Anda di halaman 1dari 72

DIKTAT KULIAH

SISTEM LINIER

Disusun Oleh:
Muhammad Andang Novianta, ST., MT

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2007
Mata kuliah SISTEM LINIER

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan diktat kuliah Sistem Linier. Diktat ini
diharapkan dapat membantu para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Teknik
Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta untuk lebih mengenal dan
memahami konsep sinyal dan sistem serta penerapannya. Diktat ini dapat diselesaikan atas
bantuan banyak pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam diktat ini untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan diktat ini. Akhirnya semoga
diktat ini bermanfaat bagi proses belajar mengajar pada Program Studi Teknik Elektro
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Yogyakarta, Januari 2007


Penulis

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta ii


Mata kuliah SISTEM LINIER

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------- i
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------------- v
DAFTAR GAMBAR ------------------------------------------------------------------- vi

BAB 1. OPERASI SINYAL ----------------------------------------------------- 1


1.1. Pendahuluan -------------------------------------------------------- 1
1.2. Sinyal Diskrit dan Kontinyu -------------------------------------- 1
1.3. Representasi Sinyal ------------------------------------------------- 4
1.4. Pergeseran, Pemantulan dan Penskalaan Waktu ---------------- 6

BAB 2. SISTEM LINIER TAK UBAH WAKTU --------------------------- 10


2.1. Pendahuluan ------------------------------------------------------- 10
2.2. Persamaan Diferensial Sistem ----------------------------------- 11
2.3. Persamaan Beda Sistem -------------------------------------------- 14
2.4. Tanggapan Impuls -------------------------------------------------- 16
2.5. Konvolusi Kontinyu ------------------------------------------------ 17
2.6. Konvolusi Diskrit --------------------------------------------------- 21

BAB 3. TRANSFORMASI LAPLACE -------------------------------------- 25


3.1. Pengertian Laplace Transform ---------------------------------- 25
3.2. Karakteristik Transformasi Laplace ---------------------------- 27
3.3. Transformasi Laplace Balik ------------------------------------- 29
3.4. Transformasi Laplace Untuk Penyelesaian Persamaan
Diferensial ------------------------------------------------------------ 32

BAB 4. TOPOLOGI SISTEM -------------------------------------------------- 34


4.1. Fungsi Alih --------------------------------------------------------- 34
4.2. Aljabar Diagram Blok -------------------------------------------- 35
4.3. Penerapan Aljabar Diagram Blok Dalam Pemodelan Sistem --- 39

BAB 5. PENDEKATAN RUANG KEADAAN ------------------------------ 44


5.1. Konsep Dasar ------------------------------------------------------- 44

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta iii


Mata kuliah SISTEM LINIER

5.2. Representasi Sistem Dalam Persamaan Ruang Keadaan ----- 45


5.3. Persamaan Ruang Keadaan Dari Fungsi Alih ------------------ 49
5.4. Kompensator -------------------------------------------------------- 57
5.5. Controllability dan Observability System ----------------------- 60

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------- 63

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta iv


Mata kuliah SISTEM LINIER

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Transformasi Laplace ----------------------------------------------- 26

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta v


Mata kuliah SISTEM LINIER

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Sistem kontinyu --------------------------------------------------------- 1
Gambar 1.2 Sistem diskrit ---------------------------------------------------------- 1
Gambar 1.3 Sinyal x(t) = u(t) -------------------------------------------------------- 2
Gambar 1.4 Sinyal x(t) = P(t) -------------------------------------------------------- 2
Gambar 1.5 Sinyal x(t) = (t) -------------------------------------------------------- 3
Gambar 1.6 Sinyal x(n) = (n) -------------------------------------------------------- 3
Gambar 1.7 Sinyal x(n) = u(n) -------------------------------------------------------- 3
Gambar 1.8 Sinyal x(t) --------------------------------------------------------------- 4
Gambar 1.9 (a) Sinyal y(t), (b) sinyal y1= u(t-a), (c) sinyal y2=u(t-b) ---------- 5
Gambar 1.10 (a) Sinyal x(2t), (b) Sinyal x(0,5t) ----------------------------------- 7
Gambar 1.11 (a) Sinyal x(t-1), (b) Sinyal x(t+2) ----------------------------------- 8
Gambar 1.12 (a) Sinyal x(-t), (b) Sinyal x(-0,5t) ----------------------------------- 9
Gambar 2.1 Rangkaian RLC untuk contoh 2.1 ------------------------------------ 11
Gambar 2.2 Sinyal x(p), h(p) dan h(t-p) ------------------------------------------- 19
Gambar 2.3 (a) Sinyal x(p) dan h(t-p) pada saat t<1
(b) Sinyal x(p) dan h(t-p) pada saat 1<t<2
(c) Sinyal x(p) dan h(t-p) pada saat 2<t<3
(d) Sinyal x(p) dan h(t-p) pada saat t> ------------------------------- 20
Gambar 2.4 Sinyal r(t) hasil konvolusi x(t) dan h(t) ----------------------------- 21
Gambar 2.5 (a) Sinyal x(k) dan y(k)
(b) Sinyal y(-k) dan y(n-k) pada saat n=1
(c) Sinyal hasil konvolusi r(n) ---------------------------------------- 24
Gambar 4.1 Fungsi alih sistem -------------------------------------------------------- 34
Gambar 4.2 Fungsi alih sistem dengan masukan r keluaran c --------------------- 35
Gambar 4.3 Fungsi alih sistem dengan masukan dan gangguan ----------------- 35
Gambar 5.1 Hubungan masukan dan keluaran dengan keadaan sistem -------- 44
Gambar 5.2 Sistem sederhana dengan masukan x(t) keluaran y(t) --------------- 44
Gambar 5.3 Realisasi umum persamaan keadaan ---------------------------------- 46

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta vi


Mata kuliah SISTEM LINIER

Gambar 5.4 Sistem massa pegas sederhana ----------------------------------------- 46


Gambar 5.5 Realisasi persamaan keadaan sistem massa pegas ------------------ 47
Gambar 5.6 Penjabaran sistem pada contoh 5.2 ------------------------------------ 48

Gambar 5.7 Realisasi umum persamaan ruang keadaan dari fungsi alih
dengan masukan tidak mengandung turunan ------------------------ 50
Gambar 5.8 Realisasi umum persamaan ruang keadaan dari fungsi alih
dengan masukan mengandung turunan ------------------------------- 51
Gambar 5.9 Realisasi sistem contoh 5.3 ---------------------------------------------- 53
Gambar 5.10 Sistem contoh 5.4 -------------------------------------------------------- 53
Gambar 5.11 Realisasi sistem contoh 5.4 --------------------------------------------- 55
Gambar 5.12 Bentuk dasar realisasi sistem Gambar 5.10 -------------------------- 55
Gambar 5.13 Dasar pembentukan Gambar 5.11 -------------------------------------- 56
Gambar 5.14 Modifikasi realisasi sistem Gambar 5.11 ------------------------------ 56
Gambar 5.15 Realisasi dalam bentuk lain sistem contoh 5.4 ----------------------- 57
Gambar 5.16 Realisasi sistem dengan kompensator di depan --------------------- 58
Gambar 5.17 Realisasi sistem dengan kompensator di belakang ----------------- 59

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta vii


Mata kuliah SISTEM LINIER

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta viii


Mata kuliah SISTEM LINIER

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta ix


Mata kuliah SISTEM LINIER

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 1


Mata kuliah SISTEM LINIER

Berikut dijelaskan beberapa sinyal yang sering digunakan dalam analisa sinyal dan
sistem.
a) Sinyal undak satuan u(t)
Suatu sinyal x(t) didefinisikan sebagai u(t) jika
x(t) = 1, t>0
= 0, t<0

x(t)

Gambar 1.3 Sinyal x(t) = u(t)

Sinyal ini dapat dipakai untuk merepresentasikan permulaan dan akhir suatu
sinyal yang lebih kompleks.

b) Sinyal kotak P(t)


Sinyal x(t) dikatakan sebagai P(t) jika
x(t) = 1, -0,5<t<0,5
= 0, t lainnya
x(t)

-0,5 0,5 t

Gambar 1.4 Sinyal x(t) = P(t)

c) Sinyal segitiga (t)


Sinyal x(t) disebut sebagai (t) jika
x(t) = 1 - t , -1<t<1
= 0, t lainnya

x(t)

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 2


-1 1 t
Mata kuliah SISTEM LINIER

Gambar 1.5 Sinyal x(t) = (t)

d) Sinyal pulsa satuan (n)


Sinyal x(n) disebut sebagai (n) jika
x(n) = 1, n=0
= 0, n lainnya
x(n)

Gambar 1.6 Sinyal x(n) = (n)


Sinyal (n) biasa digunakan untuk mencari tanggapan cuplik satuan suatu sistem
diskrit. Sinyal ini juga dipergunakan untuk menyatakan suatu fungsi lain:

f ( n) k f ( k ) ( n k )

(1.1)

e) Sinyal undak satuan diskrit u(n)


Sinyal x(n) disebut sebagai u(n) jika
x(n) = 1, n0
= 0, n lainnya
x(n)

Gambar 1.7 Sinyal x(n) = u(n)


1.3. Representasi Sinyal
Sinyal dapat direpresentasikan dalam berbagai cara. Representasi sinyal kontinyu
dapat dijelaskan dengan lebih mudah dengan contoh berikut:
Contoh soal 1.1:

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 3


Mata kuliah SISTEM LINIER

Suatu sinyal kontinyu seperti gambar berikut representasikan dalam suatu persamaan
isyarat:
x(t)

1 2 3 t
Gambar 1.8 Sinyal x(t)

Penyelesaian:
Sinyal x(t) diatas mempunyai tiga kondisi yaitu: pada saat 0<t<2, pada saat 2<t<3
dan saat t yang lain. Dengan demikian dapat dirumuskan suatu fungsi sebagai
berikut:
x1(t),0<t<2
x(t) = x2(t),2<t<3
x3(t),t lainnya
Dari grafik x(t) dapat dilihat bahwa kondisi selain 0<t<2 dan 2<t<3 tidak ada sinyal
x(t) atau dapat dituliskan x3(t) = 0. Sedangkan pada saat 2<t<3 terlihat bahwa sinyal
x(t) bernilai 1 sehingga dapat dituliskan x2(t) = 1.
Untuk mencari nilai x1(t) dipergunakan rumusan persamaan garis antara dua titik.
Isyarat x1(t) melalu titik (0,0) yang selanjutnya disebut titik 1 dan titik (2,1) yang
selanjutnya disebut titik 2. Dengan dasar tersebut maka isyarat x1(t) dapat dicari
sebagai berikut:
x1 (t ) x1 t t1

x 2 x1 t 2 t1

dengan memasukan nilai-nilai titik 1 dan titik 2 didapatkan:


x1 (t ) 0 t 0

1 0 20
maka:
t
x1 (t )
2
Jadi x(t) dapat ditulis menjadi persamaan berikut :
05t, 0<t<2
x(t) = 1, 2<t<3

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 4


Mata kuliah SISTEM LINIER

0, t lainnya
Untuk menuliskan persamaan x(t) dalam satu persamaan dapat digunakan u(t-a) dan
u(-b) sebagai awal dan akhir dari sinyal tersebut. Hal tersebut dapat dipahami dengan
ilustrasi sebagai berikut:
y(t)

a b t

(a)
y1(t) y2(t)

1 1

a b t a b t

(b) (c)
Gambar 1.9 (a) Sinyal y(t), (b) sinyal y1= u(t-a), (c) sinyal y2=u(t-b)

Pada Gambar 1.9(a) adalah suatu sinyal yang bernilai 1 yang dimulai pada t = a dan
diakhiri pada t = b.
Sinyal tersebut dari gambar dapat dilihat merupakan hasil pengurangan sinyal y 1(t) =
u(t-a) (sinyal undak satuan yang tergeser ke kanan sejauh a) dengan sinyal y2(t) =
u(t-b) (sinyal undak satuan yang tergeser ke kanan sejauh a).
y(t) = y1(t) y2(t)
= u(t-a) u(t-b)
Untuk menyatakan suatu sinyal x(t) = e -t yang hanya mempunyai nilai pada saat t=1
sampai t = 5 dapat dinyatakan sebagai berikut:
x(t) = e-t{u(t-1) u(t-5)}

Contoh soal 1.2:


Representasikan sinyal pada contoh 1.1 dalam satu persamaan
0,5t, 0<t<2

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 5


Mata kuliah SISTEM LINIER

x(t) = 1, 2<t<3
0, t lainnya
Penyelesaian:
Sinyal tersebut terdiri dari dua isyarat yaitu isyarat bernilai 0,5t yang dimulai dari t=0
sampai t=2 dan isyarat yang bernilai 1 yang mulai saat t=2 dan berakhir pada t=3,
maka dapat dinyatakan sebagai berikut:
x(t) = 0,5t{u(t-0)-u(t-2)} + {u(t-2)-u(t-3)}
= 0,5t {u(t)-u(t-2)} + u(t)-u(t-3)

1.4. Pergeseran, Pemantulan dan Penskalaan Waktu


Dalam suatu sistem terjadi berbagai macam tindakan terhadap isyarat yang
diterimanya. Tindakan atau operasi-operasi isyarat dilakukan dalam upaya
mendapatkan isyarat yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Berikut akan
dibahas tiga operasi dasar terhadap sinyal. Operasi pergeseran adalah operasi
menggeser sinyal ke kanan atau ke kiri pada sumbu waktu. Dalam aplikasi
pengolahan sinyal, hal ini dilakukan dengan tunda waktu. Operasi pemantulan
dilakukan dengan mencerminkan isyarat terhadap sumbu vertikalnya. Penskalaan
waktu adalah upaya menyempit dan melebarkan isyarat pada sumbu waktu. Operasi-
operasi tersebut akan mudah dipahami dengan contoh sebagai berikut:
Contoh soal 1.3:
Lakukan operasi-operasi berikut terhadap isyarat x(t) pada contoh soal 1.1.
a) Penskalaan waktu x(2t) dan x(0.5t)
b) Operasi pergeseran x(t-1) dan x(t+2)
c) Operasi pencerminan x(-t) dan x(-0,5t)
Penyelesaian:
a) x(2t) dapat dicari dengan memasukan 2t untuk menggantikan t pada fungsi x(t)
0,5t, 0<t<2
x(t) = 1, 2<t<3
0, t lainnya
Nilai t digantidengan 2t maka didapatkan:

0,5.2t, 0<2t<2
x(2t) = 1, 2<2t<3
0, 2t lainnya

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 6


Mata kuliah SISTEM LINIER

Dengan menyederhanakan 2t maka didapat:


t, 0<t<1
x(2t) = 1, 1<t<1,5
0, t lainnya
Sedangkan untuk x(0.5t) dapat dicari sebagai berikut:
0,5(0,5t), 0<0,5t<2
x(0,5t) = 1, 2<0,5t<3
0, 0,5t lainnya
Dengan penyederhanaan didapat:
0,25t , 0<t<4
x(0,5t) = 1, 4<t<6
0, t lainnya

x(2t) x(0,5t)

1 1

1 2 3 t 1 2 3 4 5 6 t

(a) (b)

Gambar 1.10 (a) Sinyal x(2t), (b) Sinyal x(0,5t)

Pada Gambar 1.10, kalau dibandingkan dengan gambar sinyal x(t) terlihat jelas
operasi penskalaan waktu. Sinyal x(2t) merupakan operasi penyempitan skala waktu
setengah kali dari skala waktu asli. Sinyal x(0,5t) merupakan operasi pelebaran skala
waktu dua kali dari waktu aslinya.

b) x(t-1) dapat dicari sebagai berikut :


0,5(t-1), 0<t-1<2
x(t-1) = 1, 2<t-1<3
0, t-1 lainnya
dengan penyederhanaan:
0,5t-0,5, 1<t<3
x(t-1) = 1, 3<t<4
0, t lainnya

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 7


Mata kuliah SISTEM LINIER

Sedangkan x(t+2) dapat dicari sebagai berikut:


0,5(t+2), 0<t+2<2
x(t+2) = 1, 2<t+2<3
0, t+2 lainnya
x(t+2) dapat disederhanakan:
0,5t+1, -2<t<0
x(t+2) = 1, 0<t<1
0, t lainnya
Sinyal x(t-1) dan x(t+2) dapat digambarkan sebagai berikut:
x(t-1)
x(t+2)

1
1

1 2 3 4 5 t -3 -2 -1 1 2 t

(a) (b)
Gambar 1.11 (a) Sinyal x(t-1), (b) Sinyal x(t+2)

Pada Gambar 1.11, terlihat operasi pergeseran sinyal. Sinyal x(t-1) adalah sinyal
x(t) yang tergeser 1 ke kanan. Sinyal x(t+2) adalah sinyal x(t) yang tergeser ke
kiri sejauh 2. Jadi pada isyarat dengan t mempunyai tanda positif maka akan
tergeser ke kanan sebesar suatu bilangan kalau di kurangi suatu bilangan tersebut.
Untuk pergesaran ke kiri (ditambah suatu bilangan) juga demikian.

c) Operasi pencerminan x(-t) dan x(-0,5t)


Nilai x(-t) dapat dicari sebagai berikut:
-0,5t, 0<-t<2
x(-t) = 1, 2<-t<3
0, -t lainnya
dengan penyederhanaan didapatkan :

-0,5t, -2<t<0
x(-t) = 1, -3<t<-2
0, t lainnya

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 8


Mata kuliah SISTEM LINIER

Sedangkan sinyal x(-0,5t) adalah sebagai berikut:


0,5(-0,5)t, 0<-0,5t<2
x(-0,5t) = 1, 2<-0,5t<3
0, -0,5t lainnya
dengan penyederhanaan didapatkan :
-0,25t, -4<t<0
x(-0,5t) = 1, -6<t<-4
0, t lainnya
Sinyal x(-t) dan x(-0,5t) dapat digambarkan sebagai berikut:

x(-t) x(-0,5t)

1 1

-3 -2 -1 1 t -6 -5 -4 -3 -2 -1 t

(a) (b)
Gambar 1.12 (a) Sinyal x(-t), (b) Sinyal x(-0,5t)

Pada Gambar 1.12, dapat dilihat bahwa sinyal x(-t) adalah hasil pencerminan
sinyal x(t). Sinyal x(-0,5t) adalah hasil pencerminan dan penskalaan waktu sinyal
aslinya.

BAB 2
SISTEM LINIER TAK UBAH WAKTU

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 9


Mata kuliah SISTEM LINIER

Bab 2 pada diktat ini akan membahas tentang sistem linier tak ubah waktu kausal.
Pembahasan ini dilakukan dengan mempertimbangkan banyaknya model linier yang
digunakan dalam hampir semua bidang kerekayasaan.
Sistem linier mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a) Sifat kehomogenan
Jika input u memberikan keluaran y maka input au akan menghasilkan keluaran ay.
b) Sifat superposisi
Jika input u1 and u2 menghasilkan output y1 and y2, dan untuk l input (u1+u2)
menghasilkan output (y1+y2).

2.1. Pendahuluan
Sistem dapat diartikan sebagai hubungan antara input dan output. Pada umumnya
input adalah sebab dan output adalah akibat. Beberapa contoh sistem yang umum kita
kenal adalah:
1) Sebuah rangkaian listrik dengan input tegangan dan / atau arus sumber sedangkan
outputnya yaitu tegangan dan / atau arus yang mengalir pada beberapa titik pada
rangkaian tersebut.
2) Sebuah sistem kanal komunikasi dengan input sebanding dengan sinyal yang
ditransmisi pada kanal tersebut sedangkan outputnya adalah sinyal yang sampai
pada ujung kanal.
3) Sebuah sistem biologi seperti mata manusia dengan input sinyal gambar yang
masuk ke retina mata dan outputnya adalah rangsangan syaraf yang selanjutnya
diolah di otak untuk pengambilan keputusan informasi apa yang masuk.
4) Sebuah manipulator robot dengan input n torsi yang diaplikasikan ke robot
tersebut dan output posisi akhir salah satu lengannya.
5) Proses manufaktur, dengan input bahan mentah yang dimasukkan dan outputnya
berupa jumlah barang yang diproduksinya.
6) Lebih spesifik lagi dalam bidang engineering sistem sering diartikan sebagai
model matematik yang mengubungkan antara masukan atau gaya luar dengan
keluaran atau tanggapan sistem. Sistem dapat diklasifikasikan dalam berbagai
kategori.
a) Sistem kausal dan non kausal
Sistem kausal: y(t) = x(t) + 2x(t-1)

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 10


Mata kuliah SISTEM LINIER

Sistem non kausal: y(t) = x(t+1) x(t) + 3x(t-2)


Sistem kausal memberikan nilai keluaran terhadap masukan yang telah masuk
pada sistem. Semua sistem fisika yang nyata termasuk dalam sistem kausal.
Sistem non kausal adalah sistem antisipatif yaitu sistem mampu memberi
respon terhadap masukan yang akan datang. Sistem non kausal sering ditemui
dalam aplikasi elektrik modern seperti pada sistem kendali adaptif.

b) Sistem bermemori dan tanpa memori


Sistem bermemori adalah sistem yang keluarannya merupakan fungsi dari
masukan sekarang dan masukan sebelumnya.
Sistem bermemori: y(t) = -4x(t-1) + 2x(t)
Sistem tanpa memori: y(t) = 2x(t)

2.2. Persamaan Diferensial Sistem


Penggambaran sistem waktu kontinyu, selalu berkaitan dengan bentuk representasi
matematik yang mengambarkan sistem tersebut dalam keseluruhan waktu. Dapat pula
secara sederhana dikatakan, bahwa suatu sistem disebut sebagai sistem waktu
kontinyu jika input dan output berupa sinyal waktu kontinyu. Sistem kontinyu dapat
dinyatakan dalam persamaan diferensial sistem. Dengan masukan adalah x(t) dan
ouput y(t) maka sistem linier tak ubah waktu dapat dinyatakan sebagai berikut:
any(n)(t) + an-1y(n-1) (t) + + a1y(t)+ a0y(t) = b0x(t) + b1x(t) + + an-1x(n-1)(t)+ anxn(t) (2.1)
Suku kanan persamaan tersebut sering digabungkan menjadi:
f(t) = b0x(t) + b1x(t) + .. + an-1x(n-1)(t)+ anxn(t)
dengan f(t) disebut fungsi pemaksa. Berikut contoh persamaan diferensial sistem:
Contoh soal 2.1:
Modelkan sistem berikut dalam persamaan Diferensial
R=2 L=1H

e(t) 2A/dt i(t) C=0,5 F

Gambar 2.1 Rangkaian RLC untuk contoh 2.1


Penyelesaian:
Dengan hukum Kirchoff tegangan didapatkan:

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 11


Mata kuliah SISTEM LINIER

t
e(t) Ri(t) L di/dt 1/C i(t)dt , t 0
0

dengan mendiferensialkan kedua suku didapat:


de(t) di(t) d 2 i (t ) 1
R L i (t )
dt dt dt 2 C
keadaan awal untuk memecahkan persamaan ini adalah:
di(t)
t 0
2 i(0+)=0
dt
Untuk memecahkan persamaan diferensial disajikan teorema sebagai berikut:
Persamaan diferensial sistem: any(n)(t) + an-1y(n-1) (t) + .. + a1y(t)+ a0y(t) mempunyai
keadaan awal: y(0), y(0),,yn-1 maka tanggapan lengkap sistem:
y(t) = yho(t) + yf0(t)
dengan:
yho(t) = tanggapan homogen, alami, bebas, dan transient.
yf0(t) = tanggapan paksa, akhir, steady state.
Tanggapan homogen didapatkan dengan menyelesaikan persamaan sistem pada saat
masukan sama dengan nol f(t)=0. Tanggapan ini disebut tanggapan alami sistem
merupakan tanggapan sistem sebelum ada masukan. Tanggapan paksa didapatkan
dengan menerapkan masukan f(t) pada sistem.
Untuk lebih jelas, disajikan contoh berikut.
Contoh soal 2.2:
Selesaikan persamaan diferensial berikut jika diberikan kondisi awal y(0) = 1 dan
y(0) = 2
y(t) + 3y(t) + 2y(t) = e2t
Penyelesaian:
a) Langkah 1. Mencari yho(t)
Persamaan homogen sistem adalah sebagai berikut:
y(t) + 3y(t) + 2y(t) = 0
Dengan permisalan bahwa yho(t) = Aemt maka didapatkan :
d(Aemt)/dt2 + 3d(Aemt)/dt +2(Aemt) = 0
Aemt(m2 + 3m + 2) = 0
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa tidak ada nilai A (selain nol) dan nilai e mt
(kecuali m = - ) yang membuat nilai suku kiri nol. Nilai A= 0 dan m = - tidak

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 12


Mata kuliah SISTEM LINIER

diinginkan untuk menyelesaikan persamaan maka nilai m yang memenuhi


persamaan diatas adalah:
(m2 + 3m + 2) = 0
sehingga m = -1 dan m =-2.
Dengan demikian solusi untuk yho(t) adalah:
yho(t) = A1e-t + A2e-2t
b) Langkah 2. Mencari yfo(t)
Menyelesaikan persamaan:
y(t) + 3y(t) + 2y(t) = e2t
Berdasarkan perkiraan keluaraan terhadap masukan yang ada dilakukan
permisalan sebagai berikut:
yfo(t) = Ae2t
Subsitusi ke dalam persamaan sistem menghasilkan:
(4A+6A+2A)e2t = e2t
dari persamaaan tersebut didapatkan :
(4A+6A+2A) = 1
A = 0,083
Dengan demikian :
yfo(t) = 0,083e2t

c) Langkah 3.
Dengan menggabungkan langkah 1 dan langkah 2 maka didapatkan tanggapan
lengkap sistem:
y(t) = A1e-t + A2e-2t + 0,083e2t
d) Langkah 4.
Langkah 4. menerapkan keadaan awal y(0) = 1 dan y(0) = 2 pada tanggapan
lengkap sistem.
Dengan menerapkan y(0)=1 didapatkan:
y(0) = A1e-1*0 + A2e-2*0 + 0,083e2*0
1 = A1 + A2 + 0,083
A1 + A2 = 0,917
Dengan menerapkan y(0) = 2 didapatkan:
d(y(t))/dt = d(A1e-t)/dt + d(A2e-2t)/dt + d(0,083e2t)/dt

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 13


Mata kuliah SISTEM LINIER

dengan memasukan nilai keadaan awal:


2 = - A1 - 2A2 + 0,166
A1 + 2A2 = -1,834
Dengan eliminasi persamaan yang didapatkan dari keadaan 1 dan 2 didapatkan:
A2 = -2,751 dan A1 =3,668
Dengan demikian tanggapan lengkap sistem adalah:
y(t) = 3,668e-t 2,751e-2t + 0,083e2t
2.3. Persamaan Beda Sistem
Persamaan beda sistem adalah persamaan hubungan masukan dan keluaran pada
sistem diskrit. Dengan keluaran adalah y(n) sedangkan masukan adalah x(n)
persamaaan beda sistem dapat ditulis sebagai berikut:
any(n) + an-1y(n-1) + .. + apy(n-p) = bnx(n) + bn-1x(n-1) + .. + an-mx(n-m) (2.2)
Suku kanan persamaan tersebut sering digabungkan menjadi:
f(n) = bnx(n) + bn-1x(n-1) + .. + an-mx(n-m)
dengan f(n) disebut fungsi pemaksa.
Persamaan beda sistem orde p dengan kondisi awal y(-1), y(-2), y(-3),.y(-p)
mempunyai tanggapan lengkap:
y(n) = yho(n) + yf0(n)
dengan:
yho(n) = tanggapan homogen, alami, bebas, dan transient.
yf0(n) = tanggapan paksa, akhir, steady state.
Tanggapan homogen didapatkan dengan menyelesaikan persamaan sistem pada saat
masukan sama dengan nol f(n)=0. Tanggapan paksa didapatkan dengan menerapkan
masukan f(n) pada sistem.
Contoh soal 2.3:
Selesaikan persamaan beda sistem berikut jika diberikan kondisi awal y(-1) = 2
y(n) + 0,2y(n-1) = 6.
Penyelesaian:
a) Langkah 1. Mencari yho(n)
Persamaan homogen sistem adalah sebagai berikut:
y(n) + 0,2y(n-1) = 0
Dengan permisalan yho(n) = C()n maka:
y(n-1) = C()n-1 = kn

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 14


Mata kuliah SISTEM LINIER

dengan k= C-1
Subsitusi kepersamaan homogen sistem menghasilkan :
C()n + 0,2 C()n-1 =0
C()n-1( + 0,2) =0
Hanya nilai C=0 dan ()n-1 = 0 yamg membuat nilai suku kiri nol dari komponen
C()n. Nilai-nilai ini tidak diinginkan untuk menyelesaikan persamaan maka nilai
yang memenuhi persamaan diatas adalah:
+ 0,2 =0
= - 0,2
Dengan demikian solusi untuk yho(n) adalah:
yho(n) = C(-0,2)n
b) Langkah 2. Mencari yfo(n)
Tanggapan paksa sistem didapatkan dengan menyelesaikan persamaan:
y(n) + 0,2y(n-1) =6
Berdasarkan perkiraan keluaran terhadap masukan yang ada dilakukan permisalan
sebagai berikut:
yfo(n) = A (untuk penjumlahan semua yfo(n))
Subsitusi ke dalam persamaan sistem menghasilkan:
yfo(n) + 0,2 yfo(n-1) =6
A + 0,2A =6
A=5
Dengan demikian:
yfo(n) = 5

c) Langkah 3.
Dengan menggabungkan langkah 1 dan langkah 2 maka didapatkan tanggapan
lengkap sistem:
y(n) = 5 + C(-0,2)n
d) Langkah 4.
Menerapkan keadaan awal y(0) = 1 dan y(0) = 2 pada tanggapan lengkap sistem.
Dengan menerapkan y(-1) = 2 didapatkan:
y(-1) = 5 + C(-0,2)-1
5C = 5 2

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 15


Mata kuliah SISTEM LINIER

C=0,6
Dengan demikian tanggapan lengkap sistem adalah:
y(n) = 5 + 0,6(-0,2)n
2.4. Tanggapan Impuls
Tanggapan impuls h(t)n adalah tanggapan sistem jika mendapat masukan berupa
sinyal impuls. Suatu sistem linier tak ubah waktu:
any(n)(t) + an-1y(n-1) (t) + .. + a1y(t)+ a0y(t) = b0x(t) + b1x(t) + .. + bmxm(t)
mempunyai tanggapan impuls h(t) dengan rumusan berikut:
x(t) = (t) dan y(t)=0, -<t<0
h(t) = y(t)x(t)=(t) (2.3)
Contoh soal 2.4:
Tentukan tanggapan impuls sistem 2y(t) + 3y(t) = 4 x(t).
Penyelesaian:
Untuk mencari tanggapan implus maka masukan x(t) = (t).
2y(t) + 3y(t) = 4 (t)
Dengan h(t) = y(t)x(t)=(t) maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut:
2h(t) + 3h(t) = 4 (t) (1)
Dari penyelesaian persamaan diferensial yang telah dipelajari sebelumnya kita dapat
mengasumsikan penyelesaian untuk h(t):
h(t) = Ae-1,5tu(t) + 0(t)
diasumsikan 0(t) karena pada sistem orde satu ini masukan tidak mempunyai (t)
sehingga untuk t>0 (t)=0.
Dengan subsitusi asumsi ke persamaan (1) dihasilkan:
2d/dt[Ae-1,5tu(t)] + 3A e-1,5tu(t) = 4(t)
Dengan mempertimbangkan waktu t=0 didapatkan:
2Ae-1,5tt=0(t) = 4(t)
2A(t) = 4(t)
A=2
Dengan demikian:
h(t) = 2 e-1,5tu(t)

Contoh soal 2.5:


Tentukan tanggapan impuls sistem y(t) + 3y(t) + 2y(t) = 3x(t) + 2 x(t).

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 16


Mata kuliah SISTEM LINIER

Penyelesaian:
Untuk mencari tanggapan implus maka masukan x(t) = (t).
y(t) + 3y(t) + 2y(t) = 3(t) + 2(t)
dengan persamaan karakteristik:
m2 + 3m +2 =0
dan y(t) tidak mengandung komponen (t) (tidak terdapat (t) diruas kanan) maka
dapat diasumsikan:
y(t)= A1e-t u(t)+ A2e-2t u(t)+0(t)
atau:
y(t)= -A1e-t u(t) -2A2e-2t u(t)+(A1+A2)(t)
maka dengan mengevaluasi komponen (t) didapatkan :
(A1+A2)(t) = 2(t)
A1+A2 = 2 (1)
Dengan mengevaluasi koefisien (t) didapatkan:
3(A1+A2)(t) -A1e-tt=0(t) -2A2e-2tt=0(t) = 3(t)
3(A1+A2) - A1 - 2A2 = 3
2A1+A2 = 3 (2)
Dengan menyelesaikan persamaan (1) dan (2) didapat A1=1 dan A2 = 1
Dengan demikian tanggapan impuls sistem:
h(t) = e-t u(t) + e-2t u(t)

2.5. Konvolusi Kontinyu


Keluaran sistem dengan tanggapan impuls h(t) dan masukan x(t) dapat
direpresentasikan sebagai:
y (t ) x( ) (t )
all


y (t ) x( p ) h(t

p ) dp (2.4)

atau dapat juga dinyatakan:



y (t ) h( p ) x(t

p ) dp

Kedua rumusan diatas dikenal sebagai integral konvolusi. Untuk dua fungsi
sembarang x(t) dan h(t) maka integral konvolusi r(t) dapat dinyatakan sebagai:
r(t) = x(t) * h(t)

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 17


Mata kuliah SISTEM LINIER


r (t ) x ( p) h(t

p ) dp

Konvolusi kontinyu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:


a) Komutatif
x(t)*y(t) = y(t)*x(t)
rxy(t) = ryx(t)

b) Distributif
x(t)*[y(t) z(t)] = [x(t)*y(t)] [x(t)*z(t)]
rxy(t) = ryx(t) rxz(t)

c) Asosiatif
x(t)*[y(t)*z(t)] = [x(t)*y(t)]*z(t)
Untuk memperjelas penggunaan integral konvolusi disajikan contoh sebagai berikut:
Contoh soal 2.5:
Dua buah isyarat mempunyai rumusan sebagai berikut:
x(t) = 1 0<t<1
0, t lainnya
dan,
h(t) = 1 1<t<2
0, t lainnya
Carilah sinyal r(t) yang merupakan hasil konvolusi dua isyarat tersebut.
Penyelesaian:
Untuk mencari nilai konvolusi kedua isyarat kontinyu digunakan:
r(t) = x(t) * h(t)

r (t ) x ( p) h(t

p ) dp

Pada rumus diatas dapat dilihat bahwa untuk mencari nilai r(t) diperlukan sinyal x(p)
dan sinyal h(t-p).
x(t) = 1 0<t<1
0, t lainnya
maka,
x(p) = 1 0<p<1
0, p lainnya

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 18


Mata kuliah SISTEM LINIER

sedangkan h(t-p) dapat dicari sebagai berikut:


h(t-p) = 1 1<t-p<2
0, t-p lainnya
yang dibutuhkan adalah fungsi h dalam p maka:
h(t-p) = 1 -2+t<p<-1+t
0, p lainnya
Untuk mempermudah diilustrasikan sebagai berikut:
x(p) h(p) h(t-p)

1 1 1

-1 1 p -1 1 2 p t-2 t-1 1 p
Gambar 2.2 Sinyal x(p), h(p) dan h(t-p)

Pada gambar diatas sinyal h(t-p) adalah sinyal h(-p) yang tergeser sejauh t. Dari
rumusan integral konvolusi dapat dilihat bahwa sinyal h(-p) dijalankan dari -
sampai +. Nilai integral konvolusi dapat dibagi menjadi beberapa kasus penggal
waktu t yaitu:
Pada saat t<1
Pada saat 1<t<2
Pada saat 2<t<3
Pada saat t>3
Untuk memperjelas keempat kasus ini x(p) dan h(t-p) digambarkan dalam satu sumbu
y(p).
y(p) y(p)

h(t-p) x(p) h(t-p) 1 x(p)


1

t-2 t-1 1 p t-2 t-1 1 p

(a) (b)
y(p) y(p)

x(p) h(t-p) x(p) h(t-p)


1 1
Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 19
t-2 1 t-1 p 1 t-2 t-1 p

(c) (d)
Mata kuliah SISTEM LINIER

Gambar 2.3 (a) Sinyal x(p) dan h(t-p) pada saat t<1
(b) Sinyal x(p) dan h(t-p) pada saat 1<t<2
(c) Sinyal x(p) dan h(t-p) pada saat 2<t<3
(d) Sinyal x(p) dan h(t-p) pada saat t>3

Hasil konvolusi r(t) pada tiap penggal waktu tersebut adalah sebagai berikut
a) Pada saat t<1
Pada periode ini sinyal h(t-p) belum sampai ke titik awal x(p) maka:

r (t ) x ( p) h(t

p ) dp

r(t) = 0

b) Pada saat 1<t<2


Pada saat 1<t<2 batasan bawah integral konvolusi berdasar Gambar 2.2 (b) adalah
0 dengan batas atas t-1.
t 1
r (t ) x( p)h(t p)dp
0

t 1
r (t ) (1)(1)dp
0

r(t) = t-1
c) Pada saat 2<t<3
Pada saat 2<t<3 batasan bawah integral konvolusi berdasar Gambar 2.2 (c) adalah
t-2 dengan batas atas 1.
1
r (t ) x( p)h(t p)dp
t 2

1
r (t ) (1)(1)dp
t 2

r(t) = 1-(t-2)

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 20


Mata kuliah SISTEM LINIER

= 3-t

d) Pada saat t<3


Pada waktu ini h(t-p) sudah meninggalkan batas akhir x(p) sehingga:

r (t ) x ( p) h(t

p ) dp

r(t) = 0
Dengan demikian hasil konvolusi secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
t-1 1<t<2
r(t) = 3-t 2<t<3
0, t lainnya
r(t)

t-1

1 3-t

1 2 3 t
Gambar 2.4 Sinyal r(t) hasil konvolusi x(t) dan h(t)

2.6. Konvolusi Diskrit


Konvolusi diskrit antara dua sinyal x(n) dan h(n) dapat dirumuskan sebagai berikut:
r(n) x(n) * h(n) x(k)h(n - k) (2.5)
all k

Komputasi tersebut diselesaikan dengan merubah indeks waktu diskrit n menjadi k


dalam sinyal x[n] dan h[n]. Sinyal yang dihasilkan x[k] dan h[k] selanjutnya menjadi
sebuah fungsi waktu diskrit k. Langkah berikutnya adalah menentukan h[n-k]
dengan h[k] merupakan pencerminan dari h[k] yang diorientasikan pada sumbu
vertikal dan h[n-k] merupakan h[ki] yang digeser ke kanan dengan sejauh n. Saat
pertama kali hasil perkalian x[k]k[n-k] terbentuk, nilai pada konvolusi x[n]*v[n]
pada titik n dihitung dengan menjumlahkan nilai x[k]h[n-k] sesuai rentang k pada
sederetan nilai integer tertentu. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan dalam contoh
berikut.
Contoh soal 2.6:
Dua buah isyarat diskrit x(n) dan y(n) mempunyai representasi sebagai berikut:
x(n) = 1 n = -1,0,1
0, n lainnya

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 21


Mata kuliah SISTEM LINIER

sedangkan,
1 n=1
y(n) = 2, n=2
0, n lainnya
carilah r(n) = x(n)*y(n).
Penyelesaian:
Untuk mencari nilai r(n) adalah sebagai berikut:
r(n) x(n) * y(n) x(k)y(n - k)
all k

dari rumusan tersebut dibutuhkan x(k) dan y(n-k).


Nilai x(k) didapat dengan mengganti indeks n menjadi k.
x(k) = 1 k = -1,0,1
0, k lainnya
Sedangkan y(n-k) adalah sebagai berikut :
1 k=n-1
y(n-k) = 2, k=n-2
0, n lainnya
Nilai r(n) dievaluasi untuk setiap n.
a) Untuk n= -1
x(k) = (k+1) + (k) + (k-1)
y(-1-k) = 2(k+3) + (k+2)
r(n) x(n) * y(n) x(k)y(n - k)
all k

r(-1) x(k)y(-1- k)
all k

r(-1) = .... + x(-3)y(-3) + x(-2)y(-2)+x(-1)y(-1)+x(0)y(0)+....


r(-1) = 0

b) Untuk n= 0
x(k) = (k+1) + (k) + (k-1)
y(-1-k) = 2(k+2) + (k+1)
r(n) x(n) * y(n) x(k)y(n - k)
all k

r(0) x(k)y(-1 - k)
all k

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 22


Mata kuliah SISTEM LINIER

r(0) = .... + x(-2)y(-2)+x(-1)y(-1)+x(0)y(0)+x(1)y(1)....


= ...+(0)(2) +(1)(1) +(1)(0)+(1)(0)+....
r(0) = 1

c) Untuk n= 1
x(k) = (k+1) + (k) + (k-1)
y(-1-k) = 2(k+1) +(k)
r(1) = .... + x(-2)y(-2)+x(-1)y(-1)+x(0)y(0)+x(1)y(1)+x(2)y(2)+....
r(1) = ...+(0)(0)+(1)(2)+(1)(1)+(1)(0)+(0)(0)+....
r(1) = 3

d) Untuk n= 2
x(k) = (k+1) + (k) + (k-1)
y(-1-k) = 2(k) +(k-1)
r(1) = .... + x(-2)y(-2)+x(-1)y(-1)+x(0)y(0)+x(1)y(1)+x(2)y(2)+....
r(1) = ...+(0)(0)+(1)(0)+(1)(2)+(1)(1)+(0)(0)+....
r(1) = 3

e) Untuk n= 3
x(k) = (k+1) + (k) + (k-1)
y(-1-k) = 2(k-1) +(k-2)
r(1) =x(k)
.... x(-2)y(-2)+x(-1)y(-1)+x(0)y(0)+x(1)y(1)+x(2)y(2)+
y(k) + x(3)y(3)+....
r(1) = ...+(0)(0)+(1)(0)+(1)(0)+(1)(2)+(0)(1)+(0)(0).... 2
1 1
r(1) = 2

-3 -2 -1 12 3 k -3 -2 -1 12 3 k
f) Untuk n= 4
x(k) = (k+1) + (k) + (k-1) (a)

y(-1-k)y(-k)
= 2(k-2) +(k-3) y(n-k)
2 = .... x(-2)y(-2)+x(-1)y(-1)+x(0)y(0)+x(1)y(1)+x(2)y(2)+
r(1) 2 + x(3)y(3)+....
1 1
r(1) = ...+(0)(0)+(1)(0)+(1)(0)+(1)(0)+(0)(2)+(0)(1)....
-3
r(1) =0 1 2 3
-2 -1 k -3 -2 -1 12 3 k
Jadi secara keseluruhan hasil konvolusi antara
(b)x(n) dan h(n) adalah:
r(n)= (n)+3(n-1)+ 3(n-2)+2(n-3)
r(n) 3

2
1
Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 23

-3 -2 -1 12 3 4 5 n

(c)
Mata kuliah SISTEM LINIER

Gambar 2.5 (a) Sinyal x(k) dan y(k)


(b) Sinyal y(-k) dan y(n-k) pada saat n=1
(c) Sinyal hasil konvolusi r(n)

BAB 3
TRANSFORMASI LAPLACE

3.1. Pengertian Laplace Transform


Transformasi laplace sering dipergunakan untuk menganalisa sinyal dan sistem linier
tak ubah waktu. Transformasi laplace mempunyai banyak karakteristik yang
mempermudah analisa tersebut. Transformasi laplace juga sering digunakan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial sistem. Dalam desain sistem transformasi

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 24


Mata kuliah SISTEM LINIER

laplace digunakan untuk menyatakan fungsi alih sistem. Berikut dibahas mengenai
transformasi laplace dimulai dari rumusan transformasi laplace.

F t F s f t e st (3.1)
0

dengan s adalah bilangan kompleks yaitu s=+j. Penggunaan laplace transform


akan lebih jelas dengan contoh sebagai berikut.
Contoh soal 3.1:
Diketahui suatu fungsi f(t) sebagai berikut:
f t 0A ; t 0
; t 0

Carilah tranformasi laplace F(s) dari fungsi tersebut.


Penyelesaian:
Dari rumusan transformasi laplace, nilai F(s) dapat dicari sebagai berikut:

F t A e st dt
0

A st
e 0
s
A A 0
e e
s s
A

s
Dari penyelesain tersebut dapat dilihat bahwa untuk A=1 berarti f (t) = u (t)

1
maka F (s) = . Jadi untuk fungsi undak dapat diperlihatkan bahwa hasil
s
transformasi laplace adalah nilai dari fungsi tersebut dibagi dengan s. Untuk lebih
memantapkan penggunaan rumusan transformasi laplace disajikan contoh
transformasi laplace dari fungsi lereng.
Tabel 3.1 Tabel Transformasi Laplace
No f(t) F(s)
1 t 1
1
2 1
s
1
3 t
s2
t n 1 1
4
(n 1) sn
n!
5 tn
s n 1

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 25


Mata kuliah SISTEM LINIER

1
6 e at
sa
1 1
7 t n 1e at
( n 1)! (s a) n
1
8 te at
(s a) 2
w
9 Sin wt
s w2
2

s
10 Cos wt
s w2
2

n!
11 t n e at
( s a) n 1
w
12 e at sin wt
(s a) 2 w 2
sa
13 e at cos wt
(s a) 2 w 2

14
1
a
1 e at 1
s(s a)

Contoh soal 3.2:


Diketahui suatu fungsi sebagai berikut:
f t 0At ; t 0
; t 0

Carilah F(s).
Penyelesaian:

f t A t e st dt
0

e st A e st
At
0 dt
s 0
s


A st
s 0
e dt

A

s2
dari penyelesaian tersebut dapat dilihat bahwa hasil transformasi laplace untuk fungsi
lereng adalah gradient fungsi lereng dibagi dengan s. Dengan beberapa contoh
tersebut dapat dilihat bahwa transformasi laplace mengubah fungsi-fungsi umum
dalam t seperti fungsi undak, fungsi lereng, fungsi sinus dan fungsi-fungsi lain
menjadi fungsi-fungsi aljabar variabel kompleks s.

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 26


Mata kuliah SISTEM LINIER

Penggunaan integral untuk mencari transformasi laplace dari suatu fungsi sering
menjadi pekerjaan yang kurang menyenangkan. Untuk lebih mempermudah proses
transformasi pada Tabel 3.1, disajikan tabel transformasi laplace.

3.2. Karakteristik Transformasi Laplace


Transformasi Laplace mempunyai beberapa sifat penting yang berguna untuk analisa
sinyal dan sistem linier tak ubah waktu. Sifat-sifat Transformasi Laplace antara lain
adalah sebagai berikut:
1) A f t A F s
2) f1 t f 2 t F1 s F2 s
d
3) f t s F s f 0
dt

d2 1
2 f t s F s sf 0 f 0
2
4)
dt

dn n k 1
5) n f t s n
F s s nk f 0
dt k 1

6) f t dt F s s f t sdt t 0

F s
f t dt
n
1
f t dt k
7)
n
n
n k 1 t 0
s k 1 s

t F s
8) f t dt
0 s

9) f t dt lim F s
0
s 0
jika f t d t ada
0


10) e at f t F s a

11) f t u t e s F s 0


12) t 2 f t d2
ds 2
F s


13) t n f t 1 n
dn
ds n
F s

d
14) t f t F s
ds

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 27


Mata kuliah SISTEM LINIER


1
15) f t F s d s
t 0

t
16) f a F as
a

Penggunaan sifat-sifat tersebut dalam membantu transformasi sinyal atau sistem

diaplikasikan dalam contoh berikut:

Contoh soal 3.3:

Carilah transformasi Laplace dari gambar sinyal berikut ini:

f (t)
1
a2
2a
a t
1
a2
Penyelesaian:
Persamaan dari sinyal diatas adalah:
1
f t 2
u t u t a 12 u t a u t 2a
a a
1 2 1
2 u t 2 u t a 2 u t 2a
a a a
F (s) = f (t)
1 2 1
2
u t 2 u t a 2 u t 2a
a a a
1 1 2 1 1 1
2 2 e as 2 e 2 as
a s a s a s
1

2 1 2e as e 2 as
a s
Penyelesaian tersebut didapat dengan mengingat karakteristik:
1
[u(t)] =
s

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 28


Mata kuliah SISTEM LINIER

f t u t e s F s , 0

3.3. Transformasi Laplace Balik


Transformasi balik dipergunakan untuk mendapatkan fungsi atau sinyal dalam bentuk
t dari suatu fungsi laplace s.
1 F s f t
c j
1
f t F s e
st
ds t 0 (3.2)
2j c j

c = dipilih > dari semua bagian real titik singular.


Cara ini sangat sulit untuk dikerjakan maka dipakai Tabel Transformasi Laplace yang
ada pada Tabel 3.1, yaitu dengan cara mengubah fungsi ke dalam bentuk yang ada
dalam tabel.
B s k s z1 s z 2 s z m
F s m n
A s s p1 s p 2 s p n
B s a1 a2 an
F s
A s s p1 s p 2 s pn

dengan a k (k = 1, 2, ..n), a k dihitung sebagai berikut:


B s a1 a2 ak an
s pk A s s pk s p s pk s p s p s pk s p s pk
1 2 k n s pk
ak

jadi:
B s
a k s p k
A s s p
k

ak pk t
1 ak e
s pk
f t 1 F s a1e p1 t a2 e p2 t an e pn t t 0
Berikut contoh penggunaan tabel tranformasi laplace unntuk mendapatkan kembali
f(t) dari F(s) dengan orde penyebut lebih tinggi.
Contoh soal 3.4:
Diketahui F(s) sebagai berikut:
s4
F s
s 1 s 2
carilah f (t).

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 29


Mata kuliah SISTEM LINIER

Penyelesaian:
s4 a a
F s 1 2
s 1 s 2 s 1 s 2
dengan rumusan a k didapat:
s4 s 4
a1 s 1 3
s 1 s 2 s 1 s 2 s 1
s4 s 4
a 2 s 2 2
s 1 s 2 s 2 s 1 s 2

jadi:
f t 1 F s
3 2
1 1
s 1 s 2
3 e t 2 e 2 t t 0

3 e t 2 e 2t u t

Berikut contoh penggunaan tabel tranformasi laplace untuk mendapatkan kembali f(t)
dari F(s) dengan orde pembilang lebih tinggi.
Contoh soal 3.5:
s 3 5 s 2 9s 8
G s
s 1 s 2
carilah g (t).
Penyelesaian:
Pembagian pembilang dengan penyebut menghasilkan:
s4
G s s 2
s 1 s 2
d
t 2 t 3 e t 2 e 2 t ;t 0
dt
Untuk fungsi dalam yang melibatkan banyak kutub maka Transformasi Laplace
baliknya dikerjakan dengan ekspansi parsial sebagai berikut:
Contoh soal 3.6:
s 2 2s 3
Tinjau F s
s 1 3
Penyelesaian:
Ekspansi pecahan parsial menghasilkan
B s b3 b2 b1
F s
A s s 1 3
s 1 s 1
2

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 30


Mata kuliah SISTEM LINIER

s 1 3 B s b3 b2 s 1 b1 s 1 2 (1)
A s

saat s = -1 maka:
3 B s
s 1 b3
A s s 1

b2 didapatkan dengan diferensiasi persamaan (1)

d
s 1 3 B s b2 2b1 s 1


ds A s

dengan s = -1,
d 3 B s
s 1 b2
ds A s s 1

b1 didapatkan dengan diferensial kuadrat persamaan (1)

d2 3 B s
s 1 2 b1
ds 2 A s s 1

Secara umum penyelesaian Laplace balik n kutub dapat diringkas sebagai berikut:
d nk
s a n B s
1
bk nk
n k ! ds A s s a

dengan n = derajat polinomial banyak kutub.


k = n, n-1, n-2, .1
dengan demikian didapatkan b1 , b2 , b3 sebagai berikut:

b3 s 1

3 s 2s 3
2

s 1 3 s 1

s 2 2s 3 s 1

d 3 s 2 s 3
2
b2 s 1
ds s 1 3 s 1
d
( s 2 2 s 3)
ds s 1
2 s 2 s 1
0

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 31


Mata kuliah SISTEM LINIER

b1
1 d2
s 1
3 s 2s 3
2


2! ds 2 s 1 3 s 1
1 d2
2 ( s 2 s 3)
2

2! ds s 1
1
.2
2
1

jadi untuk contoh soal 3.6.


f t 1 F s
2 0 1
1
s 1
3
s 1 s 1
2

t 2 e t e t

t 2 1 e t t 0
t 2
1 e t
u t

3.4. Transformasi Laplace Untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial


Penyelesaian persamaan diferensial dengan mencari tanggapan homogen dan
tanggapan paksa yang telah dibahas dalam Bab 2. Penyelesaian dengan cara tersebut
memerlukan perumpamaan tanggapan yang tepat. Cara yang lebih mudah untuk
menyelesaikan persamaan diferensial tanpa harus menggunakan perumpamaan
tanggapan adalah dengan transformasi Laplace.
Untuk mendapatkan solusi persamaan diferensial yang pertama dilakukan adalah
pengubahan persamaan ke bentuk s. Untuk lebih jelasnya disajikan contoh berikut:
Contoh soal 3.7:
Carilah penyelesaian untuk persamaan diferensial berikut ini:

x 3 x 2 x 0 , x 0 a , x 0 b

Penyelesaian:

2

x s x s s x o x 0


x s x s s x o

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 32


Mata kuliah SISTEM LINIER


2
x 3 x 2 x s x s s x 0 x 0 s x s x 0 2 x s


s 3s 2 x s as 3a b
2

maka,
( s 2 3s 2 ) x s as b 3a

as b 3a
X s
s 2 3s 2
as b 3a

s 1 s 2
2a b a b

s 1 s 2
Laplace balik dari X (s) menghasilkan:
X t 1 X s
2a b 1 a b
1 s 2
s 1
2a b e a b e
t 2t
t 0

BAB 4
TOPOLOGI SISTEM

4.1. Fungsi Alih

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 33


Mata kuliah SISTEM LINIER

Sistem dapat direpresentasikan dalam berbagai representasi.


Representasi sistem kontinyu adalah sebagai berikut:
1) Persamaan dIferensial.
any(n)(t) + an-1y(n-1) (t) + .. + a1y(t)+ a0y(t) = b0x(t) + b1x(t) + .. + an-1x(n-1)(t)+ anxn(t)
2) Tanggapan impuls h(t).
h(t) = y(t)x(t)=(t)
3) Fungsi alih sistem H(s).
1) Persamaan keadaan.
Untuk sistem diskrit:
1) Persamaan beda.
any(n)(t) + an-1y(n-1) (t) + .. + a1y(t)+ a0y(t) = b0x(t) + b1x(t) + .. + an-1x(n-1)(t)+ anxn(t)
2) Tanggapan cuplik satuan h(n).
h(n) = y(n)x(n)=(n)
3) Fungsi alih sistem H(z).
4) Persamaan keadaan.
Fungsi alih menghubungkan antara masukan dan keluaran sistem. Fungsi alih untuk
fungsi kontinyu biasa dinyatakan dalam s (transformasi laplace) sedangkan untuk
fungsi diskrit dalam z (transformasi z).

Fungsi alih sistem = Keluaran Sistem


Masukan sistem

Y s Y z
H s H z
X s X z

X (s) Y (s)
H (s)
Gambar 4.1 Fungsi alih sistem

4.2. Aljabar Diagram Blok


Representasi dalam fungsi alih sistem dapat diuraikan lagi menjadi hubungan antara
elemen-elemen dasar penyusunan. Hubungan tersebut disebut diagram blok. Pada
bagian ini akan dijelaskan konsep-konsep aljabar diagram blok yang berlaku dalam s
maupun z.

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 34


Mata kuliah SISTEM LINIER

r e f y c
+- A B C

Gambar 4.2 Fungsi alih sistem dengan masukan r keluaran c

e = r x
f = A.e = A ( r-x)
y = B.f = A.B (r-x)
c = C.y = A.B.C (r-x)
dengan x = D.c maka,
c = A.B.C. (r-D.c)
= A.B.C.r A.B.C.D.c
(1+ABCD)c = ABCr
c ABC
jadi:
r 1 ABCD

Untuk sistem dengan beberapa masukan (masukan dan 2 gangguan) fungsi alihnya
dapat dicari sebagai berikut:

z1 z2

r e f - g y + t c
+- A + B + C

D
Gambar 4.3 Fungsi alih sistem dengan masukan dan gangguan
Dari gambar didapatkan
e=rx
f = Ae = A( r-x)
g = f + z1 = A (r-x) + z1

y = Bg = AB (r x) + Bz1

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 35


Mata kuliah SISTEM LINIER

t = y + z2 = AB (r-x) + Bz1 + z2

c = Ct = ABC (r-x) + BCz1 + Cz2


dengan x = Dc maka,
c = ABC (r-Dc) + BCz1

= ABCr ABCDc + BCz1 + Cz2

(1+ ABCD) c = ABCr + BCz1 + Cz2


c c ABC
jadi: (z1 = 0, z2 =0)
r r 1 ABCD

c c BC
z (r =0, z2 = 0)
1 z1 1 ABCD

c c C
z ( r =0, z1 = 0)
2 z 2 1 ABCD

Untuk mempermudah modifiikasi diagram blok sistem yang berguna untuk mencari
konfigurasi yang lebih baik disajikan aturan aljabar diagram blok sebagai berikut:

Digram Blok Awal Diagram Blok ekuivalen

A A+C A-B+C
1. A A-B A-B+C ++ +-
+- ++

B C C B

C C
A + A-B+C A A-B + A-B+C
2. +- +- +

B B

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 36


Mata kuliah SISTEM LINIER

3. A AG1 AG1G2 A AG2 AG1G2


G1 G2 G2 G1

A AG1 AG1G2 A G1G2 AG1G2


4. G1 G2

A G1 AG1 AG1+AG2
5. ++ A G1+G2 AG1+AG2

AG2
G2

A AG AG-B A A-B/G AG-B


6. G +- +- G

B
1/G B

AG-BG
A A-B G AG-BG A G AG
7. +- +-

B B BG
G

A A
8. G AG G AG

AG
G AG

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 37


Mata kuliah SISTEM LINIER

A G AG A G AG
9.

A A
1/G

A-B B
- A-B
A A-B +
10. +-
A A-B
+-
B
B

A G1 AG1 AG1+AG2 A AG1 AG1+AG2


11. ++ G1 ++

G2 AG2 G1 AG2
G2

A B A B
12. G1 1 G2 G3
+- +-
G2

G2

A B
13. +- G1 A G1 B
1+G1G2

G2

Contoh soal 4.1:


Sederhanakan diagram blok berikut:

H2

C
R G1 - G2 G3
1. +- ++ +

H1

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 38


Mata kuliah SISTEM LINIER

Penyelesaian:
Diagram blok 1 tersebut dengan mengakses titik umpan balik bagian atas ke depan
maka didapatkan diagram blok 2 berikut ini:

H2
G1
C
2. R - G1 G2 G3
+- + ++

H1

H2
G1

4. R - G1G2 G3 C
+- +
1-G1G2H1

R G1G2G3 C
5. +- 1-G1G2H1+G2G3H2

6. R G1G2G3 C
1-G1G2H1+G2G3H2+G1G2G3
4.3. Penerapan Aljabar Diagram Dalam Pemodelan Sistem
Dalam aplikasi sering suatu sistem fisis dimodelkan dalam bentuk matematis untuk
dapat dianalisa dan dirancang dengan lebih mudah. Beirikut akan dibahas sistem
permukaan zat cair

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 39


Mata kuliah SISTEM LINIER

Katup pengontrol

Q + qi

Katup beban

H+h Q + qo

Kapasitas Resistansi
C R

Q = laju aliran zat cair m3 / sec

qi = penyimpangan kecil laju aliran masuk m3 / sec

q0 = penyimpangan kecil laju aliran keluar m3 / sec

H = Tinggi permukaan zat cair m

h = perubahan permukaan zat cair m

a) Resistansi
Perubahan Perbedaan Permukaan (m)
R= Perubahan laju Aliran

b) Kapasitansi
Perubahan Cairan Yang Disimpan
C= Perubahan Potensial m

Untuk aliran Laminar,

Q=KH

Dengan, K = koefisien , m3 / sec

Resistansi untuk aliran Laminar,

dh H
R
dq Q

Untuk aliran Turbulens,

Q=K H

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 40


Mata kuliah SISTEM LINIER

Resistansi:

dH
Rt
dQ
K
dQ dH
2 H
dH 2 H

dQ K
2 H H

Q
2H

Q

jadi,

2H
Rt
Q

Mencari Fungsi alih Sistem

dh
C = qi qo (1)
dt

dan,

h
qo = R
(2)

substitusi persamaan (2) ke persamaan (1),

dh
RC + h = Rqi
dt

Dengan laplace transform dihasilkan:

CR (s +1 ) H(s) = R Qi (s)

Jika qi dianggap sebagai masukan dan h sebagai keluaran maka:

N s R

Qi s RC s 1

apabila qo adalah keluaran dan qi adalah masukan, maka:

Q0 s 1

Qi s RC s 1

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 41


Mata kuliah SISTEM LINIER

Untuk memahami pentingnya pemahaman tentang diagram blok sistem, maka


disajikan sebuah contoh untuk mendapat model sistem permukaan cairan dengan
interaksi:

Q+q
Tangki 1 Tangki 2

R1 R2
H1 + h1 H2 + h2
Q + q2

C2
C1 Q + q1

dari gambar diatas di dapatkan:

h1 h2 H H2
q1 1 Q1 (1)
Rs R1

dh1
C1 q q1 sC1 H1 s Q s Q1 s (2)
dt

h2 H 2 s
q2 Q2 s (3)
R2 R2

d h2
C2 q1 q2 s C2 H 2 s Q1 s Q2 s (4)
dt

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 42


Mata kuliah SISTEM LINIER

H1(s) Q1(s)
1
+-
R1
H2(s)

Q(s) H1(s)
1
+-
C1S
Q1(s)

H2(s) Q2(s)
1
R2

Q1(s) 1 H2(s)
+-
C2S

Q2(s)

jika q adalah masukan dan q2 adalah keluaran, maka didapatkan bagan sebagai
berikut:

H2(s)
Q(s) Q1(s)
1 H1(s) - 1 1 1 Q2(s)
+- + +-
C 1S R1 C2S H2(s) R2
Q1(s)
Q2(s)

dengan penyederhanaan

R2C1S

Q1(s) - 1 1 Q1(s) 1 1 Q2(s)


+ +- +-
C 1S R1 C2S R2

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 43


Mata kuliah SISTEM LINIER

Q(s) 1 1 Q2 (s)
+
- R1C1s+1 R2C2s+1

R2C1s

Q(s) 1 Q2 (s)
R1C1R2C2s2 + ( R1C1 + R2C2 + R2C1) s+1

jadi,
Q2 ( s ) 1
=
Q ( s ) R1C1 R2 C 2 s + ( R1C1 + R2 C 2 + R2 C1 ) s + 1
2

BAB 5
PENDEKATAN RUANG KEADAAN

5.1. Konsep Dasar


Suatu sistem dapat diungkap berdasarkan hubungan masukan-keluaran saja (fungsi
alih) atau termasuk keadaan (dalam) sistem juga,

x (t) h (t) y (t) = h (t) x(t)


X (s) H (s) Y (s) = H (s) X(s)

dengan persamaan keadaan (state equation):

Masukan Keadaan Keluaran

Gambar 5.1 Hubungan masukan dan keluaran dengan keadaan sistem

Pada Gambar 5.1, terlihat ada dua hubungan yang saling terkait, yaitu:
a) Masukan dengan keadaan sistem

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 44


Mata kuliah SISTEM LINIER

b) Keluaran dengan keadaan sistem


Pada representasi dengan pendekatan ruang keadaan, maka keadaan sistem termasuk
kondisi awal akan terpantau yang dijelaskan dengan gambar sebagai berikut.

x (t) y (t) y (t)


+

Gambar 5.2 Sistem sederhana dengan masukan x(t) keluaran y(t)

Dari Gambar 5.2, dapat dituliskan:



y t x (t) + a y (t)
atau,

y t - ay (t) = x (t)
tanpa masukan awal x (t) = 0 maka,

y t = a y(t)
dy (t) = a y(t) dt
y (t) = a y(t) dt
bila operasi di mulai pada saat t = 0 maka,
t
y t a y t d t
0

a t
t
0

a t 0 kondisi awal

Pada hasil y(t) terlihat kondisi awal sistem. Pembuktian juga dilakukan dengan
transformasi laplace sebagai berikut:
s Y(s) y(0) = a Y(s)
(s-a) Y(s) = y(0)
y 0
Y(s) =
sa
y(t) = y (0) eat
dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa walaupun masukan X (t) = 0, sistem akan tetap
mempunyai keluaran kalau nilai awal tidak nol (y (0) 0).

5.2. Representasi Sistem Dalam Persamaan Ruang Keadaan (State Space Equation)

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 45


Mata kuliah SISTEM LINIER

Representasi ini memungkinkan untuk sistem dengan banyak masukan dan banyak
keluaran. Sistem dapat dinyatakan sebagai berikut :

X 1 (t) = f1 (X1, X2,., Xn ; U1, U2,..,Ur ; t )

X 2 (t) = f2 (X1, X2,., Xn ; U1, U2,..,Ur ; t )





X n (t) = fn (X1, X2,., Xn ; U1, U2,..,Ur ; t )
dengan keluaran,
y1 (t) = g1 (X1, X2,., Xn ; U1, U2,..,Ur ; t )
y2 (t) = g2 (X1, X2,., Xn ; U1, U2,..,Ur ; t )



ym (t) = gm (X1, X2,., Xn ; U1, U2,..,Ur ; t )

penulisan secara sederhana:



X (t) = f (x, u, t )
y (t) = g (x, u, t )
dengan:
x1 t y1 t u1 t
x t y t u t
x n t y m t u r t

untuk fungsi f dan g eksplisit terhadap waktu t maka,



X (t) = A (t) x(t) + B (t) u (t)
y (t) = C (t) x(t) + D (t) u (t)
untuk sistem linier tak ubah waktu,

X (t) = Ax(t) + Bu (t) Persamaan keadaan
y (t) = Cx(t) + Du (t) Persamaan keluaran
A adalah matriks keadaan.
B adalah matriks masukan.
C adalah matriks keluaran.
D adalah matriks transmisi langsung.

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 46


Mata kuliah SISTEM LINIER

D (t)

u (t) X (t) X (t) y (t)


+
B (t) + dt C (t) +
+

A (t)

Gambar 5.3 Realisasi umum persamaan keadaan

Contoh soal 5.1:


Representasikan sistem berikut dalam persamaan ruang keadaan.

k
u (t)

y (t)
b

Gambar 5.4 Sistem massa pegas sederhana


Penyelesaian:
Fungsi alih sistem:
Y s 1

U s ms bs k
2

persamaan deferensial sistem:



m y +b y + ky = u

dengan menentukan:
x1(t) = y (t)

x2 (t) = y (t)
maka diperoleh,

X 1 = x2
1 1
X 2 = m ky k y m u

Dengan demikian di dapatkan persamaan keadaan:



X 1 = x2
k b 1
X 2 = m x1 m x 2 m u

dan persamaan keluaran :

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 47


Mata kuliah SISTEM LINIER

y = x1
dalam bentuk matriks dapat ditulis sebagai berikut:

0 1 x1 0
x1 k u
x m b m x 2 1 m
2
A B

x
y 1 0 1 D 0
x2
C

Realisasi persamaan keadaan tersebut adalah sebagai berikut:

x2 y
u 1 + x2 x1
m -

b
+
+ m

k
m
Gambar 5.5 Realisasi persamaan keadaan sistem massa pegas
Contoh soal 5.2:
Dapatkan persamaan ruang keadaan dari gambar berikut:

u s+z K y
+
- s+p s (s +a )

Penyelesaian:
s z
Dilakukan ekspansi parsial terhadap s p maka:
s z z p
s p
= 1+ s p

sedangkan,
K K 1

s s a s s a

jadi kalau di gambarkan lagi akan menjadi sebagai berikut:

n = x3 + u x1
u z-p x3 + n K x2 1 x1 y
+ +
- m s+p s s+a
m = u x1

Gambar 5.6 Penjabaran sistem pada contoh 5.2

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 48


Mata kuliah SISTEM LINIER

dari gambar didapatkan:



X 1 = -ax1 + x2

X 2 = -Kx1 + kx3 + Ku

X 3 = - (z p)x1 px3 + (z p)u
y = x1
dalam bentuk matriks dapat ditulis sebagai berikut:

x1 a 1 0 x1 0
x K 0 K x 2 K u
2
x3 z p 0 p x3 z p

x1
y 1 0 0 x 2
x3
5.3. Persamaan Ruang Keadaan Dari Fungsi Alih
Untuk mencari persamaan keadaan dari fungsi alih persamaan ruang keadaan sistem
orde-n dari persamaan diferensial dengan masukan tanpa turunannya.

y n a1 y n 1 a n 1 y a n y u

ditentukan variabel keadaan sebagai berikut:


x1 = y

x2 = y




xn = y(n-1)
maka turunan variabel keadaan dapat ditulis sebagai berikut:

X 1 = x2

X 2 = x3





X n-1 = xn

X n = - anx1 an-1x2 .- a1xn + u dan y = x1
dalam bentuk matriks dapat ditulis:

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 49


Mata kuliah SISTEM LINIER

0 1 0 0
x 0
x
1
0 0 1 0 1
x x 0
2 2 u
0
0 0 1

x 1
x n a n a n 1 a n 2 a1 n
B
A
dan persamaan keluarannya adalah:
x1
x
2
y 1 0 0 0 x 3


x n

realisasi dari persamaan ruang keadaan diatas adalah sebagai berikut:


u + xn xn-1 x2 x1
- y

a1 a2 an-1 an

+ + +
+ + +

Gambar 5.7 Realisasi umum persamaan ruang keadaan dari fungsi alih
dengan masukan tidak mengandung turunan

Persamaan ruang keadaan dari fungsi alih dengan masukan mengandung turunan:
Y s b0 s n b1 s n 1 bn 1 s bn
n
U s s a1 s n 1 a n 1 a n
persamaan diferensial dari fungsi diatas adalah:
y n a1 y n 1 a n 1 y a n y b0 u n b1 u n 1 bn u

ditentukan variabel keadaan sebagai berikut:


x1 = y - 0 u

x2 = y - 0 u - 1u = x 1 - 1u

x3 = y -0 u - 1 u -2u = x 2- 2u

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 50


Mata kuliah SISTEM LINIER



xn = y (n-1)
- 0u(n-1) - 1u(n-2)..- n-2 u -n-1u = x n-1- n-1u
dengan:
0 = b0
1 = b1- a10
2 = b2 a11-a21-a30



n = bn a1n-1..-an-11- an0
maka didapatkan,

x 1 = x2 + 1u

x 2 = x3 + 2u





x n-1 = xn + n-1u

x n = -anx1 an-1x2.-a1xn + nu

dan,
y = x1 + 0u
dalam bentuk matriks dapat ditulis sebagai berikut:

x1 0 1 0 0 x1 1
x 0 0 1 0 x 2 2
2
u
0 0 0

1 x n 1 n 1

x n1
x a n a n 1 a n2 a1 x n n
n
x1
x
y 1 0 0 2 0 u


xn
Realisasi sistem:

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 51


Mata kuliah SISTEM LINIER

n-1 1 0

u xn + x2 + x1 + y
n + + + +
-

an-1 an
a1

+ +
+ +
Gambar 5.8 Realisasi umum persamaan ruang keadaan dari fungsi alih
dengan masukan mengandung turunan

Contoh soal 5.3:


Diketahui:
Y s 160 s 4
3
U s s 18s 2 192 s 640

tentukan representasi persamaan ruang keadaan.


Penyelesaian:
Dari fungsi alih didapatkan persamaan diferensial sebagai berikut:

y 18 y 192 y 640 y 160 u 640 u
ditentukan,
x1 = y -0u

x2 = y 0 u 1u x1 1 u


x3 =
y 0 u 1 u 2 u x2 2 u
dengan,
0 = b0 = 0
1 = b1 a10 = 0
2 = b2 a11 a20 = b2 = 160
3 = b3 a12 a21 a30
= 640 18 x160
= - 2240

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 52


Mata kuliah SISTEM LINIER

maka diperoleh,

x 1 = x2

x 2 = x3

x 3 = -anx1 an-1 x2..- a1xn + nu

= -640 x1 192 x2 18 x3 2240 u


dan y = x1.
dalam bentuk matriks di tulis sebagai berikut :

x1 0 1 0 x1 0
x 0 0 1 x 2 160 u
2
x3 640 192 18 x3 2240

dan
x1
y 1 0 0 x 2 0 u
x3

realisasi persamaan diatas adalah sebagai berikut:

160

x1
u x3 x3 + x2 x2 x1 y
-2240 + +
-

18 192 640

+ +
+ +
Gambar 5.9 Realisasi sistem contoh 5.3
Contoh soal 5.4:
Carilah representasi dalam persamaan ruang keadaan untuk diagram blok berikut ini:

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 53


Mata kuliah SISTEM LINIER

u s+1 s+1 y
+
-

s+3
Gambar 5.10 Sistem contoh 5.4

Penyelesaian:
Y s s 1 s 2

U s 1 s 1 s 2 s 3
s 2 3s 2

s 3 6 s 2 11s 7

persamaan diferensialnya:


y 6 y 11 y 7 y u 3u 2u
dengan persamaan umum:


y a1 y a2 y a3 b0 u b1 u b2 u b3
didapatkan:
a1 = 6 ; a2 = 11 ; a3 = 7
b0 = 0 ; b1 = 1 ; b2 = 3 ; b3 = 2
ditentukan:

x1 y 0 u

x2 y 0 u 1u x1 1u

x3 y 0 u 1 u 2 u x 2 2 u
dengan:
0 = b0 = 0
1 = b1 a10 = 1
2 = b2 a11 a20 = 3- 6 x 1 0 = -3
3 = b3 a12 a21 a30

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 54


Mata kuliah SISTEM LINIER

= 2 (6 x 3) (11 x 1) = 9
maka diperoleh:

x 1 = x2 + 1u = x2 + u

x 2 = x3 + 2u = x3 3u

x 3 = -7x1 11x2 6x3 + 9u

dan,
y = x1 + 0u = x1
dalam bentuk matriks:

x1 0 1 0 x1 1
x 0 0 1 x 2 3 u
2
x3 7 11 6 x3 9

x1
y 1 0 0 x 2
x3

realisasi sistemnya adalah:

-3

u x3 + x2 + x1 y
9 + + +
-

6 11 7

+ +
+ +
Gambar 5.11 Realisasi sistem contoh 5.4

Bentuk lain penyajian persamaan ruang keadaan dari fungsi alih yang mengandung
turunan masukan:
Y s 2s 2 6s 5
H s 3
U s s 4 s 2 5s 2

sistem dari gambar dapat ditulis kembali ke persamaan menjadi:

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 55


Mata kuliah SISTEM LINIER

s3 Y(s) + 4s2 Y(s) + 5s Y(s) +2Y(s) = 2s2U(s) +6sU(s) + 5U(s)


s3 Y(s) = - 4s2 Y(s) - 5s Y(s) - 2Y(s) + 2s2U(s) +6sU(s) + 5U(s)
Persamaan diatas jika digambarkan:

s s

6 2
6sU(s) 2s2U(s)

5 U(s) s3Y(s) 1 s2Y(s) 1 sY(s) 1 Y (s)


5 +
s s s
U (s)
-4s2Y(s)

-4

-5sY(s)
-5

-2Y(s)
-2

Gambar 5.12 Bentuk dasar realisasi sistem gambar 5.10


Diagram di modifikasi dengan mengingat:

U(s) s3Y(s) 1 s2Y(s) 1 sY(s) 1 Y (s)


+
s s s

as2Y(s)
s3Y(s) = as2Y(s) + U(s)
a
(a)
2
s Y(s) asY(s)
s3Y(s) as2Y(s) 1 s2Y(s) 1 sY(s) 1 Y (s)
+
U (s) s s s

asY(s)
s3Y(s) as2Y(s) = U(s)
a
(b)

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 56


Mata kuliah SISTEM LINIER

s2Y(s) asY(s) sY(s) aY(s) Y (s)


s3Y(s) as2Y(s) 1 1 sY(s) 1
+
U (s) s s s

aY(s)
s3Y(s) as2Y(s) = U(s)
a
(c)
Gambar 5.13 Dasar pembentukan gambar 5.11

Umpan balik dalam suatu rangkaian mempunyai hasil yang sama walaupun di
tempatkan dimana saja.
Diagram dapat di gambar sebagai berikut :

s2Y(s) + 4sY(s) 5Y(s) 2sU(s) 6U(s) 6 sY(s) + 4Y(s) 2U(s) 2


2U(s)
q q
U(s) 1 x 1 sY(s) 1 Y(s)
5 + + p p +
5U(s) s p s t s
r
r 2
-4Y(s)
s Y(s) + 4sY(s) 2sU(s) -4
-2U(s)
-5Y(s) -5
s3Y(s) + 4s2Y(s) + 5sY(s) 2s2U(s) 6sU(s)

-2

Gambar 5.14 Modifikasi realisasi sistem gambar 5.11


s Y(s) + 4s2Y(s) + 5sY(s) + 2Y(s) = 2s2U(s) + 6sU(s) + 5U(s)
3

t=p+q+r
p = t- q r = sY(s) 2U(s) (- 4Y(s))
Representasi persamaan keadaannya adalah sebagai berikut:

6 2

U(s) 1 1 1 x1 Y(s)
x3 x3 x2 x2 x1
5 + + +
s s s

-2 -5 -4

Gambar 5.15 Realisasi dalam bentuk lain sistem contoh 5.4


didapatkan

x 1 = -4x1 + x2 + 2u

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 57


Mata kuliah SISTEM LINIER


x 2 = -5x1 + x3 + 6u

x 3 = -2x1 + 5u

dan,
y = x1
dalam bentuk matriks ditulis:

x1 4 1 0 x1 2
x 5 0 1 x 2 6 u
2
x3 2 0 0 x3 5

x1
y 1 0 0 x 2
x3

5.4. Kompensator
Kompensator dipasang mendapat sistem yang stabil dengan cara mengkompensasi
bagian sistem yang tidak stabil.
Sistem tak stabil:

X(s) 1 Y(s)
s-a

Kompensator:

X(s) s-a X`(s)


s-b

Secara aljabar ditulis:

X(s) 1 s-a Y(s)


s-a s-b

Kompensator dapat dipasang di depan atau di belakang sistem:

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 58


Mata kuliah SISTEM LINIER

X s-a 1 Y
s-b s-a

X 1 s-a Y
s-a s-b
Perbedaan efek pemasangan kompensator di depan atau di belakang akan dalam
representasi persamaan keadaan berikut:
1 s 1
Untuk sistem dengan H(s) = dikompensasi dengan maka:
s 1 s 1
1

U x2 x2 x1 x1 y
-2
+ + V
+

-1 1

Gambar 5.17 Realisasi sistem dengan kompensator di depan


untuk kompensator:

x 2 = -x2 2u

keluaran kompensator:
V = x2 + u
untuk sistem yang di kompensasi,

x 1 = x1 + v = x 1 + x2 + u

keluaran,
y = x1
dalam bentuk matriks:
1 1 x 1
x1
1
u
x 0 1 x 2 2
2
x
y 1 0 1 0 u
x2
bentuk controllable, masukan dari masing-masing sistem dapat di kendalikan.
Kompensator di pasang di belakang.

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 59


Mata kuliah SISTEM LINIER

u 1 s-1 y
s-1 s+1
dengan penguraian didapat:

U x2 x2 -2 x1 x1 y
+ + +

1 -1

Gambar 5.17 Realisasi sistem dengan kompensator di belakang



x 1 = -x1 2x2

x 2 = x2 + u

dan,
y = x1 + x 2
dalam bentuk matriks:
1 2 x 0
x1 1
u
x 0 1 x2 1

2
dan,
x
y 1 1 1
x2
bentuk observable, dari keluaran dapat dilihat penyebab ketidakterkendalian.

5.5. Controllability dan Observability Sistem


1). Controllability
Syarat suatu sistem controllable:
Rank [ An-1B An-2 B ..AB B] = n

Contoh soal 5.5:


Diketahui suatu persamaan keadaan:

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 60


Mata kuliah SISTEM LINIER

1 0,2 x 1
x1
1

x 0,4 0,4 x 2 1
2
x
y 1 0 1
x2
Tinjaulah apakah sistem controllable.
Penyelesaian:
1 0,2 1 0,8
AB
0,4 0,4 1 0,8
1
B
1

jadi,
0,8 1
AB B
0,8 1
0,8 1
rank 1
0,8 1
n =2 rank seharusnya = 2 jadi sistem uncotrollable.

2). Observability
Syarat suatu sistem observable.
C
CA
rank n

n 1
CA
Contoh soal 5.6:
1 4 x 8
x1
1
u
x 0 1 x 2 4
2
x
y 0 1 1
x2
tinjaulah apakah sistem observable.
Penyelesaian:
n = 2 (sistem orde 2 )

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 61


Mata kuliah SISTEM LINIER

1 4
C 0 1 CA 0 1
0 1
C 0 1
rank rank
CA 0 1
1

jadi sistem unobservable.


Contoh perhitungan rang matriks.
Contoh soal 5.7:
1 3 1
2 4 0
M
2 4 0

1 3 1

rank M = .?
Penyelesaian:
1) Operasi baris ke 3 - baris ke 2
1 3 1
2 4 0
M
0 0 0

1 3 1

2) Operasi : baris ke 4 - baris ke 1


1 3 1
2 4 0
M
0 0 0

0 0 0

3) Operasi : baris ke 2 - 2x baris ke 1


1 3 1
0 2 2
M
0 0 0

0 0 0

jadi rank M = 2
0,5 0,6 1
A B
0,2 0,4 1

C 1 2 D 0

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 62


Mata kuliah SISTEM LINIER

DAFTAR PUSTAKA

Hans J. W., (penerjemah), 1996, " Sinyal dan Sistem Linier", Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.

OFlynn M., Moriarty, E., 1987, Linier Systems, Time Domain and Transform Analysis,
John Wiley & Son, New York

Ogata K., "Teknik Kendali Automatik", Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.

Robert, M. J., Signal and System , Mc Graw Hill, New York.

Simon H., Barry V. V. , 2004, Sinyal and Sistem, John Wiley & Son, New York.

Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 63

Anda mungkin juga menyukai