NOMOR :
TENTANG
WALIKOTA DEPOK,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PERATURAN INTERNAL KORPORASI (CORPORATE BYLAWS)
Bagian Kesatu
Nama, Visi, Misi, Nilai-Nilai dan Tujuan
Pasal 2
(1) Pola Tata Kelola BLUD UPT PKM Kecamatan dilaksanakan pada:
a. UPT PKM Kecamatan Pancoran Mas
b. UPT PKM KecamatanCipayung
c. UPT PKM Kecamatan Beji
d. UPT PKM KecamatanSukmajaya
e. UPT PKM KecamatanCilodong
f. UPT PKM KecamatanCimanggis
g. UPT PKM KecamatanTapos
h. UPT PKM KecamatanCinere
i. UPT PKM KecamatanLimo
j. UPT PKM KecamatanSawangan
k. UPT PKM Kecamatan Bojongsari
(2) Visi, Misi, nilai-nilai dan tujuan BLUD UPT PKM Kecamatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) , tercantum dalam lampiran 1 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini
Bagian Kedua
Kedudukan, Susunan Organisasi dan Pejabat Pengelola
Paragraf 1
Kedudukan
Pasal 3
(1) Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Kecamatan yang selanjutnya disebut
UPT PKM Kecamatan adalah milik daerah yang merupakan unsur
penunjang Pemerintah Daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas Pemerintah di bidang pelayanan kesehatan.
(2) Pemerintah Daerah memiliki tugas utama :
a. Menjamin kesinambungan ketersediaan sumber daya Puskesmas sesuai
standar, dalam menjamin mutu pelayanan.
b. Memastikan kesinambungan ketersediaan dana operasional dan
pemeliharaan sarana, prasarana serta peralatan Puskesmas.
c. Melakukan peningkatan kompetensi tenaga Puskesmas.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Puskesmas di wilayah
kerjanya secara berkala dan berkesinambungan.
e. Melakukan bimbingan teknis secara terintegrasi antar program-
program kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas.
f. Memberikan solusi atas masalah yang tidak mampu diselesaikan di
Puskesmas.
g. Mendukung pengembangan upaya kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
h. Mengeluarkan regulasi yang bertujuan memfasilitasi untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan.
i. Memfasilitasi integrasi lintas program terkait kesehatan dan profesi
dalam hal perencanaan, implementasi dan evaluasi pelaksanaan
program Puskesmas.
j. Menyampaikan laporan kegiatan, data dan masalah kesehatan prioritas
di Puskesmas yang terdapat di Kota Depok secara berkala kepada
Pemerintah Daerah Provinsi, termasuk diantaranya jika terjadi
perubahan kategori Puskesmas.
Paragraf 2
Susunan Organisasi
Pasal 4
Bagian ketiga
Pejabat BLUD-UPT PKM Kecamatan
Paragraf 1
Pejabat Pengelola
Pasal 5
(1) Struktur Organisasi BLUD-UPT PKM Kecamatan ditetapkan berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pejabat Pengelola BLUD-UPT PKM Kecamatanterdiri dari Pemimpin BLUD,
Pejabat Keuangan, Pejabat Teknis yang disesuaikan dengan nomenklatur
yang berlaku pada UPT PKM Kecamatan, yaitu :
a. pemimpin BLUD adalah Kepala UPT PKM Kecamatan;
b. pejabat pengelola keuangan adalah Kepala Sub Bagian TU; dan
c. pejabat teknis adalah Kepala Puskesmas.
(3) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Pejabat Pengelola BLUD-UPT
PKM Kecamatan ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan
praktek bisnis yang sehat.
(4) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan kemampuan
dan keahlian yang dimiliki oleh Pejabat Pengelola BLUD-UPT PKM
Kecamatan berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
(5) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan kepentingan BLUD-UPT PKM Kecamatan untuk meningkatkan
kinerja keuangan dan non keuangan berdasarkan kaidah-kaidah
manajemen yang baik.
Pasal 6
(1) Pejabat Pengelola BLUD diangkat dan diberhentikan oleh Walikota melalui
Kepala Dinas Kesehatan.
(2) Pemimpin BLUD-UPT PKM Kecamatan bertanggung jawab kepada Walikota
melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(3) Pejabat Pengelola Keuangan dan Pejabat Teknis BLUD UPT PKM Kecamatan
bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD.
Paragraf 2
Pemimpin BLUD-UPT PKM Kecamatan
Pasal 7
(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi Pemimpin BLUD UPT PKM
Kecamatan, adalah
a. memenuhi kriteria keahlian manajerial, integritas, kepemimpinan,
pengalaman dibidang kesehatan;
b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
usaha guna kemajuan pelayanan kesehatan; dan
c. memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan.
(2) Pemimpin BLUD mempunyai tugas dan kewajiban:
a. Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan dan
mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan BLUD.
b. Menyusun rencana strategis bisnis;
c. Mengusulkan calon pejabat pengelola keuangan dan pejabat teknis
kepada Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan;
d. Menetapkan pejabat BLUD lainnya sesuai kebutuhan selain pejabat
yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan dengan persetujuan Kepala Dinas;
e. Menetapkan pengaturan internal UPT PKM Kecamatan;
f. Membina dan memotivasi seluruh pegawai di lingkungan UPT PKM
Kecamatan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja;
g. Mengkaji, memberikan saran, pendapat dan menyiapkan bahan
penetapan kebijakan Kepala Dinas Kesehatan terhadap pelaksanaan
pelayanan di UPT PKM Kecamatan sebagai BLUD;
h. Menyampaikan laporan akuntabilitas kinerja serta laporan lainnya
dalam rangka pelaksanaan tugas kepada Walikota melalui Kepala Dinas
Kesehatan;
(3) Pemimpin BLUD dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab
umum operasional dan keuangan BLUD.
Paragraf 3
Pejabat Pengelola Keuangan BLUD-UPT PKM Kecamatan
Pasal 7
(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi pejabat pengelola Keuangan
BLUD UPT PKM Kecamatan, adalah
a. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
usaha guna kemajuan pelayanan kesehatan;
b. seseorang yang mempunyai kriteria keahlian, integritas dalam
kepemimpinan serta diutamakan memiliki latar belakang pendidikan
bidang keuangan paling rendah Sarjana Strata 1 (satu) dan atau
mempunyai pengalaman di bagian keuangan.
Pasal 8
(1) Pengelola Data Dan Informasi, mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Melakukan pengkajian permasalahan yang terkait dengan Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas berdasarkan evidence based;
b. Melakukan koordinasi dengan bagian lagi yang ada di UPT PKM
Kecamatan;
c. Pelaksanaan formulasi permasalahan Sistem Informasi Manajemen
UPT PKM Kecamatan terkait dengan keputusan yang harus diambil
dan dilakukan koordinasi;
d. Pelaksanaan pembuatan strategi penyelesaian terkait dengan
kebijakan pada jenjang koordinasi antar Bidang;
e. Evaluasi hasil kerja, dampak, serta efisien dan efektivitas kinerja
Sistem Informasi Manajemen UPT PKM Kecamatan;
f. Pengelolaan dan pengembangan sistem informasi manajemen UPT
PKM Kecamatan;
g. Pengelolaan pelaporan output pelayanan, penyusunan laporan,
pertanggungjawaban tahunan, penyusunan laporan akuntabilitas
kinerja, dan penyusunan profil UPT PKM Kecamatan; dan
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Paragraf 3
Pejabat Teknis BLUD-UPT PKM Kecamatan
Pasal 9
(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi pejabat teknis BLUD UPT PKM
Kecamatan, adalah:
a. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
usaha guna kemajuan pelayanan kesehatan;
b. seseorang yang mempunyai kriteria keahlian, integritas dalam
kepemimpinan serta memiliki latar belakang pendidikan kesehatan
dan diutamakan paling rendah Sarjana Strata 1 (satu) sesuai
bidang yang berkenaan;
c. memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan.
(2) Pejabat Teknis BLUD UPT PKM Kecamatan, mempunyai tugas dan
kewajiban:
a. Menyusun rencana kegiatan tahunan (RKT) dan rencana pelaksanaan
kegiatan (RPK) pelayanan kesehatan tingkat Puskesmas;
b. Melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penerapan standarisasi
operasional prosedur pelayanan kesehatan dan penunjang pelayanan
kegiatan;
c. Menyelenggarakan kegiatan teknis sesuai RBA;
d. Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan dan
monitoring pegawai di bawah tanggung jawabnya dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan;
e. Mempertanggungjawabkan kinerja operasional pelayanan UKM dan
Keperawatan KesehatanMasyarakat, Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Kefarmasian dan Penunjang Medis,JaringanPelayanan Puskesmas dan
Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(3) Pejabat TeknisBLUD UPT PKM Kecamatan, dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempunyai fungsi
sebagai Penanggungjawab Pelayanan Kesehatan.
Pasal 10
(1) Pejabat Teknis BLUD UPT PKM Kecamatan membawahi
a. Koordinator Upaya Pelayanan Kesehatan Perseorangan, Kefarmasian
dan Penunjang Medis;
b. Koordinator Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakatdan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat;
c. Koordinator Jejaring Pelayanan Kesehatan Puskesmas dan Jaringan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(2) Susunan dan personil penyelenggara pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c
diusulkan oleh pejabat teknis dan ditetapkan oleh Kepala Dinas
melalui Kepala UPT PKM Kecamatan selaku Pimpinan BLUD sesuai
ketentuan yang berlaku.
Bagian Keempat
Dewan Pengawas
Paragraf 1
Pembentukan Dewan Pengawas
Pasal 11
Pasal 12
(1) Usulan penetapan dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 7
ayat (6) disertai dengan informasi tentang kompetensi anggota dewan
pengawas yang bersangkutan.
(2) Informasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Daftar Riwayat Hidup;
b. Salinan/ Foto Copy ijazah yang dimiliki yang disahkan oleh pejabat
yang berwenang
Paragraf 3
Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 14
(1) Anggota dewan pengawas dapat terdiri dari unsur-unsur:
a. Perwakilan yang berkaitan dengan profesi;
b. Pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah;
dan
c. Tenaga ahli yang sesuai dengan keahlian PPK-BLUD.
(2) Pengangkatan anggota dewan pengawas tidak bersamaan
waktunya dengan pengangkatan pejabat pengelola BLUD.
(3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi dewan pengawas,
yaitu:
a. Memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan BLUD,serta dapat menyediakan waktu yang
cukup untuk melaksanakan tugasnya;
b. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi atau
komisaris, atau dewan pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga
menyebabkan suatu badan usaha pailit atau orang yang tidak pernah
melakukan tindak pidana yang merugikan daerah; dan
c. Mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan,
sumber daya manusia dan mempunyai komitmen terhadap
peningkatan kualitas pelayanan publik.
Paragraf 4
Masa Jabatan Dewan Pengawas
Pasal 15
(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan
maksimal 5 (lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk satu kali
masa jabatan berikutnya.
Pasal 16
Pasal 17
Paragraf 5
Sekretaris Dewan Pengawas
Pasal 18
Pasal 19
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
termasuk honorarium Anggota dan Sekretaris Dewan Pengawas dibebankan
pada UPT PKM Kecamatan dan dimuat dalam Rencana Bisnis dan Anggaran.
Bagian Kelima
Satuan Pengawas Internal
Pasal 20
Bagian Keenam
Pengelolaan Keuangan
Pasal 21
Bagian Ketujuh
Kerjasama
Pasal 22
(1) Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, BLUD UPT PKM
Kecamatan dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan
prinsip efisiensi, efektivitas, ekonomis dan saling menguntungkan.
Pasal 23
Pasal 24
Bagian Kedelapan
Pengelolaan Aset
Pasal 25
(1) Barang inventaris milik BLUD UPT PKM Kecamatan dapat dihapus
dan/atau dialihkan kepada pihak lain atas dasar pertimbangan ekonomis
dengan cara dijual, ditukar dan/atau dihibahkan.
(2) Barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
barang pakai habis, barang untuk diolah atau dijual, barang lainnya yang
tidak memenuhi persyaratan sebagai aset tetap.
(3) Hasil penjualan barang inventaris sebagai akibat dari pengalihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan pendapatan BLUD UPT
PKM Kecamatan.
(4) Hasil penjualan barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
dituangkan secara memadai dalam laporan keuangan BLUDUPT PKM
Kecamatan.
Pasal 26
(1) BLUD UPT PKM Kecamatan tidak boleh mengalihkan dan/atau menghapus
aset tetap, kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang.
(2) Aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan aset berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan BLUD UPT PKM Kecamatan atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum.
(3) Kewenangan pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan
jenis barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Hasil pengalihan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
merupakan pendapatan BLUD UPT PKM Kecamatan dan diungkapkan
secara memadai dalam laporan keuangan BLUD UPT PKM Kecamatan.
(5) Pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), dilaporkan kepada Walikota melalui Kepala SKPD
(6) Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan
tugas dan fungsi BLUD UPT PKM Kecamatanharus mendapat persetujuan
Walikotamelalui Kepala Dinas Kesehatan.
Pasal 27
Bagian Kesembilan
Pengadaan barang dan jasa
Pasal 28
(1) Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa pemerintah.
(2) Pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan berdasarkan prinsip efisien,
efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan
praktek bisnis yang sehat.
Pasal 29
(1) BLUD UPT PKM Kecamatan dengan status penuh dapat diberikan
fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan
yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal28, apabila terdapat alasan efektivitas
dan/atau efisiensi.
(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan terhadap
pengadaan barang dan/atau jasa yang sumber dananya berasal dari:
a. jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;
b. hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan
lainnya; dan/atau
c. hasil kerja sama dengan pihak lain;
d. penghasilan lain-lain yang sah.
Pasal 30
Pasal 31
Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat
dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah,
atau ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi BLUD
sepanjang disetujui pemberi hibah.
Pasal 32
Pasal 33
Pemilihan penyedia barang/ jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat
(2) dengan sumber dana berasal dari Jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat dapat dilakukan berdasarkan jenjang nilai sebagai berikut:
a. Pelelangan umum, dilakukan terhadap pekerjaan yag nilainya diatas Rp
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
b. Pelelangan sederhana, dilakukan terhadap pekerjaan yang nilainya diatas
Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
c. Pengadaan langsung, dilakukan terhadap pekerjaan yang nilainya sampai
dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan tanda bukti
perjanjian tanpa membedakan golongan pedagang kecil dan pedagang non
kecil dilakukan berdasarkan jenjang nilai yang diatur sebagai berikut:
1. Untuk pengadaan barang dan/atau jasa dengan nilai sampai dengan
Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), dilakukan langsung ke
penyedia barang/jasa oleh pengguna teknis dengan bukti pertanggung
jawaban berupa nota bukti pembelian dan/atau dilengkapi kwitansi
dengan materai secukupnya;
2. Untuk pengadaan barang dan/atau jasa dengan nilai diatas Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan yang
ditunjuk Pimpinan BLUD;dengan surat pertanggungjawaban (SPJ)
dilengkapi: kwitansi dengan materai secukupnya, faktur pembelian,
Berita Acara Penerimaan Hasil Pekerjaan, Surat Setoran Pajak (SSP),
Pajak Pertambahan nilai (PPn) dan Pajak Penghasilan (PPh) disertai
faktur pajak;
3. Untuk pengadaan barang dan/atau jasa dengan nilai diatas Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.
250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh
Pejabat Pengadaan yang ditunjuk Pimpinan BLUD;dengan surat
pertanggungjawaban (SPJ) dilengkapi: kwitansi dengan materai
secukupnya, faktur pembelian, Berita Acara Penerimaan Hasil
pekerjaan, Surat Setoran Pajak (SSP), Pajak Pertambahan nilai (PPn),
Pajak Penghasilan (PPh) disertai faktur pajak dan Surat Perintah Kerja
(SPK);
4. Untuk pengadaan barang dan/atau jasa dengan nilai diatas Rp.
250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat
Pengadaan yang ditunjuk Pimpinan BLUD; dan surat
pertanggungjawaban (SPJ) dilengkapi dengan kontrak, jaminan
pelaksanaan, kwitansi dengan materai secukupnya, faktur pembelian,
Berita acara Penerimaan Hasil Pekerjaan, Surat Setoran Pajak (SSP),
Pajak Pertambahan nilai (PPn), Pajak Penghasilan (PPh) disertai faktur
pajak;
5. Untuk pengadaan barang dan/atau jasa yang dilaksanakan melalui E
Purchasing dan pembelian secara online dilaksanakan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen atau Pejabat Pengadaan dengan bukti surat
pertanggungjawaban (SPJ) dilengkapi dengan surat pesanan, kwitansi
dengan materai secukupnya, faktur pembelian, Berita Acara
Penerimaan Hasil Pekerjaan, Surat Setoran Pajak (SSP), Pajak
Pertambahan nilai (PPn), Pajak Penghasilan (PPh) disertai faktur pajak
Bagian Kesepuluh
Surplus dan Defisit
Pasal 34
(1) Surplus anggaran BLUDUPT PKM Kecamatanmerupakan selisih lebih
antara realisasi pendapatan dan realisasi biaya BLUDUPT PKM
Kecamatanpada satu tahun anggaran.
(2) Surplus anggaran BLUDUPT PKM Kecamatandapat digunakan dalam
tahun anggaran berikutnya sesuai ketentuan peraturan yang
berlaku ;kecuali atas permintaan Walikota disetorkan sebagian atau
seluruhnya ke kas daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas
BLUD UPT PKM Kecamatan.
Pasal35
(1) Defisit anggaran BLUDUPT PKM Kecamatanmerupakan selisih kurang
antara realisasi pendapatan dengan realisasi biaya BLUD UPT PKM
Kecamatanpada satu tahun anggaran.
(2) Defisit anggaran BLUDUPT PKM Kecamatandapat diajukan usulan
pembiayaannya pada tahun anggaran berikutnya kepada PPKD.
Bagian Kesebelas
Penyelesaian kerugian
Pasal 36
Kerugian pada BLUD yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang, diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian daerah;
Bagian Keduabelas
Tarif
Pasal 37
(1) BLUD UPT PKM Kecamatan dapat memungut biaya kepada masyarakat
sebagai imbalan atas barang dan / atau jasa layanan yang diberikan;
(2) Imbalan atas barang dan/ atau jasa layanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pasal ini, ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas
dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan atau hasil per investasi
dana;
(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, termasuk imbalan
hasil yang wajar dari investasi dana dan untuk menutup seluruh atau
sebagian dari biaya per unit layanan;
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, dapat
berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan BLUD UPT PKM
Kecamatan.
Pasal 38
(1) Tarif layanan BLUD UPT PKM Kecamatan diusulkan oleh Kepala BLUD
UPT PKM Kecamatan kepada Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan;
(2) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, ditetapkan
dengan Peraturan Walikota dan disampaikan kepada Pimpinan DPRD;
(3) Penetapan Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,
mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli
masyarakat serta kompetisi yang sehat;
(4) Walikota dalam menetapkan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) Pasal ini, dapat membentuk Tim Teknis;
(5) Keanggotaan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Pasal ini,
terdiri dari :
a. pembina teknis;
b. pembina keuangan;
c. unsur perguruan tinggi;
d. lembaga profesi.
Pasal 39
Bagian Ketigabelas
Standar Pelayanan Minimal
Pasal 40
Bagian Keempatbelas
Kepegawaian
Paragraf 1
Status Jabatan
Pasal 41
(1) Pejabat pengelola dan pegawai UPT PKM Kecamatan dapat berasal dari
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan / atau Non PNS yang profesional sesuai
dengan kebutuhan;
(2) Pejabat pengelola dan pegawai UPT PKM Kecamatan yang berasal dari Non
PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dapat diperkerjakan
melalui kontrak berdasarkan peraturan yang berlaku;
(3) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai UPT
PKM Kecamatan yang berasal dari PNS disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundangan undangan yang berlaku;
(4) Pengangkatan dan pemberhentian pegawai UPT PKM Kecamatan yang
berasal dari Non PNS dilakukan berdasarkan pada prinsip - prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktif dalam peningkatan pelayanan
kesehatan.
Pasal 42
Paragraf 2
Paramedis Fungsional
Pasal 43
(1) Paramedis fungsional adalah para medis keperawatan dan non
keperawatan yang bertugas pada instansi dalam jabatan fungsional;
(2) Dalam melaksanakan tugasnya para medis fungsional berada dibawah
koordinator dan bertanggungjawab kepada kepala unit pelayanan;
(3) Penempatan para medis keperawatan dan non keperawatan dalam satu
UPT PKM Kecamatan dilaksanakan oleh Kepala UPT PKM
Kecamatanberdasarkan usulan dari Kepala Puskesmas;
(4) Penempatan para medis keperawatan dan non keperawatan antar UPT
PKM Kecamatan dilaksanakan oleh Kepala Dinas berdasarkan usulan
dari Kepala UPT PKM Kecamatandengan mempertimbangkan perhitungan
kebutuhan dan beban kerja setiap UPTD.
Paragraf 3
Paramedis Fungsional
Pasal 44
(1) Tenaga non medis adalah tenaga yang bertugas di bidang pelayanan
khusus dan tidak berkaitan langsung dengan pelayanan pasien;
(2) Dalam melaksanakan tugasnya tenaga non medis yang bekerja di unit
pelayanan bertanggung jawab kepada UPT PKM Kecamatan melalui
Kasubag TU;
(3) Penempatan tenaga non medis dalam satu UPT PKM Kecamatan
dilaksanakan oleh Kepala UPT PKM Kecamatan berdasarkan usulan dari
kepala Kasubag TU;
(4) Penempatan tenaga non medis antar UPT PKM Kecamatan dilaksanakan
oleh Kepala Dinas berdasarkan usulan dari Kepala UPT PKM Kecamatan
dengan mempertimbangkan perhitungan kebutuhan dan beban kerja
setiap UPT PKM Kecamatan.
Paragraf 4
Eselonering
Pasal 45
Paragraf 5
Remunerasi/Jasa Pelayanan Kesehatan
Pasal 46
Bagian Kelimabelas
Pola Hubungan Kerja dan Prosedur Kerja
Paragraf 1
Pasal 47
(1) Penyelenggaraan tugas, fungsi, dan wewenang UPT PKM Kecamatan
dilakukan melalui hubungan kerja yang meliputi:
a. konsultatif;
b. kolegial;
c. fungsional;
d. struktural; dan
e. koordinatif.
(2) Pelaksanaan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memperhatikan keterbukaan, akuntabilitas, profesionalitas, dan
keterpaduan.
Pasal 48
(1) Hubungan kerja konsultatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat
(1) huruf a dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dalam
melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan wewenang masing-masing.
(2) Hubungan kerja konsultatif dilakukan melalui kegiatan antara lain:
a. Perencanaan;
b. perumusan;
c. pemutakhiran; dan
d. penyelesaian tugas dan fungsi.
(3) Hubungan kerja konsultatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan tanpa terikat pada hubungan struktural secara berjenjang.
Pasal 49
(1) Hubungan kerja kolegial sebagimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)
huruf b dimaksudkan untuk:
a. menumbuhkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam
melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan
produktifitas dan kinerja; dan
b. mengembangkan semangat kebersamaan dan mengontrol
otoritarianisme struktural yang umumnya berkembang dalam
hubungan struktural yang cenderung terpusat.
(2) Hubungan kerja kolegial dapat dilakukan dengan mengutamakan
musyawarah dan tanggung jawab bersama.
Pasal 50
(1) Hubungan kerja fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat
(1) huruf c dimaksudkan untuk memberikan peran substansial secara
fungsional dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan
wewenang masing-masing.
(2) Hubungan kerja fungsional dilakukan sesuai dengan kompetensi dan
kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya.
Pasal 51
(1) Hubungan kerja struktural sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat
(1) huruf d dimaksudkan untuk mengembangkan kepemimpinan secara
berjenjang dengan tetap melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya
secara bertanggung jawab.
(2) Hubungan kerja struktural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap
memperhatikan kerja sama yang terpadu, harmonis, selaras,
komprehensif, dan tidak mementingkan kepentingan wewenang pada unit
organisasi.
Pasal 52
(1) Hubungan kerja koordinatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat
(1) huruf e dimaksudkan untuk pengembangan hubungan kerja secara
struktural dengan menumbuhkembangkan semangat kolegial yang
sinergis dan terpadu dalam penanganan dan penyelesaian tugas dan
fungsi sesuai dengan" wewenang organisasi perangkat daerah masing-
masing.
(2) Hubungan kerja koordinatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan sarana yang menjamin kelancaran, kemudahan,
efektifitas, dan efisiensi.
(3) Hubungan koordinatif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan untuk menghindari tumpang tindih atau duplikasi program
dan kegiatan secara substansial, dan menjamin keselarasan program dan
kegiatan antar perangkat daerah;
(4) Hubungan kerja koordinatif sebagaimana dimaksud dalam antara lain:
a. koordinasi hierarki (intersektoral) yang dilaksanakan dalam unit
organisasi oleh pimpinan di bawahnya;
b. koordinasi fungsional (lintas sektoral) yang dilaksanakan antara
instansi dari sektor berlainan yang memiliki keterkaitan berdasarkan
fungsinya dalam pelaksanaan kegiatan; dan
c. koordinasi instansional (multisektoral), koordinasi yang
dilaksanakan dengan instansi lain yang terkait berdasarkan keterkaitan
secara instansional.
Pasal 53
(1) Dalam Struktur Organisasi Dinas Kesehatan, Hubungan UPT PKM
Kecamatan dengan Kepala Dinas bersifat koordinasi hierarki;
(2) Hubungan Kepala UPT PKM Kecamatan dengan Kasubag TU UPT PKM
Kecamatan bersifat koordinasi hierarki;
(3) Hubungan Kepala UPT PKM Kecamatan dengan Kepala Puskesmas
bersifat koordinasi hierarki;
(4) Hubungan Kepala UPT PKM Kecamatan dengan tenaga medis bersifat
koordinasi hirerki dan fungsional;
(5) Hubungan UPT PKM Kecamatan dengan Bidang pada Dinas Kesehatan
bersifat koordinasi fungsional.
(6) Di bidang pelayanan, petugas pelayanan kesehatan yang ada disetiap
Puskesmas dan jaringannya unit pelayanan secara struktural berada
dibawah koordinator pelayanan masing- masing Kepala UPT PKM
Kecamatan, sedangkan secara fungsional bertanggung jawab kepada
koordinator unit pelayanan Kepala Puskesmas.
(7) Dalam melaksanakan tugasnya, setiap kepala UPT PKM Kecamatan,
Kasubag TU dan Kepala Puskesmas koordinator pelayanan wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di
lingkungannya serta dengan instansi lain sesuai tugas masing-masing.
(8) Setiap pimpinan UPT PKM Kecamatan wajib memberikan arahan serta
pengawasan terhadap bawahannya dalam hal pelaksanaan tugas dan
apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(9) Setiap pimpinan UPT PKM Kecamatan bertanggung-jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta
petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
(10) Setiap penanggungjawab koordinator pelayanan wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan serta
menyampaikan laporan berkala secara rutin dan tepat waktu.
(11) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan UPT PKM Kecamatan wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan dalam penyusunan laporan lebih
lanjut serta dijadikan pedoman dan petunjuk kepada bawahannya.
(12) Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan
beserta semua lampirannya wajib disampaikan pula kepada satuan
organisasi lain yang secara fungsional mempunyai keterkaitan kerja
dengan unit organisasi tersebut.
(13) Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan UPT PKM Kecamatan
dan dalam rangka pemberian bimbingan dan pembinaan kepada bawahan
masing-masing wajib mengadakan rapat secara berkala.
Bagian Keenambelas
Pengelolaan Lingkungan
Pasal 54
(1) Pemimpin BLUD menunjuk koordinator yang bertanggungjawab terhadap
pengelolaan lingkunganUPT PKM Kecamatan yang meliputi pengelolaan
limbah, lingkungan kimia, fisik dan biologis :
a. kebersihan lingkungan UPT Puskesmas meliputi area kantor dan
area pelayanan termasuk toilet/kamar mandi;
b. pengelolaan sampah medik dan domestik;
c. pengelolaan limbah cair;
d. pengamatan area bebas rokok;dan
e. memperluas area taman dan tanaman penghijauan untuk
mengurangi pemanasan global.
(2) Pengelolaan Lingkungan UPT PKM Kecamatan disesuaikan
denganketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pengelolaan limbah UPT PKM Kecamatan dilakukan dengan cara pemilahan
antara limbah medis dengan limbah non medis.
(4) Limbah medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan UGD, Radiologi,
Pelayanan Rawat Jalan/Inap, Ruang Poned/KIA, laboratorium dan farmasi.
(5) Pengolahan limbah medis diatur berdasarkan peraturan yang berlaku.
(6) Pengolahan limbah medis dilakukan dengan cara dibakar menggunakan
insenerator dengan suhu pembakaran 1000 (seribu)derajat celcius.
(7) Limbah non medis atau limbah domestik adalah limbah yang tidak
terkontaminasi limbah medis, meliputi :
a. plastik;
b. botol;
c. kaleng;
d. kertas;dan
e. dus.
BAB III
PERATURAN INTERNAL STAFF MEDIK (MEDICAL STAFF BY LAWS)
Bagian Kesatu
Kategori Staf Medis
Pasal 55
(1) Staf medis UPT PKM Kecamatandikelompokkan ke dalam kategori:
a. staf medis organik, yaitudokter/dokter gigi yang direkrut oleh
Pemerintah Daerah sebagai pegawai tetap dan berkedudukan sebagai
sub-ordinat, yaitu bekerja untuk dan atas nama UPT PKM
Kecamatanserta bertanggungjawab kepada lembaga tersebut;
b. staf medis tamu (visiting doctor), yaitu dokter dari luar UPT PKM
Kecamatanyang karena reputasi dan atau keahliannya diundang secara
khusus olehUPT PKM Kecamatanuntuk melakukan atau membantu
melakukan penanganan atas kasus-kasus yang tidak dapat ditangani
sendiri oleh staf medis di UPT Puskesmas
atauuntukmendemonstrasikansuatu keahlian tertentu atau teknologi
baru;
c. stafmedispengganti,yaitudokteryangmenggantikandokteryangberhalangan
dengan keahlian sejenis.
d. staf medis dokter kontrak, yaitu dokter yang direkrut oleh Dinas
Kesehatan dan ditugaskan di UPT PKM Kecamatansebagai dokter
kontrak.
(2) Untuk dapat menjadi Staf Medis baik dokter umum, dokter spesialis, dokter
gigi maupun dokter gigi spesialis harus memiliki kompetensiyang
dibutuhkan, memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktek
(SIP) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,sehat jasmani
dan rohani serta memiliki perilaku yang baik;
(3) Staf Medis yang bekerja di UPT PKM Kecamatandengan status sebagai
dokter tetap berhak:
a. memperoleh kesejahteraan sesuai peraturan yang berlaku, terdiri atas:
1. Penghasilan yang layak serta tidak melanggar ketentuan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
2. Penghasilan selama masa pensiun sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Status kepegawaian yang jelas dan pasti.
4. Kenaikan pangkat sesuaiketentuan peraturan kepegawaian.
5. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan.
6. Pengembangan karir sesuai kemampuan individu dan ketentuan yang
berlaku.
7. Cuti tahunan, cuti sakit, cuti besar dan cuti diluar tanggungan
negara sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah;
8. Cuti bersalin bagi dokter perempuan sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
9. Cuti karena alasan penting berkenaan sifat pekerjaannya sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.
10. Cuti diluar tanggunganNegara karena alasan-alasan pribadi yang
penting dan mendesak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh pemerintah.
b. mendapatkan lingkungan kerja yang sehat serta perlindungan terhadap :
1. Kecelakaan kerja.
2. Pemeriksaan kesehatan rutin dan khusus sesuaiketentuan yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
3. Perawatan kesehatan selama sakit sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Santunan terhadap kecelakaan kerja yang menimpa sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
5. Bantuan hukum selama menjalani proses hukum.
c. menggunakan fasilitas yang dimilikiUPT PKM Kecamatanuntuk
melakukan pelayanan kesehatan berdasarkan standar mutu pelayanan
yang optimal.
d. melakukan konsultasi kepada dokter lain yangtidak tercatat sebagai staf
medis di UPT PKM Kecamatan;
e. mengusulkan kepada Pemimpin BLUD untuk mendatangkan dokter
tamu (visitingdoctor ) yang tidak tercatat sebagai staf medisdi UPT PKM
Kecamatan, baik untuk kepentingan konsultasi atau untuk membantu
melaksanakan sebagian pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakannya;
(4) Selain memperoleh hak sebagaimanadimaksud pada ayat (3) Staf Medis
UPT PKM Kecamatanmempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. mentaati semua Peraturan Internal yang ada;
c.mentaati etika yang ada, antara lain etikapelayanan medis, etikaprofesi
Kedokteran;
d. melaksanakan klausul-klausul dalam perjanjian antara UPT Puskesmas
dengan pihak lain;
e. memberikan layanan medis dengan mutu tinggi kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya serta bersedia dihubungi atau dipanggil
setiap saat apabila kondisi pasien yang bersangkutan berada dalam
keadaan emergensi;
f. memberikan pertolongan emergensi kepada pasien lain yang bukan
menjadi tanggung jawabnya apabila kondisi klinik pasien tersebut
berada dalam keadaan emergensi;
g. menjaga citra UPT PKM Kecamatanserta berperilaku sopan terhadap
Kepala UPTD, staf medis lain, profesi lain, pasien, keluarga pasien serta
pengunjung;
h. menjalin kerja sama yang harmonis dengan profesi lain yang berada di
UPT PKM Kecamatandan menghormati kode etik profesi mereka;
i. menyelesaikan semua kewajiban administrasi sesuai peraturan yang
berlaku;
j. menghadiri rapat-rapat yang diadakan oleh Kepala UPT;
k. hadir dalam dengar pendapat(hearing) yang diadakan olehKepala UPT,
atau tim yang dibentuk oleh UPT PKM Kecamatan yang berkaitan
dengan penanganan pasien/kasus;
l. menunjukkan loyalitas kepada UPT PKM Kecamatan;
m. membantu UPT PKM Kecamatandalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan;
(5) Dalam melaksanakan pelayanan, staf medis mempunyai kewajiban
terhadap pasien yang ditanganinya untuk :
a. melakukan upaya dengan sungguh-sungguh dan professional sesuai
standar mutu yang tinggi berdasarkan kaidah-kaidah keselamatan
pasien;
b. segera merujuk ke dokter atau praktisi kesehatan lain yang dapat
diterima apabila stafmedistidak mampu lagi untuk meneruskan upaya
kesehatan terhadap pasien baik karena keterbatasan kemampuan,
peralatan, waktu maupun karena alasan lain y ang masuk akal;
c. menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan pasien;
d. menjalin kerjasama yang baik dan harmonis dengan tenaga kesehatan
lainnya;
e. memenuhi apa yang menurut etika dan hukum menjadi hak pasien;
f. menghormati kepentingan-kepentingan lain dari pasien;
g. menghormati kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat secara khusus
dengan pasien;
h. menerbitkan surat keterangan yang diperlukan bagi kepentingan pasien;
i. menghormati kerahasiaan (konfidensialitas) medis pasien;
j. memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya dan sejujur-jujurnya
kepada pasien tentang kondisi kesehatannya dengan mempertimbangkan
aspek psikologi.
k. membuat rekam medis sesuai dengan kaidah yang berlaku.
l. apabila karena sesuatu hal yang menyebabkan tidak dapat
melaksanakan kewajiban menangani pasien untuk sementara waktu,
maka wajib memberi tahu atau ijin kepadaKepala UPT serta wajib
menunjuk dokter pengganti (mempunyai keahlian sejenis dengannya).
m. dalam hal staf medis bekerja sebagai dokter mitra, maka sepenuhnya
bertanggung gugat atas segala bentuk kerugian yang dialami oleh
pasien sebagai akibat dari kesalahan medis yang dilakukannya kecuali
ada kesepakatan tersendiri yang menentukan lain.
Bagian Kedua
Kewenangan Klinis
Pasal 56
Ketentuan tentang kewenangan klinis bagi masing-masing dokter, dokter gigi
termasuk prosedur pemberian dan pengakhiran Kewenangan Klinis (Clinical
Previleges) diatur lebih lanjut oleh masing-masing kelompok staf medis.
Bagian Ketiga
Tugas dan Fungsi Staf Medis
Pasal 57
Bagian Keempat
Kewajiban Staf Medis
Pasal 58
Bagian Kelima
Kerahasiaan dan Informasi Medis
Pasal 59
BAB IV
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 60
(1) Pembinaan teknis BLUD UPT PKM Kecamatan dilakukan oleh Kepala
Dinas Kesehatan;
(2) Pembinaan keuangan BLUD dilaksanakan oleh pejabat pengelola
keuangan daerah Dinas Kesehatan
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 61
(1) Pengawasan operasional BLUD dilaksanakan oleh pengawas internal;
(2) Pengawasan internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
dilaksanakan oleh pemimpin BLUD, Dinas Kesehatan dan Inspektorat
Kota. internal auditor yang berkedudukan langsung di bawah Pemimpin
BLUD.
(3) Internal auditor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, dapat
dibentuk dengan pertimbangan :
a. keseimbangan antara manfaat dan beban;
b. kompleksitas manajemen;
c. volume dan / atau jangkauan pelayanan.
Pasal62
(1) internal auditor sebagaimana dimaksud Pasal 61 Ayat (2), bersama
sama jajaran manajemen menciptakan dan meningkatkan pengendalian
internal pelayanan BLUD;
(2) internal auditor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
mempunyai fungsi membantu menajemen BLUD dalam hal :
a. pengamanan harta kekayaan;
b. menciptakan akurasi sistem informasi keuangan;
c. menciptakan efisiensi dan produktifitas;
d. mendorong aplikasi kebijakan manajemen dalam menerapkan
praktek bisnis yang sehat.
(3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Internal Auditor, antara lain :
a. mempunyai etika, integritas dan kapabilitas yang memadai;
b. memiliki pendidikan dan / atau pengalaman teknis sebagai
pemeriksa;
c. mempunyai sikap independen dan obyektif terhadap obyek yang
diaudit.
Bagian Ketiga
Pengendalian
Pasal 63
Dalam rangka efektifitas dan efesiensi pembinaan dan pengawasan, kepala
dinas dapat membentuk tim yang dibiayai oleh APBD;
Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri dari unsur Sekretariat
Dinas, PPKD, Inspektorat
BAB V
EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA
Bagian Kesatu
Pasal 64
(1) Evaluasi dan penilaian Kinerja UPT PKM Kecamatan PPK-BLUDPuskesmas
dilakukan oleh Walikotamelalui Kepala Dinas Kesehatanterhadap aspek
keuangan dan non keuangan
(2) Evaluasi yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dipergunakan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil PPK-BLUD
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Bisnis (Renstra Bisnis)
dan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA).
Pasal 65
Ditetapkan di Depok
pada tanggal
WALIKOTADEPOK,