Anda di halaman 1dari 104

ANALISIS PENGERUH PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM

PENERANGAN DAN SISTEM PENDINGIN RUANGAN AIR CONDITIONER


(AC) PADA HOTEL GARUDA PLAZA MEDAN

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (SI) Teknik Elektro Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Pembangunan Panca Budi
Medan

SKRIPSI
OLEH:

NAMA : M FAJAR SIDIQ


NPM : 1614210073
PROGRAM STUDI : TEKNIK ELEKTRO
PEMINATAN : TEKNIK ENERGI LISTRIK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2020
ANALISIS PENGERUH PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM
PENERANGAN DAN SISTEM PENDINGIN RUANGAN AIR CONDITIONER
(AC) PADA HOTEL GARUDA PLAZA MEDAN

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (SI) Teknik Elektro Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Pembangunan Panca Budi
Medan

SKRIPSI
OLEH:

NAMA : M FAJAR SIDIQ


NPM : 1614210073
PROGRAM STUDI : TEKNIK ELEKTRO
PEMINATAN : TEKNIK ENERGI LISTRIK

Diketahui dan Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr.Rahmaniar, S.T., M.T M. Rizky Syahputra, S.T., M.T

Diketahui dan Disahkan Oleh :

Dekan fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Teknik Elektro

Hamdani, S.T., M.T Siti Anisah, S.T., M.T


ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK
PADA SISTEM PENERANGAN DAN SISTEM PENDINGIN AIR
CONDITIONER PADA HOTEL GARUDA PLAZA MEDAN
M Fajar Sidiq*
Rahmaniar**
Muhammad Rizky Syaputra**
Universitas Panca Budi

ABSTRAK

Konsumsi energi listrik di Hotel Garuda Plaza Medan mengalami peningkatan setiap
tahunya, sehingga perlu dilakukan perhitungan ulang komsumsi energi listrik guna
mengetahui apakah Intensitas Konsumsi Energi efisien dan mencari peluang alternatif
penghematanya serta biaya pengeluaran. Penghematan listrik menjadi solusi yang
harus digunakan pemerintah untuk mengurangi beban puncak. Dalam tugas akhir ini,
penulis diawali dengan pengumpulan data historis gedung Hotel Garuda Plaza
Medan. Besar Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dalam 19 bulan terakhir sebesar 355
kWh/m2/tahun yang menunjukan melebihi standart untuk bangunan hotel sebesar 300
kWh/m/tahun sehingga dapat digolongkan dalam kriteria penggunaa listrik tidak
efisien. Oleh sebab itu dilakukan analisa tahap 2 dengan mengimplementasikan PHE
dengan menggunakan AC berteknologi Inverter maka di dapat hasil IKE sebesar
282,3 kWH/m2/tahun telah termasuk kategori efisien karena tidak melewati IKE
listrik gedung Hotel sebesar 300 kWH/m2/tahun

Kata kunci : Audit Energi, Hotel Garuda Plaza Medan, Intensitas Konsumsi Energi
(IKE), Hemat Energi,

* Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro: fajarsidiq33@gmail.com

**Dosen Program Studi Teknik Elektro.

i
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK
PADA SISTEM PENERANGAN DAN SISTEM PENDINGIN AIR
CONDITIONER PADA HOTEL GARUDA PLAZA MEDAN

M Fajar Sidiq*
Rahmaniar**
Muhammad Rizky Syahputra**
Universitas Pembangunan Panca Budi

ABSTRACK

The consumption of electrical energy at the Hotel Garuda Plaza Medan has
increased every year, so it is necessary to recalculate the consumption of electrical
energy in order to find out whether the Energy Consumption Intensity is efficient and
to look for alternative savings opportunities and expenditure costs. Saving electricity
is a solution that must be used by the government to reduce peak loads. In this final
project, the writer begins with collecting historical data of the Garuda Plaza Medan
Hotel building. Then calculate the Energy Consumption Intensity (IKE) of electricity
for the last 19 months from the electricity bill data in the Garuda Plaza Hotel Medan,
which is 282,3 kWh / m2 / year. Followed by measuring the level of lighting and air
conditioning in each room. From the results of the IKE calculation, it will be known
the efficiency level of electricity consumption in the Garuda Plaza Medan Hotel
building. Increasing the efficiency of electricity consumption at the Garuda Plaza
Medan hotel in the lighting sector or lighting and air conditioning can be done by
using led lighting and inverter technology for air conditioning which is very good to
reduce waste of electrical energy.

Keywords: Energy Audit, Hotel Garuda Plaza Medan, Energy Consumption Intensity
(IKE), Energy Saving,

* Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro: fajarsidiq33@gmail.com

**Dosen Program Studi Teknik Elektro

ii
KATA PENGANTAR

Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas

rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini,

serta shalawat beriring salam penulis hadiahkan ke junjungan Nabi Muhammad

SAW.

Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu

ayahanda ( ayah ), dan Ibunda ( ibu ), serta saudara-saudariku tercinta yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, yang merupakan bagian hidup penulis yang senantiasa

mendukung dan mendo’akan dari sejak penulis lahir hingga sekarang.

Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu Teknik

Elektro, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Pembangunan Panca Budi

Medan, Adapun judul Tugas Akhir ini adalah :

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM

PENERANGAN DAN SISTEM PENDINGIN (AIR CONDITIONER) PADA

HOTEL GARUDA PLAZA MEDAN

iii
Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian tugas akhir ini, penulis

banyak berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. M. Isa Indrawan, S.E., M.M, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Panca Budi Medan.

2. Bapak Hamdani S.T., M.T, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.

3. Ibu Siti Anisah, S.T., M.T, selaku Kepala Program Studi Teknik Elektro

Universitas Pembangunanan Panca Budi Medan.

4. Ibu Dr. Rahmaniar, S.T., M.T, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan pengalaman dan pengetahuan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Muhammad Rizky Syaputra S.T, M.T, selaku Dosen Pembimbing II

yang telah memberikan pengalaman dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

6. Seluruh Staff di Hotel Garuda Plaza Medan terkhusus Pak M Hardi S.T, dan

Pak M Ridwan S.T, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas

Akhir ini.

7. Teman-teman angkatan ‘16, Angga Sudrajad, Ade Evan, Noyan Batara,

Khudaifi Deski, Dery Siagian, Syahramlan Tanjung, Wahyu Surono, Fahri

Fauzan, Abangda Renol, Abangda Welden, Leo, Yahya Koto, Iqbal Syahroni,

Abrian Siregar, dan teman-teman Elektro yang tidak dapat disebut satu

persatu, terima kasih atas dukungannya.

iv
8. Abang senior dan adik junior yang mau berbagi pengalaman, masukan, dan

motivasi kepada penulis.

9. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya.

Kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan dan mengembangakan kajian

dalam bidang ini sangat penulis harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberi

manfaat khususnya bagi penulis pribadi maupun bagi semua pihak yang

membutuhkannya. Dan hanya kepada allah SWT-lah penulis menyerahkan diri.

Medan, 16 juni 2013

M FAJAR SIDIQ
NPM:1614210073

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 5

1.6 Metode Pengumpulan Data 5

1.7 Sistematika Penulisan 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Bentuk dan Sifat Energi 8

2.2 Satuan Energi Listrik 8

2.3 Energi Listrik 9

vi
2.4 Pelanggan Listrik 10

2.5 Tarif Dasar Listrik 11

2.6 Beban Listrik 26

2.6.1 Beban Sistem Penerangan 26

2.6.2 Beban Sistem Pendingin 31

2.6.3 Beban Air Conditioning 32

2.7 Konversi BTU (Britisth Thermal Unit) ke Pk 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian 38

3.2. Flowchar program 39

3.3. Kinerja Beban Listrik 42

3.4. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) 45

BAB IV ANALISIS PENGOLAHANAN DATA

4.1. Pengelolahan Data 49

4.2. Dasar Perhitungan 56

4.3. Perhitungan Hasil Penelitian 61

4.4. Perhitungan dan Analisa Tahap 2 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 89

5.2. Saran 91

vii
DAFTAR PUSTAKA 92

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian 39

Gambar 3.2 Segitiga Daya 45

Gambar 4.1 Layout Hotel Lantai 5 dan 6 50

Gambar 4.2 Layout Hotel Lantai 3 dan 4 51

Gambar 4.3 Layout Hotel Lantai 1 dan 2 52

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan kWH Lampu dan AC 75

Gambar 4.5 Grafik Kerja AC Inverter dan AC Non Inverter 80

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Konversi Satuan Energi 9

Tabel 2.2 Tarif Dasar listrik Sektor Sosial 12

Tabel 2.3 Tarif Dasar Lisrtik Sektor Rumah Tangga 14

Tabel 2.4 Tarif Dasar Sektor Bisnis 16

Tabel 2.5 Tarif Dasar Listrik Sektor Indusrti 19

Tabel 2.6 Tarif untuk Keperluan Kantor dan KPU 21

Tabel 2.7 Tarif Dasar Listrik Sektor Traksi 23

Tabel 2.8 Tarif Dasar Sektor Curah (BULK) 24

Tabel 2.9 Tarif Dasar Listrik Keperluan Pelayanan Khusus 25

Tabel 2.10 Speksifikasi Lampu 31

Tabel 2.11 Kriteria IKE bangunan gedung tidak ber-AC 47

Tabel 2.12 Kriteria IKE bangunan gedung ber-AC 48

Tabel 4.1 Data Luas bangunan Hotel Garuda Plaza 53

Tabel 4.2 Data Perhitungan Total Kwh Lampu pada hotel 61

Tabel 4.3 Perhitungan total Kwh AC 68

Tabel 4.4 Besar IKE selama 1 tahun 77

Tabel 4.5 Perbandingan Daya AC Standart dengan AC Inverter 80

Tabel 4.6 Perhitungan tahap 2 kWH AC 82

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hotel merupakan salah satu pengguna energi terbesar. Seiring dengan

meninggkatnya tarif biaya energi, untuk memberikan kualitas pelayanan yang terbaik,

biaya operasional dimana hingga 30%. (Elyza, N 2005)

di antaranya adalah komponen pembelian energi juga meningkat dengan

signifikan. Sebelum krisis 1997, komponen biaya energi di perhotelan hanya

mencapai 10%. (Elyza, N 2005)

Analisis energi hotel merupakan suatu metode untuk mengetahui kebutuhan

energi pada suatu hotel yang mencakup sistem penerangan dan sistem pendingin air

conditioner (AC) umumnya mencapai 70% dari total penggunaan energi pada

bangunan hotel. (Pramuditiya, 2012)

Penggunaan energi listrik sering sekali tidak terkontrol akibat konsumsi yang

berlebihan dalam penggunaannya. Masalah energi listrik menjadi bahan hangat untuk

dikaitkan dalam berbagai aktifitas. Meningkatkan efisiensi untuk mengurangi tingkat

keborosan menjadi kata kunci dalam penyelesaian masalah yang terjadi akibat

penggunaan energi listrik tersebut.

Segala hal dilakukan produsen penyedia sistem kelistrikan dalam

meminimalisir penggunana energi listrik tersebut. Dalam penerapanya menggunakan

lampu irit energi menjadi salah satu penyelsaian masalah krisis energi listrik yang

terjadi di negara kita ini. Ini disebabkan perbedaan pola konsumsi energi listrik setiap

1
2

ruangan yang tidak merata dan sering boros. Lampu irit energi menjadi hits baru bagi

konsumsi listrik yang berlebih.

Program substitusi lampu irit energi untuk menggantikan penggunanaan lampu

pijar dan lampu fluorescent (TL) yang masih ada di pergunakan oleh sebagian besar

konsumen atau pelanggan PLN, Dimna kedua lampu tersebut dianggap memiliki

beberapa kelemahan diantaranya berpotensi merugikan penggunanya, terutama pada

konsumsi energi kedua lampu tersebut.

Meminimalisir kerja pendingin ruangan dengan suhu sesuai standart menjadi

salah satu penyelesaian masalah krisis energi listrik yang telah terjadi di negara kita.

Selain dilakukan perawatan dan pencucician secara berskala, penggantian pendingin

yang berusia diatas lima tahun juga harus di lakukan, karana semakin lama usia

pendinginnya semakin tidak normal pula daya yang digunakan pendinginya. Selain

itu upaya yang harus dilakukan secara sederhana yaitu mematikan lampu ataupun

pendingin ruang-ruangan dan kamar-kamar yang tidak di pergunakan.

Semakin meningkatnya penggunaan energi, sejalan dengan perkembangan

perekonomian dan industri, maka disadari juga pentingnya penghematan energi pada

sisi pemakaian. Hal ini tertuang dalam intruksi presiden (INPRES) No.13 tahun 2011

tertanggal 11 Agustus 2011, yang dikeluarkan oleh pemerintah republic Indonesia,

tentang penghematan energi dan air. Terutama ditunjukan terhadap sistem

pencahayaan gedung dan sistem pendingin air conditioner (AC), perlengkapan kantor

yang menggunakan listrik. (Inpres, 2011)

Hotel Garuda Plaza meupakan salah satu potensi terjadinya pomborosan energi

listik pada saat tamu keluar kamar lampu, televisi, dan pendingin ruangan (AC) masih
3

nyala. Penghemat untuk mengurangi pemakaian listrik wajib dilaksanakan demi

ketersediaannya energi dimasa yang akan datang. Ini harus dilakukan sebagai upaya

nyata penghemat energi salah satunya adalah dengan peningkatan efisiensi

penggunaan energi listrik.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah konservasi energi.

Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses

penghemat energi. Dalam proses ini meliputi adanya pengevaluasian pada pengguna

energi listrik dan menghitung tingkat kosumsi energi suatu hotel, yang mana hasilnya

nanti dilakukan perbandingan dengan standart yang berlaku untuk kemudian dicari

pemecahan masalah pada penghematannya.

Bedasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian,

sehingga mengambil judul: “ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ENERGI

LISTRIK PADA SISTEM PENERANGAN DAN SISTEM PENDINGIN (AIR

CONDITIONER) PADA HOTEL GARUDA PLAZA MEDAN’’

Dalam melakukan penyelesaian masalah berdasarkan judul skripsi yang

diangakat oleh penulis, maka akan melakukan perhitungan terhadap besar kecilnya

konsumsi energi suatu hotel, dalam hal ini hasilnya akan dibandingkan dengan

standart yang seharusnya untuk mencari solusi terhadap penghematannya.

2.2 Rumusan masalah

Dalam rumusan masalah ini peneliti hanya akan membahas beberapa

pertanyaan yang nantinya akan dibahas dan diselesaikan dalam penelitian ini,

diantaranya:
4

1. Bagaimana cara menghitung dan menentukan konsumsi listrik pada

pencahayaan dan pendingin ruangan sesuai data yang di dapat.

2. Bagaimana mencari peluang-peluang untuk penghemat energi pada Hotel

Garuda Plaza Medan.

