Anda di halaman 1dari 42

PERATURAN BUPATI PEKALONGAN

NOMORTAHUN 2015

TENTANG

PERATURAN INTERNALRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN


KABUPATEN PEKALONGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PEKALONGAN,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan


meningkatkan kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
agar dapat berjalan secara selaras, seimbang,efektif dan
efisien antara pemilik, pejabat pengelola dan komite medis
serta komite lainnyamaka perlu adanya Peraturan
Internal Rumah Sakit Umum Daerah Kajen;
b. bahwa guna melaksanakan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, Rumah Sakit harus dikelola dengan
menggunakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good
corporate governance) dantata kelola klinis yang baik
(good clinical governance) sehingga jelas peran,fungsi,
tugas, tanggung jawab dan kewenangannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Bupati Tentang Peraturan Internal Rumah
Sakit Umum Daerah Kajen;

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah – daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Jawa Tengah ( Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 37);
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan
mengubah Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah – daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Jawa Tengah
(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor
52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2757);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 224,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587)sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
undang No.9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara RepublikIndonesia Nomor 5679);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1986 Tentang
Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II
Pekalongan dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Pekalongan ke Kota Kajen di Wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II Pekalongan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1986 Nomor 70);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 Tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan
dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3381);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
4503) sebagaimana telah diubah dengan peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5340) ;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135)
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502) ;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
4855);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Ripublik Indonesia Nomor 4741);
18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan
Publik;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09 / PMK 02 / 2006
tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pada Badan
Layanan Umum;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Tehnis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755 / MENKES /
PER /IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di
Rumah Sakit;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772 / MENKES /
SK/VI /2002 tentang Pedoman Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital Bylaws)
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013
tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit;
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

25. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 6 Tahun


2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun
2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Pekalongan Nomor 5);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 6 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 22);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN INTERNAL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN KABUPATEN
PEKALONGAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati Pekalongan ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Pekalongan.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Pekalongan.
4. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan.
5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan.
6. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan / atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan , dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
7. Tata Kelola Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah peraturan organisasi
rumah sakit (Corporate Bylaws) dan peraturan internal staf medis (Medical
Staff Bylaws) yang disusun dalam rangka menyelenggarakan tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate govemance) dan tata kelola klinis yang
baik (good clinical govemance).
8. Tata Kelola Korporasi (Corporate Bylaws) adalah peraturan yang mengatur
hubungan antara Pemerintah Daerah sebagai Pemilik dengan Dewan
Pengawas, Pejabat Pengelola dan Staf Medik rumah sakit beserta fungsi,
tugas, tanggungjawab, kewajiban, kewenangan dan hak dari Staf Medik di
rumah sakit.
9. Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff Bylaws) adalah peraturan internal yang
mengatur tentang fungsi, tugas, tanggungjawab, kewajiban, kewenangan dan
hak dari Staf Medis di rumah sakit.
10. Tata Kelola Staf Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) adalah aturan yang
mengatur tata kelola klinis untuk menjaga profesionalisme tenaga
keperawatandi rumah sakit.
11. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat PPK-BLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis
yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah
pada umumnya.
12. Jabatan Struktural adalah jabatan yang secara nyata dan tegas diatur dalam
lini organisasi yang terdiri dari Direktur, Kepala Bagian, Kepala Bidang,
Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi.
13. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukan tugas
tanggungjawab, kewajiban, kewenangan dan hak seseorang pegawai dalam
satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian dan atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.
14. Pejabat pengelola BLUD Rumah Sakit yang selanjutnya disebut pejabat
pengelola adalah pimpinan BLUD yang bertanggungjawab terhadap kinerja
operasional BLUD yang terdiri dari Direktur, Pejabat Pengelola Keuangan dan
Pejabat Teknis;
15. Pejabat Pengelola Keuangan adalah Kepala Bagian Tata Usaha dan Pejabat
Teknis adalah Kepala Bidang.
16. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah Spesifikasi
teknis tentang tolak ukur layanan minimal yang diberikan oleh Rumah Sakit
kepada masyarakat.
17. Rencana Bisnis Anggaran yang selanjutnya disingkat RBA adalah dokumen
perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan yang berisi program,
kegiatan, target kinerja dan anggaran.
18. Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DPA adalah
dokumen yang memuat pendapatan dan biaya, proyeksi arus kas, jumlah
dan kualitas barang dan / atau jasa yang dihasilkan dan / jumlah dan
kualitas barang dan / atau jasa yang dihasilkan dan / atau digunakan
sebagai dasar pelaksanaan anggaran.
19. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
20. Tenaga Medis adalah dokter Umum, dokter gigi dan dokter spesialis
21. Staf Medis adalah dokter umum , dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi
spesialis serta dokter spesialis konsultan yang bekerja purna waktu maupun
paruh waktu di unit pelayanan rumah sakit.
22. Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok orang yang bertugas
melaksanakan administrasi perkatoran guna menunjang pelaksanaan tugas-
tugas pelayanan;
23. Kelompok Staf Medis yang selanjutnya disingkat KSM adalah Kelompok Staf
Medis yang keanggotaannya sesuai dengan profesi dan keahliannya.
24. Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disebut
Dewan Pengawas adalah perangkat yang bertugas melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah.
25. Unit pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya kesehatan, yaitu
rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat intensif, kamar operasi,
kamar bersalin, radiologi, laboratorium medik dan pelayanan penunjang
lainnya.
26. Unit kerja adalah tempat staf administrasi, staf medik, profesi kesehatan dan
profesi lainnya yang menjalankan profesinya, dapat berbentuk instalasi, unit
dan lain-lain.
27. Komite Rumah Sakit adalah perangkat khusus yang dibentuk dengan
Keputusan Direktur sesuai dengan kebutuhan rumah sakit untuk tujuan
dan tugas tertentu.
28. Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola
klinis (clinical govemance) agar staf medis dirumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
29. Komite Etik adalah suatu perangkat organisasi non structural yang dibentuk
dalam rumah sakit untuk membentu pimpinan rumah sakit dalam
melaksanakan Kode Etik Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI).
30. Komite Keperawatan adalah wadah non struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
31. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis
yang diberikan oleh Direktur untuk melakukan sederetan pelayanan medis
tertentu dalam rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan
berdasarkan penugasan klinis (clinical oppointment).
32. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penetapan direktur kepada
seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di rumah
sakit berdasarkan daftar kewenangan klinis (White paper) yang telah
disetujui baginya.
33. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
34. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah
memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis tersebut.
35. Privileging adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh kewenangan
klinik (clinical privilege) dari Direktur setelah dilakukan kredensialing atau
rekredensialing.
36. Audit medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu
pelayanan medic yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam
medic yang dilaksanakan oleh profesi medik
37. Satuan Pengawas Internal adalah perangkat rumah sakit yang bertugas
melakukan pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka membantu
Direktur meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan pengaruh
lingkungan social sekitarnya (social responsibility) dalam menyelenggarakan
bisnis yang sehat.
38. Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi medis.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Peraturan Internal rumah sakit ( hospital bylaws ) dimaksudkan sebagai
pedoman yang mengatur antara pemilik, manajemen, tenaga medis, paramedis,
tenaga kesehatan lain serta seluruh komponen dirumah sakit agar dapat
berjalan secara selaras , seimbang dalam menyusun kebijakan operasional
rumah sakit.
Pasal 3
Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati Pekalongan ini adalah ;
a. meningkatkan profesionalisme pelayanan kesehatan secara lebih efektif dan
efisien, fleksibilitas dan akuntabilitas pengelolaan dana serta optimalisasi
pemanfaatan teknologi; dan
b.meningkatkan harmonisasi tata kerja, prosedur kerja, tugas dan fungsi serta
Sumber Daya Manusia pada Rumah Sakit Umum Daerah Kajenmelalui
pelayanan medis, asuhan/pelayanan, Keperawatan/Kebidanan,pelayanan
penunjang medis dan non medis, pelayanan rujukan medis dan non medis,
serta pelayanan administrasi dan keuangandengan didasarkan pada praktek
bisnis yang sehat.

