TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
TUGAS AKHIR
ii
iii
i
Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri bukan merupakan hasil
plagiat dari karya orang lain dan semua sumber baik yang dikutip maupun
yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NPM :1121805002
Tanda Tangan :
Teknik Mesin-ITI
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Ir. Jones Victor Tuapetel ST, MT, Ph.D, IPM, ASEAN-Eng
( )
Teknik Mesin-ITI
iii
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan nikmat-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan baik. Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Mesin
Institut Teknologi Indonesia. Dalam penyusunannya, penulis mendapatkan
bimbingan serta dorongan penuh cinta dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan
terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Ir. J. Victor Tuapetel, S.T., M.T., Ph.D., IPM selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin Institut Teknologi Indonesia yang telah mengarahkan saya
dalam penyusunan Tugas Akhir ini;
2. Dr.Agus Rusyana Hoetman sebagai Dosen Pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Tugas Akhir ini;
3. Ir.Rulyenzi Rasyid MKKK, IPM sebagai Dosen Penasehat Akademik yang
telah membimbing saya dari awal perkuliahan sampai dengan penyusunan
Tugas Akhir;
4. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi dan
mendo’akan penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah;
5. Bapak Syaiful Arif ST, MT yang telah memberikan support dan ilmu nya
kepada saya.
6. Rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Mesin Institut Teknologi Indonesia
Angkatan 2018 yang telah banyak membantu untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini;
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Semoga Tugas Akhir ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Tangerang Selatan, Agustus
2022
Teknik Mesin-ITI
ABSTRAK
Proses pendinginan udara pada suatau ruangan dapat mencapai temperatur dan
kelembapan yang sesuai dengan kondisi udara dari suatu ruangan tertentu, Untuk
meningkatkan kemampuan kerja alat pendingin maka kondensor dapat di modifikasi
dengan menggunakan pendingin media air dan blower tidak digunakan lagi sehingga
dapat menghemat daya penggerak blower. karakteristik perubahan suhu yang terjadi
dan pengaruhnya terhadap kemampuan kerja pendinginan, dalam ruang kelas D2
kampus Institut Teknologi indonesia sebesar 16348.32 W dan kapasitas pendinginan
AC ( Air Conditioner ) yang dipakai pada ruangan kelas adalah sebesar 19.200 W
dengan unit model AC Panasonic YN-GWKJ 1PK berjumlah 2 unit dapat digunakan
pada ruangan kelas, di bandingkan nilai Q total yang di dapat adalah 16348.32 W
dapat disimpulkan bahwa 2 unit AC yang digunakan pada ruangan kelas sudah
memenuhi standar efisiensi,karena nilai COP AC lebih besar dari nilai Q total
ABSTRACT
The process of cooling the air in a room can reach the appropriate temperature and
humidity according to the air conditions of a particular room. To improve the working
ability of the cooler, the condenser can be modified by using water cooling media and
the blower is no longer used so that it can save blower driving power. the
characteristics of temperature changes that occur and their effect on the ability to
work cooling, in the D2 class room at the Indonesian Institute of Technology campus
of 16348.32 W and the cooling capacity of the AC (Air Conditioner) used in the
classroom is 19,200 W with the Panasonic YN model AC unit -GWKJ 1PK totaling 2
units can be used in classrooms, compared to the total Q value obtained is 16348.32
W it can be concluded that the 2 AC units used in the classroom already meet
efficiency standards, because the AC COP value is greater than the Q value total
ABSTRAK................................................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................40
LAMPIRAN.............................................................................................................43
viii
DAFTAR GAMBAR
Teknik Mesin-ITI
vii
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1
Teknik Mesin-ITI
2
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, dapat diambil hipotesis bahwa AC
yang baik diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan di ruangan kelas.
Berdasarkan hal tersebut, berikut rumusan masalah yang akan di bahas yaitu:
a. Bagaimana sistem pendinginan yang ideal saat beroperasi di ruang kelas
berukuran 6 x 12 m ?
b. Bagaimana kinerja mesin AC yang stabil, agar mendapatkan COP yang
optimal ?
c. Bagaimana proses pengambilan data perhitungan beban panas yang akurat
guna merancang sistem pendingin di ruangan kelas ukuran 6 x12 m.
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, state of the art bidang penelitian, dan sistematika penulisan
yang berkaitan dengan AC antara lain kondensor,kompressor,sistem
pendingin.
