1
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5256);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4502), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010, tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 119, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor
5161);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010, tentang Jenis Pajak Daerah
yang dipungut berdasarkan Penetapan Bupati atau dibayar sendiri oleh
wajib pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 153, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor
5179);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2
2012 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5372) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
226, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5746);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara R.I Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara R.I No.
5887);
18. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kementrian Negara serta susunan Susunan, Organisasi Tugas
dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
19. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/Menkes /PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/Menkes
/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat;
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2014 tentang Unit
Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan
Transfusi Darah;
26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Transfusi Darah;
27. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Daerah
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2016 Nomor 6 Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 79);
28. Peraturan Gubernur Nomor 41 Tahun 2017 Tentang susunan Organisasi
Tugas Pokok dan Fungsi dan Tata Kerja Cabang Dinas dan Pelaksana
Teknis Daerah Provinsi Sulawesi Barat (Berita Daerah Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2017 Nomor 41);
3
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN
KESEHATAN PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD)
BALAI LABORATORIUM KESEHATAN DAN TRANSFUSI DARAH
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4
21. Unit Transfusi Darah (UTD) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darah;
22. Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan,
pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan
tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan;
23. Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas pemberian jasa pelayanan yang diberikan oleh UPT Laboratorium
Kesehatan dan Lingkungan;
24. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan;
25. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk penerima atau pemotong
retribusi tertentu;
26. Pelayanan Kesehatan adalah semua bentuk pelayanan laboratorium kesehatan yang diberikan
oleh Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah kepada orang pribadi atau badan yang
terdiri dari pemeriksaan laboratorium klinik (hematologi, kimia klinik, bakteriologi, parasitologi,
imunologi, patologi, virologi dan atau bidang lain), Laboratorium Kesehatan
Masyarakat/Lingkungan (mikrobiologi, fisika, kimia dan atau bidang lain) dan radiologi;Jasa
adalah pelayanan yang diberikan Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah kepada
pelanggan untuk kegiatan pemeriksaan laboratorium;
27. Tarif adalah besarnya biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan di Balai Laboratorium
Kesehatan dan Transfusi Darah yang dibebankan kepada pelanggan sebagai imbalan atas jasa
pelayanan yang diterimanya;
28. Sistem Paket adalah cara perhitungan pembiayaan dengan mengelompokkan beberapa jenis
pelayanan dalam satu tarif pelayanan;
29. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oleh Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah
atas pemakaian sarana dan prasarana yang terdiri atas biaya operasional, biaya bahan dan biaya
pemeliharaan yang digunakan langsung dalam proses pemeriksaan laboratorium;
30. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh Pelaksana Pelayanan Laboratorium Kesehatan
dan Lingkungan atas jasa yang diberikan kepada pengguna jasa dengan memperhatikan tingkat
kesulitan, waktu, resiko dan profesionalitas tenaga dalam proses pemeriksaan laboratorium;
31. Pelanggan adalah setiap orang/badan yang datang ke Balai Laboratorium Kesehatan dan
Transfusi Darah untuk mendapatkan pelayanan laboratorium kesehatan;
32. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan atau
organisasi, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap,
dan bentuk badan lainnya;
33. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan yang
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;
34. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan denda;
BAB II
NAMA, OBJEK, DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan Nama Retribusi Pelayanan Kesehatan pada UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dan
Transfusi Darah Dinas Kesehatan dipungut retribusi atas Pelayanan Kesehatan pada UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah.
Pasal 3
1. Objek Retribusi adalah pelayanan kesehatan yang disediakan dan diberikan di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah, kecuali pelayanan pendaftaran.
5
2. Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari
UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah.
BAB III
PENGGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 4
Retribusi pelayanan kesehatan pada UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah
digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
PELAYANAN YANG DIKENAKAN RETRIBUSI
Pasal 5
1. Setiap orang pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan kesehatan dari UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah diwajibkan membayar retribusi.
2. Jenis pelayanan kesehatan yang dikenai Retribusi adalah :
a. Semua jenis pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan oleh UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan dan Transfusi Darah yang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Laboratorium Klinis (Hematologi, Kimia Klinik, Bakteriologi, Parasitologi, Immunologi,
Virologi dan atau bidang lain);
2. Laboratorium Kesehatan Masyarakat/Lingkungan (mikrobiologi, fisika, kimia dan atau
bidang lain);
b. Pemeriksaan Penunjang Medik (Radiologi dan lain-lain);
c. Pengujian Kesehatan (General Chek Up, yang sejenis dan macam pemeriksaan sesuai
permintaan );
d. Dan pelayanan kesehatan lain sesuai dengan pengembangan UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan dan Transfusi Darah;
BAB V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan dan frekuensi pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah;
BAB VI
MASA RETRIBUSI DAN PENETAPAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 7
Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk
memanfaatkan jasa Pelayanan Kesehatan.
Pasal 8
Retribusi terhutang terjadi saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VII
STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI
Pasal 9
1. Besarnya tarif retribusi ditentukan berdasarkan jenis pemeriksaan laboratorium, sarana
laboratorium yang digunakan dan jasa pelayanan laboratorium yang diberikan.
2. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum pada lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
3. Tarif Retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tahun) sekali.
4. Peninjauan tarif retribusi dapat dilakukan sesuai dengan keadaan dan perkembangan ekonomi
masyarakat yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
6
BAB VIII
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF
Pasal 10
1. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi pelayanan kesehatan ditetapkan dengan
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek
keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan kesehatan dimaksud.
2. Biaya sebagimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga
dan biaya modal.
3. Pelayanan kesehatan pada Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah dilakukan dengan
profesional, cepat dan tidak diskriminatif kepada semua masyarakat termasuk masyarakat
miskin.
4. Ketentuan dan tata cara pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin berdasarkan
ketentuan dan peraturan yang berlaku dan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
BAB IX
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 11
Retribusi dipungut di wilayah dimana pelayanan kesehatan diberikan oleh UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan dan Transfusi Darah.
BAB X
TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN
Pasal 12
1. Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang disamakan.
2. Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis,
kupon, dan kartu langganan.
3. Pembayaran retribusi dilakukan pada saat pemberian persetujuan pelayanan kesehatan oleh
pelanggan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan
4. Ketentuan dan tata cara pembayaran dan penyetoran retribusi berdasarkan ketentuan dan
peraturan yang berlaku dan diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB XI
TATA CARA PENAGIHAN DAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 13
1. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan
dari Retribusi yang terhutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
STRD.
2. Penagihan Retribusi terhutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat
teguran.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan diatur dalam Peraturan Gubernur.
BAB XII
KEDALUWARSA PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 14
1. Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3
(tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan
tindak pidana di bidang Retribusi
2. Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :
a. Diterbitkan Surat Teguran; atau
7
b. Ada pengakuan hutang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.
3. Dalam hal diterbitkanSurat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa
penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
4. Pengakuan hutang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan
belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
5. Pengakuan hutang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan
permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
BAB XIII
TATA CARA PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN
SANKSI ADMINISTRASI DAN DENDA
Pasal 15
1. Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembebasan sanksi
administrasi dan denda karena diluar kekuasaannya.
2. Ketentuan dan tata cara pengurangan dan pembebasan sanksi administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur.
BAB XIV
TATA CARA PEMBETULAN PENETAPAN RETRIBUSI DAN PENGEMBALIAN
KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 16
1. Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung atau
kekeliruan dalam penetapan.
2. Ketentuan dan tata cara pembetulan penetapan retribusi dan pengembalian kelebihan
pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB XV
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI
Pasal 17
1. Piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa dapat dilakukan penghapusan.
2. Gubernur menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Provinsi yang sudah
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Ketentuan dan tata cara penghapusan piutang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Gubernur.
BAB XVI
TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN
Pasal 18
1. Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dan pelaporan pemungutan
retribusi kesehatan.
2. Ketentuan dan tata cara pembukuan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Gubernur sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
BAB XVII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 19
8
1. Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan retribusi
pelayanan kesehatan dan pola tarif pada UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi
Darah.
2. Pemerintah Daerah dapat membentuk Tim Pembinaan dan Pengawsan sebagaimana dimaksud
ayat (1) diatas dengan Keputusan Gubernur.
BAB XVIII
KERJASAMA DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 20
1. Pelaksanaan pelayanan kesehatan pada UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi
Darah dapat dilakukan kerja sama dengan pihak ketiga.
2. Ketentuan dan tata cara kerjasama sebagimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Gubernur.
3. Kepala Daerah dapat membebaskan sebagian dan seluruh biaya pelayanan kesehatan seperti
penggulangan keadaan luar biasa (KLB) program-program kesehatan masyarakat dan
permintaan instansi pemerintah yang menyangkut kepentingan masyarakat ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
BAB XIX
JASA PELAYANAN
Pasal 21
1. Jasa pelayanan dapat diberikan kepada tenaga kesehatan yang bekerja pada UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat.
2. Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dikembalikan keseluruhannya kepada
Balai Laboratorium Kesehatan dan Transfusi Darah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
BAB XX
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 22
1. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindakan pidana di bidang retribusi sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
2. Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti laporan atau pengaduan berkenaan dengan
tindak pidana di bidang retribusi daerah gara keterangan atau laporan tersebut menjadi
lengkap dn jelas ;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubugan dengan tindakan pidana retribusi;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang retribusi;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di
bidang retribusi;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen
yang dibawa;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi;
9
i. Memnggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaimana tersangka atau
saksi;
j. Menghentikan penyidikan; dan
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
retribusi menurut hukum yang adapt dipertanggungjawabkan.
3. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulai penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia seeuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum
Acara Pidana.
BAB XXI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
1. Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah,
diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga)
kali jumlah Retribusi terhutang yang tidak atau kurang bayar.
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.
3. Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Penerimaan Negara.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya,
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 25
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, semua peraturan yang diterbitkan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi Riau yang mengatur hal yang sama dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 26
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Gubernur ini
dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat.
Ditetapkan di Mamuju
pada tanggal …………………….2018
ttd
ttd
10
BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2018 NOMOR ………………..
LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT
NOMOR .…………………TAHUN 2018
TANGGAL ………………. 2018
A. LABORATORIUM KESEHATAN
C. KELOMPOK ENZIM
1. Alkali fosfatase 15.000 10.000 25.000
2. Aldolase/ALD 43.800 29.200 73.000
3. Amilase 43.800 29.200 73.000
4. Asam fosfatase 16.500 11.000 27.500
5. Cholinesterase 43.800 29.200 73.000
6. Cheatinin Kinase (MB) 57.000 38.000 95.000
7. Creatinin Kinase (CK) 57.000 38.000 95.000
8. Gamma GT 18.000 12.000 30.000
9. Glukosa 6 fosfodehidrogenase 43.800 29.200 73.000
10. LDH 8000 12.000 20.000
11. SGOT 8.000 12.000 20.000
12. SGPT 8.000 12.000 20.000
13. Lipase 43.800 29.200 73.000
14. Bilirubin Total 10.000 15.000 25.000
15. Bilirubin Direc 10.000 15.000 25.000
11
E. KELOMPOK FUNGSI ORGAN
1. Asam Empedu 90.000 60.000 150.000
2. Asam Lambung Bertingkat 90.000 60.000 150.000
3. Creatinin Clearance 24.000 16.000 40.000
JASA JASA BESARAN
NO JENIS PEMERIKSAAN SARANA PELAYANAN TARIF
(Rp) (Rp) (Rp)
4. Urea Clearance 21.000 14.000 35.000
5. Hb Glikosilat/HBA1c 90.000 60.000 150.000
6. Thymol Turbidity Test (TTT) 21.000 14.000 35.000
4. CANGGIH
Pemeriksaan Kuantitatif
Drug Monitoring Test
A. DAT
1. Amphetamine 210.000 140.000 350.000
2. Methampetamine 210.000 140.000 350.000
3. Canabinola (THC) 210.000 140.000 350.000
4. Oplate (Heroin) 210.000 140.000 350.000
5. Cocaine 210.000 140.000 350.000
6. Alkohol 210.000 140.000 350.000
7. Benzodiazepam 210.000 140.000 350.000
8. Morphin 210.000 140.000 350.000
B. TDM
1. Phenotoin 210.000 140.000 350.000
2. Phenobarbital 210.000 140.000 350.000
3. Carbamazepine 210.000 140.000 350.000
1. KELOMPOK HEMATOLOGI
1. Retikulosit 6.000 4.000 10.000
2. Hitung sel leulosit 6.000 4.000 10.000
3. Hitung sel Eritrosit 6.000 4.000 10.000
4. Hitung sel Trombosit 9.000 6.000 15.000
5. Hitung jenis sel leukosit (Diff count) 9.000 6.000 15.000
6. Haemoglobin Cyanmeth 9.000 6.000 15.000
7. Ketahanan Osmotik 9.000 6.000 15.000
8. Urin sedimen 6.000 4.000 10.000
9. Hematokrit 6.000 4.000 10.000
10. Laju Endap Darah 12.000 8.000 20.000
11. Hitung Eosinopil 6.000 4.000 10.000
12. Waktu Pendarahan 6.000 4.000 10.000
12
13. Waktu Pembekuan 6.000 4.000 10.000
14. Retraksi Bekuan 6.000 4.000 10.000
15. Golongan darah dan Rhesus 18.000 12.000 30.000
16. Mortologi Sel 60.000 40.000 100.000
JASA JASA BESARAN
NO JENIS PEMERIKSAAN SARANA PELAYANAN TARIF
(Rp) (Rp) (Rp)
17. Pemeriksaan LPB 30.000 20.000 50.000
18. Darah Lengkap (Analyzer) 18.800 28.200 47.000
19. a-PTT 45.000 30.000 75.000
20. PT 45.000 30.000 75.000
21. INR 45.000 30.000 75.000
22. Fibrinogen 45.000 30.000 75.000
23. TT 45.000 30.000 75.000
24. D-Dimer 43.200 28.000 71.200
25. Agregasi Trombosit 204.000 136.000 340.000
26. Sel LE 60.000 40.000 100.000
27. SI 81.000 54.000 135.000
28. TIBC 81.000 54.000 135.000
29. Coombs’ Test 24.000 16.000 40.000
30. G 6 PD 150.000 100.000 250.000
31. Hbf 87.000 58.000 145.000
32. HbA2 225.000 150.000 375.000
33. Analisa Hb (Elektrofaresa) 288.000 192.000 480.000
13
D. PENDETEKSIAN FUNGSI THYROID (METODE
ELFA)
1. TSH 72.000 108.000 180.000
2. TSHa 126.000 84.000 210.000
JASA JASA BESARAN
NO JENIS PEMERIKSAAN SARANA PELAYANAN TARIF
(Rp) (Rp) (Rp)
3. T3 72.000 108.000 180.000
4. T4 72.000 108.000 180.000
5. FT3 96.000 64.000 160.000
6. FT4N 90.000 60.000 150.000
7. Thyroglobulin Antibody 226.000 151.200 377.200
8. Thyroglobulin 258.000 172.000 430.000
I. PENDETEKSIAN AUTOIMMUNE
1. ANA 360.000 240.000 600.000
2. AMA 120.000 80.000 200.000
3. SMA 120.000 80.000 200.000
4. ANC 180.000 120.000 300.000
5. ANTI DS-DNA 360.000 240.000 600.000
6. ACA lgG 372.000 248.000 620.000
7. ACA lgM 372.000 248.000 620.000
IV BIDANG MIKROBIOLOGI
Mikroskopis
1. Parasit/Jamur/Kapang 9.000 6.000 15.000
a. Malaria 6.000 9.000 15.000
b. Mikrofilaria 9.000 6.000 15.000
c. Tricomonas,sp 9.000 6.000 15.000
d. Candida. Sp 9.000 6.000 15.000
e. Pewarnaan Gram 9.000 6.000 15.000
f. Neisseria Gonorrhoea 9.000 6.000 15.000
g. Sarcoptes Sabli 9.000 6.000 15.000
h. Jamur superficial 9.000 6.000 15.000
i. Jamur Subcutan 9.000 6.000 15.000
J. Mycobacterium Tuberculosis (BTA) 12.000 18.000 30.000
k. Mycobacterium lepra (BTA) 12.000 18.000 30.000
l. Faices Rutin 8.000 12.000 20.000
m. Pemeriksaan Tanah (Telur Cacing) 15.000 10.000 25.000
2. Biakan
a. Kultur Jamur 60.000 40.000 100.000
14
b. Kultur Thypoid 60.000 40.000 100.000
c. Identifikasi dan Resistensi Mikro Organisme
180.000 120.000 300.000
Aerob
d. Identifikasi & Resistensi Mikro Organisme an
270.000 180.000 450.000
Aerob
JASA JASA BESARAN
NO JENIS PEMERIKSAAN SARANA PELAYANAN TARIF
(Rp) (Rp) (Rp)
e. Strein Kuman 65.000 65.000 130.000
f. Media Bactec 39.000 26.000 65.000
g. Media BHI Brouth 3.000 2.000 5.000
h. Botol Urine Steril 3.000 2.000 5.000
4. Nosocomial :
a. Suap Alat 60.000 40.000 100.000
b. Udara 90.000 60.000 150.000
c. Angka Lempeng Total (ALT) 30.000 20.000 50.000
C. KATEGORI SEDERHANA
1. Bau 4.500 3.000 7.500
2. Rasa 4.500 3.000 7.500
3. Suhu 5.100 3.400 8.500
4. Warna 20.700 13.800 34.500
5. Daya hantar listrik 6.000 4.000 10.000
6. Kecerahan/Kejemihan 4.500 3.000 7.5000
7. Lampisan minyak 6.000 4.000 10.000
8. Derajat keasaman/Ph 15.000 10.000 25.000
9. Kebasaan 15.000 10.000 25.000
10. Khlor bebas (Cl 2) 25.200 16.800 42.000
11. Zat terendap 4.500 3.000 7.500
12. Benda terapung 4.500 3.000 16.800
13. Kekeruhan 9.000 7.800 19.500
14. Asam Borat/garamnya 9.000 6.000 15.000
15. Arsen/As (reaksi) 9.000 6.000 15.000
16. Kadmium/Cd (reaksi) 9.000 6.000 15.000
17. Raksa/Hg (reaksi) 9.000 6.000 15.000
18. Tembaga/Cu (reaksi) 9.000 6.000 15.000
19. Timbal/Pb (reaksi) 9.000 6.000 15.000
20. Klorida 26.000 10.000 36.000
21. Zat warna asing 15.000 10.000 25.000
22. Zat pengawet, Natrium nitrit (reaksi) 15.000 10.000 25.000
23. Zat pengawet, Natrium nitrat (reaksi) 15.000 10.000 25.000
24. Salinitas 9.000 6.000 15.000
25. Sisa Klor 15.000 10.000 25.000
26. Kesadahan CaCo3 18.000 12.000 30.000
27. Kalium Klorat 15.000 10.000 25.000
28. Zat yang teroksidasi dengan KMn04 18.000 12.000 30.000
15
D. KATEGORI SEDANG
1. Zat Tersuspensi (TSS) 18.600 12.400 31.000
2. Zat padat terlarut (TDS) 18.600 12.400 31.000
3. Oksigen terlarut 23.400 15.600 39.000
JASA JASA BESARAN
NO JENIS PEMERIKSAAN SARANA PELAYANAN TARIF
(Rp) (Rp) (Rp)
4. CO2 Agresif 18.600 12.400 31.000
5. Debu (udara) 144.000 96.000 240.000
6. Kebisingan 72.000 48.000 120.000
7. Amoniak Bebas (CH3-N) 37.800 25.200 63.000
8. Oksigen terabsorbsi 23.400 15.600 39.000
9. Oksigen (O3)-Ozon 15.000 10.000 25.000
10. Sulfat (SO4) 15.000 10.000 25.000
11. Flourida (F) 27.000 18.000 45.000
12. Nitrit (NO2) 21.000 14.000 35.000
13. Nitrat (NO3) 21.000 14.000 35.000
14. Kebutuhan Oksigen 5 hari sebagai BOD 42.000 28.000 70.000
15. COD 42.000 28.000 70.000
16. Sulfida sebagai H2S 108.000 72.000 180.000
17. Sulfida dalam air 108.000 72.000 180.000
18. Minyak dan lemak 60.000 40.000 100.000
19. Minyak nabati 60.000 40.000 100.000
20. Fenol 51.000 34.000 85.000
21. Deterjen/uji biru metylen 51.000 34.000 85.000
22. Asam borat dan garamnya 51.000 34.000 85.000
23. Asam salycilat 60.000 40.000 100.000
24. Siklamat 60.000 60.000 120.000
25. Zat pengawet 60.000 40.000 100.000
26. Asam Borax 60.000 40.000 100.000
27. Asam benzoate 60.000 40.000 100.000
28. metyl-P-hydroksil benzoate 60.000 40.000 100.000
29. Pemanis buatan 60.000 40.000 100.000
30. Peptisida per golongan 540.000 360.000 900.000
31. Zat pemanis sakarin 60.000 40.000 100.000
E. KATAGORI CANGGIH
1. Alumunium/Al (SSA Perbandingan 45.000 30.000 75.000
2. Arsen/As (SSA) 72.000 48.000 120.000
3. Besi/Fe (SSA) 45.000 30.000 75.000
4. Barium/Ba (SSA) 45.000 30.000 75.000
5. Boron/B (SSA) 45.000 30.000 75.000
6. Kadmium/Cd (SSA) 45.000 30.000 75.000
7. Kalsium/Ca (SSA) 45.000 30.000 75.000
8. Kromium val 6 (SSA) 45.000 30.000 75.000
9. Kobalt/Co (SSA) 54.000 36.000 90.000
10. Linthium Li (SSA) 45.000 30.000 75.000
11. Magnesium (SSA) 45.000 30.000 75.000
12. Mangan/Mn (SSA) 45.000 30.000 75.000
13. Mercury/Hg (SSA) 72.000 48.000 120.000
14. Natrium/Na (SSA) 45.000 30.000 75.000
15. Nikel/Ni (SSA) 45.000 30.000 75.000
16. Perak/Ag (SSA) 45.000 30.000 75.000
17. Selenium/Se (SSA) 72.000 48.000 120.000
18. Seng/Zn (SSA) 45.000 30.000 75.000
19. Silikat/Si (SSA) 45.000 30.000 75.000
20. Tembaga/Cu (SSA) 45.000 30.000 75.000
21. Timbal/Pb (SSA) 54.000 36.000 90.000
22. Uranium/U 240.000 160.000 400.000
23. Asam Benzoat (Kromatografi gas) 540.000 360.000 900.000
24. Peptisida (Kromatografi gas) 540.000 360.000 900.000
16
(Bau, Rasa, Suhu, Kekeruhan, Warna, TDS, Fe, F
Mn, Kesadaahan, Cl, SO4, NO2, NO3, pH,
KmnO4)
B. KATEGORI SEDANG
1. Alkohol (Spektrifotometri) 120.000 80.000 200.000
2. Etanol (Spektrofotometri) 120.000 80.000 200.000
C. KATEGORI CANGGIH
1. Alkohol (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
2. Analgetik, Antipiretik (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
3. Antireumatik (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
4. Antidepresi (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
5. Antieplepsi (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
6. Antihistamin (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
7. Anti Malaria (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
8. Antipsikotropika (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
9. Antiseptik (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
10. Antituberkulosis (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
11. Kardiovaskuler (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
12. Diuretika (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
13. Hipnotikum (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
14. Narkotika (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
15. Stimulantia, Amfetamin (Khromatografi Gas) 600.000 400.000 1.000.000
16. Pestisida (Khromatografi Gas) 540.000 360.000 900.000
17. Arsen/As (Spektrofotometri serapan atom) 72.000 48.000 120.000
18. Kadmium/Cd (Spektrofotometri serapan atom) 45.000 30.000 75.000
19. Krom/Cr (Spektrofotometri serapan atom) 60.000 40.000 100.000
20. Raksa/Hg (Spektrofotometri serapan atom) 72.000 48.000 120.000
21. Raksa/Hg (Mercuri Analizer) 180.000 120.000 300.000
22. Seng/Zn (Spektrofotometri serapan atom 45.000 30.000 75.000
23. Tembaga/Cu (Spektrofotometri serapan atom) 45.000 30.000 75.000
24. Barium/Ba (Spektrofotometri serapan atom) 54.000 36.000 90.000
25. Timbal/Pb (Spektrofotometri serapan atom 54.000 36.000 90.000
26. HPLC 600.000 400.000 1.000.000
17
c. SGOT
d. SGPT
e. GLUKOSA SEWAKTU
f. CHOLESTEROL TOTAL
g. ASAM URAT
B. PRAKTEK PERORANG/MINGGU
1. SMA Sederajat 60.000 40.000 100.000
2. D1- D III Sederajat 75.000 50.000 125.000
3. S1, DIV, Co.Ass, Apt, Ners 90.000 60.000 150.000
4. S2, Program Pendidikan Dokter Spesialis 150.000 100.000 250.000
C. PRAKTEK PERORANG/BULAN
1. SMA Sederajat 150.000 100.000 250.000
2. D1- D III Sederajat 210.000 140.000 350.000
3. S1, DIV, Co.Ass, Apt, Ners 240.000 160.000 400.000
4. S2, Program Pendidikan Dokter Spesialis 390.000 260.000 650.000
18
D. MAGANG PERORANG/MINGGU
1. SMA Sederajat 120.000 80.000 200.000
2. D1- D III Sederajat 150.000 100.000 250.000
3. S1, DIV, Co.Ass, Apt, Ners 180.000 120.000 300.000
4. S2, Program Pendidikan Dokter Spesialis 210.000 140.000 350.000
5. Karyawan Umum 240.000 160.000 400.000
IX PENELITIAN
A. PENELITIAN PER KEGIATAN
(Belum termasuk biaya parameter yang dilakukan)
1. SMA Sederajat 30.000 20.000 50.000
2. D1 – D III/Sederajat 60.000 40.000 100.000
3. S1/Sederajat 90.000 60.000 150.000
4. S2/Sederajat 90.000 60.000 150.000
5. Karyawan/Umum 120.000 80.000 200.000
B. SEWA KAFETARIA/KANTIN
1. Perpedagang/Bulan 150.000 100.000 250.000
B.TRANSFUSI DARAH
19
NO JENIS KOMPONEN BIAYA
I DARAH
GRATIS
(Sumbangan Sukarela& Pendonor)
Ditetapkan di Mamuju
pada tanggal …………………….2018
ttd
20