Distribusi pada penyulang INDI ..................................... III-9

Tabel 4.1 Data Pelanggan per-Section ............................................................. IV-2

Tabel 4.2 Panjang Saluran Udara pada Section 1 ............................................. IV-3

Tabel 4.3 Panjang Saluran Udara pada Section 2 ............................................. IV-3

Tabel 4.4 Panjang Saluran Udara pada Section 3 ............................................. IV-3

Tabel 4.5 Panjang Saluran Udara pada Section 4 ............................................. IV-4

Tabel 4.6 Panjang Saluran Udara pada Section 5 ............................................. IV-4

Tabel 4.7 Panjang Saluran Udara pada Section 6 ............................................. IV-4

Tabel 4.8 Panjang Saluran Udara pada Section 7 ............................................. IV-4

Tabel 4.9 Data Gangguan Penyulang INDI Bulan Januari 2022 – Desember 2022
....................................................................................................................... IV-5

Tabel 4.10 Gangguan Permanen dan Sementara .............................................. IV-6

Tabel 4.11 Perhitungan Indeks Laju Kegagalan Saluran Udara setiap Section . IV-7

Tabel 4.12 Data Gangguan Peralatan Distribusi .............................................. IV-8

Tabel 4.13 Data Indeks Keandalan Peralatan Distribusi .................................. IV-9

Tabel 4.14 Daftar Mode Kegagalan Section 1 ............................................... IV-11

Tabel 4.15 Frekuensi Kegagalan untuk Titik Beban 1 (λi TB1) ..................... IV-13

xiii
Tabel 4.16 Frekuensi Kegagalan untuk Titik Beban 21 (λi TB21) ................. IV-15

Tabel 4.17 Perhitungan Durasi Gangguan untuk Titik Beban1 (U TB1) ........ IV-17

Tabel 4.18 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 21 (U TB21) ............. IV-19

Tabel 4.19 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 1 ..IV-
20

Tabel 4.20 SAIFI dan SAIDI Section 1 ......................................................... IV-22

Tabel 4.21 Daftar Mode Kegagalan Section 2 ............................................... IV-24

Tabel 4.22 Frekuensi Kegagalan untuk Titik Beban 21 (λi TB21) ................. IV-25

Tabel 4.23 Frekuensi Kegagalan untuk Titik Beban 1 (λi TB1) ..................... IV-26

Tabel 4.24 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 21 (U TB21) ............. IV-27

Tabel 4.25 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1(UTB1) ................... IV-28

Tabel 4.26 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 2 ..IV-
28

Tabel 4.27 SAIFI dan SAIDI Section 2 ......................................................... IV-30

Tabel 4.28 Daftar Mode Kegagalan Section 3 ............................................... IV-32

Tabel 4.29 Frekuensi Kegagalan Titik Beban 23 (λi TB23) ........................... IV-33

Tabel 4.30 Frekuensi Kegagalan Titik Beban 1 (λi TB1) ............................... IV-33

Tabel 4.31 Durasi Gangguan Titik Beban 23 (U TB23) ................................. IV-34

Tabel 4.32 Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1)..................................... IV-35

Tabel 4.33 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 3 ..IV-
35

Tabel 4.34 SAIFI dan SAIDI Section 3 ......................................................... IV-37

Tabel 4.35 Daftar Mode Kegagalan Section 4 ............................................... IV-39

Tabel 4.36 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 24 (λi TB24) ....... IV-40

Tabel 4.37 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 1 (λi TB1) ........... IV-41

Tabel 4.38 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 24 (U TB24) ............. IV-41

xiv
Tabel 4.39 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1) ................. IV-42

Tabel 4.40 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 4 ..IV-
42

Tabel 4.41 SAIFI dan SAIDI Section 4 ......................................................... IV-44

Tabel 4.42 Daftar Mode Kegagalan Section 5 ............................................... IV-46

Tabel 4.43 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 26 (λi TB26) ....... IV-47

Tabel 4.44 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik beban 1(λi TB1) ............. IV-48

Tabel 4.45 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 26 (U TB26) ............. IV-49

Tabel 4.46 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1) ................. IV-49

Tabel 4.47 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 5 ..IV-
50

Tabel 4.48 SAIFI dan SAIDI Section 5 ......................................................... IV-51

Tabel 4.49 Daftar Mode Kegagalan Section 6 ............................................... IV-54

Tabel 4.50 perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 28 (λi TB28)........ IV-55

Tabel 4.51 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 1 (λi TB1) ........... IV-56

Tabel 4.52 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 28 (U TB28) ............. IV-57

Tabel 4.53 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1) ................. IV-57

Tabel 4.54 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 32 (U TB32) ............. IV-58

Tabel 4.55 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 6 ..IV-
58

Tabel 4.56 SAIFI dan SAIDI Section 6 ......................................................... IV-60

Tabel 4.57 Daftar Mode Kegagalan Section 7 ............................................... IV-62

Tabel 4.58 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 32 (λi TB32 ......... IV-63

Tabel 4.59 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 1 (λi TB1) ........... IV-64

Tabel 4.60 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban (U TB32) .................. IV-64

Tabel 4.61 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1) ................. IV-65

xv
Tabel 4.62 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 7 ..IV-
65

Tabel 4.63 SAIFI dan SAIDI Section 7 ......................................................... IV-67

Tabel 4.64 Indeks Keandalan Penyulang INDI .............................................. IV-69

Tabel 4.65 SAIFI dan SAIDI pada ETAP 12.6 .............................................. IV-71

Tabel 4.66 Perbandingan SAIFI Metode Section Technique-RIA dan ETAP 12.6
..................................................................................................................... IV-72

Tabel 4.67 Perbandingan SAIDI Metode Section Technique-RIA dan ETAP 12.6
..................................................................................................................... IV-72

Tabel 4.68 Perbandingan Nilai Indeks Keandalan SAIFI dengan Standar Keandalan
..................................................................................................................... IV-73

Tabel 4.69 Perbandingan Nilai Indeks Keandalan SAIDI dengan Standar Keandalan
..................................................................................................................... IV-74

Tabel 4.70 Nilai SAIFI, SAIDI dan FITNESS ............................................... IV-76

Tabel 4.71 SAIFI, SAIDI dan FITNEES pada Titik Beban Percabangan ....... IV-77

Tabel 4.72 Perbandingan Indeks Keandalan berdasarkan Letak Recloser ...... IV-80

Tabel 4.73 Perbandingan Indeks Keandalan setelah Penambahan Fuse Cut Out IV-
83

Tabel 4.74 Data Titik Beban 4 ...................................................................... IV-84

Tabel 4.75 Pemecahan Jumlah Pelanggan ..................................................... IV-84

Tabel 4.76 Perbandingan Indeks Keandalan setelah Pemecahan Titik Beban 4 ..IV-
85

Tabel 4.77 Hasil Simulasi ETAP Indeks Keandalan SAIFI Setelah Perbaikan Indeks
Keandalan ..................................................................................................... IV-87

Tabel 4.78 Hasil Simulasi ETAP Indeks Keandalan SAIDI Setelah Perbaikan
Indeks Keandalan.......................................................................................... IV-87

Tabel 4.79 Perbandingan Nilai SAIFI setelah Perbaikan dengan Standar....... IV-88

Tabel 4.80 Perbandingan Nilai SAIDI setelah Perbaikan dengan Standar ...... IV-88

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 SAIFI dan SAIDI ULP Rajapolah tahun 2022 ................................ I-3

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik (Suripto 2016)............................................ II-1

Gambar 2.2 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik (Suhadi and Wrahatnolo 2008) II-3

Gambar 2.3 Jaringan Distribusi Primer (Hardianto 2017) ................................. II-4

Gambar 2.4 Jaringan Distribusi Sekunder 220 V (Hardianto 2017) .................. II-4

Gambar 2.5 Jaringan Radial (Wicaksono and Suhardi 2019) ............................ II-5

Gambar 2.6 Jaringan Ring/Loop (Wicaksono and Suhardi 2019)...................... II-6

Gambar 2.7 Jaringan Spindel (Wicaksono and Suhardi 2019) .......................... II-7

Gambar 2.8 Jaringan Hantar Penghubung (Wicaksono and Suhardi 2019) ....... II-7

Gambar 2.9 Jaringan Kluster (Wicaksono and Suhardi 2019) ........................... II-8

Gambar 2.10 Input dan Ouput pada Metode RIA ........................................... II-17

Gambar 2.11 Input dan Output Metode Section Technique ............................. II-19

Gambar 3.1 Flowchart Metode Penelitian ....................................................... III-1

Gambar 3.2 Single line diagram Penyulang INDI ............................................ III-4

Gambar 3.3 Flowchart Penggabungan Metode Section Technique dan RIA ... III-11

Gambar 3.4 Reliability Parameters Software ETAP12.6.0 ............................ III-15

Gambar 3.5 Connected Load ........................................................................ III-16

Gambar 3.6 Flowchart Penentuan Letak Recloser dan Fuse Cut Out ............. III-17

Gambar 4.1 Single Line Diagram Section 1................................................... IV-10

Gambar 4.2 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 1 pada Section 1IV-
14

Gambar 4.3 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 24 pada Section 1
..................................................................................................................... IV-16

Gambar 4.4 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 1
..................................................................................................................... IV-21

xvii
Gambar 4.5 Grafik Nilai SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 1 ........ IV-23

Gambar 4.6 Single Line Diagram Section 2................................................... IV-24

Gambar 4.7 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 21 pada Section 2
..................................................................................................................... IV-26

Gambar 4.8 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 1 pada Section 2IV-
27

Gambar 4.9 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 2
..................................................................................................................... IV-29

Gambar 4.10 Grafik SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 2 ............... IV-31

Gambar 4.11 Single Line Diagram Section 3 ................................................. IV-32

Gambar 4.12 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 26 pada Section 3
..................................................................................................................... IV-33

Gambar 4.13 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 3
..................................................................................................................... IV-34

Gambar 4.14 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 3
..................................................................................................................... IV-36

Gambar 4.15 Grafik SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 3 ............... IV-38

Gambar 4.16 Single Line Diagram Section 4 ................................................. IV-39

Gambar 4.17 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 24 pada Section 4
..................................................................................................................... IV-40

Gambar 4.18 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 4
..................................................................................................................... IV-41

Gambar 4.19 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 4
..................................................................................................................... IV-43

Gambar 4.20 Grafik SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 4 ............... IV-45

Gambar 4.21 Single Line Diagram Section 5 ................................................. IV-46

Gambar 4.22 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 26 pada Section 5
..................................................................................................................... IV-47

Gambar 4.23 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 5
..................................................................................................................... IV-48

xviii
Gambar 4.24 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 5
..................................................................................................................... IV-50

Gambar 4.25 SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 5 .......................... IV-53

Gambar 4.26 Single Line Diagram Section 6 ................................................. IV-54

Gambar 4.27 Panjang Saluran tiap Peralatan Titik Beban 28 pada Section 6.. IV-55

Gambar 4.28 Panjang Saluran tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 6.... IV-56

Gambar 4.29 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 6
..................................................................................................................... IV-59

Gambar 4.30 Grafik SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 6 ............... IV-61

Gambar 4.31 Single Line Diagram Section 7 ................................................. IV-62

Gambar 4.32 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 32 pada Section 7
..................................................................................................................... IV-63

Gambar 4.33 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 7
..................................................................................................................... IV-64

Gambar 4.34 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 7
..................................................................................................................... IV-66

Gambar 4.35 SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 7 .......................... IV-68

Gambar 4.36 Indeks Keandalan SAIFI dan SAIDI per-Section ...................... IV-69

Gambar 4.37 Single Line Diagram Penyulang INDI di ETAP 12.6 ............... IV-71

Gambar 4.38 SAIFI dan SAIDI menggunakan ETA P 12.6 ........................... IV-71

Gambar 4.39 Perbandingan SAIFI Metode Section Technique-RIA dan ETAP 12.6
..................................................................................................................... IV-72

Gambar 4.40 Grafik SAIFI menggunkan Metode Section Technique-RIA,ETAP


12.6, SPLN 68-2 :1986 dan IEEE 1366-2003 ................................................ IV-73

Gambar 4.41 Grafik perbandingan Indeks Keandalan SAIFI dengan Standar


Keandalan ..................................................................................................... IV-74

Gambar 4.42 Peletakan Recloser pada Titik Beban 5 .................................... IV-77

Gambar 4.43 Peletakan Recloser pada Titik Beban 17 .................................. IV-78

Gambar 4.44 Peletakan Recloser pada Titik Beban 10 .................................. IV-78

xix
Gambar 4.45 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 1 ......................... IV-79

Gambar 4.46 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 2 ......................... IV-79

Gambar 4.47 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 3 ......................... IV-79

Gambar 4.48 Pemasangan FCO pada Fitness tertinggi (TB 17) ..................... IV-81

Gambar 4.49 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 1-1 ...................... IV-81

Gambar 4.50 Pemasangan FCO pada Fitness terendah (TB 9) ....................... IV-82

Gambar 4.51 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 1-2 ...................... IV-82

Gambar 4.52 Pemasangan FCO pada seluruh Cabang (TB 3,4,9,14,15,16, dan 17)
..................................................................................................................... IV-83

Gambar 4.53 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 1-3 ...................... IV-83

Gambar 4.54 Pemecahan Jumlah Pelanggan pada Titik Beban 4 ................... IV-85

Gambar 4.55 Hasil Indeks Keandalan setelah Pemecahan Titik Beban 4 ....... IV-85

Gambar 4.56 SAIFI dan SAIDI Sebelum dan Sesudah Rekomendasi Perbaikan IV-
87

Gambar 4.57 Perbandingan Nilai SAIFI setelah Perbaikan dengan Standar ... IV-88

Gambar 4.58 Perbandingan Nilai SAIDI setelah Perbaikan dengan Standar .. IV-89

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem distribusi adalah sistem dalam tenaga listrik yang memiliki peran

penting karena berhubungan langsung dengan pemakai energi listrik (B.Sinurat

2013). Berdasarkan UU No.30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan pasal 28,

tertulis bahwa pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik wajib menyediakan

tenaga listrik yang memenuhi standar mutu keandalan yang berlaku dan

memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen dan masyarakat

(UU No. 30 Thn. 2009 n.d.).

Keandalan sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai kemampuan sistem

dalam memberikan kenyamanan dan keamanan ketika sistem tersebut menyuplai

tenaga listrik yang cukup secara terus menerus. Keandalan ini dapat dilihat dari

sejauh mana suplai tenaga listrik bisa mensuplai secara kontinyu dalam satu tahun

ke konsumen. Permasalahan yang paling mendasar pada distribusi daya listrik

adalah terletak pada mutu, kontinuitas dan ketersediaan pelayanan daya listrik pada

pelanggan. Semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat dari tahun ke tahun,

diikuti dengan peningkatan kebutuhan tenaga listrik. Pada saat ini tenaga listrik

telah menjadi kebutuhan pokok, sehingga kontinuitas penyediaan tenaga listrik

menjadi tuntutan yang semakin besar dari konsumen tenaga listrik (Maliky, Alen

Tri. Haryudo 2020). Jika keandalan sistem ini tidak memenuhi standar yang telah

ditetapkan, dapat mengakibatkan kerugian bagi PT. PLN (Persero) dan pelanggan.

I-1
I-2

Berdasarkan standar tersebut, keandalan dapat diukur berdasarkan nilai SAIFI

(System Average Interruption Frequency Index), yaitu indikator yang digunakan

dalam menentukan keandalan berdasarkan jumlah gangguan berkelanjutan rata-rata

selama 12 bulan dan SAIDI (System Average Interruption Duration Index), yaitu

indikator banyaknya durasi waktu interupsi gangguan yang dialami pelanggan

selama 12 bulan (Perdana, Hasanah, and Dachlan 2009).

Sesuai standar indeks keandalan, berdasarkan Standar PLN (SPLN) 68-

2,1986 menetapkan bahwa sistem dalam keadaan baik jika telah memenuhi standar

dengan nilai SAIFI 3,2 kali/pelanggan/tahun dan SAIDI 21,09

jam/pelanggan/tahun, sedangkan menurut IEEE std 1366-2002 mempunyai nilai

indeks SAIFI 1,4 kali/tahun pelanggan dan SAIDI 2,3 jam/tahun pelanggan

(Muntasyir 2018).

PT. PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Rajapolah merupakan PLN yang

bergerak dibidang pelayanan teknik, transaksi energi, dan pemeliharaan distribusi

listrik. PT. PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Rajapolah disuplai oleh 3 GI

(Gardu Induk) yaitu GI Tasikmalaya, GI Malangbong, dan GI Ciamis. Distribusi

listrik pada PT. PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Rajapolah terdiri dari 8

penyulang yaitu Penyulang INDI, CIWI,PNBN, LEWO, BNKL, BNTG, PGAG,

dan STGD untuk mensuplai energi listrik ke seluruh wilayah cakupan Unit Layanan

Pelanggan Rajapolah. Pada tempat penelitian yaitu di Unit Layanan Pelanggan

Rajapolah sudah dilakukan perhitungan SAIFI dan SAIDI tetapi dalam lingkup

keseluruhan satu Unit Layanan Pelanggan (ULP) atau perhitungan SAIFI dan

SAIDI untuk seluruh penyulang dengan perhitungan dalam jangka waktu perbulan.
I-3

SAIFI dan SAIDI ULP RAJAPOLAH


1,800
1,600
1,400
1,200
1,000
0,800
0,600
0,400
0,200
0,000
Rata-
rata
Januar Febru Agust Septe Oktob Nove Dese
Maret April Mei Juni Juli gangg
i ari us mber er mber mber
uan/ta
hun
SAIFI 0,041 0,513 0,174 0,550 0,637 0,902 0,071 1,190 0,281 0,310 0,291 1,083 0,5036
SAIDI 0,178 0,777 0,283 0,623 0,799 0,745 0,254 1,409 0,551 0,441 0,703 1,548 0,6927

Gambar 1.1 SAIFI dan SAIDI ULP Rajapolah tahun 2022


(Sumber: PT. PLN ULP Rajapolah)

Berdasarkan Gambar 1.1 bahwa nilai indeks keandalan SAIFI dan SAIDI

masih memenuhi standar baik SPLN 68-2,1986 dan IEEE std 1366-2002, sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan perhitungan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI

pada penyulang yang mengalami gangguan terbanyak dan pemadaman paling lama.

Tabel 1.1 Data Gangguan Distribusi tahun 2022


(Sumber: PT. PLN ULP Rajapolah)
Unit Layanan Jumlah Gangguan Durasi Gangguan
Penyulang
Pelanggan (Kali/Tahun) (Jam/Tahun)
RAJAPOLAH INDI 13 6,32
RAJAPOLAH CIWI 8 5,3
RAJAPOLAH PNBN 10 3,2
RAJAPOLAH LEWO 2 1,8
RAJAPOLAH BNKL 0 0,0
RAJAPOLAH BNTG 7 6,5
RAJAPOLAH PGAG 3 1,1
RAJAPOLAH STGD 6 2,8

Berdasarkan Tabel 1.1 jaringan distribusi yang akan dikaji yaitu penyulang

INDI karena pada bulan januari - desember 2022 penyulang INDI mengalami

gangguan yang cukup banyak dibanding penyulang lainnya yaitu dari data
I-4

gangguan bulan januari - desember 2022 jumlah gangguan yang terjadi sebanyak

13 kali/tahun dan total durasi padam 6,32 jam/tahun. Diharapkan dengan adanya

pengevaluasian sistem distribusi, dapat menjadi referensi untuk mempersiapkan

suatu pilihan perbaikan jika terjadi penurunan kualitas pelayanan pada pelanggan

dan menjaga kontinuitas pelayanan terhadap pelanggan.

Menurut Jufrizel dan Hidayatullah (2017), terdapat beberapa metode yang

sering digunakan dalam menghitung indeks keandalan diantaranya FMEA, RNEA,

Section Technique serta RIA, dengan setiap metode memiliki keunggulan dan

kekurangan masing-masing. Section Technique yaitu metode yang membagi

struktur jaringan menjadi beberapa bagian dalam menganalisa sistem, setiap seksi

memiliki perhitungan masing-masing dan hasil dari setiap section akan

dijumlahkan menjadi hasil akhir dari indeks keandalan sistem, namun di dalam

perhitungannya, metode Section Technique ini hanya menggunakan failure rate

yang umum digunakan untuk tiap komponen sistemnya, yakni sustained failure rate

(laju kegagalan dengan interval perbaikan cukup lama). RIA (Reliability Index

Assessment) yaitu metode yang mendata kegagalan yang terjadi pada peralatan

yang diakibatkan oleh gangguan sementara (momentary failure rate), sehingga

hasil akhir dari metode ini lebih mendekati hasil sebenarnya di lapangan,

kelemahan pada metode RIA (Reliability Index Assessment) yaitu hanya

menghitung keandalan yang diakibatkan oleh gangguan sementara. Penggabungan

antara metode Section Technique dan RIA (Reliability Index Assessment) yaitu

menggabungkan parameter sustained failure rate (laju kegagalan dengan interval

perbaikan cukup lama) dengan momentary failure rate (kegagalan akibat gangguan
I-5

sementara), penggabungan ini diharapkan dapat menutupi kekurangan pada

masing-masing metode yang digunakan (Jufrizel and Hidayatullah 2017).

Menurut Latifah Indrayani Hidayat (2022), dalam hasil penelitiannya

terdapat kenaikan angka SAIFI dan SAIDI pada metode gabungan lebih besar dan

berpengaruh pada nilai indeks keandalan sebuah sistem, tetapi dengan adanya

penambahan parameter momentary failure rate rate (laju kegagalan dengan gangguan

sementara) kedalam proses perhitungan pada metode gabungan antara Section Technique

dan RIA membuat metode ini memberikan nilai yang lebih teliti dibandingkan

menggunakan metode Section Technique yang hanya memperhatikan parameter sustained

failure rate karena semua gangguan yang terjadi pada jaringan dimasukkan dalam

perhitungan sehingga hasil yang didapat mendekati hasil dilapangan (Hidayat, Rizal

Sultan, and Achmad 2022).

Menurut Ahmad Fatoni (2016), dalam usaha mengurangi jumlah gangguan

dibagi menjadi dua, pertama lewat eksternal sistem yaitu dengan melaksanakan dan

merencanakan upaya pemeliharaan peralatan sesuai buku instruksi pemeliharaan

dan menganalisa gangguan untuk dapat mencegah serta mengurangi kemungkinan

terulangnya gangguan. Kedua, lewat internal sistem yaitu dengan melakukan

konfigurasi sistem dengan penambahan komponen yang dapat melokalisir adanya

gangguan, komponen yang sudah terbukti dapat melokalisir gangguan yaitu

arrester, tie switch, fuse, CB, sectionalizer. Menurut Ahmad Fatoni (2016), ada dua

cara untuk memperbaiki keandalan suatu sistem tenaga listrik, cara pertama adalah

mengurangi frekuensi terjadinya gangguan, dan cara kedua adalah mengurangi

durasi gangguan. Upaya mengurangi frekuensi gangguan dapat menggunakan fuse

cut out untuk melokalisir gangguan. Jika mengacu pada durasi pemadaman
I-6

dikarenakan perbaikan komponen yang mengalami kerusakan yaitu dengan

malakukan optimasi berupa penentuan letak recloser yang tepat agar dapat

melokalisir wilayah gangguan dan mempercepat waktu pemadaman. Upaya

perbaikan keandalan akan disimulasikan menggunakan software ETAP 12.6.

Dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dalam tugas akhir ini dengan judul, “ANALISIS KEANDALAN SISTEM

DISTRIBUSI PENYULANG INDI DENGAN METODE GABUNGAN

SECTION TECHNIQUE DAN RELIABILITY INDEX ASSESSMENT.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas mengenai

Analisis Keandalan Sistem Distribusi Penyulang INDI dengan Penggabungan

Metode Section Technique dan Reliability Index Assessment (Studi Kasus: PT. PLN

(Persero) ULP Rajapolah), yaitu:

1. Bagaimana nilai SAIFI dan SAIDI pada penyulang INDI di PT. PLN (Persero)

ULP Rajapolah menggunakan metode gabungan Section Technique dan

Reliability Index Assessment.

2. Bagaimana tingkat keandalan sistem distribusi pada penyulang INDI di PT.

PLN ULP Rajapolah dilihat dari nilai SAIFI dan SAIDI berdasarkan standar

nilai indeks keandalan menurut S-PLN 68-2:1986 dan IEEE Std. 1366-

2003.

3. Bagaimana proses memperbaiki keandalan sistem distribusi yang tidak handal

pada penyulang INDI.


I-7

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian Analisis Keandalan Sistem

Distribusi Penyulang INDI dengan Penggabungan Metode Section Technique dan

Reliability Index Assessment (Studi Kasus: PT. PLN (Persero) ULP Rajapolah),

yaitu:

1. Menganalisis nilai indeks SAIFI dan SAIDI di PT. PLN (Persero) ULP

Rajapolah Penyulang INDI menggunakan metode gabungan Section Technique

dan Reliability Index Assessment.

2. Menganalisis tingkat keandalan sistem distribusi pada penyulang INDI di PT.

PLN ULP Rajapolah dilihat dari nilai SAIFI dan SAIDI berdasarkan standar

nilai indeks keandalan menurut S-PLN 68-2:1986 dan IEEE Std. 1366-2003.

3. Penyusun melakukan rekomendasi proses perbaikan keandalan sistem

distribusi di Penyulang INDI.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian Analisis Keandalan Sistem

Distribusi Penyulang Indi dengan Penggabungan Metode Section Technique Dan

Reliability Index Assessment (Studi Kasus: PT. PLN (Persero) ULP Rajapolah),

yaitu:

1. Mendapatkan hasil rekomendasi perbaikan keandalan sistem distribusi pada

penyulang INDI yang nantinya dapat memenuhi standar mutu keandalan yaitu

standar S-PLN 68-2:1986 dan IEEE Std. 1366-2003 agar dapat memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen.

2. Bagi pihak PT. PLN ULP Rajapolah, dapat menjadi sebuah pertimbangan
I-8

untuk dilakukan perbaikan keandalan sistem distribusi lebih lanjut di wilayah

kerja PT. PLN ULP Rajapolah terutama pada penyulang INDI agar dapat

mencapai nilai kehandalan sesuai dengan standar S-PLN 68-2:1986 dan IEEE

Std. 1366-2003.

1.5 Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan mengenai Analisis Keandalan Sistem

Distribusi Penyulang INDI dengan Penggabungan Metode Section Technique Dan

Reliability Index Assessment (Studi Kasus: PT. PLN (Persero) ULP Rajapolah),

maka penelitian dibatasi.

1. Penelitian ini menggunakan penggabungan metode Section Technique dan

Reliability Index Assessment yang memperhatikan kemungkinan gangguan

yang terjadi, baik gangguan sementara (Momentary Failure Rate) dan

gangguan permanen (Sustained Failure Rate) sehingga laju kegagalan dari

setiap gangguan diperhitungkan agar sama dengan yang terjadi dilapangan.

2. Menggunakan software ETAP 12.6 untuk validasi hasil dengan melakukan

simulasi keandalan distribusi dan rekomendasi perbaikan keandalan sehingga

hasil yang didapat lebih akurat.

3. Rentang data pada bulan Januari 2022 sampai dengan Desember 2022.

1.6 Sistematika Pelaporan

Sistematika pelaporan proposal penelitian ini terdiri dari beberapa bagian:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan masalah dan sistematika penulisan.


I-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori-teori sebagai kajian pustaka yang berasal dari e-

Book, buku-buku, jurnal maupun dari sumber-sumber lainnya yang menjadi

landasan dalam pembahasan Analisis Keandalan Sistem Distribusi Penyulang

INDI dengan Penggabungan Metode Section Technique Dan Reliability Index

Assessment (Studi Kasus: PT. PLN (Persero) ULP Rajapolah).

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang studi literatur, metode penelitian, metode pengumpulan data,

dan metode analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang pembahasan dan analisa dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

BAB V

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari hasil penulisan

Tugas Akhir ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen berupa pembangkitan, transmisi, distribusi dan beban yang saling

berhubungan dan bekerjasama untuk melayani kebutuhan tenaga listrik bagi

pelanggan sesuai kebutuhan. Secara garis besar Sistem Tenaga Listrik dapat

digambarkan dengan skema pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik (Suripto 2016)

Fungsi masing-masing komponen secara garis besar adalah (Suripto 2016):

1. Pembangkitan merupakan komponen yang berfungsi membangkitkan tenaga

listrik, yaitu mengubah energi yang berasal dari sumber energi lain misalnya:

air, batu bara, panas bumi, minyak bumi dll. menjadi energi listrik.

2. Transmisi merupakan komponen yang berfungsi menyalurkan daya atau

energi dari pusat pembangkitan ke pusat beban.

3. Distribusi merupakan komponen yang berfungsi mendistribusikan energi

listrik ke lokasi konsumen energi listrik.

