Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.

3 Desember 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PADA PASIEN DAN BIDAN YANG


MEMPENGARUHI PELAKSAAN SKRINNING KANKER SERVIKS
DIWILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN 2010

Dini Marlina 1, Sofie Rifayani K 2, Dadi S. Argadireja 3


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
2
Program Studi Kebidanan

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, khususnya di Negara berkembang seperti
Indonesia. 3-7 Data yang dikumpulkan dari 13 Pusat Patologi-Anatomi (1998) di
Indonesia menunjukkan bahwa frekuensi kanker serviks tertinggi diantara kanker
yang ada di Indonesia maupun di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo.4,9-13 Setiap
tahunnya terdapat kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks di seluruh Dunia
dan 80 % diantaranya terjadi pada perempuan yang hidup di Negara berkembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks sebagai pemicu atau faktor risiko
tumbuhnya sel yang tidak normal antara lain adalah: usia 35 tahun keatas, paritas
tinggi, usia perkawinan terlalu muda atau hubungan seksual terlalu dini, pasangan
seksual yang banyak, merokok, pemakaian kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang
lama, sosial ekonomi rendah, pendidikan serta virus Herpes Simpleks tipe 2. 21 – 28
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif dengan
pendekatan kasus – kontrol untuk melihat status reproduksi dan pengetahuan pasien
dengan pelaksanaan skrining kanker serviks serta pendekatan crossectional untuk
pengetahuan dan keterampilan Bidan dalam pelaksanaan skrining kanker serviks.
Hasil penelitian adalah 80 % umur menikah responden adalah ≥ 20 tahun, Paritas
responden 86 % adalah < 4 dan 76,5 % pengetahuan pasien berada dalam kategori
baik. Mayoritas (86,5 %) Bidan tidak melaksanakan skrining kanker serviks, 91,9 %
mempunyai pengetahuan baik tentang kanker serviks dan 89,2 % Bidan tidak
kompeten. Terdapat pengaruh yang signifikan antara umur pertama kali responden
menikah dengan pelaksanaan skrining kanker serviks , pasien pada umur menikah >
dari 20 tahun mempunyai peluang 0,404 kali melaksanakan skrining kanker serviks
dibandingkan umur menikah < 20 tahun. Tidak ada pengaruh yang bermakna antara
paritas pasien akseptor KB dengan pelaksanaan skrining kanker serviks. Pasien yang
memiliki paritas < 4 mempunyai kemungkinan 1.181 kali melaksanakan skrining
kanker serviks dibandingkan dengan yang memiliki paritas > 4 orang. Terdapat
pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden dengan pelaksanaan
skrining kanker serviks, pasien berpengetahuan baik 3,069 kali berpeluang
melaksanakan skrining kanker serviks dibandingkan responden yang berpengetahuan
kurang baik. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden
dengan pelaksanaan skrining kanker serviks. Bidan yang berpengetahuan baik
0,267 kali lebih sering atau berpeluang melaksanakan skrining kanker serviks

27
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

dibandingkan yang berpengetahuan kurang baik. Terdapat pengaruh yang signifikan


antara keterampilan responden dengan pelaksanaan skrining kanker serviks,
Bidan dengan keterampilan yang kompeten 46,5 kali berpeluang melaksanakan
skrining kanker serviks dibandingkan responden yang yang tidak kompeten .

Kata Kunci : Pasien akseptor KB, bidan PKM, pelaksanaan skrining kanker serviks.

A. PENDAHULUAN

28
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan karena


merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, khususnya di
Negara berkembang seperti Indonesia. 3-7 Data patologi dan data Rumah Sakit di
beberapa pusat penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa kejadian kanker serviks
berada di peringkat pertama.8,9 Data yang dikumpulkan dari 13 Pusat Patologi-
Anatomi (1998) di Indonesia menunjukkan bahwa frekuensi kanker serviks tertinggi
diantara kanker yang ada di Indonesia maupun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
Dr. Ciptomangunkusumo.4,9-13
Setiap tahunnya terdapat kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks di
seluruh Dunia dan 80 % diantaranya terjadi pada perempuan yang hidup di Negara
berkembang. Sedikitnya 250.000 perempuan diseluruh dunia meninggal karena
kanker serviks. Dari jumlah itu 50% kematian terjadi di Negara berkembang.
Insidennya adalah 100 per 100.000 penduduk per tahun. 4,5,10
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 40.000 kasus kanker serviks
baru dengan 8.000 penderitanya meninggal dunia. Per harinya terjadi 40-45 kasus
kejadian kanker serviks dengan 20-25 kematian, atau satu pasien meninggal setiap 1-
2 jam karena kanker ini.11-13
Di Jawa Barat pada Tahun 2002-2003 sebanyak 20.09 % penderita kanker
serviks dengan insidensi 80 orang setiap tahun dan jumlah kematian sebanyak 400
orang.14 Bandung menempati urutan ke empat jumlah penderita kanker serviks
terbanyak dari 13 daerah di Indonesia setelah Surabaya, Jakarta dan Semarang. 15
Di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada tahun 2007 ditemukan
sekitar 505 perempuan terdiagnosis kanker serviks dan 453 kasus pada tahun 2008. 16
Di Kota Cimahi dari data 2 RS besar di kota ini, menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan kejadian kanker serviks, dilihat dari tahun 2008 jumlah penderita kanker
serviks tercatat sebanyak 37 kasus sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 54
kasus. 17,18
Lebih dari 95 % kasus kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human
Papilloma Virus). Virus ini memiliki 138 tipe yang sudah teridentifikasi, 30 tipe
diantaranya ditularkan lewat hubungan seksual. Jenis virus HPV yang menyebabkan
kanker serviks dan paling fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18.5,13,19-22
Kemungkinan seorang perempuan terpapar dengan infeksi HPV selama kehidupan
seksualnya mencapai 70 %. 21
Kanker serviks tidak memandang usia dan latar belakang. Setiap perempuan
berisiko terkena penyakit ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks
sebagai pemicu atau faktor risiko tumbuhnya sel yang tidak normal antara lain
adalah: usia 35 tahun keatas, paritas tinggi ( lebih banyak ditemukan pada ibu dengan
banyak anak), usia perkawinan terlalu muda atau hubungan seksual terlalu dini (yakni

29
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

sebelum usia 16 tahun), pasangan seksual yang banyak ( berganti-ganti pasangan),


merokok (baik aktif maupun pasif) , pemakaian kontrasepsi oral dalam jangka waktu
yang lama, sosial ekonomi rendah , pendidikan serta virus Herpes Simpleks tipe 2. 21 –
28

Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker serviks,
baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat adanya
program skrining massal antara lain dengan tes Pap’s smear. Di Negara maju,
diagnosis dini dengan tes Pap’s smear telah terbukti mampu menurunkan mortalitas
serta morbiditas kanker serviks hingga 70-80 %.5 Di Indonesia tes Pap’s smear belum
mampu mencapai tujuan tersebut karena berbagai kendala antara lain sumber daya
manusia, dana, sarana/prasarana, organisasi pelaksana, keadaan geografi dan pasien
yang selayaknya menjalankan skrining. 29
Adanya hambatan dan kelemahan, tes Pap’s smear ini menimbulkan
pemikiran untuk skrining alternatif sebagai upaya mendapatkan lebih banyak temuan
kanker serviks stadium dini. Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA),
mampu menjawab kendala tes Pap’s smear.30
Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan skrining kanker
serviks, baik itu ditinjau dari sisi pasien maupun Bidan sendiri. Sementara
ketidaktahuan para perempuan akan ancaman kanker serviks juga turut membantu
banyaknya perempuan yang meninggal karena penyakit ini. Menurut survey yang
melibatkan 5.423 perempuan Asia yang dilakukan di 9 Negara termasuk Indonesia,
terbukti hanya 2 % perempuan yang mengetahui bahwa infeksi HPV merupakan
penyebab kanker serviks.30
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
pemeriksaan Pap’s smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya informasi,
tingkat kewaspadaan masyarakat serta pengetahuan yang rendah terhadap kanker
serviks, hal itu ditandai dengan rekapitulasi jawaban pengetahuan responden
mengenai kanker serviks pada penelitian di Poliklinik KeBidanan dan Kandungan
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2005. Secara keseluruhan lebih dari
sepertiga responden tidak mengetahui definisi, gejala, dan faktor risiko yang dapat
menyebabkan kanker serviks. 31 Fenomena serupa juga terdapat pada penelitian yang
dilakukan di Nigeria dimana pengetahuan mengenai faktor risiko dan gejala kanker
serviks masih sangat rendah. 32
Pada penelitian tahun 2005 di Poliklinik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
juga mendapatkan kenyataan masih tingginya responden yang memiliki perilaku
kurang baik tidak melaksanakan skrining kanker serviks (75,5%). Kondisi itu tentu
saja sangat memprihatinkan, mengingat penelitian ini dilakukan di Jakarta

30
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

yang cukup maju dalam hal teknologi informasi bila dibandingkan dengan daerah lain
di Indonesia. 30
Hubungan antara informasi tentang Pap’s Smear yang diterima dengan
perilaku juga pernah diteliti di Amerika Serikat pada April 2003. Didapatkan bahwa
informasi tentang Pap’s Smear dapat mempengaruhi perilaku responden terhadap
Pap’s smear yaitu hampir empat kali lebih sering memeriksakan diri untuk Pap’s
smear dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informasi.32
Di beberapa negara berkembang, skrining pencegahan kanker serviks masih
dilakukan secara sporadis. Tahun 1986, WHO memperkirakan 40%-50% perempuan
di negara maju pernah melaksanakan skrining sekitar 5 tahun lalu. Ada fakta yang
sangat kontras yaitu hanya 5% perempuan di Negara berkembang yang menjalani
pemeriksaan, dan kebanyakan perempuan yang menjalani pemeriksaan berusia
dibawah 35 tahun. Kebanyakan aktivitas pemeriksaan pada perempuan di negara
berkembang hanya terbatas pada perempuan yang memiliki fasilitas kesehatan yang
baik, sebelum melahirkan dan pada Puskesmas di daerah perkotaan serta tidak ada
dorongan yang secara terorganisir untuk perempuan yang berisiko tinggi. 33
Bidan mempunyai andil dalam pelayanan promosi dan pencegahan mengenai
kanker serviks. Bidan mempunyai peranan yang cukup penting dalam upaya
peningkatan pengetahuan masyarakat dalam hal pemberian informasi mengenai
kanker serviks, tanda gejala serta skrining, menyediakan pilihan informasi dan
pelayanan sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat serta melakukan upaya
pencegahan terhadap risiko kanker serviks ini.34
Bidan sebagai tenaga kesehatan profesional yang berhubungan langsung
dengan kesehatan pasien, sebagai pendamping perempuan Bidan tidak hanya
merupakan orang pertama yang melakukan penyelamatan, tetapi juga berperan
sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, dalam hal ini adalah
kesehatan pasien dari penyakit berbahaya seperti kanker serviks.34
Puskesmas merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang terdekat
dengan masyarakat, peran puskesmas dalam upaya promotif dan preventif sangatlah
strategis. Puskesmas sebagai pusat pengembangan, pembinaan, pelayanan kesehatan
masyarakat terdepan dengan salah satu fungsinya sebagai Pusat pelayanan kesehatan
strata pertama, terpadu, menyeluruh. Sebagai unit pelayanan penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pribadi (rawat jalan/inap) untuk perorangan dan bagi
masyarakat adalah memberikan kegiatan promosi kesehatan dengan upaya wajib
pencegahan & pemberantasan penyakit menular salah satunya adalah kanker
serviks.35

31
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

B. METODOLOGI PENELITIAN

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di seluruh wilayah Kota Cimahi, yang terdiri dari 11
Puskesmas dengan 55 Bidan dan 200 Akseptor KB.

Tabel 1. Pengaruh antara Status Reproduksi (Umur menikah dan Paritas) dan
Pengetahuan Pasien dengan Pelaksanaan Skrining Kanker Serviks.

Pelaksanaan Skrining
Variabel Kanker Serviks OR
No Nilai P
Bebas (CI 95 %)
Ya Tidak
N % N %
1. Umur Menikah
0 : < 20 tahun 13 13 27 27 0,404 0,022
1 : ≥ 20 Tahun 87 87 73 73 (0,194-0,839)

2. Paritas
0:≥4 15 15 13 13 1.181 0,839
1:<4 85 85 87 87 (0,530- 2,630)

3. Pengetahuan
0 : Baik 86 86 67 67 3.026 0,003
1 : Kurang 14 14 33 33 (1,499-6,105)

Berdasarkan dari tabel diatas, dapat dilihat proporsi responden berdasarkan


umur menikah yang melaksanakan skrining kanker serviks sebagian besar (87 %)
adalah responden dengan umur menikah ≥ 20 tahun dibandingkan dengan umur
menikah ≤ 20 tahun sebesar 13 %.

32
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

Hasil uji kai kuadrat diperoleh nilai p 0,022 < 0,05 dan berdasarkan 95 %
Confidence Interval (CI) nilainya tidak melewati angka 1 artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara umur pertama kali responden menikah dengan pelaksanaan
skrining kanker serviks. Dalam penelitian ini pasien akseptor KB yang menikah pada
umur > dari 20 tahun mempunyai peluang 0,404 kali melaksanakan skrining kanker
serviks dibandingkan pasien akseptor KB yang pertama kali menikah pada umur < 20
tahun.
Proporsi paritas responden yang melaksanakan skrining kanker serviks adalah
85 % dari pasien yang mempunyai anak < 4, sedangkan pasien akseptor KB yang
tidak pernah melaksanakan skrining sebanyak 15 % adalah responden dengan paritas
risiko tinggi.
Hasil uji statistik dengan menggunakan kai- kuadrat diperoleh nilai p 0,839 (>
0,05) dan berdasarkan 95 % Confidence Interval (CI) nilainya melewati angka 1,
yang berarti tidak ada pengaruh yang bermakna antara paritas pasien akseptor KB
dengan pelaksanaan skrining kanker serviks.
Pasien akseptor KB yang memiliki paritas < 4 mempunyai kemungkinan
1.181 kali melaksanakan skrining kanker serviks dibandingkan dengan Pasien
akseptor KB yang memiliki paritas > 4 orang.
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat dilihat proporsi responden berdasarkan
pengetahuan responden yang melaksanakan skrining kanker serviks sebagian besar
(86 %) adalah responden dengan pengetahuan baik, sedangkan responden yang
berpengetahuan kurang baik hanya 14 % yang memeriksakan dirinya untuk skrining
kanker serviks.
Hasil uji kai kuadrat diperoleh nilai p 0,003 < 0,05 dan berdasarkan 95 %
Confidence Interval (CI) nilainya tidak melewati angka 1 artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara pengetahuan responden dengan pelaksanaan skrining kanker
serviks. Dalam penelitian ini pasien akseptor KB yang berpengetahuan baik 3,069
kali berpeluang melaksanakan skrining kanker serviks dibandingkan responden yang
berpengetahuan kurang baik.

33
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

Tabel. 2 Pengaruh antara umur menikah dan pengetahuan pasien akseptor KB


dengan Pelaksanaan Skrining Kanker Serviks

No Variabel Koefisien SE Nilai OR


Penelitian B P (95 % CI)
0,421
1. Umur Menikah -0,865 0,381 0,023
(0,199-0,899)
2,936
2. Pengetahuan 1,077 0,363 0,003
(1,443-5,977)

Dari hasil analisis multivariabel di atas menunjukkan bahwa pengetahuan


pasien mengenai skrining kanker serviks merupakan faktor yang mempunyai
pengaruh paling besar terhadap pelaksanaan skrining. Hasil uji analisis didapatkan
Odds Ratio (OR) dari pengetahuan pasien mengenai skrining kanker serviks ini yaitu
sebesar 2,936, dimana responden yang memiliki pengetahuan baik berpeluang untuk
melakukan skrining kanker serviks sebesar 2,936 kali dibandingkan dengan
responden yang memiliki pengetahuan kurang.

D. SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa umur pertama kali menikah pasien,
pengetahuan pasien tentang kanker serviks dan keterampilan Bidan mempengaruhi
pelaksanaan skrining kanker serviks, sedangkan untuk paritas Akseptor KB dan
pengetahuan Bidan tidak mempengaruhi pelaksanaan skrining kanker serviks.
Dengan demikian penulis mengajukan saran perlu dilakukannya penelitian mengenai
perilaku atau sikap, baik masyarakat maupun petugas kesehatan, dilakukannya
penelitian kualitatif yang lebih komprehensif pada kebijakan Pemerintah daerah
setempat yang mendukung pelaksanaan skrining kanker serviks. Instansi kesehatan
(RS, PKM dan Poliklinik) dapat melakukan aspek promotif, preventif dan kuratif,
memanfaatkan media informasi yang effektif dan efisien dalam mensosialisasikan
informasi kejadian kanker serviks dan masalah organ reproduksi lainnya, menunda
umur menikah, mengajak ibu-ibu dalam kelompok usia 30-50 tahun untuk melakukan
penapisan kanker serviks, menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan umur
dan jumlah anak dan meningkatkan pengetahuan dengan lebih banyak menggali atau
mencari informasi yang bisa didapatkan melalui media massa ataupun dari petugas
kesehatan.

34
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz AH. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika; 2007.h.57-58,77-80,91-95.
Agurto I, Asford. Involving The Community In Cervical Cancer Prevention
Programme. International Journel of Gynecology and Obstetrics. 2005.hal 38-45.
Andi Dharma Putra . Vaksin HPV. Disampaikan pada “National Conference
Gynecological Surgery III, Basic Surgical Skill and Vaccinology Training”, Jakarta, 9
Agustus 2007.
Andrijono. Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo. Jakarta :
Majalah Kedokteran Indonesia, Volume : 57, No : 5; 2007.h.153-157.
Andrijono. Kanker Serviks. Subbagian Onkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.
Ciptomangunkusumo. Jakarta : FKUI; 2007.
Anonim.What Are The Risk Factors For Cervical Cancers?. [diunduh 25 Agustus
2009]; Tersedia dari :http://www.cancer.org/docroot/CRI/conten.asp.
Arikunto. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Kesehatan.Jakarta : Bumi Aksara.;
2002.
Aristawati, Pudji Rahardjo.kajian Pengembangan Kebijakan untuk Model Pelayanan
Pencegahan Kanker Serviks Uteri ( Studi Kasus Program Screening see and Treat di
Provinsi Bali, 2004-2006). Disertasi.jakarta: FKUI. 2007.
Bambang D, Nasdaldy, Soemanadi, Sjahrul Sjamsuddin, Asri C Adisasmita . Peran
Jenis Histologik dan Umur pada Kanker Serviks Uteri di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” . Jakarta : Jurusan Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia; 2001.
Benedet JL,Ngan HYS, Hacker NF. Staging Classifications and clinical practice
guidelines of gynecologyc cancers.Int Gynecol Cancer ; 2000. h.207 – 312.
Bertiani E. Sukaca. Cara Cerdas Menghadapi Kanker serviks (leher
Rahim).Yogyakarta : Genius Printika; 2009.h.24-25.
Boon ME, Suurmeijer. The Pap Smear. Coulomb : Leiden; 1991.
Buku Panduan Pencegahan Kanker Serviks untuk Fasilitas dengan Sumber Daya
Terbatas.Jakarta : JNPK-KR. 2007. hal

35
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan


Reproduksi di Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2005. H. 1-51.
Departemen Kesehatan RI. Penanggulangan Kanker Serviks dengan Vaksin HPV.
Jakarta : Depkes RI; 2005.
Dinas Kesehatan. Cegah HIV dan Kanker Serviks. 2005 [diunduh 22 Mei 2009];
Tersedia dari : http: //www.diskes.jabarprov.go.id
Djayadi. Pembunuh Ganas dan Ditakuti Itu Bernama Kanker. Samarinda :Riz’ma ;
2009.h.53
Dwiana Ocviyanti. Tes Pap, Tes HPV dan Servicografi sebagai Pemeriksaan Triase
untuk Tes Iva Positif : Upaya tindak Lanjut Deteksi Dini Kanker Serviks Pada
Fasilitas Kesehatan dengan SDM terbatas beserta Analisi Sederhana Efektifitas
Biayanya. Desertasi.Jakarta: FKUI. 2006.
Endy M Moegni . Penilaian pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien tentang Pap
smear di poliklinik kebidanan dan kandungan RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. In:
Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia 2006. Volume: 213-8; 2006.
Fitriyadi Kusuma, Endy M. Moegni, Penatalaksanaan Tes Pap Abnormal. Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran
No. 133; 2001.h.18-21.
FX Bosch, RS Cotran, Robins SL, N Mufioz, CJLM Meijer, KV Shah. The causal
relation between human papiloma virus and servical cancers. J Clin Path; 2002.
Gunarmi Hadi. Keterampilan harus selalu ditingkatkan. Diunduh dari. [diunduh 25
Agustus 2009]; Tersedia dari :http://www.depkes.go.id
Hanifah W, AB Saepudin, T. Rachimhadi. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 1999. h. 367 – 405.
Hardiman Achmad, Noviani Rini, Wahidin Mugi. Kebijakan Pokok-pokok Kegiatan
Pengendalian Penyakit Kanker Di Indonesia. Jakarta : Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, Ditjen PP & PL Depkes RI; 2008.
Herman Susanto. Penderita kanker leher rahim bertambah setiap tahun [on line
serial]. 2008 [diunduh 28 Mei 2009]; Tersedia dari :
http://jekjeknong.multiply.com/journal/.
Hurlock EB.. Psikhologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta : EGC; 1997.

36
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

IBG Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta : EGC; 1999.h.632-


639.
IGN Darmaja, IK Suwiyoga , I.G.A Artha. Risiko Lesi Intraepitel Skuamosa Serviks
Derajat Tinggi Pada Penderita Terinfeksi Virus Human Papiloma 16 dan 18.
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Jakarta : Cermin
Dunia Kedokteran No. 145 ; 2004. h. 13-16.
I Ketut Suwiyoga. Tes Human Papilloma Virus sebagai skrining Alternatif kanker
serviks. Sub Divisi Gineko- Ongkologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran No.
151; 2005.h.1-5.
Imam Rasjidi. Manual Prakanker Serviks. Jakarta : Sagung Seto; 2008.h.6-9.
Ina Yuniati . Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan. Disampaikan dalam Forum Bidan
: Peningkatan Profesionalisme Bidan Pertemuan Pra Pertemuan Ilmiah Tahunan XIV
Perkumpulan obstetric dan Ginekologi Indonesia. Bandung, 12 Juli 2004.
Jeronimo. Visual Inspection with Acetic Acid For Cervical Cancer Screening Outside
ofLow resource setting.Rev.Panam Salud Publica (Pan Am) Public Health. [diunduh
15 Maret 2010]; Tersedia dari :http://www.elseiver.com/locate/ijgo.
Kepmenkes No. 128..Kebijakan Dasar Puskesmas. Jakarta : Depkes RI; 2004.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 369/MENKES/III/2007.
Standar Profesi Bidan. Jakarta : PP IBI Pusat; 2007.
K Tonika, K Wijaya . Infeksi Chlamidya Trachomatis pada Kanker Serviks
Terinfeksi Human Papilloma Virus tipe 16 dan 18 : Studi Cross – Sectional. Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. Jakarta
: Cermin Dunia Kedokteran No 145 ; 2004. h. 9-12.
Krivak TC, Mc.Broom JW, Elkas JC. Cervical and Vaginal cancer. In : Berek JS,
Adashi EY, Hillard PA (ed). Novak’s Ginekology, 13th ed. Baltimore : Lippincot
Williams and Wilkin; 2002.h. 1199.
Laila Nuranna. Pencegahan kanker serviks dan Inspeksi Visual dengan asam Acetat.
Disampaikan pada “National Conference Gynecological Surgery III, Basic Surgical
Skill and Vaccinology Training”, Jakarta; 9 Agustus 2007.
Laila Nuranna. Skrining Kanker Serviks dengan Metode Skrining Alternatif : IVA.
Subbagian Onkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo.
Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran No. 133; 2001. . h.22-24.

37
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

Laila Nuranna. Penanggulangan Kanker Serviks yang Sahih dan andal dengan metode
Proaktif-VO (Proaktif,koordinatif dengan skrining IVA dan terapi krio.Desertasi
Program Doktor. Jakarta : FKUI; 2005.
Laila Nuranna. Metode Skrining IVA sesuai untuk Pusat Pelayanan Kesehatan .
Subbagian Onkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo.
Jakarta : FKUI; 2001.
Laras Lembah Manah. Analisa Faktor pendidikan Pada Wanita Peserta Program
Penapisan Kanker Leher Rahim dengan Pendekatan “See & Treat” : untuk Deteksi
Lesi Pra Kanker dan Pengobatan Terapi Beku. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009.
Legra TL, Guerreiro TC. Prevalence and Risk Factors In Positive Cervix Cytology.
2005 [diunduh Juli 2009]; Tersedia dari: http://www.medicc.org.
MN Bustan . Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta;
2007.h.180.
Nikko Darnindro, Madeleine R Jasin, Martina, Lidya Hernanto, Ardiansyah
Doli,Made Tambunan, dkk. Pengetahuan, sikap, perilaku perempuan yang sudah
menikah mengenai Pap smear dan Faktor-faktor yang berhubungan di Rumah susun
Klender Jakarta. Jakarta : Majalah Kedokteran Indonesia, Vol : 57, No : 7; 2006.
Petignat P, Roy M. Diagnosis and management of cervical cancer. Br Med J; 2007.
Putri H. Manajemen Karsinoma serviks. Yogyakarta: Bagian /SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dr. Sardjito; 2000.
Radich. Kanker serviks, pembunuh Wanita No. 1 di Dunia. ( Di dunia, setiap 2 menit,
seorang wanita meninggal akibat kanker serviks, di Indonesia, setiap 1 jam (Ferlay J
et al. Globocan). 2002 [diunduh tanggal 15 Juni 2009] ; Tersedia dari :
http://id.shvoong.com.
Rama Diananda. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Kata Hati; 2009.h.15-
48.
Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia Tk. II Dustira. Rekam Medik Poliklinik
Kebidanan dan Kandungan 2007-2008. Cimahi; .
Rumah Sakit Hasan Sadikin. Rekam Medik penderita kanker serviks ; 2007-2008.
Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat. Rekam Medik Poliklinik Kebidanan dan
Kandungan 2007-2008. Cimahi;
Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia Tk. II Dustira. Rekam Medik Poliklinik
Kebidanan dan Kandungan 2007-2008. Cimahi; .

38
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013

Sankaranarayanan R, Budukh AM, Rajkumar R. Effective Screening programmes for


cervical cancer in low and middle-income developing countries.Jeneva : Bulletin
WHO ; 2001. h.62-79.
SD Iswara, IK Suwiyoga, I.G.P Mayura M, I.G Artha A. Perbandingan Akurasi
Diagnostik Lesi Pra Kanker Serviks Antara Tes Pap dengan Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA) pada Wanita dengan Lesi Serviks. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Sanglah Denpasar,
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah
Sakit Sanglah Denpasar. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran No. 145; 2004.h.5-43.
Sjahrul Sjamsuddin. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Subbagian
Onkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo. Jakarta :
Cermin Dunia Kedokteran No. 133; 2001. h.8-13.
Syahrul Rauf. Infeksi Human Papilloma Virus. Disampaikan pada “National
Conference Gynecological Surgery III, Basic Surgical Skill and Vaccinology
Training”, Jakarta, 9 Agustus 2007.
Tim Penanggulangan Kanker Terpadu RSUPN Dr.Ciptomangunkusumo. Kanker di
RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Tahun 1998. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1999.
Tony S Moerdijat. Menggulirkan Sistem Terbuka pencegahan Kanker Serviks Di
Indonesia. Disajikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Obstetri dan
Ginekologi Sosial Indonesia. Malang, 2-6 April 2008.
World Health Organization. Comprehensive Cervical Cancer Control. A Guide to
Essential Practice. Geneva : WHO; 2006.

39

Anda mungkin juga menyukai