3. Apakah IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada penerangan dan pendingin

ruangan disebuah Hotel Garuda Plaza sudah sesuai dengan (SNI) Standart

Nasional Indonesia.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil pembahasn yang maksimal, maka penulis perlu

membatasi masalah yang akan di bahas. Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir

Ini adalah :

1. Pengukuran dan analisa dilakukan hanya pada komponen dengan tinggkat

konsumsi yang meliputi penerangan dan pendingin Air Conditioner (AC).

2. Membatasi ruang lingkup dengan tidak membahas mengenai genjala-gejala

dan sistem proteksi yang terdapat pada sistem.

3. Analisis perhitungan hanya dilakukan pada AC dan lampu.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitan ini adalah;

1. Untuk menghitung dan menentukan konsumsi listrik pada pencahayaan dan

pendingin ruangan sesui data yang di dapat.

2. Untuk mencari peluang-peluang untuk penghemat energi pada Hotel Garuda

Plaza Medan.
5

3. Untuk menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada penerangan dan

pendingin ruangan disebuah Hotel Garuda Plaza sudah sesuai dengan (SNI)

Standart Nasional Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manafaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menghitung dan menentukan konsumsi listrik pada pencahayaan dan

pendingin ruangan sesuai data yang didapat.

2. Dapat mencari peluang-peluang untuk menghemat energi pada Hotel Garuda

Plaza Medan.

3. Dapat menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada penerangan dan

pendingin ruangan disebuah Hotel Garuda Plaza sudah sesuai dengan (SNI)

Standart Nasional Indonesia.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data - data yang sesuai dengan judul penelitian,

penulis menggunakan metode penelitian yang dianggap sesuia yaitu:

1. Penelitian kepustakaan (library research ) Melakukan pengumpulan data -

data yang ada hubunganya dengan skripsi dengan cara membaca buku materi

dan tulisan dari standard, E-book, internet, jurnal – jurnal terkait, karya

ilmiah dan buku - buku manual.

2. Metode pengamatan (observasi)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang telah

dipilih menyangkut keterangan pembahasan dan pengambilan keputusan.


6

3. Metode wawancara

Metode wawancara adalah metode yang dilakukan penulis untuk memenuhi

skripsi dengan cara tertulis dengan menggunakan Tanya jawab dengan

pegawai untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk mendukung dalam

pembuatan sistem informasi dan penulisan yang lebih berpengalaman.

1.7 Sistematika Penulisan

Suatu penulisan terhadap penelitian dikatakan baik dan bermanfaat bila pihak -

pihak yang membutuhkan atau berkepentingan terhadap penelitian tersebut dapat

menerima dan memahami penelitian tersebut sesuai dengan tututan yang diinginkan.

untuk menyusun penelitian agar sesuai yang diharapkan, maka diperlukan suatu

standard dalam penelitian tersebut. Adapun penelitian ini disusun menurut

sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas tentang: latar belakang masalah, perumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pembahasan mengenai judul yang diangkat oleh penulis dapat berupa

defenisi defenisi atau model langsung berkaitan dengan ilmu atau masalah

yang diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian memuat metode atau cara yang dilakukan guna

memperoleh data dilakukan analisa dalam pembahasan.


7

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian merupakan proses analisa dari hasil data pengukuran yang

dilakukan dengan berbagai metode yang telah ditetapkan.

BAB V : PENUTUP

Kesimpulan berisi jawaban dari rumusan masalah dan bukti - bukti

dihasilkan, apakah kegiatan yang dilakukan sudah memberikan mamfaat

nyata bagi objek peneliti, saran diharapkan si penulis dalam mengatasi

masalah atau kelemahan yang ada dimana tidak terlepas dari ruang lingkup.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 BENTUK DAN SIFAT ENERGI

Energi adalah bagian utama untuk semua makluk hidup, termasuk manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu memerlukan energi. Energi dapat

berbeda sesuai dengan fungsinya, antara lain energi kinetic, potensial termal kimia,

nuklir, listrik dan energi eletromagnetik. (Sulasno, 2009)

Untuk kebutuhan manusia konsumsi energi dapat dibedakan atas beberapa

kelompok sektor, yaitu kelompok pembangkit listrik, pemakaian indutri, tranportasi,

komersial dan rumah tangga. Sumber-sumber energi yang terutama adalah air, angin,

batu bara, minyak bumi, gas alam, matahari, uranium, bio masa dan bio gas.

(Sulasno, 2009)

2.2 SATUAN ENERGI LISTRIK

Satuan energi yang digunakan disesuaikan dengan bentuk dan sifatnya, untuk

energi kinetik adalah dengan satuan Joule (J). Satuan joule adalah energi yang

diperlukan oleh benda yang mempunyai masa 1 kgm dengan gaya yang sebesar 1

Newton bergerak pada searah gerakanya sejauh 1 meter. Sedangkan menimba

(menaikan) air setimba (10 liter) dari sumur yang mempunyai kedalaman 20 meter

diperlukan energi sebesar 10 x 9,8 x 20 = 196 Joule dan setrika listrik 450 Watt yang

dioperasikan selama 2 jam maka energi panas yang telah digunakan adalah 0,9 Kwh

setara dengan 1.620 K J atau sama dengan 38,6 K kalori. Untuk satuan energi yang

lain konversinya ditunjukan pada tabel 1.1. (Sulasno, 2009)

8
9

Tabel 2.1 Konversi Satuan Energi

Satuan Joule Kwh Kalori Btu


1 J (Joule) 1 2,778 X10-7 2389X10-4 9,48X10-4
1 Kwh 3,6X106 1 8,6X 105 3413
1 Kal 4,186 1,163X10-6 1 3,969X10-3
1 Btu 1055 2,93X10-4 252 1
1 Ftlb 1,356 3,766X10-7 3239X10-4 1285
1 eV 1,602X10-19 4,45X10-26 3,287X10-20 1,519X10-22
1 SBM 6,12X109 1700 1,46X109 5,8X106
1 STBB 2,36X1010 6,57X103 5,65X109 2,44X10
Sumber: (Sulasno, 2009)

2.3 Energi Listrik

Energi listrik adalah salah satu bentuk energi yang sangat penting bagi

kehidupan manusia karena banyak sekali peralatan yang biasa kita gunakan

menggunakan listrik sebagai sumber energinya. Seperti Lampu, pendingin ruangan

(AC), televisi, setrika, mesin cuci, handphone dan masih banyak lagi lainya. Energi

listrik ialah energi yang berasal dari muatan listrik yang menyebabkan medan listrik

statistik atau gerakan elektron dalam konduktor (pengentar listrik) atau ion (positif

dan negatif) dalam zat cair atau gas. Energi listrik dinamis dapat diubah menjadi

energi lain dengan tiga komponen dasar, sesuai dengan sifat arus listrik. Ada dua

jenis yaitu searah (DC) dan bolak balik (AC). Satuan arus listrik adalah ampere ( A ),

tegangan listrik mempunyai satuan volt (V), dan daya listrik mempunyai satuan watt (

W ). (Adini, 2012)

Manfaat energi listrik bagi kehidupan manusia sehari-hari sangatlah banyak

seperti bekerja, belajar, memasak. Jika dilihat secara lebih jelas kehidupan manusia

zaman sekarang ini sudah sangat ketergantungan pada energi listrik. Beberapa

manfaat atau kegunaan energi listrik dalam kehidupan manusia sehari-hari:


10

1. Untuk sumber energi listrik, listrik berguna untuk menghidupkan berbagai

alat rumah tangga dan kantor serta peralatan elektronik lainnya

2. Untuk penerangan saat menjelang malam, malam kita menjadi lebih terang

karna adanya cahaya dari lampu yang menggunakan energi listrik dari PLN.

2.4 Pelanggan Listrik

Pelanggan Perusahaan Listrik Negara dibagi bedasarkan pengguanaan dan

kebutuhan dayanya, yaitu terdiri dari :

1. Sektor Rumah Tangga

Pelanggan listrik yang termasuk ke dalam golongan pelanggan rumah tangga

adalah semua rumah-rumah yang berisikan peralatan-perlatan listrik untuk

keperluan rumah tangga. (Adini, 2012)

2. Sektor Sosial

Pelanggan listrik yang termasuk dalam golongan pelanggan sosial adalah

masjid, gereja, wihara, sekolah, panti asuhan, lembaga sosial dan masih

banyak lagi tempat untuk keperluan sosial lainnya. (Adini, 2012)

3. Sektor industri

Pelanggan listrik yang termasuk dalam golongan ini yaitu segala macam unit

kegiatan yang menghasilkan produk barang dan jasa, baik industri

kecil,menegah maupun besar. (Adini, 2012)

4. Sektor bisnis

Pelanggan listrik termasuk dalam klasifikasi tarif bisnis ini adalah pelanggan

yang diseluruh atau sebagian tenaga listriknya bersal dari PT PLN (Parsero)
11

digunakan untuk usaha, perdagangan, PT, Fa, CV, perorangan maupun

kelompok yeng berbentuk komersial. (Adini, 2012)

5. Sektor Pemerintah dan PJU

Pelanggan listrik yang termasuk golongan sektor ini adalah gedung-gedung

pemerintah, kantor presiden, kabupaten, kecamatan, kantor kedutaan,

penerangan jalan umum, penerangan tol dan lain-lain. (Adini, 2012)

6. Curah

Pelanggan listrik dapat dikelompokan dalam golongan tarif C seperti

Koperasi Unit Desa yang mengoperasikan sendiri jaringan listrik tegangan

menengah dan rendah sesuia standart PLN untuk untuk kepentingan umum

yang sah. (Adini, 2012)

7. Traksi

Pelanggan listrik yang dapat dikelompokan pada golongan traksi adalah

yang bergerak dibidang transportasi umum yang dioprasikan oleh PT Kereta

Api Indonesia yang tenaga listriknya digunakan untuk sarana pengangkutan

secara lansung maupun tidak langsung. (Adini, 2012)

8. Layanan Khusus

Selain dari pada yang diatas, tarif tersebut dinyatakan khusus. (Adini, 2012)

2.5 Tarif Dasar Listrik

Tarif listrik yang disediakan oleh perusahaan persero PT Perusahaan Listrik

Negara dinyatakan dalam tarif dasar Listrik. Bedasarkan Golongan Tarif Dasar

Listriknya, tarif listrik dibagi menjadi delapan jenis yaitu :


12

1. Tarif Dasar Sosial

Berikut ini adalah tingkat tarif dasar listrik untuk tingkatan golongan sosial :

a. Golongan tarif unuk keperluan pemakaian sangat kecil pada tegangan

rendah dengan daya 220 VA (S-1/TR)

b. Golongan tarif untuk keperluan pelayanan sosial kecil sampai dengan

sedang pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 200 Kva (S-

2/TR)

c. Golongan tarif untuk keperluan pelayanan sosial besar pada tegangan

menengah daya di atas 200 Kva (S-3/TM)

Tabel 2.2 Tarif Dasar listrik Sektor Sosial


REGULER
PRABAYA
GOL BATAS BIAYA BEBAN BIAYA PEMAKAIAN
No. R
TARIF DAYA (Rp/kVA/ (Rp/kWh) DAN BIAYA
(Rp/kWh)
bulan) kV Arh (Rp/kV Arh)
1 S-1/TR 220 VA - Abodemen perbulan -
(Rp) : 14.800
S-21TR 450VA 10.000 Blok I : 0 s.d. 30
kWh
: 123
Blok II : di atas 30
2
kWh s.d.60
kWh
: 265
Blok III : di atas 60
kWh
: 360 325

3 S-21TR 900VA 15.000 Blok I : 0 s.d. 20 455


kWh
: 200
Blok II : di atas 20
kWh s.d. 60
13

kWh
: 295
Blok III : di atas 60
kwh
: 360
4 S-2/TR 1.300VA *) 605 605
5 S-2/TR 2.200VA *) 650 650
6 S-2/TR 3.500VA *) 755 755
s.d
200 kVA
S-3/TM di atas **) Blok WBP = K x P x
200 650
7 Kva Blok LWBP = P x -
650
kVarh =
650***)
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomer 10 Tahun 1989
Catatan :

a. Diterapkan Rekening Minimum (RM) : RM 1 = 40 Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian.

b. Diterapkan Rekening Minimum (RM) : RM2 = 40 Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian Blok LWBP. Jam nyala : kWh

perbulan dibagi dengan kVA tersambung. Prabayar (Rp/kWh)

c. Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal

faktor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima

per seratus).

K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan

karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4:5 K:5 2) ditetapkan oleh

Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.

P : Faktor pengali untuk pembeda antara S-3 bersifat sosial murni dengan S-

3 bersifat sosial komersial. Untuk pelanggan S-3 yang bersifat sosial murni P
14

= 1.Untuk pelanggan S-3 yang bersifat sosial komersial P = 1,3.Kategori S-3

bersifat sosial murni dan S-3 bersifat sosial komersial ditetapkan oleh

Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara

dengan mempertimbangkan kemampuan bayar dan sifat usahanya.

WBP : Waktu Beban Puncak.

LWBP : Luar Waktu Beban Puncak.

2. Tarif Dasar Listrik untuk Rumah Tangga

Berikut ini adalah tingkat tarif dasar listrik untuk rumah tangga :

a. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan

Rendah, dengan daya 450 VA s.d. 2.200 VA (R-1/TR)

b. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga menengah pada tegangan

rendah, dengan daya 3.500 VA s.d. 5.500 VA (R-2/TR)

c. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga besar pada tegangan

rendah, dengan daya 6.600 VA (R-3/TR)

Tabel 2.3 Tarif Dasar Listrik Sektor Rumah Tangga


REGULER
GOL BATAS BIAYA PRABAYAR
No.
TARIF DAYA BIAYA BEBAN PEMAKAIAN (Rp/kWh)
(Rp/kVA/bulan) (Rp/kWh)
R- Blok I : 0 s.d. 30
1 1/TR 450 VA 11.000 kWh 415
: 169
Blok II : di atas
30
kWh
s.d.
60 kWh
: 360
Blok III : di atas
60
15

kWh
: 495
Blok I : 0 s.d.
R- 20
2 1/TR 900VA 20.000 kWh 605
: 275
Blok II : di atas
20
kWh
s.d.
60 kWh
: 445
Blok III : di atas
60
kWh
: 495
R-
3 1/TR 1.300 VA *) 790 790
R-
4 1/TR 2.200 VA *) 795 795
R-
5 2/TR 3.500 s.d *) 890 890
5.500 VA
R- Blok : H1 x 890
6 3/TR 6.600 VA **) Blok : H2 x 1.330
ke atas 1.380

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989

Catatan:

a. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM 1 = 40 (Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian.

b. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian Blok I. Jam nyala : kWh perbulan

dibagi dengan kVA tersambung.

H1 : Persentase batas hemat terhadap jam nyala rata-rata nasional x daya

tersambung (kVA).
16

H2 : Pemakaian listrik (kWh) - H 1.

