Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Liposarkoma adalah suatu keganasan dari sel lemak. Pada dewasa,

liposarkoma adalah keganasan jaringan lunak yang paling sering terjadi.

Liposarkoma normalnya muncul sebagai pertumbuhan secara lambat, tidak nyeri,

massa submukosa yang tidak berulkus yang muncul pada usia pertengahan, tetapi

beberapa lesi berkembang secara cepat dan menjadi ulkus dalam waktu yang lebih

singkat.1

Perkembangan liposarkoma dari lipoma jinak jarang terjadi. Kebanyakan

kasus muncul dari awal sebagai keganasan. Liposarkoma paling sering muncul

dari dalam daripada submukosa atau lemak subkutan. Lesi kulit jarang dan bisa

menyerupai fibroma pleomorfik.1

Klasifikasi terbaru dari WHO untuk soft tissue tumor adalah

berdiferensiasi dengan baik, dediferensiasi, miksoid, sel bulat, dan pleomorfik.

Distribusi anatomis liposarkoma tampak berhubungan dengan jenis

histologis. Liposarkoma yang berdiferensiasi baik cenderung muncul di jaringan

lunak yang dalam pada tungkai dan retroperitonium. Liposarkoma jenis miksoid

dan/atau sel bulat dan liposarkoma jenis pleomorfik mempunyai predileksi di

tungkai, dan liposarkoma yang tidak berdiferensiasi baik dominan muncul di

retroperitonium. Walaupun seluruh jenis liposarkoma adakalanya berkembang di

subkutis, keterlibatan dermis terlihat sangat jarang.2

1
1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang liposarkoma dan pemeriksaan radiologi.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi

klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasi

liposarkoma.

2. Mengetahui pemeriksaan radiologi pada liposarkoma.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan referat ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang definisi,

epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan

penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasi liposarkoma.

2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang pemeriksaan

radiologi pada liposarkoma.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penulisan referat ini berupa tinjauan

kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur, buku teks, dan artikel ilmiah.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Liposarkoma merupakan salah satu tumor ganas jaringan lunak.

Liposarkoma terbanyak ditemukan pada usia dewasa antara dekade 5 dan 7,

jarang ditemukan pada usia anak. Liposarkoma sering terjadi pada ekstremitas

bawah, (fosa poplitea dan paha bagian tengah), retroperitoneal, perirenal, daerah

mesentrika, dan area bahu.2

Menurut WHO, secara histopatologi, liposarkoma dibagi menjadi empat

jenis, yaitu:

1. Liposarkoma berdiferensiasi baik

2. Liposarkoma dediferensiasi

3. Liposarkoma miksoid atau liposarkoma sel bulat

4. Liposarkoma pleomorfik.

Liposarkoma dediferensiasi, liposarkoma sel bulat, dan liposarkoma

pleomorfik merupakan liposarkoma dengan tingkat keganasan yang tinggi,

agresif, dan cenderung metastasis. Sedangkan liposarkoma berdiferensiasi baik

dan liposarkoma miksoid adalah jenis tumor yang jarang bermetastasis. Pada

liposarkoma ada tiga skor diferensiasi berdasarkan tipe histologik, yaitu:

1. Skor 1: liposarkoma berdiferensiasi baik

2. Skor 2: liposarkoma miksoid

3
3. Skor 3: liposarkoma dediferensiasi, liposarkoma sel bulat, dan liposarkoma

pleomorfik.