Bab IV Perhitungan
Berisi tentang hasil perhitungan yang berkaitan dengan sistem pendingan
ruang kelas D2 yang berada di kampus institut teknologi indonesia, yang
berkaitan dengan sistem pendinginan ruangan.
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Teknik Mesin-ITI
kalor dari suatu ruangan. Cairan refrigerant tersebut kemudian diekspansikan ke
tekanan
evaporator untuk siklus selanjutnya oleh alat ekspansi. Gambar 2.1 merupakan
skema siklus refrigerasi.
6
Teknik Mesin-ITI
volumetric, kapasitas pendinginan, kapasitas kondensor, daya kompresor,
temperatur discharge, rasio tekanan dan aliran massa refrigerant
6
Teknik Mesin-ITI
berlomba-lomba dalam menghasilkan inovasi terbaik, dan Inovasi yang dilakukan
bukan hanya sekedar mementingkan estetika tetapi juga kenyaman untuk
pengguna.
2.2.3 Mengontrol kelembaban
Pada temperatur udara yang panas,apabila kelembaban udaranya masih
tinggi udara yang di hasilkan belum tentu sejuk. Apabila tingkat kelembabannya
rendah dan temperatur udaranya tinggi maka udara yang dihasilkan akan terasa
nyaman.Kelembaban udara sangat mempengaruhi proses penyejukan ruangan,
jika kelembaban udara tinggi maka akan memperlambat proses pendinginan
ruangan. Sebaiknya ruangan di pasang alat pengukur kelembaban udara dan
temperatur udara.
6
Teknik Mesin-ITI
sehingga bahan pendingin dapat mengalir dari satu bagian ke bagian yang
lain dalam sistem. Karena ada perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi
dan sisi tekanan rendah,maka bahan pendingin dapat menggalir melalui
alat pengatur bahan
pendingin ke evaporator. Kompresor dalam sistem refrigerasi berfungsi
untuk :
1. Menaikan tekanan di dalam evaporator, sehingga bahan pendingin cair
di evaporator dapat mendidih atau menguap pada suhu yang lebih
rendah dan menyerap panas lebih banyak dari ruang di dekat
evaporator.
2. Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator dengan suhu rendah
dan tekanan rendah lalu memanpatkan gas tersebut sehingga menjadi
gas suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kemudian mengalirkan ke
kondensor, sehingga gas tersebut dapat memberikan panasnya kepada
zat yang mendinginkan kondensor lalu mengembun. Gambar 2.2
merupakan kompressor air conditioner.
6
Teknik Mesin-ITI
Menurut Ridhuan & Juniawan (2014). Kondensor jenis ini
digunakan pada sistem yang berskala besar untuk keperluan komersil
di lokasi yang mudah memperoleh air bersih. Kondensor jenis ini
menjadi pilihan yang ekonomis bila terdapat suplai air bersih yang
mudah didapat dan murah. Pada umumnya kondensor seperti ini
berbentuk
6
Teknik Mesin-ITI
Gambar 2.4 Kondensor Berpendingin Udara
(Ridhuan & Juniawan, 2014)
6
Teknik Mesin-ITI
b. Jumlah udara per-menit yang dipakai untuk pendinginan
c. Perbedaan suhu antara bahan pendingin dengan udara luar.
d. Sifat dan karakteristik bahan pendingin yang dipakai.
Laju perpindahan kalor yang dibutuhkan di dalam kondensor
merupakan fungsi dari kapasitas refrigerasi,suhu penguapan serta suhu
pengembunan. Uap refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi
pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan dengan
mendinginkannya dengan air pendingin yang ada pada temperatur normal.
c. Evaporator
Evaporator adalah alat penukar kalor yang memegang peranan penting
dalam siklus refrigerasi, yaitu mendinginkan media di sekitarnnya. Pada
evaporator terjadi proses penguapan dimana refrigerant berubah dari fasa
cair menjadi fasa uap. komponen pada sistem pendingin yang berfungsi
sebagai penukar kalor, serta bertugas menguapkan refrigerant dalam
sistem, sebelum dihisap oleh kompresor.udara disekeliling evaporator
turun. Suhu udara yang rendah ini dipindahkan ketempat lain dengan jalan
dihembus oleh kipas, yang menyebabkan terjadinya aliran udara . Proses
ini terjadi serentak dengan penyerapan panas dari udara dan objek
pendingin sekitar evaporator, sehingga suhu udara dan objek pendingin
menjadi turun (Faozan, 2017).
Kompresor yang sedang bekerja menghisap bahan pendingin gas dari
evaporator membuat tekanan didalam evaporator menjadi rendah dan
6
Teknik Mesin-ITI
vakum. Fungsi evaporator merupakan kebalikan dari kondensor, yaitu
membuang panas ke udara sekitar tetapi untuk mengambil panas dari
udara di dekatnya. Perencanan evaporator harus mencakup penguapan
yang efektif dari bahan pendingin dengan penurunan tekanan yang
minimum dan pengambilan panas dari zat yang didinginkan secara efisien
(Siagian, 2015).
Menurut Faozan (2017), pada evaporator terjadi proses penguapan
dimana refrigerant berubah dari fasa cair menjadi fasa uap. Proses ini
terjadi serentak dengan penyerapan panas dari udara dan objek pendingin
sekitar
6
Teknik Mesin-ITI
2.3 Siklus Refrigerasi
Menurut Faozan (2017) dalam siklus refrigerasi, refrigerant menjalankan
fungsinya sebagai fluida kerja mengalami perubahan fase dari cair menjadi uap,
kemudian dari fase uap kembali menjadi fase cair, sehingga merupakan suatu
siklus aliran yang tertutup, kecuali siklus refrigerasi yang menggunakan udara
sebagai refrigerannya, dimana fase refrigerant tetap dalam fase gas. Berdasarkan
proses yang dialami refrigerant, siklus dapat di bedakan atas:
6
Teknik Mesin-ITI
kembali (evaporasi) sambil menyerap panas dari objek yang di inginkan, siklus
dari aliran refrigerant tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7 dalam menjalankan
fungsinya refrigerant mengalami proses:
a. Evaporasi (penguapan) di evaporator
b. Kompressi (pemompaan) di kompressor
c. Kondensasi (pengembunan) di kondensor
d. Ekspansi (penurunan tekanan) di katup ekspansi
6
Teknik Mesin-ITI
Gambar 2.8 Siklus Daur Kompresi Uap
(Ridhuan & Juniawan, 2014)
6
Teknik Mesin-ITI
Proses ekspansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak
terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan
temperatur. Proses penurunan tekanan terjadi pada katup expansi yang
berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfungsi untuk mengatur laju
aliran refrigerant dan menurunkan tekanan (Ridhuan & Juniawan, 2014).
6
Teknik Mesin-ITI
Gambar 2.9 Refrigerasi/ Siklus Pendingin
(Faozan, 2017).
6
Teknik Mesin-ITI
Semakin besar gradien, semakin tinggi tingkat perpindahan panas. Aplikasi
perpindahan panas dapat dilihat pada Gambar 2.10.
6
Teknik Mesin-ITI
2.5 Beban Pendinginan
Maluegha & Luntungan (2021), mendefinisikan bahwa beban pendinginan
adalah jumlah kalor yang dipindahkan oleh suatu sistem pengkondisian udara dari
perhitungan besarnya beban kalor baik kehilangan, maupun perolehan kalor dari
suatu ruangan yang dikondisikan.Beban kalor yang dimaksud merupakan beban
yang harus diatasi oleh AC. Sehingga perhitungan beban kalor digunakan untuk
memilih AC yang sesuai kapasitas yang diperlukan.
Beban kalor dalam suatu ruangan dapat dikelompokkan menjadi beban kalor
sensibel dan beban kalor laten. Total beban kalor yang harus diatasi oleh AC
merupakan jumlah dari beban kalor sensibel dan beban kalor laten yang dialami
oleh ruangan yang dikondisikan.
Beban kalor sensibel adalah beban kalor yang memberikan dampak
temperatur, dan beban kalor laten merupakan beban kalor yang memberikan
dampak kelembaban. Jaya et al.,(2020) menjelaskan beban pendinginan dihasilkan
dari proses perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi melalui
selubung bangunan, sumber internal dan komponen sistem. Komponen
bangunan yang dapat memengaruhi beban pendinginan meliput:
a. Ekternal: dinding, atap, jendela, skylight, pintu, partisi, dan lantai
b. Internal: lampu, penghuni, perlengkapan dan peralatan
c. Infiltrasi: kebocoran udara, dan perpindahan kelembaban
6
Teknik Mesin-ITI
Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan kerapatan karena
perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi bebas
(free natural convection). Bila gerakan fluida disebabkan oleh gaya pemaksa
atau eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang menggerakkan
fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan, maka perpindahan panasnya
disebut sebagai konveksi paksa (forced convection).