Besar persentase batas hemat dan jam nyala rata-rata nasional ditetapkan

oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PI' Perusahaan Listrik Negara

dengan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

3. Tarif Dasar Listrik untuk Keperluan Bisnis

Berikut ini adalah tingkat tarif dasar listrik untuk tingkat rumah tangga :

a. Golongan untuk keperluan bisnis kecil pada tegangan rendah, dengan

daya 450VA s.d. 5.500 VA (B-1/TR)

b. Golongan tarif untuk keperluan bisnis sedang pada tegangan rendah,

dengan daya 600 VA s.d. 200 kVA (I-1/TR)

c. Golongan tarif untuk keperluan bisnis menengah pada tegangan rendah,

dengan daya di atas 200 kVA (I-3/TM)

Tabel 2.4 Tarif Dasar Sektor Bisnis


REGULER
No GOL BATAS PRABAYAR
BIAYA BEBAN BIAYA PEMAKAIAN
. TARIF DAYA (Rp/kWh)
(Rp/kVA/bulan) (Rp/kWh)
Blok I : 0 s.d. 3
B- kWh
1 1/TR 450 VA 23.500 : 254 535
Blok II : di atas 30
kWh
: 420
B- Blok I : 0 s.d. 108
2 1/TR 900 VA 26.500 kWh 630
: 420
Blok II : di atas 108
kWh
: 465
B-
3 1/TR 1.300 VA *) 795 795
4 B- 2.200 VA *) 905 905
1/TR s.d.
17

5.5000
VA
B-
5 2/TR 6.600 VA **) Blok I : H1 x 900 1.100
s.d. Blok II : H2 x 1.380
200kVA

Blok WBP = K x
B- 800
6 3/TR di atas ***) Blok LWBP = 800 -
200 kVA kVarh =
905****)

Sumber: (Peraturan Pemerintah Nomer 10 Tahun 1989)


Catatan:

a. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM 1 = 40 (Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian.

b. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian Blok I.

c. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM3 = 40 (Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian L WBP. Jam nyala : kWh per

bulan dibagi dengan kV A tersambung.

H1 : Persentase batas hemat terhadap jam nyala rata-rata nasional x daya

tersambung (kVA).

H2 : Pemakaian listrik (kWh) - H 1.

Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor

daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).
18

Besar persentase batas hemat dan jam nyala rata-rata nasional ditetapkan

oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara

dengan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan

karakteristik beban sistem kelistrikan setempat 0,4 < K < 2), ditetapkan oleh

Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.

WBP : Waktu Beban Puncak.

LWBP : Luar Waktu Beban Puncak.

4. Tarif Dasar Listrik untuk Industri

Berikut ini adalah tingkat tarif untuk keperluan industri listrik untuk tingkat

golongan rumah tangga :

a. Golongan tarif untuk keperluan industri kecil pada tegangan rendah,

dengan daya 450 VA s.d. 14 kVA (I-1/TR)

b. Golongan tarif untuk keperluan industri sedang pada tegangan rendah,

dengan daya di atas 14 kVA s.d. 200 kVA (I-2/TR)

c. Golongan tarif untuk keperluan industri menengah pada tegangan

menengah, dengan daya di atas 200kVA (I-3/TM)

d. Golongan tarif untuk keperluan industri besar pada tegangan tinggi,

dengan daya 30.000 kVA ke atas (I-4/TT)


19

Tabel 2.5 Tarif Dasar Listrik Sektor Indusrti

REGULER
BIAYA
GOL BATAS PRABAYAR
No. BEBAN BIAYA PEMAKAIAN
TARIF DAYA (Rp/kWh)
(Rp/kV (Rp/kWh)
A/bulan)
Blok I : 0 s.d. 30
kWh
1 I-1/TR 450 VA 26.000 : 160 485
Blok II : di atas 30
kWh
: 395
Blok I : 0 s.d. 72
kWh
2 I-1/TR 900 VA 31.500 : 315 600
Blok II : di atas 72
kWh
: 405
3 I1-/TR 1300 VA *) 765 765
2.200
4 I-1/TR VA *) 790 790
5 I-1/TR 3.500 **) 915 915
VA s.d
200VA

Di atas Blok WBP = K x 800


6 I-2/TR 14 kVA **) Blok LWBP = 800 -
s.d. 200 kVarh =
kVA 875****)
Blok WBP = K x 680
7 I-3/TR Di atas **) Blok LWBP = 680 -
200 kVA kVarh =
735****)

Blok WBP dan LWBP


8 I-4/TR 30.000 ***) = 605 -
kVA ke kVAar =
atas 605****)
Sumber: (Peraturan Pemerintah Nomer 10 Tahun 1989)

Catatan:
20

a. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM 1 = 40 Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian.

b. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM2 = 40 Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian LWBP.

c. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM3 = 40 Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian WBP dan LWBP. Jam nyala: kWh

per bulan dibagi dengan kVA tersambung.

Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor

daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).

K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan

karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (0,4 < K < 2), ditetapkan oleh

Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.

WBP : Waktu Beban Puncak.

LWBP: Luar Waktu Beban Puncak.

5. Tarif Dasar Listrik untuk Keperluan Kantor Pemerintah dan Penerangan

Jalan Umum

Berikut ini adalah tingkat tarif dasar listrik untuk tingkat golongan rumah

tangga :

a. Golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah kecil dan sedang pada

tegangan rendah, dengan daya 450 s.d. 200 kVA (P-1/TR)

b. Golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah besar pada tegangan

menengah, dengan daya di atas 200 kVA (P-2/TM)


21

c. Golongan tarif untuk keperluan penerangan jalan umum pada tegangan

menegah, (P-3/TR)

Tabel 2.6 Tarif untuk Keperluan Kantor dan KPU

REGULER
GOL
No BIAYA BEBAN PRABAYAR
TARI BATAS DAYA BIAYA PEMAKAIAN
. (Rp/kV (Rp/kWh)
F (Rp/kWh)
A/bulan)
1 P- 450 VA 20.000 575 685
1/TR
P- 900VA 24.000 600 760
2 1/TR
P- 1.300 VA *) 880 880
3 1/TR
P- 2.200 VA *) 885 885
4 1/TR
P- 2.200 s.d **) Blok I : H1 x 885 1.200
5 1/TR 5.500 VA Blok II : H2 x 1.380
Blok WBP = K x 750
6 P- 6.600 VA ***) Blok LWBP = 750 -
2/TR s.d. kVarh =
200kVA 825****)
7 P- di atas 200 **) 820 820
3/TR kVA
Sumber: (Peraturan Pemerintah Nomer 10 Tahun 1989)
Catatan:

a. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM 1 = 40 (Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian.

b. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya

tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian Blok I.

c. Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM 3 = 40 (Jam Nyala) x Daya

tersambung (kV A) x Biaya Pemakaian LWBP.


22

H1: Persentase batas hemat terhadap jam nyala rata-rata nasional x daya

tersambung (kVA).

H2 : Pemakaian listrik (kWh) - H 1.

Jam nyala: kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung.

Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor

daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).

Besar persentase batas hemat dan jam nyala rata-rata nasional ditetapkan

oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan listrik Negara

dengan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan

karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2) ditetapkan oleh

Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.

WBP : Waktu Beban Puncak.

LWBP: Luar Waktu Beban Puncak.

6. Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Traksi

Pada umumnya yang termasuk golongan ini adalalah tegangan menengah,

dengan daya di atas 200kVA (T-TM) diperuntukan bagi Perusahaan

Parseroan (Persero) PT Kerete Api Indonesia.


23

Tabel 2.7 Tarif Dasar Listrik Sektor Traksi

GOL BIAYA BEBAN


No BATAS DAYA (Rp/kV A/bulan) BIAYA PEMAKAIAN (Rp/kWh)
TARIF

Blok WBP = K x 390


1 T/TM Di atas 200 25.000 *) Blok LWBP = 390
kVA kVarh = 665**)

Sumber: (Peraturan Pemerintah Nomer 10 Tahun 1989)


Catatan:

Perhitungan biaya beban didasarkan pada hasil pengukuran daya

maksimum bulanan untuk:

a. daya maksimum bulanan > 0,5 dari daya tersambung, biaya beban

dikenakan sebesar daya maksimum terukur.

b. daya maksimum bulanan ≤ 0,5 dari daya tersambung, biaya beban

dikenakan 50% daya tersambung terukur. Biaya kelebihan pemakaian

daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor daya rata-rata setiap

bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).

K : Faktor perbandingan antara harga WBP

dan L WBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat

(1,4 ≤ K ≤ 2), ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT

Perusahaan Listrik Negara.

WBP : Waktu Beban Puncak.

LWBP : Luar Waktu Beban Puncak

7. Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Penjualan Curah (BULK)


24

Pada umumnya yang termasuk golongan ini adalah tegangan manengah,

dengan daya 200 kVA (C/TM) diperuntukan bagi pemegang izin usaha

penyediaan listrik.

Tabel 2.8 Tarif Dasar Sektor Curah (BULK)


NO GOL. BATAS DAYA BIAYA BIAYA PEMAKAIAN
TARIF BEBAN (Rp./kVA/) DAN
(RP./kVA/bulan) BIAYA (RP./kVArh)
1 C/TM Di atas 200 30.000 Blok WBP = K x 445
kVA Blok LWBP = 445
kVArh = 595 *)
Sumber: (Peraturan Pemerintah Nomer 10 Tahun 1989)
Catatan :

Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor

daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).

Tarif ini untuk keperluan penjualan secara curah kepada Pemegang Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik.

K: Faktor perbandingan antara harga WBP dan L WBP sesuai dengan

karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2), ditetapkan oleh

Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.

WBP : Waktu Beban Puncak

LWBP : Luar Waktu Beban Puncak.

8. Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Pelayanan Khusus

Pada umumnya yang termasuk golongan ini adalah tegangan rendah, tegangan

menengah, dan tegangan tinggi (L/TR, TM, TT). Diperuntukan hanya bagi
25

pengguna listrik yang memerlukan pelayanan dengan kualitas khusus dan

karena berbagai hal tidak termasuk dalam ketentuan golongan tarif sosial,

rumah tangga ,bisnis, industri, dan pemerintah.

Tabel 2.9 Tarif Dasar Listrik Keperluan Pelayanan Khusus

BATAS
No. GOL TARIF BIAYA BEBAN BIAYA PEMAKAIAN (Rp/kWh)
DAYA
(Rp/kV A/bulan)
1 L/TR,TM,TT - - 1.450 *)

Sumber: (Peraturan Pemerintah Nomer 10 Tahun 1989)

Catatan:

Tarif untuk dasar perhitungan harga atas tenaga listrik yang oleh karena

sesuatu hal tidak dapat dikenakan menurut tarif baku sebagaimana tercantum

dalam Lampiran I, II, III, IV, V, VI, dan VII Peraturan Presiden ini, yaitu :

a. ekspor impor, dengan pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik

lainnya dan pemegang izin operasi;

b. bersifat sementara maksimum 3 (tiga) bulan, khusus untuk kegiatan

konstruksi maksimum 24 (dua puluh empat) bulan dan dapat

diperpanjang;

c. untuk kawasan bisnis dan kawasan industri yang memerlukan tingkat

keandalan khusus, atau hanya sebagai cadangan pasokan;

d. untuk keperluan bisnis dan industri yang mempunyai wilayah kerja

tersebar dan menginginkan pembayaran terpusat; atau


26

e. adanya bisnis para pihak yang saling menguntungkan dengan kualitas

layanan tertentu, khusus untuk keperluan bisnis dan industri dengan daya

di atas 200 kVA.

Pelaksanaan penerapan tarif untuk keperluan Layanan Khusus ditetapkan

lebih lanjut oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan

Listrik Negara.

2.6 Beban Listrik

Beban listrik adalah tenaga listrik yang distribusikan kepada konsumen listrik

digunakan untuk bermacam-macam peralatan atau disebut juga beban listrik. Beban-

beban listrik membutuhkan tanaga listrik sebagai sumber energinya agar dapat

melakukan kerja. Pembahasan yang akan dilakukan yaitu mengenai sistem

penerangan dan sistem pendingin ruangan ac (Air Conditioner).

2.6.1 Beban Sistem Peneragan

Sistem penerangan disebut juga sistem pencahayaan, yaitu suatu sistem yang

berkaitan dengan tata cahaya dan merupakan salah satu sistem yang sangat vital pada

suatu bangunan, karena sangat mempengaruhi kenyamanan, kualitas kerja, dan

produkfitas dalam bekerja. Sistem pencahayaan yang baik dapat dilihat dari tiga

aspek yaitu ; kualitas, kuantitas dan efisiensi konsumsi energi listriknya. Sistem

pencayaan dibagi dua yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan

buatan. Sistem pencahayaan alami sumbernya berasal dari sinar matahari atau cahaya

secara langsung. Sistem pencahayaan buatan sumbernya berasal dari cahaya selain

cahaya alami, contohnya lampu.


27

Lampu merupakan suatu contoh beban listrik dari sistem penerangan

bedasarkan SNI 03-65755-20011, Standar Nasional Indonesia tentang tata cara

perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung, lampu listrik dapat

dikategorikan dalam dua golongan, yaitu : lampu pijar, lampu pelepasan gas. Lampu

pijar menghasilkan cahayanya dengan pemanasan listrik dari kawat filamennya pada

temperatur yang tinggi. Lampu pelepasan gas bekerja berdasarkan pelepasan elektron

secara terus menerus di dalam uap yang dinisasi, kadang-kadang di kombinasikan

dengan fosfor yang dapat bercahaya dan biasa menggunakan ballast sebagai pembatas

arus pada sirkit lampu. Dibawah ini jenis-jenis lampu yang sering digunakan, yaitu :

1. Lampu pijar (Incandescent)Lampu pijar merupakan jenis lampu yang

mempunyai bentuk fisik sederhana dan praktis dalam pemasangannya.

Lampu ini menghasilkan cahaya sebagai hasil dari efek pemanasan aliran

arusn listrik (pemijaran dari filamen pada bohlam). Filamen lampu pijar

terbuat dari kawat wolfram dengan diameter sekitar 33.500ºC sehingga pada

filamen tersebut akan mengeluarkan sinar infra merah. Macam-macam

lampu pijar merupakan GLS (General Lamp Service) yang mepunyai

berbagai macam tipe, yaitu bolham bening, bolham buram, bolham

berbentuk lilin, dan lampu argenta, lampu superlux, lampu luster dan lampu

hologen. Secara umum lampu pijar mempunyai cahaya berwarna kuning

yang menimbulkan suasana hangat, romantis, dan akrab. dengan sifat yang

demikian, lampu pijar cocok digunakan pada ruang-ruang berprivasi, seperti

ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dan toilet. (Sri Wijayanto, 2019)

2. Lampu Fluoresen
28

Lampu flouresen juga dikenal sebagai TL (Tube Luminescsnt). Kontruksi

lampu flouresen terdiri atas tabung gelas bewarna putih susu karena dinding

bagian dalam tabung gelas bewarna putih susu karena dinding bagian dalam

tabung dilapis serbuk fosfor. Bentuk tabungnya memanjang atau melingkar.