Semakin tinggi skor, semakin buruk diferensiasi liposarkoma serta semakin

agresif.3

Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma jaringan

lunak. Sarkoma jaringan lunak merupakan tumor yang jarang, yang tumbuh dan

berkembang dalam jaringan yang diturunkan dari embrionik mesoderm. Sarkoma

ini mungkin terjadi dimana mana, tetapi paling sering terjadi pada daerah paha.4

2.2 Epidemiologi

Liposarkoma merupakan salah satu tumor jaringan lunak yang sering

ditemui dengan frekuensi berkisar antara 15-20% dari seluruh sarkoma jaringan

lunak. Tumor ini biasanya terjadi pada dewasa usia 40-60 tahun, meskipun

insidennya pada anak anak pernah dilaporkan. Jumlah penderita laki laki dan

perempuan hampir sama dengan rasio 1,4:1. Lokasi tumor tersering adalah di

ekstremitas, terutama paha, dan retroperitoneal. Pengobatan yang kompleks serta

disabilitas yang ditimbulkan pada penderitanya menjadikan tumor ini memiliki

dampak yang besar pada kehidupan manusia.5,6

2.3 Etiologi

Menurut Smeltzer, 2001. Penyebab secara umum dari kanker, yaitu : virus,

agen fisik, agen kimia, faktor faktor genetik, faktor makanan dan hormonal.

4
1. Virus

Virus sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia sulit untuk dipastikan

karena virus sulit untuk diisolasi. Virus dianggap dapat menyatukan diri

dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu generasi mendatang dari

populasi sel tersebut dan ini barang kali mengarah pada kanker.

2. Agen fisik

Faktor faktor fisik yang mengarah pada karsinogenesis mencakup

pemajanan terhadap sinar matahari atau pada radiasi. Pemajanan berlebihan

terhadap sinar ultraviolet terutama pada orang yang berkulit putih atau terang,

bermata hijau atau biru dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Pemajanan

terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi berulang

atau ketika terapi radiasi diberikan saat mengobati penyakit. Pemajanan

terhadap medan elektromagnetik dari kabel listrik, microwave, dan telepon

seluler dapat meningkatkan risiko kanker.

3. Agen kimia

Sekitar 85% dari semua kanker diperkirakan berhubungan dengan

lingkungan. Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatic dan

anilin, arsenik, jelaga dan tar, asbeston, pinang dan kapur sirih, debu kayu,

senyawa berilium, dan polovinil klorida.

5
4. Faktor genetik dan keturunan

Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker.

Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal,

dapat terbentuk sel sel mutan. Pola kromosom yang abnormal dari kanker

berhubungan dengan kromosom ekstra, terlalu sedikit kromosom, atau

translokasi kromosom. Beberapa kanker pada masa dewasa dan anak anak

menunjukkan predisposisi keturunan. Pada kanker dengan predisposisi

herediter, umumnya saudara dekat dan sedarah dan tipe kankernya sama.

5. Faktor faktor makanan

Faktor faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari

6. Agen hormonal

Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam

keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormone tubuh sendiri atau

pemberian hormon eksogenus.

2.4 Patofisiologi

Pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu, sehingga sukar sekali

untuk mengetahui kapan sarkoma itu muncul. Secara umum, terjadinya kanker

dimulai dari tumbuhnya satu sel kanker yang besarnya 10mU. Kanker itu tumbuh

terus tanpa batas mengadakan invasi ke jaringan sekitar dan menyebar sampai

akhirnya penderita meninggal. Perjalanan penyakit kanker sampai penderita

meninggal dapat dibagi menurut luas penyakit atau stadium penyakit. Stadium

penyakit kanker dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

6
1. Stadium pra klinik: stadium pada saat kanker belum dapat diketahui

keberadaannya dengan pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini tumor yang

lebih kecil dari 0,5 cm hampir tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan

klinik maupun penunjang klinik. Diperkirakan lama stadium pra klinik itu 2/3

dari lama perjalanan hidup kanker dan hanya 1/3 dari lama hidupnya berada

di stadium klinik.

2. Stadium klinik: stadium pada saat kanker itu telah cukup besar atau telah

memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan

klinik dan/atau penunjang klinik. Selanjurnya, stadium klinik dibagi menjadi

beberapa stadium berdasarkan:

a. Kemungkinan sembuh

Stadium dini (early stage)

Dimana kanker itu belum lama diketahui adanya, masih kecil,

letaknya masih lokal terbatas pada organ tempat asalnya tumbuh, belum

menimbulkan kerusakan yang berarti pada organ yang ditumbuhinya

dengan kemungkinan sembuh besar.

Stadium lanjut (advance stage)

Stadium dimana kanker itu telah lama ada, telah besar, telah

menimbulkan kerusakan yang besar pada daerah yang ditumbuhinya,

telah mengadakan infiltrasi pada jaringan atau orang di sekitarnya dan

umumnya juga telah mengadakan metastase regional. Kemungkinan

sembuh kecil.

7
Stadium sangat lanjut (far advance stage)

Stadium dimana kanker telah lama ada, telah besar dan keadaannya

sama dengan stadium lanjut dan disertai metastase luas di seluruh

tubuh. Kemungkinan sembuh sangat kecil atau tak dapat sembuh lagi.7

b. Topografi penyakit

Stadium penyakit berdasarkan letak topografi tumor beserta

ekstensi dan metastasenya dalam organ. Berdasarkan topografinya stadium

kanker dibagi menjadi:

1. Stadium lokal: pertumbuhan kanker masih terbatas pada organ

tempatnya semula tumbuh

2. Stadium metastase regional: kanker telah mengadakan metastase di

kelenjar limfe yang berdekatan yaitu kelenjar limfe regional. Pada

kasus liposarkoma di kaki, pembesaran kelenjar limfe dapat dilihat

pada kelenjar limfe inguinalis.

3. Stadium metastase jauh atau diseminasi: kanker telah mengadakan

metastase di organ yang letaknya jauh dari tumor primer.

2.5 Manifestasi Klinik

Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan tanpa

nyeri atau tanda radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas yang cukup

jelas dengan jaringan sekitarnya, sehingga kebanyakan tidak dianggap sebagai

tumor ganas. Benjolan tanpa gejala dan keluhan apapun karena tumbuh dalam

jaringan lunak yang mudah didesak dan sering kali jauh dari organ vital. Keluhan

8
baru timbul setelah ukuran sudah besar atau terjadi tarikan atau tekanan pada otot

atau saraf.8

Gejala dan tanda kanker jaringan lemak tidak spesifik, tergantung pada

lokasi dimana tumor berada, umumnya gejala berupa adanya suatu benjolan di

bawah kulit yang tidak terasa sakit, hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit.

Rasa sakit muncul akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor dan bisa juga

karena penekanan pada saraf saraf tepi. Kanker yang sudah begitu besar dapat

menyebabkan borok dan perdarahan kulit.8

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Untuk menentukan ganas atau jinaknya suatu benjolan pada jaringan

lunak, perlu dilakukan biopsy. Benjolan yang mudah digerakkan dari jaringan

sekitarnya dan disangka lipoma dapat memberi hasil patologi yang mengejutkan.

Secara klinis, diagnosis ditentukan dengan palpasi untuk memperkirakan ukuran

lesi dan perlengketan dengan struktur dangkal maupun dalam.9

Dalam menegakkan diagnosis terhadap massa jaringan lunak dapat dibantu

dengan pemeriksaan radiologi imaging. Pemeriksaan massa jaringan lunak

dilakukan berdasarkan diagnostic imaging pathway pada gambar 2.1.11

9
Gambar 2.1 Diagnostic imaging pathway massa jaringan lunak

10
Walaupun gambaran radiologis liposarkoma pada CT scan atau MRI bisa

mengarahkan diagnosis, namun pada beberapa kasus lemak makroskopis tidak

dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis. Misalnya pada kasus dengan

liposarkoma tipe pleomorfik, gambaran radiologis sulit dibedakan dengan

sarcoma jaringan lunak lainnya, dan beberapa tipe liposarkoma memiliki

gambaran massa jaringan lunak yang tidak spesifik. Pemeriksaan histopatologis

dibutuhkan untuk membedakan tipe sel dari liporsarkoma dan dengan jenis tumor

lainnya. Pemeriksaan tersebut juga berguna untuk menentukan prognosis dan

rencana terapi pembedahan. Sehingga pemeriksaan histopatologis menjadi gold

standard pemeriksaan pada liposarkoma.10,12

2.6.1. Foto Polos

Pemeriksaan rontgen pada liposarkoma memiliki spesifitas dan sensitivitas

yang rendah. Massa yang mengalami inflamasi dan tumor jenis lain juga dapat

memiliki gambaran yang serupa. Gambaran pada rontgen menunjukkan adanya

suatu massa jaringan lunak yang tidak spesifik, sehingga diperlukan modalitas

pemeriksaan radiologi lainnya. Pemeriksaan ini dapat menilai keterlibatan struktur

tulang, remodelling tulang yang agresif, mineralisasi atau osifikasi jaringan lunak,

daerah berlemak yang tampak radiolusen. Gambaran foto polos liposarkoma

ditunjukkan pada gambar 2.2 dan 2.3 berikut.9, 11

11
Gambar 2.2 Foto polos pada regio femur pada pasien usia 58 tahun dengan
keluhan adanya pembengkakan pada paha kiri yang tidak nyeri. Tampak
adamnya massa jaringan lunak yang besar pada bagian medial femur.
Tanda panah menunjukkan adanya kalsifikasi, disertai adanya gambaran
lemak radiolusen (*)9

Gambar 2.3 Menunjukkan pemeriksaan foto polos bagian femur pada pasien
usia 68 tahun yang mempunyai keluhan massa yang membesar dan tidak
nyeri di bagian paha. Foto polos proyeksi AP menunjukkan massa heterogen
dengan gambaran lemak radiolusen (*)

12
2.6.2. Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG berguna dalam mengkonfirmasi adanya massa solid dan

kistik, menilai apakah terdapat hubungan anatomis dengan struktur atau jaringan

sekitar (misal sendi), serta dengan menggunakan USG Doppler dapat melihat

vaskularisasi pada massa yang juga dapat berguna dalam membedakan apakah

massa tersebut jinak atau ganas.11

Liposarkoma biasanya akan tampak sebagai gambaran hiperekoik.

Gambaran hiperekoik pada liposarkoma jenis well-differrentiated akan sulit

dibedakan dengan lipoma, namun dengan pemeriksaan USG Doppler,

liposarkoma akan tampak memiliki lebih banyak vaskularisasi dibandingkan

lipoma.9

Gambar 2.4 Pemeriksaan USG akan tampak gambaran hiperekoik. USG


Doppler menunjukkan adanya vaskularisasi pada liposarkoma10

13
Gambar 2.5 Gambaran USG dan USG Doppler liposarkoma tipe miksoid
pada paha kanan. Tampak massa nodular (tanda panah) dan
heterogen (kepala panah) dengan sinyal Doppler yang iregular12

2.6.3. Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan CT scan dapat dilakukan jika pemeriksaan foto polos tidak

adekuat dalam menunjukkan gambaran mineralisasi, jika tidak tersedia fasilitas

pemeriksaan MRI atau pada pasien yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan CT

scan.11

Temuan pada pemeriksaan CT scan dapat membantu melihat beberapa

gambaran pada tumor lipomatous. CT scan dapat menunjukkan 3 pola berbeda

pada liposarkoma, antara lain: a) massa padat, inhomogen,; b) mixed-pattern

tumor dengan fokus lemak diselingi jaringan dengan atenuasi tinggi; dan c)

pseudocystic water-density tumor.9

Liposarkoma tipe miksoid, campuran tipe miksoid dan round cell, serta

tipe pleomorfik biasanya kurang terdiferensiasi dengan baik. Massa liposarkoma

dapat terlihat inhomogen, dengan daerah beratenuasi rendah, dan terdapat

komponen lemak. Pemeriksaan CT scan juga berguna dalam menentukan respon

tumor terhadap kemoterapi, juga dalam mendeteksi rekurensi tumor.9

14
Gambar 2.6 CT Scan abdomen potongan transversal pada pasien dengan
liposarkoma di retroperitoneum memperlihatkan adanya suatu massa
inhomogen, dengan septa yang agak kasar dan menebal (panah)9

Gambar 2.7 Pasien usia 55 tahun dengan liposarkoma tipe dediferensiasi


yang rekurens di peritoneal. Pasien datang dengan keluhan rasa penuh di
perut selama 2 tahun setelah tindakan reseksi tumor dengan liposarkoma
tipe well-differentiated. Gambar A (potongan aksial) dan B (potongan
koronal) merupakan gambaran CT scan dengan kontras pada abdomen dan
pelvis menunjukkan massa berukuran besar dengan kalsifikasi parsial di
lobus kanan hepar (tanda panah) dengan massa kalsifikasi parsial multipel
di retroperitoneum dan peritoneum (kepala panah)13

2.6.4. Gambaran MRI Liposarkoma

Sebagian besar liposarkoma dapat terlihat dengan baik pada pemeriksaan

MRI. Liposarkoma yang terdiferensiasi dengan baik (well-differentiated) memiliki

15
nodul atau septa. Umumnya tumor jenis miksoid memiliki fokus lemak yang

tampak seperti garis tak beraturan. Beberapa tumor jenis miksoid dapat terlihat

kistik pada MRI tanpa kontras, namun biasanya akan tampak lebih terang setelah

pemberian zat kontras. Namun, pemeriksaan ini kurang dapat memberikan

gambaran hasil yang jelas pada pemeriksaan tumor yang berada di dinding perut

atau dada, dimana akan didapatkan hasil foto yang buram, sehingga pemeriksaan

CT scan menjadi modalitas pemeriksaan pilihan.9,11

Gambar 2.8 MRI sekuens T2 pada regio femur menunjukkan massa dengan
intensitas tinggi, berlobus atau bersepta9

Gambar 2.9 Pemeriksaan MRI sekuens T2 potongan transversal pada pasien


usia 64 tahun dengan liposarkoma tipe miksoid di retroperitonium
menunjukkan tumor tampak hiperintense. Tampak septa dengan sinyal
rendah (tanda panah)14

16
2.7. Diagnosis Banding

2.7.1. Malignant fibrous histiocytoma

Tumor ini biasanya berbatas tegas, terletak di dalam atau

berdekatan dengan otot dan ukurannya yang tidak terlalu besar pada

presentasi dengan pemeriksaan MRI.10

Gambar : MRI regio femur menunjukkan massa yang berbatas tegas

2.7.2. Lipoma

Lipoma biasanya terdiri dari massa ovoid dengan karakteristik

pencitraan yang terdiri dari lemak dengan kapsul tipis dan septum sangat

tipis (<2 mm). Lipoma dapat terlihat sebagai masa dengan densitas yang

rendah pada pemeriksaan foto polos.10

17
Gambar : Foto polos regio femur, tanda panah menunjukkan massa
jaringan lunak dengan densitas yang rendah

2.7.3. Leiomyosarcoma

Gambaran radiologi dengan pemeriksaan CT Scan pada

Leiomyosarcoma umumnya heterogen dengan densitas yang rendah dan

jarang menunjukkan kalsifikasi.10

18
Gambar : CT Scan retroperitoneal tanda panah menunjukkan gambaran
massa dengan densitas yang rendah dan jarang menunjukkan kalsifikasi.

2.8 Penatalaksanaan

Tatalaksana yang dapat dilakukan tergantung diagnosis klinis dan

patologi, stadium dan keadaan penderita, serta tujuan terapi dan hasil apa yang

diharapkan.

Tujuan terapi kanker ada 2, yaitu.7

1. Kuratif: tindakan untuk menyembuhkan penderita, yaitu membebaskan

penderita dari kanker yang dialami untuk selama lamanya. Biasanya kuratif

hanya bisa dilakukan pada kanker dini.

2. Paliatif: semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker

terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi. Paliatif bertujuan untuk

memperbaiki kualitas hidup agar dapat bekerja dan menikmati hidup.

19
Mengatasi komplikasi yang terjadi dapat memperpanjang hidup dan tanpa

memperpanjang penderitaan. Mengurangi atau meringankan keluhan, keluhan

yang berat pada penderita kanker seperti nyeri, ulkus berbau, perdarahan yang

sukar berhenti dan berulang, tidak ada nafsu makan, badan lemas dan

mengurus, dll. Hilang atau berkurangnya keluhan maka penderita akan

merasa lebih enak dan sehat.

2.9. Komplikasi

Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada paru,

hati, dan tulang. Komplikasi dari penatalaksanaan yaitu infeksi pasca pembedahan

dan jika dilakukan terapi radiasi mungkin akan menjadi perlambatan

penyembuhan luka dan nekrosis di jaringan setelahnya. Jika dilakukan

kemoterapi, akan didapatkan komplikasi antara lain: mual, muntah, stomatitism

neuropati perifer, miopati jantung, dan kerusakan hepar.4

20
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Liposarkoma adalah suatu keganasan dari sel lemak, pertumbuhan secara

lambat, tidak nyeri, massa submukosa yang tidak berulkus yang muncul

pada usia pertengahan, tetapi beberapa lesi berkembang secara cepat dan

menjadi ulkus dalam waktu yang lebih singkat.

2. Berdasarkan gambaran histologi Liposarkoma dibagi menjadi empat tipe ;

Liposarkoma berdiferensiasi baik, dediferensiasi, miksoid atau

liposarkoma sel bulat dan pleomorfik.

3. Faktor penyebab dari Liposarkoma ada beberapa faktor ; virus, agen fisik,

agen kimia, faktor genetik dan keturunan, faktor makanan dan agen

hormonal.

4. Modalitas radiologi diagnostik yang dapat digunakan dalam membantu

diagnosis Liposarkoma mulai dari foto polos, CT Scan, USG dan MRI.

5. Tatalaksana yang dapat dilakukan tergantung diagnosis klinis dan

patologi, stadium dan keadaan penderita, serta tujuan terapi dan hasil apa

yang diharapkan

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Zaid T, Frieling G, Rosenthal S. dermal pleomorphic liposarcoma


resembling pleomorphic fibroma: report of a case and review of the
literature. J Cutan Pathol. 2013 Aug. 40(8):734-9.
2. Afiatidan dan Bethy S. Hernowo. 2013. Hubungan Ekspresi Ki-67 dengan
Grading Histopatologi Liposarkoma. Bandung : Jurnal Departemen
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Volume 45 No. 3.
3. Ida Hartati dan Sjahjenny Mustokoweni. 2015. Hubungan Ekspresi
CD8dengan Skor Diferensiasi Liposarkoma. Surabaya : Jurnal
Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas
Airlangga. Vol. 24 No. 2.
4. Gale, D., 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC, Jakarta
5. Peserta The European Society of Surgical Oncology 32 Congress:
Individualising Cancer Surgery, Valencia, Spanyol, 19-21 September
2012.
6. Dalal KM, Kattan MW, Antonescu CR, Brennan MF, Singer S. Specific
prognostic nomogram for patients with primary liposarcoma of the
retroperitoneum, extremity, or trunk. Ann Surg. 2006;244: 381-91.
7. Sukardja, 2000. Onkologi Klinik. Cetakan pertama. Airlangga University
Press, Surabaya.
8. Sjamsuhidajat, R.,1997. Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC.Jakarta.
9. Khan AN, Chandramohan M, Macdonald S, Alkubaidan FO. Liposarcoma
Imaging. Diakses melalui http://emedicine.medscape.com/article/391272-
overview pada tanggal 21 Agustus 2017.
10. Abd Rabou and Gaillard.et al Diakses melalui
.https://radiopaedia.org/article
11. Department of Health Western Australia. Diagnostic Imaging Pathways
Soft Tissue Mass. Diakses melalui
http://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/index.php/imaging-
pathways/musculoskeletal-trauma/musculoskeletal/soft-tissue-
mass#pathway pada tanggal 28 Agustus 2017.
12. Robinson P, Vanhoenacker FM. Adipocytic Tumors. In (Vanhoenacker
FM, Parizel PM, Gielen JL ed). Imaging of Soft Tissue Tumors. Ed 4.
Cham: Springer; 2017:225-238.
13. ORegan KN, Jagannathan J, Krajewski K, Zukotynski K, Souza F,
Wagner AJ, Ramaiya N. Imaging of Liposarcoma: Classification, Patterns
of Tumor Recurrence and Response to Treatment. AJR. 2011:197:37-43.
14. Shin N, Kim MJ, Chung JJ, Chung YE, Choi JY, Park YN. The
Differential Imaging Features of Fat-Containing Tumors in the Peritoneal
Cavity and Retroperitoneum: the Radiologic-Pathologic Correlation.
Korean J Radiol. 2010:11(3):333-45.

22

Anda mungkin juga menyukai