Oleh karena itu untuk mempertahankan suhu dan kelembaban udara pada
tingkat kenyamanan, panas dari dalam ruangan harus dibuang ke luar untuk
memperoleh temperatur nyaman di dalam ruangan (Sasuang et al., 2018).
6
Teknik Mesin-ITI
2.8 Perhitungan Beban Pendinginan
Berikut merupakan rumus perhitungan beban pendinginan :
6
Teknik Mesin-ITI
b. Beban pendingin Lampu dan peralatan listrik
6
Teknik Mesin-ITI
d. Beban pendingin melalui atap
Q = U × A × CLTD
Dimana :
U : Koefisien Kalor
A : Luas ruangan
CLTD : Cooling Load Temperature Difference
6
Teknik Mesin-ITI
Gambar 2.11 memperlihatkan distribusi radiasi matahari yang menimpa kaca
Maluegha & Luntungan, (2021) Menjelaskan selain jenis kaca, faktor lain
yang mempengaruhi perolehan kalor pada ruangan yang dikondisikan adalah
adanya bagian kaca yang tidak terekspos ke matahari (shaded) dan
dinyatakan dalam Faktor Bayangan (Shade Factor). Shade Factor dan Glass
Factor disatukan dalam Faktor Keseluruhan (Overall Factor).
6
Teknik Mesin-ITI
g. Beban pendingin melalui infiltrasi
6
Teknik Mesin-ITI
ql = 3010. Q. ∆ w
6
Teknik Mesin-ITI
`
`
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Data – Data
Observasi Ruangan D2
Dimensi Ruangan
kelas Perhitungan
YA
Selesai
27
Teknik Mesin-ITI
28
Teknik Mesin-ITI
29
`
kelas dilakukan dulu pengukuran dimensi ruangan kelas. pada gambar 3.3
diketahui bahwa ruangan kelas D2 merupakan ruangan yang ada di dalam
ruangan,Ruangan ini bersebelahan dengan gedung E dan gedung C. Di semua sisi
ruangan kelas D2 ini langsung berhadapan dengan ruangan kelas lainnya,di
sebelah ruang kelas D2 merupakan Lorong ruangan yang menghubungkan gedung
D ke gedung E dan C.
Di dalam gedung ini masing masing terdapat 8 kelas yang digunakan untuk
proses belajar mahasiswa
Teknik Mesin-ITI
26
Pada gambar 3.4 merupakan tampak samping ruangan kelas D2 ,ruangan ini
secara langsung terkena dampak radiasi sinar matahari. Diketahui bahwa ruangan
kelas ini merupakan ruangan yang ada di dalam ruangan ,ruangan kelas ini
terletak pada gedung D dan bersebelahan pada gedung E .
Teknik Mesin-ITI
31
`
Teknik Mesin-ITI
32
Teknik Mesin-ITI
3.7 Data Primer
Data primer adalah data yang diperolah dari hasil observasi pada bangunan
yang meliputi :
1. Data konstruksi ruangan
a. Bahan material bangunan yang digunakan gedung.
b. Jumlah lapisan-lapisan pada dinding.
c. Jenis kaca dan pintu pada bagunan.
Teknik Mesin-ITI
32
BAB IV
PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan
Perhitungan beban pendingin dilakukan untuk mengetahui daya yang
dibutuhkan mesin pendingin agar udara sesuai dengan yang diinginkan.
Qs = N × SHG × CLF
Dimana :
N = 30 orang
SHG = 75 W
CLF = 0,7
Teknik Mesin-ITI
32
Q = 3,4 × W × BF ×CLF
Dimana :
W = 2.722
BF = 1,25
CLF = 1,0
Q = ( 3.4 × 2.722 × 1.25 × 1 )
Q total = 11, 568 watt
Teknik Mesin-ITI
32
Teknik Mesin-ITI
32
+
Total = 1877.4 watt
+
ERSH ( Effective Room Sensible Heat ) = 3239.92 watt
2. Beban Laten
Mahasiswa = 1650 watt
Infiltrasi = 168.033 watt
+
Total = 1.818.033 watt
Faktor kemanan 15 % = 2593.43 watt
+
Room Laten Heat ( RLH ) = 4411.463 watt
Teknik Mesin-ITI
32
+
ERLH = 5405.612 watt
+
ERTH = 16348.32 watt
Teknik Mesin-ITI
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil dari total beban kalor pada ruangan kelas D2 Institut Teknologi
Indonesia adalah sebesar 16348.32 W dan kapasitas pendinginan AC (
Air Conditioner ) yang dipakai pada ruangan kelas adalah sebesar 19.200
W dengan unit model AC Panasonic YN-GWKJ 1PK berjumlah 2 unit
dapat digunakan pada ruangan kelas.
2. Dengan nilai beban panas total ruangan di dapat adalah 16348.32 W dapat
disimpulkan bahwa 2 unit AC yang digunakan pada ruangan kelas sudah
memenuhi daya,
5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya perlu dianalisa dengan rentang waktu
lebih lama agar hasil penelitian lebih sempurna
2. Sebelum pengambilan data di perlukan kalibrasi alat ukur agar hasil sesuai
3. Diperlukan nya alat ukur yang lebih bagus dan berkualitas agar hasil yang
di dapat lebih akurat dan maksimal.
4. Beban pendinginan pada ruangan kelas dapat berubah – ubah . sehingga
untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan perhitungan beban
pendinginan lebih actual.
39
Teknik Mesin-ITI
DAFTAR PUSTAKA
40
Teknik Mesin-ITI
38
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/rekayasamekanika/article/view/13270
Ridhuan, K., & Juniawan, I. G. A. (2014). Pengaruh Media Pendingin Air Pada
Kondensor Terhadap Kemampuan Kerja Mesin Pendingin. Turbo : Jurnal
Program Studi Teknik Mesin, 3(2), 1–6. https://doi.org/10.24127/trb.v3i2.11
Sasuang, Vernando; Sappu, Frans; Luntungan, H. (2018). PERHITUNGAN
BEBAN PENDINGIN PADA RUANG SIDANG FAKULTAS TEKNIK
UNSRAT Vernando. Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume, 7 Nomor 1,
25–36.
Siagian, S. (2015). Analysis Of Condensor Performance Analysis Of A Cooling
System Using Freon R-134 A Based On A Cooling Fan Running Variation.
Jurnal BINA TEKNIKA, II(2), 124–130.
W. F. Stoecker (University of Illinois at Urbana-Champaign); J. W. Jones, U. of
T. at A. A. (1979). Refrigeration and Air Conditioning, Second Edition.
McGrow Hill, Singapore, 90(4), 667–670.
Yakub dan Herman. (2011). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention
Center Di Kota Tegal, 4(80), 4.
Ambarita, J. R., Nasution, A. H., & Setyawan, E. Y. (2018). Analisa Perpindahan
Panas Tangki Air Berkapasitas 80 Liter Pada Pemanas Air Tenaga Surya
Sistem Hybrid. Jurnal Flywheel, 9(2), 7–11.
Cycles, R., Comfort, T., Health, I. E., Buildings, A. A., Resources, E.,
Information, C. D., Estimating, E., Methods, M., & Design, D. (1997). 1997
ASHRAE Handbook. ASHRAE Handbook. http://www.ashrae.org.
Effendy, M. (2015). Pengaruh Kecepatan Putar Poros Kompresor Terhadap
Prestasi Kerja Mesin Pendingin Ac. Media Mesin: Majalah Teknik Mesin,
6(2), 55–62. https://doi.org/10.23917/mesin.v6i2.2898
Faozan, I. (2017). Analisis Perbandingan Evaporator Kulkas (Lemari Es) Dengan
Mengunakan Refrigerant R-22 Dan R-134a. Jurnal Teknik Mesin, 4(3), 33.
https://doi.org/10.22441/jtm.v4i3.1272
Jaya, A. K., Harahap, C. O., & Andarini, R. (2020). Analisis Perhitungan Beban
Pendinginan Ruang Dhammasala Vihara Padumuttara menggunakan Metode
CLTD. Ultima Computing : Jurnal Sistem Komputer, 12(2), 57–64.
https://doi.org/10.31937/sk.v12i2.1709
Teknik Mesin-ITI
38
LAMPIRAN
Teknik Mesin-ITI
38
Teknik Mesin-ITI
38
Teknik Mesin-ITI
38
Teknik Mesin-ITI
38
Teknik Mesin-ITI
38
Teknik Mesin-ITI
38
Teknik Mesin-ITI
38
Teknik Mesin-ITI
50
Teknik Mesin-ITI