Tabung gelas di dalam jenis lampu ini mengandung gas yang menguap jika

dipanasi. Cahaya yang dipancarkan lebih terang dari pada lampu pijar pada

daya yang sama. Berikut bagian-bagian utama dari rangkaian lampu tabung

fluoresen. (Sri Wijayanto, 2019)

a. Tabung Lampu

Tabung lampu berfungsi untuk menghasilkan cahaya melalui proses foto

lumenisensi.

b. Stater

Stater berfungsi membantu proses penyalaan lampu.

c. Ballast

Ballast berfungsi sebagai pembangkit tegangan penyalaan pada saat awal

menyala dan pembatasan arus setelah lampu menyala.

Selanjutnya, cara kerja penyalaan lampu flouresen sebagai berikut. Pada saat

rangkaian dihubungkan pada suber tegangan, stater akan menyala dan pada

eletroda mulai memancarkan elektron. Stater berupa bimetal, sesaat

kemuduran stater akan tertutup dan arus listrik mengalir dengan cepat

(besar). Kemudian terjadi tegangan tinggi sesaat yang ditimbulkan oleh

ballast. Tegangan tinggi ini akan menghasilkan nyala pada tabung lampu.

Setelah tabung lampu menyala, stater akan padam karena tegangan pada
29

ujung-ujung tabung lampu ebih rendah dibandingkan tegangan pada ujung-

ujung tabung lampu lebih rendah dibandingkan tegangan kerja stater. (Sri

Wijayanto, 2019)

3. Lampu CFL (Compact Flourescent lamp)

Lampu neon yang banyak berada di pasaran saat ini lampu neon kompak

(Compak flourescent lamp) sering disebut LME (Lampu Hemat Energi).

Lampu ini dirancang dengan bentuk yang lebih kecil yang dapat bersaing

dengan lampu pijar dan uap merkuri dipasaran dan memiliki bentuk bulat

atau segi empat. Produk di pasaran tersedia gir pengontrol yang sudah

dipasang (GFG) atau tepisah (CFN). (Sri Wijayanto, 2019)

4. Lampu Hologen

Lampu hologen sebenarnya sejenis dengan lampu pijar. Lampu hologen

dibuat untuk mengatasi masalah ukuran fisik dan stuktur pada lampu pijar.

Dalam pengaplikasiannya lampu hologen sering digunakan sebagai lampu

sorot, lampu proyektor, dengan adanya tambahan gas hologen seperti

yodium, walaupun lampu hologen termasuk jenis lampu pijar, tetapi

mempunyai efikasi sekitar 18 lumen/watt. Cahaya hologen dapat

memunculkan warna asli obyek yang terkena cahaya, karena cahaya yang

dihasilkan lampu hologen umumnya lebih terang dan lebih putih dibanding

cahaya lampu pijar pada daya yang sama. Lampu hologen pada umumnya

ukuran fisiknya kecil, rumit pembuatanya sehingga harganya relatif lebih

mahal dibanding lampu pijar dan lampu neon. (Sri Wijayanto, 2019)

5. Lampu Led (Light Emitting Diode)


30

Sejak J. Holonyak dan S. Bavavqua menemukan dioda pemancar cahaya

pertama (LED) pada tahun 1962, LED mengalami perkembangan yang luar

biasa selama setengah abad terakhir dalam penggunaan untuk berbagai

penerapan seperti lampu penerangan jalan, lampu layar datar, dan lampu

penerangan. Pada saat ini sudah popoler dan banyak digunakan walaupun

teknologi ini masih tergolong baru. Bahkan bisa dikatakan lampu LED pada

saat ini sudah mulai mendapatkan perhatian masyarakat dikarenakan banyak

kelebihan dibandingkan dengan lampu jenis lainnya. Dengan keunggulan

seperti hemat biaya listrik dan lebih ramah lingkungan serta waktu nyala

lebih awet menjadi kebihan lampu LED yang menyebabkan lampu ini mulai

banyak digunakan untuk penerangan umum. Prinsip kerjanya LED hingga

dapat menyala adalah ketika arus litrik dc mengalir mulalui P/N junction

pada material semi konduktor, aliran elektromn bertemu hole dan terjadilah

rekombinasi antara muatan positif (hole) dan terjadilah rekombinasi antara

muatan positif dan negatif (elektron), dan pada saat itu dilepaskanlan energi

cahaya ketika photon terbentuk. Warna dari cahaya yang terpancar

bergantung pada level energi photon yang ditentukan dengan semi

konduktor. Untuk menghasilkan luminasi cahaya yang terang dari sebuah

LED, tentu diperlukan energi yang cukup besar. Diperkirakan teknologi

lampu led dengan daya 100 watt mampu menghasilkan cahaya 10.000

lumens. (Palaoi, 2015).


31

Tabel 2.10 Speksifikasi Lampu


No. Lampu Rata-rata efficacy Penerapan Umur Lampu
1 Pijar 14 Lumens/Watt Rumah,restoran,
penerangan umum, 1000 jam
penerangan darurat
2 Hologen 20 lumen/Watt Penerangan
berlebihan, arena 2000-4000
pameran, area jam
kontruksi
3 Neon/TL 80 Lumens/Watt Kantor, pertokoan
rumah sakit, rumah 5000 jam
4 CFL 60 Lumens/Watt Hotel, pertokoan,
rumah, kantor 8000-
10.000jam
5 LED 80 Lumens/Watt Hotel, restoran,
penerangan umum, 40.000-
penerangan darurat, 100.000 jam
rumah
Sumber: ( (Palaoi, 2015)
2.6.2 Beban Sistem Pendingin

HVAC (Heating ventilating and Air Conditioning) adalah suatu sistem yang

berfunsi untuk mengatur temperatur dan kelembapan udara pada suatu ruangan, agar

kondinsi temperatur dan kelembapan udara pada suatu ruangan, agar kondisi

temperatur dan kelembapan udara pada suatu ruangan tersebut menjadi nyaman,

khususnya di negara yang beriklim tropis seperti di indonesia. Baik berupa

perkantoran, perbankan, perhotelan, pariwisata, pusan perbelanjaan dll, yang di

tujukan oleh gedung bertingkat. Kondisi tersebut mengharuskan adanya sistem


32

HVAC yang dapat memberikan kenyamanan udara di dalam gedung bagi pelaku

aktifitas. (Mohamad Faizal H, 2016)

Dalam sistem tata udara, unit atau komponen yang mengatur sistem tata udara ini

disebut AHU (Air Halding Unit). Disebut unit,karena AHU terdiri dari beberapa alat

yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Secara umum komponen sistem

tata udara terdiri dari :

1. Cooling Coil (Evaporator) berfungsi sebagai media penukar kalor antar

udara yang akan disirkulasikan dengan refrigran

2. Sistem penditribusian (Ducting atau pipa) berguna sebagai pendistribusian

atau persirkulasian udara dari AHU lalu ke ruangan

3. Peralatan untuk memindahkan fluida air atau udara (kipas,pompa)

4. Peralatan untuk memindahkan kalor antara ]fluida dan ruang atau terminal

unit (diffuser). (Mohamad Faizal H, 2016)

2.6.3 Air Conditioning

Tata udata atau air cinditioning (AC), menggunakan prinsip siklus mesin

pendingin, yang terdiri dari beberapa bagian penting yaitu Refrigerant, kopresor,

heat–exchanger, katup ekpansi. Prinsip kerja suatu pendingin air hanya saja pada

pendingin air terdapat suatu fan untuk mendinginkan kondensor, sedangkan pada

pengkondisian udara, terdapat satu fan/blower lagi untukmensirkulasikan udara

dingin dalam ruangan. AC yang biasa digunakan di rumah dengan di perkantoran,

indutri, dan gedung-gedung, terdapat sedikit perbedaan, yaitu adanya media bernama

liquid chiller yang digunakan. AC yang digunakan pada gedung-gedung besar

menggunakan liquid chiller, hal ini dilakukan karena dengan alasan udara yang
33

bersirkulasi di dalam gedung bervolume besar, maka akan lebih jauh efisien jika

menggunakan media liquid chiller sehingga energi yang dibutuhkan untuk

operasional AC lebih rendah jika dibandingkan tanpa mengggunakan liquid chiller.

Sehingga proses kerjanya adalah udara yang tersikulas. Banyak sekali jenis-jenis Air

Conditioner, berikut ini terdapat berbagai jenis AC yang umum digunakan :

1. AC Split Wall

AC Split Wall adalah jenis AC yang paling umum digunakan dirumah,

kantor maupun instansi di indonesia. Hal ini disebabkan beberapa faktor,

mulai dari mudahnya perawatan dan support. AC ini berbagi menjadi dua

bagian, yaitu indoor adalah bagian yang mengeluarkan hawa dingin dan

outdoor adalah tempat mesin berada. Sering sekali outdoor ditepatkan diluar

ruangan karena mengeluarkan hawa yang panas dan kadang kala suaranya

yang berisik. (Widya, 2018)

2. AC Window

AC window adalah yang berbentuk kotak dan dalam pengoperasiannya tidak

menggunakan remote karene tombol kontrol sudah terintregrasi dengan AC

ini. AC ini hanya terdiri dari satu bagian, yaitu unit itu sendiri dan tidak ada

istilah outdoor dan indoor. AC ini tidak diproduksi lagi kerna dianggap

sudah ketinggalan zaman dan karna tidak ada unit outdor yang membuat AC

ini praktis. Kapasitas AC ini mulai dari 0.5 PK-2.5 PK. (Widya, 2018)

3. AC Central

Pada AC jenis ini, udara dari ruangan atau bangunan didinginkan dengan

cooling plant di luar ruangan atau bangunan tersebut, kemudian udara yang
34

telah dingin dialirkan kembali kedalam ruangan atau bangunan tersebut. AC

ini biasanya dipergunakan di hotel atau mall. (Widya, 2018)

4. AC Standing Floor

AC Standing Floor adalah AC yang unit indoornya berdiri dan mudah

dipindahkan. Karena kepraktisannya ini, AC ini sering digunakan dalam

acara-acara seperti, acara ualang tahun, perkawinan, hajatan, dan acara

lainnya. Ac ini bisa dioperasikan dengan remote kontrol. AC ini mempunyai

bagian indoor dan bagian outdoor, kapasitas AC ini mulai dari 2 PK-5 PK.

(Widya, 2018)

5. AC Cassette

Jenis AC Cassette ini, indoor-nya menempel di plafon. AC Cassette

memiliki berbagai ukuran, mulai dari 1.5 PK-6 PK. Pemasangan AC ini

memerlukan keahlian khusus dan tenaga ekstra, tidak seperti memasang ac

rumah atau AC Split, yang bisa dipasang sendirian. (Widya, 2018)

6. AC Split Duct

AC Split Duct merupakan AC yang pendistribusian hawa dinginnya

menggunakan sistem ducting. Ini artinya AC split duct tidak memiliki

pengatur suhu sendiri melainkan dikontrol pada satu titik. Tipe AC ini

biasanya digunakan dimall atau digedung-gedung yang memiliki ruangan

yang luas. AC spilt duct tidak terlepas dari sistem ducting yang merupakan

bagian penting dalam sistem AC sebagai alat pengantar udara yang telah

dikondisikan dari sumber dingin ataupun panas ke ruang yang akan

dikondisikan. Perkembangan desain ducting untuk AC ini sangat


35

dipengaruhi oleh tuntutan efisiensi, terutama efisiensi energi, material,

pemakain ruang, dan perawatan. (Widya, 2018)

7. AC Iverter

AC Inverter merupakan jenis AC Split yang menggunakan teknologi

inverter. Inverter yang terdapat di dalam unit AC merupakan alat atau

komponen untuk mengatur kecepatan motor-motor listrik. di sini inverter-

nya terdiri dari rectivier dan pulse-widthmodulator. Dengan menggunakan

inverter, motor listrik menjadi variable speed, kecepatannya bisa diubah-

ubah atau diatur sesuai dengan kebutuhan. Jadi dibandingkan ac Split biasa,

tipe ac inverter lebih hemat listrik ± 60%. (Widya, 2018)

8. AC VRV

VRV (Variable Refrigerant Volume) merupakan sistem kerja refrigeran yang

berubah-ubah. VRV sistem adalah sebuah teknologi yang sudah dilengkapi

dengan CPU dan kompresor inverter dan sudah terbukti menjadi andal,

efisiensi energi, melampaui banyak aspek dari sistem AC lama seperti AC

sentral, AC sentral, AC split, atau AC split duct. Jadi dengan ac VRV sistem,

satu outdoor dapat digunakan untuk lebih 2 indoor AC serta dapat mengatur

jadwal dan temperatur ac yang diinginkan secara terkomputerisasi. (Widya,

2018)

2.7 Konversi BTU (Britisth Thermal Unit) ke PK

Dalam menghitung kapasitas AC kita harus tahu dulu satuan daya pendinginan

AC yang disebut BTU/hour BTU per jam atau disingkat BTU/hr. BTU/hr singkatan
36

dari British Thermal Unit per hour, satuan daya pendingi AC yang berasal dari

inggris. Sedangkan PK (Paard krcht) atau HP (hourse power) yang berarti satuan

tenaga kuda, yang dipergunakan sistem AC merunjuk pada daya kompressor AC,

bukan menunjukan kapasitas pendinginan AC. Untuk daya pendingin AC satuannya

adalah BTU/h. jadi untuk mempermudah mengetahui antara BTU/h dan PK. Dan

karena satuan BTU mengacu pada sistem pengukuran inggris (British) maka untuk

konversi dari sistem daya AC tersebut :

1. ½ pk setara dengan 5000 BTU/hr

2. ¾ pk setara dengan 7000 BTU/hr

3. 1 pk setara dengan 9000 BTU/hr

4. 1 ½ pk setara dengan 12000 BTU/hr

5. 2 pk setara dengan 18000 BTU//hr

6. 2½ pk setara dengan 24000 BTU/hr

7. 3 pk setara dengan 28000 BTU/hr

8. 5 pk setara dengan 45000 BTU/hr

Perhitungan luas (dengan pakai rumus), digunakan ukuran kaki (kaki) misal jika 3 m

=  10 kaki 1 m = 3.33 kaki. Disamping dengan cara menebak seperti diatas cara

sederhana, ada juga rumus untuk menghitung kapasitas atau daya AC, yaitu :
𝑝.𝑡.𝑎.𝐼.𝐸
= 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑇𝑈 (2.10)
60

Dimana :

P = panjang ruangan (dalam m)

t = tinggi ruang (dalam m)


37

a = nilai 10 jika ruang berinsulasi (berda dilantai bawah, atau berhimpit dengan ruang

lain). Nilai 18 jika ruang tidak berunsulasi (dilantai atas).

