BAB II
KONSEP DASAR DEFORMITAS
A. DEFINISI DEFORMITAS
Deformitas musculoskeletal adalah kelainan dan trauma pada sistem muskuloskeletal yang
bermanifestasi dari bentuk yang abnormal dari ekstremitas atau batang tubuh.
Deformitas/malformasi bawaan adalah: kelainan atau defek yang bias terjadi, ketika didalam
kandungan dan terlihat pada waktu lahir dan dapat pula terjadi dalam perkembangan anak di
kemudian hari. Kadang kadang kelainan yang ada tidak terlihat secara fisik, tetapi terdapat
kelainan biokimiawi atau histologik yang dapat berkembang di kemudian hari.
Berdasarkan beberapa definisi deformitas seperti yang telah tercantum diatas, kami
menyimpulkan bahwa deformitas merupakan kelainan bawaan pada sistem muskuloskeletal yang
tidak terlihat pada usia dini namun dapat berkembang di kemudian hari.
B. KLASIFIKASI DEFORMITAS
1. Deformitas pada sendi
a. Macam-macam deformitas sendi
1) Bergesernya sendi
Permukaan sendi dapat bergeser terhadap permukaan lainnya dan bila hanya sebagian yang
bergeser disebut sublukasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
2) Mobilitas sendi yang berlebihan ( excessive mobility of the joint )
Kapsul dan ligament sendi meruakan jaringan fibrosa yang berfungsi mengamankan sendi dari
gerakan yang abnormal. Apabila terdapat kelemahan (laxity) kapsul/ ligament karena suatu
sebab, akan terjadi kecenderungan hpermobilitas sendi.
3) Mobilitas sendi yang berkurang ( restricted mobility of the joint )
Pada keadaan ini terjadi gangguan gerakan sendi karena salah satu sebab sehingga kemampuan
pergerakan sendi kurang dari normal.
2. Deformitas Muskuloskeletal
a. Deformitas yang dapat terjadi pada tulang
1) Ketidaksejajaran tulang ( loss of alignment )
Tulang panjang dapat mengalami gangguan dalam
kesejajaran ( alignment ) karena terjadi deformitas
torsional atau deformitas angulasi.
2) Abnormalitas panjang tulang ( abnormal length )
Kelainan panjang pada tulang dapat berupa
tulang memendek/ menghilang sama sekali
atau panjangnya melebihi normal.
3) Pertumbuhan abnormal tulang ( bony outgrowth )
Abnormalitas pertumbuhan tulang dapat terjadi akibat adanya kelainan pada tulang, misalnya
osteoma atau ostekondroma.
b. Penyebab deformitas tulang
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pada tulang ( Kongenital )
Kelainan bawaan pada tulang dapat berupa aplasia, dysplasia, duplikasi atau pseudoartrosis.
2) Fraktur
Deformitas juga dapat terjadi akibat kelainan penyembuhan fraktur berupa mal-union atau non-
union. Kelainan lain, yaitu fraktur patologis yang terjadi karena sebelumnya sudah ada kelainan
patologis pada tulang.
3) Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis
Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis, baik karena trauma maupun kelainan bawaan, dapat
menyebabkan derfomitas tulang.
4) Pembengkokan abnormal tulang ( bending of abnormally soft bone )
Pada keadaan tertentu, dapat terjadi pembengkokan tulang, misalnya pada penyakit metabolic
tulang yang bersifat umum, rakitis atau osteomalasia.
5) Pertumbuhan berlebih pada tulang matur ( overgrowth of adult bone )
Pada kelainan yang disebut penyakit Paget ( osteitis deformans ), terjadi penebalan tulang.
Kelainan ini dapat pula terjadi pada osteokondroma karena terjadi pertumbuhan local.
3) Rotasi pinggul
Rotasi pinggul pada ekstensi dinilai pada saat anak tengkurap; paha dirapatkan dan lutut fleksi 90
derajat. Pada posisi ini pada pinggul terdapat persekutian netral. Ketika kaki bawah dirotasikan
keluar, gerakan ini menghasilkan rotasi eksterna. Hal ini terjadi karena bentuk anatomi femur
proksimal. Kolum femoris secara normal pmempunyai sudut 135 derajat dengan batang femur.
Biasanya, terdapat sudut 15 derajat kearah anterior anatara sumbu yang menggambarkan kolum
femoris dengan sumbu transkondilur femur distal. Pembengkokan ini juga dikenal sebagai versi
femoris. Pada umur satu tahun terdapat sekitar 45 derajat rotasi interna dan eksterna. Rotasi
pinggul seharusnya sietris. Rotasi asimetri dpat merupakan petunjuk adanya ganggan pinggul,
dan diperlukan pemeriksaan radiografi.
4) Sudut paha kaki
Pada anak dengan posisi tengkurap, untuk melakukan penilain rotasi pinggul, sumbu panjang
kaki yang diberi beban dibandingkan dengan sumbu panjang paha. Rotasi kedalam diberi nilai
negative, sedangkan rotasi keluar diberi nilai positif. Rotasi kedalam merupakan petunjuk torsi
tibia interna, sedangkan rotasi keluar menggambarkan rotasi tibia eksterna. Banyi mempunyai
sudut rata-rata -5 derajat ( denga saran -35 samapai 40 derajat) sebagai akibat posisi normal
dalam uterus. Pada pertengahan masa anak samapai kekehidupan dewasa, rata-rata sudut paha-
kaki adalah 10 derajat ( dengan kisran -5 sampai 30 derajat ).
5) Bentuk kaki
Pada anak yang masih dalam posisi tengkurap, bentuk kaki dengan mudah dinilai. Posisi ini amat
membantu dalam penilaian metatarsus adduktus atau kaki kalkaneovalgus. Mobillitas
pergelangan kaki dan subtalus dpat juga dievaluasi pada anak dalam posisi ini.
6) Gaya berjalan jari ke dalam
Tungkai bawah yang menyebabkan gaya berjalan dengan jari kaki ke dalam umumnya terdiri
dari torsi femoris interna dan torsi tibia interna.
2. DEFORMITAS TORSI
a. Torsi femoralis interna
Torsi femoralis interna adalah penyebab jari kaki ke dalam yang paling sering terjadi pada
anak umur 2 tahun atau lebih tua. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada
anak laik-laki. Sebagian besar anak dengan keadaan ini mempunyai kelemahan ligamentum
secara menyeluruh. Penyebab torsi femoralis masih kontroversial. Beberapa pakar percaya
bahwa kelinan ini kongenital sebagai akibat anteversi femur infantile menetap, sedangkan
lainnya menganggap kelainan ini didapat akibat kebiasaan duduk yang abnormal.
Torsi femoral interna tidak ditemukan pada bayi baru lahir. Pada beberapa anak, terdapat
kebiasaan duduk dengan posisi televise (lutut di deapan, femur berputar ke dalam dan kaki
menghadap keluar) yang dapat mengakibatkan rotasi femoral interna yang progesif sampai anak
berusia 5 tahun. Pada pemeriksaan anggota gerak bawah diputar kedalam rotasi interior sehingga
o
terjadi rotasi interna lutut 90 , sedangkan bila dilakukan rotasi eksternal lutut hanya dapat
bergerak sedikit dari posisi netral.
1) Manifestasi klinis :
Tanda-tanda klinis torsi femur interna adalah seluruh kaki bawah terotasi ke dalam selama gaya
berjalan. Secara khas, terdapat 80-90derajat rotasi interna pinggul pada posisi tengkurap( profil
torsi). Rotasi eksterna, sebagai akibatnya, terbatas sampai 0-10 derajat. Akan ada tanda-tanda
kelemahan ligamentum menyeluruh, termasuk hiperekstensi siku dan jari, hiperabduksi ibu jari
kaki, pembengkokan lutut ke belakang, dan hipermobil pesplanus. Anak yang terkena biasanya
duduk dalam posisi gaya televise atau W. diduga bahwa posisi ini memungkinkan kaki
bawah bekerja sebagai pengungkit, dengan demikian menghasilkan perubahan torsi pada femur
plastik secara biologis . Keadaan ini disebut sebagai anteversi femur, menunjukan kelainan
femur proksimal. Namun, torsi sebenarnya terjadi diseluruh badan femur dan mengakibatkan
perubahan pertemuan normal antara pinggul dan lutut.
2) Klasifikasi
a) Penyakit Paget
Penyakit paget pada anak merupakan kelainan congenital yang menjadi penyakit progresif
kelaianan berupa penebalan tulang dan perubahan spongeosa tulang disertai kecendrungan tulang
untuk
membengkok. Penyakit paget adalah kelainan
peningkatan premodiling tulang local kebanyakan
mengenai tengkorak premur tibia tulang dan vertebra
terjadi foliferasi primer osteoklas yang menyebabkan
reabsorpsi tulang kemudian diikuti oleh peningkatan kompensatori aktifitas osteblastik yang
akan memperbaiki tulang sepanjang pergantian tulang berlangsung tedapat pola mozait klasik
perkembangan matriks tulang. Tulang yang baru membentuk mineral tinggi tetapi konstruksinya
tidak baik secara struktur tuklang menjadi lemah dan terdapat fraktur patologis dengan ditandai
penebalan dan pembesaran tulang kerapuhan tulang dan struktur dalam tulang yang tidak
normalpenyakit ini sering ditemukan di Amerika Utara, Inggris, Jerman, Australia dan jarang
ditemukan di Asia ,Afrika dan Timur Tengah. Penyakit paget terutama mengenai tibia, femur,
pelpis, vertebra dan tulang tengkorak dan terdapat 3% dari populasi penduduk usia diatas 40
tahun .
Riwayat keluarga telah diketahui, yaitu saudara sekandung yang menderita kelainan serupa.
Penyebab pasti penyakit ini tidak diketaui tetapi diduga oleh infeksi virus karena ditemukan
adanya badan inklusi pada osteoklas
Penyakit ini mengenai satu beberapa tubulus tulang, berkembang secara lambat menuju
diafisi dan memberikan gambaran yang menyerupai rel. kelainan sitologis ditandai dengan
peningkatan aktivitas osteklas dan osteoblas. Siklus perttumbuhan tulang dipercepat. Kadar
fosffatase alkali meningkat (karena peningkatan aktivas osteoblas), terjadi peningkatan ekresi
hidrokssiprolin pada urine(karena peningkatan osteoklas.) pada stadium osteolitik akan terjadi
resorpsi tulang oleh osteoklas, lubang-lubang yang terjadi kemudian di isi dengan jaringan fibro
vascular
Di sekitar daerah osteoblas terbentuk tulang imatur dan matur yang pertumbuhannya dibatasi
oleh osteoklas. Keadaan ini juga terjadi hingga ke permukaan endosteal dan periosteal sehingga
tulang menjadi lebih tebal. Tetapi tulang struktur tulang lemah dan rapuh. Aktivitas osteoklas
akan berkurang secara perlahan dan erosi tulang yang ada akan diisi dengan tulang matur yang
baru , memberikan gambaran garis yang ireguler yang menandakan batas resorpsi. Secara
mikrospik, keadaan ini memberikan gambaran seperti marmer/mozaik.
Pada tahap selanjutnya terjadi penebalan tulang oleh sel sel osteoblastik yang menyebabkan
tulang menjadi lebih rapuh dan sklerotik.
Penyakit ini terutama ditemukan pada usia diatas 50 tahun dengan perbandingan yang sama
antara pria dan wanita. Kelainan ini dapat mengenai sebagian atau sleuruh tulang terutama pada
tutlang pelvis tibia, femur, tengkorak, veterbra dan klavikula. Penyakit ini umumnya bersifat
asimtomatik dan ditemukan secara kebutlan pada pemeriksaan radiologi untuk kepentingan yang
yang lain akan tetapi pada bebebrapa klien dapat ditemulkan berupa nyeri atau deformitas tulang.
Nyeri yang terjadi adalah nyeri tumpul yang konstan terutama bila klien bangun tidur dan nyeri
akan bertambah hebat bila terjadi fraktur deformitas terutama terjadi pada angggota gerak
bawah, mengenai tulang panjang yang menanggung tekanan mekanis, yaitu pada daerah tibia
anterior dan femur aterolateral.
Sering terjadi lengkungan tungkai yang menyebabkan ketidaksejajaran sendi panggul, lutu
dan pergelangan kai yang berperan dalam terjadinya atritis dan nyeri. Kulit terasa hangat yang
merupakan tanda osteitis deformans. Jika tulang tengkorak terkena, dasar tengkorak mungkin
terlihat mendatar (platibasia) sehingga leher terlihat memendek. Bila terjadi penekanan saraf
cranial akan menyebabkan gangguan penglihatan, paralisis, fasialis, neuralgia, trgeminus dan
ketulian. Ketulian dapat disebabkan oleh sklerosis tulang tulang telinga (ostosklerosis) penebalan
veterbra meneybabkan penekanan medulla spinalis dan radisk saraf. Ditemukan pula sindrom
steal yaitu aliran darah yang menyebabkan iskemia serebral dan medulla spinalis. Jika stenosis
saraf spinal terjadi , akan terlihat gambaran yang khas yaitu klaudikasi spinal dan kelemahan
anggota gerak bawah selain itu pula terjadi kifosis sehingga tubuh klien terlihat memendek dan
kaki bengkok tangan menggantung yang menyerupai kera. Nyeri dan nyeri tekan dapat terlihat
pada tulang . nyeri bersifat ringan sampai sedang, dalam, linu, dan bertamabah dengan
pembebanan berat badan bila ekstrimitas bawah terlibat. Nyeri dan ketidaknyamanan terjadi
mendhului perubaha skelet penyakit paget selama bebebrapa tahun dan sering disalah artikan
oleh klien sebagai akibat usia tua/atritis.
Terjadi peningkatan suhu kulit diatas tulang yang terkena karena peningkatan vaskularasi
tulang. Klien dengan lesi vascular hebat dapat mengalami gagal jantung curah tinggi akibat
peningkatan pembuluh vaskulara dan kebutuhan metabolisme. Degenarasi malgina osteosarkoma
dapat terjadi penyakit paget
3) Evaluasi radiografi :
Evaluasi radiologi torsi femur interna tidak secara rutin diperlukan, walaupun telah diuraikan
berbagai teknik radiografi untuk mengukur torsi femur. Tomografi komputasi dan utrasonografi
dapat menilai hubungan antara femur proksimal dan distal. Penilaian ini jarang terindikasi karena
pengukuran klinis sama akuratnya.
4) Penanganan :
Penanganan torsi femur interna terutama adalah dengan observasi. Koreksi kelainan
kebiasaan duduk biasanya akan memungkinkan torsi menyembuh seiring dengan perteumbuhan
dan perkembangan normal. Namun, diperlukan waktu 1-3 tahun agar terjadi koreksi sempurna,
tergantung umur anak ketika kebiasaan duduk dikoreksi. Mengoreksi kebiasaan duduk dapat
amat sukar apda anak usia prasekolah dan biasanya tidak terjasi sampai mereka mencapai umur
sekolah. Penggunaan ortosis di malam hari atau kabel belit di siang hari tidak bermanfaat dan
dapat menimbulkan torsi tibia eksterna kompensatoir. Kombinasi torsi femur interna dan tibia
eksterna kompensatoir menghasilkan deformitas genu valgum patologis. Ini dapat
mengakibatkan salah persekutuan patelofemoral disertai subluksasio atau dislokasin patella dan
nyeri.
Anak umur 10 tahun atau lebih tua mungkin tidak mengalami pertumbuhan muskuluskeleton
sisi agar memungkinkan terjadinya koreksi spontan, dan mungkin perlu tindakan pembedahan.
Prosedur yang dianjurkan adalah osteotomy derotasi varus femur proksimal dan osteotomy
derotasi sederhana femur proksimal atau distal. Derotasi cukup dilakukan untuk memungkinkan
penyamanan rotasi pinggul interna dan eksterna pasca bedah.
b. Torsi tibia interna
Torsi tibia interna merupakan penyebab jari kaki kedalam yang
paling lazim pada anka sebelum umur 2 tahun dan merupakan
keadaan normal akibat posisi dalam uterus. Keadaan ini biasanya
ditemukan saat umur ke 2 dan dapat terkait dengan metatarsus adduktus.
1) Manifestasia klinis :
Derajat rotasi tibia dapat diukur pada sudut paha-kaki saat tengkurap ( profil torsi ).
2) Evaluasi radiografi :
Penilain radiografi tidak bermanfaat pada gangguan yang terutama bersifat klinis ini.
3) Penanganan :
Penanganan torsi tibia interna juga dilakukan dengan observasi. Hal ini merupakan keadaan
fisiologis, dan penyembuhan secara spontan dapat terjadi seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan normal. Namun, perbaikan yang bermakna biasanya tidak terjadi sampai anak
mulai berdiri dan berjalan secara bebas. Sesudahnya, ia memerlukan 6-12 bulan, dan kadang-
kadang lebih lama, untuk mencapai koreksi sempurna. Bidai malam hari tidak bermanfaat dan
harus dihindari. Torsi tibia interna yang menetap pada anak yang lebih tua atau remaja mungkin
memerlukan pembedahan derotasi; namun, ini amat jarang.
4) Gaya berjalan jari kaki ke luar
Penyebab tungkai bawah yang lazim untuk jari kaki ke luar adalah torsi femur eksterna dan torsi
tibia eksterna.
c. Torsi femur eksterna
Torsi femur eksterna, juga dikenal sebagai retrovasi femur,
merupakan gangguan yang jarang terjadi, kecuali kalu dihubungkan
denagn epifisit kaput femoris tergelincir ( slipped capital femoral
epiphysis [SCFE] ).
1) Manifestasi klinis :
Pemeriksaan klinis torsi femur eksterna akan menunjukan rotasi eksterna pinggul yang
berlebihan dan keterbatasan rotasi interna. Khas, pinggul akan berotasi eksterna 70-90 derajat,
sedangkan rotasi interna hanya 0-20 derajat. Biasnya ada gangguan bilateral bila terjadi secara
idiopatik. Jika deformitas unilateral, terutama pada anak yang lebih tua atau remaja muda yang
gemuk, adanya SCFE harus dikesampingkan .
2) Evaluasi radiografi :
Radiografi anteroposterior dan Lauenstein ( Katak ) laterl pelvis diperlukan pada setiap anak atau
remaja yang dating dengan torsi femur eksterna, terutama mereka yang gemuk atau yang
menderita nyari paha atau lutut anterior non traumatis ( nyeri terarah ) atau bila deformitas
unilateral untuk menilai kemingkinan SCFE.
3) Penanganan :
Penanganan torsi femur eksternaidiopatik biasanya observasi karena torsi ini biasanya tidak
menyebabkan gangguan fungsi yang berarti. Retroversi femur yang merupakan akibat SCFE
ditangani secara bedah.
Kadang-kadang, retroversi femur yang menetap sesudah SCFE dapat menyebabkan gangguan
fungsi seperti gaya berjalan jari kaki ke luar dan kesukaran merapatkan lututnya sendiri dalam
posisi duduk. Yang kedua ini dapat amat menggangu wanita remaja. Seandainya hal ini terjadi,
osteotomi derotasi akan bermanfaat.
d. Torsi Tibia Eksterna
Torsi tibia eksterna relative lazim dan selalu disertai dengan kaki kalkaneovalgus. Torsi ini
adalah akibat variasi normal posisi dalam Rahim.
1) Manifestasi klinis:
Torsi tibia eksterna ditunjukan oleh kelainan sudut paha-kaki positif ( profil torsi ). Sudut ini
adalah khas 30-50 derajat. Akan terdapat kaki kalkaneovalgus.
2) Evaluasi radiografi :
Penilaian radiografi untuk torsi tibia eksterna tidak diperlukan karena tidak ada kelainan
radiografi yang dapat dilihat.
3) Penanganan :
Penangan torsi tibia eksterna adalah observasi. Keadaan ini menyertai perjalanan klinis yang
sama seperti torsi tibia interna. Perbaikan bermakna tidak terjadi selama umur tahun pertama.
Namun, dengan mulainya anak berjalan, perbaikan spontan akan terjadi dan biasnya sempurna
pada umur 2-3 tahun.
3. DEFORMITAS ANGULAR
a. Genu varum ( kaki Bengkok )
Genu valgum atau kaki berbentuk X dan genu varium atau kaki berbentuk O sering dijumpai
pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh adanya kekenduran pada ligamen sendi yang
merupakan salah satu manifestasi kekenduran ligamen pada seluruh sendi badan.
Tindakan pengobatan pada kelainan ini bertujuan mencegah
kekenduran pada ligamentum kolateral medial menjadi lebih
berat. Genu valgum biasanya terdapat pada anak-anak
yang mempunyai kebiasaan menonton televisi dengan kedua
kaki diletakkan dibelakang badan. Keadaan fisiologis ini harus dibedakan dengan kelainan
bawaan abnormal yang diakibatkan oleh kelainan metabolik atau trauma.
Klasifikasi genu varum disajikan pada tabel dibawah. Genu varum fisiologis dan tibia vara (
penyakit Blount ) adalah gangguan yang paling lazim terjadi.
Klasifikasi Genum Varum ( Kaki Bengkok )
1. Fisiologis
a. Pertumbuhan asimetris
1) Tibia vara ( penyakit Blout )
2) Infantil
3) Juvenil
4) Remaja
5) Fibrokartilaginosa setempat
b. Displasia
1) Luka Fisea
a) Trauma
b) Infeksi
c) Tumor
c. Gangguan metabolic
1) Defisiensi vitamin D ( riketsia gizi )
2) Riketsia resisten viatamin D
3) Hipofosfatasia
d. Displasia Skeleton
1) Displasia metafisis
2) Akondroflasia
3) Enkondromatosis
1) Genum varum fisiologis
Kaki bengkok fisiologis merupakan torsi yang lazim yang merupakan akibat posisi
normal dalam Rahim. Kapsul pinggul posterior yang ketat mengakibatkan kontraktur rotasi
eksterna. Bila dikombinasi dengan torsi tibia interna, akan memberikan gambaran klinis
deformitas kaki bengkok. Karena kelainan ini adalah fisiologis, penyembuhan spontan pada
pertumbuhan dan perkembangan normal dapat diharapkan. Perbaikan yang bermakna terjadi
selama umur tahun pertama. Pada umur 2 tahun, sebagian besar anak mempunyai tungkai
bawah yang menyatu lurus atau netral.
2) Tibia vara
Tibia vara idiopatik, atau penyakit Blount, adalah gangguan yang jarang terjadi yang
ditandai oleh kelainan pertumbuhan sisi media epifisis tibia
proksimal, mengakibatkan angulasi varus progressif dibawah
lutut. Tibia vara dapat terjadi pada setiap kelompok umur
pada anak yang sedang tumbuh dan diklasifikasikan sebagai
infantile ( 1-3 tahun ), juventil ( 4-10 tahun), dan remaja ( 11 tahun atau lebih tua ). Bentuk
juventil dan remaja biasanya digabung sebagai tibia vara mulai lambat. Ketiga kelompok ini
sama-sama memiliki karakteristik klinis yang relative lazim, sedang perubahan radiografi
pada kelompok mulai lambat kurang menonjol dari pada bentuk infantile. Walaupun
penyebab tibia vara yang pasti tetap belum diketahui, kelainan ini tampaknya akibat supresi
pertumbuhan dari kenaikan gaya kompresif di sisi media lutut.
a) Manifestasi klinis :
Bentuk infantile tibia vara paling lazim, terutama mengenai anak perempuan dan kulit
hitam, terdapat obesitas yang nyata, sekita 80 % terjadi bilateral, tonjolan metafisis media
hebat, torsi tibia interna, dan ketidak sesuaian panjang kaki. Yang khas pada bentuk juventil
dan remaja ( mulai-lama ) didominasi laki-laki dan kulit hitam, obesitas yang nyata, tinggi
normal dan diatas normal, sekitar 50% keterlibatan bilateral, deformitas genu venum
progresif lambat, nyeri yang lebih merupakan keluhan utama awal , tidak teraba tonjolan
metafisis medila proksimal, tosi tibia internaminimal, kelemahan ligamentum kolaterale
mediale ringan, dan ketidaksesuaian panjang tungkai bawah yang ringan. Perbedaan antara
tiga kelompok tampak terutama karena umur mulainya, besarnya sisa pertumbuhan , dan
besar gaya kompresi medial. Kelompok infantile mepunyai potensi terbesar untuk terjadinya
deformotas, dan kelompok remaja mempunyai potensi yang terkecil.
b) Evaluasi radiografi :
Pada anak dengan tibia vara biasanya dilakukan foto rontgen AP pada kedua ekstremitas
bawah dan posisi lateral pada ekstremitas yang terkena. Posisi anak berdiri dengan
pembebenan memungkinkan terlihatnya deformitas klinis maksimal. Fragmentasi dengan
deformitas tahap penonjolan dan penonjolan metafisis tibia medial medial proksimal
merupakan tanda-tanda utama kelompok infantif. Perubahan dalam metafisis tibiale medialis
kurang mencolok pada bentuk-bentuk mulai awal, yang ditandai oleh adanya baji bagian
medial epifisis, depresi artikuler posteromedial ringan, fisis lengkung kea rah kepala
serpiginosa, dan dan tidak ada fragmentasi atau ringan atau tonjolan metafisis medial
proksimal.
Kadang-kadang,artrografi, foto resonansi magnetic atau tomografi mungkin perlu untuk
menilai meniskus, permukaan artikuler tibia proksimal, atau integritas fisis tibia proksimal.
c) Penanganan :
Penatalaksanaan tibia vara dapat nonoperatif maupaun operatif pada bentuk infantilnya.
Tibia vara mulai lambat ditangani secara operatif.
Nonopertif
Penatalkasanaan ortitik dapat dipertimbangkan pada anak dengan tibia vara infantile
yanaga berumur 3 tahun atau lebih muda dengan deformitas ringan. Pada sekitar 50% anak
yang memenuhi kriteria ini, deformitas dapat terkoreksi secara memadai. Orthosis lutut-
pergelangan kaki-kaki harus digunakan dengan satu medial tegak, tampa lutut bergantung.
Orthosis harus dipasang 22-23 jam per hari. Trial maksimum 1 tahun menejemen orthotic
sekarang dianjurkan. Jika koreksi tidak dicapai sesudah 1 tahun atau jika penjelekan terjadi
selama waktu ini, kemudian terindikasi osteotomi korrektif.
Operatif
Indikasi penanganan bedah tibia vara infantile adalah usia 4 tahun atau lebiha, kegagalan
penatalaksanaan ortotik dan deformitas lebih berat. Osteotomy valgus tibia progsimal dan
osteotomi diafisis fibula terkait biasanya merupakan prosedur pilihan . Pada tibia vara yang
mulai lambat, koreksi juga diperlukan untuk memperbaiki sumbu mekanik lutut. Osteotomi
valgus tibia progsimal dan osteotomi diafisis fibula merupakan prosedur yang paling lazim.
b. Genu valgum ( kaki pengkor ke dalam )
Untungnya penyebab potologis, kecuali gangguan pasca trauma, relative tidak lazim.
Karena koreksi spontan kaki bengkok fisiologis akan berlanjut, biasanya ada koreksi
berlebihan dari berbagai tingkat menjadi genu valgum ringan, atau kaki pengkor ke dalam.
Variasi angular fisiologi ini, atau genu valgum, biasanya terjadi antara 3 dan 5 tahun. Adalah
benar bahwa deformitas angular sembuh secara spontan, dengan persekutuan lutut normal
1. Fisiologis
a. Pertumbuhan asimetris
1) Tibia valga
2) Luka fisea
3) Trauma pasca fratkur metafisis tibia progsimal
4) Infeksi
5) Tumor
b. Gangguan metabolisme
1) Osteodistrofi ginjal
2) Dysplasia skeleton
3) Sindrom kniest
c. Kelainan kongenital
1) Dislokasi kongenital patella
2) Gangguan neuromuskuler
3) Palsi serebral
4) Mielodisplasia
dicapai antara 5 dan 8 tahun. Jarang ortosis terindikasi untuk kaki pengkor ke dalam.
Pembedahan mungkin di perlukan pada remaja yang menderita deformitas menetap.
Pilihannya meliputi bahab fisea medial, hemiepifisiodesis medial, dan osteotomy korektif.
5. HIPERMOBILITAS SENDI
Tingkat morbilitas sendi pada anak-anak sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh
adanya kekenduran pada ligamen. Hipermobilitas sendi sangat sering ditemukan pada bayi,
berkurang pada anak, dan jarang pada remaja. Meskipun kekenduran ligamen akan berkurang
setelah dewasa, ada dua kelainan yang dapat menetap.
a. Kaki Ceper
Kaki ceper merupakan salah satu kelainan kongenital akibat kekenduran ligamen
termasuk ligamen pada jari-jari tangan dan kaki. Kekenduran pada ligamen kaki akan
menyebabkan kaki bentuk ceper terutama pada saat menapakkan kaki. Kelainan ini tidak
membutuhkan pengobatan atau koreksi khusus. Peran perawat lebih banyak memberikan
dukungan psikologis dan penjelasan yang memadai kepada orang tua klien.
6. ATROGRIPOSIS MULTIPLE BAWAAN
Atrogriposis multiple bawaan merupakan kelainan gangguan gerakan sendi yang tidak
progesif, gerakan sendi berkurang/terbatas yang menyebabkan oleh gangguan perkembangan
mukuloskletal kerena mengalami aplasia dan digantikan oleh jaringan ikat lemak dan fibrosa,
patogenesisnya belum diketahui. Kelainan ini terutama menganai sendi lutu, pergelangan kai
dan pergelangan tangan atrogriposis multiple bawaan harus dibedakan dengan kelainan
lainnya seperti talipesekuimovarus konginetal atau penyakit spina bifida yang diserta dengan
kelainan pada anggota gerak
a. Neurofibromatosis
Neurofibromatosis merupakan kelainan bawaan yang diturunkan secara dominan ditandai
dengan darah pigmen kehitaman dan neurofibromatosis el pada kepala multiple atau jaringan
saraf perifer
Patologi neurofibromatosis yaitu dtemukan adanya neurofibroma yang terdiri dari atas
jaringan ikat yang teratur dengan beberapa serabut saraf. Gamabaran klinis terfiri atas
kaveola multiple. Neurifibroma multiple skolosi yang diketahui sebabnya dan kemungkian
terdapat gangguan neurologis komplikasi yang sering terjadi adalah skoliosis yang progresif,
tekanan pada saraf dan perubahan kea rah keganasan menjadi fibrosarkoma.
b. Sindaktili
Sindaktili merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan pada jari jari tangan,
jari jari tidak terpisah dan bersatu dengan yang lain. Dapat terjadi hubungan satu, dau atau
lebih jari jari. Hubungan jari jari dapat terjadi hanya pada kulit dan jaringa lunak saja, tetapi
dapat pula terjadi hubungan tulang dengan tulang
Penataklaksanaanya seiring dilakukan adalah tindakan operasi dengan memisahkan jari
jari yang kemunngkinan skin garf.
c. Polodaktli
Polidaktili adalah terjadinya duplikasi jari jari tangan dan kaki melebihi dari biasanya.
Kelainan dapat terjadi mulai dari duplikas yang berupa jaringan lunak sampai duplikasi yang
disertai dengan metrakarpal dan falang sendiri selain itu hubungan pada jari tangan yaiut
pada metacarpal dapat mempunyai sendi atau tanpa sendi. Pemeriksaan radiologi diperlukan
untuk menentukan tindakana yang kana dilakukan.
Penatalakasanaan dengan operasi yang dilakukan adalah eksisi pada jari kadang kala
diperlukan trver tendon setelah anak berusia bebebrapa tahun
d. Ektrodaktili
Ektrodaktili merupakan kelainan konginetal yang ditandai dengan hilangnya satu atau
lebih jari tangan dan kaki
e. Makrodaktili
Makrodaktili merupakan kelainan pembesaran jari-jari kaki, terutamapada ibu jari kaki.
Penyebabnya biasnya adalah fibrolipoma yang difusi pada jari kaki, tetapi juga terjadi
pembesaran tulang-tulang metatarsal.
f. Radial Clubhand
Kelainan ini berupa hipoplasia atau aplasia radius, skafoid, trapesium, metakapral I, dan
tidak terbentuknya ibu jari serta struktur-sturktur yang melekat padanya, yaitu otot, saraf adn
pembuluh darah. Gambaran klinis klien yaitu akan terlihat deviasi ke arah radial, ulna
jugalebih pendek dari biasanya dan melengkung.
g. Amputasi kongenital
Amputasi kongenital dapat terjadi mulai dari jari-jari tangan ke proksimal menuju
pergelangan tangan serta lengan dan dapat terjadi pula pada bagian distal kaki. Pelaksanaan
tindakan sebaiknya adalah dilakukan pemasangan prostesis yang sederhana pada anak yang
mulai merangkak. Pada waktu anak mulai sekolah, diperlukan pemakain prostesis seperti
pada orang dewasa.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada anak dengan koreksi non-bedah sama dengan perawatan anak
dengan penggunaan gips. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini sehingga
perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit
dan sirkulasi merupakan bagian penting pada penggunaan gips. Orang tua juga harus
mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama, dan
pentingnya pengantian gips secara teratur untuk menunjang penyembuhan. Tugas perawat
anatra lain meminta pada dokter bedah untuk memberikan penjelasan dan instruksi yang
adekuat pada orang tua, memberikan dukungan emosional, mengajarkan orang tua tentang
perawatan gips ( termasuk observasi terhadap komplikasi ), dan menganjurkan kepada orang
tua untuk memfalisitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena
deformasi atau terapi yang lama.
D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS DEFORMITAS
KASUS
Cica, gadis cilik berusia 4 tahun, berjalan pincang sejak kecil. Sebenarnya orangtua cica
telah menyadari adanya kelainan pada anggota gerak bawah anaknya. Cica telah berkali-kali
dibawa berobat ke dukun urut namun tidak ada perbaikan. Di usia keempat ini, cica terlihat
bejalan semakin pincang dan tungkai sebelah kanan semakin pendek dibanding yang kiri.
Orangtua cica mulai khawatir dengan keadaan anaknya, berbekal kartu jamkesmas cica
dibawa berobat ke RS. Dokter menanyakan apakah pincang ini didapatkan semenjak mulai
berjalan dan apakah pernah terjatuh atu mengalami kecelakaan. Ternyata, cica pincang sejakl
mulai pandai berjalan dan tidak pernah mengalami kecelakaan. Dari pemeriksaan fisik dokter
mendapatkan berjalan dengan posisi pincang. Pada pemeriksaan local test Galeazzi +.
Pengukuran tungkai didapatkan perbedaan true length appearant length.
Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, dokter menjelaskan penyakit cica pada
orangtuanya dan merencanakan untuk melakukan open reduksi+ acetabuloplasti. Orangtua
cica bertanya apakah kaki anaknya bisa menjadi normal seperti anak lainnya.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada cica?
DATA FOKUS
DS DO
Orang tua klien mengatakan anaknya Keadaan umum: CM
Pada pemeriksaan local test Galeazzi +
berjalan pincang sejak kecil.
Orangtua klien mengeluh adanya kelainan Klien tampak murung
Klien tampak menundukkan kepala
pada anggota gerak bawah anaknya. Klien tampak cemas
Orang tua klien mengatakan Cica telah
berkali-kali dibawa berobat ke dukun urut
namun tidak ada perbaikan.
Di usia keempat ini, cica terlihat bejalan
semakin pincang dan tungkai sebelah kanan
semakin pendek dibanding yang kiri.
Orangtua cica mulai khawatir dengan
keadaan anaknya.
cica pincang sejakl mulai pandai berjalan
dan tidak pernah mengalami kecelakaan.
ANALISA DATA
DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
DS:
Orang tua klien mengatakan anaknya berjalan
pincang sejak kecil.
Orangtua klien mengeluh adanya kelainan pada Gangguan Kelainan bentuk
anggota gerak bawah anaknya. mobilitas fisik tubuh
Do:
Keadaan umum: CM
Pada pemeriksaan local test Galeazzi +
DS:
Di usia keempat ini, cica terlihat bejalan
semakin pincang dan tungkai sebelah kanan
semakin pendek dibanding yang kiri
cica pincang sejakl mulai pandai berjalan dan
Gangguan citra Deformitas
tidak pernah mengalami kecelakaan.
tubuh
DO:
Klien tampak murung
Klien tampak menundukkan kepala
DS:
Keluarga merasa khawatir
Kelaurga pernah membawa Cica ke dukun
Keluarga mengaku tidak mengetahui tentang Kurang Prognosis
DO
Klien tampak cemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kelainan bentuk tubuh.
b) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan Prognosis penyakit.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN/
TUJUAN DAN
MASALAH KOLABORASI INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
Exercise therapy :
Berhubungan dengan : Joint Movement : Active
ambulation
- Gangguan metabolisme sel Mobility Level Monitoring vital sign
- Keterlembatan perkembangan Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan
- Pengobatan Transfer performance lihat respon pasien saat
- Kurang support lingkungan Setelah dilakukan latihan
- Keterbatasan ketahan tindakan keperawatan Konsultasikan dengan terapi
kardiovaskuler selama.gangguan fisik tentang rencana
- Kehilangan integritas struktur mobilitas fisik teratasi ambulasi sesuai dengan
tulang dengan kriteria hasil: kebutuhan
- Terapi pembatasan gerak Klien meningkat dalam Bantu klien untuk
- Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik menggunakan tongkat saat
kegunaan pergerakan fisik Mengerti tujuan dari berjalan dan cegah terhadap
- Indeks massa tubuh diatas 75 peningkatan mobilitas cedera
tahun percentil sesuai dengan usia Memverbalisasikan Ajarkan pasien atau tenaga
- Kerusakan persepsi sensori perasaan dalam kesehatan lain tentang
- Tidak nyaman, nyeri meningkatkan kekuatan teknik ambulasi
- Kerusakan muskuloskeletal dan dan kemampuan Kaji kemampuan pasien
neuromuskuler berpindah dalam mobilisasi
- Intoleransi aktivitas/penurunan Memperagakan Latih pasien dalam
kekuatan dan stamina penggunaan alat Bantu pemenuhan kebutuhan
- Depresi mood atau cemas untuk mobilisasi ADLs secara mandiri sesuai
- Kerusakan kognitif (walker) kemampuan
- Penurunan kekuatan otot, kontrol Dampingi dan Bantu pasien
dan atau masa saat mobilisasi dan bantu
- Keengganan untuk memulai penuhi kebutuhan ADLs ps.
gerak Berikan alat Bantu jika klien
- Gaya hidup yang menetap, tidak memerlukan.
digunakan, deconditioning Ajarkan pasien bagaimana
- Malnutrisi selektif atau umum merubah posisi dan berikan
DO: bantuan jika diperlukan
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan (penurunan
untuk berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai langkah
pendek)
- Keterbatasan motorik kasar dan
halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas pendek
atau tremor
- Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat dan tidak
terkoordinasi
Gangguan body image NOC: NIC :
Body image enhancement
berhubungan dengan: Body image
Kaji secara verbal dan
Biofisika (penyakit kronis), Self esteem
nonverbal respon klien
kognitif/persepsi (nyeri kronis), Setelah dilakukan
terhadap tubuhnya
kultural/spiritual, penyakit, krisis tindakan keperawatan
Monitor frekuensi
situasional, trauma/injury, selama . gangguan
mengkritik dirinya
pengobatan (pembedahan, body image
Jelaskan tentang
kemoterapi, radiasi) pasien teratasi dengan
pengobatan, perawatan,
DS: kriteria hasil:
kemajuan dan prognosis
Depersonalisasi bagian tubuh Body image positif
penyakit
Perasaan negatif tentang tubuh Mampu
Dorong klien
Secara verbal menyatakan mengidentifikasi
mengungkapkan
perubahan gaya hidup kekuatan personal
perasaannya
DO : Mendiskripsikan secara
Identifikasi arti
Perubahan aktual struktur dan faktual perubahan
fungsi tubuh fungsi tubuh pengurangan melalui
Kehilangan bagian tubuh Mempertahankan pemakaian alat bantu
Bagian tubuh tidak berfungsi interaksi sosial Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin.2010.Gangguan Gastrointestinal.Jakarta.Salemba Medika. (Hal 660)
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta,
2002
Gale, Danielle & Charette, Jane, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta,
2000.
Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, Jakarta : EGC, 2005
Ramali, Ahmad, Kamus Kedokteran, Jakarta : Djambatan, 2003
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih,
Jakarta : EGC, 2002.
Smeltzer, Suzzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC, 2001
Sudoyo, Aru W, dkk. 2005. Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi Ke Empat Jilid I. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universita Indonesia.
Syaifudin. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC
Syaifudin. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika