Anda di halaman 1dari 178

WALIKOTA DEPOK

PERATURAN WALIKOTA DEPOK


NOMOR 51 TAHUN 2013

TENTANG

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


PADA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DEPOK,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan


Pasal 116 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, Badan Layanan
Umum Daerah mengembangkan Sistem Akuntansi dengan
berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk
Badan Layanan Umum Daerah yang bersangkutan dan
ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan Peraturan
Kepala Daerah;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (1) Peraturan
Walikota Depok Nomor 46 Tahun 2011 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok, perlu menyusun
ketentuan mengenai Sistem Akuntansi Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Depok;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Walikota tentang Sistem Akuntansi Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Depok;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan
Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomer 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5340);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang


Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4585);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4614);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Nomor 4741);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007
tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan
Kepala Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah;
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008
Tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Badan Layanan Umum;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
1981/MENKES/XII/2010 Tentang Pedoman Akuntansi
Badan Layanan Umum (BLU);
22. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang
Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Depok (Lembaran
Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 07);

23. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08 Tahun 2008


tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Kota Depok Tahun 2008 Nomor 08) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah
Kota Depok Nomor 19 Tahun 2012 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08
Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2012 Nomor 19);
24. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 11 Tahun 2008
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 11);
25. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 12 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah
Kota Depok Tahun 2008 Nomor 12);
26. Peraturan Walikota Depok Nomor 51 Tahun 2010 Tentang
Kebijakan Kapitalisasi Aset Tetap Pemerintah Kota Depok.
27. Peraturan Walikota Depok Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG SISTEM AKUNTANSI


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK.

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Kota adalah Kota Depok.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Depok.
3. Walikota adalah Walikota Depok.
4. Dewan Pengawas adalah orang yang bertugas melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan BLUD RSUD Kota Depok.
5. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok yang selanjutnya
disingkat RSUD Kota Depok adalah Rumah Sakit Umum
Daerah sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah.
6. Pelayanan Kesehatan adalah Pelayanan Medis dan Non
Medis dengan mempergunakan bahan atau alat yang
diberikan oleh RSUD Kota Depok kepada pasien.
7. Pengelolaan Keuangan BLUD adalah kegiatan yang meliputi
Perencanaan dan Pengganggaran, dokumen pelaksanaan
Anggaran, pendapatan/Penerimaan dan Biaya/Pengeluaran ,
Pengelolaan Kas, pengelolaan piutang dan utang, investasi,
pengelolaan barang, akuntansi dan pelaporan serta
pertanggung jawaban, akuntabilitas kinerja, surplus dan
defisit.
8. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disebut
BLUD RSUD Kota Depok adalah Organisasi Perangkat
Daerah di Pemerintah Daerah Kota Depok yang dibentuk
untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada
masyarakat untuk menutupi biaya operasional dan
pemeliharaan jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktifitas.

9. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah,


yang disingkat PPK- BLUD, adalah pola pengelolaan
keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan
untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan, kepuasan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdasakan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian
dari ketentuan pengelolaan keuangan Negara/daerah pada
umumnya.
10. Pejabat Pengelola adalah Pimpinan BLUD, Pejabat Keuangan
BLUD, Pejabat Teknis BLUD, Bendahara Penerimaan dan
Bendahara Pengeluaran.
11. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah, yang disingkat PPKD
adalah Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Depok yang memiliki tugas melaksanakan
pengelolaan keuangan daerah dan bertindak sebagai
Bendahara Umum Daerah.
12. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya
disingkat TAPD adalah Tim Anggaran Pemerintah Daerah
yang memiliki tugas melaksanakan telaahan Rencana Kerja
Anggaran/Rencana Bisnis Anggaran BLUD.
13. Rencana Kerja Anggaran yang disingkat RKA adalah
Rencana dan Anggaran sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
14. Standar Pelayanan Minimal adalah spesifikasi teknis tentang
tolak ukur layanan minimal yang diberikan BLUD RSUD
Kota Depok kepada masyarakat.
15. Standar Akuntansi Keuangan yang selanjutnya disingkat
SAK adalah prinsip Akuntansi yang ditetapkan oleh ikatan
profesi akuntansi Indonesia dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan suatu entitas usaha.
16. Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
17. Sistem Akuntansi Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
yang selanjutnya disingkat SAKBLUD adalah serangkaian
prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan
dan operasi keuangan Badan Layanan Umum Daerah,
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
18. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban
Badan Layanan Umum Daerah atas pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah berupa Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
19. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi
keuangan mengenai yaitu aset, kewajiban dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu.
20. Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.
21. Laporan Operasional adalah laporan yang menyajikan
informasi jumlah pendapatan dan biaya BLUD selama
periode tertentu
22. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi
kas berkaitan dengan aktivitas operasional, investasi, dan
aktivitas pendanaan dan/atau pembiayaan yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan
saldo akhir kas selama periode tertentu.
23. Catatan atas Laporan Keuangan adalah laporan yang
menyajikan informasi tentang penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam laporan keuangan.
24. Kode Akun adalah daftar perkiraan buku besar yang
ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk
memudahkan perencanaan dan pelaksanaan anggaran, serta
pembukuan dan pelaporan keuangan pemerintah.

Pasal 2
Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah Pada
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok bertujuan sebagai
berikut:
1. Proses dan metode penyelengaraan akuntansi dapat
dilaksanakan secara sistematis, efisien dan efektif.
2. Diperolehnya keyakinan bahwa informasi/laporan keuangan
yang disajikan handal dan sesuai dengan standar akuntansi
yang lazim.
3. Mempermudah dalam melakukan review dan analisis
terhadap siklus dan proses akuntansi.
4. Sebagai pedoman dalam penerapan kebijakan akuntansi
secara konsisten sesuai Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan agar dapat Iebih
dipahami, relevan, dan dapat diperbandingkan.

Pasal 3
Sistem Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah pada RSUD
Kota dimaksudkan untuk menjadi acuan dan memberikan arah
bagi RSUD Kota dalam menyelenggarakan metode dan proses
pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sehingga
laporan keuangan dapat disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasal 4
(1) Sistem Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah pada
RSUD Kota digunakan sebagai acuan dalam pencatatan
transaksi keuangan.

(2) Sistem Akuntansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


meliputi pencatatan, pengakuan, pengukuran dan
pengungkapan yang disajikan secara lazim dalam laporan
keuangan RSUD Kota untuk periode tertentu.
Pasal 5
Sistematika Akuntansi RSUD Kota adalah:

BAB 1 : PENDAHULUAN
BAB II : AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS
Memuat Kebijakan Akuntansi Umum,
Kebijakan Akuntansi Aset, Kebijakan
Akuntansi Kewajiban, Kebijakan Akuntansi
Ekuitas, Kebijakan Akuntansi Pendapatan,
Kebijakan Akuntansi Biaya

BAB III : PROSEDUR AKUNTANSI


Memuat Akuntansi Kas dan Setara Kas,
Akuntansi Piutang, Akuntansi Persediaan,
Akuntansi Aset Tetap, Akuntansi Utang
BAB IV : KODE STANDAR
BAB V : KODE AKUN
Memuat Kode Akun Laporan Operasional
dan Kode Akun Neraca
BAB VI : PENJELASAN AKUN
Memuat Klasifikasi Akun dan Sistematika
Kode Akun
BAB VII : AKUNTANSI
Memuat Siklus Akuntansi RSUD Kota
BAB VIII : LAPORAN
Memuat Komponen Laporan Keuangan dan
Periode Laporan Keuangan
DAFTAR FORMAT
Pasal 6
Rincian Sistem Akuntansi RSUD Kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 tercantum pada lampiran sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Pasal 7

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam
Berita Daerah Kota Depok.

Ditetapkan di Depok
pada tanggal 24 Desember 2013
WALIKOTA DEPOK,

H. NUR MAHMUDI ISMA’IL

Diundangkan di Depok
pada tanggal 24 Desember 2013
SEKRETARIS DAERAH KOTA DEPOK,

Hj. ETY SURYAHATI

BERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2013 NOMOR 51


LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA DEPOK
NOMOR : 51 TAHUN 2013

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK

BAB I
PENDAHULUAN

A. POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok mulai dibangun pada tahun
2004 diatas lahan seluas 29.378 m² dengan lokasi di Jl. Raya Muchtar No.
99 Sawangan Depok.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.


429/Menkes/Sk/V/2008 tanggal 2 Mei 2008 tentang Penetapan Kelas RSUD
Kota Depok dan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Nomor 503/Sk.11968-Yankes/2007 tentang izin sementara
menyelenggarakan Rumah Sakit kepada Pemerintah Kota Depok, pada awal
operasional tahun 2008 RSUD merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kota Depok dan pada tanggal
31 Desember 2009 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2008
tanggal 17 april 2008 telah berdiri sendiri dan ditetapkan menjadi Rumah
Sakit Umum Daerah tipe C hingga ditetapkan menjadi salah satu Organisasi
Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 06 Tahun
2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08
Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, RSUD Kota Depok
memiliki tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kota Depok.
Seiring dengan perkembangan manajemen rumah sakit, terlebih sejak
ditetapkannya sebagai Organisasi Pemerintah Daerah yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)
Secara Penuh sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Depok Nomor
903/454/Kpts/Bapp/Huk/2011 tanggal 1 November 2011, maka
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat di bidang kesehatan
menjadi tujuan utama RSUD Kota Depok.

Dalam penerapan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD sesuai Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, kinerja yang
dilaksanakan rumah sakit juga harus dapat dipertanggungjawabkan, baik
berkaitan dengan aspek pelayanan/operasional, aspek keuangan, serta
mutu layanan dan manfaat bagi masyarakat.
Pertanggungjawaban/akuntabilitas kinerja tersebut akan tercermin pada
informasi dan pelaporan rumah sakit. Dengan demikian, sebagai BLUD,
RSUD Kota Depok memerlukan pranata pengelolaan yang dapat menjadi
acuan dan ukuran bahwa pengelolaan rumah sakit telah dapat
dipertanggungjawabkan dan sejalan dengan prinsip-prinsip praktik bisnis
yang sehat dan beretika, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007.

Salah satu pranata penting untuk memberikan jaminan adanya


pemberian informasi dan pelaporan yang handal sebagai pemenuhan azas
akuntabilitas dan resposibilitas, maka ketersediaan "Sistem Akuntansi
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada RSUD Kota Depok" yang
digunakan sebagai acuan dalam pencatatan transaksi keuangan menjadi
keharusan. Pedoman akuntansi setidaknya dapat dijadikan sandaran untuk
melakukan pencatatan, pengakuan, pengukuran dan pengungkapan yang
disajikan secara lazim dalam laporan keuangan RSUD Kota Depok untuk
periode tertentu.

Sistem Akuntansi Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada


RSUD Kota Depok dimaksudkan untuk menjadi acuan dan memberikan
arah bagi RSUD Kota Depok dalam menyelenggarakan metode dan proses
pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan
dapat disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan disesuaikan dengan
kebutuhan. Tujuan pedoman akuntansi setidaknya meliputi:

1. Proses dan metode penyelengaraan akuntansi dapat dilaksanakan secara


sistematis, efisien dan efektif.
2. Diperolehnya keyakinan bahwa informasi/laporan keuangan yang
disajikan handal dan sesuai dengan standar akuntansi yang lazim.
3. Mempermudah dalam melakukan review dan analisis terhadap siklus
dan proses akuntansi.
4. Sebagai pedoman dalam penerapan kebijakan akuntansi secara
konsisten sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan agar dapat Iebih dipahami,
relevan, dan dapat diperbandingkan.

B. ENTITAS
1. Entitas Akuntansi RSUD Kota Depok

RSUD Kota Depok adalah Lembaga Tekhnis Daerah di lingkungan


Pemerintah Kota Depok yang mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan, promosi, pencegahan,
pemulihan, penyembuhan, rehabilitasi, pelayanan rujukan, dan
pendidikan di bidang kesehatan sesuai dengan perundang-undangan.

2. Ciri Dasar Akuntansi RSUD sebagai BLUD

RSUD Kota Depok yang ditetapkan sebagai BLUD Penuh bukan


merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, namun pengelolaan
keuangan RSUD Kota Depok memiliki ciri yang berbeda dengan
akuntansi satuan kerja lainnya di lingkungan Pemerintah Kota Depok,
yaitu:

1. Dalam pengelolaan kas RSUD Kota Depok, rumah sakit dapat


langsung menggunakan pendapatannya tanpa menyetorkan terlebih
dahulu ke kas daerah. RSUD Kota Depok juga dapat menyimpan dan
mengelola rekening bank, mendapatkan sumber dana untuk menutup
defisit dan memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk
memperoleh dana tambahan.
2. Diperkenankan memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan
barang, jasa dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan kegiatan rumah sakit.

3. Dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional


dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain untuk
kepentingan operasional RSUD Kota Depok.

4. Akuntansi dan Laporan Keuangan RSUD Kota Depok diselenggarakan


sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

5. Dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap dengan/melalui


persetujuan pejabat berwenang.
BAB II
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

A. KEBIJAKAN AKUNTANSI UMUM

Kebijakan akuntansi umum RSUD Kota Depok menjelaskan beberapa


prinsip khusus, asumsi, konsep dasar akuntasi, peraturan dan praktik yang
diterapkan RSUD Kota Depok dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan.

1. Asumsi Dasar Akuntansi

Asumsi dasar akuntansi yang penting dan perlu diperhatikan dalam


penerapan proses dan sistem akuntansi RSUD Kota Depok adalah:

1) Dasar Akrual

Laporan keuangan pada prinsipnya disusun atas dasar akrual, yaitu


pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian
(bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan. Hal ini memberikan
informasi kepada pembaca laporan keuangan tidak hanya transaksi
masa lalu yang melibatkan penerimaan kas dan pembayaran kas,
tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa mendatang serta
sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di
masa yang akan datang.

2) Kesinambungan Entitas

Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi kesinambungan


entitas yaitu RSUD Kota Depok akan berlanjut keberadaanya.
Dengan demikian, Pemerintah Pusat/Daerah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas RSUD Kota Depok.
B. KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET

Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan atau dikuasai
dan diharapkan manfaat ekonomi di masa depan akan diperoleh. Manfaat
ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi
kegiatan operasional rumah sakit, berupa aliran pendapatan atau
penghematan biaya bagi rumah sakit.

Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar.

1. Aset Lancar

Aset lancar adalah sumber daya ekonomis yang diharapkan dapat


dicairkan menjadi kas dalam satu periode akuntansi. Suatu aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar apabila:

1) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau


digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal/dalam satu
periode akuntansi.
2) Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek
dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu siklus operasi
normal/dalam satu periode akuntansi.
3) Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Aset lancar terdiri atas kas dan setara kas, investasi jangka
pendek/deposito, piutang, persediaan, uang muka, biaya dibayar
dimuka dan aset lancar lainnya.

1) Kas dan Setara Kas

(1) Pengertian

a. Kas adalah alat pembayaran yang sah dan setiap saat


dapat digunakan. Kas terdiri dari saldo kas (cash on
hand) dan rekening giro/saldo bank (termasuk
cerukan/bank overdraft, yaitu pelampauan pemberian
kredit di atas plafon yang ditetapkan berdasarkan akad
kredit).

b. Setara Kas (cash equivalent) yaitu investasi jangka


pendek yang akan jatuh tempo tiga bulan atau kurang
dari tanggal perolehan (misalnya : deposito berjangka
yang jatuh tempo tiga bulan atau kurang dari tiga bulan)
dan sangat likuid yang siap dikonversikan menjadi kas
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

(2) Pengakuan dan Pencatatan

Kas diakui dan dicatat pada saat diterima atau dikeluarkan


berdasarkan nilai nominal uang.

(3) Pengukuran

Kas dan Setara Kas dinyatakan dalam nilai rupiah, jika ada
Kas dan Setara Kas dalam valuta asing, maka harus
dikonversi berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia
pada tanggal transaksi. Pada akhir tahun, Kas dan Setara
Kas dalam valuta asing dikonversi berdasarkan nilai kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

(4) Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan Kas


dan Setara Kas di laporan keuangan maupun catatan atas
laporan keuangan adalah:

a. Rincian jumlah Kas dan Setara Kas.

b. Klasifikasi Kas dan Setara Kas dan jumlah masing-masing


di Kas dan Setara Kas.

Kas dan Setara Kas yang dibatasi penggunaanya dicatat dan


disajikan dalam aset lancar lainnya.
(5) Saldo Normal

Saldo normal akun Kas dan Setara Kas adalah di sebelah


debet (penambahan Kas dan Setara Kas dicatat di sebelah
debet dan pengurangan Kas dan Setara Kas dicatat di
sebelah kredit).

2) Investasi Jangka Pendek

( 1 ) Pengertian

Investasi Jangka Pendek merupakan bentuk investasi yang


dimaksudkan untuk memanfaatkan dana RSUD Kota Depok
dalam jangka pendek dengan jatuh tempo atau pemilikannya
dimaksudkan di atas tiga bulan sampai dengan 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal Neraca.

Investasi Jangka Pendek ini tidak dimaksudkan untuk


diperdagangkan.

( 2 ) Pengakuan dan Pencatatan

Investasi Jangka Pendek diakui pada saat diinvestasikan


berdasarkan nilai perolehan Investasi Jangka Pendek.

( 3 ) Pengukuran

Investasi Jangka Pendek dinyatakan dalam nilai rupiah, jika


ada Investasi Jangka Pendek dalam valuta asing maka harus
dikonversi berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia
pada tanggal transaksi. Pada akhir tahun, Investasi Jangka
Pendek dalam valuta asing dikonversi berdasarkan nilai kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

( 4 ) Penurunan Nilai

Apabila berdasarkan kondisi pasar dan estimasi profesional


kemungkinan besar akan terjadi penurunan/kenaikan nilai,
maka laba atau rugi yang belum direalisasi tersebut diakui
sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah,
dan tidak boleh diakui sebagai penghasilan sampai saat laba
atau rugi tersebut dapat direalisasi.

( 5 ) Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan


investasi jangka pendek adalah:
a . Rincian jumlah investasi;
b . Jenis dan penempatan investasi;
c . Jangka waktu; dan
d . Penilaian investasi dalam laporan.

( 6 ) Saldo Normal

Saldo normal akun Investasi Jangka Pendek adalah di


sebelah debet, penambahan Investasi Jangka Pendek di catat
di sebelah debet dan pengurang Investasi Jangka Pendek di
catat di sebelah kredit.

3) Piutang

(1) Pengertian

Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga


yang diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode
akuntansi. Piutang timbul dari adanya penyerahan jasa atau
barang yang pembayarannya tidak bersamaan dengan waktu
terjadinya penyerahan jasa/barang dan atau pembayaran
atas penyerahan jasa/barang baru dilakukan setelah
beberapa hari

atau beberapa bulan, lazimnya diklasifikasikan sebagai


Piutang Usaha. Transaksi lain yang memunculkan piutang
bagi RSUD Kota Depok dapat diklasifikasikan ke dalam
Piutang Lain-Lain seperti pinjaman uang kepada karyawan
atau kepada pihak lain.
(2) Pengakuan dan Pencatatan.

Piutang diakui pada saat terjadinya transaksi atau pada saat


hak klaim untuk mendapatkan arus kas atau manfaat
ekonomi lainnya dari penyerahan barang atau jasa telah
terpenuhi.Hak klaim atau manfaat ekonomi tersebut dapat
diukur dan diestimasi.

(3) Pengukuran

Piutang dinilai sebesar nilai tunai (bersih) yang diperkirakan


dapat direalisasikan. Untuk itu, piutang-piutang yang
kemungkinan tak tertagih hendaknya dibuatkan penyisihan
dalam jumlah yang layak.

Penentuan besarnya nilai penyisihan pada tiap akhir tahun


didasarkan pengelompokkan piutang menurut umurnya
(aging schedule) yaitu :

Nilai Penyisihan
No. Umur Piutang per Tahun

1. 0 sd 1 tahun 25 %
2. di atas 1 s.d 2 tahun 50 %
3. di atas 2 s.d 3 tahun 75 %
4. di atas 3 tahun 100 %

Penyisihan piutang tersebut di atas, dikecualikan bagi


tagihan kepada seluruh instansi pemerintah atau Badan
Usaha Milik Negara/Daerahyang masih eksis lembaganya.

Penghapusan piutang dapat dilakukan dengan persetujuan


Walikota Depok sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Dalam hal kejadian khusus, berupa kejadian luar biasa yang


ditetapkan oleh pemerintah, maka tagihan-tagihan tersebut
sudah dapat langsung diusulkan penghapusannya walaupun
belum memenuhi ketentuan di atas (misal karena ada
bencana alam yang tidak memungkinkan ditagihkan) untuk
pelayanan jasa pelayanan tetap dibayarkan.

Jika terdapat pelunasan atas piutang-piutang yang telah


dihapuskan, pelunasan tersebut dibukukan sebagai
pendapatan lain-lain pada tahun berjalan.

(4) Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan


piutang di laporan keuangan maupun catatan atas laporan
keuangan disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain:

a. Klasifikasi piutang menurut umur.


b. Klasifikasi piutang menurut debitur dan jenisnya.

(5) Saldo Normal

Saldo normal akun piutang adalah di sebelah debet


(penambahan piutang dicatat di sebelah debet dan
pengurang piutang di catat di sebelah kredit).

4) Persediaan

(1) Pengertian

Persediaan adalah barang untuk dijual atau barang habis


pakai dalam satu periode akuntansi. Persediaan terdiri atas
bahan habis pakai kantor, obat-obatan dan alat kesehatan,
alat listrik, alat kebersihan, bahan makanan kering, bahan
dan alat kesehatan laboratorium, bahan dan alat kesehatan
radiologi, gas medik, karcis retribusi dan barang cetakan,
dan lain-lain.
Persediaan bahan/barang yang dimiliki dan akan dipakai
dalam pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara
swakelola, tidak termasuk sebagai kelompok persediaan
melainkan digolongkan sebagai aset lancar Lainnya.

(2) Pengakuan dan Pencatatan

Pembelian barang untuk di jual (obat-obatan dan alat


kesehatan) dan barang habis pakai di akui/dicatat sebagai
biaya pada saat pembelian atau perolehan berdasarkan nilai
perolehan (termasuk biaya lainnya yang terjadi untuk
membawa barang tersebut ke RSUD Kota Depok).

Pada akhir periode akuntansi, sesuai hasil stock opname,


sisa barang yang belum terjual atau belum terpakai
dibukukan sebagai persediaan dan biaya dikoreksi sejumlah
nilai persediaan tersebut. Pencatatan yang dianut terhadap
persediaan menggunakan pendekatan Physical Inventory
Methode yaitu pembelian/penerimaan barang tidak di catat
ke dalam persediaan, akan tetapi dibukukan langsung
sebagai biaya sesuai harga perolehan/pada saat barang
diterima. Saldo persediaan yang ada pada saat penyusunan
neraca dihitung berdasarkan

perhitungan fisik (stock opname) dan ditetapkan nilainya.


Nilai persediaan ini sekaligus digunakan sebagai koreksi
pengurang (kredit) terhadap pos biaya dan pada awal tahun
berikutnya nilai persediaan tersebut dibukukan kembali
(reversing entry) menjadi biaya.

(3) Pengukuran

Persediaan dinilai berdasarkan:

a. Harga perolehan atau nilai realisasi bersih (harga jual


dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual) mana
yang Iebih rendah.
b. Harga standar jika diperoleh dengan memproduksi sendiri.
c. Harga/nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya jika
diperoleh dengan cara lain seperti hibah.

Dasar penilaian yang dianut terhadap persediaan tersebut


pada saat penyusunan neraca adalah dengan harga
perolehan menggunakan metode First In First Out
(FIFO/Masuk Pertama Keluar Pertama).

Akan tetapi jika suatu jenis (atau kelompok jenis) dari


persediaan menurun nilainya dan nilai tercatatnya tidak
dapat dipulihkan secara penuh (misalnya karena kerusakan,
keusangan, atau penurunan harga jual), maka persediaan
diukur berdasarkan nilai realisasi bersih (harga jual
dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual), serta
mengakui kerugian penurunan nilai.

(4) Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan berkaitan dengan


persediaan dilaporan keuangan maupun catatan atas
laporan keuangan, antara lain: kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam pengukuran persediaan, klasifikasi
persediaan, jumlah persediaan yang dijadikan jaminan dan
jumlah masing-masing klasifikasi.

(5) Saldo Normal

Saldo normal akun persediaan adalah di sebelah debet


(penambahan persediaan di catat di sebelah debet dan
pengurangannya di catat di sebelah kredit).

5) Uang Muka

(1) Pengertian

Uang Muka merupakan pembayaran/penurunan nilai aset


yang digunakan untuk uang muka pembelian barang atau
jasa, dan uang muka kegiatan tertentu, yang maksud
penggunaannya akan dipertanggungjawabkan kemudian.

(2) Pengakuan dan pencatatan

Uang muka diakui dalam periode berjalan berdasarkan


jumlah kas yang dikeluarkan. Uang muka pembelian akan
berkurang pada saat barang atau jasa diterima, sedangkan
uang muka kegiatan berkurang pada saat
dipertanggungjawabkan.

(3) Pengukuran

Uang muka diukur berdasarkan jumlah uang muka/nilai


nominal yang dikeluarkan.

(4) Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan


uang muka di laporan keuangan maupun catatan atas
laporan keuangan, antara lain: rincian pemberian uang
muka, jumlah, saldo masing-masing uang muka dan batas
waktu pertanggungjawaban.

(5) Saldo Normal

Saldo normal pada sebelah debet, penambahan dicatat di


sebelah debet dan dikredit sebesar pertanggungjawabannya.

6) Biaya Dibayar di Muka

(1) Pengertian

Biaya dibayar dimuka merupakan pembayaran/penurunan


nilai aset yang manfaatnya diperoleh pada masa yang akan
datang. Biaya dibayar dimuka lazimnya berfungsi untuk
membiayai operasional BLUD untuk masa lebih dari satu
periode akuntansi seperti biaya asuransi, biaya sewa dibayar
di muka dan lain-lain.
(2) Pengakuan pencatatan

Pengakuan dan pencatatan biaya dibayar di muka pada saat


dilakukan pembayaran dan akan dialokasikan menjadi biaya
pada saat jasa diterima atau berlalunya waktu pemanfaatan
oleh BLUD.

(3) Pengukuran

Biaya di bayar di muka di ukur berdasarkan besarnya


jumlah pembayaran yang dilakukan atas prestasi atau jasa
yang akan diterima.

(4) Penyajian dan Pengungkapan

Biaya dibayar dimuka dilaporkan dan disajikan pada akhir


periode akuntansi ke dalam kelompok aset lancar sebesar
nilai netonya (nilai bruto dikurangi nilai yang telah menjadi
biaya dalam periode akuntansi tersebut). Informasi yang
diungkapkan dalam laporan keuangan antara lain rincian
uang muka, jumlah dan jenis/pemanfaatannya.

7) Aset Lancar Lainnya

(1) Pengertian

Aset lancar lainnya merupakan aset lancar yang dibatasi


penggunaannya, seperti deposito berjangka tiga bulan yang
dibatasi penggunaanya atau diagunkan sebagai barang
jaminan pinjaman.

Termasuk dalam kelompok aset lancar lainnya adalah kas


dan setara kas, persediaan, dan investasi jangka pendek
yang dibatasi penggunaannya.

(2) Pengukuran

Aset lancar lainnya diukur berdasarkan nilai nominal atau


nilai perolehan pada saat diterima atau dikeluarkan atau
berdasarkan nilai realisasi bersih.
(3) Pengungkapan

Dalam aset lancar lainnya harus diungkapkan hal-hal yang


membatasi penggunaan aset tersebut serta jangka waktunya.

2. Aset Tidak Lancar

Aset tidak lancar adalah semua aset lainnya selain aset lancar.

Yang termasuk aset tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aset
tetap dan aset tidak lancar Lainnya.

1) Investasi Jangka Panjang

(1) Pengertian

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang


dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi dalam
jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi
jangka panjang dibagi menjadi dua yaitu investasi non
permanen dan investasi permanen.

Investasi non permanen antara lain: pinjaman kepada


Perusahaan Negara, Pinjaman kepada perusahaan daerah,
investasi dalam obligasi/Surat Utang Negara, dan investasi
non permanen Lainnya.

Invetasi Permanen terdiri dari antara lain: penyertaan modal


pada pemerintah daerah, penyertaan modal dalam proyek
pembangunan, penyertaan modal pada perusahaan patungan,
dan investasi modal lainnya.

(2) Pengakuan dan Pencatatan

Investasi jangka panjang diakui dalam neraca berdasarkan


harga perolehan yaitu jumlah kas yang dikeluarkan atau akan
dikeluarkan dalam rangka memperoleh kepemilikan yang sah
atas investasi tersebut.
(3) Pengukuran

a. Investasi dalam saham BUMD yang dijual/ditukar dengan


aset lain, nilai sahamnya ditetapkan berdasarkan nilai
wajar saham atau nilai buku dari aset yang diserahkan.

b. Investasi jangka panjang yang diukur dengan valuta asing


harus dikonversi ke mata uang rupiah dengan
menggunakan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia)
yang berlaku pada saat kepemilikan.

(4) Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan


investasi jangka panjang di laporan keuangan maupun
catatan atas laporan keuangan, antara lain: rincian
penyertaan dan jumlah masing-masing klasifikasi.

(5) Saldo Normal

Saldo normal akun Investasi Jangka Panjang adalah di


sebelah debet, penambahannya dicatat di sebelah debet dan
pengurangannya dicatat di sebelah kredit.

2) Aset Tetap

(1) Pengertian
a. Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki, baik dalam
bentuk siap pakai atau dibangun sendiri, yang digunakan
untuk penyelenggaraan kegiatan pelayanan dan
administrasi RSUD Kota Depok dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun/periode akuntansi.

Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber baik


sebagian atau seluruhnya dari APBD dan/atau APBN
melalui pembelian, pembangunan, donasi, dan pertukaran
dengan aset lainnya (trade-in).
b. Aset Tetap antara lain terdiri dari:
a) Tanah;
b) Peralatan dan Mesin;
c) Gedung dan Bangunan;
d) Jalan, Irigasi dan Jaringan;
e) Aset Tetap Lainnya; dan
f) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).

Konstruksi dalam Pengerjaan adalah aset-aset yang


sedang dalam proses pembangunan baik yang
dilaksanakan sendiri maupun dilaksanakan oleh pihak
ketiga dalam suatu periode waktu tertentu dan belum
selesai pada saat laporan keuangan harus dibuat.
Termasuk di dalamnya adalah unsur persediaan
bahan/barang yang dimiliki dan akan dipakai dalam
pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara
swakelola yang ada pada akhir periode akuntansi. Atas
Konstruksi dalam Pengerjaan ini tidak dilakukan
penyusutan.

(2) Pengakuan dan Pencatatan

Aset tetap yang akan memberikan manfaat ekonomis di masa


yang akan datang diakui dan dicatat sebagai aset RSUD Kota
Depok pada saat perolehan apabila dari pembelian, pada saat
pekerjaan telah selesai dan siap digunakan apabila
membangun sendiri atau dibangun oleh pihak ketiga.
Sedangkan aset tetap hibah diakui dan dicatat dalam periode
berjalan, yaitu pada saat aset tersebut diterima dan hak
kepemilikannya berpindah.
(3) Pengukuran

a. Tanah diukur berdasarkan seluruh biaya yang


dikeluarkan untuk memperoleh tanah tersebut sampai
dengan siap digunakan. Biaya ini meliputi harga
pembelian, biaya pembebasan tanah, biaya untuk
memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan
pengukuran, biaya pengurugan, dan lain-lain. Nilai tanah
termasuk juga harga pembelian bangunan tua yang
terletak pada tanah yang dibeli untuk melaksanakan
pembangunan sesuatu yang baru jika bangunan tua itu
dimaksudkan untuk dibongkar.

b. Gedung dan bangunan diukur berdasarkan seluruh biaya


yang dikeluarkan untuk memperoleh atau membangun
gedung dan bangunan sampai dengan siap untuk dipakai
yang nilainya lebih atau sama dengan Rp 20.000.000,00.
Biaya ini meliputi harga beli, biaya pengurusan Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB), notaris, pajak, dan lain-lain.
Biaya konstruksi yang dicakup oleh suatu kontrak
konstruksi akan meliputi harga kontrak ditambah dengan
biaya tak langsung lainnya.

c. Aset tetap yang dibangun sendiri dicatat sebesar seluruh


nilai bahan/peralatan yang digunakan, biaya pengerjaan
serta biaya-biaya lainnya yang terkait dengan
pembangunan aset tetap tersebut termasuk beban bunga
selama masa kontruksi.

d. Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian, seperti


inventaris dan peralatan kantor, dicatat sebesar nilai
perolehannya termasuk bea impor, PPN yang tidak boleh
dikreditkan, serta biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan setelah dikurangi diskon
pembelian dan potongan-potongan lain.

e. Aset tetap yang diperoleh dari hibah tidak terikat diukur


berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga
gantinya dengan mengkredit akun "Ekuitas Hibah"

f. Aset tetap yang diperoleh dalam pertukaran aset non-


moneter atau kombinasi aset moneter dan non-moneter,
diukur berdasarkan nilai wajar dari aset yang diperoleh.
Jika nilai wajar tidak dapat diukur, maka nilai
perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset
yang diserahkan.

g. Aset tetap diukur dan disajikan berdasarkan nilai


perolehan dikurangi akumulasi penyusutan

h. Pengeluaran setelah perolehan

Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap akan


dicatat sebagai penambahan nilai perolehan aset tersebut
apabila:

a) memperpanjang masa manfaat;


b) menambah/meningkatkan kapasitas;
c) meningkatkan mutu produksi/peningkatan standar
kerja;
d) nilai pengeluaran setelah perolehan minimal.

Sedangkan pengeluaran suatu aset tetap dengan maksud


untuk mempertahankan fungsinya pada kapasitas dan
masa manfaat yang seharusnya, diakui sebagai beban saat
terjadinya.

i. Pengadaan peralatan yang relatif kecil meskipun memiliki


manfaat lebih dari satu tahun tidak dikapitalisasi, tetapi
langsung dibiayakan apabila:
a) harga satuan barang tersebut tidak lebih dari
Rp. 400.000,00.
b) barang tersebut bukan merupakan bagian dari aset
lain.
c) barang tersebut tidak termasuk dalam klasifikasi
persediaan seperti mesin hitung, pelubang kertas dan
inventaris kantor Iainnya.

3) Penyusutan Aset Tetap

(1) Pengertian

a. Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat


disusutkan dari suatu aset selama masa manfaat.

b. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan


suatu aset, atau jumlah lain yang menjadi pengganti biaya
perolehan dikurangi nilai residunya.

c. Masa manfaat adalah:

a) Periode suatu aset tetap yang diharapkan digunakan


untuk aktivitas RSUD Kota Depok; atau

b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan


diperoleh dari aset untuk aktivitas RSUD Kota Depok.

d. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang


dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan
untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
konstruksi. Jumlah yang dibayarkan tersebut termasuk
biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
untuk membawa aset tersebut ke lokasi atau kondisi siap
untuk dipergunakan.

e. Nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat


diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah
dikurangi taksiran biaya pelepasan.
f. Jumlah yang dapat disusutkan suatu aset tetap harus
dialokasikan secara sistematis sepanjang masa
manfaatnya dengan metode yang sistematis.

g. Metode penyusutan yang digunakan oleh RSUD Kota


Depok adalah metode garis lurus (straight-line method).

(2) Tarif penyusutan Aset Tetap:

Tarif penyusutan aset tetap sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

4) Aset Tidak Lancar Lainnya

(1) Pengertian

Aset Tidak Lancar Lainnya merupakan aset yang tidak dapat


dikelompokkan ke dalam Investasi Jangka Panjang dan Aset
Tetap.

Aset tetap yang mengalami perubahan fungsi dan tidak


memberikan kontribusi lagi dalam aktivitas RSUD Kota
Depok, aset tetap rusak, eksistensi fisiknya tidak jelas lagi
dan faktor lain yang menjadikan aset tidak memberikan
kontribusi lagi dalam kegiatan pelayanan dan administrasi
diklasifikasikan dalam aset lainnya.

Termasuk dalam kategori aset lainnya adalah aset tak


berwujud, aset dari kemitraan dengan pihak ketiga melalui
perjanjian yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan
kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan
aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Bentuk kemitraan
tersebut dapat berupa Bangun Kelola Serah (BKS) dan
Bangun Serah Kelola (BSK).
Aset Lainnya antara lain terdiri:

a. Aset tak Berwujud

Aset tak berwujud mencerminkan hak-hak istimewa atau


posisi yang menguntungkan RSUD Kota Depok dalam
menghasilkan pendapatan atau meningkatkan mutu
pelayanan. Harga perolehan aset tidak berwujud meliputi
semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh aset
tersebut. Amortisasi aset tidak berwujud harus dilakukan
secara sistematis selama masa manfaatnya.

Aset tak berwujud disajikan dalam laporan keuangan


sebesar biaya perolehannya dikurangi dengan akumulasi
amortisasinya.Pengamortiasian aset tak berwujud
dilakukan selama 5 (lima) tahun dari mulai tahun
perolehannya. Namun demikian, suatu aset tak berwujud
tidak boleh lagi diakui, dan harus dihilangkan dari neraca,
saat aset tersebut dilepas atau ketika tidak ada lagi
manfaat masa depan yang diharapkan dari
penggunaannya dan pelepasan yang dilakukan
sesudahnya.

Aset tak berwujud, meliputi; Software komputer (yang


dibangun/dikembangkan oleh rumah sakit), lisensi dan
franchise, hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya,
serta hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat
jangka panjang dan lain-lain.
b. Aset Kemitraan dengan Pihak Lain

Bentuk kemitraan tersebut dapat berupa aset kerjasama


operasi (KSO), aset sewa guna usaha dan aset kemitraan
lainnya sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang
berlaku pada RSUD Kota Depok.

c. Aset Tetap yang Dihentikan dari Penggunaan


Aktif/Aset lain-lain

Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif terdiri


dari aset tetap yang rusak/usang/dirobohkan dan aset
tetap yang hilang, sedangkan aset lain-lain terdiri dari aset
non produktif yang berupa aset tetap kendaraan, mesin,
peralatan dan aset berwujud lainnya termasuk pula
persediaan bahan/barang instalasi yang rusak atau tidak
dapat digunakan lagi karena sebab yang normal.

(2) Pengakuan dan Pencatatan

a. Aset tak berwujud diakui dan dicatat pada saat terjadinya


transaksi atau adanya penetapan hak.
b. Aset tetap yang dibangun/dibuat sendiri maupun
dilaksanakan oleh pihak ketiga diklasifikasikan sebagai
Aset Lainnya apabila pada saat penyusunan laporan
keuangan aset tersebut masih dalam pengerjaan.
c. Kemitraan kerjasama diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi yaitu ketika ditandatanganinya Surat
Perjanjian Kerjasama yang diikuti pelaksanaan kegiatan.
d. Aset tetap berupa mesin, peralatan, dan aset berwujud
lainnya, yang tidak berfungsi (tidak produktif) karena
rusak dan aset yang eksistensi fisiknya masih belum jelas
diklasifikasikan kedalam Aset Lainnya dan dicatat pada
saat terjadinya kondisi tersebut.
(3) Pengukuran

a. Aset tak berwujud dinilai berdasarkan harga perolehan


meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka
memperoleh aset tersebut. Amortisasi aset tak berwujud
harus dilakukan secara sistematis selama masa
manfaatnya. 1

b. Aset yang dibangun sendiri, apabila pada saat


penyusunan laporan keuangan masih dalam pengerjaan,
disajikan dalam laporan keuangan berdasarkan nilai
perolehan bahan-bahan, nilai biaya tenaga kerja dan
biaya-biaya lain yang berkaitan dengan pembuatan aset
tersebut termasuk beban bunga selama masa kontruksi.

c. Aset yang diperoleh dari Kemitraan dengan pihak ketiga


(Bangun, Kelola, Serah - BKS) dinilai berdasarkan nilai
wajar dari aset yang diserahkan oleh investor serta
mengkredit akun penghasilan KSO atau penghasilan
tangguhan, sedangkan untuk Bangun Serah Kelola (BSK)
dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu
nilai aset yang diserahkan RSUD Kota Depok ditambah
dengan jumlah aset yang dikeluarkan pihak
ketiga/investor.

d. Aset lain-lain/aset tetap berupa mesin, peralatan, dan aset


berwujud lainnya yang tidak berfungsi (tidak produktif)
karena rusak dan aset yang eksistensi fisiknya masih
belum jelas dinilai berdasarkan nilai bukunya atau
estimasi nilai wajar apabila tidak terdapat nilai bukunya.
Aset lain-lain ini dapat diajukan oleh Direktur RSUD Kota
Depok kepada Walikota Depok untuk dilakukan
penghapus bukuan. Setelah ada persetujuan dari
Walikota, kerugian penghapusan dibebankan sebagai
biaya non operasional sebesar nilai buku tersebut.
Apabila barang-barang tersebut masih dapat dijual, maka
hasil penjualannya masuk ke akun pendapatan non
operasional lainnya.

Terhadap barang-barang yang hilang dan telah disetujui


oleh Walikota untuk dihapuskan dibebankan sebagai
kerugian di dalam pos biaya non operasional sebesar nilai
bukunya.

C. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN

1. Pengertian

1) Kewajiban atau utang adalah kewajiban kepada pihak ketiga


sebagai akibat transaksi keuangan masa lalu yang harus dibayar
pada waktu tertentu. Kewajiban merupakan tugas dan
tanggungjawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan
sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan
menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau
peraturan perundangan. Namun kewajiban juga timbul dari
praktik bisnis yang lazim, kebiasaan dan keinginan untuk
memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan
cara yang adil.

2) Klasifikasi kewajiban atau utang adalah :

a. Kewajiban jangka pendek; dan


b. Kewajiban jangka panjang.

3) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka


pendek, jika:

a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus


normal operasi rumah sakit; atau
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca.
4) Semua kewajiban selain tersebut pada angka 3), harus
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

5) Kewajiban jangka pendek lainnya antara lain bagian dari


kewajiban berbunga (interest-bearing liabilities) yang akan jatuh
tempo dalam periode berjalan, cerukan/bank overdraft, pajak
penghasilan dan utang selain utang dagang.

6) Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan


sebagai kewajiban jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut
akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak
tanggal neraca, apabila:

a. kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu


lebih dari dua belas bulan

b. RSUD di Kota Depok bermaksud membiayai kembali


kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang; dan

c. maksud tersebut pada huruf b) didukung dengan perjanjian


pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran
yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.

2. Pengakuan

1) Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan atau


pada saat kewajiban timbul.
2) Bagian lancar utang jangka panjang diakui pada saat reklasifikasi
dalam tanggal pelaporan sebesar bagian utang jangka panjang
yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan atau kurang
setelah tanggal pelaporan.
3) Kewajiban diakui dalam neraca bila besar kemungkinan
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation)
sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
dengan andal.
3. Pengukuran

1) Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang diukur


dengan nilai nominal mata uang rupiah yang harus dibayar
kembali.
2) Apabila diukur dengan mata uang asing dikonversikan ke dalam
mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank
Indonesia) pada tanggal transaksi dan tanggal neraca.

4. Pengungkapan

Informasi mengenai kewajiban yang harus diungkapkan terutama


dalam catatan atas laporan keuangan antara lain:
1) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang
dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber kewajiban atau
pemberi pinjaman;
2) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat
bunga yang berlaku;
3) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh
tempo;
4) Utang-utang dalam penyelesaian hokum; dan
5) Informasi lain yang dipandang perlu.

D. KEBIJAKAN AKUNTANSI EKUITAS

1. Pengertian

Ekuitas adalah hak residual BLUD atas aset setelah dikurangi


seluruh kewajiban yang dimiliki, atau dengan kata lain ekuitas
merupakan jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara
jumlah aset dengan jumlah kewajiban.

Ekuitas BLUD dapat diklasifikasikan :


1) Ekuitas Tidak Terikat

Merupakan ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya


tidak dibatasi untuk tujuan tertentu.

Ekuitas Tidak Terikat dapat meliputi:

(1) Ekuitas Awal

Merupakan hak residual awal BLUD yaitu selisih aset dan


kewajiban pada saat pertama kali BLUD ditetapkan, kecuali
sumber daya ekonomi yang diperoleh untuk tujuan tertentu.

(2) Surplus dan Defisit Tahun Lalu

Merupakan akumulasi surplus dan defisit pada periode-


periode sebelumnya.

(3) Surplus dan Defisit Tahun Berjalan

Merupakan selisih antara seluruh pendapatan dengan


seluruh biaya pada tahun berjalan.

(4) Ekuitas Hibah

Merupakan sumber daya yang diperoleh dari pihak lain


berupa sumbangan atau hibah yang sifatnya tidak mengikat.

2) Ekuitas Terikat Temporer7i

Merupakan sumber daya ekonomi yang penggunaannya dan/atau


waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan/atau jangka waktu
tertentu oleh donatur.

3) Ekuitas Terikat Permanen

Merupakan ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya


dibatasi oleh donatur secara permanen untuk tujuan tertentu.

Ekuitas terikat permanen meliputi:

(1) Tanah atau gedung/bangunan yang disumbangkan untuk


tujuan tertentu dan tidak untuk dijual.
(2) Aset yang digunakan untuk investasi yang mendatangkan
penghasilan secara permanen.
(3) Hibah dari Pemerintah atau pihak lain yang mengikat secara
permanen.

2. Pengakuan

1) Ekuitas tidak terikat diakui dan dicatat pada saat:

(1) ditetapkannya nilai kekayaan BLUD;


(2) diterimanya dana sumbangan/bantuan yang tidak mengikat;
(3) diterimanya aset tetap sebagai bantuan/sumbangan; dan
(4) pengalihan ekuitas terikat temporer menjadi ekuitas tidak
terikat.

2) Ekuitas terikat temporer diakui dan dicatat:

(1) ditetapkannya nilai kekayaan BLUD (jika ada sumber daya


yang dibatasi penggunaannya secara temporer);
(2) diterimanya dana sumbangan/bantuan yang mengikat
secara temporer; dan
(3) diterimanya aset tetap sebagai bantuan/sumbangan yang
mengikat secara temporer. •

3) Ekuitas terikat permanen diakui dan dicatat pada saat:

(1) ditetapkannya nilai kekayaan BLUD (jika ada sumber daya


yang dibatasi penggunaannya secara permanen);
(2) diterimanya dana dan/atau aset sumbangan/bantuan yang
mengikat secara permanen; dan
(3) digunakannya aset untuk investasi yang mendatangkan
pendapatan secara permanen.

3. Pengukuran

Ekuitas dinilai berdasarkan:

1) Nilai buku ekuitas pada saat penetapan BLUD


2) Nominal dana sumbangan/bantuan yang diterima
3) Nilai perolehan atau nilai wajar aset sumbangan/bantuan yang
tidak mengikat mana yang lebih andal
4) Nilai buku aset yang dialihkan dari ekuitas terikat
temporer/permanen menjadi ekuitas tidak terikat.

4. Pengungkapan

Pengungkapan ekuitas dalam laporan keuangan antara lain


klasifikasi ekuitas, rincian ekuitas, jenis dan informasi mengenai
sifat ekuitas.

E. KEBIJAKAN AKUNTASI PENDAPATAN

1. Pengertian

1) Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang


timbul dari aktivitas normal BLUD selama satu periode yang
mengakibatkan penambahan ekuitas bersih.

Pendapatan BLUD dapat diklasifikasikan:

(1) Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan


Merupakan pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas
barang atau jasa yang diserahkan kepada masyarakat.Untuk
pendapatan ini selanjutnya dirinci perjenis pelayanan yang
diperoleh BLUD.

(2) Hibah

Merupakan pendapatan yang diterima dari masyarakat atau


badan lain, tanpa adanya kewajiban bagi BLUD untuk
menyerahkan barang/jasa. Hibah diklasifikasikan menjadi
hibah terikat dan hibah tidak terikat. Hibah terikat adalah
hibah yang peruntukannya ditentukan oleh pemberi hibah
sedangkan hibah tidak terikat peruntukannya diserahkan
pada Pengelola BLUD.
(3) Hasil Kerjasama dengan Pihak Lain

Merupakan pendapatan dari hasil kerjasama dengan pihak


lain, sewa, jasa lembaga keuangan dan lain-lain pendapatan
yang bukan dari pelaksanaan tugas dan fungsi BLUD.

(4) APBD/APBN

Merupakan pendapatan yang berasal dari APBD/APBN baik


untuk keperluan operasional maupun keperluan investasi

(5) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah seperti jasa giro,


pendapatan bunga, hasil pemanfaatan kekayaan,
keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing, komisi, potongan atupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan atau pengadaan barang dan/atau jasa
oleh BLUD dan hasil investasi
2) Pendapatan adalah semua penerimaan kas dan hak tagih yang
timbul dari penyerahan barang/jasa kepada pihak
lain/masyarakat dalam periode tertentu yang menjadi hak RSUD
Kota Depok.

3) Asas bruto adalah suatu prinsip bahwa penerimaan disetor ke


kas secara bruto, tidak boleh dikompensasi dengan pengeluaran.
Hal ini dikecualikan pada penerimaan pendapatan dari pelayanan
kesehatan, dicatat setelah dipotong atau ditambah dengan
penyesuaian tarif kontraktual.

2. Pengakuan

1) Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha


lainnya diakui pada saat diterima kas atau hak untuk menagih
timbul atau pada saat selesainya penyerahan barang/jasa
kepada pihak lain/masyarakat.

2) Pendapatan Jasa Layanan dari Jamkesmas diakui pada saat


selesai dilakukannya pelayanan atas pasien Jamkesmas.
3) Pendapatan dari APBD Kota Depok/APBD Provinsi Jawa
Barat/APBN diakui pada saat pengeluaran belanja
dipertangungjawabkan dengan diterbitkannya SP2D/SPJ
Pengesahan.

4) Pendapatan hibah berupa uang diakui pada saat diterimanya,


sedangkan hibah berupa barang diakui pada saat hak
kepemilikan berpindah.

5) Pengakuan pendapatan lainnya pada prinsipnya sama dengan


pendapatan usaha.

3. Pengukuran

1) Pendapatan dari usaha jasa layanan dan pendapatan usaha


lainnya dicatat sebesar nilai wajar yang diterima atau yang dapat
diterima
2) Pendapatan dari APBD/APBN dicatat sebesar nilai pengeluaran
bruto belanja SPM/SP2D.
3) Pendapatan hibah berupa barang, dicatat sebesar nilai perolehan
atau nilai wajar pada saat perolehan/hak telah berpindah dari
pemberi hibah ke BLUD, sedangkan hibah berupa uang dicatat
sebesar jumlah kas yang diterima.

4. Pengungkapan

1) Pendapatan disajikan dan dirinci per jenis pendapatan.


2) Rincian jenis pendapatan dijelaskan pada catatan atas laporan
keuangan.
3) Informasi lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan
pendapatan.
F. KEBIJAKAN AKUNTANSI BIAYA

1. Pengertian

Biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode


akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset
atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas
bersih.

Biaya BLUD diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Biaya Operasional, merupakan seluruh biaya yang menjadi beban


BLUD dalam menjalankan tugas dan fungsinya, terdiri:

(1) Biaya Pelayanan

Mencakup seluruh biaya operasional yang berhubungan


langsung dengan kegiatan pelayanan yaitu biaya pegawai
pelayanan, biaya bahan, biaya jasa pelayanan,biaya
pemeliharaan pelayanan, biaya barang/jasa pelayanan, dan
biaya pelayanan lain-lain.

(2) Biaya Umum dan Administrasi

Mencakup seluruh biaya operasional yang tidak


berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan antara
lain meliputi biaya pegawai umum dan administrasi, biaya
administrasi kantor, biaya pemeliharaan umum dan
administrasi, biaya barang dan jasa umum dan
administrasi,biaya promosi, dan biaya umum dan
administrasi lain-lain.

2) Biaya Non Operasional

Merupakan biaya yang menjadi beban BLUD dalam rangka


menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi seperti biaya bunga,
biaya administrasi bank, biaya kerugian penjualan aset tetap,
biaya kerugian penurunan nilai, dan biaya non operasional lain-
lain.
2. Pengakuan

Biaya diakui pada saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi masa


depan yang berkaitan dengan penurunan aset yaitu pengeluaran kas
atau penurunan aset lainnya atau peningkatan kewajiban dan dapat
diukur dengan andal.

3. Pengukuran

Biaya dicatat/dinilai:

1) Jumlah kas yang dibayarkan jika seluruh pengeluaran tersebut


dibayar pada periode berjalan;
2) Jumlah biaya periode berjalan yang harus dibayar pada masa
yang akan datang;
3) Alokasi sistematis untuk periode berjalan atas biaya yang telah
dikeluarkan; dan
4) Jumlah kerugian atas transaksi ekonomi yang terjadi.

4. Pengungkapan
1) Setiap kelompok/jenis biaya disajikan secara terpisah dalam
Laporan Keuangan.
2) Rincian jenis biaya diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan.
3) Informasi lain yang penting berkaitan dengan pos biaya.

G. KOREKSI

1. Pengertian

1) Kesalahan mendasar (fundamental error) adalah kesalahan yang


cukup signifikan yang ditemukan pada periode berjalan sehingga
laporan keuangan dari satu atau lebih periode sebelumnya tidak
dapat diandalkan lagi pada tanggal penerbitan.
2) Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos
yang tersaji dalam laporan keuangan RSUD di Kota Depok
menjadi sesuai dengan yang seharusnya.
2. Koreksi Kesalahan

Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau


lebih periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode
berjalan.Kesalahan mungkin timbul dari kesalahan perhitungan
matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi,
kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian.Koreksi atas
kesalahan itu dimasukkan dalam perhitungan surplus/defisit pada
laporan operasional BLUD.

Untuk mengkoreksi kesalahan mendasar, dilakukan dengan


menyatakan kembali informasi yang berkaitan secara komparatif.

BLUD harus mengungkapkan informasi berikut:

1) hakekat kesalahan mendasar;


2) jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode
sebelumnya;
3) jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode
sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan
4) kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali
atau kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk
dinyatakan kembali.

3. Perubahan Akuntansi

Perubahan akuntansi adalah perubahan akuntansi yang terjadi pada


periode sebelumnya yang signifikan sehingga mempengaruhi
kewajaran penyajian pelaporan keuangan. Perubahan ini dapat
disebabkan oleh adanya:
1) Perubahan standar akuntansi yaitu perubahan penerapan
standar akuntansi yang secara signifikan mempengaruhi
kewajaran penyajian pelaporan keuangan, diungkapkan
pengaruhnya pada periode terjadinya perubahan tersebut.
2) Perubahan estimasi akuntansi merupakan perubahan penerapan
estimasi akuntansi sebagai akibat dari perubahan situasi
ekonomi, peraturan, dan lain-lain yang mempengaruhi kewajaran
penyajian pelaporan keuangan. Pengungkapan pengaruhnya pada
periode terjadinya perubahan tersebut.
3) Perubahan entitas akuntansi adalah perubahan unit organisasi
yang disebabkan adanya restrukturisasi atau reorganisasi yang
mempengaruhi kewajaran penyajian pelaporan keuangan.
Pengaruhnya tidak perlu diungkapkan dalam penyajian pelaporan
keuangan periode sebelumnya, tetapi cukup dinyatakan pada
periode terjadinya perubahan tersebut.
4) BLUD menerapkan perubahan akuntansi secara prospektif
berarti bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada
kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan.
Tidak ada penyesuaian yang berhubungan dengan periode
sebelumnya yang dilakukan baik pada saldo laba awal periode
(retained earnings) atau dalam perhitungan surplus/(defisit)
untuk periode sekarang, karena saldo yang ada tidak dihitung
kembali.
BAB III
PROSEDUR AKUNTANSI
Bagian Kesatu
akuntansi kas dan setara kas

Prosedur akuntansi kas dan setara kas meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas
transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas/setara kas pada BLUD RSUD.

A. PROSEDUR PENERIMAAN KAS

1. Definisi

Prosedur akuntansi penerimaan kas dan setara kas meliputi


serangkaian proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai
pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian
keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
penerimaan kas dan setara kas pada BLUD RSUD.

2. Sumber Penerimaan Kas

Penerimaan kas BLUD RSUD sumber dari:


1) Penerimaan kas dari jasa layanan kesehatan berupa imbalan
yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat antara lain layanan poliklinik/rawat jalan, layanan
rawat inap, layanan farmasi, layanan IGD dll.
2) Penerimaan kas dari hibah.
3) Penerimaan kas dari hasil kerjasama dengan pihak lain yaitu
antara lain berupa perolehan kerjasama operasional, sewa
menyewa dan dari usaha lainnya yang mendukung tugas dan
fungsi BLUD.
4) Penerimaan kas APBD yaitu berupa pendapatan yang berasal dari
otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah (DPA) bukan dari
kegiatan pembiayaan APBD.
5) Penerimaan kas APBN yaitu berupa pendapatan yang berasal dari
pemerintah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau
tugas pembantuan dan lain-lain, yang proses pengelolaan
keuangannya diselenggarakan secara terpisah berdasarkan
ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan APBN.
6) Penerimaan kas dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah yaitu
dari penerimaan hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan,
hasil pemanfaatan kekayaan, jasa giro, pendapatan bunga,
komisi dll.

3. Fungsi Terkait

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi penerimaan kas dan


setara kas pada BLUD RSUD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi
pada Sub Bagian Keuangan.
Untuk prosedur penerimaan kas yang sumber dananya berasal dari
APBN dan APBD, dilaksanakan oleh bendahara pengeluaran pada
Sub Bagian Keuangan yang pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada penyelenggaraan APBN/APBD.

4. Dokumen yang Digunakan

Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang


digunakan pada prosedur akuntansi penerimaan kas dan setara kas
pada BLUD, terdiri dari:
1) Tagihan dan bukti pembayaran.
2) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen
yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah/Kuasa
Bendahara Umum Daerah/Bendahara Umum Negara untuk
mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk.
3) Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
penerimaan kas BLUD.
4) Nota Kredit Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang masuk ke rekening bank
BLUD.
5) Buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk
mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian
yang berhubungan dengan penerimaan kas.
6) Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting)
semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan
kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban,
ekuitas dana, pendapatan, biaya/beban.
7) Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-
transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk
setiap rekening yang dianggap perlu.

5. Uraian Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas yaitu:

1) Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD berdasarkan bukti transaksi


penerimaan kas mencatat ke dalam jurnal penerimaan kas,
disertai uraian rekening lawan asal penerimaan kas dimaksud.

2) Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain bukti


transfer, Nota Kredit Bank dan bukti penerimaan lainnya.

3) Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD secara periodik atau berkala


melakukan posting ke dalam buku besar.
4) Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD RSUD dapat
membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian
dan kontrol buku besar.

5) Pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas, buku besar


dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi
pada BLUD RSUD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang
telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

B. PROSEDUR AKUNTANSI PENGELUARAN KAS

1. Definisi

Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada BLUD meliputi


serangkaian proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai
pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian
keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengeluaran kas pada BLUD RSUD.

2. Jenis Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas BLUD RSUD berdasarkan jenis atau tujuannya


antara lain sebagai berikut:
1) Pengeluaran kas untuk pemberian uang muka;
2) Pengeluaran kas untuk investasi;
3) Pengeluaran kas untuk biaya operasi dan non operasi; 1l

4) Pengeluaran kas untuk pembayaran/pelunasan utang; dan


5) Pengeluaran kas untuk sumbangan/hibah dll.

3. Fungsi Terkait

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada


BLUD RSUD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Sub Bagian
Keuangan.
4. Dokumen yang Digunakan

Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang


digunakan pada prosedur akuntansi pengeluaran kas dan setara kas
pada BLUD, terdiri dari:
1) Kuitansi pembayaran dan bukti lainnya yang merupakan
dokumen sebagai tanda bukti pembayaran.
2) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen
yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah/Kuasa
Bendahara Umum Daerah/Bendahara Umum Negara sebagai
Surat Pertanggung-jawaban (SPJ) pengeluaran kas.
3) Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
pengeluaran kas BLUD.
4) Nota Debet Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang keluar dari rekening bank
BLUD.
5) Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk
mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian
yang berhubungan dengan pengeluaran kas.
6) Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting)
semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan
kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban,
ekuitas dana, pendapatan, biaya/beban.
7) Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-
transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk
setiap rekening yang dianggap perlu.
5. Uraian Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Prosedur akuntansi pengeluaran kas yaitu:


1) Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD berdasarkan bukti transaksi
pengeluaran kas mencatat ke dalam jurnal pengeluaran kas,
disertai uraian rekening lawan asal pengeluaran kas dimaksud.
2) Bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain bukti
transfer, Nota Debet Bank dan bukti pengeluaran lainnya.
3) Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD secara periodik atau berkala
melakukan posting ke dalam buku besar.
4) Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD RSUD dapat
membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian
dan kontrol buku besar.
5) Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar
dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi
pada BLUD RSUD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang
telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku
Bagian Kedua
akuntansi piutang

A. DEFINISI

Piutang merupakan tagihan yang timbul karena adanya transaksi


dengan pihak lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan oleh
BLUD RSUD kepada masyarakat baik melalui perorangan maupun
perusahaan.

Piutang dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu:


1. Piutang usaha, piutang yang terjadi karena adanya pelayanan
kesehatan baik berupa barang (obat/alkes) maupun jasa
(perawatan) dalam kegiatan normal BLUD.
2. Piutang lain-lain, piutang yang timbul selain karena pelayanan
kesehatan dalam kegiatan normal BLUD.

Prosedur akuntansi piutangpada BLUD meliputi serangkaian proses


baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan
serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan pengelolaan piutang pada
BLUD RSUD

B. FUNGSI YANG TERKAIT

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi piutang pada BLUD


RSUD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Sub Bagian Keuangan.

C. DOKUMEN YANG DIGUNAKAN

Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan


pada prosedur akuntansi piutang pada BLUD, terdiri dari:
1. Tagihan/perhitungan biaya pelayanan kepada masyarakat.
2. Nota Debet Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang keluar dari rekening bank
BLUD.
3. Buku jurnal piutang merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat dan
menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan
dengan piutang.
4. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting)
semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal umum ke
dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, biaya.

Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh


fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-transaksi dan
kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.

D. URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI PIUTANG

Prosedur akuntansi piutang yaitu:

1. Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD berdasarkan bukti transaksi


piutang mencatat ke dalam jurnal umum (piutang), disertai uraian
rekening lawan asal piutang dimaksud.

2. Bukti piutang mencakup antara lain kuitansi tagihan jasa layanan.

3. Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD secara periodik atau berkala


melakukan posting ke dalam buku besar.

4. Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD RSUD dapat


membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan
kontrol buku besar.
5. Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan
buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada
BLUD RSUD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah
ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Bagian Ketiga
akuntansi persediaan

A. DEFINISI

Persediaan adalah barang-barang yang dibeli dan dimiliki oleh BLUD


dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Barang-barang yang dapat dimasukkan dalam persediaan adalah


barang-barang yang secara hukum hak pemilikannya berada pada
BLUD yaitu antara lain berupa obat, bahan/alat kesehatan habis pakai,
alat tulis kantor dll.

Prosedur akuntansi persediaan pada BLUD meliputi serangkaian proses


baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan
serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan
pada BLUD RSUD

B. FUNGSI YANG TERKAIT

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi persediaan pada BLUD


RSUD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Sub Bagian Keuangan.

C. DOKUMEN YANG DIGUNAKAN

Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan


pada prosedur akuntansi persediaan pada BLUD, terdiri dari:
1. Kuitansi pembayaran dan bukti lainnya yang merupakan
dokumen sebagai tanda bukti pembelian barang persediaan.
2. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang
diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara
Umum Daerah/Bendahara Umum Negara sebagai Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran kas.
3. Berita acara pemeriksaan fisik persediaan.
4. Buku jurnal umum (persediaan) merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk
mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian
yang berhubungan dengan persediaan.
5. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting)
semua transaksi atau kejadian yang berkaitan dengan persediaan
ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban,
ekuitas dana, pendapatan, biaya.
6. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-
transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk
setiap rekening yang dianggap perlu.

D. URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI PERSEDIAAN

Prosedur akuntansi persediaan yaitu:

1. Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD berdasarkan bukti berkaitan


dengan persediaan mencatat ke dalam jurnal pengeluaran kas,
disertai uraian rekening lawan pos persediaan dimaksud.

2. Bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain bukti


transfer, Nota Debet Bank dan bukti pengeluaran lainnya.

3. Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD secara periodik atau berkala


melakukan posting ke dalam buku besar.

4. Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD RSUD dapat


membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan
kontrol buku besar.
5. Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan
buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada
BLUD RSUD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah
ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Bagian Keempat
akuntansi aset tetap

A. DEFINISI

Aset tetap adalah aset tetap berwujud yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai atau dengan di bangun lebih dulu, dimaksudkan untuk
digunakan dalam operasi BLUD, tidak untuk di jual kembali dalam
rangka operasi normal BLUD dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun.

Prosedur akuntansi aset tetap pada BLUD meliputi serangkaian proses


baik manual atau pun terkomputerisasi mulai pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan
serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan pengelolaan aset tetap pada
BLUD RSUD.

B. FUNGSI YANG TERKAIT

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi aset tetap pada BLUD
RSUD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Sub Bagian Keuangan.

C. DOKUMEN YANG DIGUNAKAN

Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan


pada prosedur akuntansi aset tetap pada BLUD, terdiri dari:
1. Kontrak/Surat Perjanjian Kerja (SPK) pengadaan atau pembelian
aset tetap dan Berita Acara Serah Terima (BAST).
2. Kuitansi pembayaran dan bukti lainnya yang merupakan
dokumen sebagai tanda bukti pembelian aset tetap.
3. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang
diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara
Umum Daerah/Bendahara Umum Negara sebagai Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran kas yang berkaitan
dengan aset tetap.
4. Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
pengeluaran kas BLUD untuk pembayaran aset tetap.
5. Buku jurnal umum aset tetap merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk
mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian
yang berhubungan dengan aaset tetap.
6. Buku Besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting)
semua transaksi atau kejadian aset tetap ke dalam buku besar
untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan,
biaya.

7. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan


oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-
transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk
setiap rekening yang dianggap perlu.

D. URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI ASET TETAP

Prosedur akuntansi aset tetap yaitu:

1. Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD berdasarkan bukti transaksi


pengadaan/pembelian/kepemilikan aset tetap mencatat ke dalam
jurnal umum, disertai uraian rekening lawan asal aset tetap
dimaksud.

2. Bukti pengadaan/pembelian/kepemilikan aset tetap mencakup


antara lain bukti transferdan bukti pengeluaran lainnya.

3. Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD secara periodik atau berkala


melakukan posting ke dalam buku besar.

4. Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD RSUD dapat


membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan
kontrol buku besar.

5. Pencatatan ke dalam buku jurnal umum (aset tetap), buku besar


dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi
pada BLUD RSUD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang
telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Bagian Kelima
akuntansi utang

A. DEFINISI

Utang adalah kewajiban yang harus dipenuhi dalam jangka waktu


tertentu, yaitu utang lancar harus dipenuhi dalam jangka waktu satu
tahun, dan utang jangka panjang yang pemenuhannya lebih dari satu
tahun.

Prosedur akuntansi utang pada BLUD meliputi serangkaian proses baik


manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan,
dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
BLUD yang berkaitan dengan pengelolaan utang pada BLUD RSUD

B. FUNGSI YANG TERKAIT

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi utang pada BLUD RSUD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Sub Bagian Keuangan.

C. DOKUMEN YANG DIGUNAKAN

Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan


pada prosedur akuntansi utang pada BLUD, terdiri dari:
1. Kuitansi pembayaran dan bukti lainnya yang merupakan dokumen
sebagai tanda bukti penerimaan utang.
2. Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
pengeluaran kas BLUD untuk pelunasan utang.
3. Buku jurnal umum (utang) merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat
dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan utang.
4. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting) semua
transaksi atau kejadian dari utang ke dalam buku besar untuk
setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan,
biaya/beban.

5. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan


oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatatat transaksi-
transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk
setiap rekening yang dianggap perlu.

D. URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI UTANG

Prosedur akuntansi utang yaitu:

1. Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD berdasarkan bukti transaksi


mencatat ke dalam jurnal umum (utang), disertai uraian rekening
lawan asal utang dimaksud.

2. Bukti transaksi utang mencakup antara lain bukti transfer,


kontrak/perjanjian utang dan bukti utang lainnya.

3. Fungsi akuntansi pada BLUD RSUD secara periodik atau berkala


melakukan posting ke dalam buku besar.

4. Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD RSUD dapat


membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan
kontrol buku besar.

5. Pencatatan ke dalam buku jurnal umum (utang), buku besar dan


buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada
BLUD RSUD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah
ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
BAB IV
KODE STANDAR
Transaksi akuntansi yang beragam memerlukan adanya perlakuan
akuntansi yang seragam, konsisten, dan dapat diperbandingkan (matching)
antara beberapa periode akuntansi sehingga mempermudah rumah sakit
dalam penyusunan laporan keuangan BLUD berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan. Penetapan Kode Akun Standar yang sistematis dan
fleksibel akan memberikan pedoman yang jelas dan mudah bagi RSUD
dalam mencatat transaksi atau informasi keuangan yang penting dan
material.
Struktur Kode Akun Standar yang dirancang dalam pedoman ini terutama
mengacu kepada Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, dan memperhatikan
Permendagri Nomor 13 tahun 2006 (beserta perubahan-perubahannya),
Peraturan Walikota Depok, Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok, dan
peraturan-peraturan lain yang terkait dengan tetap mempertimbangkan
kepraktisan dan fleksibilitas pengelolaan akuntansi dan pelaporan informasi
keuangan pada BLUD RSUD.
Kode Akun Standar dalam pedoman ini dikembangkan melalui proses
mapping atau integrasi dan sinkronisasi antara Permendagri Nomor 61
Tahun 2007 dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan sistem dan
prosedur dalam Peraturan Waikota Depok. Mapping atau integrasi dan
sinkronisasi disebabkan antara lain karena adanya perbedaan penggunaan
istilah/kata "BIAYA" (dalam Permendagri Nomor 61 Tahun 2007) dengan
istilah/kata "BELANJA" (dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan
Kode Rekening Belanja Kota Depok) untuk mencatat pengeluaran yang
dilakukan BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Sehingga untuk
tujuan konsistensi dan kesesuaian dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
makaistilah/kata"BELANJA" diganti dengan istilah/kata "BIAYA" pada kode
rincian obyek biaya.
A. KLASIFIKASI AKUN

Pengkalsifikasian akun didasarkan atas sifat-sifatnya menjadi aset,


kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban.Secara garis besar, akun
dapat dikelompokkan menjadi akun neraca atau akun riil (real account)
dan akun surplus defisit atau akun nominal (nominal account).

1 Akun Riil (Real Account)

Merupakan akun yang bersifat permanen karena pada akhir tahun,


nilai/saldo akun-akun tersebut tidak ditutup ke suatu akun
tertentu.Akun riil adalah akun-akun yang terdapat dalam neraca
yang terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas.

2 Akun Nominal (Nominal Account)

Merupakan akun bersifat sementara karena pada akhir periode


akuntansi harus ditutup atau dipindahkan ke akun surplus/(defisit)
sehingga pada awal periode akuntansi berikutnya saldonya nol. Akun
nominal adalah akun-akun yang terdapat dalam laporan operasional
yaitu akun pendapatan dan akun biaya.

B. SISTEMATIKA KODE AKUN

Sebelum pemindahbukuan ke buku besar, perlu disiapkan terlebih dulu


daftar akun yang akan digunakan beserta kode akunnya. Pengkodean
akun dalam pedoman ini menggunakan kode akun secara kelompok.

Pengkodean secara kelompok dilakukan dengan memberi kode pada


setiap akun sehingga berbeda antara satu kelompok akun dengan
kelompok akun lainnya. Kode akun kelompok dapat di buat dalam dua,
tiga desimal atau lebih sesuai kebutuhan yaitu sebagai berikut:

X X XX XX XX

Kelompok Sub Kelompok Jenis Akun Obyek Rincian Obyek


Akun Akun
Kelompok akun terdiri dari satu desimal, yaitu untuk pengkodean
kelompok aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya.

Sub kelompok akun merupakan bagian akun, dari akun kelompok


induknya, demikian seterusnya sehingga satu kelompok akun dapat
dirinci menjadi sub kelompok akun, sub kelompok akun dirinci ke
dalam jenis akun, jenis akun dirinci kedalam obyek dan setiap obyek
dapat dirinci menjadi rincian obyek sesui dengan kebutuhannya.

Kode akun standar dalam neraca dan laporan operasional BLUD RSUD
Kota Depok diklasifikasikan sebagai berikut:

1 . Neraca
1) Aset
Kode Akun Aset diawali dengan angka "1" , dan dibagi ke dalam
kelompok yaitu:
1.1.xx.xx.xx Aset Lancar
1.2.xx.xx.xx Aset Tidak Lancar

2) Kewajiban
Kode akun Kewajiban diawali dengan angka "2", dan dibagi
menjadi dua kelompok yaitu:
2.1.xx.xx.xx Kewajiban Jangka Pendek
2.2.xx.xx.xx Kewajiban Jangka Panjang

3) Ekuitas
Kode akun Ekuitas diawali dengan angka "3", dan dibagi menjadi
dua kelompok yaitu:
3.1.xx.xx.xx Ekuitas Tidak Terikat
3.2.xx.xx.xx Ekuitas Terikat
2 . Laporan Operasional

1) Pendapatan

Kode akun Pendapatan diawali dengan angka "4", dan dibagi


menjadi dua kelompok yaitu:
4.1.xx.xx.xx Pendapatan Operasional
4.2.xx.xx.xx Pendapatan Non Operasional

2) Biaya

Kode akun Biaya diawali dengan angka“5” dan dibagi menjadi


dua kelompok akun yaitu :

5.1.xx.xx.xx Biaya Operasional

5.2.xx.xx.xx Biaya Non Operasional

3) Surplus/Defisit

Kode akun Surplus/(Defisit) diawali dengan angka "6", dan dibagi


menjadi dua kelompok akun yaitu:
6.1.xx.xx.xx Surplus/Defisit sebelum Pos-pos
Keuntungan/Kerugian
6.2.xx.xx.xx Surplus/Defisit sebelum Pos-pos Luar Biasa

C. SALDO NORMAL AKUN

Saldo normal tiap jenis akun adalah sebagai berikut :

Jenis Akun Saldo Normal Penambahan Pengurangan

Aset Debet Debet Kredit


Kewajiban Kredit Kredit Debet
Ekuitas Kredit Kredit Debet
Pendapatan Kredit Kredit Debet
Biaya Debet Debet Kredit
Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1 Transaksi yang menyebabkan penambahan aset dan biaya (yang


bersaldo normal debet) maka akun aset dan akun biaya dijurnal di
sebelah debet. Sedangkan untuk transaksi yang menyebabkan
pengurangan aset dan biaya, maka akun aset dan akun biaya dijurnal
di sebelah kredit.

2 Transaksi yang menyebabkan penambahan kewajiban, ekuitas, dan


pendapatan (yang bersaldo normal kredit) maka akun kewajiban, akun
ekuitas, dan akun pendapatan dijurnal di sebelah kredit. Sedangkan
untuk transaksi yang menyebabkan berkurangnya Kewajiban, ekuitas,
dan pendapatan, maka akun kewajiban, akun ekuitas, dan akun
pendapatan dijurnal di sebelah debet.
BAB V
KODE AKUN
1. Kode Akun Laporan Operasional

KODE AKUN LAPORAN OPERASIONAL

KODE REKENING URAIAN

4 PENDAPATAN

4 1 PENDAPATAN OPERASIONAL

4 1 01 Pendapatan Jasa Layanan

4 1 01 01 Pendapatan Jasa Layanan - Pasien Umum


Pendapatan Jasa Layanan - Pasien Jaminan
4 1 01 02
Kesehatan
4 1 01 03 Pendapatan Jasa Layanan - Pasien PT ASKES
4 1 01 04 Pendapatan Jasa Layanan Pasien Korporasi
Pendapatan Jasa Layanan Pasien Jamkesda
4 1 01 05
Kota Depok

4 1 02 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan


Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan - Pasien
4 1 02 01
Umum
Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan - Pasien
4 1 02 02
Jaminan Kesehatan
Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan - Pasien
4 1 02 03
PT ASKES
Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan Kesehatan
4 1 02 04
Pasien Korporasi
Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan - Pasien
4 1 02 05
Jamkesda Kota Depok

4 1 03 Pendapatan Hibah

4 1 03 01 Pendapatan Hibah Terikat


4 1 03 02 Pendapatan Hibah Tidak Terikat

4 1 04 Pendapatan Hasil Kerjasama dengan Pihak Lain

4 1 04 01 Pendapatan Hasil Kerjasama dengan Pihak Lain


4 1 04 02 Pendapatan Bagi Hasil Kerja Sama
4 1 05 Pendapatan APBD Kota Depok
4 1 06 Pendapatan APBD Provinsi Jawa Barat
4 1 07 Pendapatan APBN

4 1 08 Lain-lain Pendapatan BLUD yang Sah


4 1 08 01 Hasil Penjualan Kekayaan BLUD
4 1 08 02 Hasil Pemanfaatan Kekayaan BLUD

4 2 PENDAPATAN NON OPERASIONAL

4 2 01 03 Jasa Giro
4 2 01 03 01 Jasa Giro

4 2 02 04 Pendapatan Bunga
4 2 02 04 01 Pendapatan Bunga

Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah terhadap


4 2 03 05
Mata uang Asing
4 2 06 06 Komisi, Potongan, ataupun bentuk lain sebagai
Akibat dari penjualan dan/atau jasa oleh BLUD
4 2 06 06 01 Komisi Penjualan
4 2 06 06 02 Potongan Pembelian

4 2 06 07 Hasil Investasi
4 2 06 07 01 Hasil Investasi

4 2 06 08 Lain-lain Pendapatan BLUD yang Sah Lainnya

5 BIAYA

5 1 BIAYA OPERASIONAL

5 1 01 Biaya Pelayanan

5 1 01 01 Biaya Pegawai
5 1 01 01 01 Gaji Pokok PNS
5 1 01 01 02 Tunjangan Keluarga
5 1 01 01 03 Tunjangan Jabatan
5 1 01 01 04 Tunjangan Fungsional
5 1 01 01 05 Tunjangan Umum
5 1 01 01 06 Tunjangan Beras
5 1 01 01 07 Tunjangan PPh Tunjangan Khusus
5 1 01 01 08 Pembulatan Gaji
5 1 01 01 09 luran Asuransi Kesehatan
5 1 01 01 10 Uang Duka Wafat/ Tewas
5 1 01 01 11 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja
Tambahan Penghasilan Berdasarkan Tempat
5 1 01 01 12
Bertugas
5 1 01 01 13 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Kondisi Kerja

Tambahan Penghasilan Berdasarkan Kelangkaan


5 1 01 01 14
Profesi
5 01 01 15 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Prestasi Kerja
Tambahan Penghasilan Berdasarkan Pertimbangan
5 1 01 01 16
Obyektif lainnya
5 1 01 01 17 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan
5 1 01 01 18 Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa
5 1 01 01 19 Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan
Uang Saku PNS
5 1 01 01 20
5 1 01 01 21 Honorarium Pengajar
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
5 1 01 01 22
PNS
Honorarium Tenaga Ahii/instruktur/Narasumber
5 1 01 01 23
Non PNS
5 1 01 01 24 Honorarium Pegawai Honorer / Tidak Tetap
5 1 01 01 25 Honor/Upah Kerja
5 1 01 01 26 Uang Saku Non PNS
5 1 01 01 27 Honorarium Pengajar (Non PNS)
5 1 01 01 28 Uang Lembur PNS
5 1 01 01 29 Uang Lembur Non PNS
5 1 01 01 30 Biaya Beasiswa Tugas Belajar D3
5 1 01 01 31 Biaya Beasiswa Tugas Belajar S1
5 1 01 01 32 Biaya Beasiswa Tugas Belajar S2
5 1 01 01 33 Biaya Beasiswa Tugas Belajar S3
5 1 01 01 34 Biaya Kursus-kursus Singkat/Pelatihan
5 1 01 01 35 Biaya Sosialisasi
5 1 01 01 36 Biaya Bimbingan Teknis
5 1 01 01 37 Biaya Kepesertaan

5 1 01 02 Biaya Bahan
5 1 01 02 01 Biaya Bahan dan Alat Laboratorium
5 1 01 02 02 Biaya Alat Kedokteran Pakai Habis
5 1 01 02 03 Biaya Perlengkapan Medis Pakai Habis
5 1 01 02 04 Biaya Pengisian Tabung Gas Medis
5 1 01 02 05 Biaya Obat-obatan
5 1 01 02 06 Biaya Pengadaan Bahan Makanan

5 1 01 03 Biaya Jasa Pelayanan


5 1 01 03 01 Biaya Jasa Pelayanan

5 1 01 04 Biaya Pemeliharaan Pelayanan


5 1 01 04 01 Biaya Pemeliharaan Peralatan Kantor
5 1 01 04 02 Biaya Pemeliharaan Alat RT
5 1 01 04 03 Biaya Pemeliharaan Gedung Tempat Kerja/Kantor
5 1 01 04 04 Biaya Pemeliharaan AC
5 1 01 04 05 Biaya Pemeliharaan Genset
Biaya Pemeliharaan Alat-alat Studio dan Alat
5 1 01 04 06
Komunikasi
5 1 01 04 07 Biaya Pemeliharaan Alat-alat Kedokteran
5 1 01 04 08 Biaya Pemeliharaan Alat-alat Kesehatan
5 1 01 04 09 Biaya Pemeliharaan Alat-alat Laboratorium
5 1 01 04 10 Biaya Pemeliharaan Peralatan Gedung Kantor
5 1 01 04 11 Biaya Pemeliharaan Perlengkapan Gedung Kantor
5 1 01 04 12 Biaya Pemeliharaan Perlengkapan Kantor

5 1 01 05 Biaya Barang dan Jasa - Pelayanan


5 1 01 05 01 Biaya Alat Tulis Kantor
5 1 01 05 02 Biaya Dokumen/Administrasi Tender
5 1 01 05 03 Biaya Ala! Listrik dan Elektronik
5 1 01 05 04 Biaya Perangko, Meterai, dan Benda Pos Lainnya
5 1 01 05 05 Biaya Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih
5 1 01 05 06 Biaya Bahan Bakar Minyak/Gas
5 1 01 05 07 Biaya Pengisian Tabung Pemadam Kebakaran
5 1 01 05 08 Biaya Pengisian Tabung Gas
5 1 01 05 09 Biaya Penyediaan Papan Peringatan
5 1 01 05 10 Biaya Alat RT Pakai Habis
5 1 01 05 11 Biaya Bahan Baku Bangunan
5 1 01 05 12 Biaya Bahan/Bibit Tanaman
5 1 01 05 13 Biaya Bahan Kimia
5 1 01 05 14 Biaya Bahan Percontohan
5 1 01 05 15 Biaya Telepon
5 1 01 05 16 Biaya Air
5 1 01 05 17 Biaya Listrik
5 1 01 05 18 Biaya Surat Kabar / Majalah
5 1 01 05 19 Biaya Jasa Piket
5 1 01 05 20 Biaya Jasa Kebersihan
5 1 01 05 21 Biaya Jasa Pengamanan Kantor/Rumah Sakit
5 1 01 05 22 Biaya Jasa Penguburan Pasien Tidak Mampu
5 1 01 05 23 Biaya Jasa Pemeriksaan Kesehatan
5 1 01 05 24 Biaya Premi Asuransi Kesehatan
5 1 01 05 25 Biaya Premi Asuransi Barang Milik Daerah
5 1 01 05 26 Biaya Jasa Service
5 1 01 05 27 Biaya Penggantian Suku Cadang
5 1 01 05 28 Biaya BBM/Gas dan Pelumas
5 1 01 05 29 Biaya Jasa KIR
5 1 01 05 30 Biaya STNK
5 1 01 05 31 Biaya Perpanjangan SIM
5 1 01 05 32 Biaya Cetak
5 1 01 05 33 Biaya Penggandaan
5 1 01 05 34 Biaya Sewa Rumah Jabatan/Rumah Dinas
5 1 01 05 35 Biaya Sewa Gedung/Kantor/Tempat
5 1 01 05 36 Biaya Sewa Ruang Rapat/Pertemuan
Biaya Sewa Tempat Parkir/Uang Tambat/Hanggar
5 1 01 05 37
Sarana Mobilitas
5 1 01 05 38 Biaya Sewa Penginapan/Hotel
5 1 01 05 39 Biaya Sewa Lapangan
5 1 01 05 40 Biaya Sewa Sarana Mobilitas Darat
5 1 01 05 41 Biaya Sewa Sarana Mobilitas Air
5 1 01 05 42 Biaya Sewa Sarana Mobilitas Udara
5 1 01 05 43 Biaya Sewa Eskavator
5 1 01 05 44 Biaya Sewa Buldozer
5 1 01 05 45 Biaya Sewa Meja Kursi
5 1 01 05 46 Biaya Sewa Komputer dan Printer
5 1 01 05 47 Biaya Sewa Proyektor
5 1 01 05 48 Biaya Sewa Generator
5 1 01 05 49 Biaya Sewa Tenda
5 1 01 05 50 Biaya Sewa Pakaian Adat/Tradisional
5 1 01 05 51 Biaya Sewa Perlengkapan Laboratorium
5 1 01 05 52 Biaya Sewa Sound System
5 1 01 05 53 Biaya Sewa Panggung dan Perlengkapannya
5 1 01 05 54 Biaya Makanan dan Minuman Harian Pegawai
5 1 01 05 55 Biaya Makanan dan Minuman Harian Rapat
5 1 01 05 56 Biaya Makanan dan Minuman Tamu
5 1 01 05 57 Biaya Makanan dan Minuman Kegiatan
5 1 01 05 58 Biaya Pakaian Sipil Harian (PSH)
5 1 01 05 59 Biaya Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
5 1 01 05 60 Biaya Pakaian Dinas Harian (PDH)
5 1 01 05 61 Biaya Pakaian Dinas Upacara (PDU)
5 1 01 05 62 Biaya Pakaian Sipil Resmi (PSR)
5 1 01 05 63 Biaya Pakaian Kerja Lapangan
5 1 01 05 64 Biaya Pakaian KORPRI
5 1 01 05 65 Biaya Pakaian Adat Daerah
5 1 01 05 66 Biaya Pakaian Batik Tradisional
5 1 01 05 67 Biaya Pakaian Olahraga
5 1 01 05 68 Biaya Pakaian Paskibra
5 1 01 05 69 Biaya Pakaian Seragam Sekoiah
5 1 01 05 70 Biaya Akomodasi
5 1 01 05 71 Biaya Kehumasan
5 1 01 05 72 Biaya Beasiswa Tugas Belajar D3
5 1 01 05 73 Biaya Beasiswa Tugas Belajar S1
5 1 01 05 74 Biaya Beasiswa Tugas Belajar 52
5 1 01 05 75 Biaya Kursus-kursus Singkat/Pelatihan
5 1 01 05 76 Biaya Sosialisasi
5 1 01 05 77 Biaya Bimbingan Teknis
5 1 01 05 78 Biaya Kepesertaan
5 1 01 06 Biaya Pelayanan Lain-lain
Biaya Penyusutan AT Pelayanan - Peralatan dan
5 1 01 06 01
Mesin
Biaya Penyusutan AT Pelayanan- Gedung dan
5 1 01 06 02
Bangunan
Biaya Penyusutan AT Pelayanan- Jalan, Jaringan,
5 1 01 06 03
Dan Irigasi
Biaya Penyusutan AT Pelayanan- Aset Tetap
5 1 01 06 04
lainnya

5 1 02 Biaya Umum dan Administrasi

5 1 02 01 Biaya Pegawai Umum dan Administrasi


5 1 02 01 01 Gaji Pokok PNS
5 1 02 01 02 Tunjangan Keluarga
5 1 02 01 03 Tunjangan Jabatan
5 1 02 01 04 Tunjangan Fungsional
5 1 02 01 05 Tunjangan Umum
5 1 02 01 06 Tunjangan Beras
5 1 02 01 07 Tunjangan PPh Tunjangan Khusus
5 1 02 01 08 Pembulatan Gaji
5 1 02 01 09 luran Asuransi Kesehatan
5 1 02 01 10 Uang Duka Wafat/ Tewas
5 1 02 01 11 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja
Tambahan Penghasilan Berdasarkan Tempat
5 1 02 01 12
Bertugas
5 1 02 01 13 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Kondisi Kerja
Tambahan Penghasilan Berdasarkan Kelangkaan
5 1 02 01 14
Profesi
5 1 02 01 15 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Prestasi Kerja
Tambahan Penghasilan Berdasarkan Pertimbangan
5 1 02 01 16
Obyektif lainnya
5 1 02 01 17 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan
5 1 02 01 18 Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa
5 1 02 01 19 Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan
5 1 02 01 20 Uang Saku PNS
5 1 02 01 21 Honorarium Pengajar
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
5 1 02 01 22
PNS
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
5 1 02 01 23
Non PNS
5 1 02 01 24 Honorarium Pegawai Honorer / Tidak Tetap
5 1 02 01 25 Honor/Upah Kerja
5 1 02 01 26 Uang Saku Non PNS
5 1 02 01 27 Honorarium Pengajar (Non PNS)
5 1 02 01 28 Uang Lembur PNS
5 1 02 01 29 Uang Lembur Non PNS
5 1 02 01 30 Biaya Beasiswa Tugas Belajar D3
5 1 02 01 31 Biaya Beasiswa Tugas Belajar S1
5 1 02 01 32 Biaya Beasiswa Tugas Belajar S2
5 1 02 01 33 Biaya Beasiswa Tugas Belajar S3
5 1 02 01 34 Biaya Kursus-kursus Singkat/Pelatihan
5 1 02 01 35 Biaya Sosialisasi
5 1 02 01 36 Biaya Bimbingan Teknis
5 1 02 01 37 Biaya Kepesertaan

5 1 02 02 Biaya Administrasi Kantor


5 1 02 02 01 Biaya Perjalanan Dinas Dalam Daerah
5 1 02 02 02 Biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah
5 1 02 02 03 Biaya Perjalanan Pindah Tugas Dalam Daerah
5 1 02 02 04 Biaya Perjalanan Pindah Tugas Luar Daerah

Biaya Pemulangan Pegawai yang Pensiun Dalam


5 1 02 02 05
Daerah
Biaya Pemulangan Pegawai yang Pensiun Luar
5 1 02 02 06
Daerah
Biaya Pemulangan Pegawai yang Tewas dalam
5 1 02 02 07
Melaksanakan Tugas

5 1 02 03 Biaya Pemeliharaan Umum dan Administrasi


5 1 02 03 01 Biaya Pemeliharaan Peralatan Kantor
5 1 02 03 02 Biaya Pemeliharaan Alat RT
5 1 02 03 03 Biaya Pemeliharaan Gedung Tempat Kerja/Kantor
5 1 02 03 04 Biaya Pemeliharaan Gedung Tempat Tinggal
5 1 02 03 05 Biaya Pemeliharaan Bangunan Air (Irigasi)
5 1 02 03 06 Biaya Pemeliharaan Instalasi Air Minum / Bersih
5 1 02 03 07 Biaya Pemeliharaan Jaringan Air Minum
5 1 02 03 08 Biaya Pemeliharaan Jaringan Listrik
5 1 02 03 09 Biaya Pemeiiharaan Jaringan Telepon
5 1 02 03 10 Biaya Pemeliharaan Jaringan Komputer
5 1 02 03 11 Biaya Pemeliharaan Taman dan Halaman Kantor
5 1 02 03 12 Biaya Pemeliharaan Pagar dan Tanaman
5 1 02 03 13 Biaya Pemeliharaan Alat-alai Besar
5 1 02 03 14 Biaya Pemeliharaan Alat-aiat Besar Darat
5 1 02 03 15 Biaya Pemeliharaan Alat Angkutan Darat
Biaya Pemeliharaan Alat Angkutan Darat Tidak
5 1 02 03 16
Bermotor
5 1 02 03 17 Biaya Pemeliharaan Komputer
5 1 02 03 18 Biaya Pemeliharaan Meja dan Kursi
5 1 02 03 19 Biaya Pemeliharaan AC
5 1 02 03 20 Biaya Pemeliharaan Genset
5 1 02 03 21 Biaya Pemeliharaan Alat-alat Studio dan Alat
Komunikasi
5 1 02 03 22 Biaya Pemeliharaan Alat-alat Kedokteran
5 1 02 03 23 Biaya Pemeliharaan Alat-alat Kesehatan
5 1 02 03 24 Biaya Pemeliharaan Alat-alat Laboratorium
5 1 02 03 25 Biaya Pemeliharaan Peralatan Dapur
5 1 02 03 26 Biaya Pemeliharaan Instalasi Air Limbah/Kotor
5 1 02 03 27 Biaya Pemeliharaan Peralatan Gedung Kantor
5 1 02 03 28 Biaya Pemeliharaan Periengkapan Gedung Kantor
5 1 02 03 29 Biaya Pemeliharaan Gedung dan Peralatan Sekolah

5 1 02 04 Biaya Barang dan Jasa Umum dan Administrasi


5 1 02 04 01 Biaya Alat Tubs Kantor
5 1 02 04 02 Biaya Dokumen/Administrasi Tender
5 1 02 04 03 Biaya Alat Listrik dan Elektronik
5 1 02 04 04 Biaya Perangko, Meterai, dan Benda Pos Lainnya
5 1 02 04 05 Biaya Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih
5 1 02 04 06 Biaya Bahan Bakar Minyak/Gas
5 1 02 04 07 Biaya Pengisian Tabung Pemadam Kebakaran
5 1 02 04 08 Biaya Pengisian Tabung Gas
5 1 02 04 09 Biaya Penyediaan Papan Peringatan
5 1 02 04 10 Biaya Alat RT Pakai Habis
5 1 02 04 11 Biaya Bahan Baku Bangunan
5 1 02 04 12 Biaya Bahan/Bibit Tanaman
5 1 02 04 13 Biaya Bahan Kimia
5 1 02 04 14 Biaya Bahan Percontohan
5 1 02 04 15 Biaya Telepon
5 1 02 04 16 Biaya Air
5 1 02 04 17 Biaya Listrik
5 1 02 04 18 Biaya Surat Kabar/Majalah
5 1 02 04 19 Biaya Jasa Piket
5 1 02 04 20 Biaya Jasa Kebersihan
5 1 02 04 21 Biaya Jasa Pengamanan Kantor/Rumah Sakit
5 1 02 04 22 Biaya Jasa Penguburan Pasien Tidak Mampu
5 1 02 04 23 Biaya Jasa Pemeriksaan Kesehatan
5 1 02 04 24 Biaya Premi Asuransi Kesehatan
5 1 02 04 25 Biaya Premi Asuransi Barang Milik Daerah
5 1 02 04 26 Biaya Jasa Service
5 1 02 04 27 Biaya Penggantian Suku Cadang
5 1 02 04 28 Biaya BBM/Gas dan Pelumas
5 1 02 04 29 Biaya Jasa KIR
5 1 02 04 30 Biaya SINK
5 1 02 04 31 Biaya Perpanjangan SIM
5 1 02 04 32 Biaya Cetak
5 1 02 04 33 Biaya Penggandaan
5 1 02 04 34 Biaya Sewa Rumah Jabatan/Rumah Dinas
5 1 02 04 35 Biaya Sewa Gedung/Kantor/Tempat
5 1 02 04 36 Biaya Sewa Ruang Rapat/Pertemuan
Biaya Sewa Tempat Parkir/Uang Tambat/Hanggar
5 1 02 04 37
Sarana Mobilitas
5 1 02 04 38 Biaya Sewa Penginapan/Hotel
5 1 02 04 39 Biaya Sewa Lapangan
5 1 02 04 40 Biaya Sewa Sarana Mobilitas Darat
5 1 02 04 41 Biaya Sewa Sarana Mobilitas Air
5 1 02 04 42 Biaya Sewa Sarana Mobilitas Udara
5 1 02 04 43 Biaya Sewa Eskavator
5 1 02 04 44 Biaya Sewa Buidoser
5 1 02 04 45 Biaya Sewa Meja Kursi
5 1 02 04 46 Biaya Sewa Komputer dan Printer
5 1 02 04 47 Biaya Sewa Proyektor
5 1 02 04 48 Biaya Sewa Generator
5 1 02 04 49 Biaya Sewa Tenda
5 1 02 04 50 Biaya Sewa Pakaian Adat/Tradisional
5 1 02 04 51 Biaya Sewa Perlengkapan Laboratorium
5 1 02 04 52 Biaya Sewa Sound System
5 1 02 04 53 Biaya Sewa Panggung dan Perlengkapannya
5 1 02 04 54 Biaya Makanan dan Minuman Harian Pegawai
5 1 02 04 55 Biaya Makanan dan Minuman Harian Rapat
5 1 02 04 56 Biaya Makanan dan Minuman Tamu
5 1 02 04 57 Biaya Makanan dan Minuman Kegiatan
5 1 02 04 58 Biaya Pakaian Sipil Harian (PSH)
5 1 02 04 59 Biaya Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
5 1 02 04 60 Biaya Pakaian Dinas Harian (PDH)
5 1 02 04 61 Biaya Pakaian Dinas Upacara (PDU)
5 1 02 04 62 Biaya Pakaian Sipil Resmi (PSR)
5 1 02 04 63 Biaya Pakaian Kerja Lapangan
5 1 02 04 64 Biaya Pakaian KORPRI
5 1 02 04 65 Biaya Pakaian Adat Daerah
5 1 02 04 66 Biaya Pakaian Batik Tradisional
5 1 02 04 67 Biaya Pakaian Olahraga
5 1 02 04 68 Biaya Pakaian Paskibra
Biaya Pakaian Seragam Sekolah
5 1 02 04 69
5 1 02 04 70 Biaya Akomodasi
5 1 02 04 71 Biaya Kehumasan
5 1 02 04 72 Biaya Beasiswa Tugas Belajar D3
5 1 02 04 73 Biaya Beasiswa Tugas Belajar Si
5 1 02 04 74 Biaya Beasiswa Tugas Belajar S2
5 1 02 04 75 Biaya Kursus-kursus Singkat/Pelatihan
5 1 02 04 76 Biaya Sosialisasi
5 1 02 04 77 Biaya Bimbingan Teknis
5 1 02 04 78 Biaya Kepesertaan

5 1 02 05 Biaya Promosi
5 1 02 05 01 Biaya Publikasi
5 1 02 06 Biaya Umum dan Administrasi Lain-lain
Biaya Penyusutan AT Umum dan Adm. – Peralatan
5 1 02 06 01
Dan Mesin
Biaya Penyusutan AT Umum dan Adm. - Gedung
5 1 02 06 02
Dan Bangunan
Biaya Penyusutan AT Umum dan Adm. - Jalan,
5 1 02 06 03
Irigasi, dan Jaringan
Biaya Penyusutan AT Umum dan Adm. - Aset Tetap
5 1 02 06 04
Lainnya
5 1 02 06 05 Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih

5 2 BIAYA NON OPERASIONAL

5 2 01 Biaya Bunga

5 2 01 01 Biaya Bunga
5 2 01 01 01 Biaya Bunga

5 2 02 Biaya Administrasi Bank

5 2 02 01 Biaya Administrasi Bank


5 2 02 01 01 Biaya Administrasi Bank

5 2 03 Biaya Non Operasional Lain-lain

5 2 03 01 Biaya Non Operasional


5 2 03 01 01 Biaya Non Operasional Lain-lain
2. Kode Akun Neraca

KODE AKUN NERACA

KODE REKENING URAIAN

1 ASET

1 1 ASET LANCAR

1 1 01 Kas dan Setara Kas


1 1 01 01 Kas dan Setara Kas di Bendahara Penerimaan
1 1 01 02 Kas dan Setara Kas di Bendahara Pengeluaran
1 1 01 03 Kas dan Setara Kas di Bendahara BLUD
1 1 01 04 Bank BNI Rek. Nomor……..
1 1 01 05 Bank BRI Rek. Nomor……..
1 1 01 06 Bank BJB Rek. Nomor……..
1 1 01 07 Bank Mandiri Rek. Nomor……..
1 1 01 08 Deposito < bulan

1 1 02 Investasi Jangka Pendek

1 1 02 01 Deposito
1 1 02 02 Saham
1 1 02 03 Obligasi Jangka Pendek

1 1 03 Piutang Usaha

1 1 03 01 Piutang Usaha Pasien Umum


1 1 03 01 01 Nama pasien a
1 1 03 01 02 Nama pasien b
1 1 03 01 03 Nama pasien c
1 1 03 01 04 Nama pasien d

1 1 03 02 Piutang Usaha Pasien Jamkesmas


1 1 03 02 01 Nama pasien a
1 1 03 02 02 Nama pasien b
1 1 03 02 03 Nama pasien c
1 1 03 02 04 Nama pasien d
1 1 03 03 Piutang Usaha Pasien PT Askes
1 1 03 03 01 Nama pasien a
1 1 03 03 02 Nama pasien b
1 1 03 03 03 Nama pasien c
1 1 03 03 04 Nama pasien d

1 1 03 04 Piutang Usaha Pasien Korporasi


1 1 03 04 01 Nama perusahaan a
1 1 03 04 02 Nama perusahaan b
1 1 03 04 03 Nama perusahaan c
1 1 03 04 04 Nama perusahaan d

1 1 03 05 Piutang Usaha Pasien lainnya


1 1 03 05 01 Nama perusahaan a
1 1 03 05 02 Nama perusahaan b
1 1 03 05 03 Nama perusahaan c
1 1 03 05 04 Nama perusahaan d

1 1 04 Piutang Lain-lain

1 1 04 01 Piutang Hasil Kerja Sama dengan Pihak Lain


1 1 04 02 Piutang Hasil Penjualan Kekayaan BLUD
1 1 04 03 Piutang Hasil Pemanfaatan Kekayaan BLUD
1 1 04 04 Piutang Hasil Investasi
1 1 04 05 Piutang Lainnya

1 1 05 Persediaan

1 1 05 01 Persediaan Alat Tulis Kantor


1 1 05 02 Persediaan Alat Listrik
1 1 05 03 Persediaan Material/ Bahan
1 1 05 04 Persediaan Benda-Benda Pos
1 1 05 05 Persediaan Bahan Bakar
1 1 05 06 Persediaan Bahan Makanan Pokok

1 1 06 Uang Muka

1 1 06 01 Uang Muka Kegiatan Fungsional


1 1 06 02 Uang Muka Kegiatan APBD Kota Depok
Uang Muka Kegiatan APBD Provinsi Jawa
1 1 06 03
Barat
1 1 06 04 Uang Muka Kegiatan APBN
1 1 07 Biaya dibayar dimuka

1 1 07 01 Biaya dibayar dimuka sewa gedung


1 1 07 02 Biaya dibayar dimuka ..................
1 1 07 03 Biaya dibayar dimuka ..................
1 1 07 04 Biaya dibayar dimuka ..................

1 1 08 Akumulasi Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Akumulasi Penyisihan Piutang Tak Tertagih


1 1 08 01
Piutang Jasa Layanan
Akumulasi Penyisihan Piutang Tak Tertagih -
1 1 08 01 01
Pasien UMUM
Akumulasi Penyisihan Piutang Tak Tertagih -
1 1 08 01 02
Pasien Jamkesmas
Akumulasi Penyisihan Piutang Tak Tertagih -
1 1 08 01 03
Pasien PT Askes
Akumulasi Penyisihan Piutang Tak Tertagih -
1 1 08 01 04
Pasien Korporasi
Akumulasi Penyisihan Piutang Tak Tertagih -
1 1 08 01 05
Pasien Jamkesda Kota Depok

Akumulasi Penyisihan Tak Tertagih - Piutang


1 1 08 02
Lain-lain
Akumulasi Penyisihan Piutang Hasil Kerja
1 1 08 02 01
sama dengan Pihak Lain
Akumulasi Penyisihan Piutang Hasil Penjualan
1 1 08 02 02
Kekayaan BLUD
Akumulasi Penyisihan Piutang Has
1 1 08 02 03
Pemanfaatan Kekayaan BLUD
1 1 08 02 04 Akumulasi Penyisihan Piutang Hasil Investasi
1 1 08 02 05 Akumulasi Penyisihan Piutang Lainnya

1 2 ASET TIDAK LANCAR

1 2 01 Investasi Jangka Panjang


1 2 01 01 Investasi Permanen
1 2 01 02 Investasi Non Permanen

1 2 02 Aset Tetap
1 2 02 01 Tanah
1 2 02 01 01 Tanah Sawah
1 2 02 01 02 Tanah Darat

1 2 02 02 Peralatan dan Mesin


1 2 02 02 01 Alat-alat Besar
1 2 02 02 02 Alat-Alat Angkutan
1 2 02 02 03 Alat-alat Bengkel
1 2 02 02 04 Alat-alat Pengolah Pertanian dan Peternakan
1 2 02 02 05 Peralatan Kantor
1 2 02 02 06 Perlengkapan Kantor
1 2 02 02 07 Komputer
1 2 02 02 08 Meubelair
1 2 02 02 08 Peralatan Dapur
1 2 02 02 10 Penghias Ruangan RT
1 2 02 02 11 Atat-alat Studio
1 2 02 02 12 Alat-alat Komunikasi
1 2 02 02 13 Alat-alat Ukur
1 2 02 02 14 Alat-atat Kedokteran
1 2 02 02 15 Alat-alat Laboratorium
1 2 02 02 16 Alat Persenjataan / Keamanan

1 2 02 03 Gedung dan Bangunan

1 2 02 03 01 Gedung Kantor
1 2 02 03 02 Rumah Jabatan/Dinas
1 2 02 03 03 Gudang
1 2 02 03 04 Monumen

1 2 02 04 Jalan, irigasi, dan Jaringan

1 2 02 04 01 Jalan
1 2 02 04 02 Jembatan
1 2 02 04 03 Jaringan Air
1 2 02 04 04 Penerangan Jalan, Taman, dan Hutan Kota
1 3 02 04 05 instalasi Listrik dan Telepon

1 2 03 05 Aset Tetap Lainnya

1 2 03 05 01 Buku dan Kepustakaan


1 2 03 05 02 Barang Bercorak Kesenian dan Kebudayaan
1 2 03 05 03 Hewan, Ternak dan Tanaman

1 2 03 06 Konstruksi dalam Pengerjaan

1 2 03 07 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Peralatan


1 2 03 07 01
dan Mesin
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Gedung dan
1 2 03 07 02
Bangunan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Jalan,
1 2 03 07 03
Irigasi, dan Jaringan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Aset Tetap
1 2 03 07 04
Lainnya

1 2 03 08 Aset Tidak Lancar Lainnya

1 2 03 08 01 Aset Tak Berwujud


1 2 03 08 02 Aset Kemitraan dengan Pihak Lain
1 2 03 08 03 Aset Sewa Guna Usaha
Aset Tetap yang Dihentikan dari Penggunaan
1 2 03 08 04
Aktif
1 2 03 08 05 Lain-lain

1 2 03 09 01 Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud


1 2 03 09 02 Akumulasi Penyusutan ATDPA
1 2 03 09 03 Akumulasi Penyusutan ATDPA
1 2 03 09 04 Akumulasi Penyusutan lain-lain

2 KEWAJIBAN

2 1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

2 1 UTANG USAHA

2 1 01 Utang Usaha
2 1 01 01 01 Suplier A
02 Suplier B
03 Suplier C

2 1 02 Utang Pajak

2 1 02 01 Utang Pajak
2 1 02 01 01 Utang PPN
2 1 02 01 02 Utang PPh 21
2 1 02 01 03 Utang PPh 22
2 1 02 01 04 Utang PPh 23
2 1 02 01 05 Utang PPh 25
2 1 02 01 06 Utang PBB

2 1 03 Pendapatan Diterima Dimuka


2 1 03 01 Pendapatan Diterima di Muka dan Jamkesmas
2 1 03 01 01 Pendapatan diterima di Muka dari Jamkesmas

Pendapatan Diterima di Muka atas


2 1 03 02
Pemanfaatan Aset Tetap
Pendapatan Sewa Gedung/Ruangan diterima di
2 1 03 02 01
Muka

Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin diterima


2 1 03 02 02
di Muka
Pendapatan Sewa Aset Tetap Lainnya diterima
2 1 03 02 03
di Muka

2 1 04 Uang Persediaan

2 1 04 01 Uang Persediaan Kegiatan APBD/APBN


Uang Persediaan Kegiatan APBD Kabupaten
2 1 04 01 01
Sukabumi
Uang Persediaan Kegiatan APBD Provinsi Jawa
2 1 04 01 02
Barat
2 1 04 01 03 Uang Persediaan Kegiatan APBN

2 1 05 Biaya yang Masih Harus Dibayar

2 1 05 01 Biaya yang Masih Harus Dibayar


2 1 05 01 01 Biaya Telepon yang Masih Harus Dibayar
2 1 05 01 02 Biaya Air/PDAM yang Masih Harus Dibayar
2 1 05 01 03 Biaya Listrik/PLN yang Masih Harus Dibayar

2 1 06 Titipan Pihak Ketiga

2 1 06 01 Titipan Pihak Ketiga


2 1 06 01 01 Askes
2 1 06 01 02 Taperum
2 1 06 01 03 Jasa Giro Jamkesmas

2 1 07 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Bagian Pokok Pinjaman Jatuh Tempo kepada


2 1 07 01
Bank
Bagian Pokok Pinjaman Jatuh Tempo kepada
2 1 07 02
Lembaga Keuangan
2 1 07 03 Bagian Pokok Pinjaman Jatuh Tempo kepada
selain Bank dan Lembaga Keuangan
2 1 08 Utang Bunga Pinjaman

2 1 08 01 Utang Bunga Pinjaman kepada Bank


Utang Bunga Pinjaman kepada Lembaga
2 1 08 02
Keuangan
2 1 08 03 Utang Bunga Pinjaman kepada Pihak Lain

2 1 09 Kewajiban Jangka Pendek Lainnya

2 2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

2 2 01 Utang Dalam Negeri

2 2 01 01 Utang Kepada Pemerintah Pusat


2 2 02 01 Utang Kepada Pemerintah Daerah
2 2 03 01 Utang Kepada Bank/Lembaga Keuangan
2 2 04 01 Utang Kepada Swasta/Non Pemerintah

3 EKUITAS

3 1 EKUITAS TIDAK TERIKAT

3 1 01 Ekuitas Tidak Terikat

3 1 01 01 Ekuitas Tidak Terikat


3 1 01 01 01 Ekuitas Awal
3 1 01 01 02 Akumulasi Surplus /(Defisit) S.d. Periode Lalu
3 1 01 01 03 Surplus /(Defisit) Tahun Berjalan
3 1 01 01 04 Ekuitas Hibah

3 2 EKUITAS TERIKAT

3 2 01 Ekuitas Terikat

3 2 01 01 Ekuitas Terikat Temporer


3 2 01 01 01 Sumbangan untuk aktivitas operasi tertentu
3 2 01 01 02 Investasi untuk jangka waktu tertentu
Dana yang penggunaanya ditentukan selama
3 2 01 01 03
periode tertentu dimasa depan
3 2 01 01 04 Dana untuk memperoleh aset tetap

3 2 01 02 Ekuitas Terikat Permanen


3 2 01 02 01 Tanah dan/atau Bangunan yang dibangun
untuk Tujuan Tertentu
3 2 01 02 02 Aset yang digunakan untuk investasi yang
mendatangkan pendapatan secara permanen.
3 2 01 02 03 Donasi pemerintah atau pihak lain
BAB VI
PENJELASAN AKUN

Penjelasan tentang kode akun dan deskripsinya secara rinci diharapkan dapat
menggambarkan transaksi atau informasi akuntansi secara tepat. Rincian kode
akun sebagaimana dalam (Lampiran I) sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari pedoman akuntansi ini.
Berikut ini diuraikan penjelasan masing-masing akun yang digunakan dalam
penyelenggaraan akuntansi BLUD RSUD berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan.

KODE AKUN NAMA AKUN

1 ASET
1.1 ASET LANCAR

1.1.01 Kas dan Setara Kas

1.1.01.01 Kas dan Setara Kas di Bendahara Penerimaan


1.1.01.01.01 Kas dan Setara Kas di Bendahara Penerimaan
Uang tunai dan saldo rekening pada bank yang berada
dalam pengelolaan Bendahara Penerima

1.1.01.02 Kas dan Setara Kas di Bendahara Pengeluaran


1.1.01.02.01 Kas dan Setara Kas di Bendahara Pengeluaran
Uang tunai dan saldo rekening pada bank yang ada di
Bendahara Pengeluaran APBD/APBN

1.1.01.03 Kas dan Setara Kas di Bendahara BLUD


1.1.01.03.01 Kas dan Setara Kas di Bendahara BLUD
Uang tunai dan saldo rekening pada bank yang ada di
Bendahara BLUD berasal dari pendapatan fungsional/jasa
layanan selain APBD/APBN
1.1.02 Investasi Jangka Pendek

1.1.02.01 Deposito
1.1.02.01.01 Deposito
(Saldo Deposito atau Simpanan di Bank yang akan
direalisasikan dalam waktu > 3 bulan s.d. 12 bulan sejak
tanggal Neraca)

1.1.02.02 Saham
1.1.02.02.01 Saham
(Saldo saham atau Penyertaan modal RSUD pada suatu
perusahaan/PT/yayasan/pihak lain yang akan
direalisasikan dalam waktu maksimal 12 bulan sejak
tanggal neraca)

1.1.02.03 Obligasi Jangka Pendek


1.1.02.03.01 Obligasi Jangka Pendek
(Saldo obligasi yang dimiliki RSUD yang akan
direalisasikan dalam waktu minimal 12 bulan sejak
tanggal neraca)

(Saldo obligasi yang dimiliki RSUD yang akan


direalisasikan dalam waktu maksimal 12 bulan sejak
tanggal neraca).
1.1.03 Piutang Usaha
(Saldo yang menunjukkan hak atau klaim tagih RSUD
kepada pihak lain yang berhubungan secara langsung
dengan pemberian barang/jasa oleh RSUD kepada pasien
baik berupa layanan kesehatan maupun layanan non
kesehatan, yang akan direalisasikan dalam waktu
maksimal 12 bulan sejak tanggal neraca). Piutang Usaha,
dibagi berdasarkan jenis/cara bayar pasien yaitu:
1. 1.1.03.01.xx Piutang Usaha Pasien Umum
2. 1.1.03.02.xx Piutang Usaha Pasien Jamkesmas
3. 1.1.03.03.xx Piutang Usaha Pasien PT Askes
4. 1.1.03.04.xx Piutang Usaha Pasien Korporasi
5. 1.1.03.05.xx Piutang Usaha Pasien masyarakat miskin
Kota Depok

1.1.04 Piutang Lain-Lain


a. (Saldo Piutang lain-lain yang timbul dari penyerahan
barang dan/atau jasa kepada pihak lain yang tidak
berhubungan dengan kegiatan pokok/operasional
RSUD, yang akan direalisasikan dalam waktu
maksimal 12 bulan sejak tanggal neraca yang terdiri
dari:
b. Piutang Hasil Kerja sama dengan Pihak Lain
c. (Saldo piutang yang timbul dari hasil kerja sama
BLUD dengan pihak lain)
d. Piutang Hasil Penjualan Kekayaan BLUD
e. (Saldo piutang yang timbul dari hasil penjualan
kekayaan BLUD sesuai ketentuan yang berlaku)
f. Piutang Hasil Pemanfaatan Kekayaan BLUD
g. (Saldo piutang yang timbul dari hasil kegiatan
pemanfaatan kekayaan milik BLUD. Termasuk piutang
ini yaitu piutang dari hasil kerja sama BLUD dengan
pihak lain seperti Parkir, Jasa Pedagang, Kantin,
Pengelolaan WC, & lain-lain.
h. Piutang Hasil Investasi
i. (Saldo piutang yang timbul dari kegiatan investasi
BLUD pada perusahaan/pihak lain, seperti Piutang
Dividen dan Piutang Sisa Hasil Usaha)
j. Piutang Lainnya
k. (Saldo piutang lainnya yang tidak termasuk dalam
kelompok piutang tersebut di atas)

1.1.05 Persediaan
(Saldo Persediaan yang dimiliki RSUD pada tanggal
Neraca berdasarkan hasil penghitungan fisik)
1.1.06 Uang Muka
(Saldo uang muka per tanggal Neraca yang belum
dipertanggungjawabkan pengeluarannya oleh pengelola
kegiatan)
Terdiri dari:
 1.1.06.01.xx Uang Muka Kegiatan Fungsional
 1.1.06.02.xx Uang Muka Kegiatan APBD Kota Depok
 1.1.06.03.xx Uang Muka Kegiatan APBD Provinsi Jawa
Barat
 1.1.06.04.xx Uang Muka Kegiatan APBN

1.1.07 Biaya dibayar dimuka


(Saldo biaya yang dibayar dimuka, yaitu biaya yang
sudah dibayar tetapi belum menjadi biaya karena
melewati periode akuntansi)

1.1.08 Akumulasi Penyisihan Piutang Tak Tertagih


(Saldo Akumulasi Penyisihan atas Piutang yang belum
tertagih per tanggal Neraca. Saldo ini akan mengurangi
saldo piutang usaha dan piutang lain-lain untuk
menghasilkan nilai tunai bersih yang diperkirakan dapat
direalisasikan)

1.2 ASET TIDAK LANCAR

1.2.01 INVESTASI JANGKA PANJANG


1.2.01.01 Investasi Non Permanen
(Saldo investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan per tanggal Neraca
yang disajikan berdasarkan biaya perolehan)
1.2.01.02 Investasi Permanen
(Saldo investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan per tanggal Neraca yang
disajikan berdasarkan biaya perolehan)

1.2.02 ASET TETAP

1.2.02.01 Tanah
(Saldo biaya perolehan dan biaya-biaya lain yang dapat
diatribusikan langsung/ dikapitalisasi ke biaya perolehan
Tanah yang dimiliki RSUD per tanggal Neraca)

1.2.02.02 Peralatan dan Mesin


(Saldo biaya perolehan dan biaya-biaya lain yang dapat
diatribusikan langsung/ dikapitalisasi ke biaya perolehan
Peralatan dan Mesin yang dimiliki RSUD per tanggal
Neraca)

1.2.02.03 Gedung dan Bangunan


(Saldo biaya perolehan dan biaya-biaya lain yang dapat
diatribusikan langsung/ dikapitalisasi ke biaya perolehan
gedung dan bangunan yang dimiliki RSUD per tanggal
Neraca. Tidak termasuk Konstruksi dalam Pengerjaan)

1.2.02.04 Jalan, Jaringan, dan Instalasi


(Saldo biaya perolehan dan biaya-biaya lain yang dapat
diatribusikan langsung/ dikapitalisasi ke biaya perolehan
Jalan, Jaringan dan Instalasi yang dimiliki RSUD
per tanggal Neraca)
1.2.02.05 Aset Tetap Lainnya
(Saldo biaya perolehan dan biaya-biaya lain yang dapat
diatribusikan langsung/ dikapitalisasi ke biaya perolehan
aset tetap yang tidak termasuk Tanah, Peralatan & Mesin,
Gedung & Bangunan, dan Jalan, Jaringan & Instalasi
yang dimiliki RSUD per tanggal Neraca)

1.2.02.06 Konstruksi dalam Pengerjaan


(Saldo biaya perolehan dan biaya-biaya yang dapat
diatribusikan langsung/ dikapitalisasi ke biaya perolehan
Konstruksi dalam Pengerjaan yang dimiliki RSUD
per tanggal Neraca)

1.2.02.07 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

(Saldo akumulasi penyusutan aset tetap sampai dengan


tanggal Neraca. Akun ini disajikan sebagai contra post
atau pengurang dari biaya perolehan Aset Tetap, tidak
termasuk Konstruksi dalam Pengerjaan, untuk
mendapatkan Nilai Buku Aset Tetap)

1.2.02.08 Aset Tak Berwujud


(Saldo aset tak berwujud, seperti Licensi & Franchise, Hak
Cipta, dan Hak Paten, per tanggal Neraca, sebelum
dikurangi Amortisasi)

1.2.02.09 Aset Kemitraan dengan Pihak Lain


(Saldo aset tetap yang timbul dari perjanjian kemitraan
RSUD dengan pihak lain pada tanggal Neraca. Terdiri dari
Aset KSO, Aset Sewa Guna Usaha, dan Aset Kemitraan
lainnya)
1.2.02.10 Aset Tetap yang Dihentikan dari Penggunaan Aktif
(ATDPA)
(Saldo Aset tetap RSUD yang telah dihentikan dari
penggunaan aktifnya dikarenakan
Usang/Rusak/Dirobohkan, Hilang, dan sebab-sebab
lainnya)

1.2.02.11 Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud


(Saldo akumulasi amortisasi aset tak bewujud sampai
dengan tanggal Neraca. Saldo akun ini disajikan sebagai
contra post atau pengurang dari biaya perolehan Aset Tak
Berwujud untuk mendapatkan Nilai Buku Aset Tetap).

1.2.02.12 Akumulasi Penyusutan ATDPA


(Saldo akumulasi penyusutan ATDPA sampai dengan
tanggal Neraca. Saldo akun ini disajikan sebagai contra
post atau pengurang dari akun ATDPA untuk
mendapatkan Nilai Buku ATDPA. Dibagi menjadi dua
objek akun yaitu Akumulasi Penyusutan ATDPA yang
Rusak/Usang/Dirobohkan dan Akumulasi Penyusutan
ATDPA yang Hilang)

2 KEWAJIBAN

2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


2.1.01 Utang Usaha
(Saldo utangRSUD kepada pihak penyedia barang/ jasa
yang berhubungan dengan kegiatan operasional RSUD.
Termasuk dalam akun ini adalah utang kepada supplier/
agen/ distributor obat/ alat kesehatan/ alat tulis kantor)
2.1.02 Utang Pajak
(Saldo pajak yang telah dipungut/dipotong oleh
Bendahara RSUD selaku Wajib Potong/Wajib Pungut
namun belum disetorkan ke Kas Negara/Kas Daerah
pada tanggal Neraca. Saldo akun ini juga termasuk
kewajiban perpajakan RSUD yang belum dilunasi pada
tanggal Neraca (dirinci per jenis Pajak)

2.1.03 Pendapatan Diterima Di Muka


(Saldo Kewajiban, dalam bentuk Kas dan Setara Kas,
yang telah diterima oleh RSUD dari pihak lain atas
barang/jasa yang belum diserahkan oleh RSUD kepada
pihak lainnya tersebut. Sehingga atas saldo akun ini
menjadi kewajiban bagi RSUD untuk melakukan
penyerahan barang/jasa kepada pihak lain. Akun ini
dirinci menjadi: (1) Atas Pelayanan Jamkesmas/SKTM,
dan (2) Dari Pemanfaatan Aset Tetap.

2.1.04 Uang Persediaan


(Saldo uang persediaan atau uang untuk dipertanggung
jawabkan yang masih berada di Bendahara atas kegiatan
APBD/APBN/APBD Provinsi namun pada tanggal Neraca
belum dipertanggungjawabkan atau disetor ke Kas
Daerah/ Kas Negara)

2.1.05 Biaya yang Masih Harus Dibayar


(Saldobiaya-
biayayangpadatanggalNeracatelahdiketahuijumlahnya
namun belum dilunasi oleh RSUD. Termasuk dalam akun
ini antara lain utang kepada PLN/PDAM/Telkom, utang
jasa pelayanan kesehatan kepada pegawai, dan biaya
terutang lainnya)
2.1.06 Titipan Pihak Ketiga
(Saldo kewajiban yang Kas dan Setara Kas-nya
merupakan milik pihak lain namun pada tanggal Neraca
masih berada dalam penguasaan RSUD. Misal Jasa Giro
Jamkesmas yang pada tanggal Neraca berada di rekening
RSUD namun berdasarkan ketentuan menjadi kewajiban
RSUD untuk menyetorkannya ke Kas Negara)

2.1.07 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang


Saldo Bagian dari Pokok pinjaman kepada Bank/
Lembaga Keuangan/ Pihak lain yang menjadi kewajiban
RSUD dan akan jatuh tempo dalam jangka waktu
maksimal 12 bulan sejak tanggal Neraca).

2.1.08 Utang Bunga Pinjaman


(Saldo bunga pinjaman yang menjadi kewajiban RSUD
dan akan jatuh tempo dalam jangka waktu maksimal 12
bulan sejak tanggal Neraca)

2.1.09 Kewajiban Jangka Pendek Lainnya


(Saldo kewajiban jangka pendek lainnya yang tidak
termasuk ke akun-akun yang sudah disebutkan di atas)

2.1 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


2.1.01 Utang Dalam Negeri
Utang dalam negeri yang menjadi kewajiban RSUD yang
akan jatuh tempo dalam jangka waktu maksimal 12
bulan sejak tanggal Neraca
3 EKUITAS
3.1 EKUITAS TIDAK TERIKAT
3.1.01 Ekuitas Tidak Terikat
3.1.01.01 Ekuitas Tidak Terikat
Saldo ekuitas per tanggal Neraca yang peruntukkannya
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu. Akun Ekuitas Tidak
Terikat terdiri dari:
a. Ekuitas Awal;
b. Akumulasi Surplus (Defisit) s.d. Periode Lalu;
c. Surplus (Defisit) Tahun Berjalan; dan
d. Ekuitas Donasi.

3.2.01 Ekuitas Terikat

3.2.01.01 Ekuitas Terikat Temporer


Saldo ekuitas per tanggal Neraca yang peruntukkannya
dibatasi untuk tujuan dan/atau jangka waktu tertentu
oleh pemerintah atau donatur, misalnya:
a. Sumbangan untuk aktivitas operasi tertentu;
b. Investasi untuk jangka waktu tertentu;
c. Dana yang penggunaanya ditentukan selama periode
tertentudimasa depan; dan
d. Dana untuk memperoleh aset tetap.
3.2.01.02 Ekuitas Terikat Permanen
Saldo ekuitas per tanggal Neraca yang peruntukkannya
dibatasi secara permanen oleh pemerintah atau donatur,
misalnya:
a. tanah dan/atau bangunan yang dibangun untuk tujuan
tertentu
b. Aset yang digunakan untuk investasi yang mendatangkan
pendapatan secara permanen.
Donasi pemerintah atau pihak lain.

4 PENDAPATAN

4.1 PENDAPATAN OPERASIONAL

4.1.01 Pendapatan Jasa Layanan

4.1.01.01 Pendapatan Jasa Layanan - Pasien Umum


Pendapatan yang bersumber dari pemberian barang/jasa
Iayanan oleh RSUD kepada pasien Umum.

4.1.01.02 Pendapatan Jasa Layanan - Pasien Jamkesmas


Pendapatan yang bersumber dari pemberian barang/jasa
Iayanan oleh RSUD kepada pasien Jamkesmas.

4.1.01.03 Pendapatan Jasa Layanan - Pasien PT Askes


Pendapatan yang bersumber dari pemberian barang/jasa
Iayanan oleh RSUD kepada pasien PT Askes.

4.1.01.04 Pendapatan Jasa Layanan - Pasien Korporasi


Pendapatan yang bersumber dari pemberian barang/jasa
Iayanan oleh RSUD kepada pasien korporasi.
4.1.01.05 Pendapatan Jasa Layanan - Pasien Masyarakat Miskin
Jamkesda
Pendapatan yang bersumber dari pemberian barang/jasa
Iayanan oleh RSUD kepada pasien masyarakat miskin
Kota Depok.

4.1.02 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan


4.1.02.01 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan - Pasien
Jamkesmas
Penyesuaian atas pendapatan yang telah diakui
sebelumnya atas pemberian barang/jasa Iayanan kepada
pasien Jamkesmas. Akun timbul karena adanya Kas dan
Setara Kas yang diterima RSUD Iebih kecil dari pada
klaim kepada Jamkesmas. Apabila Kas dan Setara Kas
yang diterima Iebih kecil dari pada klaim kepada
Jamkesmas maka akun ini didebet sebesar selisih antara
Kas dan Setara Kas yang diterima dengan jumlah
pengakuan klaim/piutang. Klaim Jamkesmas merupakan
klaim penghitungan RSUD sebelum diverifikasi oleh
Verifikator Independen.
4.1.02.02 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan - Pasien PT
Askes
Penyesuaian atas pendapatan yang telah diakui
sebelumnya atas pemberian barang/jasa Iayanan kepada
pasien PT Askes. Akun timbul karena adanya Kas dan
Setara Kas yang diterima RSUD Iebih kecil daripada
klaim kepada PT Askes. Apabila Kas dan Setara Kas yang
diterima Iebih kecil dari pada klaim kepada PT Askes
maka akun ini didebet sebesar selisih antara Kas dan
Setara Kas yang diterima dengan jumlah pengakuan
klaim/piutang.

4.1.02.03 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan - Pasien


Korporasi
Penyesuaian atas pendapatan yang telah diakui
sebelumnya atas pemberian barang/jasa layanan kepada
pasien korporasi. Akun timbul karena adanya Kas dan
Setara Kas yang diterima RSUD lebih kecil daripada
klaim kepada korporasi. Apabila Kas dan Setara Kas yang
diterima lebih kecil daripada klaim kepada korporasi
maka akun ini didebet sebesar selisih antara Kas dan
Setara Kas yang diterima dengan jumlah pengakuan
klaim/piutang.
4.1.02.04 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan- Pasien
Jamkesda
Penyesuaian atas pendapatan yang telah diakui
sebelumnya atas pemberian barang/jasa layanan kepada
pasien masyarakat miskin Kota Depok. Akun timbul
karena adanya Kas dan Setara Kas yang diterima RSUD
lebih kecil dari pada klaim kepada Pemerintah Kota
Depok. Apabila Kas dan Setara Kas yang diterima lebih
kecil daripada klaim kepada Pemerintah Kota Depok
maka akun ini didebet sebesar selisih antara Kas dan
Setara Kas yang diterima dengan jumlah pengakuan
klaim/piutang.

4.1.03 Pendapatan Hibah


Pendapatan hibah baik yang terikat maupun tidak terikat
dalam bentuk kas dan setara kas, yang diterima RSUD
dari pihak lain.

4.1.04 Pendapatan Hasil Kerjasama dengan Pihak Lain


Pendapatan dari hasil kerja sama dengan pihak lain
selama periode tertentu. Contoh yang termasuk dalam
akun ini antar lain Pendapatan dari kerjasama
pendidikan dan latihan/ penelitian, kerjasama SIM RS,
dll

4.1.05 Pendapatan dari APBD Kota Depok


Penerimaan kas dan setara kas dari pencairan SP2D
untuk membiayai kegiatan yang dananya bersumber dari
APBD Kota Depok
4.1.06 Pendapatan dari APBD Provinsi Jawa Barat
(Jumlah penerimaan Kas dan Setara Kas dari pencairan
SP2D untukmembiayai kegiatan yang dananya bersumber
dari APBD Provinsi Jawa Barat)

4.1.07 Pendapatan dari APBN


Penerimaan kas dan setara kas dari pencairan SP2D
untuk membiayai kegiatan yang dananya bersumber dari
APBN/Pemerintah dalam rangka pelaksanaan
dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan dan lain-lain.
Dalam akun ini tidak termasuk SP2D untuk uang
persedian/UP dan tambahan uang persediaan/TUP

4.1.08 Lain-lain pendapatan BLUD yang Sah


Pendapatan BLUD yang sah antara lain terdiri dari:
a. Hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan
b. Hasil pemanfaatan kekayaan

4.2. PENDAPATAN NON OPERASIONAL

4.2.01 Pendapatan jasa giro


4.2.02 Pendapatan bunga bank
4.2.03 Pendapatan selisih kurs
4.2.04 Pendapatan non operasional lainnya (komisi, potongan
ataupun bentuk lain sebagai akibat dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa BLUD
5 BIAYA
5.1 BIAYA OPERASIONAL
5.1.01 Biaya Pelayanan
5.1.01.01 Biaya Pegawai Pelayanan
Biaya pegawai PNS dan Non PNS yang berada di unit-unit
pelayanan kesehatan kepada pasien/pihak lain. Dalam
akun ini termasuk realisasi biaya pegawai non medis
yang ditempatkan di unit-unit pelayanan kesehatan

5.1.01.02 Biaya Bahan Pelayanan


Biaya untuk memperoleh bahan pelayanan yang
digunakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan

5.1.01.03 Biaya Jasa Pelayanan


Biaya untuk memperoleh jasa pelayanan yang digunakan
oleh unit/instalasi pelayanan kesehatan

5.1.01.04 Biaya Pemeliharaan Pelayanan


Biaya untuk melakukan pemeliharaan aset tetap
dan/atau aset tetap lainnya yang digunakan oleh
unit/instalasi pelayanan kesehatan

5.1.01.05 Biaya Barang dan Jasa Pelayanan


Biaya untuk memperoleh Barang dan Jasa yang
digunakan oleh unit/instalasi pelayanan kesehatan

5.1.01.06 Biaya Pelayanan Lain-lain


Biaya selain biaya 5.1.01.01 s.d. 5.1.01.05 yang
digunakan oleh unit/instalasi pelayanan kesehatan
selama periode tertentu. Termasuk dalam akun ini adalah
Biaya Penyusutan Aset Tetap Pelayanan
5.1.02 Biaya Umum dan Administrasi
5.1.02.01 Biaya Pegawai Umum dan Administrasi
Biaya pegawai PNS dan Non PNS yang berada di
unit/bidang/bagian/instalasi non pelayanan kesehatan
selama periode tertentu. Dalam akun ini termasuk
realisasi biaya pegawai medis yang ditempatkan di
unit-unit/bidang/bagian non pelayanan kesehatan

5.1.02.02 Biaya Administrasi Kantor


Biaya sehubungan dengan pelaksanaan administrasi
kantor pada unit/bidang/bagian/instalasi non pelayanan
kesehatan.

5.1.02.03 Biaya Pemeliharaan Umum dan Administrasi


Biaya untuk melakukan pemeliharaan aset
tetap dan/atau asset tetap lainnya yang digunakan oleh
unit/ bidang/bagian/instalasi non pelayanan kesehatan

5.1.02.04 Biaya Barang dan Jasa Umum dan Administrasi


Biaya untuk memperoleh barang dan jasa yang
digunakan oleh unit/bidang/bagian/instalasi non
pelayanan kesehatan

5.1.02.05 Biaya Promosi


Biaya untuk melakukan promosi yang digunakan oleh
unit/ bidang/ bagian /instalasi non pelayanan kesehatan

5.1.02.06 Biaya Umum dan Administrasi Lain-lain


(Jumlah biaya selain biaya 5.1.02.01 s.d. 5.1.02.05 yg
digunakan oleh unit/bidang/bagian/instalasi non
pelayanan kesehatan selama periode tertentu. Termasuk
dalam akun ini adalah Biaya Penyusutan Aset Tetap
Umum dan Administrasi)
5.2 BIAYA NON OPERASIONAL
Biaya Bunga
5.2.01 Biaya yang timbul sehubungan dengan adanya bunga
pinjaman kepada pihak lain

5.2.02 Biaya Administrasi Bank


Biaya yang timbul sehubungan dengan administrasi bank
yang dibebankan pada RSUD selaku nasabah bank.

5.2.03 Biaya Non Operasional Lain-lain


(Jumlah biaya non operasional selama periode tertentu
selain yang telah disebutkan sebelumnya)

6 SURPLUS/(DEFISIT)

6.1 SURPLUS/(DEFISIT)

6.1.01 Surplus/Defisit
(Jumlah defisit/surplus yang timbul dari transaksi atas
aktivitas normal RSUD selama periode tertentu akuntansi).

6.2 SURPLUS/(DEFISIT) POS-POS LUAR BIASA


6.2.01 Pos-pos Luar Biasa
(Jumlah pendapatan dan biaya yang timbul dari akibat
kejadian yang sifatnya luar biasa di luar aktivitas normal
RSUD dan tidak diharapkan berulang)
BAB VII
AKUNTANSI
A. Ketentuan Umum
Sub Bagian Keuangan, dalam hal ini fungsi akuntansi bertanggungjawab
terhadap pembukuan transaksi keuangan yang timbul dari kegiatan RSUD
sesuai bukti transaksi yang diterima dari bidang dan atau unit kerja lainnya.
1 Pengakuan transaksi keuangan RSUD dicatat dengan metode akrual yang
berarti aset (hak) dan kewajiban begitu pula pendapatan dan biaya diakui
pada periode terjadinya, walaupun penerimaan atas aset dan pendapatan
serta pengeluaran untuk kewajiban dan biaya dapat terjadi dalam periode
yang tidak sama.
2 Pembukuan transaksi sejenis yang terjadi berulang-ulang, seperti
transaksi penerimaan dan pengeluaran uang dicatat ke dalam jurnal
khusus, yaitu jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas.
3 Transaksi-transaksi yang telah dicatat ke dalam buku-buku harian/jurnal
secara periodik (mingguan/bulanan) diikhtisarkan dan kemudian
dibukukan (posting) ke dalam buku besar kecuali untuk transaksi yang
dinyatakan harus dilakukan posting setiap kali terjadi transaksi.
4 Neraca lajur bulanan disusun berdasarkan angka-angka penjumlahan sisi
debet dan kredit dalam buku besar pada bulan yang bersangkutan.
5 Dari Neraca Lajur dibuat dalam rangka penyusunan laporan keuangan
semester dan tahunan yang terdiri dari:
1) Neraca; dan
2) Laporan operasional.
6 Buku-buku pembantu diselenggarakan sebagai rincian dari akun-akun
buku besar tertentu yang memerlukan buku pembantu. Saldo buku
pembantu akhir bulan dilakukan rekonsiliasi atau cross check terhadap
saldo buku besar yang bersangkutan.
B. Persamaan Akuntansi

Transaksi bisnis (business transaction) merupakan kejadian ekonomis BLUD


RSUD Kota Depok yang secara langsung mempengaruhi kondisi keuangan
atau hasil operasi dan harus di catat oleh BLUD RSUD Kota Depok.

Transaksi bisnis dapat dibedakan menurut sumbernya yaitu transaksi


internal yang meliputi transaksi antar pihak pada BLUD RSUD Kota Depok
dan transaksi eksternal yang meliputi transaksi di luar BLUD RSUD Kota
Depok.

Setiap transaksi yang terjadi akan mempengaruhi kekayaan dan sumber


pembelanjaan, dimana unsur tersebut selalu ada kesamaan yang biasanya
dinyatakan dalam persamaan akuntansi. Kekayaan yang dimiliki disebut aset
yang menunjukkan bentuk kekayaan atau sumber daya yang dimilki.
Sedangkan sumber pembelanjaan menunjukkan siapa yang membelanjai
kekayaan/sumber daya tersebut . Sumber pembelanjaan dapat berasal dari
kreditur/pemberi pinjaman yang disebut kewajiban/utang (liabilities) dan
pemilik dalam hal ini Pemerintah Kota Depok yang disebut ekuitas dimana
selaku pemilik mempunyai hak atas surplus yang diperoleh BLUD RSUD
Kota Depok sewaktu-waktu ditarik kembali, serta pendapatan BLUD RSUD
yang diperkenankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Dengan demikian
persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:

Aset =Kewajiban + Ekuitas


C. Siklus Akuntasi

Hasil akhir dan proses pengakuan dan pencatatan transaksi keuangan


adalah laporan keuangan utama terdiri dari neraca, laporan operasional,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan serta ikhtisar-ikhtisar
yang diperlukan untuk mendukung angka laporan keuangan.

Secara garis besar, siklus akuntansi RSUD Kota Depok dapat di gambarkan
sebagai berikut:

1. Bukti Transaksi
Setiap transaksi yang terjadi harus disertai bukti transaksi, yang

berguna untuk memastikan keabsahan transaksi yang di catat. Selain itu,


berguna juga sebagai bahan rujukan jika terjadi masalah di kemudian
hari.Bukti transaksi berdasarkan sumbernya dapat dibedakan sebagai
bukti internal dan bukti eksternal.

Macam-macam bukti antara lain berupa bukti penerimaan kas, bukti


pengeluaran kas, bukti jurnal dan bukti transaksi lainnya yang dapat
mendukung suatu transaksi.
2. Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama (book of original entry)yang


di buat berdasarkan bukti transaksi. Jurnal berfungsi untuk
menyediakan catatan lengkap dan permanen dari semua transaksi BLUD
RSUD yang di susun secara kronologis atau sesuai urutan terjadinya
transaksi sebagai referensi di masa yang akan datang. Namun, sebelum
transaksi di catat ke dalam jurnal terlebih dulu diperlukan langkah
analisis transaksi untuk mengetahui pengaruh transaksi terhadap akun-
akun yang ada dalam persamaan akuntansi atau akun lawan. Setiap
transaksi di catat dengan menggunakan sistem akuntansi berpasangan
(double entry system) sehingga paling sedikit suatu transaksi akan
mempengaruhi dua akun.
Langkah –langkah dalam menganalisis transaksi yaitu sebagai berikut:

1) Tentukan atau identifikasi jenis akun yang akan dipengaruhi oleh


transaksi (akun aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan atau biaya).
2) Tentukan akibat atau pengaruh transaksi terhadap akun, sehingga
terjadi penambahan atau pengurangan.
3) Tentukan posisi debet atau kredit atas akun yang dipengaruhi oleh
transaksi.
4) Catat debet atau kredit pada jurnal.

Jurnal yang digunakan, diantaranya jurnal umum, jurnal khusus


(penerimaan kas dan pengeluaran kas), jurnal penyesuaian, jurnal
penutup dan jurnal pembalik.
Bentuk jurnal umum adalah sebagai berikut:

Bukti Uraian Kode Nama Debet7) Kredit8)


Tanggal1) Transaksi2) Transaksi3) Akun4) Akun5) Referensi6) Rp Rp

Keterangan:
1) Kolom tanggal diisi dengan tahun, bulan, dan hari terjadinya
transaksi.
2) Kolom bukti transaksi diisi dengan bukti-bukti atau dokumen
sumber yang terkait dengan terjadinya transaksi, misal nomor
kuitansi, faktur penjualan,bukti transfer, rekening koran bank, surat
tanda setoran (STS), berita acara pemeriksaan fisik, berita acara
penerimaan barang dan lain-lain.
3) Kolom uraian transaksi diisi dengan penjelasan singkat dari suatu
transaksi.
4) Kolom kode akun diisi dengan delapan digit/angka rincian obyek
akun, misal 21030101 adalah kode akun "pendapatan diterima di
muka dari Jamkesmas".
5) Kolom nama akun diisi dengan nama rincian obyek akun.
6) Kolom referensi diisi dengan kode posting (pencatatan) transaksi ke
buku besar. Tidak ada yang dicatat pada kolom ini sampai suatu
transaksi dipindahkan ke akun buku besar.
7) Kolom debet diisi dengan nilai rupiah dari suatu akun (sampai dua
digit di belakang koma).
8) Kolom kreditdiisi dengan nilai rupiah dari suatu akun (sampai dua
digit di belakang koma).
Berikut jurnal pada fungsi akuntansi atas transaksi-transaksi di BLUD
RSUD.

1) Jurnal Khusus Penerimaan Kas

Jurnal khusus penerimaan kas merupakan jurnal yang digunakan


untuk mencatat transaksi yang sejenis berupa penerimaan kas dan
sering terjadi.
(1) Penerimaan kas jasa layanan kesehatan berupa layanan dari
instalasi (rawat jalan, rawat inap, laboratorium dll), penerimaan ini
merupakan penerimaan pada loket/kasir pembayaran pelayanan
rawat jalan atau poliklinik .

Jurnal:

Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx

pada Pendapatan Jasa Layanan (K) Rp xxx


(2) Penerimaan kas dari penagihan piutang, yaitu pelunasan piutang
baik dari hasil penagihan maupun pelunasan langsung dari pasien
atau penanggung jawab pembayaran/tagihan.

Jurnal:

Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx

pada Piutang (K) Rp xxx


(3) Penerimaan kas dari hibah, yaitu penerimaan hibah berupa uang
tunai dari pihak ketiga baik melalui uang tunai ataupun bank.

Jurnal:

Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx

pada Pendapatan Hibah (K) Rp xxx


(4) Penerimaan kas dari hasil kerjasama dengan pihak lain, yaitu
perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha
lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLUD.

Jurnal:

Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx


pada Pendapatan Kerjasama
dengan pihak lain (K) Rp xxx

(5) Penerimaan kas dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah, yaitu
pendapatan antara lain hasil penjualan kekayaan yang tidak
dipisahkan, hasil pemanfaatan kekayaan, jasa giro, pendapatan
bunga bank, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing, komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
BLUD, hasil investasi.

Jurnal
Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx
pada Pendapatan Lain-lain (K) Rp xxx

(6) Penerimaan kas dari pemungutan pajak, yaitu penerimaan


berkaitan dengan kewajiban Bendahara selaku wajib pungut pajak
dari transaksi yang dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Jurnal:
Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx
pada Hutang Pajak (K) Rp xxx
(7) Penerimaan kas dari titipan/panjar biaya pelayanan, yaitu
penerimaan berkaitan dengan adanya pembayaran di muka dari
masyarakat/pasien untuk biaya pelayanan kesehatan.
Jurnal:
Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx
pada Uang Titipan (K) Rp xxx
(8) Penerimaan kas dari droping kementerian kesehatan melalui bank
BRI untuk pembayaran klaim pelayanan Jamkesmas yang
prosedurnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jurnal:
Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx
pada Pendapatan diterima dimuka (K) Rp xxx

2) Jurnal Khusus Pengeluaran Kas

Jurnal khusus pengeluaran kas merupakan jurnal yang digunakan


untuk mencatat transaksi yang sejenis berupa pengeluaran kas dan
sering terjadi.
(1) Pembelian barang dan/atau jasa
Pengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa untuk
kegiatan BLUD antara untuk pembelian obat, alat kesehatan,
bahan habis pakai medis dan non medis.
Jurnal:
Aset (D) Rp xxx
Biaya (D) Rp xxx
pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx

(2) Pembayaran utang, yaitu pembayaran kewajiban kepada pihak


ketiga, kepada pegawai dan kepada pihak lainnya.
Jurnal:
Utang (D) Rp xxx
pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx
(3) Pembayaran uang muka/panjar
Jurnal:
Uang muka/panjar (D) Rp xxx
pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx

(4) Penyetoran sisa UP/TUP, yaitu uang persediaan dan tambahan


uang persediaan yang tidak digunakan, pada akhir tahun
anggaran disetorkan
Jurnal:
Utang UP/TUP (D) Rp xxx
pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx

(5) Penyetoran hasil pemungutan pajak, yaitu sesuai dengan


ketentuan perpajakan terhadap pungutan pajak yang menjadi
kewajiban bendahara selaku wajib pungut, menyetorkan secara
periodik atau berkala.
Jurnal:
Utang Pajak (D) Rp xxx
pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx

(6) Pengembalian uang titipan dari jasa layanan, yaitu pengembalian


atas penerimaan sementara yang akan dikembalikan atau
diperhitungkan dengan tagihan jasa layanan.
Jurnal:
Utang Titipan (D) Rp xxx
pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx

(7) Pembayaran klaim Jamkesmas, yaitu pembayaran klaim dari uang


titipin/uang muka Jamkesmas yang berada di rekening BRI,
dibayarkan kepada bendahara BLUD/penerimaan setelah melalui
proses verifikasi independen.
Jurnal:
Pendapatan diterima dimuka (D) Rp xxx
pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx
3) Jurnal APBD/APBN
(1) Penerimaan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Uang
Persediaan (UP)/Tambahan Uang Persediaan (TUP), adalah
dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang
diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)/Bendahara
Umum Negara (BUN) berdasarkan SPM kepada Bendahara
Pengeluaran yang dipergunakan sebagai uang persediaan/
tambahan uang persediaan untuk mendanai kegiatan.

Jurnal:

Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx

pada Uang Persediaan (Utang) (K) Rp xxx


(2) Penerimaan SP2D Ganti Uang (GU), adalah dokumen yang
digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh
BUD/BUN berdasarkan SPM kepada Bendahara Pengeluaran yang
dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah
dibelanjakan.

Jurnal penerimaan SP2D GU dilakukan pernjurnalan baik untuk


penerimaan sebagai penggantian uang yang telah dibelanjakan
dan sekaligus sebagai pertanggungjawaban/SPJ atas belanja yang
telah dilakukan.

Jurnal sebagai penggantian uang:

Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx

pada Pendapatan APBD/APBN (K) Rp xxx

Jurnal sebagai pertanggungjawaban/SPJ:

Aset (D) Rp xxx

Biaya (D) Rp xxx

pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx


(3) Penerimaan SP2D Langsung (LS), adalah dokumen yang
digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh
BUD/BUN berdasarkan SPM kepada pihak ketiga.

Jurnal:

Aset (D) Rp xxx

Biaya (D) Rp xxx

pada Pendapatan APBD/APBN (K) Rp xxx

(4) Penerimaan SP2D Nihil/SPJ Pengesahan Terakhir, adalah


dokumen yang digunakan sebagai dasar pertanggungjawaban atas
belanja yang telah dilakukan dan perhitungan atas hutang uang
persediaan/tambahan uang persediaan.
Jurnal:
Aset (D) Rp xxx
Biaya (D) Rp xxx
pada Pendapatan APBD/APBN (K) Rp xxx
(jurnal pertanggungjawaban dan pendapatan atas belanja)
Hutang UP (D) Rp xxx
pada Kas dan Setara Kas (K) Rp xxx
(Jurnal perhitungan hutang UP/TUP)
Catatan: pengeluaran kas yang dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran APBD/APBN sampai dengan penerbitan Surat
Perintah Membayar (SPM), Fungsi akuntansi mencatat sebagai
Pro Memori (PM).
4) Jurnal Umum
(1) Pencatatan piutang, yaitu pencatatan apabila tagihan kepada
pasien belum dibayar, tagihan atas hasil kerjasama dan tagihan
lainnya.
Jurnal:

Piutang (D) Rp xxx

pada Pendapatan Jasa layanan (K) Rp xxx

Pendapatan hasil kerjasama (K) Rp xxx

(2) Pencatatan utang, yaitu pencatatan atas transaksi pembelian


barang dan/atau jasa yang belum di bayar dan
kewajiban-kewajiban lainnya atas suatu transaksi yang belum
dibayar/dilunasi oleh BLUD RSUD.
Jurnal:
Aset (D) Rp xxx
Biaya (D) Rp xxx
pada Utang (K) Rp xxx
(3) Pencatatan penerimaan hibah aset, yaitu penerimaan hibah
berupa barang dari pihak ketiga/masyarakat.
Jurnal:
Aset (D) Rp xxx
pada Ekuitas donasi (K) Rp xxx
(4) Pencatatan aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif
(ATDPA), yaitu suatu aset yang sebelumnya digunakan, yang
karena alasan tertentu (ketinggalan teknologi/usang, rusak) aset
tersebut tidak dioperasikan lagi.
Jurnal:

Aset tidak lancar lainnya (D) Rp xxx

pada Aset tetap (K) Rp xxx


(5) Pencatatan penghapusan aset tetap, yaitu untuk mencatat aset
tetap yang telah dihapuskan atau dijual. Apabila penjualan
tersebut diterima kas, maka jurnal penerimaan melalui jurnal
khusus penerimaan kas. Tata cara penghapusan aset tetap sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Jurnal:

Akumulasi penyusutan AT (D) Rp xxx

Surplus/(Defisit) (D) Rp xxx

pada Aset tetap (K) Rp xxx


(6) Penghapusan piutang, yaitu apabila setelah melalui proses sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, piutang tersebut dinyatakan tidak
dapat ditagih secara mutlak dimana BLUD RSUD tidak lagi
mempunyai kewajiban untuk melakukan penagihan. Namun,
apabila penghapusan piutang dinyatakan sebagai penghapasan
piutang bersyarat maka, BLUD RSUD tetap berkewajiban
melakukan penagihan. Terhadap piutang yang dihapuskan dicatat
secara ekstra komtabel.
Jurnal:

Cadangan penghapusan piutang (D) Rp xxx

Surplus/(defisit) (D) Rp xxx

pada Piutang (K) Rp xxx


(7) Mutasi Aset, yaitu apabila terjadi pemindahan baik penambahan
atau pengurangan aset dari atau ke SKPD lainnya.
Penerimaan aset dari unit kerja/SKPD lainnya.

Jurnal:

Aset tetap (D) Rp xxx

pada Ekuitas donasi (K) Rp xxx


Pengeluaran aset untuk unit kerja/SKPD lainnya.

Jurnal:

Ekuitas donasi (D) Rp xxx

pada Aset tetap (K) Rp xxx

3. Buku Besar
Setelah proses jurnal, maka selanjutnya pemindahbukuan (posting),
berdasarkan kelompok akun yang telah ditentukan sebelumnya.

Apabila rincian suatu buku besar diperlukan, maka dibuat buku besar
pembantu yang akan dicocokkan dengan saldo akun buku besar yang
bersangkutan. Buku besar pembantu (Lampiran XII) yang digunakan
antara lain adalah:

1) Kartu Piutang, yang memuat masing-masing debitur;


2) Kartu Utang, yang memuat masing-masing kreditur;
3) Uang Muka, yang memuat masing-masing penerima panjar;
4) Kartu inventaris; dan
5) Aset tetap.

4. Neraca Saldo
1) Manfaat Neraca saldo

Setelah transaksi di catat dalam jurnal, kemudian


dipindahkanbukukan ke akun-akun buku besar, saldo setiap akun
dapat di hitung. Jika jumlah saldo debit lebih besar dari jumlah
kredit, maka saldo akunnya debit. Sebaliknya, jika jumlah debit lebih
kecil dari jumlah kredit, maka saldo akunnya kredit. Kesamaan
jumlah debit dan kredit dalam buku besar harus selalu di periksa.
Selanjut, pada setiap akhir periode hasil pemeriksaan saldo-saldo
akun tersebut di susun dalam bentuk neraca saldo.
Neraca saldo (trial balance) merupakan daftar saldo-saldo akun yang
ada dalam buku besar. Penyusunan neraca saldo, antara lain berguna
untuk :

(1) Menunjukkan ringkasan akun-akun buku besar yang berguna


sebagai informasi penyusunan laporan neraca, surplus/defisit
dan ekuitas.
(2) Melakukan pengujian keseimbangan jumlah debit dan kredit
dalam buku besar dan ketepatan perhitungannya dalm
pembukuan selama periode yang bersangkutan.
Namun demikian neraca saldo tersebut tidak mutlak harus
dikerjakan/ diselenggarakan dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Neraca saldo di buat atau di susun sebagai alat untuk
memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan.

2) Keterbatasan Neraca saldo


Neraca saldo yang di buat merupakan dasar penyusunan laporan
keuangan. Namun, informasi yang disajikan dalam neraca saldo
memiliki keterbatasan dan kadangkala tidak menunjukkan data yang
sebenarnya, antara lain:

(1) Hanya menunjukkan saldo-saldo akun yang sudah di catat,


sedangkan pada akhir periode ada beberapa transaksi yang belum
di catat dan harus di akui, sehingga perlu disesuaikan agar dapat
digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
(2) Jumlah debet dan kredit yang seharusnya sama tidak selalu
menunjukkan kebenaran, disebabkan antara lain:
a. transaksi tidak di catat; dan
b. kesalahan pencatatan baik jumlah, pencatatan ganda dan
pencatan pada akun yang tidak tepat.
5. Jurnal Penyesuaian
Setiap akun yang tampak dalam laporan keuangan haruslah
menunjukkan nilai yang semestinya, terutama transaksi-transaksi yang
berkaitan dengan pendapatan dan biaya.Oleh karena itu agar pendapatan
dan seluruh biaya yang berhubungan dapat dibandingkan, perlu adanya
jurnal penyesuaian (adjusting entries) atas saldo akun yang di buat pada
setiap akhir periode akuntansi.

(1) Pendapatan yang masih harus di terima


Jurnal:
Pendapatan ymh.diterima (D) Rp xxx
pada Pendapatan (K) Rp xxx
(2) Biaya yang di bayar di muka,dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
saat pembayaran diakui sebagai aset dan saat pembayaran diakui
sebagai biaya.
a. Pembayaran diakui sebagai aset, jurnal:
Pada saat pembayaran, jurnal:
Biaya dibayar dimuka (D) Rp xxx
pada Kas dan setara kas (K) Rp xxx

Pada saat penyesuaian, jurnal:


Biaya (D) Rp xxx
pada Biaya dibayar dimuka (K) Rp xxx
b. Pembayaran diakui sebagai biaya, jurnal:
Pada saat pembayaran, jurnal:
Biaya (D) Rp xxx
pada Kas dan setara kas (K) Rp xxx
Pada saat penyesuaian, jurnal:
Biaya dibayar dimuka (D) Rp xxx
pada Biaya (K) Rp xxx
(3) Pendapatan yang di terima dimuka, dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu saat penerimaan diakui sebagai utang dan saat
penerimaan diakui sebagai pendapatan.
a. Penerimaan diakui sebagai utang, jurnal:
Pada saat penerimaan, jurnal:
Kas dan setara kas (D) Rp xxx
pada Pend. yang diterima dimuka (K) Rp xxx
Pada saat penyesuaian, jurnal:
Pend. yang di terima dimuka (D) Rp xxx
pada Pendapatan (K) Rp xxx
b. Penerimaan diakui sebagai pendapatan, jurnal:
Pada saat penerimaan, jurnal:
Kas dan setara kas (D) Rp xxx
pada Pendapatan (K) Rp xxx
Pada saat penyesuaian, jurnal:
Pendapatan (D) Rp xxx
pada Pend. yang diterima dimuka (K) Rp xxx

(4) Biaya yang masih harus di bayar, yaitu untuk mencatat biaya yang
sampai akhir periode akuntansi belum dilakukan pembayaran.
Jurnal:
Biaya (D) Rp xxx
pada Biaya ymh. Di bayar (K) Rp xxx
(5) Inventarisasi persediaan (stock opname).
Pada akhir periode akuntansi dilakukan inventarisasi persediaan
dalam rangka penyusunan laporan keuangan.Untuk itu diperlukan
jurnal penyesuaian karena penggunaan sistem atau perlakuan
akuntansi tertentu.
Pembelian bahan (obat, alat tulis kantor).
Jurnal:
Biaya (D) Rp xxx
pada Kas dan setara kas (K) Rp xxx
Penyesuaian akhir periode akuntansi

Sesuai dengan hasil inventarisasi fisik (stock opname) dan dibuatkan


Berita Acara Pemeriksaan Persediaan.

Jurnal:

Persediaan (D) Rp xxx

pada Biaya (K) Rp xxx


6. Jurnal Koreksi

Kemungkinan terjadinya kesalahan ketika melakukan proses akuntansi


antara lain kesalahan suatu transaksi lupa tidak dibukukan, kesalahan
pencatatan angka dan akun, kesalahan pemindahbukuan. Kesalahan
tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan, ditemukan secara tidak
sengaja, diketahui adanya saldo yang tidak seimbang (balance).

Untuk melakukan koreksi atas kesalahan yang terjadi melalui jurnal


koreksi yang jurnalnya menyesuaikan tingkat kesalahan yang terjadi.

7. Neraca Lajur (Worksheet)


1) Pengertian

Neraca lajur (worksheet) adalah kertas berkolom yang digunakan


sebagai kertas kerja dalam rangka penyusunan laporan
keuangan.Neraca lajur digunakan untuk mengurangi kesalahan atas
ayat jurnal penyesuaian, untuk memeriksa ketepatan perhitungan,
untuk penyusunan data secara logis dan untuk memahami arus
data/informasi dari neraca saldo sampai dengan laporan keuangan.

Neraca lajur bukan merupakan dokumen akuntansi yang harus di


buat, melainkan merupakan dokumen pilihan yang di buat untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan.

2) Bentuk Neraca Lajur

Bentuk neraca lajur dengan menggunakan sepuluh kolom


(Lampiran X)
8. Jurnal Penutup
Tahap akhir dalam siklus akuntansi adalah jurnal penutup dengan
melakukan penutupan seluruh akun buku besar pada akhir periode
akuntansi.

Akun riil (real account) atau neraca akan terus diakumulasi dari dari satu
periode ke periode berikutnya, sedangkan akun nominal (nominal account)
tidak diakumulasikan karena hanya melaporkan akun dalam suatu
periode akuntansi.Akun nominal yang digunakan untuk menampung
pencatatan transaksi pendapatan dan biaya merupakan akun sementara .

Proses penutupan akun nominal adalah menutup seluruh akun


pendapatan dan biaya dengan cara memindahkan saldo akun kedalam
akun surplus/defisit.

9. Jurnal Pembalik (Reversing Entries)

Sebelum memulai proses akuntansi berikutnya, BLUD RSUD memerlukan


penyesuaian kembali untuk beberapa transaksi yang terjadi, terutama
untuk akun transitoris yang timbul dari penyesuaian pada saat akhir
periode akuntansi sebelumnya.
(1) Pendapatan yang masih harus di terima
Jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi

Pendapatan ymh.diterima (D) Rp xxx

pada Pendapatan (K) Rp xxx


Jurnal pembalik pada awal periode akuntansi

Pendapatan (D) Rp xxx

pada Pendapatan ymh. Di terima (K) Rp xxx


(2) Biaya yang di bayar di muka
a. Pembayaran diakui sebagai aset, jurnal:
Pada saat penyesuaian, jurnal:
Biaya (D) Rp xxx
pada Biaya dibayar dimuka (K) Rp xxx

Jurnal balik awal periode akuntansi:


Biaya dibayar dimuka (D) Rp xxx
pada Biaya (K) Rp xxx
b. Pembayaran diakui sebagai biaya, jurnal:
Pada saat penyesuaian, jurnal:
Biaya dibayar dimuka (D) Rp xxx
pada Biaya (K) Rp xxx

Jurnal balik awal periode akuntansi:


Biaya (D) Rp xxx
pada Biaya dibayar dimuka (K) Rp xxx

(3) Pendapatan yang di terima dimuka


a. Penerimaan diakui sebagai utang, jurnal:
Pada saat penyesuaian, jurnal:
Pend. yang di terima dimuka (D) Rp xxx
pada Pendapatan (K) Rp xxx
Jurnal pembalik awal periode akuntansi:
Pendapatan (D) Rp xxx
pada Pend. yang diterima dimuka (K) Rp xxx
b. Penerimaan diakui sebagai pendapatan, jurnal:
Pada saat penyesuaian, jurnal:
Pendapatan (D) Rp xxx
pada Pend. yang diterima dimuka (K) Rp xxx
Jurnal pembalik awal periode akuntansi:
Pend. yang diterima dimuka (D) Rp xxx
pada Pendapatan (K) Rp xxx

(4) Biaya yang masih harus di bayar


Pada saat penyesuaian, jurnal:
Biaya (D) Rp xxx
pada Biaya ymh. Di bayar (K) Rp xxx
Jurnal pembalik awal periode akuntansi:
Biaya ymh.di bayar (D) Rp xxx
pada Biaya (K) Rp xxx
BAB VIII
LAPORAN

A. Pengertian
Laporan keuangan merupakan dasar untuk menentukan atau melihat
posisi keuangan BLUD RSUD.Informasi mengenai posisi keuangan berguna
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan.

1. Tujuan Umum
1). Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
sumber-sumber ekonomi, kewajiban, serta pendanaan BLUD RSUD.
2). Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam sumber-sumber ekonomi bersih yang timbul dari aktivitas
BLUD RSUD dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan.

3). Memberikan informasi keuangan untuk membantu para pemakai


laporan dalam mengestimasi potensi BLUD RSUD dalam rangka
pelayanan kesehatan.

4). Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam


sumber-sumber ekonomi dan kewajiban antara lain mengenai
aktivitas pembelanjaan dan investasi.

5). Mengungkapkan sebanyak mungkin informasi lainnya yang


berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pengguna laporan antara kebijakan akuntansi yang
ditetapkan.

2. Tujuan Kualitatif

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi


dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna yaitu sebagai berikut:
1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan


keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami
olah pengguna.Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi
dan bisnis, akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari
informasi dengan ketentuan yang wajar.Namun demikian,
informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan
bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh
pengguna tertentu.

2) Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi


kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan.
Informsi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan,
menegaskan, atau pengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa
lalu.

Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan


(confirmatory) berkait satu sama lain. Misalnya informasi struktur
dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pengguna ketika
mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang
merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan
penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu,
misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan
diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang
direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan
kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik
perhatian pengguna, seperti pembayaran dividen dan upah,
pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai
prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan
eksplisit.Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk
membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan
informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.Misalnya,
nilai prediktif laporan laba rugi (laporan operasional) dapat
ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak
biasa, abnormal, dan jarang terjadi diungkap secara terpisah.

Materialitas

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.


Dalam beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk
menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru
dapat mempengaruhi nilai risiko dan peluang yang dihadapi
perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitas dan hasil yang
dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam
kasus lain, baik hakikat maupun materialitas dipandang penting,
misalnya jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.

Informasi dipandang material kalau kelalaian/kesalahan


mencantumkan dalam mencatat informasi dapat mempengaruhi
keputusanekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan
keuangan.Materialitas bergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian

dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat


(misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu
ambang batas atau titik pemisah suatu karakteristik kualitatif
pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.

3) Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi


memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
penggunaanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan.

Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya


tidak dapat diandalkan, maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan
dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum
masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan
untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca,
meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta
keadaan dari tuntutan tersebut.

(1) Penyajian Jujur

Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan


denganjujur transaksi sertaperistiwa lainnya yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan
dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk
aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan (rumah sakit) pada
tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.

(2) Substansi Menggungguli Bentuk (Substance over form)

Laporan keuangan disusun menggunakan prinsip


substance over form (substansi mengungguli bentuk) yang
berarti bahwa transaksi serta peristiwa lain dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan
bukan hanya bentuk formal/hukumnya.
Substansi transaksi atau peristiwa tidak selalu konsisten
dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.

Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak


konsisten/berbeda dengan aspek formal/hukumnya, maka
hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.

(3) Netralitas

Informasi harus diarahkan ada kebutuhan umum pengguna,


dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak
tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut
akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan
yang berlawanan.

(4) Pertimbangan Sehat

Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi


ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti
ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa
manfaat gedung serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan
garansi yang mungkin timbul.Ketidakpastian semacam itu
diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dan
dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam
penyusunan laporan keuangan.Pertimbangan sehat
mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban
atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.
(5) Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan


haruslengkap dalam batasan materialitas dan
biaya.Kesengajaan untuktidak mengungkapkan (omission)
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan
tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.

4) Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan


perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan.Pengguna juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan
penyajian dampak keuangan dari transaksi danperistiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan
tersebut antar periode perusahaan yang sama dan untuk
perusahaan yang berbeda.

Berhubung pengguna ingin membandingkan posisi keuangan,


kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka
perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya
dalam laporan keuangan.

B. Keterbatasan Laporan Keuangan

Selain memiliki manfaat, laporan keuangan juga memiliki beberapa


keterbatasan, yaitu:

1. Disusun berdasarkan data historis yang kejadiannya (transaksi) sudah


terjadi/berlalu.
2. Dalam laporan keuangan terkadang terdapat pendapat pribadi
(personal judgement).
3. Laporan keuangan yang di susun atas dasar konsep going concern,
menyajikan nilai buku aset tetap berdasarkan harga perolehannya yang
belum tentu sama dengan harga pada saat laporan keuangan di susun.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif terhadap ketidakpastian
penilaian suatu akun, yang biasanya dipilih alternatif yang
menghasilkan surplus/keuntungan atau nilai aset yang paling kecil.
5. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi menyebabkan terjadinya
perbedaan dalm penilaian terhadap sumber-sumber ekonomis dan
ketidaksesuaian antar penyelenggara akuntansi.
6. Laporan keuangan di susun dengan menggunakan istilah-istilah teknis
akuntansi dengan asumsi pengguna laporan keuangan dapat
memahami istilah-istilah tersebut.

C. Komponen Laporan Keuangan

Komponen laporan keuangan (financial statement) Badan Layanan Umum


Daerah (BLUD) RSUD Kota Depok terdiri dari:
1. Neraca (balance sheet), menyajikan informasi berkaitan dengan akun
riil yang terdiri dari akun aset, kewajiban dan ekuitas.
2. Laporan operasional, adalah laporan yang berisi informasi atas
aktivitas selama periode tertentu yang disajikan dalam akun nominal
yaitu pendapatan dan biaya.
3. Laporan arus kas (cash flow statement), menyajikan informasi tentang
perubahan atau aliran kas selama satu periode akuntansi.
4. Catatan atas laporan keuangan, meliputi penjelasan atau daftar terinci
serta analisis nilai suatu akun yang disajikan dalam neraca, laporan
operasional dan laporan arus kas.
Dalam rangka pengungkapan yang memadai, catatan atas laporan
keuangan memuat informasi antara lain:
1). Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi
makro, pencapaian target dan kendala dalam mencapai target yang
telah ditetapkan.
2). Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama periode
pelaporan.
3). Menyajikan tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi
dan kejadian penting lainnya.
4). Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.
5). Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar.
D. Periode Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang wajib dibuat oleh BLUD RSUD Kota Depok dan
disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) Kota
Depok adalah sebagai berikut:
1. Laporan Triwulan
Setiap triwulan menyusun dan menyampaikan laporan operasional
dan laporan arus kas, paling lambat lima belas hari setelah periode
pelaporan berakhir dan disahkan oleh PPKD.
2. Laporan Semester
Setiap semester menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
lengkap terdiri dari neraca, laporan operasional, laporan arus kas
dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan kinerja, paling
lambat dua bulan setelah periode pelaporan berakhir dan disahkan
oleh PPKD.
3. Laporan Tahunan
Setiap tahun menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
lengkap terdiri dari neraca, laporan operasional, laporan arus kas
dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan kinerja, paling
lambat dua bulan setelah periode pelaporan berakhir dan disahkan
oleh PPKD.

WALIKOTA DEPOK,

H. NUR MAHMUDI ISMA’IL


DAFTAR FORMAT

NO NOMOR URAIAN
FORMAT
1 Format I Neraca
2 Format II Laporan Operasional
3 Format III Laporan Arus Kas
4 Format IV Catatan Atas Laporan Keuangan
5 Format V Buku Jurnal Umum
6 Format VI Buku Jurnal Penerimaan Kas
7 Format VII Buku Jurnal Pengeluaran Kas
8 Format VIII Neraca Lajur
9 Format IX Buku Besar
10 Format X Buku Besar Pembantu
11 Format XI Memorial Jurnal
12 Format XII Daftar Piutang Usaha
13 Format XIII Daftar Piutang Lain-Lain
14 Format XIV Daftar Penyisihan Piutang
15 Format XV Daftar Saldo Persediaan
16 Format XVI Daftar Saldo Uang Muka Kegiatan
17 Format XVII Rekapitulasi Aset Tetap
18 Format XVIII Daftar Aset Tetap Tanah
19 Format XIX Alat Angkut Kendaraan Bermotor Dan Alat Berat
20 Format XX Diluar Alat Angkut Kendaraan Bermotor
21 Format XXI Gedung Dan Bangunan

22 Format XXII Jalan, Jaringan Dan Irigasi

23 Format XXIII Aset Tetap Lainnya

24 Format XXIV Daftar Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)

25 Format XXV Rekapitulasi Aset Lainnya

26 Format XXVI Aset Tidak Berwujud

27 Format XXVII Aset Kemitraan


28 Format XXVIII Aset Tetap Yang Dihentikan Dari Penggunaan Aktif

29 Format XXIX Daftar Aset Lain-Lain


30 Format XXX Kewajiban Jangka Pendek
31 Format XXXI Daftar Kewajiban Jangka Pendek (Utang Usaha)

32 Format XXXII Daftar Kewajiban Jangka Pendek (Utang Pajak)

33 Format XXXIII Daftar Kewajiban Jangka Pendek (Pendapatan Diterima Dimuka)

34 Format XXXIV Daftar Kewajiban Jangka Pendek (Biaya Yang Masih Harus
Dibayar)

35 Format XXXV Daftar Kewajiban Jangka Pendek (Titipan Pihak Ketiga)

36 Format XXXVI Daftar Kewajiban Jangka Pendek (Utang Jangka Panjang Dan
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang)
37 Format XXXVII Daftar Kewajiban Jangka Pendek (Kewajiban Jangka Pendek
Lainnya)
38 Format XXXVIII Daftar Ekuitas Terikat
39 Format XXXIX Laporan Pendapatan BLUD Per Triwulan
40 Format XL Laporan Pengeluaran Biaya BLUD
41 Format XLI Daftar Perjanjian Kerjasama

WALIKOTA DEPOK,

H. NUR MAHMUDI ISMA’IL


FORMAT I
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK

NERACA

PER 31 DEMBER 201x

31 DESEMBER 201x 31 DESEMBER 20X0


URAIAN REFF
Rp Rp

I. ASET
1. ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Usaha
Akumulasi Penyisihan Piutang Usaha
Piutang Lain-lain
Persediaan
Uang Muka
Biaya Dibayar Dimuka
Jumlah Aset Lancar

2. ASET TIDAK LANCAR

1). INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Non Permanen
Investasi Permanen

2). ASET TETAP


Tanah
Gedung dan Bangunan
Peralatan dan Mesin
Jalan, Irigasi dan Jaringan

Aktiva Tetap Lainnya


Jumlah Aset Tetap

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap


Nilai Buku Aset Tetap

3). ASET TIDAK LANCAR LAINNYA


Kontruksi dalam Pengerjaan

Aset Tak Berwujud

Aset Kemitraan dengan Pihak Lain

Aset Tetap yang Dihentikan dari


Penggunaan Aktif

Aset Lai-lain

Jumlah Aset Tidak Lancar


T TOTAL ASET

II. KEWAJIBAN
1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Usaha
Utang Pajak
Pendapatan diterima dimuka
Uang Persediaan
Biaya yang Masih Harus Dibayar
Titipan Pihak Ketiga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Utang Bunga Pinjaman
Kewajiban Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek

2. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang

JUMLAH KEWAJIBAN

III. EKUITAS
1. EKUITAS TIDAK TERIKAT
Ekuitas Awal
Akumulasi Surplus / (Defisit) Tahun Lalu
Surplus / (Defisit) Tahun Berjalan
Ekuitas Donasi
Jumlah Ekuitas Tidak Terikat

2. EKUITAS TERIKAT
Ekuitas Terikat Temporer
Ekuitas Terikat Permanen
Jumlah Ekuitas Terikat

JUMLAH EKUITAS

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS


FORMAT II

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK

LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 201x

REALISASI (Rp)
URAIAN REFF
TAHUN 201x TAHUN 20X0

I. PENDAPATAN OPERASIONAL

1.Pendapatan jasa layanan Halaman ..


2.Pendapatan hibah Halaman ..
3.Pendapatan hasil kerjasama Halaman ..
4.Pendapatan APBD/APBN Halaman ..
5.Pendapatan operasional lainnya Halaman ..
6.Ditambah/(dikurangi) penyesuaian pendapatan Halaman ..
Jumlah Pendapatan Operasional (I)

II. BIAYA OPERASIONAL

1.Biaya Pelayanan

a.Biaya pegawai Halaman ..

b.Biaya bahan Halaman ..

c.Biaya jasa pelayanan Halaman ..

d.Biaya Pemeliharaan Halaman ..

e.Biaya Barang dan Jasa Halaman ..

f.Biaya Penyusutan Halaman ..

g.Biaya Pelayanan Lain-lain Halaman ..

Jumlah Biaya Pelayanan (II.1)

2.Biaya Umum dan Administrasi

a.Biaya Pegawai Halaman ..

b.Biaya Administrasi Kantor Halaman ..

c.Biaya Pemeliharaan Halaman ..

d.Biaya Barang dan Jasa Halaman ..


e.Biaya Promosi Halaman ..

f.Biaya Penyusutan dan Penyisihan Halaman ..

g.Biaya Umum dan Administrasi Lainnya Halaman ..


Jumlah Biaya Umum dan Administrasi (II.2)

Jumlah Biaya Operasional (II)

III. SURPLUS/(DEFISIT) OPERASIONAL ( I - II )

IV. PENDAPATAN DAN BIAYA NON OPERASIONAL

1.Pendapatan Non Operasional

a.Pendapatan bunga bank Halaman ..

b.Pendapatan selisih kurs/nilai tukar uang asing Halaman ..

c.Pendapatan non operasional lainnya Halaman ..

Jumlah Pendapatan Non Operasional (IV.1)

2. Biaya Non Operasional

a.Biaya Bunga Halaman ..

b.Biaya Administrasi Bank Halaman ..

c.Biaya Non Operasional Lainnya Halaman ..

Jumlah Biaya Non Operasional (IV.2)

V. SURPLUS/(DEFISIT) ( III + IV.1 - IV.2 )


FORMAT III

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK


LAPORAN ARUS KAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 201x

TAHUN 201x
URAIAN
(Rp)

A. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Arus Kas Masuk

Pendapatan Jasa Layanan


Pendapatan hibah (tunai)
Pendapatan hasil kerjasama
Pendapatan APBD/APBN
Lain-lain Pendapatan operasi yang sah

Jumlah Arus Kas Masuk

Arus Kas Keluar

Biaya Operasional
Biaya Pelayanan
Biaya Umum dan Administrasi

Biaya Non Operasional


Biaya Administrasi Bank

Jumlah Arus Kas Keluar

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi

B. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Arus Kas Masuk


Pendapatan Hibah
Hasil Penjualan Aset Tetap
Hasil Penjualan Investasi Jangka Panjang
Hasil Penjualan Aset Lainnya

Jumlah Arus Kas Masuk

Arus Kas Keluar

Perolehan Investasi Jangka Panjang


Perolehan Aset Tetap
Jumlah Perolehan Aset Tetap

Perolehan Aset Lainnya

Jumlah Arus Kas Keluar

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi

C. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Arus Kas Masuk

Pinjaman jangka pendek


Pinjaman jangka panjang

Jumlah Arus Kas Masuk

Arus Kas Keluar

Pembayaran utang pembiayaan

Jumlah Arus Kas Keluar

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan

Kenaikan/Penurunan Bersih Kas dan Setara


Kas

Saldo Awal Kas dan Setara Kas RSUD

Saldo Akhir Kas dan Setara Kas RSUD


FORMAT IV
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

A. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan ini adalah sebagai wujud
pertanggungjawaban dan akuntabilitas RSUD Kota Depok sebagai Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dalam melaksanakan pengelolaan keuangan
Tahun ..... dan untuk kepentingan pengambilan keputusan oleh pengambil
kebijakan publik di lingkungan Pemerintah Kota Depok.

B. KEBIJAKANKEUANGAN

Kebijakan keuangan RSUD Kota Depok secara umum berisi:


1. Perencanaan dan alokasi anggaran didasarkan pada program dan kegiatan
yang telah ditetapkan yang berorientasi pada kinerja.
2. Pengelolaan anggaran dilaksanakan secara tertib, transparan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dapat
dipertanggungjawabkan dengan memperhatikan azas keadilan dan
kesesuaian.
3. Pengalokasian anggaran didasarkan pada kebijakan dasar Rumah Sakit
yang dituangkan dalam perencanaan strategis sebagai berikut:
1). Perbaikan mutu pelayanan
2). Perbaikan manajemen sumberdaya manusia
3). Penataan kelembagaan (struktur dan sistem)
4). .....
5). .....
Penetapan kebijakan dasar anggaran tersebut diprioritaskan ke dalam
sasaran-sasaran strategis sebagai berikut:
1. Peningkatan akuntabilitas publik atas pelayanan kepada masyarakat
2. Terselenggaranya produk layanan berbasis standar mutu tinggi
3. ....
4. ....
5.

C. ENTITASPELAPORANKEUANGANDAERAH

RSUD Kota Depok adalah instansi dilingkungan Pemerintah Kota Depok


sesuai dengandenganPeraturan Daerah Kota Depok Nomor 08
Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota
Depok Tahun 2008 Nomor 08) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kota Depok Nomor 06 Tahun 2010 (Lembaran Daerah Kota Depok
Tahun 2010 Nomor 06).

D. BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN


KEUANGAN

Basis akuntansi yang dipergunakan oleh RSUD Kota Depok adalah accrual
basis. RSUD Kota Depok telah ditetapkan sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK BLUD) secara penuh per 1 Januari 2012 berdasarkan
Keputusan Walikota Depok Nomor : 903/454/Kpts/Bapp/Huk/2011 Tahun
2011 tanggal 1 Novemberdan Peraturan Daerah Kota Depok Nomer 46 Tahun
2011 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok (Berita Daerah Kota
Depok Tahun 2011 Nomer 46);sehingga dalam beberapa hal pengelolaan
keuangannya berbeda dengan akuntansi satuan kerja lainnya di lingkungan
Pemerintah Kota Depok, yaitu:

1. Dalam rangka pengelolaan kas RSUD Kota Depok, rumah sakit dapat
langsung menggunakan pendapatannya tanpa menyetorkan terlebih
dahulu ke kas daerah. RSUD Kota Depok juga dapat menyimpan dan
mengelola rekening bank, mendapatkan sumber dana untuk menutup
defisit dan memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh
dana tambahan.
2. RSUD Kota Depok diperbolehkan memberikan piutang sehubungan
dengan penyerahan barang, jasa dan/atau transaksi lainnya yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatannya.

3. RSUD Kota Depok dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan


operasional dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain.

E. ORGANISASI RSUD KOTA DEPOK

Struktur Organisasi RSUD Kota Depok ditetapkan dengan Peraturan Daerah


Kota Depok Nomor 06 tahun 2010 Tanggal21 Desember 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomer 08 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah.

Susunan Dewan Pengawas RSUD Kota Depok yang di angkat berdasarkan


surat keputusan walikota adalah sebagai berikut:
1. Ketua
2. Anggota
3. Sekretaris
RSUD Kota Depok dipimpin seorang Direktur yang dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh:
1. Kepala Bagian Tata Usaha
2. Kepala Bidang Pelayanan Medis
3. Kepala Bidang Keperawatan
4. Kepala Bidang Penunjang
5. Kepala Sub Bagian Umum, Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
6. Kepala Sub Bagian Keuangan
7. Kepala Seksi Pelayanan Medis
8. Kepala Seksi Pelayanan Non Medis
9. Kepala Seksi Penunjang Medis
10. Kepala Seksi Penunjang Non Medis
11. Kepala Seksi Rawat Inap/Jalan
12. Kepala Seksi Asuhan Keperawatan
Total jumlah karyawan BLUD RSUD Kota Depok per 31 Desember
201xadalah .... orang dengan komposisi sebagai berikut:
1). Struktural
1). PNS
2). Non PNS
2). Fungsional
1). PNS
2). Non PNS

F. PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

1. Kebijakan Aset
1). Aset Lancar
2). Aset Tidak Lacar
2. Kebijakan Kewajiban
1). Kewajiban Jangka Pendek
2). Kewajiban Jangka Panjang
3. Kebijakan Ekuitas
4. Kebijakan Pendapatan
5. Kebijakan Biaya
(masing -masing angka dari 1 sd 5 dijelaskan secara singkat sesuai pedoman
akutansi).

G. PENJELASAN POS- POS LAPORAN KEUANGAN

1. Kas dan setara kas


2. Piutang
3. Persediaan
4. Dst
FORMAT V
BUKU JURNAL UMUM

Kode
Tanggal Nomor Uraian Ref Debet Kredit
Akun
No.
Bukti (Nama Akun) Rp Rp
(Penjelasan
Transaksi)

Jumlah
FORMAT VI

Buku Jurnal Penerimaan Kas


Bulan : …………………………….
Debet Kredit
Nomor dan
Kas di Kas di Kas di Kode Nama Jumlah
Tanggal
Tgl Bendh. Bendh. Bendh. Uraian Ref. Akun Akun (Rp)
Bukti/
Pener. Pengel. BLUD
Dokumen
(Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

JUMLAH
FORMAT VII

Buku Jurnal Pengeluaran Kas


Bulan : …………………………….

Debet Kredit
Nomor dan
Kas di Kas di
Tanggal Tanggal Bukti/ Uraian Ref.
Kode Nama Jumlah Bendahara Bendahara
Dokumen
Akun Akun (Rp) Pengeluaran BLUD
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH
FORMAT VIII

NERACA LAJUR
(WORKSHEET)

Neraca Saldo
Laporan
Kode Neraca Saldo Penyesuaian Setelah Neraca
Nama Akun Operasional
Akun Penyesuaian
Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit
FORMAT IX

BUKU BESAR

Tanggal Uraian
(akhir Debet Kredit Saldo
(Jenis Jurnal ...)
bulan)
FORMAT X

BUKU BESAR PEMBANTU

Nama Akun : .........


Kode Akun : .........
Nomor
No. Tanggal Uraian Debet Kredit Saldo
Bukti
FORMAT XI

MEMORIAL JURNAL

Nomor : .........
Tanggal : .........
Unit Kerja/ Instalasi : .........
Kode Nama
Debet Kredit
Akun Akun

Jumlah
Keterangan :
............................................................................................................

............................................................................................................

............................................................................................................

Bukti Pendukung : Nomor Tanggal


1. ....
2. ....
3. ....

Dicatat
Diposting Diverifikasi Oleh:

................ ........... .........


FORMAT XII

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK

DAFTAR PIUTANG USAHA


Per Tanggal :

Kelompok Alamat Tanggal Jumlah


No. Nama
Pasien Lengkap Transaksi Rp

Jumlah

……….,………………………….
Mengetahui, Disetujui, Dibuat Oleh:
Kepala Sub
Direktur Bagian

(.....................) (.....................) (.....................)


NIP.
FORMAT XIII

DAFTAR PIUTANG LAIN-LAIN


Per Tanggal :

Kelompok Alamat Tanggal Jumlah


No. Nama
Pasien Lengkap Transaksi Rp

Jumlah

…………,…………………………….
Mengetahui, Disetujui, Dibuat Oleh:
Kepala Sub.
Direktur Bag Keu

(.....................) (.....................) (.....................)


NIP. NIP. NIP.
FORMAT XIV

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DAFTAR PENYISIHAN PIUTANG


Per Tanggal :

Beban
Jumlah Penyisihan
% Penyisihan Penyisihan Piutang
Piutang Piutang Tahun
No. Nama 201x

RP Piutang Tahun 201x Tahun 20X0 Rp

1 2 3 4 5=4 x 3 6 7=5-6

A 1 tahun s.d 2 tahun


Piutang Jasa Layanan
1 Kesehatan 25%
Piutang Jasa Layanan
2 Non Kesehatan 25%
3 Piutang Lain-lain 25%
Jumlah A

B 2 tahun s.d 3 tahun


Piutang Jasa Layanan
1 Kesehatan 50%
Piutang Jasa Layanan
2 Non Kesehatan 50%
3 Piutang Lain-lain 50%
Jumlah B

Total

…………,………
………
Mengetahui, Disetujui, Dibuat Oleh:
Kepala Sub.
Direktur Bag.Keu

(.....................) (.....................) (.....................)


NIP. NIP. NIP.
FORMAT XV

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DAFTAR SALDO PERSEDIAAN ...........


Per Tanggal : .......

Satuan / Unit Kerja:


Jenis Persediaan : Habis Pakai/Tak Habis Pakai/Bebas Pakai/Untuk Diserahkan (Coret yang tidak perlu)
Dalam Rp
Satuan Jumlah Harga Jumlah
No. Nama barang
Barang Satuan Rp

1 2 3 4 5 6=4x5

Total

…………..,………………
Penanggung
Mengetahui, jawab Dibuat Oleh:
Direktur Kepala Bidang

(.....................) (.....................) (.....................)


NIP. NIP. NIP.
FORMAT XVI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DAFTAR SALDO UANG MUKA KEGIATAN


Per Tanggal : .......

Nama
Jumlah Keterangan
Penanggung Batas Waktu
No. Nama Kegiatan
Jawab Pertanggungjawaban
Rp
Kegiatan
1 2 3 4 5 6

Total

……………,…………………………
Mengetahui, Disetujui, Dibuat Oleh:
Direktur Kepala Seksi

(.....................) (.....................) (.....................)


NIP. NIP. NIP.
FORMAT XXVII

DAFTAR ASET LAIN_LAIN


2. ASET KEMITRAAN
Per Tanggal……….

No Uraian Tahun Dokumen Pengadaan Asal Usul/ Harga Keterangan


Perolehan Sumber Perolehan
Nomor Tanggal Dana Rp
Tgl/Bln/Thn

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXVIII

DAFTAR ASET LAIN_LAIN


3. ASET TETAP YANG DIHENTIKAN DARI PENGGUNAAN AKTIF
Per Tanggal……….

No Uraian Tahun Dokumen Pengadaan Asal Usul/ Harga Keterangan


Perolehan Sumber Perolehan
Nomor Tanggal Dana Rp
Tgl/Bln/Thn

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXIX

DAFTAR ASET LAIN-LAIN


4. ASET LAINNYA
Per Tanggal……….

No Uraian Tahun Dokumen Pengadaan Asal Usul/ Harga Perolehan Keterangan


Perolehan Sumber Dana Rp
Nomor Tanggal
Tgl/Bln/Thn

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXX

DAFTAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


Per Tanggal……….

No Jenis Kewajiban Jumlah Keterangan


Rp

1 Utang Usaha
2 Utang Pajak
3 Pendapatan Diterima Dimuka
4 Biaya Yang Dibayar
5 Titipan Pihak Ketiga
6 Utang Jangka Panjang dan Bagian Lancar
7 Utang Jangka Panjang
8 Kewajiban Jangka Pendek Lainnya

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXXI

DAFTAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


1. UTANG USAHA
Per Tanggal……….

No Nama Tahun Dokumen Transaksi Jumlah Keterangan


Perusahaan Perolehan Rp
Uraian Nomor Tanggal
Tgl/Bln/Thn

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXXII

DAFTAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


2. UTANG PAJAK
Per Tanggal……….

No Uraian/Jenis Tanggal Dokumen Transaksi Jumlah Keterangan


Pajak Transaksi Rp
Uraian Nomor Tanggal
Tgl/Bln/Thn

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXXIII

DAFTAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


3. PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
Per Tanggal……….

No Nama Tanggal Dokumen Transaksi Jumlah Keterangan


Perusahaan Transaksi Rp
Uraian Nomor Tanggal
Tgl/Bln/Thn

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXXIV

DAFTAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


4. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR
Per Tanggal……….

No Uraian Tanggal Dokumen Transaksi Jumlah Keterangan


Transaksi Rp
Uraian Nomor Tanggal
Tgl/Bln/Thn

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXXV

DAFTAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


5. TITIPAN PIHAK KETIGA
Per Tanggal……….

No Nama Pihak Tanggal Dokumen Transaksi Jumlah Keterangan


Ketiga Transaksi Rp
Uraian Nomor Tanggal
Tgl/Bln/Thn

Jumlah XXXXXX
FORMAT XXXVI

DAFTAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


6. UTANG JANGKA PANJANG DAN BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA
PANJANG
Per Tanggal……….

N Nama Dokumen Perjanjian Jumlah Pembay Jumlah Rincian Utang Ke


o Kreditur Utang aran Utang ter
Dalam Bagian Lancar Jumlah Jan an
Per Per
Utang gka ga
31-12- Tahun 31-12- Jatuh Belum Jk.Pende Pan n
201X Berjalan 201X Tempo Jatuh
Urai No Tangg Juml k jan
an mor al ah Rp Rp Tempo g

I Pokok
Pinjaman

II Bunga
Pinjaman

Jumlah XXX XXXX XXXX XXXX XXXX XXXX XXXX XX


X XX
FORMAT XXXVII

DAFTAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


7. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK LAINNYA
Per Tanggal……….

No Nama Dokumen Perjanjian Jumlah Pembayaran Jumlah Keterangan


Kreditur Utang Dalam Tahun Utang
Per 31-12-201X Berjalan Per 31-12-
Rp 201X
Rp
Uraian Nomor Tanggal Jumlah

Jumlah XXXX XXXX XXXX XXXX


FORMAT XXXVIII

DAFTAR EKUITAS TERIKAT


Per Tanggal……….

No Uraian Nilai Keterangan


Rp

A.TEMPORER
1
2

B. PERMANEN
1
2

Jumlah
FORMAT XXXIX

LAPORAN PENDAPATAN BLUD


TRIWULAN……TAHUN……..

No Uraian Anggaran Realisasi Realisasi Realisasi s/d Keterangan


(DPA) s/d Triwulan Triwulan ini
Rp Triwulan ini Rp
lalu Rp
Rp

PENDAPATAN BLUB
1 Jasa Layanan
2 Hibah
3 Hasil Kerjasama
4 Lain-Lain Pendapatan
BLUD yang sah

Jumlah

Mengetahui,
…………….,…………………..
PejabatPengelolaKeuanganDaerah Direktur

…………………………………….. …………………………………..
NIP NIP
FORMAT XL

LAPORAN PENGELUARAN BIAYA BLUD


TRIWULAN……TAHUN……..

No Uraian Anggaran Realisasi Realisasi Realisasi Keterangan


(DPA) s/d Triwulan s/d
Rp Triwulan ini Triwulan
lalu Rp ini
Rp Rp

A BIAYA OPERASIONAL
1.Biaya Pelayanan
a. Biaya Pegawai
b. Biaya Bahan
c. Biaya Jasa Pelayanan
d. Biaya Pemeliharaan
e. Biaya Barang Dan Jasa
f. Biaya
Penyusutan/Penghapusan
g. Biaya Pelayanan Lain-Lain
Jumlah Biaya Pelayanan

Biaya Umum dan Administrasi


a. Biaya Pegawai
b. Biaya Administrasi Kantor
c. Biaya Pemeliharaan
d. Biaya Barang Dan Jasa
e. Biaya Promosi
f. Biaya
Penyusutan/Penghapusan
g. Biaya Umum dan
Administrasi Lain-Lain
Jumlah Biaya Umum dan
Administrasi
Jumlah Biaya Operasional
BIAYA NON-OPERASIONAL
a. Biaya Bunga
b. Biaya Adm.Bank
c. Biaya Non Operasional
Lainnya
Jumlah Biaya Non-
Operasional
JUMLAH BIAYA

Jumlah

Mengetahui,
…………….,…………………..
PejabatPengelolaKeuanganDaerah Direktur

…………………………………….. …………………………………..
NIP NIP
FORMAT XLI

DAFTAR PERJANJIAN KERJASAMA


Per Tanggal……….

No Nama Dokumen Perjanjian Uraian Singkat Keterangan


Perusahaan Pokok-Pokok
Kerjasama

Uraian Nomor Tanggal Masa Nilai


Berlaku

Jumlah XXXX XXXX

Anda mungkin juga menyukai