I = lebar ruang (dalam feet)

E = nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara, nilai 17 jika menghadap timur;

nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam hal ini, penelitian dilakukan di Hotel Garuda Plaza Medan yang lebih

mendalam di tiap kamar, dan ruangan dari lantai satu sampai lantai enam. Hal ini

dilakukan untuk mengkur tingkat keborosan, cara konservasinya, dan untuk

menentukan IKE di gedung tersebut. Hal ini menjadi latar belakang bagi penulis

untuk menulis skripsi. Penelitian ini dilakukan dari lantai satu, lantai dua, lantai tiga,

lantai lima, dan lantai enam.

Pada setiap tingkatan di gedung ini dilakukan penelitian untuk mengetahui

tingkat konsumsi energi listrik yang terpakai dan mengetahui pemborosan energi

yang terpasang. Data yang didapat, berdasarkan data masing-masing sampel ruangan

yang telah dulu diukur.

3.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian skripsi ini, terdapat beberapa tahapan yang harus

dilakukan secara berurutan serta disusun secara sistematis dengan tujuan untuk

mendapatkan keterhubungan antara data dan informasi yang diperoleh dengan hasil

yang didapatkan, yaitu potensi pemborosan konsumsi energi listrik pada Hotel

Garuda Plaza Medan.

38
39

3.2 Flowchart program

Mulai

Studi Literatur

DATA
A. Denah Gedung
B. Beban AC dan Lampu
C. Data Tingkat Pencahayaan
Ruangan

Pengukuran Parameter

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝐼𝐾𝐸 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛

YA
Apakah IKE Sesuai Standart
Tidak
A. Survei Keadaan Sistem Kelistrikan
B. Analisa dan perhitungan Kosumsi Energi
C. Analisa itensitas Pencahayaan
D. Pola penggunaan AC
E. Analisa dan Perhitungan Peluang Hemat Energi

Standart IKE di Indonesia


Hotel/apartemen
300 kWh/m2/tahun

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian


Sumber: penulis, 2020
40

Secara garis besar, Flow Chart tersebut terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Studi Literatur
Dalam tahap ini dilakukan semua jenis pembelajaran studi, yaitu melalui
jurnal-jurnal yang memiliki kasus sejenis, dokumen-dokumen, maupun
melalui sumber internet dan buku-buku yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam melakukan penelitian. Pada tahapan studi literatur ini dipelajari
berbagai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu:
a. Melakukan studi literatur menegenai teori stratified random sampling

b. Melakukan studi literatur mengenai tarif dasar listrik dan juga sektor

golongan listrik objek penelitian

c. Melakukan studi literatur mengenai teori konsumsi energi listrik dan

pemborosan energi listrik

2. Pencarian Informasi dan data

Pada tahap ini dilakukan segala macam pencarian informasi dan

pengumpulan data-data yang terkait dengan potensi pemborosan konsumsi

energi listrik. Pencarian informasi yang dilakukan meliputi :

a. Melakukan survey ke ruang-ruangan dan kamar

b. Melakukan wawancara kepada para petugas atau staff yang bertugas.

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi :

1) Pengukuran langsung di setiap ruangan, mneghitung dimensinya.

2) Data peralatan elektrikal ruangan.

3) Data fiksasi pemakaian ruang-ruangan dan kamar berdasarkan

waktu operasional.

4) Data tata letak dan luas ruang-ruangan kelas di Gedung Hotel

Garuda Plaza Medan.


41

3. Pengolahan Data

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengolahan hasil

wawancara dan pengamatan survei. Hasil dari wawancara dan observasi

akan dianalisis untuk menghasilkan perilaku dan kebiasaan konsumsi listrik

pada ruang. Perilaku yang terpola tersebut akan menjadi dasar identifikasi

potensi pemborosan yang kerap terjadi.

4. Pengukuran Parameter

Dari data-data dan informasi yang didapatkan juga akan didapat beberapa

parameter yang selanjutnya digunakan untuk perhitungan konsumsi energi

listrik. Parameter yang dimaksud adalah besarnya daya yang terpakai dari

beban-beban listrik yang terpasang, lamanya waktu pemakaian beban-beban

listrik, dan jumlah banyaknya pemakaian beban listrik.

5. Perhitungan IKE

Apabila sudah mendapatkan seluruh pola konsumsi pemborosan energi

listrik dan perhitungan konsumsi energi listriknya tentu akan dicapai sesuai

dengan yang diinginkan, besarnya pemborosan energi listrik dapat

dinyatakan dalam satuan energi, yaitu besarnya energi listrik yang terbuang

dan juga dalam satuan biaya, yaitu besarnya biaya listrik yang dibayar. Maka

standar IKE di Indonesia untuk perhotelan/apartemen 300 kWh/m2/tahun.

6. Hasil Penelitian

Besar potensi pemborosan konsumsi energi listriknya dapat diketahui

dengan cara mengurangi nilai konsumsi energi listrik yang digunakan

seluruhnya dengan energi aktif yang terpakai. Energi aktif disini maksudnya
42

adalah energi listrik yang dipakai bila diperuntukkan untuk kegiatan yang

produktif tanpa melakukan pemborosan. Setelah dilakukan perbandingan

antara konsumsi energi listrik keseluruhan dengan energi aktif, analisis dapat

dilakukan mengenai potensi pemborosannya dari segi energi maupun biaya,

faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan lain-lain

7. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil analisis dan pengolahan

data untuk menjawab tujuan Tugas Akhir. Kesimpulan dari penelitian ini

berupa nilai potensi pemborosan konsumsi energi listrik pada ruangan, solusi

langkah penghematan yang perlu dilakukan, dan beberapa rekomendasi

berdasarkan hasil perhitungan demi menghindari terjadinya tingkat konsumsi

energi listrik yang berlebihan.

3.3 Kinerja Beban Listrik

Kinerja beban atau perlatan-perlatan listrik di pengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu dari segi daya, konsumsi listrik, faktor daya, dan efisiensi listriknya. (Adini,

2012)

1. Daya

Daya adalah laju dilakukan usaha. Jika semakin cepat usaha dikerjakan suatu

gaya, maka semakin besar dayanya. Dalam S1 daya diukur dalam satuan

watt (W), selain diukur dalam satuan watt, daya dapat pula didiukur dalam

satuan kilowatt (kW). Satu kW sama dengan 1.000 W. (Adini, 2012)


43

Daya listrik merupakan perkalian antara tegangan yang disuplai dengan arus

yang mengalir pada peralatan dan faktor daya peralatan, sesuai persamaan :

𝑝 = 𝑣 𝑥 𝐼 𝑥 cos 𝜃 [𝑤𝑎𝑡𝑡] (2.1)


Dimana :
P = Daya Listrik
(Watt) V = Tegangan (Volt)
I = Kuat Arus (Ampere)
Cos 𝜃 = Faktor Daya / power factor
Berdasarkan persamaan diatas, daya listrik merupakan perkalian antara

tegangan yang disuplai dengan arus yang mengalir pada peralatan dan faktor

daya peralatan. Berbagai peralatan listrik mengubah energi listrik menjadi

energi bentuk lain. Cepatnya pengubahan energi ini tergantung pada daya

listrik peralatan itu sendiri. Semakin cepat peralatan itu mengubah energi

listrik menjadi energi bentuk lain maka semakin besar dayanya, den

sebaliknya. Contohnya pada lampu yang berdaya100 W, pasti lebih terang

dari pada lampu berdaya 10 W (dipasang pada tegangan yang sesuai). Bila

kita ingin mengetahui besarnya daya pada suatu peralatan listrik, maka salah

satu caranya dengan melihat label yang tertara pada peralatan listrik tersebut.

Setiap peralatan listrik umumnya dilengkapi dengan lebel. Label tersebut

memuat beda potensial yang diperlukan, serta daya yang dihasilkan.

Peralatan listrik yang berbeda pasti akan menghasilkan daya yang berbeda-

beda pula. (Adini, 2012)


44

2. Konsumsi Energi Listrik

Konsumsi energi listrik adalah perkalian antara daya dan waktu operasi,

merupakan besarnya energi listrik yang digunakan dalam periode waktu

tertentu. Saat membayar listrik, biaya yang kita bayar adalah berdasarkan

konsumsi energi yang kita pakai. Selama ini mungkin kita sering mengira

bahwa watt yang kecil maka akan hemat biaya listrik, padahal belum tentu,

karena faktor yang menentukan jumlah listrik terpakai adalah pemakaian

listrik dalam waktu jadi bukan wattnya. Untuk konsumen awam mungkin hal

ini sulit untuk dimengerti karena arus mencari banyak informasi detail

mengenai suatu peralatan sebelum bisa menentukan pemakaian energi pada

alat tersebut. Oleh karena itu, seharusnya diwajibkan semua produsen alat

listrik mencantumkan pemakaian energi. (Adini, 2012)

𝑊 = 𝑃 𝑥 𝑡 [𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒] (2.2)

Dimana :

W = Energi Listrik (Wh)

P = Daya Listrik (Watt)

t = Satuan Waktu (Hour)

3. Faktor Daya

Faktor daya / power faktor (PF) /cos phi adalah rasio besarnya daya aktif

yang bisa kita manfaatkan terhadap daya aktif yang bisa kita manfaatkan

terhadap daya tampak yang dihasilkan sumber. Pada kasus sistem AC

dimana tegangan dan arus berbentuk sinusoida, perkalian antara keduanya


45

akan menghasilkan daya tampak (apparent power), satuan volt ampere (VA)

yang memiliki dua buah bagian. Bagian pertama adalah daya yang

termanfaatkan oleh konsumen, daya yeng termanfaatkan ini sering disebut

sebagai daya aktif (real power) memiliki satuan watt (W) yang mengalir dari

sisi sumber kesisi beban bernilai rata-rata tidak nol. Bagian kedua adalah

daya yang tidak termanfaatkan oleh konsumen, namun hanya ada di

jaringan, daya ini sering disebut dengan daya reaktif (reactive power)

memiliki satuan volt- ampere-reactive (VAR) bernilai rata-rata nol. Perlu

dikrtahui bila beban bersifat resistif hanya mengonsumsi daya aktif, beban

bersifat induktif mengonsumsi daya reaktif, dan beban kapasitif hanya

memberikan daya reaktif.

Gambar 3.3 Segitiga Daya.


Sumber: Ir. H. Mohamad Amir, 2017

3.4 Intensitas Kosumsi Energi (IKE)

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan perbandingan antara ju,lah total energi yang digunakan dengen luas

bangunan gedung dalam priode waktu tertentu (kWh/m2 atau kWh/m2/tahun). Nilai

IKE ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui potensi penghematan yang
46

dapat dilakukan pada setiap ruangan atau sebuah gedung secara keseluruan dalam

rangka konservasi energi. Nilai IKE ini juga dapat digunakan sebagai nilai

perbandingan dengan batas standar yang ada sehingga akan diketahui seberapa efisien

sebuah ruangan atau gedung tersebut. (Hasan, 2004)

IKE dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 (𝐾𝑊𝐻)


𝐼𝐾𝐸 = (2.3)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 (𝑚 2)

Dari nilai IKE inilah nantinya ditentukan tingkat efisiensi penggunaan energi listrik

berdasarkan standar yang digunakan. Konsumsi energi spesifik perluas lantai

menggunakan AC adalah sebagai berikut :

1. Jika presntase perbadingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas

lantai total gedung kurang dari 10%, maka gedung tersebut termasuk gedung

yang tidak menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙 (𝑘𝑊𝐻)


𝐼𝐾𝐸1 = (2.4)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚 2)

2. Jika presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap

luas lantai total gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC

dan konsumsi energi perluas lantai adalah :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑘𝑊𝐻)


𝐼𝐾𝐸2 = (2.5)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚 2 )

Jika presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap

luas total gedung yang menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai

adalah :

a. Konsumsi energi per luas lantai tidak menggunakan AC adalah :


47

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑘𝑊𝐻)


𝐼𝐾𝐸3 = (2.6)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚 2)

b. Konsumsi energi per luas lantai menggunakan AC adalah :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑘𝑊𝐻)


𝐼𝐾𝐸4 = (2.7)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚 2)

Untuk mencari penghematannya pencahayaan dan pendingin ruangan

dengan perhitungan penghematan energi dengan:

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 = (𝑝 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑 𝑥 𝑡)𝑥 𝑛 (𝑊𝑎𝑡𝑡) (2.8)

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥𝐶𝑜𝑠 𝑝ℎ𝑖 (𝑊𝑎𝑡𝑡) (2.9)

Tabel 3.1 Kriteria IKE bangunan gedung ber-AC

NO. Kriteria Ruang-ruangan ber-AC

(kWH/m2/bln

1 Sangat Efisien 4,17 s/d 7,92

2 Efisien 7,92 s/d 12,08

3 Cukup Efisien 12,08 s/d 14,58

4 Agak Boros 14,58 s/d 19,17

5 Boros 19,17 s/d 23,75

6 Sangat Boros 23,75 s/d 37,75

Sumber: Hasan, 2004


48

Tabel 3.2 Kriteria IKE bangunan gedung tidak ber-AC

NO. Kriteria Ruang-ruangan tidak ber-AC

(kWH/m2/bln

1 Sangat Efisien 0,82 s/d 1,67

2 Efisien 1,67 s/d 2,50

3 Boros 2,50 s/d 3,34

4 Sangat Boros 3,34 s/d 4,17

Sumber: Hasan, 2004


BAB IV

ANALISIS PENGELOLAHAN DATA

4.1 Pengelolahan Data

1. Pemilihan Data

Data yang dipakai dalam pengelolaan data pada penelitian ini adalah data

peralatan elektrik ruangan dan kamar Hotel Garuda Plaza Medan, data luas

ruangan, dan data perihal konsumsi energi di ruangan dan kamar Hotel

Garuda Plaza Medan yang diambil melalui pengamatan survei dan

wawancara. Selanjutnya data-data teresebut akan diolah untuk mencari

besarnya konsumsi energi listrik pada setiap ruangan dan kamar Hotel

Garuda Plaza Medan, namun tidak semua data dapat digunakan sebagai

acuan. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Hotel Garuda Plaza

Medan ini sudah di suplai PLN dengan golongan (B3/TM) dengan kapasitas

daya sebesar 690 kVA.

2. Data Luas Bangunan

Dengan menggunakan rumus dan data-data yang sudah diberikan pada

bagian sebelumnya maka perhitungan luas bangunan Hotel Garuda Plaza

Medan. Dapat diliahat dari gambar Layout Hotel Garuda Plaza Medan dan

tabel 4.1berikut:

49
50

Gambar 4.1 Layout Hotel Lantai 5 dan 6


Sumber: Fauzan Desain Graphic 2020

Gambar 4.1 merupakan sebuah layout Hotel Garuda Plaza lantai 5 dan 6

yang terdiri dari 138 ruangan yaitu kamar, lift, koridor dan tangga darurat,

dilantai lima tedapat sebuah koridor yang menuju ke dua arah kiri dan kanan,

yang kiri di sebut gedung 6C dan yang kanan disebut gedung 6A.
51

Gambar 4.2 Layout Hotel Lantai 3 dan 4


Sumber: Fauzan Desain Graphic 2020

Gambar 4.2 merupakan sebuah layout Hotel Garuda Plaza lantai 3 dan 4

yang terdiri dari 138 ruangan yaitu kamar, lift, koridor dan tangga darurat.

Dilantai empat terdapat sebuah koridor diberi nama gedung C yang menuju
52

ke lantai 5C, dan dilantai tiga terdapat juga sebuah koridor yang menuju

lantai 4C.

Gambar 4.3 Layout Hotel Lantai 1 dan 2


Sumber: Fauzan Disain Graphic 2020
53

Gambar 4.2 merupakan sebuah layout Hotel Garuda Plaza lantai 3 dan 4

yang terdiri dari 138 ruangan yaitu kamar, lift, koridor dan tangga darurat.

Di lantai dua terdapat sebuah koridor diberi nama gedung C yang menuju

lantai 2C dan 3C.

Tabel 4.1 Data Luas bangunan Hotel Garuda Plaza


No Nama Ruangan Jumlah Luas Area Luas Total [m²]
Ruangan [m²]
LANTAI SATU
1 Engineering 1 18,50 18,50
Departement
2 Security Room 1 12 12
3 Back Office 1 594,75 594,75
4 Musholla 1 16,50 16,50
5 House Keping Office 1 18 18
6 Store Storage 1 16 16
7 Parkit Metting Room 1 22,62 22,62
8 Cendrawasih Metting 1 26,52 26,52
Rom
9 Peacook Metting Room 1 37,44 37,44
10 PHRI 1 14 14
11 Boad Room 1 9,50 9,50
12 Garuda Café 1 90,50 90,50
13 Siar Tour 2 - 46,76
14 Plaza Salon 1 12 12
15 Drug Store 1 12 12
16 Lion Air 2 - 36
17 BRI 1 16 16
54

18 Warung Kopi Bar 1 57,60 57,60


19 Generator Room 1 18 18
20 Kitchen 1 72 72
21 Putri Bungsu Mitting 1 35,50 35,50
Roo
22 Pastri 1 18 18
23 Kaswari Metting Room 1 378 378
24 Executive 1 47,61 47,61
Metting Romm
25 Air Asia 1 30,90 30,90
26 Arminareka 1 113,76 113,76
27 Front Office 1 32,32 32,32
28 Lift 5 - 20,52
29 Tangga Darurat 3 4 12
30 Koridor 4 - 332,50
31 Toilet 4 - 50
32 Lobi 1 85,50 85,50
Sub Total 2208,28
LANTAI DUA
1 Garuda Convetion Hall 1 430,40 430,40
2 E&M 1 7,50 7,50
3 Musholla 1 35 35
4 BQT Storage 4 - 41
5 Superrior 32 30 960
6 Executive Deluxe 2 40 80
7 Deluxe 11 35 385
8 Family 4 65 260
9 Lift 6 - 24,25
10 Tangga Darurat 5 4 20
55

11 Koridor 4 - 360
Sub Total 2583,15
LANTAI TIGA
1 Family 5 - 305
2 Superrior 47 30 1410
3 Executitve Deluxe 2 40 80
4 Deluxe 6 35 210
5 Litf 5 - 18
6 Tangga Darurat 3 4 12
7 Koridor 4 - 260
Sub Total 2295
LANTAI EMPAT
1 Superrior 41 30 1230
2 Deluxe 10 35 350
3 Extra Bed Store 1 30 30
4 Executive Deluxe 1 40 40
5 Junior Swet 1 45 45
6 Lift 5 - 18
7 Tangga Darurat 3 4 12
8 Koridor 4 - 260
Sub Total 1985
LANTAI LIMA
1 Superrior 21 30 630
2 Executive 10 35 350
3 Deluxe 6 35 210
4 Executive Deluxe 1 40 40
5 Junior Swet 1 45 45
6 Lift 5 - 18
7 Tangga Darurat 4 4 12
56

8 Koridor 4 - 260
Sub Total 1565
LANTAI ENAM
1 Superrior 9 30 270
2 Garuda Deluxe 8 40 320
3 Executive swet 2 60 120
4 Junior swet 2 - 150
5 Garuda Swet 1 90 90
6 Mini 1 30 30
Barr Store
7 Eggineering Store 1 30 30
8 Lift 3 4 12
9 Tangga Darurat 2 4 8
10 Koridor 2 - 180
Sub Total 1198
Total 11.834,43
Sumber : Penulis, 2020

4.2 Dasar Perhitungan

1. Dasar Perhitungan Kebutuhan Lampu pada Ruangan

Untuk menentukan tingkat pencahayaan yang sesuia, kita perlu mengetahui

jenis armatur lampu yang cocok dan bagaimana mengurangi ruangan-

ruangan tersebut. Armatur adalah rumah lampu yang dipasang didalamnya.

Jumlah armatur yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan

tertentu dapat diketahui dengan persamaan :

𝐸𝑥𝐿
𝑁 = ∅𝑥𝐿𝐿𝐹 (4.1)
57

Dimana:

E = Tingkat pencahayaan (lux)

N = Jumlah titik lampu

L = Panjang Ruang (meter)

W = Lebar Ruangan

 = Total Lumen Lampu

LLF = Light loss factor / faktor rugi cahaya (0,7-0,8)

CU = Coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %)

N = jumlah Lampu dalam satu titik Lampu kuat Penerangan

Hotel = 200 – 500 lux

Apartemen = 100 – 200 lux

Perkantoran = 200 – 500 lux

Rumah Sakit/Sekolah = 200 – 800 lux

Toilet/Koridor = 100 – 200 lux

Untuk lumen pada lampu led tube dan bulb sudah ditetapkan standart lumen

sesuai data yakni 1600 dan 806 lumen. Contoh perhitungan satu : pada tabel

4.2 untuk lift lantai satu luas ruangan 20,52 m2 dipasang menggunakan

lampu led 9 watt dengan lumens.


58

E = 150 (antara 150 – 300 lux)

A = 20,52 m2

LLF = 0,8 (antara 0,7 - 0,8)

CU = 65% (antara 50-65%)

 = 806

N =1

Ditanya N ?

Penyelsaian

𝐸𝑋 𝐿 𝑋 𝑊
𝑁 = ∅ 𝑋 𝐿𝐿𝐹 𝑋 𝐶𝑈 𝑋 𝑛 (4.2)

150 X 20,52
N = 806 X 0,8 X 65% X 1

N = 7,2 buah = 8 buah

Contoh perhitungan dua: pada tabel 4.1 untuk ruang kamar luas ruang 21 m2

dipasang menggunakan lampu led tube 18 watt dengan 1600 lumens.

𝐸𝑋𝐿𝑋𝑊
𝑁= (4.3)
∅ 𝑋 𝐿𝐿𝐹 𝑋 𝐶𝑈 𝑋 𝑛

300 X 10,26
N= 1600 X 0,8 X 65% X 1

Untuk penghematan digunakan lampu TL 40 watt dengan lampu LED tube

18 watt dan LHE 15 watt dengan lampu LED bulb 9 watt perhitungan
59

penghematan dilakukan untuk lantai 1 sampai dengan lantai 6. Contoh

perhitungan satu: pada toilet 1 lantai 1 dimana cos φ dari lampu adalah 0,5,

N adalah 4, p adalah 9 dan t adalaah 2.

𝐾𝑤ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 = (𝑝 𝑥 cos 𝜑 𝑥 𝑡) 𝑥 𝑛 (4.4)

= (9 x 0,5 x 2 ) x 4

= 0.036 Kwh/hari

Contoh perhitungan dua: pada ruangan toilet lantai 1 dimana cos φ adalah

0,9 n adalah 8, p adalah 18 dengan t adalah 10

Kwh lampu = (p × cos φ × t) × n (4.5)

= (18 × 0,9 × 10) × 8

= 1.296 kWh/hari

3. Dasar Perhitungan Kebutuhan AC Pada Ruangan

AC yang menggunakan teknologi inverter bisa menghemat hingga 50%

penggunaan energi listrik. Yang membedakan AC berteknologi inverter

dengan AC konvensional biasa, bedanya terletak pada kerja kompresornya.

Kompresor pada inverter bekerja secara stabil dengan tidak adanya proses

mati hidup jika suhu ruangan mulai panas.

4. Dasar Perhitungan Kebutuhan Daya PLN

Untuk menghitung besarnya konsumsi energi listrik, harus mengetahui

terlebih dahulu berapa pemakaian tenaga listrik (kWh/hari), yaitu nilai


60

kebutuhan daya (watt) pada ruangan tersebut dikalikan lama pemakaian

dalam jam/hari (pers 2.2). Untuk mengetahui besarnya konsumsi energi

listrik dalam satuan rupiah maka dapat dihitung dengan persamaan.

Biaya Konsumsi Energi Listrik = P × t × TDL (4.6)

Dimana : TDL = Tarif Dasar Listrik dimana golongannya adalah B-3

5. Dasar Kebutuhan Listrik Pendingin Ruangan

Menghitung kapasitas/daya AC dengan menggunakan rumus 2.9

(W×H×I×L×E) / 60 = kebutuhan BTU) (4.7)

Contoh pada ruang generator room lantai satu : Ruang dengan luas 13,1 atau

(13,1 × 10,89 kaki), tinggi ruangan 3m (10 kaki) tidak berinsulas, dinding

panjang menghadap ke timur. Keterangan 3m = 10 kaki 1m = 3,3 kaki Jadi

kebutuhan BTU = (142.659 × 18 × 10 × 17) / 60 = 7.275 BTU alias cukup

dengan AC 1 PK.

Contoh pada lantai 3 ruang kamar, Ruang dengan luas 12,6 atau (12,6 ×

10,89 kaki), tinggi ruangan 3m (10 kaki) tidak berinsulas, dinding panjang

menghadap ke timur. Keterangan 3m = 10 kaki 1m = 3,3 kaki.

Jadi kebutuhan BTU = (137.34 × 18 × 10 × 17) / 60 = 7.004 BTU alias

cukup dengan AC 1 PK.


61

Contoh pada lantai 1 ruang office, Ruang dengan luas 52,5 atau (52,5 ×

10,89 kaki), tinggi ruangan 3m (10 kaki) tidak berinsulas, dinding panjang

menghadap ke timur. Keterangan 3m = 10 kaki 1m = 3,3 kaki, Jadi

kebutuhan BTU = (571.725 × 10 × 10 × 17) / 60 = 16.195,875 BTU alias

cukup dengan AC 1 PK.

4.3 Perhitungan Hasil Penelitian

1. Perhitungan Pemakaian Daya Lampu dan Pendingin Ruangan

Berdasarkan data peralatan elektrikal dikamar dan ruang-ruangan yang

didapat dari hasil pengamatan, diperkirakan beberapa hasil perhitungan

pemakaian daya (kW) pada ruangan.

Tabel 4.2 Data Pehitungan Total kWh Lampu Pada Hotel Dari Lantai 1
Sampai 6
No Nama Jenis Jum-lah Jam Daya Tota Total Total
Ruang- Lampu Arm- Opera Lamp l [w] Koms- biaya
an atur si u [w] umsi/ listik/
hari bulan
(Kwh) (Rp)
LANTAI SATU
Enggine- TL 5 18 18 90 1.458 48.758,
1 ering 7276

Securuty TL 3 24 18 54 1.166 39.006,


2
room 9820
Back TL 50 15 18 900 12.15 297.97
3
Office 0,002
4 Musholla CFL / 2/6 15 12 96 1.296 43.341,
62

LED 0912
House TL 6 18 18 108 1.749 58.510,
5 Keping 4731
Office
Store TL 6 12 18 108 1.166 28.605,
6
Storage 1201
Parkit CFL 3/19 12 12 264 2.851 95.350,
7 Metting /LED 4006
Room
Cendra- CFL 7/22 12 12 348 3.758 125.68
wasih /LED 9,1644
8
Metting
room
Peacook LED 22 12 12 264 2.851 95.350,
9 metting 4006
Room
PHRI TL 3 12 18 54 0.583 14.302,
10
5600
Boad CFL 4 12 12 48 0.518 12.703,
11
Room 5770
Garuda LED 30 18 12 360 5.832 195.03
12
Café 4,9104
Siar tour TL/LED 6/10 18 22 352 5.702 165.27
13
4,0277
Plaza CFL 1/3 18 12 48 0,648 21.670,
14
salon /LED 5456
Drug TL 4 18 18 72 1.164 33.806,
15
Store 0511
16 Lion Air LED 10 12 22 220 2.376 58.269,
63

6892
BRI LED 4 12 22 88 0.950 32.307,
17
8757
Warung LED 22 18 22 484 7.840 262.21
18
Kopi Bar 3,6017
Genrator TL 6 24 22 132 2.851 95.350,
19
Room 4006
Kitchen TL/CFL 12/4 24 22 352 7.603 254.26
20
7,7350
Putri LED 12 12 22 264 2.851 95.350,
21 Bungsu 4006
Metting
Pastri CFL 3/2 18 22 1.782 59.594,
22
/LED 0000
Kaswari LED 50 12 22 1100 11.880 397.29
23
Metting 3,3360
Executi- LED 30 12 22 660 7.128 238.37
24 ve 6,0016
Metting
Air Asia CFL / 2/10 12 22 264 2.851 82.637,
25
LED 0138
Arminar- LED 6 12 22 132 1.425 41.318,
26
eka 5069
Front TL/LED 4/2 24 22 72 2.851 95.350,
27
Office 400
Lift LED 16 24 12 192 5.184 173.36
28
4,3648
Tangga CFL / 2/2 10 12 48 0.432 4.447,0
29
Darurat LED 304
64

Koridor TL/LED 3/120 12 22 1440 15.940 533.09


30
5,4217
Toilet LED 16 24 12 192 4.147 138.69
31
1,4918
Lobi LED 16 24 12 192 4.147 138.69
32
1,4918
Sub Total 125,13 3.975,9927836
LANTAI DUA
Garuda LED 80 12 22 1760 19.008 635.66
1 Convet- 9,3376
ion Hall
E&M CFL 2 12 12 24 0.259 8.668,2
2
182
Musho- LED 10 10 12 120 1.08 36.117,
3
lla 576
BQT TL 2 12 22 44 0.475 15.891,
4
Storage 7334
Superrior CFL/LE 12/180 24 12 2304 49.766 1.664.2
5 D 97.902,
08
Execut- LED 16 24 12 192 4.147 138.69
6 ive 1,4918
Deluxe
Deluxe LED 66 24 12 792 17.107 572.10
7
2,4038
Family LED 32 24 12 384 8.294 277.38
8
2,9836
Lift LED 12 24 12 144 3.110 104.01
9
8,6188
65