II-1
II-2

4. Beban adalah peralatan listrik di lokasi konsumen yang memanfaatkan energi

listrik dari sistem tersebut.

2.2 Sistem Distribusi Listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem

distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik

besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

adalah; 1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat

(pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung

berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban

(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang

dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai

24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik

tegangan menjadi 70 kV ,154 kV, 220 kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui

saluran transmisi.

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan

transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan

sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi

primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil

tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem

tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi

sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi

merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan

seperti Gambar 2.2 (Suhadi & Wrihatnolo, 2008).


II-3

Gambar 2.2 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik (Suhadi and Wrahatnolo 2008)

Sistem distribusi dibagi menjadi dua bagian yaitu:

2.2.1 Sistem Distribusi Primer

Sistem Distribusi primer adalah sistem jaringan distribusi dengan tegangan

menengah 20 kV yang berasal dari gardu induk sampai dimana titik tegangan

diturunkan oleh trafo penurun tegangan ke tingkat tegangan lebih rendah atau

tegangan sesuai kebutuhan konsumen (Binilang et al. 2017).

Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut jaringan distribusi

tegangan tinggi (JDTT) ini terletak antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang

memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen.

Standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20

kV (sesuai standar PLN). Sedangkan di Amerika Serikat standar tegangan untuk

jaringan distribusi primer ini adalah 2,4 kV, 4,16 kV, dan 13,8 kV(Suswanto 2009).

Berikut adalah Gambar 2.3 yang menunjukan gambar jaringan distribusi

primer.
II-4

Gambar 2.3 Jaringan Distribusi Primer (Hardianto 2017)

2.2.2 Distribusi Sekunder

Distribusi sekunder adalah dimana jaringan distribusi dengan tegangan

rendah 380V/220V yang bermula dari trafo distribusi melewati penghantar

tegangan rendah hingga sampai ke kWh meter konsumen (Wicaksono and Suhardi

2019). Berikut adalah Gambar 2.4 yang menunjukan gambar jaringan distribusi

sekunder.

Gambar 2.4 Jaringan Distribusi Sekunder 220 V (Hardianto 2017)

Untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik secara efisien dan konsisten,

diharuskan memilih sistem distribusi yang sesuai. Faktor yang harus

dipertimbangkan dalam memilih sistem distribusi diantaranya (Wicaksono and

Suhardi 2019):

a. Faktor biaya
II-5

b. Faktor lokasi

c. Faktor kelayakan

Penentuan sistem distribusi harus memenuhi kriteria persyaratan yaitu

(Wicaksono and Suhardi 2019):

a. Keandalan yang tinggi

b. Kontinuitas pelayanan

c. Biaya investasi yang rendah

d. Instabilitas frekuensi dan tegangan rendah

2.3 Tipe Jaringan Distribusi Listrik

2.3.1 Jaringan Distribusi Sistem Radial

Sistem radial merupakan sistem yang paling mudah penerapannya karena

hanya pada satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga jika jalur

utama tersebut terjadi gangguan, maka gardu akan ikut padam.

Keuntungan dari sistem ini adalah tidak rumit dan lebih murah dibanding

dengan sistem yang lain. Kerugiannya yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi

yang paling ujung kurang baik, hal ini terjadi karena jatuh tegangan terbesar ada di

ujung saluran (Fatoni 2016). Jaringan distribusi bentuk radial dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Jaringan Radial (Wicaksono and Suhardi 2019)


II-6

2.3.2 Jaringan Distribusi Sistem Ring/Loop

Jaringan distribusi primer tipe ring ini merupakan bentuk tertutup, disebut

juga bentuk jaringan loop. Jaringan ini biasanya digunakan untuk melayani beban

yang membutuhkan kontinuitas pelayanan yang baik seperti : bangunan – bangunan

komersial atau pabrik – pabrik yang mempunyai beban sedang dan besar. Pada

prinsipnya jaringan distribusi primer tipe loop adalah suatu jaringan yang dimulai

dari satu titik sumber atau rel daya keliling ke daerah beban, kemudian kembali ke

titik sumber rel atau daya semula (Mangera 2019). Jaringan distribusi bentuk

ring/loop dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Jaringan Ring/Loop (Wicaksono and Suhardi 2019)

2.3.3 Jaringan Distribusi Spindel

Sistem jaringan ini merupakan kombinasi antara jaringan radial dengan

jaringan rangkaian terbuka (open loop) titik beban memiliki perpaduan alternatif

penyulang sehingga bila salah satu feeder terganggu, maka dengan segera dapat

digantikan oleh feeder lain. Untuk itu kontinuitas penyaluran daya sangat terjamin.

Jaringan distribusi bentuk spindel dapat dilihat pada Gambar 2.7.


II-7

Gambar 2.7 Jaringan Spindel (Wicaksono and Suhardi 2019)

2.3.4 Jaringan Hantaran Hubung

Konfigurasi tie line digunakan untuk konsumen dengan prioritas harus

selalu menyala seperti rumah sakit, bandara, dll. Konfigurasi ini mempunyai 2

penyulang atau lebih dengan tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic

Transfer Switch. Gardu pada pelanggan tersebut terkoneksi ke setiap penyulang

untuk menjamin ketersediaan tenaga listriknya.

Konfigurasi tie line digunakan untuk konsumen dengan prioritas harus

selalu menyala seperti rumah sakit, bandara, dll. Konfigurasi ini mempunyai 2

penyulang atau lebih dengan tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic

Transfer Switch. Gardu pada pelanggan tersebut terkoneksi ke setiap penyulang

untuk menjamin ketersediaan tenaga listriknya (Muhammad Fayyadl, Tejo

Sukmadi 2011). Jaringan distribusi bentuk hantaran penghubung dapat dilihat pada

Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Jaringan Hantar Penghubung (Wicaksono and Suhardi 2019)


II-8

2.3.5 Jaringan Gugus Kluster

Konfigurasi gugus/kluster memiliki komponen paling banyak dibanding

konfigurasi lain. Oleh karena itu biaya investasinya paling mahal. Konfigurasi ini

sangat cocok digunakan pada daerah dengan tingkat beban yang sangat tinggi

(Muhammad Fayyadl, Tejo Sukmadi 2011). Jaringan distribusi bentuk kluster dapat

dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Jaringan Kluster (Wicaksono and Suhardi 2019)

2.4 Komponen Sistem Jaringan Distribusi

Sebuah sistem jaringan distribusi pada dasarnya memiliki berbagai komponen,

diantaranya (Wicaksono and Suhardi 2019):

2.4.1 Tiang Listrik

Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama sistem distribusi tenaga

listrik. Tiang listrik memiliki 2 jenis yaitu tiang listrik beton dan tiang listrik besi.

Tiang listrik haruslah kuat karena selain sebagai penopang kabel listrik juga

berfungsi menopang berbagai pengaman serta komponen lain.

2.4.2 Isolator

Fungsi utama isolator adalah untuk memisahkan kabel dengan kabel, kabel

dengan tiang listrik, serta kabel dengan tanah pada jaringan bawah tanah.
II-9

Sedangkan fungsi lain isolator adalah menahan beban kabel, mengatur sudut dan

jarak antar kabel, serta mencegah pemuaian kabel akibat cuaca.

2.4.3 Kabel Penghantar

Kabel penghantar adalah komponen terpenting dalam sebuah sistem

distribusi. Fungsi utama kabel penghantar adalah sebagai media atau penyuplai

daya listrik dari trafo ke konsumen.

2.4.4 Transformator

Transformator atau trafo berguna untuk menaikkan/menurunkan tegangan

sesuai kebutuhan.

2.5 Sistem Pengaman Jaringan Distribusi

Sistem pengaman berfungsi untuk mencegah, membatasi atau melindungi

jaringan dan peralatan sistem distribusi dari berbagai macam gangguan, baik

gangguan yang bersifat temporer/sesaat maupun permanen, sehingga keandalan dan

kualitas penyaluran daya listrik terjamin dengan baik.

Berdasarkan pemakaian dan prinsip kerja, pengaman jaringan distribusi

dibagi menjadi (Wicaksono and Suhardi 2019):

2.5.1 Fuse Cut Out (FCO/CO)

Pelebur (Fuse Cut Out) adalah suatu komponen pemutus daya listrik yang

dilengkapi elemen pemutus yang akan melebur jika dialiri arus lebih pada jaringan.

Alat ini berfungsi untuk memutuskan aliran listrik bila terjadi gangguan arus lebih.

Pemasangan fuse cut out biasanya dipasang pada jaringan percabangan dengan

tujuan agar ketika terjadi gangguan pada jaringan percabangan tersebut fuse cut out
II-10

yang berfungsi sebagai pengaman dapat melokalisir meluasnya daerah yang

mengalami pemadaman (Wicaksono and Suhardi 2019).

2.5.2 Rele Arus Lebih (Over Current Relay, OCR)

Rele arus lebih merupakan pengaman utama sistem distribusi tegangan

menengah terhadap gangguan hubung singkat antar fasa. Rele arus lebih adalah

suatu rele yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi nilai

setting pengaman tertentu dalam waktu tertentu. Berdasarkan karakteristik waktu

kerja rele, rele arus lebih dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Tanpa penundaan waktu (instant)

2. Dengan penundaan waktu:

a. Dengan penundaan waktu tertentu (definite time OCR)

b. Dengan penundaan waktu berbanding terbalik (inverse time OCR)

3. Kombinasi instant dan definite time. (Suhadi & Wrihatnolo, 2008).

2.5.3 Rele Arus Gangguan Tanah (Ground Fault Relay)

Rele arus gangguan tanah (ground fault relay) merupakan pengaman utama

terhadap gangguan hubung singkat fasa ke tanah untuk sistem yang ditanahkan

langsung atau melalui tahanan rendah (Suhadi & Wrihatnolo, 2008).

2.5.4 Penutup Balik Otomatis (Recloser)

Recloser adalah alat pemutus balik otomatis yang bekerja secara otomatis

untuk dapat mengamankan sistem dari gangguan hubung singkat. Recloser yang

dilengkapi dengan fungsi buka dan tutup secara otomatis sangat berguna untuk

menghilangkan gangguan yang berkepanjangan pada sistem yang diakibatkan oleh

keadaan gangguan temporer atau arus lebih tiba-tiba (transient over current). Bila
II-11

recloser mendeteksi adanya arus gangguan di daerah pengamannya maka recloser

akan memutuskan arus (membuka kontaktor), kemudian dengan waktu tunda yang

ditentukan secara otomatis akan menutup kembali kontak. Jika masih dirasakan

adanya gangguan maka recloser akan bekerja membuka dan menutup berturut-turut

sampai 3 atau 4 kali langsung mengunci (Luis et al. 2018).

Recloser biasanya terpasang di sisi pertama/sisi awal datangnya tegangan

dari GI hal ini dikarenakan recloser sebagai koordinator pengaman yang dapat

dikoordinasikan dengan peralatan pengaman lainnya seperti Sectionalizer atau Fuse

Cut Out.

2.5.5 Saklar Seksi Otomatis (SSO, Sectionalizer)

Saklar seksi otomatis (SSO, Sectionalizer) adalah alat pemutus untuk

mengurangi luas daerah yang padam karena gangguan. Sectionalizer membagi

jaringan distribusi kedalam section-section, sehingga apabila terjadi gangguan pada

salah satu section, luas daerah yang padam dapat diperkecil. Ada dua jenis SSO,

yaitu dengan pengindera arus yang disebut Automatic Sectionalizer dan pengindera

tegangan yang disebut Automatic Vacuum Switch (AVS).

Sectionalizer bekerja dengan melakukan deteksi tegangan pada section

kerjanya. Ketika tidak ada tegangan, sectionalizer akan membuka, sebaliknya jika

mendeteksi adanya tegangan, maka sectionalizer akan menutup. Sectionalizer juga

dapat dioperasikan secara manual untuk memutus arus beban.

Agar SSO berfungsi dengan baik, maka harus dikoordinasikan dengan PBO

(recloser) yang ada di sisi hulu. Apabila SSO tidak dikoordinasikan dengan PBO,
II-12

maka SSO hanya akan berfungsi sebagai saklar biasa (Suhadi and Wrahatnolo

2008).

2.5.6 Saklar Beban/Load Break Switch

Saklar Beban/Load Break Switch (LBS) merupakan sebuah saklar yang

berfungsi untuk menghubungkan antara satu penyulang dengan penyulang lainnya

dalam keadaan berbeban pada jaringan distribusi bertipe lingkar terbuka (Open

Ring). Umumnya alat ini dipasang diletakkan diatas tiang jaringan dengan tuas

berada dibawah dan berfungsi sebagai pembatas lokasi gangguan (Wicaksono and

Suhardi 2019).

2.6 Gangguan Sistem Distribusi

Gangguan adalah kesalahan yang terjadi pada sebuah sistem sehingga

menghambat sistem bekerja sebagaimana mestinya. Kesalahan atau gangguan pada

sistem ketenagalistrikan sudah pasti akan terjadi, gangguan tersebut bisa berasal

dari faktor alam maupun dari kesatuan ketenagalistrikan itu sendiri. Bagian dari

sistem tenaga listrik yang sering mengalami gangguan adalah kawat transmisinya

(Hartawan 2012).

2.6.1 Jenis Gangguan

Gangguan pada jaringan sistem distribusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu

(Fatoni 2016):

1. Dari lama gangguan :

a. Gangguan Permanen (Sustained interruption)

Gangguan permanen disebabkan oleh kerusakan peralatan, gangguan baru

akan hilang setelah kerusakan diperbaiki. Contoh lain yaitu karena ada
II-13

sesuatu yang mengganggu secara permanen, misalnya ada ranting/dahan

pohon yang menimpa kawat penghantar dari saluran udara dan ranting/dahan

ini perlu diambil terlebih dahulu agar sistem berfungsi lagi secara normal.

b. Gangguan Temporer (Momentary interruption)

Gangguan yang tidak akan lama dan dapat hilang atau normal dengan

sendirinya. Namun gangguan temporer yang berulang kali terjadi dapat

berakibat peralatan rusak (Fatoni 2016).

2. Dari jenis gangguan :

a. Gangguan satu fasa ke tanah

b. Gangguan dua fasa ke tanah

c. Gangguan tiga fasa ke tanah

d. Gangguan fasa ke fasa

2.7 Keandalan Sistem Distribusi

Keandalan pada sistem distribusi adalah tingkat pelayanan tenaga listrik dari

sistem ke konsumen/pelanggan. Ukuran keandalan dapat dinyatakan seberapa lama

pemadaman terjadi, seberapa sering sistem mengalami pemadaman dan seberapa

cepat waktu dalam pemulihannya agar sistem dapat berfungsi dengan normal lagi

(Hajar & Pratama. 2018).

2.8 Komponen Perhitungan Keandalan

Indeks keandalan sistem distribusi digunakan untuk menakar keandalan

masing-masing titik beban. Berikut ini merupakan indeks-indeks yang digunakan

untuk mengetahui tingkat keandalan (Sulasno. 2001):

a. Rata-rata gangguan
II-14

Parameter ini merupakan nilai dari rata-rata dari jumlah gangguan persatuan

waktu dalam satu tahun. Adapun Persamaan untuk mencari rata-rata gangguan.

Jumlah kejadian
Rata-rata gangguan= (2.1)
Selang waktu pengamatan

b. Angka Keluaran Komponen Saluran Udara (λ)

Merupakan keadaan dimana suatu komponen tidak dapat berfungsi dengan

semestinya sehingga menyebabkan pemadaman. Adapun Persamaan untuk

mencari angka keluaran.

Gangguan saluran rata − rata per tahun


𝜆𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 =
Total panjang saluran udara (2.2)

Dimana :

λ = angka keluaran komponen saluran udara

c. Angka Keluaran Peralatan

Kegagalan rata − rata peralatan per tahun


𝜆𝑝𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 = (2.3)
Total peralatan

Dimana :

λ = angka keluaran komponen peralatan

d. Repair time

Parameter ini merupakan jumlah waktu diperlukan dalam perbaikan

komponen dari awal terjadinya pemadaman hingga komponen tersebut bekerja

secara normal kembali selama satu tahun. Adapun Persamaan untuk mencari

waktu perbaikan komponen dan repair time peralatan.

Lama Pemadaman (2.4)


Rperbaikan =
Jumlah kejadian
II-15

R perbaikan (2.5)
ri =
Total komponen i

Dimana:

ri = waktu perbaikan komponen i

2.9 Indeks Keandalan Sistem Distribusi

Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan

dalam suatu besaran probabilitas. Sejumlah indeks sudah dikembangkan untuk

menyediakan suatu kerangka untuk mengevaluasi keandalan sistem tenaga.

Evaluasi keandalan sistem distribusi terdiri dari indeks titik beban dan indeks sistem

yang dipakai untuk memperoleh pengertian yang mendalam ke dalam keseluruhan

capaian.

Untuk menghitung besarnya waktu perbaikan (repair duration) dari

masing-masing komponen sesuai dengan SPLN 59:1985.

Tabel 2.1 Data indeks kegagalan SUTM


(Sumber : PLN, 1985)
Saluran Udara
Repair time (r) (jam) 3
Switching time (rs) (jam) 0,15

Nilai repair time dan switching time komponen yang terdapat di dalam

sistem distribusi dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Data indeks kegagalan peralatan


Komponen Switching time (jam)
Trafo 0,15
Sectionalizer 0,15
Recloser 0,15
Load Break Switch 0,15
Fuse Cut Out 015

Untuk mengetahui nilai keandalan sistem secara keseluruhan sehingga

dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan terdapat beberapa indeks yang
II-16

digunakan untuk mengukur keandalan sistem distribusi tenaga listrik, antara lain

(Willis. 2004):

a. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

Merupakan frekuensi atau jumlah rata-rata dari gangguan/pemadaman yang

terjadi dalam satu tahun dan ditetapkan ke dalam bentuk Persamaan:

∑ λi TB x N TB
SAIFI =
∑N (2.6)

Dimana :

λi TB = frekuensi kegagalan titik beban

N TB = jumlah pelanggan titik beban

N = jumlah total pelanggan sistem

b. SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

Merupakan waktu kegagalan rata-rata durasi atau lamanya pemadaman

dalam satu tahun untuk tiap pelanggan dan ditetapkan ke dalam bentuk

Persamaan:

∑ U TB x N TB
SAIDI =
∑N (2.7)

Dimana :

U TB = Durasi gangguan tiap titik beban

N TB = Jumlah pelanggan tiap titik beban

N = Jumlah total pelanggan sistem


II-17

2.10 Standar Indeks Keandalan

Standar yang mengatur suatu sistem jaringan ditetapkan oleh PLN (SPLN

68-2 : 1986) dan IEEE Std. 1366-2003, untuk mengetahui nilai indeks keandalan

sesuai standar atau tidak ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Standar Indeks Keandalan


(Sumber : IEEE Guide for Electric Power Distribution Reliability Indices, 2004;
PLN, 1986)
Standar Nilai
Standar Indeks Keandalan SAIFI SAIDI
Kali/plgn/tahun Jam/plgn/tahun
SPLN 68-2 : 1986 3,2 21,9
IEEE Std. 1366-2003 1,4 2,3
2.11 Metode Reliability Index Assessment

Metode RIA adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk memprediksi

gangguan pada sistem distribusi berdasarkan topologi sistem dan data-data

mengenai component reliability. Topologi sistem metode reliability index

assessment dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Input dan Output pada Metode RIA

Sebelum analisa keandalan dilakukan pada sebuah sistem, harus

menentukan terlebih dahulu komponen-komponen dari reliability data yang akan

digunakan, yaitu ( Disyon, 2008):


II-18

a. λM : Momentary failure rate; ini adalah frekuensi dari fault yang akan hilang

dengan sendirinya.

b. λS : Sustained failure rate; ini adalah frekuensi dari fault yang membutuhkan kru

untuk memperbaikinya.

c. MTTR; Mean Time To Repair; ini adalah lama waktu yang digunakan oleh kru

untuk memperbaiki component outage dan mengembalikan sistem ke keadaan

operasi normal.

d. MTTS; Mean Time To Switch; ini adalah lama waktu yang akan dipakai setelah

terjadi failure untuk sectionalizing switch.

Pada metode RIA ada indeks keandalan yang dihitung, yaitu SAIFI, SAIDI,

MAIFI, dan CAIDI.

2.12 Metode Section Technique

Section Technique adalah sebuah metode yang tersusun atas beberapa

perhitungan terstruktur yang digunakan untuk menganalisa suatu sistem. Pengaruh

dari gangguan peralatan akan dianalisa, kemudian dilakukan pengamatan apa yang

terjadi bagi sebuah sistem secara keseluruhan. Selanjutnya, tiap – tiap kegagalan

dari peralatan akan dianalisa dari semua titik beban. Topologi sistem metode

section technique dapat dilihat pada Gambar 2.11 (Wicaksono Projo Henki,

dkk,2012).
II-19

Gambar 2.11 Input dan Output Metode Section Technique

Jufrizel dan Rahmat (Jurnal SNTIKI 9, 18-19, Mei 2017 : 3) menyebutkan,

Pada penggunaan metode Section Technique, kegagalan dari suatu sistem

diasumsikan bahwa hal tersebut bukan merupakan suatu kegagalan yang saling

berhubungan, dengan kata lain kegagalan alat akan dianalisa secara terpisah. Hal

tersebut dapat mengurangi kompleksitas perhitungan apabila pengamatan

dilakukan secara keseluruhan sistem. Maka agar lebih sederhana, perhitungan

dilakukan secara terpisah per-bagian. Dalam perhitungan menggunakan metode

section technique, hasil keandalan akan didapat dengan melakukan perhitungan

indeks titik beban serta beberapa data sistem secara keseluruhan. Setelah

didapatkan indeks titik beban diatas, maka akan dapat dilakukan perhitungan

dengan tujuan mengetahui keandalan dari sebuah rangkaian peralatan secara

individual. Setelah mendapat hasil nilai keandalan, diharapkan dilakukan evaluasi

dari gangguan – gangguan yang dapat mempengaruhi kinerja sistem distribusi agar

kejadian serupa dapat diminimalisir di kemudian hari.

Indeks keandalan yang dihitung berdasarkan titik beban meliputi:


II-20

a. Frekuensi kegagalan sistem tiap titik beban (λi TB), merupakan penjumlahan

laju kegagalan semua perangkat yang berkontribusi pada titik beban (Sulasno.

2001):

λi TB= ∑ 𝜆 𝑥 𝐿 (2.8)
Keterangan:

λi TB = angka keluaran komponen pada tiap titik beban

L = panjang saluran/jumlah peralatan.

b. Unavailability/Durasi gangguan titik beban (U TB) merupakan total hasil

perkalian antara frekuensi kegagalan (λi) dengan waktu perbaikan (r) masing-

masing peralatan yang mempengaruhi titik beban yang dihitung, berikut ini

dapat dilihat pada Persamaan (2.9) (Willis. 2004).

𝑈𝑇𝐵 = ∑ 𝑈𝑖 = ∑ 𝜆𝑖 𝑥 𝑟𝑖 (2.9)
Keterangan :

ri = waktu perbaikan (repairing time atau switching time).

2.13 Metode Section Technique – Reliability Index Assessment

Menurut (Arigandi, P. Budi Gusti, 2015) Proses perhitungan dengan metode

gabungan adalah mirip dengan metode Section Technique. Namun bedanya adalah

pada saat penentuan nilai λ dan U peralatan. Pada metode section technique, nilai λ

yang digunakan hanya sustained failure rate (gangguan dengan interval cukup

lama). Sedangkan untuk metode gabungan ini akan menambahkan parameter

momentary failure rate (gangguan sementara) ke dalam perhitungan nya dimana

parameter ini digunakan pada metode Reliability Index Assessment (RIA).


II-21

Menurut (Hidayat, L. Indrayani, 2022) Metode RIA berbeda dengan metode

Section Technique, metode RIA memperhatikan laju kegagalan dari gangguan

sementara (momentary failure rate). Gangguan sementara merupakan gangguan

sesaat dan dapat hilang sendiri dengan cara memutus bagian yang terganggu dan

menyambungkan kembali sistem secara autorecloser ataupun secara manual oleh

operator. Gangguan sementara biasanya disebabkan oleh flashover sambaran petir,

flashover dengan pohon dan tertiup angin. Dengan metode gabungan akan

menghasilkan indeks keandalan yang lebih mendekati data lapangan, karena selain

memperhatikan laju kegagalan permanen dari metode Section Technique, metode

gabungan juga memperhatikan laju kegagalan sementara dari metode RIA.

Langkah perhitungan indeks keandalan metode gabungan Section

Technique–RIA Sama dengan metode Section Technique yang menjadi

perbedaannya dan penambahannya pada metode gabungan yaitu memakai

parameter sustained failure rate dan momentary failure rate dalam menghitung laju

kegagalannya. Sejumlah parameter yang sering diukur guna mendeteksi keandalan

sebuah sistem, diantaranya failure rate (λ) serta unavailability (U).

Indeks keandalan yang dihitung berdasarkan penggabungan metode Section

Technique – Reliability Index Assessment (Jufrizel & Hidayatullah, 2017):

a. Laju kegagalan komponen (λ) untuk kabel/jaringan

Secara matematis dituliskan:

λ =  𝜆𝑆 + 𝜆𝑀 (2.10)
Keterangan:

λ = penjumlahan momentary dan sustained failure rate

λM = Momentary failure rate


II-22

λS = Sustained failure rate

2.14 Software ETAP (Electrical Transient Analysis Program)

ETAP atau Electrical Transient Analysis Program adalah aplikasi yang

digunakan untuk melakukan analisis dan pengujian pada sistem tenaga listrik.

Dalam sistem tenaga listrik yang diuji meliputi sistem pembangkitan, sistem

transmisi, dan sistem distribusi. ETAP mampu memodelkan single line diagram

untuk melakukan berbagai analisis, seperti aliran daya, hubung singkat, keandalan

jaringan, koordinasi proteksi dll. Standar yang digunakan pada ETAP ada 2, yaitu

standar IEC (International Electrotechnical Commission) dan standar ANSI

(American National Standards Institute) (Manual Book ETAP 19.0.1).

a. Distribution Reliability Assessment Analysis

Reliability Assessment merupakan fitur yang terdapat dalam aplikasi ETAP

untuk melakukan perhitungan keandalan suatu sistem terutama

sistem/jaringan distribusi.

Fitur pada Distribution Reliability Assessment Analysis:

1. Keandalan sistem

2. Indeks berorientasi pelanggan

3. Indeks energi (biaya)

4. Analisis sensitivitas

Hasil Laporan/report :

1. Tampilan grafis dari hasil keandalan I

2. Indeks keandalan titik beban/bus

3. Indeks keandalan sistem


II-23

4. Analisis sensitivitas EENS & ECOST

Indeks Berorientasi Pelanggan:

1. System Average Interruption Frequency Index – SAIFI

2. System Average Interruption Duration Index - SAIDI

Indeks Keandalan Sistem Distribusi:

Berdasarkan (Manual Book ETAP 19.0.1) keandalan sistem distribusi

biasanya diukur dalam beberapa indeks yang didefinisikan di bawah ini:

1. Laju Kegagalan Peralatan

λ = λA + λP (2.11)
Dimana :

λA = tingkat kegagalan aktif/permanen,

λP = tingkat kegagalan pasif/sementara.

2. Tingkat kegagalan rata-rata pada Titik Beban i, λi (f/yr)

λi =∑𝑗∈Ne 𝜆𝑒,𝑗 (2.12)

Dimana :

λe,j = tingkat kegagalan rata-rata elemen j,

Ne = jumlah total elemen yang kesalahannya akan mengganggu titik

beban i.

3. Durasi pemadaman tahunan pada Titik Beban i, Ui (hr/yr)

Ui =∑𝑗∈Ne 𝜆𝑒,𝑗 𝑥 𝑟𝑖𝑗


(2.13)
Dimana :

rij = durasi kegagalan pada titik beban i karena elemen mengalami

kegagalan.

4. Rata-rata durasi pemadaman pada Titik Beban i, ri (hr)


II-24

𝑈
ri = 𝑖⁄𝜆
𝑖 (2.14)

5. System Average Interruption Frequency Index, SAIFI (f/costumer/yr)

∑ 𝜆𝑖 𝑥 𝑁𝑖
SAIFI =
∑ 𝑁𝑖 (2.15)

Ni = jumlah pelanggan pada titik beban i,

∑ = penjumlahan untuk semua titik beban.

6. System Average Interuption Duration Index, SAIDI (hr/costumer/yr)

∑ 𝑈𝑖 𝑥 𝑁𝑖
SAIDI =
∑ 𝑁𝑖 (2.16)

Data untuk setiap komponen peralatan pada Distribution System Reliability

Analysis diantaranya:

1. Bus Data

 Active failure rate

 Repair time

2. Switching timeReplacement tim2-Winding & 3-Winding Transformers

 Active failure rate

 Passive failure rate

 Repair time

 Switching time

3. Replacement timeCable/Transmission Line

 Length

 Active failure rate

 Passive failure rate

 Repair time
II-25

 Switching time

 Replacement time

4. Power Grid (Utility)

 Active failure rate

 Repair time

 Switching time

 Replacement time

5. Static & Lumped Load Data

 Active failure rate

 Passive failure rate

 Repair time

 Switching time

2.15 Perbaikan Keandalan

Perbaikan keandalan merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk

meningkatkan indeks keandalan dari suatu sistem. Dalam memperbaiki suatu

indeks keandalan dapat dilakukan dengan rekonfigurasi jaringan. Rekonfigurasi

jaringan ini bertujuan mendapatkan solusi optimal dengan membandingkan indeks-

indeks keandalan sistem (SAIFI dan SAIDI) melalui penambahan komponen yang

dapat melokalisir adanya gangguan salah satunya yaitu pemindahan recloser dan

penambahan fuse cut out (FCO). Penggunaan fuse cut out (FCO) karena kedua

komponen ini yang paling umum digunakan terutama pada jaringan distribusi 20

kV (Fatoni 2016).

1. Optimasi Recloser (Relokasi Penempatan Recloser)


II-26

Optimasi dimaksudkan untuk menentukan letak recloser pada penyulang

dengan tujuan mendapatkan titik terbaik dalam peletakan/penempatan recloser

sehingga mendapatkan hasil yang optimal dalam melakukan proteksi di wilayah

kerjanya terhadap gangguan.

2. Fuse Cut Out (FCO)

Penggunaan fuse cut out untuk melokalisir gangguan berdasarkan upaya

perbaikan keandalan maka fungsi fuse cut out sendiri dapat melokalisir

gangguan tanda adanya switching time pada titik beban sekitar, sehingga dalam

perhitungan masing-masing titik beban akan didapatkan lamda yang lebih kecil.

Jika lamda (laju kegagalan) semakin kecil maka frekuensi dari pemadaman juga

akan turun.

3. FITNESS

Fitness merupakan nilai patokan dari hasil SAIDI dan SAIFI, dimana nilai

Fitness juga diperlukan dalam sistem keandalan. Dalam perhitungan nya fitness

lebih tepat nya peluang keandalan dimana fitness yang lebih besar meningkatkan

peluang keandalan. Secara sistematis FITNESS ditulis seperti pada Persamaan

2.17.

1 (2.17)
FITNESS =
SAIFI x SAIDI

2.16 Penelitian Terkait

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Dimana isi dari penelitian terdahulu ini bisa menjadi alasan, tolak ukur

bahkan perbandingan penelitian guna menemukan dan memecahkan masalah yang

baru ditemui. Pada Tabel 2.4 ada beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian
II-27

yang sedang penulis akan lakukan.

Tabel 2.4 Penelitian Terkait


Tempat
Nama
No. Judul Jurnal dan Tahun Pembahasan Jurnal
Peneliti
Penelitian
1 Analisa Gusti Putu Bali, Juli Pada jurnal ini peneliti bertujuan
Keandalan Arigandi, 2015 melakukan perhitungan keandalan
Sistem Rukmi Sari menggunakan 2 metode yaitu
Distribusi Hartati, Section Technique dan
Penyulang Antonius Ibi penggabungan metode Section
Kampus Weking Technique dan RIA (Reliability
dengan Index Assessment), menunjukan
Menggunakan nilai indeks SAIFI sebesar 0,085
Penggabungan kali/pelanggan/tahun dan SAIDI
Metode sebesar 0,107 jam/tahun. Sedangkan
Section metode gabungan (Section
Technique dan Technique - RIA) didapat nilai
RIA SAIFI 0,094 kali/penggan/tahun,
nilai SAIDI sebesar 0,162
jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan
hasil akhir dari tiap metode yang
digunakan dapat diketahui bahwa
nilai keandalan Penyulang Kampus
masih memenuhi standar PLN untuk
mencapai World Class Service
(WCS), yaitu nilai SAIFI sebesar 3
kali/pelanggan/tahun dan nilai
SAIDI sebesar 100
menit/pelanggan/tahun (1,67
jam/pelanggan/tahun).
2 Analisa Jufrizel MT, Pekanbaru, Pada jurnal ini peneliti yang
Keandalan Rahmat 18-19 Mei bertujuan untuk membandingkan
Sistem Hidayatullah 2017 dua metode. Berdasarkan hasil dari
Distribusi 20 penelitian tersebut diketahui indeks
kV metode Section Technique pada
Menggunakan penyulang Adi Sucipto menunjukan
Metode nilai indeks SAIFI sebesar 6.917
Section kali/tahun, SAIDI sebesar
Technique dan 19.585jam/tahun dan nilai CAIDI
RIA-Section sebesar 2.870 jam/tahun. Sedangkan
II-28

Tempat
Nama
No. Judul Jurnal dan Tahun Pembahasan Jurnal
Peneliti
Penelitian
Technique metode gabungan (RIA - Section
pada Technique) didapat nilai SAIFI
Penyulang Adi 7.366jam/tahun, nilai SAIDI sebesar
Sucipto 22.090 kali/tahun dan nilai CAIDI
Pekanbaru sebesar 2.998 jam/tahun. Hasil
perhitungan dari kedua metode
tersebut ternyata metode gabungan
yang lebih didapat hasil peningkatan
nilai indeks, dan berdasarkan hasil
analisa bahwa penyulang Adi
Sucipto dikatakan kurang handal
yang tidak memenuhi standar PT.
PLN (Persero)
3 Analisis Dian Eka Palembang, Pada penelitian ini penyulang
Keandalan Putra, M. 2019 Pajajaran 20 kV sebagai salah satu
Penyulang Nur penyulang yang menyuplai energi
Pajajaran 20kv hadiyanto listrik ke Jakabaring Sport City
Menggunakan (JSC). Keandalan distribusi
Metode tegangan 20 kV mempengaruhi
Section perhelatan ASEAN GAMES ke
Technique XVIII di Jakabaring Sport City
Untuk Asian (JSC). Penelitian ini menggunakan
Games XVIII Metode Section Technique untuk
Di Palembang mengetahui indikator yang
dinyatakan dalam besaran
probabilitas. Hasil dari perhitungan
menggunakan Metode Section
Technique pada Sistem Average
Interruption duration Index (SAIDI)
diperoleh nilai 2,5707 jam/pel dan
Metode Section Technique yaitu
Sistem Average Interruption
Frequency Index (SAIFI) diperoleh
nilai 2,6933 kali/pel.
4 Analisis Alen Tri Pasuruan, Pada penelitian ini bertujuan untuk
Keandalan Maliky, 2020 mengetahui keandalan sistem tenaga
Sistem listrik jaringan distribusi 20 kV pada
II-29

Tempat
Nama
No. Judul Jurnal dan Tahun Pembahasan Jurnal
Peneliti
Penelitian
Distribusi 20 Subuh Isnur penyulang Pejangkungan, Pasuruan
kV pada Haryudo menggunakan metode RIA
Penyulang (Reliability Index Assessment) dan
Pejakung Di untuk mengetahui analisis SAIDI
PT. PLN dan SAIFI menggunakan software
Pasuruan ETAP 12.6 pada penyulang
Menggunakan Pejangkungan Pasuruan. Hasil dari
Metode RIA penelitian didapat nilai SAIFI dan
(Reliability SAIDI menggunakan metode RIA
Index yaitu 0,295 (fault/tahun) dan 1,298
Assessment) (jam/tahun). Setelah dilakukan
analisis, nilai SAIFI dan SAIDI
dipengaruhi oleh panjang saluran
dan banyaknya trafo pada
penyulang. Dimana semakin
panjang saluran dan semakin
banyak trafo pada penyulang
tersebut nilai SAIFI dan SAIDI
semakin besar.
5 Analisis Latifah Makassar, Pada jurnal ini peneliti mencari nilai
Keandalan Indrayani 2022 indeks keandalan SAIFI dan SAIDI
Sistem Hidayat dengan beberapa metode seperti
Distribusi 20 Section Technique dan Reliability
kV ULP Index Assessment (RIA). Maksud
Sungguminasa dari penggabungan metode Section
Penyulang Technique dengan RIA yaitu
Pallangga menggabungkan parameter
Menggunakan sustained failure rate dengan
Metode parameter momentary failure rate
Section pada perhitungan laju
Technique dan kegagalannya. Penggabungan ini
Reliability diharapkan bisa menutupi
Index kekurangan pada metode RIA yang
Assessment hanya memperhatikan parameter
(RIA) momentary failure rate. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui nilai
indeks keandalan penyulang
II-30

Tempat
Nama
No. Judul Jurnal dan Tahun Pembahasan Jurnal
Peneliti
Penelitian
Pallangga yang memiliki 6544
jumlah pelanggan dengan variasi
beban berupa beban industri dan
beban rumah tangga. Hasil
perhitungan nilai SAIFI penyulang
Pallangga adalah sebesar 1,77
kegagalan/tahun dan nilai SAIDI
sebesar 5,636 jam/tahun untuk
metode Section Technique.
Sedangkan untuk metode gabungan
didapatkan nilai SAIFI sebesar
1,893 kegagalan/pelanggan/tahun
dan nilai SAIDI sebesar 6,156
jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan
hasil akhir tiap metode yang
digunakan, dapat diketahui bahwa
nilai keandalan penyulang
Pallangga masih memenuhi standar
PLN atau penyulang ini masih
terbilang andal..
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Flowchart Penelitian

Gambar 3.1 Flowchart Metode Penelitian

III-1
III-2

Berdasarkan Gambar 3.1 dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir ini,

penulis melakukan beberapa tahapan yang harus dilakukan. Adapun tahapan-

tahapan yang penulis lakukan yaitu:

3.1.1 Identifikasi Masalah

Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalahan yang terkait dengan

keandalan sistem distribusi di PT. PLN (Persero) ULP Rajapolah. Setelah

pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara untuk mengetahui lokasi

penelitian serta permasalahan gangguan yang terjadi pada penyulang tersebut.

3.1.2 Studi Literatur

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan referensi sebanyak-banyaknya

sebagai dasar teori yang bersumber dari jurnal ilmiah, buku-buku yang berbentuk

e-Book, tugas akhir, artikel, internet dan lain-lain. Studi literatur ini membahas

landasan teori berkaitan dengan keandalan sistem distribusi yang menjadi poin

utama dari penelitian ini, dan beberapa poin penting lainnya yaitu sistem tenaga

listrik, gangguan pada sistem distribusi, literasi terkait penyulang INDI,

implementasi ETAP, dan rekomendasi perihal perbaiakan keandalan pada sistem

distribusi.

Pengumpulan Data

Pada penelitian ini ada dua jenis data yang dibutuhkan, yaitu data primer

dan data sekunder.

a. Data Primer

Data ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung terhadap objek

penelitian. Salah satu metode yang digunakan yaitu dengan melakukan wawancara
III-3

saat berada di lapangan untuk mengetahui kondisi gambaran umum sistem

distribusi tenaga listrik di wilayah kerja PT. PLN (persero) ULP Rajapolah, serta

mengetahui penyulang yang tingkat keandalannya masih rendah yang ditandai

banyak mengalami gangguan.

b. Data Sekunder

Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan pengambilan data-data

melalui wawancara dan permintaan data untuk mendapatkan data pendukung yang

ada di PT. PLN (persero) ULP Rajapolah. Adapun data-data yang dibutuhkan

adalah yaitu:

1. Data single line diagram penyulang (feeder) INDI.

Data single line diagram digunakan untuk mengetahui komponen-

komponen apa saja yang ada pada penyulang, jumlah titik beban, pembagi batas

area berdasarkan recloser dan sectionalizer yang terpasang untuk perhitungan

menggunakan metode section technique dan reliability index assessment serta

sebagai acuan pembuatan single line diagram menggunakan Etap 12.6, single

line diagram penyulang INDI seperti pada Gambar 3.2.


III-4

Gambar 3.2 Single line diagram Penyulang INDI


(Sumber : PT. PLN ULP Rajapolah)
III-5

2. Data Penyulang INDI

Data penyulang INDI merupakan data nama (kode) gardu distribusi,

kapasitas transformator, beban transformator, jumlah pelanggan, dan letak

transformator pada penyulang INDI yang digunakan untuk perhitungan

menggunakan metode section technique dan reliability index assessment serta data

komponen pada software ETAP 12.6. Data penyulang INDI pada Tabel 3.1.

.
III-6

Tabel 3.1 Data Transformator pada Penyulang INDI


(Sumber : PT. PLN ULP Rajapolah)
Kapasitas Beban
Jumlah
No. Nama Transformator (KODE) Trafo Trafo Alamat
Pelanggan
(Kva) (Kva)
1 Sukamulya (SKYS) 100 96,5 472 Ds. Sukamulya, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
2 Sisipan Sukamulya (SSKY) 160 85,4 169 Ds. Sukamulya, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
3 Kampung Cianda (KCDA) 250 86,4 418 Ds. Sukahaji, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
4 Cijulang Indomaret (CJLI) 100 48 303 Ds. Cijulang, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
5 Cijulang (CJL) 250 140,4 878 Ds. Cijulang, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
6 Antralina (ANTR) 50 30 252 Ds. Sukasetia, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
7 Sukasetia (SST) 200 75,9 444 Ds. Sukasetia, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
8 Nangerang (NANG) 160 114,1 217 Ds. Sukasetia, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
9 Sumber Jaya (SBJ) 100 51,2 680 Ds. Sumber Jaya, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
10 Sisipan Sumberjaya (SSBJ) 160 74,1 292 Ds. Sumber Jaya, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
11 Owner Station Rajapolah (OSR) 50 29,4 602 Ds. Cihaur Beuti, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
12 Kampung Cihaur Beuti (KHBT) 100 41 274 Ds. Cihaurbeuti, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
13 Dusun Kaler (DUKR) 50 18,8 51 Ds. Cihaurbeuti, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
14 Pasir Tamiang (PST) 250 123,8 659 Ds. Pasir Tamiang, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
15 Sisipan Pasir Tamiang (SPST) 100 63,1 333 Ds. Pasir Tamiang, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
16 Pabrik Sumpit (PBSP) 250 90,4 602 Ds. Sukamulya, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
17 Illa Saepul Rohman (ISRO) 250 103,4 1 Ds. Pamokolan, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
18 Pamokolan (PMK) 250 100,8 651 Ds. Pamokolan, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
19 Cikalapa (CKP) 250 119,1 877 Ds. Pamokolan, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
III-7

Kapasitas Beban
Jumlah
No. Nama Transformator (KODE) Trafo Trafo Alamat
Pelanggan
(Kva) (Kva)
20 Sisipan Pamokolan (SPMK) 100 42,9 196 Ds. Pamokolan, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
21 Cikole (CKOL) 100 56,4 290 Ds. Cijulang, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
22 Cileme (CLME) 100 34,3 256 Ds. Cinangka, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
23 Cipeunceuk (CEUK) 100 36 651 Ds. Sumber Jaya, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
24 Dusun Kidul (DSKD) 100 36,5 3 Ds. Cihaurbeuti, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
25 Selajambe (SLJB) 50 36,5 272 Ds. Cihaurbeuti, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
26 Sisipan Cikalapa (SCKP) 100 53,1 366 Ds. Pamokolan, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
27 Seda (SEDA) 100 45,2 322 Ds. Pamokolan, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
28 Haji Lili (HALI) 50 2,7 1 Ds. Pamokolan, Kec. Cihaurbeuti, Kab. Ciamis
29 Pamijahan (PJH) 160 70,6 645 Ds. Medanglayang, Kec. Panumbangan, Kab. Ciamis
30 Medang Layang Sisipan (MDLS) 100 42,9 259 Ds. Medanglayang, Kec. Panumbangan, Kab. Ciamis
31 Medanglayang (MDL) 160 118,6 672 Ds. Medanglayang, Kec. Panumbangan, Kab. Ciamis
32 Panglingaran (PLGR) 100 38,9 360 Ds. Medanglayang, Kec. Panumbangan, Kab. Ciamis
III-8

3. Data panjang saluran Penyulang INDI

Data panjang saluran digunakan untuk mengetahui panjang saluran distribusi

pada penyulang INDI dan digunakan untuk perhitungan menggunakan

metode section technique dan reliability index assessment serta data panjang

saluran pada software ETAP 12.6. Data panjang saluran penyulang INDI

ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Data Panjang Saluran Penyulang INDI


(Sumber : PT. PLN ULP Rajapolah)

Nama Panjang Jenis Nama Panjang Jenis


Penghantar Penghantar Penghantar Penghantar Penghantar Penghantar
Line 1 0,376 A3CS 3X150 Line 16 0,529 A3CS 3X150
Line 2 0,253 A3CS 3X150 Line 16-1 0,052 A3CS 3X35
Line 3 1,025 A3CS 3X150 Line 16-2 0,898 A3CS 3X35
Line 4 0,136 A3CS 3X150 Line 17 0,357 A3CS 3X150
Line 4-1 0,035 A3CS 3X150 Line 18 0,05 A3CS 3X150
Line 5 0,4 A3CS 3X150 Line 18-1 0,351 A3CS 3X150
Line 6 0,245 A3CS 3X150 Line 19 0,123 A3CS 3X150
Line 6-1 0,017 A3CS 3X150 Line 20 0,209 A3CS 3X150
Line 7 0,647 A3CS 3X150 Line 21 0,874 A3CS 3X150
Line 7-1 0,023 A3C 3X70 Line 21-1 0,946 A3CS 3X35
Line 8 0,137 A3CS 3X150 Line 22 0,179 A3CS 3X150
Line 9 0,61 A3CS 3X150 Line 22-1 0,016 A3CS 3X150
Line 9-1 0,341 A3C 3X35 Line 23 0,156 A3CS 3X70
Line 9-2 0,421 A3C 3X35 Line 23-1 0,034 A3CS 3X150
Line 10 0,934 A3CS 3X150 Line 24 0,2 A3CS 3X150
Line 11 0,216 A3CS 3X150 Line 25 0,106 A3CS 3X150
Line 12 0,621 A3CS 3X150 Line 25-1 0,17 A3C 3X70
Line 13 1,018 A3CS 3X150 Line 25-2 1,079 A3C 3X70
Line 13-1 0,218 A3C 3X70 Line 26 0,631 A3CS 3X150
Line 14 0,292 A3CS 3X150 Line 26-1 0,196 A3C 3X70
Line 14-1 0,391 A3CS 3X150 Line 27 0,224 A3CS 3X150
Line 15 0,089 A3CS 3X150 Line 28 0,309 A3CS 3X150
III-9

Nama Panjang Jenis Nama Panjang Jenis


Penghantar Penghantar Penghantar Penghantar Penghantar Penghantar
Line 28-1 0,098 A3CS 3X150 Line 32-1 1,026 A3C 3X70
Line 29 0,071 A3CS 3X150 Line 33 0,651 A3C 3X150
Line 30 0,087 A3CS 3X150 Line 34 0,311 A3C 3X150
Line 31 1,043 A3CS 3X150 Line 35 0,552 A3C 3X150
Line 32 0,238 A3CS 3X150

4. Data gangguan pada penyulang INDI.

Data gangguan ini dibutuhkan untuk mengetahui tingkat keandalan suatu

penyulang dalam satu tahun (12 bulan). Data gangguan tersebut berupa data

gangguan distribusi baik di saluran udara atau kerusakan yang terjadi pada

peralatan seperti Transformator, Sectionalizer, Recloser, dan Fuse Cut Out.

Berikut Tabel 3.3 merupakan tabel gangguan distribusi yang terjadi pada

penyulang INDI selama satu tahun.

Tabel 3.3 Gangguan Distribusi pada penyulang INDI


(Sumber : PT. PLN ULP Rajapolah)
DURASI
No. Tanggal PEMUTUS PENYEBAB
(JAM)
Pohon Bambu Menimpa
1 09-01-2022 FCO SEDA 1:39:00 SUTM di Tiang INDI 301
R19 (L25-2)
Binatang Muka di Tiang
2 28-02-2022 REC BOJO 0:22:00
INDI 294 (L23-1)
Binatang muka di Tiang
3 01-04-2022 SSO SSG 0:23:00
INDI 409 L21 (L33-1)
Arrester Jebol GARDU SPST
4 13-04-2022 REC BOJO 0:49:00
(L21)
Layang2 di Tiang INDI 280
5 25-05-2022 REC BOJO 0:15:00
R13 (L21-1)
Masyarakat Nebang Pohon di
6 28-05-2022 REC BOJO 0:16:00
Tiang INDI 253 R15 (L13-1)
7 27-07-2022 SSO SSG 0:01:00 Tidak ditemukan
Travers Melorot Akibat
8 02-08-2022 FCO CEUK 0:42:00 Karatan di Tiang INDI 416
R05 (L39-2)
III-10

DURASI
No. Tanggal PEMUTUS PENYEBAB
(JAM)
Binatang di Tiang INDI 457
9 11-08-2022 FCO PLGR 0:28:00
L13 L15 (L45-1-1)
10 25-10-2022 REC BOJO 0:36:00 Burung di Gardu SSBJ (L15)
Pengamanan Pohon Bambu
11 02-11-2022 FCO CLME 0:42:00 di Tiang INDI 177 R12 (L9-
2)
12 05-12-2022 REC BOJO 0:01:00 Belum Ditemukan
SUTM Lepas Dari Isolator di
13 20-12-2022 REC BOJO 0:15:00 jaringan Tiang INDI 142 R3
(L6-1)

5. Parameter setiap komponen sesuai SPLN No. 59 Tahun 1985.

Parameter ini digunakan untuk menghitung besarnya indeks kegagalan

peralatan sistem distribusi, seperti failure rate, repair time, dan switching

time yang tertera pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

3.1.3 Pengolahan Data dan Analisis Indeks Keandalan Menggunakan

Penggabungan Metode Section Technique Dan Reliability Index

Assessment (RIA)

Pada tahap ini, setelah data-data yang diperlukan telah terpenuhi kemudian

melakukan perhitungan dan analisa indeks-indeks keandalan menggunakan

penggabungan metode Section Technique dan Reliability Index Assessment (RIA)

berdasarkan data-data dan juga rumus-rumus dari referensi yang terkait. Adapun

tahapan perhitungannya berdasarkan Gambar 3.3.


III-11

Gambar 3.3 Flowchart Penggabungan Metode Section Technique dan RIA

1. Membagi Penyulang menjadi beberapa Section berdasarkan Peralatan Recloser,

Sectionalizer (SSO) dan Fuse Cut Out (FCO) yang terpasang.

Pada penggabungan metode Section Technique dan Reliability Index

Assessment (RIA) penyulang INDI diasumsikan menjadi jaringan yang lebih

sederhana, dengan membagi jaringan menjadi beberapa section berdasarkan

peralatan recloser, sectionalizer dan fuse cut out yang terpasang. Adapun setiap

section terdiri dari titik beban (trafo) yang terletak di antara recloser dan

sectionalizer atau jaringan percabangan yang dibatasi oleh fuse cut out sehingga

dapat diketahui berapa banyak titik beban (trafo) yang terdapat pada section

tersebut.
III-12

2. Identifikasi Mode Kegagalan

Identifikasi mode kegagalan dilakukan untuk menentukan daftar peralatan ,

nomer gangguan serta efek sistem dalam menentukan waktu pemulihan

komponen peralatan yang berada pada section yang akan dihitung frekuensi

kegagalan dan durasi gangguannya.

3. Menentukan Waktu Pemulihan (repair time atau switching time)

Untuk menentukan waktu pemulihan (r) repair time atau switching time

yaitu ketika terjadi gangguan pada salah satu section, maka komponen

komponen pada section yang terganggu akan dikenakan repair time, sedangkan

untuk komponen-komponen pada section yang tidak terganggu akan dikenakan

switching. Data yang dibutuhkan berupa waktu pemulihan/perbaikan kembali

jaringan distribusi apabila terjadi gangguan pada jaringan distribusi dan jumlah

gangguan yang terjadi dalam satu tahun (12 bulan).

4. Menghitung Frekuensi Kegagalan (λi TB) dan Durasi Gangguan (U TB) untuk

setiap Titik Beban.

Frekuensi Kegagalan (λi TB) pada titik beban yaitu didapat dengan cara

angka keluaran komponen (λ) di kalikan panjang saluran tiap titik beban maka

didapatlah nilai frekuensi kegagalan (λi TB) tiap titik beban, untuk persamaannya

terdapat pada Persamaan (2.8). Sedangkan untuk durasi gangguan (U TB)

didapat dengan cara frekuensi kegagalan (λi TB) tiap titik beban dikalikan

dengan waktu perbaikan (repair time atau switching time). Untuk persamaannya

terdapat pada Persamaan (2.9).


III-13

5. Penjumlahan Frekuensi kegagalan (λi TB) peralatan pada titik beban dan Durasi

gangguan peralatan pada titik beban untuk setiap section.

Menjumlahkan frekuensi kegagalan λi TB dan durasi gangguan U TB untuk

setiap section sehingga mendapatkan nilai total laju kegagalan λi TB dan durasi

gangguan U TB.

6. Menghitung indeks keandalan sistem (penjumlahan indeks keandalan tiap

section)

Adapun tahapan akhir dari perhitungan penggabungan metode Section

Technique dan Reliability Index Assessment (RIA) dalam menentukan indeks

keandalan sistem yaitu indeks yang akan dihitung pada jaringan distribusi adalah

SAIFI dan SAIDI :

a. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

adalah jumlah rata-rata kegagalan yang terjadi per-pelanggan yang dilayani

persatuan waktu (umumnya tahunan). Indeks ini ditentukan dengan membagi

jumlah semua kegagalan dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan yang

dilayani oleh sistem tersebut. Persamaan untuk SAIFI dapat dilihat pada

Persamaan (2.6).

b. SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

adalah nilai rata-rata dari lamanya kegagalan untuk setiap pelanggan selama

satu tahun, indeks ini ditentukan dengan pembagian jumlah dan lamanya

kegagalan secara terus menerus untuk beberapa pelanggan selama periode waktu

yang telah ditentukan dengan jumlah pelanggan yang dilayani selama setahun.

Persamaan SAIDI dapat dilihat pada Persamaan (2.7).


III-14

3.1.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah mendapatkan nilai indeks-indeks keandalan

berupa nilai SAIFI dan SAIDI berdasarkan hasil validasi pertama, kemudian

membandingkan hasil analisis tersebut dengan standar yang ditetapkan oleh PLN

(SPLN 68-2 : 1986) dan IEEE Std. 1366-2003 untuk mengetahui nilai indeks

keandalan sesuai standar atau tidak. Standar indeks keandalan ditunjukkan pada

Tabel 2.3.

3.1.5 Validasi

Validasi hasil analisis akan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu validasi

sebelum analisis data dan sesudah rekomendasi perbaikan. Validasi sebelum

analisis data adalah membuktikan hasil perhitungan menggunakan penggabungan

metode Section Technique dan Reliability Index Assessment (RIA) sesuai dengan

hasil simulasi menggunakan software ETAP 12.6, keluaran dari validasi pertama

ini berupa nilai indeks keandalan SAIFI dan SAIDI. Validasi sesudah rekomendasi

perbaikan adalah membandingkan hasil rekomendasi perbaikan terhadap Tabel 2.3,

keluaran dari validasi kedua ini berupa nilai indeks keandalan SAIFI dan SAIDI

setelah rekomendasi perbaikan. Langkah-langkah validasi:

1. Pembuatan Single Line Diagram

Pembuatan Single Line Diagram pada software ETAP 12.6 mengacu pada

data single line diagram penyulang Indi pada gambar 3.2.

2. Memasukan data-data komponen


III-15

Memasukan data-data setiap komponen seperti data gardu induk, panjang

dan jenis saluran (kabel), besar daya transformator dan beban pelanggan setiap

gardu distribusi berdasarkan data penyulang INDI pada Tabel 3.1.

3. Memasukkan Parameter Keandalan Pada Komponen

Memasukan parameter keandalan pada setiap komponen seperti, kabel,

gardu distribusi, fuse cut out, sectionalizer, recloser, dan circuit breaker (CB)

berdasarkan hasil perhitungan berdasarkan data gangguan baik gangguan pada

saluran udara atau SUTM dan juga gangguan pada peralatan distribusi.

Gambar 3.4 Reliability Parameters Software ETAP 12.6.0

Gambar 3.4 menampilkan kolom bagian dari salah satu komponen untuk

parameter keandalannya.

Keterangan :

λA = Rata-rata gangguan aktif dalam satu tahun (failure/year)

λP = Rata-rata gangguan pasif (sementara) dalam satu tahun (failure/year)

MTTF = Rata-rata selang waktu dalam gangguan (MTTF = 1.0/ λA) (year)
III-16

MTTR = Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan

(jam)

µ = Jumlah perbaikan dalam satu tahun (repair/year)

FOR (Forced Outage Rate) = Rata-rata pemadaman paksa yang dilakukan.

4. Memasukan Jumlah Pelanggan pada Komponen

Memasukkan jumlah pelanggan tiap titik beban berdasarkan data peyulang

INDI.

Gambar 3.5 Connected Load

5. Menjalankan Reliability Assessment

Setelah parameter dimasukan pada setiap komponen, menjalankan simulasi

dengan model reliability assessment untuk mendapatkan indeks keandalan pada

penyulang INDI.

3.1.6 Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil dilakukan ketika hasil analisis pada validasi pertama berupa

nilai indeks keandalan SAIFI dan SAIDI berada dibawah standar dengan

melakukan rekomendasi perbaikan keandalan sistem pada penyulang INDI.

Apabila sudah dikatakan handal, maka rekomendasi perbaikan keandalan sistem


III-17

akan dilakukan untuk membuktikan rekomendasi perbaikan pada sistem dapat

memperbaiki keandalan pada penyulang INDI.

3.1.7 Rekomendasi Perbaikan Keandalan

Rekomendasi perbaikan keandalan dilakukan dengan melakukan

rekonfigurasi jaringan pada single line diagram penyulang INDI menggunakan

software ETAP 12.6 berupa pemindahan recloser dan penambahan fuse cut out

(FCO) di section yang ditentukan berdasarkan hasil analisis menggunakan

penggabungan metode Section Technique dan Reliability Index Assessment (RIA)

untuk memperbaiki keandalan sistem distribusi pada penyulang INDI. Alur

pengerjaan terlihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Flowchart Penentuan Letak Recloser dan Fuse Cut Out
III-18

1. Menghitung Nilai SAIFI, SAIDI, dan FITNESS

Langkah pertama yaitu menghitung nilai SAIFI dan SAIDI pada section

yang memiliki nilai keandalan paling tinggi berdasarkan hasil perhitungan

menggunakan penggabungan metode section technique dan reliability index

assessment. Setelah mendapatkan nilai SAIFI dan SAIDI kemudian menghitung

nilai Fitness menggunakan Persamaan (2.17).

2. Perbandingan Nilai FITNESS

Dalam langkah ini dilakukan perbandingan hasil nilai Fitness berdasarkan

dari nilai terbesar ke terkecil.

3. Menentukan Letak Recloser dan Fuse Cut Out

Dalam menentukan letak recloser dilakukan percobaan pada nilai Fitness

terbesar dan terkecil sehingga didapatkan titik penempatan recloser tersebut,

sedangkan dalam penentuan penambahan fuse cut out sama seperti pada recloser

yaitu melakukan percobaan pada nilai Fitness terbesar sampai terkecil.

4. Running ETAP 12.6

Setelah mendapatkan titik-titik referensi penempatan recloser dan fuse cut

out dilakukan percobaan menggunakan ETAP 12.6 dan mendapatkan nilai

SAIFI dan SAIDI. Berdasarkan hasil percobaan dengan nilai yang paling baik

sehingga didapatkan titik peletakan recloser dan penambahan fuse cut out

dengan nilai yang paling baik sebagai rekomendasi perbaikan keandalan.


III-19

3.1.8 Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan akan menarik suatu kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan dan saran yang berisis masukan guna kesempurnaan

dari penelitian ini yaitu:

1. Nilai indeks SAIFI dan SAIDI di PT. PLN (Persero) ULP Rajapolah

Penyulang INDI menggunakan metode gabungan Section Technique dan

Reliability Index Assessment.

2. Tingkat keandalan sistem distribusi pada penyulang INDI di PT. PLN ULP

Rajapolah dilihat dari nilai SAIFI dan SAIDI berdasarkan standar nilai indeks

keandalan S-PLN 68-2:1986 dan IEEE Std. 1366-2003.

3. Rekomendasi proses perbaikan keandalan sistem distribusi di Penyulang

INDI.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian mengenai analisa keandalan sistem ditribusi penyulang INDI

menggunakan penggabungan metode Section Technique dan RIA (Reliability Index

Assessment) pada PT. PLN (Persero) yang berlokasi di Jl. Raya Rajapolah, No. 12

A, Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat, 46155. Lokasi tersebut dipilih sebagai

objek penelitian karena memiliki semua aspek pendukung agar penelitian dapat

berjalan dengan baik.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2023.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Indeks Keandalan Sistem Distribusi Penyulang INDI

menggunakan Penggabungan Metode Section Technique dan Reliability

Index Assessment (RIA)

Berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada Bab III maka selanjutnya

dilakukan analisa indeks keandalan sistem distribusi penyulang INDI menggunakan

penggabungan metode Section Technique dan Reliability Index Assessment (RIA)

dengan menggunakan data panjang saluran dan data jumlah pelanggan per titik

beban, untuk waktu pemulihan peralatan sistem jaringan 20 kV standar yang

digunakan dalam perhitungan menggunakan standar (SPLN 59 : 1985). Berikut

adalah perhitungan indeks keandalan pada penyulang INDI:

4.1.1 Analisis Keandalan Penyulang INDI

Penggabungan metode Section Technique dan Reliability Index Assessment

(RIA), langkah pertama yang dilakukan adalah membagi penyulang menjadi

beberapa section, dimana pembagian tersebut menjadikan jaringan lebih sederhana

dan lebih mudah diamati. Pembagian section pada penyulang INDI didasari atas

penggunaan peralatan proteksi yaitu Recloser, Sectionalizer (SSO), dan Fuse Cut

Out (FCO).

4.1.2 Data Titik Beban Penyulang INDI berdasarkan Pembagian Section

Setiap section pada penyulang INDI memiliki jumlah pelanggan yang

bervariasi dengan total area 7 section, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

IV-1
IV-2

Tabel 4.1 Data Pelanggan per-Section


Jumlah Total
Titik
Section Nama Transformator (Kode) Pelanggan Pelanggan
Beban
(Unit) (Unit)
Sukamulya (SKYS) TB1 472
Sisipan Sukamulya (SSKY) TB2 169
Kampung Cianda (KCDA) TB3 418
Cijulang Indomaret (CJLI) TB4 303
Cijulang (CJL) TB5 878
Antralina (ANTR) TB6 252
Sukasetia (SST) TB7 444
Nangerang (NANG) TB8 217
Sumber Jaya (SBJ) TB9 680
Sisipan Sumberjaya (SSBJ) TB10 292
1 8.371
Owner Station Rajapolah (OSR) TB11 602
Kampung Cihaurbeuti (KHBT) TB12 274
Dusun Kaler (DUKR) TB13 51
Pasir Tamiang (PST) TB14 659
Sisipan Pasir Tamiang (SPST) TB15 333
Pabrik Sumpit (PBSP) TB16 602
Illa Saepul Rohman (ISRO) TB17 1
Pamokolan (PMK) TB18 651
Cikalapa (CKP) TB19 877
Sisipan Pamokolan (SPMK) TB20 196
Cikole (CKOL) TB21 290
2 546
Cileme (CLME) TB22 256
3 Cipeunceuk (CEUK) TB23 651 651
Dusun Kidul (DSKD) TB24 3
4 275
Selajambe (SLJB) TB25 272
Sisipan Cikalapa (SCKP) TB26 366
5 688
Seda (SEDA) TB27 322
Haji Lili (HALI) TB28 1
Pamijahan (PJH) TB29 645
6 1.577
Medang Layang Sisipan (MDLS) TB30 259
Medanglayang (MDL) TB31 672
7 Panglingaran (PLGR) TB32 360 360
Total 12.468

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah pelanggan setiap

section adalah berbeda-beda jadi apabila dijumlahkan maka keseluruhan pelanggan

yang disuplai oleh penyulang INDI berjumlah 12.468 pelanggan.


IV-3

4.1.3 Data Panjang Saluran Distribusi Penyulang INDI berdasarkan tiap

Section

Setiap section pada penyulang INDI memiliki panjang saluran udara yang

bervariasi, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Panjang Saluran Udara pada Section 1


No. Komponen Panjang (km) No. Komponen Panjang (km)
1 Line 1 0,376 21 Line 17 0,357
2 Line 2 0,253 22 Line 18 0,05
3 Line 3 1,025 23 Line 18-1 0,351
4 Line 4 0,136 24 Line 19 0,123
5 Line 4-1 0,035 25 Line 20 0,209
6 Line 5 0,4 26 Line 21 0,874
7 Line 6 0,245 27 Line 21-1 0,946
8 Line 6-1 0,017 28 Line 22 0,179
9 Line 7 0,647 29 Line 22-1 0,016
10 Line 7-1 0,023 30 Line 23 0,156
11 Line 8 0,137 31 Line 23-1 0,034
12 Line 9 0,61 32 Line 24 0,2
13 Line 10 0,934 33 Line 25 0,106
14 Line 11 0,216 34 Line 26 0,631
15 Line 12 0,621 35 Line 26-1 0,196
16 Line 13 1,018 36 Line 27 0,224
17 Line 13-1 0,218 37 Line 28 0,309
18 Line 14 0,292 38 Line 28-1 0,098
19 Line 15 0,089 39 Line 29 0,071
20 Line 16 0,529 Total 12,951

Tabel 4.3 Panjang Saluran Udara pada Section 2


No. Komponen Panjang (km)
1 Line 9-1 0,341
2 Line 9-2 0,421
Total 0,762

Tabel 4.4 Panjang Saluran Udara pada Section 3


No. Komponen Panjang (km)
1 Line 14-1 0,391
Total 0,391
IV-4

Tabel 4.5 Panjang Saluran Udara pada Section 4


No. Komponen Panjang (km)
1 Line 16-1 0,052
2 Line 16-2 0,898
Total 0,95

Tabel 4.6 Panjang Saluran Udara pada Section 5


No. Komponen Panjang (Km)
1 Line 25-1 0,17
2 Line 25-2 1,079
Total 1,249

Tabel 4.7 Panjang Saluran Udara pada Section 6


No. Komponen Panjang (km)
1 Line 30 0,087
2 Line 31 1,043
3 Line 32 0,238
4 Line 33 0,651
5 Line 34 0,311
6 Line 35 0,552
Total 2,882

Tabel 4.8 Panjang Saluran Udara pada Section 7


No. Komponen Panjang (km)
1 Line 32-1 1,026
Total 1,026

4.1.4 Data Indeks Keandalan Saluran Udara

Berdasarkan data gangguan distribusi pada Tabel 3.3 untuk mencari nilai

indeks keandalan saluran udara dapat ditentukan dengan melakukan pembagian

antara jumlah rata-rata kegagalan jaringan pertahun dibagi dengan jumlah total

panjang saluran pada tiap section yang akan ditentukan nilai keluaran saluran

udaranya.
IV-5

Tabel 4.9 Data Gangguan Penyulang INDI Bulan Januari 2022 – Desember 2022
(Sumber : PT. PLN ULP Rajapolah)
Jam Lama
Jenis Lama Padam
NO. Tanggal Feeder Pengaman Padam
Gangguan Trip Masuk (Menit)
(Jam)
1 09-Jan INDI FCO SEDA 8:01 10:40 159 2,65
2 28-Feb INDI REC BOJO 22:32 22:54 22 0,367
3 01-Apr INDI SSO SSG 22:02 22:56 54 0,9
Permanen
4 13-Apr INDI REC BOJO 14:58 15:47 49 0,817
5 25-Mei INDI REC BOJO 15:45 16:00 15 0,25
6 28-Mei INDI REC BOJO 9:47 10:12 25 0,417
Sementara 7 27-Jul INDI SSO SSG 23:51 23:52 1 0,017
8 02-Agu INDI FCO CEUK 9:00 9:42 42 0,7
9 11-Agu INDI FCO PLGR 8:09 8:37 28 0,467
Permanen
10 25-Okt INDI REC BOJO 5:50 6:26 36 0,6
11 02-Nov INDI FCO CLME 21:00 21:42 42 0,7
Sementara 12 05-Des INDI REC BOJO 3:33 3:34 1 0,017
Permanen 13 20-Des INDI REC BOJO 21:59 22:14 15 0,25
Total 489 8,150
IV-6

Berdasarkan Tabel 4.9, karena metode yang digunakan menggunakan

metode gabungan Section Technique dan Reliability Index Assessment maka

gangguan saluran udara dibagi menjadi gangguan permanen (dengan kru) dan

gangguan sementara (hilang dengan sendirinya) yang mengacu pada perbaikan

yang dilakukan, kemudian menghitung rata-rata gangguan menggunakan

Persamaan (2.1).

Jumlah kejadian
Rata-rata gangguan =
Selang waktu pengamatan

11
=
365 ℎ𝑎𝑟𝑖

= 0,03014 gangguan/tahun

Tabel 4.10 Gangguan Permanen dan Sementara tahun 2022


Gangguan Saluran Udara
Permanen Sementara
Jumlah gangguan 11 2
Total waktu operasi (hari) 365
Rata-rata gangguan 0,03014 0,00548

Berdasarkan Tabel 4.10, maka untuk menghitung nilai angka keluaran dari

setiap gangguan saluran udara per-section menggunakan Persamaan (2.2). Jika

diambil contoh yaitu section 1 maka dapat dihitung angka keluaran saluran udara

pada section 1 menggunakan Persamaan (2.2).

1. Angka keluaran untuk gangguan permanen pada saluran udara (λs)

Gangguan saluran rata−rata per tahun


λs = 𝑥 𝑙 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 1
Total panjang saluran udara

0,03014
= x 12,951
20,211

= 0,01931 gangguan/km/tahun
IV-7

2. Angka keluaran untuk gangguan sementara pada saluran udara (λm)

Gangguan rata−rata per tahun


λm = 𝑥 𝑙 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 1
Total panjang saluran

0,00548
= 𝑥 12,951
20,211

= 0,00351 gangguan/km/tahun

Sedangkan untuk menghitung waktu perbaikan dan waktu perbaikan untuk

setiap saluran dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.4) dan Persamaan (2.5)

untuk switching time ditentukan berdasarkan Tabel 2.1. Jika diambil contoh yaitu

section 1 maka dapat dihitung waktu perbaikan saluran udara pada section 1

menggunakan Persamaan (2.4) dan (2.5)

Lama Pemadaman
Rperbaikan =
Jumlah kejadian

8,150
=
13

= 0,627 jam

Rperbaikan
r = total panjang saluran 𝑥 𝑙 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 1

0,627
r = 20,211 𝑥 12,951

r = 0,402 jam/km

Untuk perhitungan pada section selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama

seperti diatas, sehingga hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Perhitungan Indeks Laju Kegagalan Saluran Udara setiap Section
Rata-rata
Panjang λ (gangguan/km/ r Switching
Sect gangguan
saluran tahun) (jam/ time
ion (gangguan/tahun)
(km) km) (jam)
λs λm λs λm
1 0,03014 0,00548 12,951 0,01931 0,00351 0,402 0,15
2 0,03014 0,00548 0,762 0,00114 0,00021 0,024 0,15
IV-8

Rata-rata
Panjang λ (gangguan/km/ r Switching
Sect gangguan
saluran tahun) (jam/ time
ion (gangguan/tahun)
(km) km) (jam)
λs λm λs λm
3 0,03014 0,00548 0,391 0,00058 0,00011 0,012 0,15
4 0,03014 0,00548 0,95 0,00142 0,00026 0,029 0,15
5 0,03014 0,00548 1,249 0,00186 0,00034 0,039 0,15
6 0,03014 0,00548 2,882 0,00430 0,00078 0,089 0,15
7 0,03014 0,00548 1,026 0,00153 0,00028 0,032 0,15

4.1.5 Data Gangguan Peralatan Distribusi

Berdasarkan tabel 3.3 maka dapat diklasifikasikan jumlah kegagalan setiap

komponen dan waktu total perbaikan setiap peralatan serta menghitung rata-rata

kegagalan peralatan menggunakan Persamaan (2.1).

Jumlah kejadian
Rata-rata gangguan =
Selang waktu pengamatan

6
=
365 ℎ𝑎𝑟𝑖

= 0,0164 gangguan/tahun

Tabel 4.12 Data Gangguan Peralatan Distribusi tahun 2022


Rata-rata Kegagalan
Jumlah Lama
Peralatan Kegagalan Peralatan Jumlah
No (gangguan/tahun) gangguan
Distribusi peralatan
(jam)
λs λm λs λm
1 Recloser 6 1 0,01644 0,00274 2,45 1
2 SSO 1 1 0,00274 0,00274 0,92 1
3 FCO 4 0 0,01096 0 4,52 5
4 LBS 0 0 0 0 0,00 5
5 Trafo 2 0 0,00548 0 1,42 32

Berdasarkan Tabel 4.12, maka dapat dihitung nilai angka keluaran yang

mempengaruhi kegagalan dari peralatan distribusi dan waktu perbaikan setiap

peralatan, diambil 1 kasus yaitu pada recloser, angka keluaran peralatan distribusi

menggunakan Persamaan (2.2).


IV-9

Kegagalan rata−rata peralatan pertahun


λperalatan =
Total peralatan

0,01644
λperalatan =
1

λperalatan = 0,01644 gangguan/peralatan/tahun

Sedangkan untuk menghitung waktu perbaikan dan waktu perbaikan untuk

setiap peralatan dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.4) dan Persamaan (2.5)

untuk switching time ditentukan berdasarkan Tabel 2.2.

Lama gangguan
Rperbaikan =
Jumlah kejadian

2,45
=
7

= 0,35 jam

Rperbaikan
r = jumlah peralatan

0,35
r =
1

r = 0,35 jam/peralatan

Untuk perhitungan pada peralatan selanjutnya dilakukan dengan cara yang

sama seperti diatas, sehingga hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Data Indeks Keandalan Peralatan Distribusi


λ Switching
Peralatan (gangguan/peralatan/tahun) r
No time
Distribusi (jam)
λs λm (jam)
1 Recloser 0,01644 0,00274 0,35 0,15
2 SSO 0,00274 0,00274 0,459 0,15
3 FCO 0,00219 0 0,226 0,15
4 LBS 0 0 0 0,15
5 Trafo 0,00017 0 0,022 0,15
IV-10

4.2 Perhitungan dan Analisis Keandalan Sistem

Dalam melakukan perhitungan dan analisis keandalan sistem distribusi

dengan menggunakan metode gabungan Section Technique dan Reliability Index

Assessment langkah pertama yang dilakukan adalah membagi jaringan menjadi

beberapa bagian atau section kemudian menghitung nilai frekuensi kegagalan (λi)

durasi kegagalan (U) tiap-tiap titik beban pada setiap section. Perhitungan

keandalan tiap section:

4.2.1 Section 1

Pengaruh suatu kegagalan peralatan dalam sistem dapat dilihat dalam daftar

mode kegagalan berdasarkan data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan

panjang line dan data jumlah pelanggan per titik beban. Single line diagram dan

daftar mode kegagalan untuk section 1 ini ditampilkan dalam Gambar 4.1 dan Tabel

4.14.

Gambar 4.1 Single Line Diagram Section 1

Berdasarkan Gambar 4.1 Single Line Diagram Section 1 maka dapat

ditentukan daftar mode kegagalan pada section 1 yang mungkin dapat terjadi dan
IV-11

mempengaruhi keandalan penyulang INDI, daftar mode kegagalan dapat dilihat

pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Daftar Mode Kegagalan Section 1


Data Peralatan Efek Sistem
Titik Beban yang Titik Beban yang
No.
Komponen dipengaruhi dipengaruhi
Gangguan
Repair Time Switching Time
1 RECLOSER TB1-TB32 -
2 LBS 1 TB1-TB32 -
3 Trafo 1 (SKYS) TB1 -
4 Trafo 2 (SSKY) TB2 -
5 Trafo 3 (KCDA) TB3 -
6 Trafo 4 (CJLI) TB4 -
7 Trafo 5 (CJL) TB5 -
8 Trafo 6 (ANTR) TB6 -
9 Trafo 7 (SST) TB7 -
10 Trafo 8 (NANG) TB8 -
11 Trafo 9 (SBJ) TB9 -
12 Trafo 10 (SSBJ) TB10 -
13 Trafo 11 (OSR) TB11 -
14 Trafo 12 (KHBT) TB12 -
15 Trafo 13 (DUKR) TB13 -
16 Trafo 14 (PST) TB14 -
17 Trafo 15 (SPST) TB15 -
18 Trafo 16 (PBSP) TB16 -
19 Trafo 17 (ISRO) TB17 -
20 Trafo 18 (PMK) TB18 -
21 Trafo 19 (CKP) TB19 -
22 Trafo 20 (SPMK) TB20 -
23 Line 1 TB1-TB32 -
24 Line 2 TB1-TB32 -
25 Line 3 TB1-TB32 -
26 Line 4 TB1-TB32 -
27 Line 4-1 TB1-TB32 -
28 Line 5 TB1-TB32 -
29 Line 6 TB1-TB32 -
30 Line 6-1 TB1-TB32 -
31 Line 7 TB1-TB32 -
32 Line 7-1 TB1-TB32 -
33 Line 8 TB1-TB32 -
34 Line 9 TB1-TB32 -
35 Line 10 TB1-TB32 -
IV-12

Data Peralatan Efek Sistem


Titik Beban yang Titik Beban yang
No.
Komponen dipengaruhi dipengaruhi
Gangguan
Repair Time Switching Time
36 Line 11 TB1-TB32 -
37 Line 12 TB1-TB32 -
38 Line 13 TB1-TB32 -
39 Line 13-1 TB1-TB32 -
40 Line 14 TB1-TB32 -
41 Line 15 TB1-TB32 -
42 Line 16 TB1-TB32 -
43 Line 17 TB1-TB32 -
44 Line 18 TB1-TB32 -
45 Line 18-1 TB1-TB32 -
46 Line 19 TB1-TB32 -
47 Line 20 TB1-TB32 -
48 Line 21 TB1-TB32 -
49 Line 21-1 TB1-TB32 -
50 Line 22 TB1-TB32 -
51 Line 22-1 TB1-TB32 -
52 Line 23 TB1-TB32 -
53 Line 23-1 TB1-TB32 -
54 Line 24 TB1-TB32 -
55 Line 25 TB1-TB32 -
56 Line 26 TB1-TB32 -
57 Line 26-1 TB1-TB32 -
58 Line 27 TB1-TB32 -
59 Line 28 TB1-TB32 -
60 Line 28-1 TB1-TB32 -
61 Line 29 TB1-TB32 -

Berdasarkan Tabel 4.14, maka dapat ditentukan nilai laju dan durasi

kegagalan peralatan pada Section 1. Frekuensi gangguan peralatan setiap section

pada penggabungan metode Section Technique dan Reliability Index Assessment

(RIA) yaitu menggunakan Persamaan (2.7), jika diambil contoh yaitu pada titik

beban 1 (TB1) maka dapat dihitung frekuensi kegagalan (λi TB1) pada titik beban

1 menggunakan Persamaan (2.8).

λi (line 1) = λ x panjang saluran tiap titik beban


IV-13

= (0,01931+0,00351) x 0,376

= 0,00858 gangguan /tahun

Tabel 4.15 Frekuensi Kegagalan untuk Titik Beban 1 (λi TB1)


Laju Kegagalan Komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/km /thn) Saluran Udara (gangguan/
λs λm (km) tahun)
RECLOSER 0,01644 0,00274 - 0,01918
LBS 1 0 0 - 0
Trafo 1
0,00017 0 - 0,00017
(SKYS)
Line 1 0,01931 0,00351 0,376 0,00858
Line 2 0,01931 0,00351 0,253 0,00577
Line 3 0,01931 0,00351 1,025 0,02339
Line 4 0,01931 0,00351 0,136 0,00310
Line 4-1 0,01931 0,00351 0,035 0,00080
Line 5 0,01931 0,00351 0,4 0,00913
Line 6 0,01931 0,00351 0,245 0,00559
Line 6-1 0,01931 0,00351 0,017 0,00039
Line 7 0,01931 0,00351 0,647 0,01477
Line 7-1 0,01931 0,00351 0,023 0,00052
Line 8 0,01931 0,00351 0,137 0,00313
Line 9 0,01931 0,00351 0,61 0,01392
Line 10 0,01931 0,00351 0,934 0,02132
Line 11 0,01931 0,00351 0,216 0,00493
Line 12 0,01931 0,00351 0,621 0,01417
Line 13 0,01931 0,00351 1,018 0,02323
Line 13-1 0,01931 0,00351 0,218 0,00498
Line 14 0,01931 0,00351 0,292 0,00666
Line 14-1 0,01931 0,00351 0,089 0,00203
Line 15 0,01931 0,00351 0,529 0,01207
Line 16 0,01931 0,00351 0,357 0,00815
Line 16-1 0,01931 0,00351 0,05 0,00114
Line 16-2 0,01931 0,00351 0,351 0,00801
Line 17 0,01931 0,00351 0,123 0,00281
Line 18 0,01931 0,00351 0,209 0,00477
Line 18-1 0,01931 0,00351 0,874 0,01995
Line 19 0,01931 0,00351 0,946 0,02159
Line 20 0,01931 0,00351 0,179 0,00409
Line 21 0,01931 0,00351 0,016 0,00037
Line 21-1 0,01931 0,00351 0,156 0,00356
Line 22 0,01931 0,00351 0,034 0,00078
IV-14

Laju Kegagalan Komponen Panjang λi TB


Peralatan (λ) (gangguan/km /thn) Saluran Udara (gangguan/
λs λm (km) tahun)
Line 22-1 0,01931 0,00351 0,2 0,00456
Line 23 0,01931 0,00351 0,106 0,00242
Line 23-1 0,01931 0,00351 0,631 0,01440
Line 24 0,01931 0,00351 0,196 0,00447
Line 25 0,01931 0,00351 0,224 0,00511
Line 26 0,01931 0,00351 0,309 0,00705
Line 26-1 0,01931 0,00351 0,098 0,00224
Line 27 0,01931 0,00351 0,071 0,00162
Line 28 0,01931 0,00351 0,309 0,00705
Line 28-1 0,01931 0,00351 0,098 0,00224
Line 29 0,01931 0,00351 0,071 0,00162
TOTAL 0,32583

Gambar 4.2 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 1 pada Section 1

Berdasarkan Tabel 4.15 dan Gambar 4.2, hasil frekuensi kegagalan (λi TB)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran.

Perhitungan total frekuensi kegagalan pada titik beban 1 (λi TB1) yang diperoleh

dari perkalian laju kegagalan (λ) dengan panjang saluran udara adalah 0,32583

gangguan/tahun. Adapun peralatan yang tidak memiliki nilai panjang saluran udara

karena peralatan tersebut terpasang pada saluran udara utama contohnya yaitu
IV-15

transformator. Nilai frekuensi kegagalan titik beban 1 (λi TB1) adalah sama dengan

nilai titik beban 2 sampai titik beban 20 karena berada dalam satu section sehingga

nilai frekuensi kegagalannya diasumsikan sama.

Tabel 4.16 Frekuensi Kegagalan untuk Titik Beban 21 (λi TB21)


Laju Kegagalan
Panjang λi TB
Komponen (λ)
Peralatan Saluran Udara (gangguan/
(gangguan/km/thn)
(km) tahun)
λs λm
RECLOSER 0,01644 0,00274 - 0,01918
LBS KCDA 0 0 - 0
Line 1 0,01931 0,00351 0,376 0,00858
Line 2 0,01931 0,00351 0,253 0,00577
Line 3 0,01931 0,00351 1,025 0,02339
Line 4 0,01931 0,00351 0,136 0,00310
Line 4-1 0,01931 0,00351 0,035 0,00080
Line 5 0,01931 0,00351 0,4 0,00913
Line 6 0,01931 0,00351 0,245 0,00559
Line 6-1 0,01931 0,00351 0,017 0,00039
Line 7 0,01931 0,00351 0,647 0,01477
Line 7-1 0,01931 0,00351 0,023 0,00052
Line 8 0,01931 0,00351 0,137 0,00313
Line 9 0,01931 0,00351 0,61 0,01392
Line 10 0,01931 0,00351 0,934 0,02132
Line 11 0,01931 0,00351 0,216 0,00493
Line 12 0,01931 0,00351 0,621 0,01417
Line 13 0,01931 0,00351 1,018 0,02323
Line 13-1 0,01931 0,00351 0,218 0,00498
Line 14 0,01931 0,00351 0,292 0,00666
Line 14-1 0,01931 0,00351 0,089 0,00203
Line 15 0,01931 0,00351 0,529 0,01207
Line 16 0,01931 0,00351 0,357 0,00815
Line 16-1 0,01931 0,00351 0,05 0,00114
Line 16-2 0,01931 0,00351 0,351 0,00801
Line 17 0,01931 0,00351 0,123 0,00281
Line 18 0,01931 0,00351 0,209 0,00477
Line 18-1 0,01931 0,00351 0,874 0,01995
Line 19 0,01931 0,00351 0,946 0,02159
Line 20 0,01931 0,00351 0,179 0,00409
Line 21 0,01931 0,00351 0,016 0,00037
Line 21-1 0,01931 0,00351 0,156 0,00356
IV-16

Laju Kegagalan
Panjang λi TB
Komponen (λ)
Peralatan Saluran Udara (gangguan/
(gangguan/km/thn)
(km) tahun)
λs λm
Line 22 0,01931 0,00351 0,034 0,00078
Line 22-1 0,01931 0,00351 0,2 0,00456
Line 23 0,01931 0,00351 0,106 0,00242
Line 23-1 0,01931 0,00351 0,631 0,01440
Line 24 0,01931 0,00351 0,196 0,00447
Line 25 0,01931 0,00351 0,224 0,00511
Line 26 0,01931 0,00351 0,309 0,00705
Line 26-1 0,01931 0,00351 0,098 0,00224
Line 27 0,01931 0,00351 0,071 0,00162
Line 28 0,01931 0,00351 0,309 0,00705
Line 28-1 0,01931 0,00351 0,098 0,00224
Line 29 0,01931 0,00351 0,071 0,00162
TOTAL 0,32566

Gambar 4.3 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 24 pada Section 1

Berdasarkan Tabel 4.16 dan Gambar 4.3, hasil frekuensi kegagalan (λi TB)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran.

Perhitungan titik beban 21 didapatkan nilai total frekuensi kegagalan titik beban 21

(λi TB21) yaitu 0,32566 gangguan/tahun. Dalam perhitungannya titik beban 21

dianggap 0 dikarenakan tidak berada pada section 1 sehingga ketika terjadi

gangguan titik beban di section 1 ini maka tidak mempengaruhi titik beban tersebut.
IV-17

Nilai frekuensi kegagalan pada titik beban 22 hingga titik beban 32 adalah 0,32566

sama dengan frekuensi kegagalan pada titik beban 21.

Menghitung durasi gangguan peralatan setiap section yaitu menggunakan

Persamaan (2.9), setelah mendapatkan nilai frekuensi kegagalan (λi TB) yang

terdapat pada Tabel 4.15 maka nilai titik beban 1 pada line 1 dapat dihitung durasi

kegagalannya, adapun durasi kegagalan dipengaruhi oleh repair time (padam)

ataupun switching time komponen yang terdapat pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.13,

penentuan waktu repair time (padam) atau switching time berdasarkan efek sistem

yang terdapat pada Tabel 4.14, maka untuk perhitungannya menggunakan

Persamaan (2.8) yaitu:

U (line 1) = λi x repair time peralatan

= 0,00858 x 0,402

= 0,00345 jam/tahun.

Untuk durasi gangguan titik beban 1 (U TB1), dan seterusnya dapat dicari

dengan menjumlahkan total durasi kegagalan peralatan yang berpengaruh terhadap

titik beban 1, maka nilai durasi gangguan titik beban 1 (U TB1) yaitu pada Tabel

4.17.

Tabel 4.17 Perhitungan Durasi Gangguan untuk Titik Beban1 (U TB1)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
RECLOSER 0,01918 0,35 0,00671
LBS 1 0 0 0
Trafo 1 (SKYS) 0,00017 0,02200 0,000004
Line 1 0,00858 0,40200 0,00345
Line 2 0,00577 0,40200 0,00232
Line 3 0,02339 0,40200 0,00940
Line 4 0,00310 0,40200 0,00125
Line 4-1 0,00080 0,40200 0,00032
IV-18

λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
Line 5 0,00913 0,40200 0,00367
Line 6 0,00559 0,40200 0,00225
Line 6-1 0,00039 0,40200 0,00016
Line 7 0,01477 0,40200 0,00594
Line 7-1 0,00052 0,40200 0,00021
Line 8 0,00313 0,40200 0,00126
Line 9 0,01392 0,40200 0,00560
Line 10 0,02132 0,40200 0,00857
Line 11 0,00493 0,40200 0,00198
Line 12 0,01417 0,40200 0,00570
Line 13 0,02323 0,40200 0,00934
Line 13-1 0,00498 0,40200 0,00200
Line 14 0,00666 0,40200 0,00268
Line 14-1 0,00203 0,40200 0,00082
Line 15 0,01207 0,40200 0,00485
Line 16 0,00815 0,40200 0,00328
Line 16-1 0,00114 0,40200 0,00046
Line 16-2 0,00801 0,40200 0,00322
Line 17 0,00281 0,40200 0,00113
Line 18 0,00477 0,40200 0,00192
Line 18-1 0,01995 0,40200 0,00802
Line 19 0,02159 0,40200 0,00868
Line 20 0,00409 0,40200 0,00164
Line 21 0,00037 0,40200 0,00015
Line 21-1 0,00356 0,40200 0,00143
Line 22 0,00078 0,40200 0,00031
Line 22-1 0,00456 0,40200 0,00183
Line 23 0,00242 0,40200 0,00097
Line 23-1 0,01440 0,40200 0,00579
Line 24 0,00447 0,40200 0,00180
Line 25 0,00511 0,40200 0,00206
Line 26 0,00705 0,40200 0,00283
Line 26-1 0,00224 0,40200 0,00090
Line 27 0,00162 0,40200 0,00065
Line 28 0,00705 0,40200 0,00283
Line 28-1 0,00224 0,40200 0,00090
Line 29 0,00162 0,40200 0,00065
TOTAL 0,129923
IV-19

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diketahui pada titik beban 1, kondisi yang

dialami semua peralatan yang ada didalamnya hanya kondisi repair time (padam)

dikarenakan berada pada satu area yang sama dan jumlah total durasi gangguan

pada titik beban 1 yaitu 0,12992 jam/tahun.

Tabel 4.18 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 21 (U TB21)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
RECLOSER 0,01918 0,35 0,00671
LBS 1 0 0 0
Line 1 0,00858 0,40200 0,00345
Line 2 0,00577 0,40200 0,00232
Line 3 0,02339 0,40200 0,00940
Line 4 0,00310 0,40200 0,00125
Line 4-1 0,00080 0,40200 0,00032
Line 5 0,00913 0,40200 0,00367
Line 6 0,00559 0,40200 0,00225
Line 6-1 0,00039 0,40200 0,00016
Line 7 0,01477 0,40200 0,00594
Line 7-1 0,00052 0,40200 0,00021
Line 8 0,00313 0,40200 0,00126
Line 9 0,01392 0,40200 0,00560
Line 10 0,02132 0,40200 0,00857
Line 11 0,00493 0,40200 0,00198
Line 12 0,01417 0,40200 0,00570
Line 13 0,02323 0,40200 0,00934
Line 13-1 0,00498 0,40200 0,00200
Line 14 0,00666 0,40200 0,00268
Line 14-1 0,00203 0,40200 0,00082
Line 15 0,01207 0,40200 0,00485
Line 16 0,00815 0,40200 0,00328
Line 16-1 0,00114 0,40200 0,00046
Line 16-2 0,00801 0,40200 0,00322
Line 17 0,00281 0,40200 0,00113
Line 18 0,00477 0,40200 0,00192
Line 18-1 0,01995 0,40200 0,00802
Line 19 0,02159 0,40200 0,00868
Line 20 0,00409 0,40200 0,00164
Line 21 0,00037 0,40200 0,00015
Line 21-1 0,00356 0,40200 0,00143
IV-20

λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
Line 22 0,00078 0,40200 0,00031
Line 22-1 0,00456 0,40200 0,00183
Line 23 0,00242 0,40200 0,00097
Line 23-1 0,01440 0,40200 0,00579
Line 24 0,00447 0,40200 0,00180
Line 25 0,00511 0,40200 0,00206
Line 26 0,00705 0,40200 0,00283
Line 26-1 0,00224 0,40200 0,00090
Line 27 0,00162 0,40200 0,00065
Line 28 0,00705 0,40200 0,00283
Line 28-1 0,00224 0,40200 0,00090
Line 29 0,00162 0,40200 0,00065
TOTAL 0,129919

Berdasarkan Tabel 4.18, nilai durasi gangguan untuk titik beban 21 (U

TB21) adalah 0,12992 jam/tahun. Nilai durasi gangguan untuk titik beban 22

sampai 32 adalah sama dengan nilai titik beban 21, hal ini karena titik beban

tersebut tidak mendapatkan suplai listrik sehingga ketika section 1 padam maka

seluruh section juga akan padam yang mengakibatkan titik beban 21 sampai titik

beban 32 mengalami kondisi repair time (padam).

Tabel 4.19 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 1
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban
λi (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Titik Beban 1-20 0,32583 0,129923
Titik Beban 21-32 0,32566 0,129919
IV-21

Frekuensi (λi) da Durasi (U) Section 1


0,4
0,3
0,2
0,1
0
λi (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban 1-20 Titik Beban 21-32
Gambar 4.4 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 1

Dari Tabel 4.19 dan Gambar 4.4, diketahui frekuensi kegagalan titik beban

1-20 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan titik beban 21-32 karena

pada titik beban 21-32 frekuensi kegagalan untuk transformator tidak dihitung

sebab berada diluar section yang mengalami gangguan sedangkan durasi gangguan

untuk setiap titik beban pada section ini memiliki durasi padam cukup lama

dikarenakan seluruh section terkena dampak repair time dikarenakan apabila

section 1 mengalami gangguan menyebabkan section lainnya juga terputus aliran

listriknya. Perhitungan nilai indeks keandalan SAIFI dan SAIDI pada section 1

menggunakan Persamaan (2.6) dan Persamaan (2.7). Sebagai contoh, dilakukan

perhitungan nilai SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 1 pada section 1 yaitu:

0,95691 x 472
SAIFI TB1 =
12.468

= 0,03623 gangguan/pelanggan/tahun.

0,35226 x 472
SAIDI TB1 =
12.468

= 0,01334 jam/pelanggan/tahun.
IV-22

Pada perhitungan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 1

didapatlah nilai SAIFI 0,03623 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI 0,01334

jam/pelanggan/tahun. Untuk perhitungan titik beban 2 hingga titik beban 32

dilakukan dengan menggunakan cara yang sama.

Setelah mendapatkan hasil keseluruhan dari nilai SAIFI dan SAIDI, maka

dilakukan penjumlahan nilai total SAIFI dan SAIDI untuk mengetahui nilai indeks

keandalan SAIFI dan SAIDI pada section 1. Berikut adalah tabel SAIFI dan SAIDI

pada section 1:

Tabel 4.20 SAIFI dan SAIDI Section 1


Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/pelangga (jam/pelanggan/
(Unit)
n/tahun) tahun)
Titik Beban 1 (SKYS) 472 0,01234 0,00492
Titik Beban 2 (SSKY) 169 0,00442 0,00176
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,01092 0,00436
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,00792 0,00316
Titik Beban 5 (CJL) 878 0,02295 0,00915
Titik Beban 6 (ANTR) 252 0,00659 0,00263
Titik Beban 7 (SST) 444 0,01160 0,00463
Titik Beban 8 (NANG) 217 0,00567 0,00226
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,01777 0,00709
Titik Beban 10 (SSBJ) 292 0,00763 0,00304
Titik Beban 11 (OSR) 602 0,01573 0,00627
Titik Beban 12 (KHBT) 274 0,00716 0,00286
Titik Beban 13 (DUKR) 51 0,00133 0,00053
Titik Beban 14 (PST) 659 0,01722 0,00687
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,00870 0,00347
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,01573 0,00627
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,00003 0,00001
Titik Beban 18 (PMK) 651 0,01701 0,00678
Titik Beban 19 (CKP) 877 0,02292 0,00914
Titik Beban 20 (SPMK) 196 0,00512 0,00204
Titik Beban 21 (CKOL) 290 0,00757 0,00302
Titik Beban 22 (CLME) 256 0,00669 0,00267
Titik Beban 23 (CEUK) 651 0,01700 0,00678
IV-23

Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/pelangga (jam/pelanggan/
(Unit)
n/tahun) tahun)
Titik Beban 24 (DSKD) 3 0,00008 0,00003
Titik Beban 25 (SLJB) 272 0,00710 0,00283
Titik Beban 26 (SCKP) 366 0,00956 0,00381
Titik Beban 27 (SEDA) 322 0,00841 0,00336
Titik Beban 28 (HALI) 1 0,00003 0,00001
Titik Beban 29 (PJH) 645 0,01685 0,00672
Titik Beban 30 (MDLS) 259 0,00677 0,00270
Titik Beban 31 (MDL) 672 0,01755 0,00700
Titik Beban 32 (PLGR) 360 0,00940 0,00375
TOTAL 12.468 0,32578 0,12992

Berdasarkan Tabel 4.20, section 1 memiliki indeks keandalan SAIFI sebesar

0,32578 gangguan/pelanggan/tahun dan nilai SAIDI sebesar 0,12992

jam/pelanggan/tahun. Untuk mengetahui perubahan kondisi nilai SAIFI dan SAIDI

tiap titik beban pada section 1 dapat dilihat pada Gambar 4.5.

SAIFI dan SAIDI Section 1


0,04000

0,03000
Hasil

0,02000

0,01000

0,00000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
Titik Beban
SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun) SAIDI (jam/pelanggan/tahun)

Gambar 4.5 Grafik Nilai SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 1

Berdasarkan Gambar 4.5, pada section 1 nilai titik beban 5 memiliki nilai

SAIFI tertinggi dibandingkan titik beban lainnya, hal ini terjadi karena pada titik

beban tersebut memiliki jumlah pelanggan terbanyak, sebaliknya pada titik beban
IV-24

17 dan titik beban 28 karena memiliki pelanggan paling sedikit sehingga nilai

SAIFI nya rendah. Sedangkan untuk nilai SAIDI terbesar pada titik beban 5 karena

mengalami kondisi repair time dan memiliki jumlah pelanggan terbanyak dan

untuk titik beban 17 dan titik beban 28 memiliki durasi terendah karena walaupun

terkena kondisi repair time tetapi memiliki jumlah pelanggan paling sedikit.

4.2.2 Section 2

Gambar 4.6 Single Line Diagram Section 2

Berdasarkan Gambar 4.6 maka dapat ditentukan daftar mode kegagalan

pada section 2 yang mungkin dapat terjadi dan mempengaruhi keandalan penyulang

INDI, daftar mode kegagalan dapat dilihat pada

Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Daftar Mode Kegagalan Section 2


Data Peralatan Efek Sistem
No. Titik Beban yang Titik Beban yang
Ganggua Komponen dipengaruhi dipengaruhi Switching
n Repair Time Time
1 FCO 1 TB21 dan TB22 TB1-TB20 dan TB23-TB32
2 Trafo 21 (CKOL) TB21 -
IV-25

Data Peralatan Efek Sistem


No. Titik Beban yang Titik Beban yang
Ganggua Komponen dipengaruhi dipengaruhi Switching
n Repair Time Time
3 Trafo 22 (CLME) TB22 -
4 Line 9-1 TB21 dan TB22 TB1-TB20 dan TB23-TB32
5 Line 9-2 TB21 dan TB22 TB1-TB20 dan TB23-TB32

Berdasarkan

Tabel 4.21, maka dapat dihitung nilai frekuensi dan durasi kegagalan peralatan pada

section 2 dengan menggunakan persamaan yang sama seperti pada section 1, yaitu

frekuensi kegagalan menggunakan Persamaan (2.7) dengan menentukan angka

keluar komponen (λ) yang dikalikan panjang saluran udara, sedangkan durasi

gangguan menggunakan Persamaan (2.8) dengan mengalikan frekuensi kegagalan

tiap komponen (λi TB) dengan waktu perbaikan (repair time atau switching time)

berdasarkan efek sistem pada

Tabel 4.21. Pada Tabel 4.22 dapat dilihat hasil perhitungan nilai frekuensi

kegagalan pada titik beban 21.

Tabel 4.22 Frekuensi Kegagalan untuk Titik Beban 21 (λi TB21)


Angka keluaran komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/km/thn) Saluran Udara (gangguan/tahu
λs λm (km) n)
FCO 1 0,00219 0,00000 - 0,00219
Trafo 21
0,00017 0,00000 -
(CKOL) 0,00017
Line 9-1 0,00114 0,00021 0,341 0,00046
Line 9-2 0,00114 0,00021 0,421 0,00057
TOTAL 0,00339
IV-26

0,45
0,4
0,35
0,3
Jarak (km) 0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
FCO 1 Trafo 21 (CKOL) Line 9-1 Line 9-2

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.7 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 21 pada Section 2

Berdasarkan Tabel 4.22 dan Gambar 4.7, hasil frekuensi kegagalan (λi TB)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran

serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Hasil total nilai frekuensi

kegagalan pada titik beban 21 (λi TB21) adalah 0,00339 gangguan/tahun. Nilai

frekuensi gangguan titik beban 21 adalah sama dengan nilai titik beban 22 karena

berada dalam satu section sehingga nilai frekuensi kegagalannya diasumsikan

sama.

Tabel 4.23 Frekuensi Kegagalan untuk Titik Beban 1 (λi TB1)


Angka keluaran komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/thn/km) Saluran Udara (gangguan/
λs λm (km) tahun)
FCO 1 0,00219 0,00000 - 0,00219
Line 9-1 0,00114 0,00021 0,341 0,00046
Line 9-2 0,00114 0,00021 0,421 0,00057
TOTAL 0,00322
IV-27

0,45
0,4
0,35
0,3

Jarak (km)
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
FCO 1 Line 9-1 Line 9-2

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.8 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 1 pada Section 2

Pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.8, hasil frekuensi kegagalan (λi TB)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran.

Total nilai frekuensi kegagalan pada titik beban 1 adalah 0,00322 gangguan/tahun.

Dalam perhitungannya titik beban 1 dianggap 0 dikarenakan tidak berada pada

section 2 sehingga ketika terjadi gangguan titik beban di section 2 ini maka tidak

mempengaruhi titik beban tersebut. Adapun nilai frekuensi kegagalan titik beban 1

(λi TB1) adalah sama dengan nilai frekuensi kegagalan titik beban 2 sampai titik

beban 20 dan titik beban 23 sampai titik beban 32, karena saat terjadi gangguan

pada section 2 maka akan terjadi pemutusan aliran listrik pada fuse cut out (FCO)

di section 2.

Tabel 4.24 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 21 (U TB21)


λiTB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
FCO 1 0,00219 0,226 0,00050
Trafo 21 (CKOL) 0,00017 0,022 0,000004
Line 9-1 0,00046 0,02364 0,00001
Line 9-2 0,00057 0,02364 0,00001
TOTAL 0,00052

Berdasarkan Tabel 4.24, maka total perhitungan durasi gangguannya

sebesar 0,00052 jam/tahun. Nilai durasi gangguan untuk titik beban 21 (U TB21)
IV-28

sama dengan durasi gangguan titik beban 22, karena berada pada satu section yang

sama.

Tabel 4.25 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1(UTB1)


λiTB Switching time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam/tahun) (jam/tahun)
FCO 1 0,00219 0,15 0,00033
Line 9-1 0,00046 0,15 0,00007
Line 9-2 0,00057 0,15 0,00008
TOTAL 0,00048

Pada tabel Tabel 4.25, hasil perhitungan total durasi gangguan pada titik beban

1 (U TB1) yaitu 0,00048 jam/tahun. Adapun titik beban 1 pada perhitungan ini tidak

dihitung atau dianggap 0 dan dalam kondisi switching time, karena apabila pada

titik beban di section 2 mengalami gangguan maka pemisah akan terbuka sehingga

terjadi pemutusan aliran listrik dan gangguan tidak mempengaruhi titik beban 1

pada section 1 dan section lainnya. Nilai total durasi gangguan pada titik beban 1

diasumsikan sama dengan titik beban 2 hingga titik beban 20 (section 1) dan titik

beban 23 hingga titik beban 32 (section 3 sampai 7) karena tidak berada di section

2.

Tabel 4.26 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 2
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban
λi (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Titik Beban 1-20 0,00322 0,00048
Titik Beban 21-22 0,00339 0,00052
Titik Beban 23-32 0,00322 0,00048
IV-29

Frekuensi (λi) dan Durasi (U) Section 2


0,004
Hasil 0,003
0,002
0,001
0
λi (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban 1-20 Titik Beban 21-22 Titik Beban 23-32
Gambar 4.9 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 2

Dari Tabel 4.26 dan Gambar 4.9, diketahui frekuensi kegagalan titik beban

21-22 memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan titik beban 1-20 dan titik

beban 23-32 karena pada titik beban 1-20 dan 23-32 frekuensi kegagalan untuk

transformator tidak dihitung sebab berada diluar section yang mengalami

gangguan, sedangkan durasi gangguan untuk titik beban 21-22 pada section 2

memiliki durasi padam cukup lama dikarenakan seluruh titik beban pada section 2

terkena dampak repair time, sedangkan titik beban pada section lainnya hanya

mengalami kondisi switching time sebab dipasangnya fuse cut out sehingga dapat

melokalisir gangguan hanya pada section 2 saja. Nilai indeks keandalan SAIFI dan

SAIDI pada section 2 menggunakan Persamaan (2.5) dan nilai SAIDI

menggunakan Persamaan (2.6). Sebagai contoh, dilakukan perhitungan nilai SAIFI

dan SAIDI untuk titik beban 21 pada section 2 yaitu:

0,07310 x 290
SAIFI TB21 =
12.468

= 0,00170 gangguan/pelanggan/tahun.
IV-30

0,01521 x 290
SAIDI TB21 =
12.486

= 0,00035 jam/pelanggan/tahun.

Pada perhitungan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 21

didapatlah nilai SAIFI 0,00170 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI 0,00035

jam/pelanggan/tahun. Untuk perhitungan titik beban 1 sampai titik beban 32

dilakukan dengan menggunakan cara yang sama. Berikut adalah tabel indeks

keandalan SAIFI dan SAIDI pada section 2:

Tabel 4.27 SAIFI dan SAIDI Section 2


Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 1 (SKYS) 472 0,00012 0,00002
Titik Beban 2 (SSKY) 169 0,00004 0,00001
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,00011 0,00002
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,00008 0,00001
Titik Beban 5 (CJL) 878 0,00023 0,00003
Titik Beban 6 (ANTR) 252 0,00007 0,00001
Titik Beban 7 (SST) 444 0,00011 0,00002
Titik Beban 8 (NANG) 217 0,00006 0,00001
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,00018 0,00003
Titik Beban 10 (SSBJ) 292 0,00008 0,00001
Titik Beban 11 (OSR) 602 0,00016 0,00002
Titik Beban 12 (KHBT) 274 0,00007 0,00001
Titik Beban 13 (DUKR) 51 0,00001 0,000002
Titik Beban 14 (PST) 659 0,00017 0,00003
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,00009 0,00001
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,00016 0,00002
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,0000003 0,00000004
Titik Beban 18 (PMK) 651 0,00017 0,00003
Titik Beban 19 (CKP) 877 0,00023 0,00003
Titik Beban 20 (SPMK) 196 0,00005 0,00001
Titik Beban 21 (CKOL) 290 0,00008 0,00001
Titik Beban 22 (CLME) 256 0,00007 0,00001
Titik Beban 23 (CEUK) 651 0,00017 0,00003
Titik Beban 24 (DSKD) 3 0,000001 0,00000012
Titik Beban 25 (SLJB) 272 0,00007 0,00001
IV-31

Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 26 (SCKP) 366 0,00009 0,00001
Titik Beban 27 (SEDA) 322 0,00008 0,00001
Titik Beban 28 (HALI) 1 0,0000003 0,00000004
Titik Beban 29 (PJH) 645 0,00017 0,00002
Titik Beban 30 (MDLS) 259 0,00007 0,00001
Titik Beban 31 (MDL) 672 0,00017 0,00003
Titik Beban 32 (PLGR) 360 0,00009 0,00001
TOTAL 12.468 0,00323 0,00048

Berdasarkan Tabel 4.27, untuk section 1 memiliki indeks keandalan SAIFI

sebesar 0,00323 gangguan/pelanggan/tahun dan nilai SAIDI sebesar 0,00048

jam/pelanggan/tahun. Untuk mengetahui perubahan kondisi nilai SAIFI dan SAIDI

tiap titik beban pada section 2 dapat dilihat pada Gambar 4.10.

SAIFI dan SAIDI Section 2


0,00030
0,00025
0,00020
Hasil

0,00015
0,00010
0,00005
0,00000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
Titik Beban

SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun) SAIDI (jam/pelanggan/tahun)

Gambar 4.10 Grafik SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 2

Berdasarkan Gambar 4.10, pada section 2 nilai titik beban 5 memiliki nilai

SAIFI tertinggi dibandingkan titik beban lainnya, hal ini terjadi karena pada titik

beban tersebut memiliki jumlah pelanggan terbanyak sehingga memiliki persentase

gangguan terbanyak, sebaliknya pada titik beban 17 dan titik beban 28 karena

memiliki pelanggan paling sedikit sehingga nilai SAIFI nya rendah. Sedangkan
IV-32

untuk nilai SAIDI pada section 2 terbesar pada titik beban 21 dan 22 karena

mengalami kondisi repair time dan titik beban 17 dan titik beban 28 memiliki durasi

terendah karena memiliki jumlah pelanggan paling sedikit.

4.2.3 Section 3

Gambar 4.11 Single Line Diagram Section 3

Berdasarkan Gambar 4.11, maka dapat ditentukan daftar mode kegagalan

pada section 3 yang mungkin dapat terjadi dan mempengaruhi keandalan penyulang

INDI, daftar mode kegagalan dapat dilihat pada Tabel 4.28.

Tabel 4.28 Daftar Mode Kegagalan Section 3


Data Peralatan Efek Sistem
Titik Beban yang Titik Beban yang
No.
Komponen dipengaruhi dipengaruhi Switching
Gangguan
Repair Time Time
1 FCO CEUK TB23 TB1TB22 dan TB24-TB32
Trafo 23
2 TB23 -
(CEUK)
3 Line 14-1 TB23 TB1-TB22 dan TB24-TB32

Berdasarkan Tabel 4.28, maka dapat dihitung nilai frekuensi dan durasi

kegagalan peralatan pada section 3 dengan menggunakan persamaan yang sama

seperti pada section 1 yaitu frekuensi kegagalan menggunakan Persamaan (2.7)


IV-33

dengan menentukan angka keluar komponen (λ) yang dikalikan panjang saluran

udara, sedangkan durasi gangguan menggunakan Persamaan (2.8) dengan

mengalikan frekuensi kegagalan tiap komponen (λi TB) dengan waktu perbaikan

(repair time atau switching time) berdasarkan efek sistem pada Tabel 4.28. Pada

Tabel 4.29 dapat dilihat hasil perhitungan nilai frekuensi kegagalan pada titik beban

23.

Tabel 4.29 Frekuensi Kegagalan Titik Beban 23 (λi TB23)


Angka keluaran
Panjang
komponen (λ) λi TB (gangguan/
Peralatan Saluran Udara
(gangguan/km/thn) tahun)
(km)
λs λm
FCO 2 0,00219 0 - 0,00219
Trafo 23
0,00017 0 -
(CEUK) 0,00017
Line 14-1 0,00058 0,00011 0,391 0,00027
TOTAL 0,00263

0,45
0,4
0,35
0,3
Jarak (km)

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
FCO 2 Trafo 23 (CEUK) Line 14-1

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.12 Panjang Saluran Udara tiap peralatan Titik Beban 26 pada Section 3

Berdasarkan Tabel 4.29 dan Gambar 4.12, hasil frekuensi kegagalan (λi

TB23) dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya

saluran serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Hasil perhitungan total

nilai frekuensi gangguan titik beban 23 (λi TB23) adalah 0,00263 gangguan/tahun..

Tabel 4.30 Frekuensi Kegagalan Titik Beban 1 (λi TB1)


IV-34

Angka keluaran komponen Panjang λi TB


Peralatan (λ) (gangguan/thn/km) Saluran Udara (gangguan/tahu
λs λm (km) n)
FCO 2 0,00219 0 - 0,00219
Line 14-1 0,00058 0,00011 0,391 0,00027
TOTAL 0,00246

0,45
0,4
0,35
0,3
Jarak (km)

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
FCO 2 Line 14-1

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.13 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 3

Pada Tabel 4.30 dan Gambar 4.13, hasil frekuensi kegagalan (λi TB)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran

serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Hasil perhitungan total nilai

frekuensi gangguan titik beban 1 (λi TB1) adalah 0,00246 gangguan/tahun. Dalam

perhitungannya titik beban 1 dianggap 0 dikarenakan tidak berada pada section 3

sehingga ketika terjadi gangguan titik beban di section 3 ini maka tidak

mempengaruhi titik beban tersebut. Hasil nilai frekuensi kegagalan yang terdapat

di titik beban 1 sama dengan titik beban 2 sampai 22 (section 1 dan 2) dan titik

beban 24 sampai 32 (section 4 sampai 7).

Tabel 4.31 Durasi Gangguan Titik Beban 23 (U TB23)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
FCO 2 0,00219 0,226 0,00050
Trafo 23 (CEUK) 0,00017 0,022 0,00000
IV-35

λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
Line 14-1 0,00027 0,01213 0,000003
TOTAL 0,00050

Berdasarkan Tabel 4.31, nilai total durasi gangguan dari titik beban 23 (U

TB23) adalah 0,00050 jam/tahun.

Tabel 4.32 Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
FCO 2 0,00219 0,15000 0,00033
Line 14-1 0,00027 0,15000 0,00004
TOTAL 0,00037

Berdasarkan Tabel 4.32, nilai durasi gangguan pada titik beban 1 (U TB1)

adalah 0,00037 jam/tahun. Adapun titik beban 1 pada perhitungan ini tidak dihitung

atau dianggap 0 dan dalam kondisi switching time karena apabila pada titik beban

di section 3 mengalami gangguan maka pemisah/FCO akan terbuka sehingga terjadi

pemutusan arus hanya pada section 3 dan gangguan tidak mempengaruhi titik beban

1 hingga 22 (section 1 dan 2) dan titik beban 24 hingga 32 (section 4 sampai 7)

karena tidak berada pada satu area yang terjadi gangguan sehingga kondisi yang

dialami yaitu kondisi switching time. Nilai total durasi gangguan pada titik beban 1

diasumsikan sama dengan titik beban 2 hingga 22 (section 1 dan 2) dan titik beban

24 hingga 32 (section 4 sampai 7).

Tabel 4.33 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 3
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban
λi (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Titik Beban 1-22 0,00246 0,00037
Titik Beban 23 0,00263 0,00050
Titik Beban 24-32 0,00246 0,00037
IV-36

Frekuensi (λi) dan Durasi (U) Section 3


0,003
0,0025
0,002
Hasil
0,0015
0,001
0,0005
0
λi (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban 1-22 Titik Beban 23 Titik Beban 24-32
Gambar 4.14 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 3

Dari Tabel 4.33 dan Gambar 4.14, diketahui frekuensi titik beban 23

memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan titik beban 1-22 dan titik beban 24-

32 karena pada titik beban 1-22 dan 24-32 frekuensi kegagalan untuk transformator

tidak dihitung sebab berada diluar section yang mengalami gangguan, sedangkan

durasi gangguan untuk titik beban 23 pada section 3 memiliki durasi padam cukup

lama dikarenakan seluruh titik beban pada section 3 terkena dampak repair time,

sedangkan titik beban pada section lainnya hanya mengalami kondisi switching

time sebab dipasangnya fuse cut out sehingga dapat melokalisir gangguan hanya

pada section 3. Nilai frekuensi dan durasi kegagalan setiap titik beban seperti yang

ditunjukan pada Tabel 4.33, maka dapat ditentukan nilai SAIFI dan SAIDI pada

section 3 menggunakan Persamaan (2.5) dan Persamaan (2.6). Sebagai contoh,

dilakukan perhitungan nilai SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 23 pada section 3

yaitu:

0,00263 x 651
SAIFI TB23 =
12.468

= 0,00014 gangguan/pelanggan/tahun.
IV-37

0,00050 x 651
SAIDI TB23 =
12.468

= 0,00003 jam/pelanggan/tahun.

Pada perhitungan SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 23 didapatlah nilai

SAIFI 0,00377 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI 0,00079

jam/pelanggan/tahun. Adapun hasil indeks keandalan SAIFI dan SAIDI tiap titik

beban dapat dilihat pada tabel Tabel 4.34.

Tabel 4.34 SAIFI dan SAIDI Section 3


Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 1 (SKYS) 472 0,00009 0,00001
Titik Beban 2 (SSKY) 169 0,00003 0,00001
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,00008 0,00001
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,00006 0,00001
Titik Beban 5 (CJL) 878 0,00017 0,00003
Titik Beban 6 (ANTR) 252 0,00005 0,00001
Titik Beban 7 (SST) 444 0,00009 0,00001
Titik Beban 8 (NANG) 217 0,00004 0,00001
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,00013 0,00002
Titik Beban 10 (SSBJ) 292 0,00006 0,00001
Titik Beban 11 (OSR) 602 0,00012 0,00002
Titik Beban 12 (KHBT) 274 0,00005 0,00001
Titik Beban 13 (DUKR) 51 0,00001 0,00000
Titik Beban 14 (PST) 659 0,00013 0,00002
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,00007 0,00001
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,00012 0,00002
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,00000 0,00000003
Titik Beban 18 (PMK) 651 0,00013 0,00002
Titik Beban 19 (CKP) 877 0,00017 0,00003
Titik Beban 20 (SPMK) 196 0,00004 0,00001
Titik Beban 21 (CKOL) 290 0,00006 0,00001
Titik Beban 22 (CLME) 256 0,00005 0,00001
Titik Beban 23 (CEUK) 651 0,00014 0,00003
Titik Beban 24 (DSKD) 3 0,00000 0,0000001
Titik Beban 25 (SLJB) 272 0,00005 0,00001
Titik Beban 26 (SCKP) 366 0,00007 0,00001
IV-38

Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 27 (SEDA) 322 0,00006 0,00001
Titik Beban 28 (HALI) 1 0,00000 0,00000003
Titik Beban 29 (PJH) 645 0,00013 0,00002
Titik Beban 30 (MDLS) 259 0,00005 0,00001
Titik Beban 31 (MDL) 672 0,00013 0,00002
Titik Beban 32 (PLGR) 360 0,00007 0,00001
TOTAL 12.468 0,00247 0,00038

Berdasarkan Tabel 4.34, menunjukan bahwa nilai total indeks keandalan

SAIFI sebesar 0,00247 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI sebesar 0,00038

jam/pelanggan/tahun. Untuk mengetahui perubahan kondisi nilai SAIFI dan SAIDI

tiap titik beban pada section 2 dapat dilihat pada Gambar 4.15.

SAIFI dan SAIDI Section 3


0,00025
0,00020
0,00015
Hasil

0,00010
0,00005
0,00000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
Titik Beban

SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun) SAIDI (jam/pelanggan/tahun)

Gambar 4.15 Grafik SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 3

Berdasarkan Gambar 4.15, pada section 3 nilai titik beban 5 memiliki nilai

SAIFI tertinggi dibandingkan titik beban lainnya, hal ini terjadi karena pada titik

beban tersebut memiliki jumlah pelanggan terbanyak, pada titik beban 20 dan titik

beban 17 nilai SAIFInya kecil karena hanya memiliki 1 pelanggan pada titik

bebannya. Sedangkan untuk nilai SAIDI pada section 3 terbesar pada titik beban 23
IV-39

karena mengalami kondisi repair time sedangkan titik beban 17 dan titik beban 28

memiliki durasi terendah karena memiliki jumlah pelanggan paling sedikit.

4.2.4 Section 4

Gambar 4.16 Single Line Diagram Section 4

Berdasarkan Gambar 4.16 maka dapat ditentukan daftar mode kegagalan

pada section 4 yang mungkin dapat terjadi dan mempengaruhi keandalan penyulang

INDI, daftar mode kegagalan dapat dilihat pada Tabel 4.35.

Tabel 4.35 Daftar Mode Kegagalan Section 4


Data Peralatan Efek Sistem
No. Titik Beban yang Titik Beban yang
Ganggua Komponen dipengaruhi dipengaruhi Switching
n Repair Time Time
1 FCO SLJB TB24 dan TB25 TB1-TB23 dan TB26-TB32
2 Trafo 24 (DSKD) TB24 -
3 Trafo 25 (SLJB) TB25 -
4 Line 16-1 TB24 dan TB25 TB1-TB23 dan TB26-TB32
5 Line 16-2 TB24 dan TB25 TB1-TB23 dan TB26-TB32

Berdasarkan Tabel 4.35, setelah menentukan daftar efek mode kegagalan

yang mempengaruhi titik beban, maka dapat menghitung nilai frekuensi dan durasi
IV-40

kegagalan peralatan pada section 4. Untuk nilai frekuensi kegagalan menggunakan

persamaan (2.7) dan durasi kegagalan menggunakan persamaan (2.8) dengan

penentuan kondisi repair time (padam) atau switching time berdasarkan Tabel 4.35.

Pada Tabel 4.36 dapat dilihat hasil perhitungan nilai frekuensi kegagalan pada titik

beban 24.

Tabel 4.36 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 24 (λi TB24)


Angka keluaran komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/thn/km) Saluran (gangguan/ta
λs λm Udara (km) hun)
FCO 3 0,00219 0 - 0,00219
Trafo 24
0 -
(DSKD) 0,00017 0,00017
Line 16-1 0,00142 0,00026 0,052 0,00009
Line 16-2 0,00142 0,00026 0,898 0,00150
TOTAL 0,00395

1
0,9
0,8
0,7
0,6
Jarak (km)

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
FCO 3 Trafo 24 (DSKD) Line 16-1 Line 16-2

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.17 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 24 pada Section 4

Berdasarkan Tabel 4.36 dan Gambar 4.17, hasil frekuensi kegagalan (λi TB)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran

serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Hasil perhitungan total nilai

frekuensi kegagalan pada titik beban 24 (λi TB24) adalah 0,00395 gangguan/tahun.
IV-41

Nilai gangguan titik beban 24 adalah sama dengan nilai titik beban 25 karena berada

dalam satu section dan nilai kegagalannya diasumsikan sama.

Tabel 4.37 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 1 (λi TB1)


Angka keluaran komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/thn/km) Saluran Udara (gangguan/tahun
λs λm (km) )
FCO 3 0,00219 0 - 0,00219
Line 16-1 0,00142 0,00026 0,052 0,00009
Line 16-2 0,00142 0,00026 0,898 0,00150
TOTAL 0,00378

1
0,9
0,8
0,7
Jarak (km)

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
FCO 3 Line 16-1 Line 16-2

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.18 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 4

Berdasarkan Tabel 4.37 dan Gambar 4.19, pada titik beban 1 panjang

saluran untuk transformator tidak dimasukkan dikarenakan titik beban 1 tidak

berada pada section 4 ini. Hasil perhitungan total nilai frekuensi kegagalan pada

titik beban 1 (λi TB1) adalah 0,00378 gangguan/tahun. Hasil nilai frekuensi

kegagalan pada titik beban 1 sama dengan titik beban 2 sampai 23 (section 1 sampai

3) dan titik beban 26 sampai 32 (section 5 sampai 7).

Tabel 4.38 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 24 (U TB24)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
FCO 3 0,00219 0,226 0,01507
Trafo 24 (DSKD) 0,00017 0,022 0,00011
Line 16-1 0,00009 0,02947 0,000003
IV-42

λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
Line 16-2 0,00150 0,02947 0,00005
TOTAL 0,00055

Berdasarkan

Tabel 4.38, nilai total durasi gangguan dari titik beban 24 (U TB24) adalah 0,00055

jam/tahun. Nilai durasi gangguan untuk titik beban 24 sama dengan durasi

gangguan untuk titik beban 25, karena berada pada satu section yang sama.

Tabel 4.39 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
FCO 3 0,00219 0,15 0,00033
Line 16-1 0,00009 0,15 0,00001
Line 16-2 0,00150 0,15 0,00023
TOTAL 0,00057

Berdasarkan Tabel 4.39, nilai durasi gangguan pada titik beban 1 (U TB1)

adalah 0,00057 jam/tahun. Adapun titik beban 1 pada perhitungan ini tidak dihitung

atau dianggap 0 dan dalam kondisi switching time karena apabila pada titik beban

di section 4 mengalami gangguan maka fuse cut out/FCO akan terbuka sehingga

terjadi pemutusan aliran listrik dan gangguan tidak mempengaruhi titik beban 1

pada section 1 dan section lainnya. Nilai total durasi gangguan pada titik beban 1

diasumsikan sama dengan titik beban 2-23 (section 1-3) dan titik beban 26 sampai

32 karena tidak berada pada section 4.

Tabel 4.40 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 4
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban
λi (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Titik Beban 1-23 0,00378 0,00057
Titik Beban 24-25 0,00395 0,00055
Titik Beban 26-32 0,00378 0,00057
IV-43

Frekuensi (λi) dan Durasi (U) Section 4


0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
λi (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban 1-23 Titik Beban 24-25 Titik Beban 26-32

Gambar 4.19 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 4

Dari Tabel 4.40 dan Gambar 4.19, diketahui frekuensi kegagalan titik beban

24 dan 25 memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan titik beban 1-23 dan titik

beban 26-32 karena pada titik beban 24 dan 25 frekuensi kegagalan untuk

transformator dihitung sebab berada pada section yang mengalami gangguan,

sedangkan durasi gangguan untuk titik beban 24 dan 25 memiliki durasi padam

cukup lama dikarenakan ketika section 4 mengalami gangguan maka fuse cut out

pada jalur percabangan akan membuka sehingga terkena dampak repair time,

sedangkan titik beban pada section lainnya hanya mengalami kondisi switching

time sebab dipasangnya fuse cut out sehingga dapat melokalisir gangguan hanya

pada section 4. Nilai frekuensi dan durasi kegagalan setiap titik beban seperti yang

ditunjukan pada Tabel 4.40, maka dapat ditentukan nilai indeks keandalan SAIFI

dan SAIDI pada section 4. Rumus untuk mendapatkan nilai SAIFI dan SAIDI

menggunakan persamaan (2.5) dan persamaan (2.6), sebagai contoh, dilakukan

perhitungan nilai SAIFI untuk titik beban 24 pada section 4 yaitu:

0,00395 x 3
SAIFI TB24 =
12.468
IV-44

= 0,000001 gangguan/tahun.

0,00055 x 3
SAIDI TB24 =
12.468

= 0,00000013 jam/tahun.

Pada perhitungan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 24

didapatlah nilai SAIFI 0,000001 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI

0,00000013 jam/pelanggan/tahun. Adapun hasil indeks keandalan SAIFI dan

SAIDI tiap titik beban dapat dilihat pada tabel Tabel 4.41.

Tabel 4.41 SAIFI dan SAIDI Section 4


Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 1 (SKYS) 472 0,00014 0,00002
Titik Beban 2 (SSKY) 169 0,00005 0,00001
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,00013 0,00002
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,00009 0,00001
Titik Beban 5 (CJL) 878 0,00027 0,00004
Titik Beban 6 (ANTR) 252 0,00008 0,00001
Titik Beban 7 (SST) 444 0,00013 0,00002
Titik Beban 8 (NANG) 217 0,00007 0,00001
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,00021 0,00003
Titik Beban 10 (SSBJ) 292 0,00009 0,00001
Titik Beban 11 (OSR) 602 0,00018 0,00003
Titik Beban 12 (KHBT) 274 0,00008 0,00001
Titik Beban 13 (DUKR) 51 0,00002 0,000002
Titik Beban 14 (PST) 659 0,00020 0,00003
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,00010 0,00002
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,00018 0,00003
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,0000003 0,00000005
Titik Beban 18 (PMK) 651 0,00020 0,00003
Titik Beban 19 (CKP) 877 0,00027 0,00004
Titik Beban 20 (SPMK) 196 0,00006 0,00001
Titik Beban 21 (CKOL) 290 0,00009 0,00001
Titik Beban 22 (CLME) 256 0,00008 0,00001
Titik Beban 23 (CEUK) 651 0,00020 0,00003
Titik Beban 24 (DSKD) 3 0,0000010 0,00000013
IV-45

Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 25 (SLJB) 272 0,00009 0,00001
Titik Beban 26 (SCKP) 366 0,00011 0,00002
Titik Beban 27 (SEDA) 322 0,00010 0,00001
Titik Beban 28 (HALI) 1 0,0000003 0,00000005
Titik Beban 29 (PJH) 645 0,00020 0,00003
Titik Beban 30 (MDLS) 259 0,00008 0,00001
Titik Beban 31 (MDL) 672 0,00020 0,00003
Titik Beban 32 (PLGR) 360 0,00011 0,00002
TOTAL 12.468 0,00379 0,00057

Berdasarkan Tabel 4.41, menunjukan bahwa nilai total indeks keandalan

SAIFI sebesar 0,00379 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI sebesar 0,00057

jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan Tabel 4.41 diketahui perubahan kondisi nilai

SAIFI dan SAIDI tiap titik beban pada section 4 pada Gambar 4.20.

SAIFI dan SAIDI Section 4


0,00035
0,00030
0,00025
Hasil

0,00020
0,00015
0,00010
0,00005
0,00000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Titik Beban

SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun) SAIDI (jam/pelanggan/tahun)

Gambar 4.20 Grafik SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 4

Berdasarkan gambar Gambar 4.20, pada section 4 nilai titik beban 5

memiliki nilai SAIFI tertinggi dibandingkan titik beban lainnya hal ini terjadi

karena pada titik beban tersebut memiliki jumlah pelanggan terbanyak, pada titik

beban 17 dan titik beban 28, karena hanya memiliki 1 pelanggan pada titik
IV-46

bebannya. Sedangkan untuk nilai SAIDI pada section 3 terbesar pada titik beban

25, karena mengalami kondisi repair time sedangkan titik beban 17 dan 28 memiliki

durasi terendah, karena memiliki jumlah pelanggan paling sedikit dan hanya

mengalami kondisi switching time.

4.2.5 Section 5

Gambar 4.21 Single Line Diagram Section 5

Berdasarkan Gambar 4.21 maka dapat ditentukan daftar mode kegagalan

pada section 5 yang mungkin dapat terjadi dan mempengaruhi keandalan penyulang

INDI, daftar mode kegagalan dapat dilihat pada Tabel 4.42

Tabel 4.42 Daftar Mode Kegagalan Section 5


Data Peralatan Efek Sistem
No. Titik Beban yang Titik Beban yang
Ganggua Komponen dipengaruhi dipengaruhi Switching
n Repair Time Time
1 FCO 4 TB26 dan TB27 TB1-TB25 dan TB28-TB32
2 Trafo 26 (SCKP) TB26 -
3 Trafo 27 (SEDA) TB27 -
IV-47

Data Peralatan Efek Sistem


No. Titik Beban yang Titik Beban yang
Ganggua Komponen dipengaruhi dipengaruhi Switching
n Repair Time Time
4 Line 25-1 TB26 dan TB27 TB1-TB25 dan TB28-TB32
5 Line 25-2 TB26 dan TB27 TB1-TB25 dan TB28-TB32

Berdasarkan Tabel 4.42, setelah menentukan efek mode kegagalan

komponen pada section 5. Selanjutnya dapat menghitung nilai frekuensi dan durasi

kegagalan peralatan pada section 5. Untuk nilai frekuensi kegagalan menggunakan

Persamaan (2.7) dan durasi kegagalan menggunakan Persamaan (2.8) dengan

penentuan kondisi repair time (padam) atau switching time berdasarkan Tabel 4.42.

Pada Tabel 4.43 dapat dilihat hasil perhitungan nilai frekuensi kegagalan pada titik

beban 26.

Tabel 4.43 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 26 (λi TB26)


Angka keluaran komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/km/thn) Saluran Udara (gangguan/
λs λm (km) tahun)
FCO 4 0,00219 0 - 0,00219
Trafo 26
0,00017 0 - 0,00017
(SCKP)
Line 25-1 0,00186 0,00034 0,17 0,00037
Line 25-2 0,00186 0,00034 1,079 0,00237
TOTAL 0,00511

1,2
1
0,8
Jarak (km)

0,6
0,4
0,2
0
FCO 4 Trafo 26 Line 25-1 Line 25-2
(SCKP)

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.22 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 26 pada Section 5
IV-48

Berdasarkan Tabel 4.43 dan Gambar 4.22, hasil frekuensi kegagalan (λi

TB26) dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya

saluran serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Hasil perhitungan total

frekuensi kegagalan pada titik beban 26 (λi TB26) yang diperoleh adalah 0,00511

gangguan/tahun.

Tabel 4.44 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik beban 1(λi TB1)


Angka keluaran komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/thn/km) Saluran Udara (gangguan/tahun
λs λm (km) )
FCO 4 0,00219 0 - 0,0
Line 25-1 0,00186 0,00034 0,17 0,00037
Line 25-2 0,00186 0,00034 1,079 0,00237
TOTAL 0,00494

1,2

0,8
Jarak (km)

0,6

0,4

0,2

0
FCO 4 Line 25-1 Line 25-2

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.23 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 5

Berdasarkan Tabel 4.44 dan Gambar 4.23, frekuensi kegagalan (λi TB)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran

serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Hasil total nilai frekuensi

kegagalan titik beban 1 (λi TB1) adalah 0,00494 gangguan/tahun. Dalam

perhitungan titik beban 1 dianggap 0 dikarenakan tidak berada pada section ini,

sehingga tidak mempengaruhi titik beban tersebut. Adapun total nilai frekuensi
IV-49

kegagalan pada titik beban 1 adalah sama dengan nilai total frekuensi kegagalan

titik beban 2 sampai 25 (section 1 sampai 4) dan titik beban 28 sampai 32 (section

6 sampai 9).

Tabel 4.45 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 26 (U TB26)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
FCO 4 0,00219 0,226 0,00050
Trafo 26 (SCKP) 0,00017 0,022 0,00000
Line 25-1 0,00037 0,03874 0,00001
Line 25-2 0,00237 0,03874 0,00009
TOTAL 0,00061

Berdasarkan Tabel 4.45, nilai total durasi kegagalan titik beban 26 (U TB26)

adalah 0,00061 jam/tahun. Adapun kondisi yang dialami semua peralatan yang ada

didalamnya hanya kondisi repair time (padam) dikarenakan berada pada satu area

yang sama.

Tabel 4.46 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam/tahun) (jam/tahun)
FCO 4 0,00219 0,15 0,00033
Line 25-1 0,00037 0,15 0,00006
Line 25-2 0,00237 0,15 0,00036
TOTAL 0,00074

Berdasarkan Tabel 4.46, nilai durasi gangguan pada titik beban 1 (U TB1)

adalah 0,00074 jam/tahun. Adapun titik beban 1 pada perhitungan ini tidak dihitung

atau dianggap 0 dan dalam kondisi switching time karena apabila pada titik beban

di section 5 mengalami gangguan maka pemisah/FCO akan terbuka sehingga terjadi

pemutusan arus hanya pada section 5 dan gangguan tidak mempengaruhi titik beban

1 hingga 25 (section 1 sampai 4) dan titik beban 28 hingga 32 (section 6 sampai 7)

karena tidak berada pada satu area yang terjadi gangguan sehingga kondisi yang

dialami yaitu kondisi switching time. Nilai total durasi gangguan pada titik beban 1
IV-50

diasumsikan sama dengan titik beban 2 hingga 25 (section 1 sampai 4) dan titik

beban 28 hingga 32 (section 6 sampai 7).

Tabel 4.47 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 5
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban
λ (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Titik Beban 1-25 0,00494 0,00074
Titik Beban 26-27 0,00511 0,00061
Titik Beban 28-32 0,00494 0,00074

Frekuensi (λi) dan Durasi (U) Section 5


0,006
0,004
Hasil

0,002
0
λ (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban 1-25 Titik Beban 26-27 Titik Beban 28-32
Gambar 4.24 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 5

Berdasarkan tabel 4.47 dan gambar 4.24, diketahui frekuensi kegagalan titik

beban 26 dan 27 memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan titik beban 1-25

dan titik beban 28-32 karena pada titik beban 1-25 dan titik beban 28-32 frekuensi

kegagalan untuk transformator tidak dihitung sebab berada diluar section yang

mengalami gangguan, sedangkan durasi gangguan untuk titik beban 26 dan 27 pada

section 5 memiliki durasi padam cukup lama dikarenakan seluruh titik beban pada

section 5 terkena dampak repair time, sedangkan titik beban pada section lainnya

hanya mengalami kondisi switching time sebab dipasangnya fuse cut out sehingga

dapat melokalisir gangguan hanya pada section 5. Nilai frekuensi dan durasi

kegagalan setiap titik beban seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.47, maka dapat
IV-51

ditentukan nilai indeks keandalan SAIFI dan SAIDI pada section 5 Persamaan

(2.5) dan Persamaan (2.6). Sebagai contoh, dilakukan perhitungan nilai SAIFI

untuk titik beban 26 pada section 5 yaitu:

0,00511 x 366
SAIFI TB26 =
12.468

= 0,000151 gangguan/pelanggan/tahun.

0,00061 x 366
SAIDI TB26 =
12.468

= 0,00002 jam/pelanggan/tahun.

Pada perhitungan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 26

didapatlah nilai SAIFI 0,00221 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI 0,00045

jam/pelanggan/tahun. Adapun hasil indeks keandalan SAIFI dan SAIDI tiap titik

beban dapat dilihat pada Tabel 4.48.

Tabel 4.48 SAIFI dan SAIDI Section 5


Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 1 (SKYS) 472 0,00019 0,00003
Titik Beban 2 (SSKY) 169 0,00007 0,00001
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,00017 0,00002
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,00012 0,00002
Titik Beban 5 (CJL) 878 0,00035 0,00005
Titik Beban 6 (ANTR) 252 0,00010 0,00001
Titik Beban 7 (SST) 444 0,00018 0,00003
Titik Beban 8 (NANG) 217 0,00009 0,00001
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,00027 0,00004
Titik Beban 10 (SSBJ) 292 0,00012 0,00002
Titik Beban 11 (OSR) 602 0,00024 0,00004
Titik Beban 12 (KHBT) 274 0,00011 0,00002
Titik Beban 13 (DUKR) 51 0,00002 0,0000030
Titik Beban 14 (PST) 659 0,00026 0,00004
IV-52

Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,00013 0,00002
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,00024 0,00004
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,0000004 0,0000001
Titik Beban 18 (PMK) 651 0,00026 0,00004
Titik Beban 19 (CKP) 877 0,00035 0,00005
Titik Beban 20 (SPMK) 196 0,00008 0,00001
Titik Beban 21 (CKOL) 290 0,00011 0,00002
Titik Beban 22 (CLME) 256 0,00010 0,00002
Titik Beban 23 (CEUK) 651 0,00026 0,00004
Titik Beban 24 (DSKD) 3 0,00000 0,0000002
Titik Beban 25 (SLJB) 272 0,00011 0,00002
Titik Beban 26 (SCKP) 366 0,00015 0,00002
Titik Beban 27 (SEDA) 322 0,00013 0,00002
Titik Beban 28 (HALI) 1 0,0000004 0,0000001
Titik Beban 29 (PJH) 645 0,00026 0,00004
Titik Beban 30 (MDLS) 259 0,00010 0,00002
Titik Beban 31 (MDL) 672 0,00027 0,00004
Titik Beban 32 (PLGR) 360 0,00014 0,00002
TOTAL 12.468 0,00495 0,00073

Berdasarkan Tabel 4.48, menunjukan bahwa nilai total indeks keandalan

SAIFI sebesar 0,00495 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI sebesar 0,00073

jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan Tabel 4.48 diketahui perubahan kondisi nilai

SAIFI dan SAIDI tiap titik beban pada section 4 pada Gambar 4.25.
IV-53

SAIFI dan SAIDI Section 5


0,00050
0,00040
0,00030
Hasil

0,00020
0,00010
0,00000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Titik Beban

SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun) SAIDI (jam/pelanggan/tahun)

Gambar 4.25 SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 5

Berdasarkan Gambar 4.25, sama seperti pada section sebelumnya pada

section 5 nilai titik beban 5 memiliki nilai SAIFI tertinggi dibandingkan titik beban

lainnya, hal ini terjadi karena pada titik beban tersebut memiliki jumlah pelanggan

terbanyak, pada titik beban 17 dan titik beban 28, karena hanya memiliki 1

pelanggan pada titik bebannya. Sedangkan untuk nilai SAIDI pada section 5

terbesar pada titik beban 26 dan 27, karena mengalami kondisi repair time

sedangkan titik beban 17 dan titik beban 28 memiliki durasi terendah, karena

memiliki jumlah pelanggan paling sedikit dan hanya mengalami kondisi switching

time.
IV-54

4.2.6 Section 6

Gambar 4.26 Single Line Diagram Section 6

Berdasarkan Gambar 4.26 maka dapat ditentukan daftar mode kegagalan

pada section 6 yang mungkin dapat terjadi dan mempengaruhi keandalan penyulang

INDI, daftar mode kegagalan dapat dilihat pada Tabel 4.49.

Tabel 4.49 Daftar Mode Kegagalan Section 6


Data Peralatan Efek Sistem
No. Titik Beban yang Titik Beban yang
Ganggua Komponen dipengaruhi dipengaruhi
n Repair Time Switching Time
1 SSO 1 TB28-TB32 TB1-TB27
2 Trafo 28 (HALI) TB28 -
3 Trafo 29 (PJH) TB29 -
4 Trafo 30 (MDLS) TB30 -
5 Trafo 31 (MDL) TB31 -
6 Line 30 TB28-TB32 TB1-TB27
7 Line 31 TB28-TB32 TB1-TB27
8 Line 32 TB28-TB32 TB1-TB27
9 Line 33 TB28-TB32 TB1-TB27
10 Line 34 TB28-TB32 TB1-TB27
11 Line 35 TB28-TB32 TB1-TB27
IV-55

Berdasarkan Tabel 4.49, setelah menentukan efek mode kegagalan

komponen pada section 6. Selanjutnya dapat menghitung nilai frekuensi dan durasi

kegagalan peralatan pada section 6. Untuk nilai frekuensi kegagalan menggunakan

persamaan (2.7) dengan menentukan angka keluar komponen yang dikalikan

panjang saluran udara, sedangkan durasi gangguan menggunakan persamaan (2.8)

dengan mengalikan frekuensi kegagalan tiap komponen dengan waktu perbaikan

(repair time atau switching time) berdasarkan efek sistem pada Tabel 4.49.

Perhitungan frekuensi kegagalan pada titik beban 28 dapat dilihat pada Tabel 4.50

Tabel 4.50 perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 28 (λi TB28)


Angka keluaran
komponen (λ) λi TB
Panjang Saluran
Peralatan (gangguan/km/tahun) (gangguan/tahu
Udara (km)
n)
λs λm
SSO 1 0,00274 0,00274 - 0,00548
Trafo 28
0,00017 0 - 0,00017
(HALI)
Line 30 0,00430 0,00078 0,087 0,00044
Line 31 0,00430 0,00078 1,043 0,00530
Line 32 0,00430 0,00078 0,238 0,00121
Line 33 0,00430 0,00078 0,651 0,00331
Line 34 0,00430 0,00078 0,311 0,00158
Line 35 0,00430 0,00078 0,552 0,00280
TOTAL 0,02029

1,2
1
0,8
Jarak (km)

0,6
0,4
0,2
0
SSO 1 Trafo 28 Line 30 Line 31 Line 32 Line 33 Line 34 Line 35
(HALI)

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.27 Panjang Saluran tiap Peralatan Titik Beban 28 pada Section 6
IV-56

Berdasarkan Tabel 4.50 dan Gambar 4.27, hasil frekuensi kegagalan (λi TB)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran

serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Berdasarkan Tabel 4.50, hasil total

frekuensi kegagalan pada titik beban 28 (λi TB28) adalah 0,02029 gangguan/tahun.

Nilai gangguan titik beban 28 adalah sama dengan nilai titik beban 28 sampai titik

beban 31 karena berada dalam satu section sehingga nilai kegagalan diasumsikan

sama.

Tabel 4.51 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 1 (λi TB1)


Angka keluaran
komponen (λ) λi TB
Panjang Saluran
Peralatan (gangguan/thn/km) (gangguan/tahun
Udara (km)
)
λs λm
SSO 1 0,00274 0,00274 - 0,00548
Line 30 0,00430 0,00078 0,087 0,00044
Line 31 0,00430 0,00078 1,043 0,00530
Line 32 0,00430 0,00078 0,238 0,00121
Line 33 0,00430 0,00078 0,651 0,00331
Line 34 0,00430 0,00078 0,311 0,00158
Line 35 0,00430 0,00078 0,552 0,00280
TOTAL 0,02012

1,2

0,8
Jarak (km)

0,6

0,4

0,2

0
SSO 1 Line 30 Line 31 Line 32 Line 33 Line 34 Line 35

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.28 Panjang Saluran tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 6
IV-57

Berdasarkan Tabel 4.51, hasil nilai frekuensi kegagalan titik beban 1 (λi TB)

adalah 0,02012 gangguan/tahun. Dalam perhitungan titik beban 1 dianggap 0

dikarenakan tidak berada pada section 6 sehingga ketika terjadi gangguan titik

beban pada section 6 ini maka tidak titik beban tersebut. Hasil nilai frekuensi

kegagalan yang terdapat pada titik beban 1 sama dengan titik beban 2 hingga 27

dan titik beban 32.

Tabel 4.52 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 28 (U TB28)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
SSO 1 0,00548 0,459 0,00252
Trafo 28 (HALI) 0,00017 0,02200 0,00000
Line 30 0,00044 0,08940 0,00004
Line 31 0,00530 0,08940 0,00047
Line 32 0,00121 0,08940 0,00011
Line 33 0,00331 0,08940 0,00030
Line 34 0,00158 0,08940 0,00014
Line 35 0,00280 0,08940 0,00025
TOTAL 0,00383

Berdasarkan Tabel 4.52, total nilai perhitungan durasi gangguan titik beban

28 (U TB28) adalah 0,00383 jam/tahun. Nilai durasi gangguan titik beban 28 sama

dengan durasi gangguan titik beban 29 sampai titik beban 31, karena berada pada

satu section yang sama.

Tabel 4.53 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
SSO 1 0,00548 0,15 0,00082
Line 30 0,00044 0,15 0,00007
Line 31 0,00530 0,15 0,00079
Line 32 0,00121 0,15 0,00018
Line 33 0,00331 0,15 0,00050
Line 34 0,00158 0,15 0,00024
Line 35 0,00280 0,15 0,00042
TOTAL 0,00302
IV-58

Berdasarkan Tabel 4.53, nilai durasi gangguan pada titik beban 1 (U TB1)

adalah 0,00302 jam/tahun. Adapun titik beban 1 pada perhitungan ini tidak dihitung

atau dianggap 0 dan dalam kondisi switching time karena apabila pada titik beban

di section 6 mengalami gangguan maka pemisah/SSO akan terbuka sehingga terjadi

pemutusan aliran listrik dan gangguan tidak mempengaruhi titik beban pada section

1 sampai section 5. Nilai total durasi gangguan pada titik beban 1 diasumsikan sama

dengan titik beban 2-27 karena tidak berada pada section 6.

Tabel 4.54 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 32 (U TB32)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam) (jam/tahun)
SSO 1 0,00548 0,459 0,00252
Line 30 0,00044 0,08940 0,00004
Line 31 0,00530 0,08940 0,00047
Line 32 0,00121 0,08940 0,00011
Line 33 0,00331 0,08940 0,00030
Line 34 0,00158 0,08940 0,00014
Line 35 0,00280 0,08940 0,00025
TOTAL 0,00382

Pada Tabel 4.54, total durasi gangguan untuk titik beban 32 (U TB32)

adalah 0,00382 jam/tahun. Adapun untuk titik beban 32 dipengaruhi repair time

pada section 6 tetapi trafo bernilai 0, hal ini terjadi karena meskipun titik beban 32

tidak terdapat pada section 6 tetapi masih terkena dampak pemutusan karena berada

pada satu jalur setelah section 6 sehingga tidak mendapat suplai listrik ketika terjadi

gangguan pada section 6, maka titik beban 32 akan ikut terputus.

Tabel 4.55 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 6
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban
λ (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Titik Beban 1-27 0,02012 0,00302
Titik Beban 28-31 0,02029 0,00383
Titik Beban 32 0,02012 0,00382
IV-59

Frekuensi (λi) dan Durasi (U) Section 6


0,025
0,02
0,015
Hasil

0,01
0,005
0
λ (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Indeks Keandalan Titik Beban
Titik Beban 1-27 Titik Beban 28-31 Titik Beban 32

Gambar 4.29 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 6

Dari Tabel 4.55 dan Gambar 4.29, diketahui frekuensi kegagalan titik beban

28-31 memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan titik beban 1-27 dan titik

beban 32 karena pada titik beban 28-31 frekuensi kegagalan untuk transformator

dihitung sebab berada pada section yang mengalami gangguan, sedangkan durasi

gangguan untuk titik beban 28-31 dan titik beban 32 memiliki durasi padam cukup

lama dikarenakan ketika section 6 mengalami gangguan maka SSO pada jalur

utama akan membuka sehingga section setelahnya ikut terdampak karena ikut

terputus aliran listriknya, selanjutnya section 1-5 hanya mengalami kondisi

switching time. Nilai total frekuensi kegagalan dan durasi gangguan setiap titik

beban seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.55, maka dapat ditentukan nilai indeks

keandalan SAIFI dan SAIDI pada section 6 Persamaan (2.5) dan Persamaan (2.6).

Sebagai contoh, dilakukan perhitungan nilai SAIFI untuk titik beban:

0,02029 x 1
SAIFI TB28 =
12.468

= 0,00059 gangguan/pelanggan/tahun.
IV-60

0,00383 x 1
SAIDI TB28 =
12.468

= 0,00009 jam/pelanggan/tahun.

Pada perhitungan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 28

didapatlah nilai SAIFI 0,00017 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI 0,00014

jam/pelanggan/tahun. Adapun hasil indeks keandalan SAIFI dan SAIDI tiap titik

beban dapat dilihat pada Tabel 4.56.

Tabel 4.56 SAIFI dan SAIDI Section 6


Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 1 (SKYS) 472 0,00076 0,00011
Titik Beban 2 (SSKY) 169 0,00027 0,00004
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,00067 0,00010
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,00049 0,00007
Titik Beban 5 (CJL) 878 0,00142 0,00021
Titik Beban 6 (ANTR) 252 0,00041 0,00006
Titik Beban 7 (SST) 444 0,00072 0,00011
Titik Beban 8 (NANG) 217 0,00035 0,00005
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,00110 0,00016
Titik Beban 10 (SSBJ) 292 0,00047 0,00007
Titik Beban 11 (OSR) 602 0,00097 0,00015
Titik Beban 12 (KHBT) 274 0,00044 0,00007
Titik Beban 13 (DUKR) 51 0,00008 0,00001
Titik Beban 14 (PST) 659 0,00106 0,00016
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,00054 0,00008
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,00097 0,00015
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,00000 0,0000002
Titik Beban 18 (PMK) 651 0,00105 0,00016
Titik Beban 19 (CKP) 877 0,00141 0,00021
Titik Beban 20 (SPMK) 196 0,00032 0,00005
Titik Beban 21 (CKOL) 290 0,00047 0,00007
Titik Beban 22 (CLME) 256 0,00041 0,00006
Titik Beban 23 (CEUK) 651 0,00105 0,00016
Titik Beban 24 (DSKD) 3 0,00000 0,000001
Titik Beban 25 (SLJB) 272 0,00044 0,00007
Titik Beban 26 (SCKP) 366 0,00059 0,00009
IV-61

Indeks Keandalan
Jumlah
SAIFI SAIDI
Titik Beban Pelanggan
(gangguan/plgn/ (jam/plgn/
(Unit)
tahun) tahun)
Titik Beban 27 (SEDA) 322 0,00052 0,00008
Titik Beban 28 (HALI) 1 0,00000 0,0000003
Titik Beban 29 (PJH) 645 0,00105 0,00020
Titik Beban 30 (MDLS) 259 0,00042 0,00008
Titik Beban 31 (MDL) 672 0,00109 0,00021
Titik Beban 32 (PLGR) 360 0,00058 0,00011
TOTAL 12.468 0,02014 0,00314

Berdasarkan Tabel 4.56, nilai indeks menunjukan bahwa nilai total indeks

keandalan SAIFI sebesar 0,02014 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI sebesar

0,00314 jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan Tabel 4.56 dapat dilihat perubahan

kondisi nilai SAIFI dan SAIDI tiap titik beban pada section 6 pada Gambar 4.30.

SAIFI dan SAIDI Section 6


0,00200

0,00150
Hasil

0,00100

0,00050

0,00000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Titik beban

SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun) SAIDI (jam/pelanggan/tahun)

Gambar 4.30 Grafik SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 6

Berdasarkan Gambar 4.30, pada section 6 nilai titik beban 5 memiliki nilai

SAIFI tertinggi dibandingkan titik beban, hal ini terjadi karena pada titik beban

tersebut memiliki jumlah pelanggan terbanyak, pada titik beban 17 dan titik beban

28 nilai SAIFInya kecil, karena hanya memiliki 1 pelanggan pada titik bebannya.

Sedangkan untuk nilai SAIDI pada section 6 terbesar pada titik beban 31, karena
IV-62

mengalami kondisi repair time dan memiliki jumlah pelanggan paling banyak di

section 6 sedangkan titik beban 17 memiliki durasi terendah, karena memiliki

jumlah pelanggan paling sedikit dan hanya mengalami kondisi switching time.

4.2.7 Section 7

Gambar 4.31 Single Line Diagram Section 7

Berdasarkan Gambar 4.31 maka dapat ditentukan daftar mode kegagalan

pada section 7 yang mungkin dapat terjadi dan mempengaruhi keandalan penyulang

INDI, daftar mode kegagalan dapat dilihat pada Tabel 4.57.

Tabel 4.57 Daftar Mode Kegagalan Section 7


Data Peralatan Efek Sistem
No. Titik Beban yang Titik Beban yang
Ganggua Komponen dipengaruhi dipengaruhi Switching
n Repair Time Time
1 FCO 5 TB32 TB1-TB31
2 Trafo 32 (PLGR) TB32 -
3 Line 32-1 TB32 TB1-TB31

Berdasarkan Tabel 4.57, setelah menentukan efek mode kegagalan

komponen pada section 7. Selanjutnya dapat menghitung nilai frekuensi dan durasi
IV-63

gangguan peralatan pada section 7, untuk nilai frekuensi kegagalan menggunakan

persamaan (2.7) dengan menentukan angka keluar komponen (λ) yang dikalikan

panjang saluran udara, sedangkan durasi gangguan menggunakan persamaan (2.8)

dengan mengalikan frekuensi kegagalan tiap komponen (λi TB) dengan waktu

perbaikan (repair time atau switching time) berdasarkan efek sistem pada Tabel

4.57. Perhitungan frekuensi kegagalan pada titik beban 32 dapat dilihat pada Tabel

4.58.

Tabel 4.58 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 32 (λi TB32


Angka keluaran komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/km/thn) Saluran Udara (gangguan/tahu
λs λm (km) n)
FCO 5 0,00017 0 - 0,00017
Trafo 32
0 -
(PLGR) 0,0022 0,00219
Line 32-1 0,00153 0,00028 1,026 0,00186
TOTAL 0,00422

1,2

0,8
Jarak (km)

0,6

0,4

0,2

0
FCO 5 Trafo 32 (PLGR) Line 32-1

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.32 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 32 pada Section 7

Berdasarkan Tabel 4.58 dan Gambar 4.32, hasil frekuensi kegagalan (λi)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran

serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Nilai total frekuensi pada titik

beban 32 (λi TB32) adalah 0,07410 gangguan/tahun.


IV-64

Tabel 4.59 Perhitungan Frekuensi Kegagalan Titik Beban 1 (λi TB1)


Angka keluaran komponen Panjang λi TB
Peralatan (λ) (gangguan/thn/km) Saluran Udara (gangguan/tahu
λs λm (km) n)
FCO 5 0,00017 0 - 0,00017
Line 32-1 0,00153 0,00028 1,026 0,00186
TOTAL 0,00203

1,2

0,8
Jarak (km)

0,6

0,4

0,2

0
FCO 5 Line 32-1

Panjang Saluran Udara (km)

Gambar 4.33 Panjang Saluran Udara tiap Peralatan Titik Beban 1 pada Section 7

Berdasarkan Tabel 4.59 dan Gambar 4.33, hasil frekuensi kegagalan (λi)

dipengaruhi oleh besarnya laju kegagalan peralatan (λ) dan panjangnya saluran

serta banyaknya peralatan pada section tersebut. Nilai total frekuensi kegagalan titik

beban 1 (λi TB1) adalah 0,00203 gangguan/tahun. Dalam perhitungan titik beban 1

dianggap 0 dikarenakan tidak berada pada section 7, sehingga tidak mempengaruhi

titik beban tersebut. Nilai total frekuensi kegagalan titik beban 1 adalah sama

dengan nilai total frekuensi kegagalan titik beban 2-31 karena tidak berada di

section 8 sehingga nilai total frekuensi kegagalan titik bebannya diasumsikan sama.

Tabel 4.60 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban (U TB32)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam/tahun) (jam/tahun)
FCO 5 FCO 5 0,00017 0,226
Trafo 32 (PLGR) Trafo 32 (PLGR) 0,00219 0,022
Line 32-1 Line 32-1 0,00186 0,03183
TOTAL 0,00015
IV-65

Berdasarkan Tabel 4.60, total durasi gangguan pada titik beban 32 (U TB32)

adalah 0,00015 jam/tahun.

Tabel 4.61 Perhitungan Durasi Gangguan Titik Beban 1 (U TB1)


λi TB Repair time U TB
Peralatan
(gangguan/tahun) (jam/tahun) (jam/tahun)
FCO 5 0,00017 0,15 0,00003
Line 32-1 0,00186 0,15 0,00028
TOTAL 0,00030

Berdasarkan Tabel 4.61, nilai durasi gangguan pada titik beban 1 (U TB1)

adalah 0,00030 jam/tahun. Adapun titik beban 1 pada perhitungan ini tidak dihitung

atau dianggap 0 dan dalam kondisi switching time karena apabila pada titik beban

di section 7 mengalami gangguan maka pemisah/FCO akan terbuka sehingga terjadi

pemutusan arus hanya pada section 7 dan gangguan tidak mempengaruhi titik beban

1 sampai titik beban 31 (section 1-6) karena tidak berada pada satu area yang terjadi

gangguan sehingga kondisi yang dialami yaitu kondisi switching time. Nilai total

durasi gangguan pada titik beban 1 diasumsikan sama dengan titik beban 1 sampai

titik beban 31 (section 1 hingga 6).

Tabel 4.62 Frekuensi Kegagalan dan Durasi Gangguan Titik Beban Section 7
Indeks Keandalan
Titik Beban
λ (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Titik Beban 1-31 0,00203 0,00030
Titik Beban 32 0,00422 0,00015
IV-66

Frekuensi (λi) dan Durasi (U) Section 7


0,0045
0,004
0,0035
0,003
Hasil

0,0025
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
λ (gangguan/tahun) U (jam/tahun)
Indeks Keandalan

Titik Beban 1-31 Titik Beban 32

Gambar 4.34 Frekuensi Kegagalan (λi) dan Durasi Gangguan (U) pada Section 7

Dari Tabel 4.62 dan Gambar 4.34, diketahui frekuensi kegagalan titik beban

32 memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan titik beban 1-31 karena pada

titik beban 32 frekuensi kegagalan untuk transformator dihitung sebab berada pada

section yang mengalami gangguan, sedangkan durasi gangguan untuk titik beban

32 pada section 7 memiliki durasi padam cukup lama dikarenakan terkena dampak

repair time, sedangkan titik beban pada section lainnya hanya mengalami kondisi

switching time sebab dipasangnya fuse cut out sehingga dapat melokalisir gangguan

hanya pada section 7. Nilai indeks keandalan SAIFI dan SAIDI pada section 7

menggunakan Persamaan (2.5) dan Persamaan (2.6), Sebagai contoh, dilakukan

perhitungan nilai SAIFI untuk titik beban:

0,00422 x 360
SAIFI TB32 =
12.468

= 0,00214 gangguan/pelanggan/tahun.

0,00203 x 360
SAIDI TB32 =
12.468

= 0,00044 jam/pelanggan/tahun.
IV-67

Pada perhitungan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI untuk titik beban 32

didapatlah nilai SAIFI 0,00214 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI 0,00044

jam/pelanggan/tahun. Hasil indeks keandalan SAIFI dan SAIDI tiap titik beban

dapat dilihat pada tabel Tabel 4.63.

Tabel 4.63 SAIFI dan SAIDI Section 7


Jumlah Indeks Keandalan
Titik Beban Pelanggan SAIFI SAIDI
(Unit) (gangguan/tahun) (jam/tahun)
Titik Beban 1 (SKYS) 472 0,00008 0,00001
Titik Beban 2 (SSKY) 169 0,00003 0,00000
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,00007 0,00001
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,00005 0,00001
Titik Beban 5 (CJL) 878 0,00014 0,00002
Titik Beban 6 (ANTR) 252 0,00004 0,00001
Titik Beban 7 (SST) 444 0,00007 0,00001
Titik Beban 8 (NANG) 217 0,00004 0,00001
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,00011 0,00002
Titik Beban 10 (SSBJ) 292 0,00005 0,00001
Titik Beban 11 (OSR) 602 0,00010 0,00001
Titik Beban 12 (KHBT) 274 0,00004 0,00001
Titik Beban 13 (DUKR) 51 0,00001 0,00000
Titik Beban 14 (PST) 659 0,00011 0,00002
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,00005 0,00001
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,00010 0,00001
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,00000 0,000000
Titik Beban 18 (PMK) 651 0,00011 0,00002
Titik Beban 19 (CKP) 877 0,00014 0,00002
Titik Beban 20 (SPMK) 196 0,00003 0,00000
Titik Beban 21 (CKOL) 290 0,00005 0,00001
Titik Beban 22 (CLME) 256 0,00004 0,00001
Titik Beban 23 (CEUK) 651 0,00011 0,00002
Titik Beban 24 (DSKD) 3 0,00000 0,000000
Titik Beban 25 (SLJB) 272 0,00004 0,00001
Titik Beban 26 (SCKP) 366 0,00006 0,00001
Titik Beban 27 (SEDA) 322 0,00005 0,00001
Titik Beban 28 (HALI) 1 0,00000 0,000000
Titik Beban 29 (PJH) 645 0,00011 0,00002
Titik Beban 30 (MDLS) 259 0,00004 0,00001
Titik Beban 31 (MDL) 672 0,00011 0,00002
Titik Beban 32 (PLGR) 360 0,00012 0,00000
IV-68

Jumlah Indeks Keandalan


Titik Beban Pelanggan SAIFI SAIDI
(Unit) (gangguan/tahun) (jam/tahun)
TOTAL 12.468 0,00209 0,00030

Berdasarkan Tabel 4.63, menunjukan bahwa nilai total indeks keandalan

SAIFI sebesar 0,00209 gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI sebesar 0,00030

jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan Tabel 4.63 dapat dilihat perubahan kondisi nilai

SAIFI dan SAIDI tiap titik beban pada section 7 pada Gambar 4.35.

SAIFI dan SAIDI Section 7


0,00020

0,00015
Hasil

0,00010

0,00005

0,00000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Titik beban

SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun) SAIDI (jam/pelanggan/tahun)

Gambar 4.35 SAIFI dan SAIDI Titik Beban pada Section 7

Berdasarkan Gambar 4.35, sama seperti pada section sebelumnya pada

section 7 nilai titik beban 5 memiliki nilai SAIFI tertinggi dibandingkan titik beban

lainnya, hal ini terjadi karena pada titik beban tersebut memiliki jumlah pelanggan

terbanyak, pada titik beban 17 dan titik beban 28 nilai SAIFInya kecil, karena hanya

memiliki 1 pelanggan pada titik bebannya. Sedangkan untuk nilai SAIDI pada

section 7 terbesar pada titik beban 32, karena mengalami kondisi repair time,

sedangkan titik beban 17 dan titik beban 28 memiliki durasi terendah, karena

memiliki jumlah pelanggan paling sedikit yaitu hanya 1 pelanggan dan mengalami

kondisi switching time.


IV-69

4.3 Analisis Indeks Keandalan per-Section

Nilai indeks keandalan tiap section, maka selanjutnya menjumlahkan indeks

keandalan tiap section tersebut. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.64.

Tabel 4.64 Indeks Keandalan Penyulang INDI


Indeks Keandalan Sistem
Section SAIFI SAIDI
(gangguan/pelanggan/tahun) (jam/pelanggan/tahun)
1 0,32578 0,12992
2 0,00323 0,00048
3 0,00247 0,00038
4 0,00379 0,00057
5 0,00495 0,00073
6 0,02014 0,00314
7 0,00209 0,0003
TOTAL 0,36245 0,13552

0,35

0,3

0,25

0,2
Hasil

0,15

0,1

0,05

0
1 2 3 4 5 6 7
SAIFI 0,32578 0,00323 0,00247 0,00379 0,00495 0,02014 0,00209
SAIDI 0,12992 0,00048 0,00038 0,00057 0,00073 0,00314 0,0003

Gambar 4.36 Indeks Keandalan SAIFI dan SAIDI per-Section

Berdasarkan Tabel 4.64 Indeks Keandalan Penyulang INDI dan Gambar

4.36 indeks keandalan penyulang INDI dari hasil perhitungan pada seluruh section

pada penyulang INDI, didapatkan hasil keseluruhan section pada penyulang INDI

untuk nilai SAIFI sebesar 0,36245 gangguan/pelanggan/tahun dan nilai SAIDI

sebesar 0,13552 jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan Gambar 4.36 terlihat bahwa


IV-70

section 1 yang merupakan section dengan jumlah gangguan paling banyak serta

panjang salurannya paling panjang dan menyuplai banyak titik beban merupakan

section yang memiliki nilai SAIFI tertinggi yaitu sebesar 0,32578

gangguan/pelanggan/tahun. Section 1 juga memiliki nilai SAIDI yang tinggi yaitu

sebesar 0,12992 jam/pelanggan/tahun dibanding section lainnya.

Section 1 merupakan section dengan pelanggan terbanyak yaitu sebanyak

8.371 pelanggan, atau hampir 67% dari keseluruhan pelanggan penyulang INDI.

Panjang SUTM pada section 1 ini sepanjang 12,951 Kms atau 64% dari panjang

SUTM keseluruhan. Jadi dapat diartikan bahwa banyaknya pelanggan dan

panjangnya SUTM berbanding lurus dengan tingginya nilai SAIFI dan SAIDI.

4.4 Analisis Keandalan Sistem menggunakan Program ETAP

Analisis indeks keandalan pada sistem distribusi penyulang INDI

menggunakan data dan single line diagram yang diperoleh dari pengambilan data

pada PT. PLN ULP Rajapolah. Kemudian dilakukan pemodelan pada kondisi

eksisting dengan menggunakan software ETAP 12.6 yang kemudian akan

dilakukan simulasi keandalan sehingga didapat indeks keandalan SAIFI dan SAIDI

kondisi eksisting dan akan dibandingkan dengan hasil perhitungan indeks

keandalan SAIFI dan SAIDI dengan menggunakan metode gabungan section

technique dan reliability index assessment (RIA).


IV-71

Gambar 4.37 Single Line Diagram Penyulang INDI di ETAP 12.6

Setelah pembuatan SLD pada ETAP 12.6 seperti pada Gambar 4.37 maka

selanjutnya melakukan running pada software ETAP 12.6 maka didapatlah indeks

keandalan untuk penyulang INDI untuk nilai SAIFI dan SAIDI dapat dilihat pada

Tabel 4.65 dan Gambar 4.38.

Tabel 4.65 SAIFI dan SAIDI pada ETAP 12.6


Indeks Keandalan Sistem
SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun) 0,3682
SAIDI (jam/pelanggan/tahun) 0,1363

Gambar 4.38 SAIFI dan SAIDI menggunakan ETA P 12.6


IV-72

Melakukan validasi hasil dengan membandingkan hasil perhitungan

gabungan metode Section Technique dan Reliability Index Assessment (RIA) seperti

Tabel 4.66 dan 4.67.

Tabel 4.66 Perbandingan SAIFI Metode Section Technique-RIA dan ETAP 12.6
SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun)
Section Technique dan RIA ETAP 12.6 Selisih (%)
(gangguan/pelanggan/tahun) (gangguan/pelanggan/tahun)
0,36245 0,3682 1,6%

Tabel 4.67 Perbandingan SAIDI Metode Section Technique-RIA dan ETAP 12.6
SAIDI (jam/pelanggan/tahun)
Section Technique dan RIA ETAP 12.6 Selisih (%)
(jam/pelanggan/tahun) (jam/pelanggan/tahun)
0,13552 0,1363 0,6%

Berdasarkan Tabel 4.66 dan Tabel 4.67, terlihat selisih antara hasil indeks

keandalan SAIFI dan SAIDI menggunakan metode gabungan Section Technique

dan Reliability Index Assessment (RIA) dengan ETAP 12.6 hanya memiliki sedikit

selisih yaitu 1,6% untuk SAIFI dan 0,6% SAIDI, untuk lebih jelas dapat dilihat

pada Gambar 4.39.

SAIFI dan SAIDI


0,4 0,36245 0,3682

0,3
Hasil

0,2 0,13552 0,1363


0,1
0
SAIFI SAIDI (jam/pelanggan/tahun)
(gangguan/pelanggan/tahun)
Section Technique dan RIA ETAP 12.6
Gambar 4.39 Perbandingan SAIFI Metode Section Technique-RIA dan ETAP
12.6
IV-73

Berdasarkan Gambar 4.39, terdapat selisih antara hasil perhitungan indeks

keandalan SAIFI dan SAIDI menggunakan metode gabungan Section Technique

dan Reliability Index Assessment (RIA) dengan ETAP 12.6, indeks keandalan

SAIFI memiliki selisih yang sangat kecil yaitu sebesar sebesar 1,6%, sedangkan

untuk SAIDI memiliki selisih sebesar 0,6%, terdapat selisih baik nilai Indeks

Keandalan SAIFI maupun SAIDI tetapi sangat sedikit hal ini disebabkan oleh

perbedaan pembulatan angka, tetapi secara keseluruhan hanya memiliki perbedaan

yang sangat sedikit.

4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan dengan Standar Keandalan

Tabel 4.68 Perbandingan Nilai Indeks Keandalan SAIFI dengan Standar


Keandalan
SAIFI SPLN 68- IEEE 1366-
(gangguan/pelanggan/tahun) 2:1986 2003
Section Technique - RIA ETAP 12.6 3,2 1,4
0,36245 0,3682 Handal Handal

SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun)
3,5 3,2
3
2,5
Hasil

2 1,4
1,5
1 0,36245 0,3682
0,5
0
Section ETAP 12.6 SPLN 68- IEEE 1366-
Technique - 2:1986 2003
RIA
Gambar 4.40 Perbandingan Nilai SAIFI dengan Standar

Berdasarkan Tabel 4.68 dan Gambar 4.40, menunjukan hasil perbandingan

nilai keandalan SAIFI pada penyulang INDI berdasarkan hasil perhitungan

penggabungan metode dan ETAP 12.6 dengan standar SPLN 68-2:1986 dan IEEE
IV-74

1366-2003 penyulang INDI sudah memenuhi standar keandalan sehingga

SAIFInya dikatakan HANDAL.

Tabel 4.69 Perbandingan Nilai Indeks Keandalan SAIDI dengan Standar


Keandalan
SAIDI SPLN 68- IEEE 1366-
(jam/pelanggan/tahun) 2:1986 2003
Section Technique - RIA ETAP 12.6 21,9 2,3
0,13552 0,1363 Handal Handal

SAIDI (jam/pelanggan/tahun)
25 21,9
20
Hasil

15
10
5 2,3
0,13552 0,1363
0
Section ETAP 12.6 SPLN 68- IEEE 1366-
Technique - 2:1986 2003
RIA
Gambar 4.41 Grafik perbandingan Indeks Keandalan SAIFI dengan Standar
Keandalan

Berdasarkan Tabel 4.69 dan Gambar 4.41 terlihat nilai keandalan SAIDI

untuk telah memenuhi standar baik SPLN 68-2 :1986 ataupun IEEE 1366-2003

sehingga penyulang INDI untuk nilai SAIDInya dikatakan HANDAL.

4.6 Rekomendasi Perbaikan Keandalan Sistem Distribusi Penyulang INDI

Nilai indeks keandalan SAIFI da SAIDI sudah memenuhi standar yaitu

standar SPLN 68-2, 1986 dan IEEE Std 1366-2003, untuk membuktikan

rekomendasi perbaikkan dapat menurunkan nilai SAIFI dan SAIDI sehingga

dilakukan proses rekomendasi perbaikan dengan melakukan optimasi peletakan

recloser pada jaringan dan penambahan fuse cut out pada section yang memiliki

nilai keandalannya paling tinggi kemudian disimulasikan pada software ETAP 12.6
IV-75

untuk mengetahui perubahan nilai indeks keandalannya setelah proses rekomendasi

perbaikan.

Berdasarkan hasil analisis indeks keandalan per-section pada Tabel 4.64

Indeks Keandalan Penyulang INDIterlihat nilai indeks keandalan baik SAIFI dan

SAIDI tertinggi yaitu pada section 1 sehingga diperlukan rekomendasi perbaikan

pada section tersebut.

1. Section 1

Langkah pertama dalam rekomendasi perbaikan ini yaitu dengan melakukan

perhitungan nilai SAIFI, SAIDI dan Fitness untuk menentukan titik penempatan

Recloser dan titik penambahan Fuse Cut Out pada section 1.

Untuk optimasi penempatan recloser dan penambahan FCO, sebelumya

menghitung nilai SAIFI, SAIDI dan Fitness dari masing-masing titik beban yang

ada pada section 1 menggunakan Persamaan (2.6), (2.7) dan (2.17), sebagai contoh

perhitungan pada titik beban 1 pada section 1.

0,32583 x 472
SAIFI TB1 =
8.371

= 0,01837 gangguan/pelanggan/tahun

0,12992 x 472
SAIDI TB1 =
8.371

= 0,00733
1
FITNESS =
0,01837 𝑥 0,00733

= 933,117346
IV-76

Pada perhitungan SAIFI, SAIDI, dan Fitness untuk titik beban 1 didapatlah

nilai SAIFI 0,01837 gangguan/pelanggan/tahun, SAIDI 0,00733

jam/pelanggan/tahun dan nilai Fitness 933,117346. Untuk perhitungan titik beban

2 hingga titik beban 20 dilakukan dengan menggunakan cara yang sama.

Tabel 4.70 Nilai SAIFI, SAIDI dan FITNESS


Jumlah Indeks Keandalan
Titik Beban Pelanggan Fitness
(Unit) SAIFI SAIDI
Titik Beban 1 (SKYS) 472 0,01837 0,00733 933,117346
Titik Beban 2 (SSKY) 169 0,00658 0,00262 7278,583201
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,01627 0,00649 1189,782828
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,01179 0,00470 2264,305404
Titik Beban 5 (CJL) 878 0,03418 0,01363 269,6691264
Titik Beban 6 (ANTR) 252 0,00981 0,00391 3273,551505
Titik Beban 7 (SST) 444 0,01728 0,00689 1054,518783
Titik Beban 8 (NANG) 217 0,00845 0,00337 4414,695891
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,02647 0,01055 449,5752915
Titik Beban 10 (SSBJ) 292 0,01137 0,00453 2438,117081
Titik Beban 11 (OSR) 602 0,02343 0,00934 573,6239523
Titik Beban 12 (KHBT) 274 0,01067 0,00425 2768,975635
Titik Beban 13 (DUKR) 51 0,00199 0,00079 79924,49627
Titik Beban 14 (PST) 659 0,02565 0,01023 478,6845724
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,01296 0,00517 1874,700059
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,02343 0,00934 573,6239523
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,00004 0,00002 207883614,8
Titik Beban 18 (PMK) 651 0,02534 0,01010 490,5217656
Titik Beban 19 (CKP) 877 0,03414 0,01361 270,2844579
Titik Beban 20 (SPMK) 196 0,00763 0,00304 5411,38106

Dari Tabel 4.70 Nilai SAIFI, SAIDI dan FITNESS penempatan recloser

ditentukan melalui perbandingan SAIFI, SAIDI dan Fitness dari masing-masing

titik beban, akan dilakukan beberapa percobaan berdasarkan nilai fitnessnya dari

nilai terkecil, nilai tengah dan terbesar. Sedangkan untuk penambahan FCO
IV-77

penentuan titik penempatannya berdasarkan titik beban yang berada pada titik

beban percabangan dikarenakan mengacu pada section 2, 3, 4, 5, dan 7 pemasangan

FCO akan optimal dipasang pada titik beban yang ada pada percabangan. Untuk

titik beban yang ada dipercabangan ditampilkan pada Tabel 4.71.

Tabel 4.71 SAIFI, SAIDI dan FITNESS pada Titik Beban Percabangan
Jumlah Indeks Keandalan
Titik Beban Pelanggan Fitness
(Unit) SAIFI SAIDI
Titik Beban 3 (KCDA) 418 0,01627 0,00649 1189,782828
Titik Beban 4 (CJLI) 303 0,01179 0,01179 0,01179
Titik Beban 9 (SBJ) 680 0,00470 0,00470 0,00470
Titik Beban 14 (PST) 659 0,02565 0,01023 478,6845724
Titik Beban 15 (SPST) 333 0,01296 0,00517 1874,700059
Titik Beban 16 (PBSP) 602 0,02343 0,00934 573,6239523
Titik Beban 17 (ISRO) 1 0,00004 0,00002 207883614,8

1. Optimasi Recloser

 Percobaan 1: berdasarkan Tabel 4.70 peletakan recloser pada nilai Fitness

terkecil yaitu pada titik beban 5 seperti Gambar 4.42.

Gambar 4.42 Peletakan Recloser pada Titik Beban 5


IV-78

 Percobaan 2: berdasarkan Tabel 4.70 peletakan recloser pada nilai Fitness

terbesar yaitu pada titik beban 17 seperti pada Gambar 4.43.

Gambar 4.43 Peletakan Recloser pada Titik Beban 17

 Percobaan 3: berdasarkan Tabel 4.70 peletakan recloser pada nilai tengah

Fitness yaitu pada titik beban 10 seperti pada Gambar 4.44.

Gambar 4.44 Peletakan Recloser pada Titik Beban 10


IV-79

Setelah menerapkan percobaan 1, 2 dan 3 pada penyulang INDI didapatkan

hasil analisa yang menunjukan bahwa pada percobaan 3 adalah percobaan yang

paling optimal. Hasil simulasi keandalan penyulang INDI pada saat pemindahan

recloser berdasarkan percobaan 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 4.44, Gambar

4.45 dan Gambar 4.46.

Gambar 4.45 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 1

Berdasarkan Gambar 4.44, hasil dari percobaan 1 yaitu:

SAIFI = 0,3414 gangguan/pelanggan/tahun

SAIDI = 0,1128 jam/pelanggan/tahun.

Gambar 4.46 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 2

Berdasarkan Gambar 4.46, hasil dari percobaan 2 yaitu:

SAIFI = 0,3204 gangguan/pelanggan/tahun

SAIDI = 0,1088 jam/pelanggan/tahun.

Gambar 4.47 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 3


IV-80

Berdasarkan Gambar 4.47, hasil dari percobaan 2 yaitu:

SAIFI = 0,2874 gangguan/pelanggan/tahun

SAIDI = 0,0988 jam/pelanggan/tahun.

Tabel 4.72 Perbandingan Indeks Keandalan berdasarkan Letak Recloser


Indeks Keandalan Sistem
Kondisi SAIFI SAIDI
(gangguan/pelanggan/tahun) (jam/pelanggan/tahun)
Perhitungan ETAP 0,3682 0,1363
Percobaan 1 0,3414 0,1128
Percobaan 2 0,3204 0,1088
Percobaan 3 0,2874 0,0988

Berdasarkan Tabel 4.72 perbandingan indeks keandalan dari setiap

percobaan peletakan recloser didapatkan hasil bahwa pada percobaan 3 merupakan

hasil yang paling baik sehingga dapat diartikan peletakan recloser yang tepat dapat

menurunkan nilai indeks keandalan baik SAIFI dan SAIDI.

2. Penambahan Fuse Cut Out pada Titik Beban Percabangan

Berdasarkan .

Tabel 4.71 penambahan FCO pada titik percabangan akan dilakukan

berdasarkan nilai Fitnes terendah, tertinggi dan seluruh cabang sehingga

mendapatkan nilai yang paling baik.

 Percobaan 1-1 (Nilai FITNESS terbesar)


IV-81

Gambar 4.48 Pemasangan FCO pada Fitness tertinggi (TB 17)

Gambar 4.49 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 1-1

Berdasarkan Gambar 4.48 dan Gambar 4.49, hasil untuk percoban 1-1:

SAIFI = 0,2546 gangguan/pelanggan/tahun

SAIDI = 0,1096 jam/pelanggan/tahun.

 Percobaan 1-2 (Nilai FITNESS terkecil)


IV-82

Gambar 4.50 Pemasangan FCO pada Fitness terendah (TB 9)

Gambar 4.51 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 1-2

Berdasarkan Gambar 4.50 dan Gambar 4.51, hasil untuk percoban 1-2:

SAIFI = 0,2789 gangguan/pelanggan/tahun

SAIDI = 0,1088 jam/pelanggan/tahun.


IV-83

 Percobaan 1-3 (Dengan 7 FCO)

Gambar 4.52 Pemasangan FCO pada seluruh Cabang (TB 3,4,9,14,15,16, dan 17)

Gambar 4.53 Hasil Simulasi Indeks Keandalan Percobaan 1-3

Berdasarkan Gambar 4.52 dan Gambar 4.53, hasil untuk percoban 1-3 adalah

SAIFI = 0,1946 gangguan/pelanggan/tahun

SAIDI = 0,1106 jam/pelanggan/tahun.

Tabel 4.73 Perbandingan Indeks Keandalan setelah Penambahan Fuse Cut Out
Indeks Keandalan Sistem
Kondisi SAIFI SAIDI
(gangguan/pelanggan/tahun) (jam/pelanggan/tahun)
Perhitungan ETAP 0,3682 0,1363
Percobaan 1-1 0,2546 0,1096
Percobaan 1-2 0,2789 0,1088
Percobaan 1-3 0,1946 0,1106

Berdasarkan Tabel 4.73, terlihat nilai SAIFI dan SAIDI terbaik yaitu pada

percobaan 1-3 dimana pada seluruh saluran percabangan yang ada pada section 1
IV-84

dilakukan pemasangan FCO yang membuat gangguan yang terjadi akan terisolasi

dengan adanya FCO serta memperkecil jarak saluran sehingga dapat menurunkan

nilai frekuensi gangguan pada titik beban (λi TB) dan durasi pemadaman (U TB)

yang membuat nilai SAIFI dan SAIDInya semakin baik.

Untuk mengatasi kenaikkan jumlah pelanggan pada titik beban maka dapat

dilakukan dengan pemecahan beban dengan mengacu pada data beban yang

dilayani sehingga pemecahan beban ini dapat dilakukan secara optimal. Contoh

pemecahan beban dilakukan pada titik beban pada section 1 yaitu pada titik beban

4.

 Data Transformator dan Pembebanan pada Titik Beban 4

Tabel 4.74 Data Titik Beban 4


Gardu CJLI
Penyulang INDI
Wilayah
RAJAPOLAH
Kerja
Merk Trafo B&D
Daya Trafo 100 kVA
Jumlah Plgn 303
Daya Pelanggan
450 204
900 97
1300 2

Berdasarkan Tabel 4.74 dilakukan pemecahan beban dengan membagi

jumlah pelanggan berdasarkan daya yang terpasang seperti pada Tabel 4.75.

Tabel 4.75 Pemecahan Jumlah Pelanggan


Pelangan
Daya
TB4-1 TB4-2
450 102 102
900 48 49
IV-85

Pelangan
Daya
TB4-1 TB4-2
1300 1 1
Total pelanggan 151 152

Berdasarkan Tabel 4.75 dapat disimulasikan pada ETAP 12.6 seperti

Gambar 4.54.

Gambar 4.54 Pemecahan Jumlah Pelanggan pada Titik Beban 4

Gambar 4.55 Hasil Indeks Keandalan setelah Pemecahan Titik Beban 4

Berdasarkan Gambar 4.54 dan Gambar 4.55, proses pemecahan beban dan

hasil running didapatkan nilai

SAIFI = 0,1747 gangguan/pelanggan/tahun

SAIDI = 0,1001 jam/pelanggan/tahun.


IV-86

Tabel 4.76 Perbandingan Indeks Keandalan setelah Pemecahan Titik Beban 4


Indeks Keandalan Sistem
Kondisi SAIFI SAIDI
(gangguan/pelanggan/tahun) (jam/pelanggan/tahun)
Perhitungan ETAP 0,3682 0,1363
Percobaan 1-1 0,2546 0,1096
Percobaan 1-2 0,2789 0,1088
Percobaan 1-3 0,1946 0,1106
Pemecahan Titik
0,1747 0,1001
Beban 4

Berdasarkan Gambar 4.54 dan Gambar 4.55, proses pemecahan beban dan

hasil running didapatkan nilai

SAIFI = 0,1747 gangguan/pelanggan/tahun

SAIDI = 0,1001 jam/pelanggan/tahun

Berdasarkan Tabel 4.76, Gambar 4.54 dan Gambar 4.55, proses pemecahan

beban dan hasil running didapatkan nilai SAIFI = 0,1747

gangguan/pelanggan/tahun dan SAIDI = 0,1001 jam/pelanggan/tahun. berdasarkan

Tabel 4.76 nilai indeks keandalannya mengalami penurunan hal tersebut

dikarenakan jumlah titik beban menjadi lebih sedikit hal ini sejalan dengan analisis

menggunakan metode gabungan section technique dan RIA dimana semakin

banyak jumlah pelanggan pada suatu titik beban maka semakin besar pula nilai

SAIFI dan SAIDInya, namun dalam melakukan pemecahan beban ini saat

dilapangan harus menyesuaikan letak pelanggan tidak hanya langsung membagi

jumlah pelanggan menjadi 2 titik beban, maka oleh itu solusi pemecahan beban ini

hanya untuk membuktikan bahwa dengan pemecahan beban dapat memperbaiki

nilai keandalan suatu jaringan distribusi.


IV-87

Berdasarkan hasil rekomendasi perbaikan percobaan 1-3 maka didapat nilai

indeks keandalan SAIFI dan SAIDI sesudah dan sebelum perbaikan pada Tabel

4.77 dan Tabel 4.78.

Tabel 4.77 Hasil Simulasi ETAP Indeks Keandalan SAIFI Setelah Perbaikan
Indeks Keandalan
SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun)
Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan Selisih
0,3682 0,1946 47,158%

Tabel 4.78 Hasil Simulasi ETAP Indeks Keandalan SAIDI Setelah Perbaikan
Indeks Keandalan
SAIDI (jam/pelanggan/tahun)
Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan Selisih
0,1363 0,1106 18,86%

SAIFI dan SAIDI


0,4 0,3682
0,35
0,3
0,25 0,1946
Hasil

0,2
0,1363
0,15 0,1106
0,1
0,05
0
SAIFI SAIDI (jam/pelanggan/tahun)
(gangguan/pelanggan/tahun)
Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
Gambar 4.56 SAIFI dan SAIDI Sebelum dan Sesudah Rekomendasi Perbaikan

Berdasarkan Gambar 4.56, dari rekomendasi perbaikan indeks keandalan

didapat hasil SAIFI penyulang INDI dimana dengan dilakukannya optimasi

recloser dengan memindahkan letak posisinya dan penambahan peralatan fuse cut

out pada titik beban yang ada dipercabangan pada section 1 yang awalnya bernilai

0,3682 gangguan/pelanggan/tahun turun menjadi sebesar 0,1946


IV-88

gangguan/pelanggan/tahun. Sedangkan untuk SAIDInya yang awalnya bernilai

0,1363 jam/pelanggan/tahun turun menjadi bernilai 0,1106 jam/pelanggan/tahun.

4.7 Perbandingan Hasil Rekomendasi Dengan Standar

Berdasarkan hasil rekomendasi perbaikan yang telah dilakukan maka

didapatkan nilai indeks keandalan SAIFI dan SAIDI dibandingkan dengan standar.

Tabel 4.79 Perbandingan Nilai SAIFI setelah Perbaikan dengan Standar


SAIFI SPLN 68- IEEE 1366-
(gangguan/pelanggan/tahun) 2:1986 2003
ETAP 12.6 3,2 1,4
0,1946 Handal Handal

Tabel 4.80 Perbandingan Nilai SAIDI setelah Perbaikan dengan Standar


SAIDI SPLN 68- IEEE 1366-
(jam/pelanggan/tahun) 2:1986 2003
ETAP 12.6 21,9 2,3
0,1106 Handal Handal

SAIFI (gangguan/pelanggan/tahun)
4
3,2
3
Hasil

2 1,4
1
0,1946
0
ETAP 12.6 SPLN 68-2:1986 IEEE 1366-2003
Gambar 4.57 Perbandingan Nilai SAIFI setelah Perbaikan dengan Standar
IV-89

SAIDI (jam/pelanggan/tahun)
25 21,9
20
15
Hasil

10
5 2,3
0,1106
0
ETAP 12.6 SPLN 68-2:1986 IEEE 1366-2003
Gambar 4.58 Perbandingan Nilai SAIDI setelah Perbaikan dengan Standar

Berdasarkan Tabel 4.79 dan Tabel 4.80 serta Gambar 4.57 dan Gambar

4.58, dari hasil rekomendasi perbaikan untuk nilai indeks keandalan baik SAIFI dan

SAIDI setelah perbaikan sudah memenuhi kedua standar SPLN 68-2 :1986 dan

IEEE Std. 1366-2003 sehingga dapat dikatakan HANDAL.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan akan menarik suatu kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan dan saran yang berisis masukan guna kesempurnaan

dari penelitian ini yaitu:

1. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode gabungan section

technique dan reliability index assessment (RIA) diperoleh nilai indeks

keandalan penyulang INDI untuk SAIFI pada Section 1 yaitu 0,32578

gangguan/pelanggan/tahun, Section 2 yaitu 0,00323 gangguan/pelanggan/tahun,

Section 3 yaitu 0,00247 gangguan/pelanggan/tahun, Section 4 yaitu 0,00379

gangguan/pelanggan/tahun, Section 5 yaitu 0,00495 gangguan/pelanggan/tahun,

Section 6 yaitu 0,02014 gangguan/pelanggan/tahun, Section 7 yaitu 0,00209

gangguan/pelanggan/tahun dengan total keseluruhan nilai SAIFI yaitu 0,36245

gangguan/pelanggan/tahun, dan SAIDI pada Section 1 yaitu 0,12992

jam/pelanggan/tahun, Section 2 yaitu 0,00048 jam/pelanggan/tahun, Section 3

yaitu 0,00038 jam/pelanggan/tahun, Section 4 yaitu 0,00057

jam/pelanggan/tahun, Section 5 yaitu 0,00073 jam/pelanggan/tahun, Section 6

yaitu 0,00314 jam/pelanggan/tahun dan Section 7 yaitu 0,0003

jam/pelanggan/tahun dengan total nilai SAIDI sebesar 0,13552

jam/pelanggan/tahun.

V-1
V-2

2. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode gabungan section

technique dan reliability index assessment (RIA) dan simulasi ETAP 12.6 untuk

nilai indeks keandalan SAIFInya untuk metode gabungan sebesar 0,36245

gangguan/pelanggan/tahun dan untuk simulasi ETAP 12.6 sebesar 0,3682

gangguan/pelanggan/tahun sudah memenuhi standar dari IEEE Std. 1366-2003

yaitu sebesar 1,4 gangguan/pelanggan/tahun dan standar SPLN 68-2: 1986 yaitu

sebesar 3,2 gangguan/pelanggan/tahun, untuk nilai indeks keandalan SAIDInya

untuk metode gabungan sebesar 0,13552 jam/pelanggan/tahun dan untuk

simulasi ETAP 12.6 sebesar 0,1363 jam/pelanggan/tahun sudah memenuhi

standar SPLN 68-2:1986 3,2 jam/pelanggan/tahun dan standar dari IEEE Std.

1366-2003 2,4 jam/pelanggan/tahun, sehingga penyulang INDI dapat dikatakan

HANDAL.

3. Berdasarkan hasil rekomendasi perbaikkan dengan melakukan optimasi

recloser berupa pemindahan letaknya pada titik beban 10 dan menambahkan

pemasangan peralatan dan fuse cut out pada setiap titik cabang pada section 1

(titik beban 3,4,9,14,15,16,dan 17) menggunakan ETAP 12.6 mengalami

perbaikan nilai indeks keandalan yang semula nilai indeks keandalan SAIFInya

sebesar 0,3682 gangguan/pelanggan/tahun turun menjadi 0,1946

gangguan/pelanggan/tahun. Nilai SAIDI sebelum perbaikan sebesar 0,1363

jam/pelanggan/tahun dan sesudah perbaikan yaitu 0,1106 jam/pelanggan/tahun

sehingga rekomendasi perbaikkan dapat menurunkan nilai SAIFI dan SAIDI

dari suatu penyulang.


V-3

5.2 Saran

Penelitian ini tentu masih memiliki banyak kekurangan sehingga berikut

merupakan saran yang bisa dikembangkan untuk penelitian selanjutnya :

1. Menggunakan metode lain sebagai pembanding untuk mengetahui nilai

keandalan suatu penyulang.

2. Menggunakan software Matlab sebagai validasi hasil perhitungan keandalan

sistem distribusi.

3. Dalam proses pemecahan beban dengan membagi jumlah pelanggan lebih

meperhatikan letak pelanggan yang akan dipindahkan sehingga hasilnya sesuai

dengan dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Arigandi, Gusti Putu Budi, Rukmi Sari Hartati, and Antonius Ibi Weking. 2015.
“Analisa Keandalan Sistem Distribusi Penyulang Kampus Dengan
Menggunakan Penggabungan Metode Section Tecknique Dan Ria.” Majalah
Ilmiah Teknologi Elektro 14(2):1. doi: 10.24843/mite.2015.v14i02p01.
B.Sinurat, Debora Indah Sari. 2013. “INOVASI SISTEM TENAGA LISTRIK
DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN LISTRIK DI INDONESIA
TERUTAMA DI DAERAH TERPENCIL.” 53(9):1689–99.
Binilang, Rizky B., Hans Tumaliang, Fielman Lisi, and Jurusan Teknik Elektro-ft.
2017. “Studi Analisa Rugi Daya Pada Saluran Distribusi Primer 20 Kv Di Kota
Tahuna.” Jurnal Teknik Elektro Dan Komputer 6(2):69–78.
Fatoni, Achmad. 2016. “ANALISA KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV
DI PT.PLN RAYON LUMAJANG DENGAN METODE FMEA (FAILURE
MODES AND EFFECT ANALYSIS).”
Hardianto, Doni. 2017. Analisis Keandalan Sistem Distribusi. Vol. UMP.
Hartawan, Kadek Joni. 2012. “Analisis Penggunaan Recloser Dan Loop Scheme
Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Pada Penyulang Penebel.” Analisis
Penggunaan Recloser Dan Loop Scheme Untuk Meningkatkan Mutu
Pelayanan Pada Penyulang Penebel 03969:4–34.
Hidayat, Latifah Indrayani, Ahmad Rizal Sultan, and Alamsyah Achmad. 2022.
Analisis Keandalan Sistem Distribusi 20 KV ULP Sungguminasa Penyulang
Pallangga Menggunakan Metode Section Technique Dan Reliability Index
Assessment (RIA). Vol. 1.
IEEE Guide for Electric Power Distribution Reliability Indices. 2004. IEEE Guide
for Electric Power Distribution Reliability Indices," in IEEE Std 1366-2012
(Revision of IEEE Std 1366-2003) , Vol., No., Pp.1-43, 31 May 2012 Doi:
10.1109/IEEESTD.2012.6209381. Vol. 2003.
Jufrizel, MT, and Rahmat Hidayatullah. 2017. “Analisa Keandalan Sistem
Distribusi 20KV Menggunakan Metode Section Technique Dan Ria – Section
Technique Pada Penyulang Adi Sucipto Pekanbaru.” Seminar Nasional

xviii
Teknologi Informasi, Komunikasi Dan Industri (SNTIKI) 9:417–23.
Luis, Jaime, Rukmi Sari Hartati, Widyadi Setiawan, Jaime Luis, Rukmi Sari
Hartati, and Widyadi Setiawan. 2018. “LEMBONGAN MENGGUNAKAN
METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION- FUZZY.” 5(2):129–38.
Maliky, Alen Tri. Haryudo, Subuh Isnur. 2020. “ANALISIS KEANDALAN
SISTEM DISTRIBUSI 20kV PADA PENYULANG PEJANGKUNGAN DI
PT PLN PASURUAN MENGGUNAKAN METODE RIA ( RELIABILITY
INDEX ASSESMENT ).” Keandalan Sistem Tenaga Listrik Jaringan
Distribusi 20kV Pada Penyulang Pejangkungan Dengan Metode RIA
09(01):835–43.
Mangera, Paulus. 2019. “ANALISIS RUGI TEGANGAN JARINGAN.” 1(2):61–
69.
Muhammad Fayyadl, Tejo Sukmadi, Bambang Winardi. 2011. “Rekonfigurasi
Jaringan Distribusi Daya Listrik Dengan Metode Algoritma Genetika.”
Muntasyir, Muhammad Wahid. 2018. “Studi Analisis Keandalan Sistem Distribusi
20 Kv Pada Pt. Pln Rayon Palur.”
Perdana, Wiwied Putra, Rini Nur Hasanah, and Harry S. Dachlan. 2009. “Primer
Tipe Radial Gardu Induk Blimbing.” III(1):6–12.
PLN, PT. 1986. “Spln 68-2, 1986.”
Rochman, Nur Mukhamad Zaidatur. 2017. ANALISIS KEANDALAN SISTEM
DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY INDEX
ASSESSMENT PADA PENYULANG KTN 4 GARDU INDUK KENTUNGAN.
Vol. 87.
Suhadi, and Tri Wrahatnolo. 2008. Pembinaan, Direktorat Menengah, Sekolah.
Suripto, Slamet. 2016. “Buku Ajar Sistem Tenaga Listrik.” 1–4.
Suswanto, Daman. 2009. “Teknik Dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik.” Sistem
Distribusi Tenaga Listrik 137–80.
UU No. 30 Thn. 2009. n.d. “UU No. 30 Thn. 2009.” 27(7).
Wicaksono, Januar Endhik, and Diding Suhardi. 2019. “Analisis Keandalan Sistem
Distribusi Penyulang Lowokwaru Menggunakan Metode Ria ( Reliability
Index Assessment ).” 1(2):108–15.

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. SPLN 68-2 : 1986)

xx
Lampiran 2. Standar SPLN No. 68-2: 1986

xxi
xxii

Anda mungkin juga menyukai