Anda di halaman 1dari 8

PROFIL KLINIK, ELEKTRODIAGNOSTIK DAN OUTCOME

PENDERITA CARPAL TUNNEL SYNDROME ( CTS )


DI RUMAH SAKIT Dr. KARIADI SEMARANG
PERIODE JANUARI DESEMBER 2007

OLEH :
I KETUT CAKRA

PEMBIMBING :
Dr. MUHAMMAD NAHARUDIN JENIE, Sp.S (K)

BAGIAN/ SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. KARIADI
SEMARANG 2008

PROFIL KLINIK, ELEKTRODIAGNOSTIK DAN OUTCOME


PENDERITA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)
DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG
PERIODE JANUARI DESEMBER 2007
I Ketut Cakra*,Muhammad Naharudin Jenie**
*

Residen Ilmu Penyakit Saraf FK Undip/ RS Dr Kariadi Semarang.

** Staf Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Undip/ RS Dr Kariadi Semarang

Abstrak
Latar belakang : Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah entrapment neuropathy
yang paling sering terjadi. Diagnosa
didukung

pemeriksaan

ditegakkan berdasarkan gejala klinis

elektrodiagnostik,

radiologis

dan

laboratorium.

Penatalaksanaannya dibagi atas konservatif seperti injeksi steroid, fisioterapi dan


istrahat serta tindakan bedah.
Tujuan : Untuk melihat profil penderita CTS di RS Dr Kariadi Semarang, yang
meliputi : umur, jenis kelamin, pekerjaan dan gambaran EMG serta outcome
dengan terapi medikamentosa dan fisioterapi.
Bahan dan cara : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan
retrospektif dengan subyek sebanyak 386 orang yang diperiksa di unit Poli Saraf
RS Dr Kariadi Semarang, selama periode Januari Desember 2007.
Hasil penelitian : Terdapat 386 penderita CTS yang terdiri dari laki-laki 26,68%
dan perempuan 73,32%. Terbanyak pada golongan umur 50 - 59 tahun (34,71%)
dan terendah pada golongan umur > 70 tahun (0,52%). Hanya 237 ( 61,4% ) yang
diperiksa EMG. Dari hasil pemeriksaan EMG didapatkan 164 penderita
mempunyai CTS bilateral dengan 73 penderita memberikan gejala unilateral.
Kejadian pada tangan dominan sebesar 92,3 %. Dari penderita yang diperiksa
EMG didapatkan 50,2% derajat ringan, 39,7% derajat sedang dan 10,1% derajat
berat, dengan durasi gejala masing-masing 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Semua
penderita diterapi secara konservatif dengan medikamentosa dan fisioterapi.
Simpulan : Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

lebih banyak diderita oleh

perempuan dan derajat dari CTS berkaitan dengan lamanya gejala yan muncul.
Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome EMG Entrapment neuropathy.

I.

PENDAHULUAN
Carpal Tunnel Syndrome ( CTS ) adalah neuropati jepitan ( entrapment

neuropathy ) yang paling sering terjadi. Prevalensi penyakit ini bervariasi. Di


mayo klinik, pada tahun 1976-1980 insidennya 68 per 100.000 penduduk pertahun
untuk laki-laki dan 173 per 100.000 penduduk untuk perempuan. Di Maastricht,
Belanda, 16% wanita dan 8% pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibat
parestesi jari-jari. Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengan. Wanita lebih
banyak menderita penyakit ini daripada pria.
Keluhan dan gejala yang timbul disebabkan karena jepitan pada nervus
medianus sepanjang terowongan karpal,

dimana pada sisi distal, medial dan

lateral dibatasi oleh tulang-tulang karpal sedangkan pada permukaan volar


dibatasi oleh ligamentum karpal transversal. Beberapa penyebabnya telah
diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan endokrin dan lain-lain., tetapi sebagian
tetap tidak diketahui penyebabnya. Penggunaan tangan/pergelangan tangan yang
berlebihan dan repetitf diduga berhubungan dengan terjadinya sindroma ini.
Gejala awal umumnya unilateral berupa gangguan sensorik (nyeri, rasa
tebal, parestesi dan kesetrum / tingling ) pada tiga jari pertama yang terutama
dirasakan pada malam hari. Gejala dapat berkurang dengan pijatan atau
menggoyang-goyangkan tangannya tetapi bila diabaikan penyakit ini dapat
berlangsung terus secara progresif dan semakin memburuk. Hal ini umumnya
terjadi karena ketidaktahuan penderita akan penyakit yang dideritanya dan sering
dikacaukan dengan penyakit lain seperti rematik. Biasanya lebih berat pada tangan
yang dominan. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis didukung
pemeriksaan elektrodiagnostik, radiologis dan laboratoris. Gejala klinis berupa
gangguan sensorik dirasakan sepanjang sisi lateral tangan, kelemahan motorik
terutama muskulus abduktor policis brevis serta memberikan tanda Tinels dan
Phalens pada pergelangan tangan.
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari CTS. Sebagian besar
ahli berpendapat bahwa faktor mekanik dan vasluker memegang peranan penting
dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi
penebalan fleksor renitakulum

yang menyebabkan tekanan terhadap nervus

medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan


peninggian tekanan intrafasikuler, akibatnya aliran darah vena intrafasikuler
melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler,
kemudian diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini
akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Apabila
kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang akan merusak
serabut saraf. Lamakelamaan saraf menjadi atropfi dan digantikan jaringan ikat
yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh.
Pemeriksaan elektrodiagnostik merupakan pemeriksaan dengan

sensitivitas

dan spesivitas yang tinggi untuk penyakit ini. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan
adanya lesi bagian distal nervus medianus berupa gambaran fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar.
Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG
dapat normal pada 31% kasus. Pada 15-25% kasus KHS dapat normal. Pada kasus
lainnya KHS akan menurun dan masa latensi distal (distal latency ) memanjang
yang menunjukkan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan.
Pemeriksaan ini dapat juga digunakan untuk gangguan saraf tepi lain dengan
gejala yang sama. Pemeriksaan radiologis membantu melihat apakah ada
penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Pemeriksaan laboratorium berupa kadar
gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap berguna pada CTS dengan
etiologi yang belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif.
Kami menyampaikan studi retrospektif dengan karakteristik demografi, profil
klinik dan keluaran pada penderita dengan CTS.

II.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dan retrospektif dengan subyek


penelitian sebanyak 386 orang yang diperiksa di Unit Rawat Jalan dan unit
Elektrofisiologi RS Dr. Kariadi Semarang selama periode Januari 2007
Desember 2007. Semua penderita dilakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan
dengan CTS secara standar. Parameter epidemiologi yang digunakan meliputi

umur, jenis kelamin, tangan yang dominan, keluhan dan gejala serta lamanya
gejala yang dirasakan.
Pemeriksaan EMG nervus medianus dilakukan pada kedua tangan dan meliputi
komponen motorik dan sensorik. Nilai normal latensi motorik medianus yang
digunakan adalah < 4,5 ms dan latensi distal sensorik < 3,5 ms. Derajat beratringan CTS secara elektrofisiologi berdasarkan kriteria The American Association
of the Electrdiagnostic Medicine. (A) CTS ringan : perpanjangan latensi distal
sensorik penurunan amplitudo sensorik; (B) CTS sedang : latensi sensorik
medianus yang abnormal dengan perpanjangan latensi distal motorik; (C) CTS
berat : pemanjangan dari latensi distal motorik dan sensorik dengan berkurang /
hilangnya SNAP atau CMAP; (D) CTS sangant berat : hilangnya respon motorik
atau sensorik.

III.

HASIL PENELITIAN.

Jumlah total penderita CTS yang berobat ke poli saraf RS Dr. Kariadi priode
Januari Desmber 2007 sebanyak 386 orang. Sebagian besar penderita adalah
wanita ( 73, 32% ). Usia terbanyak didapatkan pada golongan umur 50 59 tahun
( 34,71% ) dengan penderita termuda usia 15 tahun dan tertua 72 tahun ( Gambar
1 ). Pada pemeriksaan fisik gejala sensorik yang dominan adalah parestesi, rasa
tebal dan seperti kesetrum / tingling sebesar 70%, sisanya 17% ditambah rasa
berat pada otot abduktor policis brevis dan 13% ditambah dengan kelemahan pada
otot tersebut. Tanda Tinnel dan Phalen positif pada 70, 6%. Lama gejala rata-rata
2 bulan.

103 (26.68%)

283 (73.32%)
Laki-laki

Wanita

Gambar 1.

140

134
123

120

Jumlah Pasien

100
80
55

60

52

40
15

20
5

0
10-19

20-29

30-39

40-49

50-59

60-69

70-79

0
80-89

Kelompok Umur

Gambar 2.
Didapatkan hanya 237 penderita ( 61,4% ) yang bersedia melakukan pemeriksaan
EMG. Dari hasil pemeriksaan EMG tersebut didapatkan 164 penderita ( 69,2% )
CTS bilatral dengan 73 penderita hanya memberikan gejala unilateral. Derajat
CTS berdasarkan pemeriksaan EMG didapatkan 119 penderita ( 50,2% ) dengan
CTS ringan, 94 penderita ( 39,7% ) dengan CTS sedang dan 24 penderita ( 10,1%
) dengan CTS berat ( Gambar 2 ). Rata-rata lamanya keluhan untuk CTS ringan,
sedang dan berat masing-masing adalah 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan atau lebih.
Tangan dominan yang terkena terjadi pada 356 penderita ( 92,2% ).
119
120
94

Jumlah Pasien

100
80
60
40

24

20
0
Ringan

Sedang
Derajat CTS

Gambar 3.

Berat

Semua penderita ( 386 orang ) dikelola secara konservatif dengan medikamentosa


dan fisioterapi. Perbaikan gejala klinik didapatkan pada 84 penderita ( 70, 6% )
dengan CTS ringan, 54 penderita ( 56,9% ) dengan CTS sedang dan 9 penderita
(38,5%) dengan CTS berat ( Gambar 3).
90

84

80

Jumlah Pasien

70
54

60
50
35

40

40

Perbaikan
Tidak

30
15

20

10
0
CTS Ringan

CTS Sedang

CTS Berat

Outcome setelah pengobatan konservatif

Gambar 4.

IV.

SIMPULAN

CTS merupakan neuropati jepitan yang sering ditemukan di klinik neurologi RS.
Dr. Kariadi Semarang dimana wanita lebih banyak daripada laki-laki dengan
perbandingan 2,7 : 1. Rentang usia terbanyak didapatkan pada kelompok umur 50
59 tahun. Mayoritas penderita terkena CTS pada tangan yang dominan. Dari
hasil pemeriksaan EMG pada 237 penderita didapatkan 164 penderita ( 69,2% )
menunjukkan hasil CTS bilateral dengan 73 penderita ( 44,5% ) hanya
memberikan gejala unilateral. Derajat dari STK berkaitan dengan lamanya gejala
yang yang diderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mondelli M, Giannini F, Giacchi M. Carpal tnel sndrome incidence in


general population. Neurology 2002; 58:289-94.
2. Land JD. Do nerve conduction studies predict the outcome of carpal
compression? Muscle nerve 2001;24:935-40.
3. Sidharta P, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2004: V: 109, 472.
4. Moeliono F. Etiologi, Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal (
S.T.K) atau ( Carpal tnel Sndrome/CTS). Neurona. 1993; 10 : 16-27.
5. Adams RD, Victor M, Romper AH. Princilpes of Neurology. 6th ed. New
Cork : McGraw-Hill ; 1997.p.1358-1358.
6. Walshe III TM. Diseases of Nerve and Mucle. In: Samuels MA, editor.
Manual of Neurologic Therapeutics. 5th ed. Boston : Little, Brown and Co;
1995.p.381-382.
7.

Ahn DS, Yoon ES, Koo SH, Park SH. A Prospective Study of the Anatomic
variation of the Median Nerve in the Carpal Tnnel Sndrome in Asians. Ann
Plast Surg 2000; 44:282-7.

8. Papua L, LoMonaco M, Gregori B, et al. Neurophysiological Clasification and


sensitivity in 500 Carpal Tunnel Syndrome hands. Acta Neurol Scand
1997;96:211-7.
9. Amstrong T, Devor W, Borschel L, Contreras R,. Intracarpal Steroid injection
is safe and effective for short-erm mangement of carpal Tunnel Sndrome.
Muscle Nerve 2004; 29:82-8.

Anda mungkin juga menyukai