Tangga LED 4 12 12 48 0.518 17.336,


10
Darurat 4364
Koridor TL/LED 16/10 24 18 5.896 197.20
11
1,9649
Nuri LED 20 12 12 240 2,595 86.682,
12
1824
Kenari LED 20 12 12 240 2,595 86.682,
13
1824
Rajawali LED 50 12 22 1100 11,88 397.29
14
A 3,336
Rajawali LED 50 12 22 1100 11,88 397.29
15
B 3,336
Sub Total 138,602 4.635,3297033
LANTAI TIGA
Superr- LED 282 24 12 3384 73.094 2.444.4
1 ior 37,543
6
Execut- LED 16 24 12 192 4.147 138.69
2 ive 1,4918
Deluxe
Deluxe LED 36 24 12 432 9.331 312.05
3
5,8566
Family CFL/LE 6/34 24 12 480 10.368 346.72
4
D 8,7296
Tangga LED 4 12 12 48 0.518 17.336,
5
Darurat 4364
Koridor TL/LED 16/10 24 18 5.896 197.20
6
1,9649
7 Lift LED 12 24 12 144 3.110 104.01
66

8,6188
Sub Total 106,464 3.560,4706417
LANTAI EMPAT
Superr- LED 246 24 12 2952 63.763 2.132.3
1 ior 81,687
0
Deluxe LED 60 24 12 720 15.552 520.09
2
3,0944
Extra TL 4 12 18 72 0.777 26.004,
3 Bed 6547
Store
Execut- LED 16 24 12 192 4.147 138.69
4 ive 1,4918
Deluxe
Junior LED 16 24 12 192 4.147 138.69
5
Swet 1,4918
Lift LED 12 24 12 144 3.110 104.01
6
8,6188
Tangga LED 4 24 12 48 0.518 17.336,
7
Darurat 4364
Koridor TL/LED 16/10 24 18 5.896 197.20
8
1,9649
Sub Total 98,006 3.274,4194398
LANTAI LIMA
Superr- LED 126 24 12 1512 32.659 1.092.1
1 ior 95,498
2
Deluxe LED 60 24 12 720 15.552 520.09
2
3,0944
67

Execut- LED 12 24 12 144 3.110 104.01


3 ive 8,6188
Deluxe
Junior LED 16 24 12 192 4.147 138.69
4
Swet 1,4918
Execut- LED 60 24 12 720 15.552 520.09
5
ive 3,0944
Lift LED 12 24 12 144 3.110 104.01
6
8,6188
Tangga LED 4 12 12 48 0.518 17.336,
7
Darurat 4364
Koridor TL/LED 16/10 24 18 5.896 197.20
8
1,9649
Sub Total 80,544 2.693,6488177
LANTAI ENAM
Superr- LED 54 24 12 648 13.996 468.08
1
ior 3,7849
Garuda LED 48 24 12 576 12.441 416.07
2
Deluxe 4,4755
Execut- LED 24 24 12 288 6.220 208.03
3
ive Swet 7,2377
Junior LED 36 24 12 432 16.329 546.09
4
Swet 7,7491
Garuda LED 12 24 12 144 3.110 104.01
5
Swet 8,6188
Tangga LED 4 12 12 48 0.518 17.336,
6
Darurat 4364
Koridor TL/LED 7/4 24 18 198 4.276 143.02
7
5,600
68

Lift LED 4 24 12 48 1.036 34.672,


8
8729
Sub Total 57.926 1.937,3467753
Total 481 20.023
Sumber : Penulis, 2020

Tabel 4.3 Data Perhitungan total Kwh AC pada Hotel dari Lantai 1 sampai 6
No Nama Jenis Jumla Jam Daya Total Total Total
Ruang- AC h opersi AC [w] [w] koms biaya
an AC umsi listrik
hari bulan
(Kwh) (RP)

LANTAI SATU
Enggi- Medea 1 12 900 900 9.720 325.05
nering 8,184
1
Depert-
ement
Securi- season 1 24 900 900 19.44 650.11
2 ty 0 6,368
Room
Musho- season 1 12 900 900 9.720 325.05
3
lla 8,184
House Changho 1 12 1800 1800 19.44 650.16
4 Keping ng 0 6,368
Office
Store - - - - - - -
5
Storage
Parkit Changho 2 12 1800 3600 38.88 1.300.2
6
Metting ng 0 32,736
69

Room
Cendr- General 2 12 1800 3600 38.88 1.300.2
7
awasih 0 32,736
Back Season/ 2/4 12 2200 13200 142.5 3.496.1
8 Office Medea 60 81,3
56
Peaco- Changho 2 12 1800 3600 38.88 1.300.2
ok ng 0 32,736
9
Metting
Room
PHRI season 1 12 900 900 9.720 325.05
10
8,184
Boad - - - - - - -
11
Room
Garuda Season/P 1/3 12 1875 7500 81 2.708.8
12
Café anasonic 18,2
Siar Seasoan/ 8 12 900 7200 77.76 2.253.7
13 Tour sharp 36,742
4
Plaza daikin 1 12 900 900 9.720 325.05
14
Salon 8,184
Drug season 1 12 900 900 9.720 325.05
15
Store 8,184
Lion - - - - - - -
16
Air
BRI Changho 1 12 1800 1800 19.44 650.16
17
ng 0 6,368
Warung season 2 18 4800 9600 155.5 5.200.9
18
Kopi 2 30,944
70

Barr
Genera- season 1 24 900 900 19.44 650.11
19
tor 6,368
20 Kichen - - - - - - -
Putri Sharp 2 12 900 1800 19.44 650.11
21 Bungsu 6,368
Metting
Pastri sharp 2 12 900 1800 19.44 650.11
22
6,368
Kaswa- season 5 12 4800 24000 259.2 8.668.2
23 ri 18,24
Metting
Execut- Panasoni 1 12 2570 2570 27.75 928.22
24 ive c 6 1,7032
Metting
Air Sharp 2 12 1800 3600 38.88 1.300.2
25 Asia /Changh 0 32,736
ong
Armin- - - - - - - -
26
reke
Fron Changho 2 24 900 1800 38.88 1.300.2
27
Office ng 32,736
28 Lift _ - - - - - -
Tangga - - - - - - -
29
Darurat
30 Koridor - - - - - - -
31 Toilet - - - - - - -
Lobi Season 2 18 4800 9600 155.5 5.200.9
32
2 30,944
71

Sub Total 1.239,516 971.552,418177


6
LANTAI DUA
Garuda Season / 4/2 12 4800 28.80 311.0 10.401.
Conve- Daikin 0 4 861,88
1
ntion 8
Hall
2 E&M - - - - - - -
Musho- Changho 1 12 1800 1800 19.44 650.11
3
lla ng 6,368
BQT - - - - - - -
4
Store
Superr- Season 32 24 900 28800 622.0 20.803.
5 ior 8 723,77
6
Execu- Changho 2 24 1800 3600 77.76 2.600.4
6
tive ng 65,472
Deluxe season 11 24 900 9900 213.8 7.151.2
7
4 08,048
Family Panason- 8 24 1800 14400 311.0 10.401.
8 ic 4 861,88
8
Nuri Changho 2 12 1800 3600 38.88 1.300.2
9 ng/Gener 0 32,736
al
Kenari Changho 2 12 1800 3600 38.88 1.300.2
10
ng 0 32,736
Rajaw- Daikin/S 1/5 12 4800 28800 311.0 10.401.
11
ali A eason 40 861,88
72

8
Rajaw- Daikin/S 1/5 12 4800 28800 311.0 10.401.
12 ali B eason 40 861,88
8
13 Lift - - - - - - -
Tangga - - - - - - -
14
Darurat
15 Koridor - - - - - - -
Sub Total 2.255,76 75.413,426688
LANTAI TIGA
Family Changho 7 24 1800 12600 272.1 9.101.6
1
ng 6 29,152
Super- Season 47 24 900 42300 913.6 30.555.
2 rior 8 469,29
6
Execu- Daikin/ 2 24 1800 3600 77.76 2.600.4
3 tive Changho 65,472
Deluxe ng
Deluxe Season 6 24 900 116.6 3.900.6
4
4 98
5 Lift - - - - - - -
Tangga - -- - - - - -
6
Darurat
7 Koridor - - - - - - -
Sub Total 1.430,24 46.158,26192
LANTAI EMPAT
Superr- Sharp/pan 41 24 900 21600 797.0 26.654.
1 or asonic 4 771,08
8
73

Deluxe Daikin 10 24 900 9000 194.4 6.501.1


2
63,68
Extra - - - - - - -
3 Bed
Store
Execut- Changhon 1 24 1800 1800 19.44 650.11
4 ive g 6,368
Deluxe
Junior Panasonic 2 24 900 1800 38.88 1.300.2
5
Swet 32,736
Tangga - - - - - - -
6
Darurat
7 Koridor - - - - - - -
8 Lift - - - - - - -
Sub Total 1.049,76 35.106,283872
LANTAI LIMA
Superr- Panasonic 21 24 900 18900 408.2 13.652.
1 or / sharp 4 443,72
8
Execut- Panasonic/ 10 24 1800 18000 388.8 13.002.
2
ve LG 327,36
Deluxe LG/Daikin 6 24 900 5400 116.6 3.900.6
3
4 98,208
Execut- Changhon 1 24 1800 1800 38.88 1.300.2
4 ive g 31,736
Deluxe
Junior Panasonic 2 24 1170 2340 50.54 1.690.3
5 Swet 4 02,556
8
74

6 Lift - - - - - - -
Tangga - - - - - - -
7
Darurat
8 Koridor - - - - - - -
Sub Total 1.003,104 33.546,0035888
LANTAI ENAM
Superr- Changho 9 24 900 8100 174.9 5.851.0
1 ior ng 6 47,312

Garuda LG/Daik 8 24 1800 14400 311.0 10.401.


2 Deluxe in 4 861,88
8
Execut- Daikin 2 24 1800 3600 77.76 2.600.4
3
ve swet 65,472
Junior LG 2 24 1800 3600 77.76 2.600.4
4 Swet 65,472
Garuda LG 2 24 1800 3600 77.76 2.600.4
5
Swet 65,472
Tangga - - - - - -
6
Darurat
7 Koridor - - - - - -
8 Lift - - - - - -
Sub Total 719,28 24.054,305616
Sumber: Penulis, 2020
75

Grafik Perbandingan Kwh Lampu dan AC


2500

2000

1500
Daya (Kwh)

Lampu
AC
1000

500

0
lantai 1 lantai 2 lantai 3 lantai 4 lantai 5 lantai 6

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan kWh Lampu dan AC


sumber: Penulis, 2020

2 Perhitungan Intensitas Komsumsi Energi Listrik

Dari data konsumsi energi listrik dan data luas bangunan di hotel Garuda
Plaza Medan, maka dapat dihitung nilai Intensitas Konsumsi Energi Listrik
(IKE) perbulan. Sebagai contoh untuk menghitung IKE bulan November
2019 adalah sebagai berikut:

a. Luas banguanan menggunakan AC lantai 1 sampai 6 : 8121,5 m2

b. Luas bangunan yang tidak menggunakan AC lantai 1 sampai 6 : 3712,93


m2
c. Luas total bangunan lantai 1 sampai 6 : 11843,43 m2
Total konsumsi energi penerangan lantai satu, lantai dua, lantai tiga dan
lantai empat, lima dan enam adalah 481.667 Kwh/hari atau 14.450
76

Kwh/bulan. Total konsumsi pendingin ruangan lantai satu, lantai dua, lantai
tiga, lantai empat, lima dan enam adalah 7697,66 Kwh/hari atau 230.929,8
Kwh/bulan. Total konsumsi energi penerangan dan energi pendingin ruangan
adalah . 245.379 Kwh / bulan.
a. Konsumsi energi perluas lantai tidak menggunakan ac adalah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖−𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐴𝐶
IKE 1 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚2

IKE Total =1,2 Kwh/m2/bulan (sangat efisien)

d. Konsumsi energi perluas lantai menggunakan ac adalah :

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐴𝐶 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖−𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐴𝐶


𝐼𝐾𝐸1 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑟 𝐴𝐶 + 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

230.929,9
𝐼𝐾𝐸 2 = 1,2
8121,5

IKE Total = 29,63 Kwh/m2/bulan (Boros)


77

Tabel 4.4 Besar IKE selama 1 tahun

No Bulan IKE (kWH/m2/bulan)

1 November 2018 29,63

2 Desember 2018 29,63

3 Januari 2019 29,63

4 Februari 2019 29,63

5 Maret 2019 29,63

6 April 2019 29,63

7 Mei 2019 29,63

8 Juni 2019 29,63

9 Juli 2019 29,63

10 Agustus 2019 29,63

11 September 2019 29,63

12 November 2019 29,63

Total IKE (kWH/m2/tahun 355

sumber :Penuis, 2020

pada tabel 4.4 dapat dilihat hasil perhitungan IKE selama satu tahun,

kemudian membandingkannya dengan stadart IKE untuk bangunan Hotel.

Dari hasil tersebut kita dapat melihat bahwa standart IKE Hotel Garuda

Plaza Medan adalah 355 kWH/m2/tahun telah melewati standart yang ada

yaitu standart untuk banguanan Hotel adalah 300 kWH/m2/tahun. Maka IKE

Hotel Garuda Plaza Medan lebih besar dari pada target IKE listrik atau dapat
78

dikatakan pemakaian energi listrik di Hotel Garuda Plaza Medan terlalu

berlebihan, sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut. Hal ini bertujuan

untuk mendapatkan besar IKE akhir yang mendekati atau kurang dari target

IKE atau kalaupun lebih rendah dari mula-mula.

4.4 Perhitungan dan Analisa Tahap 2

Dari hasil perhitungan data historis hotel dapat dilihat bahwa penyumbang

energi yang dikonsumsi dan berimbas pada besarnya biaya pengeluaran adalah energi

listrik yaitu sebesar 90 %. Energi listrik untuk pengkondisian udara mencapai 70 %

dari total konsumsi energi listrik. Disamping itu, dari analisa energi awal, juga

diperoleh harga IKE untuk perhotelan di indonesia yaitu sebesar 355 kWH/m2/tahun

dari 300 kWH/m2/tahun. Oleh karena itu pada bab ini akan diukur berapa besar

konsumsi energi listrik sesungguhnya dan diharapkan dari pengukuran ini dapat

mendekati proses sebenarnya (mendekati sistem) serta menghitung besar IKE listrik

dari hasil pengukuran yang dilakukan pada Hotel Garuda Plaza Medan.

Jika hasil dari penghitungan IKE listrik bedasarkan data dan kWh terukur pada

Hotel Garuda Plaza Medan nantinya masih lebih besar dari targer IKE listrik, maka

akan dilakukan usaha-usaha untuk penghematan yang akan dilakukan nantinya akan

lebih di fokuskan pada sistem pendingin ruangan atau AC (air conditioner) yang

menggunakan energi listrik yang sangat besar. Hal ini dimaksudkan agar usaha-usaha

yang dilakukan untuk penghematan energi akan sangat berarti (signifikan) dan

tentunya akan berimplikasi pada penghematan anggaran pengeluaran.


79

1. Data Perhitungan Pemakaian Daya Pendingin Ruangan

Dari data analisa sebelumnya yang melewati IKE target. Maka perhitungan

energi listrik dilakukan dengan menggunakan data berdasarkan hasil

perhitungan pemakaian daya (kW) pada ruangan yang sebelumnya sudah

dihitung namun dalam perhitungan tersebut yang paling besar

mengkonsumsi energi adalah sistem pendingin AC (air conditioner) yaitu

7697,66 kWH/hari. Maka oleh karena itu harus dilakukan perhitungan ulang

pada sistem pendingin yang sebelumnya didalam perhitungan sistem

pendingin ruangan pada Hotel Garuda Plaza Medan lebih sedikit yang

menggunakan AC berteknologi inverter, yaitu hanya 10% dari pada AC

konvensial biasa. Disitu kita dapat melihat peluang-peluang untuk

penghematan energi dengan cara menghitung keseluruahan AC

menggunakan teknologi inverter. Dan kita tahu bahwa hotel Garuda Plaza

Madan sudah tergolong dalam kategori Hotel Legend di Medan yang berdiri

sejak tahun 1958 maka dari situ kita bisa tahu bahwa sebagian peralatan

listrik sudah pasti ada yang butuh peremajaan atau disebut penggantian alat-

alat tersebut. Sebagai contoh pada AC yang umurnya lebih dari 5 tahun

maka perlu dilakukan penggantian unit ac baru. Dimana unit AC baru dan

AC lama memiliki perbedaan daya yang lumayan cukup bisa membantu

mengurangi beban energi pada pada gedung tersebut.


80

Tabel 4.5 Perbandingan Daya AC Standart dengan AC Inverter

AC Standart Type AC Standart Type AC Inverter Terbaru

Lama Terbaru low watt

No Ukuran Daya Ukuran Daya Ukuran Daya

PK AC PK AC PK AC

1 1/2 390 1/2 330 1/2 -

2 1 900 1 690 1 225-920

3 1,5 1,300 1,5 970 1,5 270-

1070

4 2 1,900 2 1,540 2 300-

1710

5 5 4,500 5 4,380 5 3500-

4500

Sumber : Penulis 2020

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa perbandingan daya AC standart
lama dengan AC standart low watt dan AC berteknologi Inverter sangat
berbeda cara kerja dan pengoperasiannya. Oleh sebab itu dapat kita lihat
grafik perbandingan cara kerjanyan sebagai berikut.
81

Grafik Kerja AC Inverter dan Non Inverter


1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
mulai selama selesai
pengoperasiaa
n

AC NON INVERTER AC INVERTER

Gambar 4.5 Grafik Kerja AC Inverter dan Non Inverter


Sumber : Penulis 2020

Dari gambar grafik diatas terlihat jelas bahwa cara kerja AC non inverter yaitu selama

proses ON/OFF masa operasional AC membuat kompresor bekerja secara penuh

pada saat suhu yang diinginkan belom tercapai dan membutuhkan daya listrik yang

lebih tinggi untuk mencapai suhu yang diinginkan. dan cara kerja AC Inverter yaitu

tidak ada Proses ON/OFF selama masa operasional AC karena saat suhu yang

diinginkan sudah tercapai, maka kompresor hanya mengurangi kecepatan putaranya

dan hanya sedikit daya listrik.


82

Tabel 4.6 Data Perhitungan tahap 2 total Kwh AC dari Lantai 1 sampai 6
Menggunakan AC Inverter

No Nama Jenis Juml Jam Daya Total Total Total


Ruang- AC ah opersi AC [w] [w] komsu biaya
an AC msi listrik
hari bulan
(Kwh) (RP)

LANTAI SATU
Enggi- Inverter 1 12 750 750 8.100 243.793
nering
1
Depert-
ement
Securi- Inverter 1 24 750 750 16.200 487.587
2 ty
Room
Musho- Inverter 1 12 750 750 8.100 243.793
3
lla
House Inverter 1 12 1400 1400 15.120 455.081
4 Keping
Office
Store - - - - - - -
5
Storage
Parkit Inverter 2 12 1400 2800 30.240 910.162
6 Metting
Room
Cendr- Inverter 2 12 1400 2800 30.240 910.162
7
awasih
8 Back Inverter 6 12 - 8550 92.340 2.038.11
83

Office 4
Peaco- Inverter 2 12 1400 2800 30.240 910.162
ok
9
Metting
Room
10 PHRI Inverter 1 12 750 750 8100 243.793
Boad - - - - - - -
11
Room
Garuda Inverter 4 12 - 5700 61.560 1.852.83
12
Café 1
Siar Inverter 8 12 750 6000 64.800 1.560.27
13
Tour 9
Plaza Inverter 1 12 750 750 8100 243.793
14
Salon
Drug Inverter 1 12 750 750 8100 243.793
15
Store
Lion - - - - - - -
16 Air

17 BRI Inverter 1 12 1400 1400 15.120 455.081


Warung Inverter 2 18 4000 8000 129.60 3.900.69
18 Kopi 0 8
Barr
Genera- Inverter 1 24 750 750 16200 487.586
19
tor
20 Kichen - - - - - - -
Putri Inverter 2 12 750 1500 16200 487.586
21 Bungsu
Metting
22 Pastri Inverter 2 12 750 1500 16200 487.586
84

Kaswa- Inverter 5 12 4000 20000 216000 6.500.98


23 ri 8
Metting
Executi Inverter 1 12 1400 1400 15120 455.081
24 ve
Metting
Air Inverter 2 12 - 2150 23220 559.100
25
Asia
Armina - - - - - - -
26
reke
Fron Inverter 2 24 750 1500 32400 975.174
27
Office
28 Lift _ - - - - - -
Tangga - - - - - - -
29
Darurat
30 Koridor - - - - - - -
31 Toilet - - - - - - -
Lobi Inverter 2 18 4000 8000 129.60 3.900.69
32
0 8
Sub Total 766.290 28.309.128
LANTAI DUA
Garuda Inverter 6 12 4000 24000 259.20 7.801.39
1 Conventi 0 6
on Hall
2 E&M - - - - - - -
Musho- Inverter 1 12 1400 1400 15.120 455.081
3
lla
BQT - - - - - - -
4
Store
85

Superr- Inverter 32 24 750 24000 518.40 15.602.7


5
ior 0 92
Execu- Inverter 2 24 1400 2800 60.480 1.820.32
6
tive 5
Deluxe Inverter 11 24 750 8250 178.20 5.363.46
7
0 0
Family Inverter 8 24 1400 11.20 241.92 7.281.30
8 0 0 3

9 Nuri Inverter 2 12 1400 2800 30.240 910.162


10 Kenari Inverter 2 12 1400 2800 30.240 910.162
Rajawali Inverter 6 12 4000 24000 259.20 7.801.39
11
A 0 6
Rajawali Inverter 6 12 4000 24000 259.20 7.801.39
12
B 0 6
13 Lift - - - - - - -
Tangga - - - - - - -
14
Darurat
15 Koridor - - - - - - -
Sub Total 1.852.200 47.946.077
LANTAI TIGA
Family Inverter 7 24 1400 9800 211.68 6.371.14
1
0 0
Super- Inverter 47 24 750 35.25 761.40 22.916.6
2
rior 0 0 01
Executi Inverter 2 24 1400 2800 60.480 1.820.32
3 ve 5
Deluxe
4 Deluxe Inverter 6 24 750 4500 97.200 2.925.41
86

8
5 Lift - - - - - - -
Tangga - -- - - - - -
6
Darurat
7 Koridor - - - - - - -
Sub Total 1.130.760 34.033.484
LANTAI EMPAT
Superri Inverter 41 24 750 30.75 664.20 19.991.0
1
or 0 0 78
Deluxe Inverter 10 24 750 7500 162.00 4.875.87
2
0 2
Extra - - - - - - -
3 Bed
Store
Executi Inverter 1 24 1400 1400 30.240 910.162
4 ve
Deluxe
Junior Inverter 2 24 750 1500 32.400 975.174
5
Swet
Tangga - - - - - - -
6
Darurat
7 Koridor - - - - - - -
8 Lift - - - - - - -
Sub Total 888.840
LANTAI LIMA
Superri Inverter 21 24 750 18000 388.80 13.002.3
1
or 0 27
Executi Inverter 10 24 1400 14000 302.40 9.101.62
2
ve 0 9
87

Deluxe Inverter 6 24 750 4500 97.200 2.925.52


3
3
Executi Inverter 1 24 1400 1400 30.240 910.162
4 ve
Deluxe
Juniot Inverter 2 24 - 2150 46.440 1.397.75
5
Swet 0
6 Lift - - - - - - -
Tangga - - - - - - -
7
Darurat
8 Koridor - - - - - - -
Sub Total 865.080 27.337.391
LANTAI ENAM
Superri Inverter 9 24 750 6.750 145.80 4.388.28
1 or 0 5

Garuda Inverter 8 24 1400 11.20 241.92 7.281.30


2
Deluxe 0 0 3
Executi Inverter 2 24 1400 2.800 60.480 1.632.96
3
ve swet 0
Junior Inverter 2 24 1400 2.800 60.480 1.632.96
4 Swet 0
Garuda Inverter 2 24 1400 2.800 60.480 1.632.96
5
Swet 0
Tangga - - - - - -
6
Darurat
7 koridor - - - - - -
8 Lift - - - - - -
Sub Total 569.160 16.568.468
Sumber : Penulis, 2020
88

2. Analisa Peluang Hemat Energi tahap 2


Apabila PHE ini di implementasikan pada Hotel Garuda Plaza Medan maka
dapat dicari besar IKE hasil analisa tahap 2 yaitu sebagai berikut :
a. Luas bangunan menggunakan AC lantai 1 sampai lantai 6 : 8121,5m2
b. Luas bangunan yang tidak menggunakan AC lantai 1 sampai lantai 6 :
3712,93
c. Luas total bangunan lantai 1 sampai lantai 6 : 11843,43

Total konsumsi pendingin ruangan lantai satu, lantai dua, lantai tiga, lantai
empat, lantai lima, lantai enam adalah 6.082.330 kWh/hari atau 182.460
kWH/hari.

Konsumsi energi perluas lantai adalah :

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐴𝐶 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐴𝐶


IKE 1 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑟−𝐴𝐶 + 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

182.460
IKE 2 = 1,2
8121,5

IKE total = 23,6 kWH/m2/bulan atau 283,2 kWH/m2/tahun.


Dari perhitungan diatas diperoleh besarnya IKE listrik hasil implementasi
PHE tahap 2 pada analisa konsumsi energi persatuan luas yang di
kondisikan (net area) adalah 283,2 kWH/m2/tahun ternyata implementasi
tahap 2 ini termasuk kategori efisien karena tidak melewati standart IKE
listrik pada gedung hotel sebesar 300 kWh/m2/tahun.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan analisa perhitungan kebutuhan energi listrik

yang dilakukan di Hotel Garuda Plaza Medan maka di peroleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dari hasil perhitungan maka didapat rata-rata pembayaran energi listrik

perbulan setelah dilakukan perhitungan tahap 2 dengan teknologi inverter di

Hotel Garuda Plaza Medan adalah sebesar Rp.200.946.12081/bulan

2. Potensi yang di dapat dari penghematan energi listrik dengan konsevasi

energi listrik menggunakan teknologi lampu led unit lebih hemat dari pada

lampu pijar maupun neon serta potensi penghematan energi listrik dengan

teknik konservasi energi listrik menggunakan pendingin berteknologi

inverter lebih hemat dari pada teknologi non inverter.

3. Besar Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dalam 19 bulan terakhir sebesar 355

kWh/m2/tahun yang menunjukan melebihi standart untuk bangunan hotel

sebesar 300 kWh/m/tahun sehingga dapat digolongkan dalam kriteria

penggunaa listrik tidak efisien. Oleh sebab itu dilakukan analisa tahap 2

dengan mengimplementasikan PHE dengan menggunakan AC berteknologi

Inverter maka di dapat hasil IKE sebesar 282,3 kWH/m2/tahun telah

89
90

termasuk kategori efisien karena tidak melewati IKE listrik gedung Hotel

sebesar 300 kWH/m2/tahun.


91

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang bisa diberikan dari hasil penelitan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:

1. Promosi penghematan pemakain lampu dan ac misalnya switch off policy

Mempromosikan penghematan penggunaan lampu dan ac dengan mematikan


lampu dan ac apabila tidak digunakan adalah usaha penghematan dengan
dana yang sangat kecil ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran
staff dan karyawan dengan pemasangan stiker dan poster di dekat tombol
lampu, Lampu dan ac pada daerah yang tidak digunakan harus dimatikan.

2. Adanyan dokumentasi yang lengkap dalam memanejemen hotel supaya

data untuk audit energi listrik lebih terpercaya. Untuk penelitian


selanjutnya dapat juga dilakukan konservasi energi listrik pada motor lift,
motor pompa air, atau boiler.

3. Perencanaan intsalasi pada gedung Hotel Garuda Plaza diharapkan sesuai


dengan PUIL,standart 2001.
92

DAFTAR PUSTAKA

Elza, Hulaiyah, Salim, dan Iswarayoga. (2005). Buku Panduan Efesiensi Energi di
Hotel. Jakarta : Pelangi
Pramuditya, Ryan. (2012). Analisa perbandingan biaya kebutuhan dan pengguna
energi Hotel Yusro Jombang. Tugas akhir S1. surabaya : ITS
Intruksi presiden (INPRES) Repuplik Indonesia No.13 Tahun 2011. tentang
Penghematan Energi dan Air conditoner
Sulasno. (2009). Teknik Konversi Energi Listrik dan sistem pengaturan, Edisi
pertama -Yokyakarta
Andini, Giardina Daru. (2012). Anlisis Potensi pemborosan Konsumsi Energi Listrik
pada Gedung Kelas Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta.
Universitas Indonesia
Peratura Presiden Republik Indonesia (2011). Golongan Tarif Dasar listrik
Sriwijayanto, M Haiban Agus salim. (2011). Sitem Intalasi Listrik Penerangan.
Klaten; Suka Mitra Kopetensi
Sudirman Palaloi. (2015). Pengujian dan Analisis Umur pakai Lampu Ligh Emitting
Diode (LED) Swabalast untuk Penahayaan Umum
Muhamad Faisal, Rudi Saputra. (2016). Perancangan dan Analisis Sistem HVAC
pada Gedung perkantoran X di Jakarta dengan Metode CLTD. jakarta; Bina
Teknika
Niko widya. (2018). Pembelajaran Teknik Pendingin. Malang; Lembaga kajian
profesi
IR H Muhamad Amir. (2017). Analisis Perbaikan Faktor Daya untuk Memenuhi
Penambahan Beban 300 kVa Tanpa Penambahan Daya PLN. Jakarta Selatan
Hasan, Shalahuddin. (2004). Pelaksanaan efisiensi Energi di Bangunan Gedung.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai