3 Desember 2013
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, khususnya di Negara berkembang seperti
Indonesia. 3-7 Data yang dikumpulkan dari 13 Pusat Patologi-Anatomi (1998) di
Indonesia menunjukkan bahwa frekuensi kanker serviks tertinggi diantara kanker
yang ada di Indonesia maupun di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo.4,9-13 Setiap
tahunnya terdapat kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks di seluruh Dunia
dan 80 % diantaranya terjadi pada perempuan yang hidup di Negara berkembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks sebagai pemicu atau faktor risiko
tumbuhnya sel yang tidak normal antara lain adalah: usia 35 tahun keatas, paritas
tinggi, usia perkawinan terlalu muda atau hubungan seksual terlalu dini, pasangan
seksual yang banyak, merokok, pemakaian kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang
lama, sosial ekonomi rendah, pendidikan serta virus Herpes Simpleks tipe 2. 21 – 28
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif dengan
pendekatan kasus – kontrol untuk melihat status reproduksi dan pengetahuan pasien
dengan pelaksanaan skrining kanker serviks serta pendekatan crossectional untuk
pengetahuan dan keterampilan Bidan dalam pelaksanaan skrining kanker serviks.
Hasil penelitian adalah 80 % umur menikah responden adalah ≥ 20 tahun, Paritas
responden 86 % adalah < 4 dan 76,5 % pengetahuan pasien berada dalam kategori
baik. Mayoritas (86,5 %) Bidan tidak melaksanakan skrining kanker serviks, 91,9 %
mempunyai pengetahuan baik tentang kanker serviks dan 89,2 % Bidan tidak
kompeten. Terdapat pengaruh yang signifikan antara umur pertama kali responden
menikah dengan pelaksanaan skrining kanker serviks , pasien pada umur menikah >
dari 20 tahun mempunyai peluang 0,404 kali melaksanakan skrining kanker serviks
dibandingkan umur menikah < 20 tahun. Tidak ada pengaruh yang bermakna antara
paritas pasien akseptor KB dengan pelaksanaan skrining kanker serviks. Pasien yang
memiliki paritas < 4 mempunyai kemungkinan 1.181 kali melaksanakan skrining
kanker serviks dibandingkan dengan yang memiliki paritas > 4 orang. Terdapat
pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden dengan pelaksanaan
skrining kanker serviks, pasien berpengetahuan baik 3,069 kali berpeluang
melaksanakan skrining kanker serviks dibandingkan responden yang berpengetahuan
kurang baik. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden
dengan pelaksanaan skrining kanker serviks. Bidan yang berpengetahuan baik
0,267 kali lebih sering atau berpeluang melaksanakan skrining kanker serviks
27
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
Kata Kunci : Pasien akseptor KB, bidan PKM, pelaksanaan skrining kanker serviks.
A. PENDAHULUAN
28
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
29
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker serviks,
baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat adanya
program skrining massal antara lain dengan tes Pap’s smear. Di Negara maju,
diagnosis dini dengan tes Pap’s smear telah terbukti mampu menurunkan mortalitas
serta morbiditas kanker serviks hingga 70-80 %.5 Di Indonesia tes Pap’s smear belum
mampu mencapai tujuan tersebut karena berbagai kendala antara lain sumber daya
manusia, dana, sarana/prasarana, organisasi pelaksana, keadaan geografi dan pasien
yang selayaknya menjalankan skrining. 29
Adanya hambatan dan kelemahan, tes Pap’s smear ini menimbulkan
pemikiran untuk skrining alternatif sebagai upaya mendapatkan lebih banyak temuan
kanker serviks stadium dini. Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA),
mampu menjawab kendala tes Pap’s smear.30
Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan skrining kanker
serviks, baik itu ditinjau dari sisi pasien maupun Bidan sendiri. Sementara
ketidaktahuan para perempuan akan ancaman kanker serviks juga turut membantu
banyaknya perempuan yang meninggal karena penyakit ini. Menurut survey yang
melibatkan 5.423 perempuan Asia yang dilakukan di 9 Negara termasuk Indonesia,
terbukti hanya 2 % perempuan yang mengetahui bahwa infeksi HPV merupakan
penyebab kanker serviks.30
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
pemeriksaan Pap’s smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya informasi,
tingkat kewaspadaan masyarakat serta pengetahuan yang rendah terhadap kanker
serviks, hal itu ditandai dengan rekapitulasi jawaban pengetahuan responden
mengenai kanker serviks pada penelitian di Poliklinik KeBidanan dan Kandungan
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2005. Secara keseluruhan lebih dari
sepertiga responden tidak mengetahui definisi, gejala, dan faktor risiko yang dapat
menyebabkan kanker serviks. 31 Fenomena serupa juga terdapat pada penelitian yang
dilakukan di Nigeria dimana pengetahuan mengenai faktor risiko dan gejala kanker
serviks masih sangat rendah. 32
Pada penelitian tahun 2005 di Poliklinik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
juga mendapatkan kenyataan masih tingginya responden yang memiliki perilaku
kurang baik tidak melaksanakan skrining kanker serviks (75,5%). Kondisi itu tentu
saja sangat memprihatinkan, mengingat penelitian ini dilakukan di Jakarta
30
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
yang cukup maju dalam hal teknologi informasi bila dibandingkan dengan daerah lain
di Indonesia. 30
Hubungan antara informasi tentang Pap’s Smear yang diterima dengan
perilaku juga pernah diteliti di Amerika Serikat pada April 2003. Didapatkan bahwa
informasi tentang Pap’s Smear dapat mempengaruhi perilaku responden terhadap
Pap’s smear yaitu hampir empat kali lebih sering memeriksakan diri untuk Pap’s
smear dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informasi.32
Di beberapa negara berkembang, skrining pencegahan kanker serviks masih
dilakukan secara sporadis. Tahun 1986, WHO memperkirakan 40%-50% perempuan
di negara maju pernah melaksanakan skrining sekitar 5 tahun lalu. Ada fakta yang
sangat kontras yaitu hanya 5% perempuan di Negara berkembang yang menjalani
pemeriksaan, dan kebanyakan perempuan yang menjalani pemeriksaan berusia
dibawah 35 tahun. Kebanyakan aktivitas pemeriksaan pada perempuan di negara
berkembang hanya terbatas pada perempuan yang memiliki fasilitas kesehatan yang
baik, sebelum melahirkan dan pada Puskesmas di daerah perkotaan serta tidak ada
dorongan yang secara terorganisir untuk perempuan yang berisiko tinggi. 33
Bidan mempunyai andil dalam pelayanan promosi dan pencegahan mengenai
kanker serviks. Bidan mempunyai peranan yang cukup penting dalam upaya
peningkatan pengetahuan masyarakat dalam hal pemberian informasi mengenai
kanker serviks, tanda gejala serta skrining, menyediakan pilihan informasi dan
pelayanan sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat serta melakukan upaya
pencegahan terhadap risiko kanker serviks ini.34
Bidan sebagai tenaga kesehatan profesional yang berhubungan langsung
dengan kesehatan pasien, sebagai pendamping perempuan Bidan tidak hanya
merupakan orang pertama yang melakukan penyelamatan, tetapi juga berperan
sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, dalam hal ini adalah
kesehatan pasien dari penyakit berbahaya seperti kanker serviks.34
Puskesmas merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang terdekat
dengan masyarakat, peran puskesmas dalam upaya promotif dan preventif sangatlah
strategis. Puskesmas sebagai pusat pengembangan, pembinaan, pelayanan kesehatan
masyarakat terdepan dengan salah satu fungsinya sebagai Pusat pelayanan kesehatan
strata pertama, terpadu, menyeluruh. Sebagai unit pelayanan penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pribadi (rawat jalan/inap) untuk perorangan dan bagi
masyarakat adalah memberikan kegiatan promosi kesehatan dengan upaya wajib
pencegahan & pemberantasan penyakit menular salah satunya adalah kanker
serviks.35
31
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di seluruh wilayah Kota Cimahi, yang terdiri dari 11
Puskesmas dengan 55 Bidan dan 200 Akseptor KB.
Tabel 1. Pengaruh antara Status Reproduksi (Umur menikah dan Paritas) dan
Pengetahuan Pasien dengan Pelaksanaan Skrining Kanker Serviks.
Pelaksanaan Skrining
Variabel Kanker Serviks OR
No Nilai P
Bebas (CI 95 %)
Ya Tidak
N % N %
1. Umur Menikah
0 : < 20 tahun 13 13 27 27 0,404 0,022
1 : ≥ 20 Tahun 87 87 73 73 (0,194-0,839)
2. Paritas
0:≥4 15 15 13 13 1.181 0,839
1:<4 85 85 87 87 (0,530- 2,630)
3. Pengetahuan
0 : Baik 86 86 67 67 3.026 0,003
1 : Kurang 14 14 33 33 (1,499-6,105)
32
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
Hasil uji kai kuadrat diperoleh nilai p 0,022 < 0,05 dan berdasarkan 95 %
Confidence Interval (CI) nilainya tidak melewati angka 1 artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara umur pertama kali responden menikah dengan pelaksanaan
skrining kanker serviks. Dalam penelitian ini pasien akseptor KB yang menikah pada
umur > dari 20 tahun mempunyai peluang 0,404 kali melaksanakan skrining kanker
serviks dibandingkan pasien akseptor KB yang pertama kali menikah pada umur < 20
tahun.
Proporsi paritas responden yang melaksanakan skrining kanker serviks adalah
85 % dari pasien yang mempunyai anak < 4, sedangkan pasien akseptor KB yang
tidak pernah melaksanakan skrining sebanyak 15 % adalah responden dengan paritas
risiko tinggi.
Hasil uji statistik dengan menggunakan kai- kuadrat diperoleh nilai p 0,839 (>
0,05) dan berdasarkan 95 % Confidence Interval (CI) nilainya melewati angka 1,
yang berarti tidak ada pengaruh yang bermakna antara paritas pasien akseptor KB
dengan pelaksanaan skrining kanker serviks.
Pasien akseptor KB yang memiliki paritas < 4 mempunyai kemungkinan
1.181 kali melaksanakan skrining kanker serviks dibandingkan dengan Pasien
akseptor KB yang memiliki paritas > 4 orang.
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat dilihat proporsi responden berdasarkan
pengetahuan responden yang melaksanakan skrining kanker serviks sebagian besar
(86 %) adalah responden dengan pengetahuan baik, sedangkan responden yang
berpengetahuan kurang baik hanya 14 % yang memeriksakan dirinya untuk skrining
kanker serviks.
Hasil uji kai kuadrat diperoleh nilai p 0,003 < 0,05 dan berdasarkan 95 %
Confidence Interval (CI) nilainya tidak melewati angka 1 artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara pengetahuan responden dengan pelaksanaan skrining kanker
serviks. Dalam penelitian ini pasien akseptor KB yang berpengetahuan baik 3,069
kali berpeluang melaksanakan skrining kanker serviks dibandingkan responden yang
berpengetahuan kurang baik.
33
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
34
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz AH. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika; 2007.h.57-58,77-80,91-95.
Agurto I, Asford. Involving The Community In Cervical Cancer Prevention
Programme. International Journel of Gynecology and Obstetrics. 2005.hal 38-45.
Andi Dharma Putra . Vaksin HPV. Disampaikan pada “National Conference
Gynecological Surgery III, Basic Surgical Skill and Vaccinology Training”, Jakarta, 9
Agustus 2007.
Andrijono. Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo. Jakarta :
Majalah Kedokteran Indonesia, Volume : 57, No : 5; 2007.h.153-157.
Andrijono. Kanker Serviks. Subbagian Onkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.
Ciptomangunkusumo. Jakarta : FKUI; 2007.
Anonim.What Are The Risk Factors For Cervical Cancers?. [diunduh 25 Agustus
2009]; Tersedia dari :http://www.cancer.org/docroot/CRI/conten.asp.
Arikunto. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Kesehatan.Jakarta : Bumi Aksara.;
2002.
Aristawati, Pudji Rahardjo.kajian Pengembangan Kebijakan untuk Model Pelayanan
Pencegahan Kanker Serviks Uteri ( Studi Kasus Program Screening see and Treat di
Provinsi Bali, 2004-2006). Disertasi.jakarta: FKUI. 2007.
Bambang D, Nasdaldy, Soemanadi, Sjahrul Sjamsuddin, Asri C Adisasmita . Peran
Jenis Histologik dan Umur pada Kanker Serviks Uteri di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” . Jakarta : Jurusan Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia; 2001.
Benedet JL,Ngan HYS, Hacker NF. Staging Classifications and clinical practice
guidelines of gynecologyc cancers.Int Gynecol Cancer ; 2000. h.207 – 312.
Bertiani E. Sukaca. Cara Cerdas Menghadapi Kanker serviks (leher
Rahim).Yogyakarta : Genius Printika; 2009.h.24-25.
Boon ME, Suurmeijer. The Pap Smear. Coulomb : Leiden; 1991.
Buku Panduan Pencegahan Kanker Serviks untuk Fasilitas dengan Sumber Daya
Terbatas.Jakarta : JNPK-KR. 2007. hal
35
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
36
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
37
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
Laila Nuranna. Penanggulangan Kanker Serviks yang Sahih dan andal dengan metode
Proaktif-VO (Proaktif,koordinatif dengan skrining IVA dan terapi krio.Desertasi
Program Doktor. Jakarta : FKUI; 2005.
Laila Nuranna. Metode Skrining IVA sesuai untuk Pusat Pelayanan Kesehatan .
Subbagian Onkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo.
Jakarta : FKUI; 2001.
Laras Lembah Manah. Analisa Faktor pendidikan Pada Wanita Peserta Program
Penapisan Kanker Leher Rahim dengan Pendekatan “See & Treat” : untuk Deteksi
Lesi Pra Kanker dan Pengobatan Terapi Beku. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009.
Legra TL, Guerreiro TC. Prevalence and Risk Factors In Positive Cervix Cytology.
2005 [diunduh Juli 2009]; Tersedia dari: http://www.medicc.org.
MN Bustan . Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta;
2007.h.180.
Nikko Darnindro, Madeleine R Jasin, Martina, Lidya Hernanto, Ardiansyah
Doli,Made Tambunan, dkk. Pengetahuan, sikap, perilaku perempuan yang sudah
menikah mengenai Pap smear dan Faktor-faktor yang berhubungan di Rumah susun
Klender Jakarta. Jakarta : Majalah Kedokteran Indonesia, Vol : 57, No : 7; 2006.
Petignat P, Roy M. Diagnosis and management of cervical cancer. Br Med J; 2007.
Putri H. Manajemen Karsinoma serviks. Yogyakarta: Bagian /SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dr. Sardjito; 2000.
Radich. Kanker serviks, pembunuh Wanita No. 1 di Dunia. ( Di dunia, setiap 2 menit,
seorang wanita meninggal akibat kanker serviks, di Indonesia, setiap 1 jam (Ferlay J
et al. Globocan). 2002 [diunduh tanggal 15 Juni 2009] ; Tersedia dari :
http://id.shvoong.com.
Rama Diananda. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Kata Hati; 2009.h.15-
48.
Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia Tk. II Dustira. Rekam Medik Poliklinik
Kebidanan dan Kandungan 2007-2008. Cimahi; .
Rumah Sakit Hasan Sadikin. Rekam Medik penderita kanker serviks ; 2007-2008.
Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat. Rekam Medik Poliklinik Kebidanan dan
Kandungan 2007-2008. Cimahi;
Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia Tk. II Dustira. Rekam Medik Poliklinik
Kebidanan dan Kandungan 2007-2008. Cimahi; .
38
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.3 Desember 2013
39