BAB III
TATA KELOLA RUMAH SAKIT
Pasal 4
(1) Tata Kelola merupakan Peraturan Internal rumah sakit ( hospital bylaws )
yang terdiri dari Tata Kelola Korporasi (Corporate Bylaws) dan Tata Kelola
Staf Medis Bylaws (Medical Staf Bylaws) yang memuat antara lain :
a. Struktur Organisasi;
b. Prosedur Kerja;
c. Pengelompokan fungsi yang logis; dan
d. Pengelolaan sumber daya manusia.
(2) Tata Kelola sebagaimana dimaksud ayat (1) menganut prinsip – prinsip
antara lain :
a. Transparansi;
b. Akuntabilitas ;
c. Responsibilitas; dan
d. Independensi.
Pasal 5
(1) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1) huruf a
mengambarkan posisi jabatan, pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab,
kewenangan dan hak dalam organisasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
(2) Prosedur Kerja sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1) huruf b,
mengambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan dan
fungsi dalam organisasi.
(3) Pengelompokan fungsi yang logis sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1)
huruf c, mengambarkan pembagian yang jelas antara fungsi pelayanan dan
fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian intern dalam
rangka efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi.
(4) Pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1)
huruf d, adalah merupakan pengaturan dalam pengelolaan dan kebijakan
sumber daya manusia yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan baik
secara kuantitatif dan kualitatif guna pencapaian tujuan organisasi yang
efisien dan efektif , berdayaguna dan berhasil guna.

Pasal 6
(1) Tranparansi sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (2) huruf a, merupakan
asas keterbukaan yang dibangun berdasarkan kebebasan arus informasi
agar dapat langsung diterima bagi pengguna yang membutuhkan dan dapat
menumbuhkan kepercayaan.

(2) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (2) huruf b, merupakan


kejelasan fungsi, struktur, system yang dipercayakan pada rumah sakit agar
pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang
membutuhkan.
(3) Responsibilitas sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (2) huruf c , adalah
merupakan kesesuaian atau kepatuhan didalam pengelolaan organisasi
terhadap tata kelola bisnis yang sehat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(4) Independensi sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (2) huruf d, adalah
merupakan bentuk kemandirian pengelolaan organisasi secara professional
tanpa adanya unsur kepentingan, pengaruh dan tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta prinsip
bisnis yang sehat.
Pasal 7
Akuntabilitas sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (2) , diwujudkan mulai dari
pola perencanaan yang terukur , evaluasi dan pelaporan/ pertanggungjawaban
dalam system pengelolaan keuangan, pengelolaan aset ,hubungan kerja dalam
organisasi , manajemen SDM dan manajemen pelayanan.

TATA KELOLA KORPORASI


Bagian Kesatu
Identitas
Pasal 8
(1) Nama Rumah sakit adalah “ Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan “

(2) Bentuk Rumah sakit adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan yang telah ditetapkan sebagai
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh.
(3) Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Rumah Sakit
Kelas C yang terletak di Jalan Raya Karangsari Karanganyar Kabupaten
Pekalongan 51152

Bagian Kedua

Bagian Ketiga
Visi, Misi, Motto, Nilai-Nilai Dasar dan Falsafah
Visi
Pasal 10
Visi RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan adalah Rumah Sakit dengan
Pelayanan yang Bermutu dan Berorientasi pada Keselamatan Pasien
Pasal 11
Misi
Misi RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan sebagai berikut :
(1) Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang terlatih sesuai dengan Profesinya;
(2) Menyiapkan Sarana dan Prasarana Penunjang Pelayanan Kesehatan yang
Bermutu dan Berorientasi pada Keselamatan Pasien ;
(3) Memberikan Pelayanan Kesehatan sesuai Standar Pelayanan Medis pada
seluruh lapisan masyarakat dengan mengedepankan efesiensi dan
efektifitas;
(4) Menjalin Kerjasama dengan Pendidikan, Lembaga Pelayanan Kesehatan,
Pemerintah, Asuransi dan Masyarakat;
(5) Mengembangkan Organisasi Rumah Sakit yang sesuai dengan tuntutan
zaman dan meningkatkan manajemen yang transparan, akuntabel serta
berkualitas secara berkelanjutan.
Pasal 12
Motto
Motto RSUD Kajen adalah Pelayanan Optimal Adalah Tekad Kami

Pasal 13
(1) Guna mewujudkan visisebagaimana dimaksud pada pasal (10) dan Misi
sebagaimana dimaksud pada pasal (11) Rumah Sakit mempunyai tujuan
strategis yaitu :
a. Meningkatkan profesionalisme dan kualitas pelayanan untuk
mewujudkan kemandirian rumah sakit sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK BLUD);
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka mewujudkan sebagai
rumah sakit unggulan,rujukan dan kebanggaan masyarakat Pekalongan;
c. Memenuhi tenaga dokter spesialis yang belum ada guna peningkatan;
dan
d. Mengembangkan produk pelayanan dan sarana prasarana dalam rangka
menjawab tuntutan ,kebutuhan dan harapan masyarakat akan pelayanan
yang lengkap, cepat, tepat dan murah.
(2) Rumah sakit wajib mensosialisasikan visi, sebagaimana dimaksud pada
pasal (10) dan Misi sebagaimana dimaksud pada pasal (11)dan
mottosebagaimana dimaksud pada pasal (12) kepada seluruh pegawai,
pengunjung dan masyarakat luas.
(3) Sosialisasi visi, sebagaimana dimaksud pada pasal (10) dan Misi
sebagaimana dimaksud pada pasal (11) dan motto sebagaimana dimaksud
pada pasal (12)dilaksanakan melalui :
a. Secara verbal, dilaksanakan dengan cara : disampaikan/dibacakan pada
saat apel, upacara dan atau pada saat rapat diruangan oleh manajemen,
Pokja atau pejabat/personel yang ditunjuk.
b. Secara visual, dilaksanakan dengan cara :
1. Dibuat dipapan kayu ditempatkan didinding depan ruang pendaftaran
pasien;
2. Dicetak ukuran kuarto kemudian ditempel di kantor, ruangan
pelayanan dan di tempat yang mudah dibaca oleh umum; dan
3. Dicetak pada booklet dan lefflet.
c. Secara elektronik, dilaksanakan dengan cara di unggah di situs RSUD
Kajen.
(4) Perubahan visisebagaimana dimaksud pada pasal (10) dan Misi sebagaimana
dimaksud pada pasal (11) dan mottosebagaimana dimaksud pada pasal (12) ,
dapat dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan situasi keadaan dan
tuntutan kebutuhan organisasi dan masyarakat.

Pasal 14
Nilai - nilai Dasar
Nilai – nilai yang dianut oleh RSUD Kajen adalah Profesionalisme, Tanggung
Jawab, dan Kerjasama dengan penjabaran sebagai berikut :
(1) Profesionalisme dalam melakukan tugas berlandaskan kaidah ilmiah,
konseptual, analisis dan teknis dalam bekerja yang diperoleh melaui
pendidikan dan pelatihan serta tidak bertentangan dengan norma yang
berlaku dimasyarakat dengan ciri-ciri bertanggung jawab, inovatif, kreatif dan
optimis serta dasari rasionalitas dan etika profesi;
(2) Tanggung Jawab dengan menggunakan kemampuan dan kemauan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu serta berani memikul
akibat atas putusan dan tindakan yang dilakukan; dan
(3) Kerjasama dengan semua stakeholder untuk mencapai hasil guna dan daya
guna yang optimal.
Falsafah
Pasal 15
Falsafah RSUD Kajen adalah :
(1) Bekerja dengan ikhlas, menjaga amanah dan semangat kebersamaan;
(2) Ramah, kasih sayang, saling menghargai dan keterbukaan; dan
(3) Kepuasan dan keselamatan pasienmerupakan tujuan utama.
Bagian Keempat
Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Pasal 16
(1) RSUD Kajen merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkedudukan
sebagai Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah yang merupakan
unsur pendukung tugas Pemerintah Daerah yang bersifat spesifik di bidang
pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Pekalongan melalui Sekretaris
Daerah.
(2) RSUD Kajen mempunyai tugas pokok melaksanakan upaya kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan(kuratif), pemulihan (rehabilitatif), upaya peningkatan
(promotif), pencegahan terjadinya penyakit (preventif)dan melaksanakan
upaya rujukan serta pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan
rumah sakit.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), RSUD
Kajen mempunyai fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan kesehatan;
b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang
pelayanan kesehatan;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kesehatan;
d. melaksanakan ketatausahaan, perencanaan program dan evaluasi,
pelayanan dankeperawatan;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati Pekalongan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

Bagian Kelima
Struktur Organisasi
Pasal 17
Bagian Keenam
Kedudukan Pemerintah Daerah
Pasal 18

(1) Pemerintah Daerahbertanggung jawab untuk membina dan mengawasi atas


penyelenggaraan RSUD Kajen agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
secara professional dan bertanggungjawab sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat.
(2) Pemerintah Daerahdalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan :
a. menetapkan peraturan terkait dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) RSUD Kajen;
b. membentuk dan menetapkan Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. menyetujui dan mengesahkan Rencana Bisnis Anggaran (RBA);
d. melakukan evaluasi dan/atau meminta laporan mengenai kinerja rumah
sakit bsik menyangkut kinerja keuangan maupun non keuangan ;dan
e. Dalam rangka pengesahan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) Bupati dapat
mendelegasikan kewenangannya kepada direktur dan/ atau pejabat lain
yang ditunjuk;
(3) Pemerintah Daerahbertanggungjawab menutup defisit anggaran rumah sakit
yang setelah diaudit secara independen bukan disebabkan oleh kesalahan
dalam pengelolaan;
(4) Pemerintah Daerahbertanggunggugat atas terjadinya kerugian pihak lain,
termasuk pasien, akibat kelalaian dan /atau kesalahan dalam pengelolaan
RSUD Kajen
Bagian Ketujuh
Dewan Pengawas
Paragaraf 1
Pembentukan Dewan Pengawas
Pasal 19
(1) Anggota Dewan Pengawas dibentuk dengan Keputusan Bupati Pekalongan
atas usul Direktur RSUD Kajen;
(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas berjumlah 3 (tiga) orang atau 5 (lima)
orang sesuai dengan nilaijumlah aset dan/atau omset RSUD Kajen;
(3) Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Bupati Pekalongan
Paragaraf 2
Tugas dan kewajiban Dewan Pengawas
Pasal 20
(1) Dewan Pengawas merupakan organ yang bertugas melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap pengelolaan BLUD RSUD Kajen yang dilakukan
oleh Pejabat Pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
(2) Dewan Pengawas berkewajiban:
a. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerahmengenai RBA
yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola;
b. mengikuti perkembangan kegiatan BLUD dan memberikan pendapat
serta saran kepada Kepala Daerahmengenai setiap masalah yang
dianggap penting bagi pengelolaan BLUD;
c. melaporkan kepada Kepala Daerahtentang kinerja BLUD;
d. memberikan nasehat kepada pejabat pengelola dalam melaksanakan
pengelolaan BLUD;
e. melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan dan non
keuangan serta memberikan saran dan catatan - catatan penting
untuk ditindak lanjuti oleh pejabat pengelola BLUD; dan
f. memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja.
(3) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada
Bupati Pekalongan palingsedikit 1 (satu) kali dalam setahun dan sewaktu-
waktu diperlukan.
Paragaraf 3
Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 21
(1) Anggota dewan pengawas dapat terdiri dari unsur-unsur:
a. Pejabat SKPD yang berkaitan dengan kegiatan BLUD;
b. Pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah; dan
c. Tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD.
(2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan pejabat pengelola
(3) Kriteria yang dapat diusulkan rnenjadi anggota Dewan Pengawas adalah:
a. memiliki dedikasi dan memahami masalah yang berkaitan dengan
kegiatan BLUD, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya;
b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi atau komisaris, atau
dewan pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan
suatu badan usaha pailit atau orang yang tidak pernah melakukan
tindak pidana yang merugikan daerah;dan
c. mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan, sumber
daya manusia dan mempunyai komitmen terhadap peningkatan kualitas
pelayanan publik.
Paragaraf 4
Masa Jabatan Dewan Pengawas
Pasal 22
(1) Masa bakti Dewan Pengawas adalah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang lagi untuk 1 (satu) periode masa jabatan berikutnya
(2) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh
Bupati Pekalongan; dan
(3) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), apabila:
a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
c. terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit; dan
d. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana
dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan
pengawasan atas rumah sakit.

Paragaraf 5
Sekretaris Dewan Pengawas
Pasal 23

(1) Bupati Pekalongan dapat mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas untuk


mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas;
(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bukan
merupakan anggota Dewan Pengawas;dan
(3) Sekretariat Dewan Pengawas berada di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
Paragaraf 6
Biaya Dewan Pengawas
Pasal 24
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dewan Pengawas
termasuk honorarium anggota dan Sekretaris Dewan Pengawas dibebankan pada
rumah sakit dan dimuat dalam RBA

Bagian Kedelapan
Pejabat Pengelola
Paragraf 1
Susunan Pejabat Pengelola
Pasal 25

Pejabat PPK-BLUD RSUD Kajen adalah pimpinan RSUD Kajen yang bertanggung
jawab terhadap kinerja operasional RSUD Kajen, terdiri dari:
a. Pemimpin yaitu Direktur;
b. Pejabat Keuangan yaitu Kepala Bagian Tata Usaha ; dan
c. Pejabat Teknis yaitu Kepala Bidang.

Pasal 26
(1) Kepala Bagian Tata Usaha membawahi:
a. Kepala Subbag Kepegawaian ,Hukum dan Humas;
b. Kepala Subbag Keuangan; dan
c. Kepala Subbag Umum.
(2) Kepala Bidang Bina Program membawahi:
a. Seksi Perencanaan Monitoring dan Evaluasi; dan
b. Seksi Rekam Medik,Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dan
Pengembangan Mutu;
(3) Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang membawahi:
a. Seksi Pelayanan Rawat Inap dan Rawap Jalan; dan
b. Seksi Penunjang Medik dan Non Medik.
(4) Kepala Bidang Keperawatan membawahi:
a. Seksi Pelayanan Keperawatan; dan
b. Seksi Etika dan Asuhan Keperawatan.

Paragraf 2
Pengangkatan Pejabat Pengelola
Pasal 27

(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Pejabat Pengelola BLUD RSUD
Kajen ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktek bisnis
yang sehat;

(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu memiliki kemampuan
dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya;
(3) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kepentingan BLUD RSUD Kajen untuk meningkatkan kinerja
keuangan dan non keuangan berdasarkan kaedah-kaedah manajemen yang
baik;
(4) Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD RSUD Kajen dapat berasal dari Pegawai
Negeri Sipil dan/atau Non Pegawai Negeri Sipil yang profesional sesuai
dengan kebutuhan.
(5) Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD RSUD Kajen yang berasal dari Non
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat
dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan kontrak;
(6) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLUD
RSUD Kajen yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil disesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Pokok-Pokok Kepegawaian;
(7) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLUD
RSUD Kajen yang berasal dari Non Pegawai Negeri Sipil dilakukan
berdasarkan pada prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam
meningkatkan pelayanan; dan
(8) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLUD
RSUD Kajen yang berasal dari Non Pegawai Negeri Sipil diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Bupati Pekalongan.
Pasal 28

(1) Pejabat Pengelola BLUD RSUD Kajen diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati Pekalongan;
(2) Pimpinan BLUD RSUD Kajen bertanggungjawab kepada Bupati Pekalongan
melalui Sekretaris Daerah; dan
(3) Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis BLUD RSUD Kajen bertanggungjawab
kepada Pimpinan BLUD RSUD Kajen.
Pasal 29
(1) Direktur BLUD RSUD Kajen merupakan Pejabat Pengguna Anggaran/Barang
Daerah.
(2) Dalam hal Direktur BLUD RSUD Kajen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), berasal dari Non PNS, Pejabat keuangan BLUD RSUD Kajen wajib
berasal dari PNS yang merupakan Pejabat Pengguna Anggaran/Barang
Daerah.

Paragraf 3
Persyaratan Direktur
Pasal 30

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Direktur, adalah:


a. tenaga medis yang mempunyai kemampuan, keahlian, integritas,
kepemimpinan dan pengalaman di bidang perumahsakitan serta memiliki
latar belakang pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis/dokter
umum dan atau dokter gigi;
b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemandirian rumah sakit; dan
c. memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan.
Paragraf 4
Persyaratan Kepala Bagian Tata Usaha
Pasal 31

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bagian Tata Usaha, adalah:
a. seseorang yang mempunyai kriteria keahlian, integritas dalam
kepemimpinan serta memiliki latar belakang pendidikan paling rendah
Sarjana Strata 1 (satu).
b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemandirian rumah sakit; dan
c. memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan.

Paragraf 5
Persyaratan Pejabat Teknis
Pasal 32

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bidang Bina Program adalah :
a. Seseorang yang mempunyai kriteria keahlian, integritas dalam
kepemimpinan serta memiliki latar belakang pendidikan paling rendah
Sarjana Strata 1 (satu);
b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemandirian rumah sakit; dan
c. memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan.
Pasal 33

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang
adalah:
a. Tenaga medis yang mempunyai kemampuan, keahlian, integritas,
kepemimpinan dan pengalaman di bidang pelayanan penunjang medis serta
memiliki latar belakang pendidikan Dokter ;
b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemandirian rumah sakit; dan
c. memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan.

Pasal 35

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bidang Keperawatan adalah:


a. Tenaga paramedis keperawatan yang memenuhi kriteria keahlian, integritas,
kepemimpinan, pengalaman serta memiliki latar belakang pendidikan paling
rendah Sarjana Strata 1 (satu) Kesehatan;
b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemandirian rumah sakit; dan
c. memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan.

Paragraf 6

Pemberhentian Pejabat Pengelola dan Pegawai


Pasal 36

(1) Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD RSUD Kajen diberhentikan karena:
a. meninggal dunia;
b. berhalangan secara tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut;
c. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik;
d. melanggar kebijakan atau ketentuan-ketentuan lain yang telah
ditetapkan;
e. mengundurkan diri karena alasan yang patut; atau
f. terlibat dalam suatu perbuatan yang melanggar hukum.
(2) Pemberhentian Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD RSUD Kajen yang
berasal dari Non Pegawai Negeri Sipil diatur lebih lanjut dengan keputusan
Bupati Pekalongan.

Paragraf 7
Tugas, Kewajiban dan fungsi Pejabat Pengelola
Pasal 37

(1) Direktur selaku pemimpin BLUD RSUD Kajen mempunyai tugas dan
kewajiban:
a. memimpin, mengarahkan,membina, mengawasi, mengendalikan, dan
mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan BLUD;
b. menyusun renstra bisnis BLUD;
c. menyiapkan RBA;
d. mengusulkan calon pejabat pengelola keuangan dan pejabat teknis
kepada Bupati Pekalongan sesuai ketentuan;

e. menetapkan pejabat lainnya sesuai kebutuhan BLUD selain pejabat yang


telah ditetapkan dengan peraturan perundangan-undangan; dan
f. menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja operasional serta
keuangan BLUD kepada Bupati Pekalongan.
(2) Direktur BLUD RSUD Kajen dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai fungsi sebagai
penanggungjawab umum operasional dan keuangan BLUD.
Pasal 38
(1) Pejabat Keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf (c)
mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Menyusun perencanaan kegiatan teknis dibidangnya;
b. Melaksanakan kegiatan sesuai RBA rumah sakit
c. koordinasikan penyusunan RBA rumah sakit;
d. Menyiapkan DPA rumah sakit;
e. Melakukan pengelolaan pendapatan dan biaya;
f. Menyelenggarakan pengelolaan kas;
g. Melakukan pengelolaan utang piutang;
h. Menyusun kebijakan pengelolaan barang, asset tetap dan investasi;
i. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan;dan
j. Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
(2) Pejabat Keuangan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) , mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab
keuangan rumah sakit.
Pasal 39
(1) Pejabat Teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf (c)
mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Menyusun perencanaan kegiatan teknis dibidangnya;
b. Melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA rumah sakit;dan
c. Mempertanggungjawabkan kinerja operasional dibidangnya.
(2) Pejabat Teknis dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab
teknis dibidang masing- masing;
(3) Tanggung jawabPejabat Teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2)berkaitan dengan mutu, standarisasi, administrasi, peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan sumbers daya lainnya
Paragraf 8
Evaluasi Pejabat Pengelola dan Pegawai
Pasal 40

(1) bahwa untuk mewujudkan Tata kelola yang baik maka diperlukan adanya
evaluasi kinerja pejabat pengelola dan seluruh pegawai baik PNS maupun
Non PNS;
(2) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setiap
1 (satu) tahun sekali;
(3) Format Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dengan keputusan Direktur.

Bagian Kesembilan
Organisasi Pelaksana
Paragraf 1
Instalasi
Pasal 41
(1) Dalam upaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan, pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan kesehatan dibentuk instalasi
yang merupakan unit pelayanan fungsional;
(2) Pembentukan Instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Direktur;
(3) Pembentukan Instalasi didasarkan atas analisis organisasi dan kebutuhan
dan kemampuan rumah sakit;
(4) Instalasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi dari pejabat fungsional
tertentu yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur;
(5) Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan,
melaksanakan, memantau atau mengevaluasi serta melaporkan kegiatan
pelayanan di instalasi masing-masing melalui kepala bidang yang
membawahi;dan
(6) Kepala Instalasi dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh tenaga
fungsional dan /atau tenaga non fungsional

Paragraf 2
KelompokJabatan Fungsional
Pasal 42
(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga kerja fungsional
yang terbagi atas berbagai kelompok Jabatan Fungsional tertentu sesuai
bidang keahliannya;
(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada;
(3) Kelompok Jabatan Fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai
jabatannya; dan
(4) Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional diatur sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan dimasing – masing jabatan fungsional yang bersangkutan.
Paragraf 3
Staf Fungsional
Pasal 43
(1) Staf fungsional terdiri dari :
a) KSM;
b) Staf Keperawatan fungsional;dan
c) Staf fungsional lainnya.
(2) KSM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) merupakan kelompok
profesi medis yang terdiri dari dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter
gigi spesialis serta dokter spesialis konsultan yang melaksanakan tugas
profesi meliputi diagnosis, pengobatan, pencegahan akibat penyakit,
peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan kesehatan, pendidikan
dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di instalasi dalam jabatan
fungsional.
(3) Staf Keperawatan fungsionalsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b)
merupakan kelompok profesi keperawatan yang melaksanakan tugas
profesinya dalam memberikan asuhan keperawatan di instalasi dalam
jabatan fungsional.
(4) Staf fungsional lainnyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (c)
merupakan tenaga fungsional diluar kelompok tenaga fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dimasing – masing jabatan fungsional yang
bersangkutan
Bagian Kesepuluh
Organisasi Pendukung

Paragraf 1
Satuan Pengawas Internal
Pasal 44
Dalam upaya membantu direktur di bidang pengawasan dan monitoring internal
di bentuk Satuan Pengawas Internal.
Pasal 45
(1) Tugas pokok Satuan Pengawas Internal adalah :
a. mengawasi terhadap pelaksaaan dan operasional BLUD RSUD Kajen;
b. menilai pengendalian pengelolaan dan pelaksaaan kegiatan BLUD RSUD
Kajen ; dan
c. memberikan saran perbaikan kepada Direktur.
(2) Fungsi Satuan Pengawas Internal adalah :
a. pelaksaan pengawasan terhadap segala kegiatan di lingkungan Rumah
Sakit;
b. penelusuran kebenaran laporan atau informasi tentang penyimpangan
yang terjadi; dan
c. pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawas
fungsional.
(3) Satuan Pengawas Internal di bentuk dan di tetapkan dengan keputusan
Direktur.
(4) Satuan Pengawas internal berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab
kepada Direktur.
(5) Satuan Pengawas Internal diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.

Paragraf 2
Komite – komite Rumah Sakit
Pasal 46
(1) Komite rumah sakit terdiri dari :
a) Komite Medis;
b) Komite Keperawatan ;
c) Komite Keteknisian Medis;dan
d) Komite lainnya .
(2) Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola
klinis (clinical govemance) agar staf medis dirumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
(3) Komite keperawatan adalah wadah non struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi keperawatan dan pemeliharaan etika dan disiplin
profesi
(4) Komite Keteknisian Medisadalah wadah non struktural rumah sakit
yangmewadahi tenaga fungsional radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optien, otorik prostetik,
teknisi transfusi dan perekam medis, mempunyai fungsi utama
mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keteknisian
medis melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
(5) Komite Lainnya adalahkomite rumah sakit yang merupakan organisasi non
struktural yang dibentuk oleh Direktur sesuai kebutuhan.

(6) Ketua Komite ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan memperhatikan
masukan dari staf medis dan paramedis yang bekerja di rumah sakit.
(7) Komite berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.

BAB V
TATA KERJA
Pasal 47
(1) Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok
tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan
organisasi di lingkungan pemerintah daerah serta dengan instansi lain di
luar pemerintah daerah sesuai dengan tugas masing-masing;
(2) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-
masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah
yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
(3) Setiap pimpinan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan
serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya;
(4) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk
dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyiapkan
laporan berkala tepat pada waktunya;
(5) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari
bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk
penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada
bawahannya;
(6) Dalam penyampaian laporan masing-masing kepada atasan, tembusan
laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara
fungsional mempunyai hubungan kerja;
(7) Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibawahnya
dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing,
wajib mengadakan rapat berkala; dan
(8) Jenis-jenis rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) akan diatur
tersendiri dengan Keputusan Direktur.

BAB VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Paragraf 1
Tujuan Pengelolaan
Pasal 48
Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan pengaturan dan kebijakan yang
jelas mengenai Sumber Daya Manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara
kuantitatif dan kualitatif untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara
efektif ,efisien, berdaya guna dan berhasil guna.
Paragraf 2
Jenis Tenaga
Pasal 49
(1) Penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga
rumahsakit yang meliputi tenaga medik , tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian
fisik, tenaga keteknisian medik dan tenaga non medik.
(2) Tenaga rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
pegawai berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Non Pegawai
Negeri Sipil (Non PNS).
Paragraf 3
Pengangkatan Pegawai
Pasal 50
(1) Pengangkatan Pegawai berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilakukan
menurut ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku;
(2) Pengangkatan Pegawai berstatus Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil (Non
PNS) dilakukan menurut ketentuan peraturan perundang – undangan yang
berlaku;
Paragraf 4
Penghargaan dan Sanksi
Pasal 51
Untuk mendorong motivasi kerja dan produktifitas pegawai maka RSUD Kajen
menerapkan kebijakan mengenai penghargaan bagi pegawai yang mempunyai
kinerja baik dan sanksi bagi pegawai yang tidak memenuhi ketentuan atau
melanggar peraturan perundang- undangan yang berlaku (reward and
punisment).
Pasal 52
(1) Penghargaan yang diberikan kepada pegawai berstatus PNS dapat berupa:
a. Kenaikan pangkat dengan sistem reguler atau kenaikan pangkat pilihan;
b. Kenaikan gaji berkala;
c. Mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih tinggi;dan/atau
d. Remunerasi
(2) Penghargaan yang diberikan kepada pegawai berstatus Non PNS dapat
berupa:
a. Kenaikan upah secara berkala;
b. Remunerasi;dan /atau
c. Dapat diusulkan menjadi pegawai tetap
Pasal 53
Sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 diberikan sesuai ketentuan yang
berlaku pada peraturan disiplin PNS.
Paragraf 5
Mutasi Pegawai
Pasal 54
(1) Mutasi pegawai dapat dilakukan dalam bentuk rotasi, promosi, dan demosi
yang dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan kinerjadan
pengembangan karier.
(2) Mutasi pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
mempertimbangkan :
a. Penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan
dan keterampilannya;
b. Masa kerja di unit tugas tertentu;
c. Pengalaman pada bidang tugas tertentu;
d. Menunjang karier; dan /atau
e. Kondisi fisik dan psikis pegawai.

Paragraf 6
Disiplin Pegawai
Pasal 55
(1) Disiplin Pegawai adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil / non Pegawai
Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan
kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman
disiplin.
(2) Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS/
Non PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan
ketentuan disiplin PNS/non PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di
luar jam kerja.
(3) Pelanggaran terhadap disiplin pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikenakan hukuman sesuai tingkat dan jenis pelanggarannya, sebagai
berikut :

a. Tingkat hukuman disiplin untuk PNS terdiri dari:


1. hukuman disiplin ringan terdiri dari :
a) teguran lisan;
b) teguran tertulis; dan
c) pernyataan tidak puss secara tertulis
2. hukuman disiplin sedangterdiri dari:
a) penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 (satu) tahun;
b) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c) penurunan pangkat setingkat Iebih rendah selama 1 (satu) tahun.

3. hukuman disiplin berat terdiri dari :


a) penurunan pangkat setingkat Iebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
b) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat Iebih
rendah;
c) pembebasan dari jabatan;
d) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan
e) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
b. Tingkat hukuman disiplin untuk pegawai non PNS terdiri dari:
1. hukuman disiplin ringan terdiri dari :
a) teguran lisan;
b) teguran tertulis; dan
c) pernyataan tidak puas secara tertulis.
2. hukuman disiplin sedangterdiri dari:
a) penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 (satu) tahun;
b) penurunan gaji sebesar 5 persen paling lama 1 (satu) tahun;dan
c) dimutasi ke unit lain.
3. hukuman disiplin beratyaitu berupa pemberhentian / pemutusan
hubungan kerja sebagai pegawai non PNS.

Paragraf 7
Pemberhentian Pegawai
Pasal 56

(1) Pemberhentian pegawai berstatus PNS dilakukan sesuai dengan peraturan


ketentuan yang berlaku bagi PNS.
(2) Pemberhentian pegawai berstatus non PNS dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Mengundurkan diri;
b. Mencapai usia 56 tahun;
c. Meninggal dunia;
d. Melanggar perjanjian kontrak;
e. Melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman 4 (empat) tahun
atau lebih;
f. Berhalangan tetap karena sakitnya sehingga tidak dapat melaksanakan
tugas; dan
g. Adanya perampingan organisasi.
BAB VII
REMUNERASI
Pasal 57
(1) Remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji,tunjangan
tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan / atau
pensiun yang diberikan kepada Pejabat Pengelola, Pegawai Rumah Sakit dan
Dewan Pengawas yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pemberian remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) berdasarkan
prinsip :
a. Proporsionalitas, yaitu pertimbangan atas kelas Rumah Sakit dan
tingkat pelayanan;
b. Kesetaraan, yaitu dengan mempertimbangkan industri pelayanan
sejenis ; dan
c. Kepatutan, yaitu menyesuaikan kemampuan pendapatan fungsional
Rumah Sakit.
(3) Semua biaya yang dikeluarkan untuk pemberian remunerasi dianggarkan
dalam DPA yang merupakan komponen biaya pegawai;
(4) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dialokasikan untuk
pemberian remunerasi bagi :
a. Pejabat Pengelola;
b. Dewan Pengawas; dan
c. Pegawai Rumah Sakit.
Pasal 58
(1) Besaran remunerasi bagi Pejabat Pengelola dan pegawai dapat dihitung
berdasarkan indikator penilaian :
a. Perseorangan indeks (Person indeks)
b. Jabatan yang disandang (position index);
c. Hasil / capaian kinerja (performance index).
(2) Besaran remunerasi bagi pegawai dan Pejabat Pengelola sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Direktur.
Pasal 59
(1) Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan
Pegawai Rumah Sakit dapat diberikan remunerasi sesuai dengan tingkat
tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.
(2) Remunerasi bagi pejabat pengelola dan pegawai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapatdiberikan dalam bentuk gaji, tunjangan,insentif dan
imbalan lainnya.
(3) Remunerasi bagi Dewan Pengawas dan Sekretaris Deawan Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk honorarium.

Pasal 60
Honorarium Dewan Pengawas ditetapkan sebagai berikut :
a. Honorarium Ketua Pengawas paling banyak 40 % (empat puluh perseratus)
dari pemimpin BLUD;
b. Honorarium Anggota Dewan Pengawas paling banyak sebesar 36 % ( tiga
puluh enam perseratus) dari Pemimpin BLUD;
c. Honorarium Sekretaris Dewan Pengawas paling banyak sebesar 15 % (lima
belas perseratus) dari Pemimpin BLUD;
Pasal 61
(1) Pejabat pengelola, Dewan Pengawas dan sekretaris Dewan Pengawas yang
diberhentikan sementara dari jabatannya memperoleh penghasilan sebesar
50 % (lima puluh perseratus) dari remunerasi/honorarium bulan terakhir
yang berlaku sejak tanggal diberhentikan sampai denganditetapkannya
keputusan definitive tentang jabatan yang bersangkutan.
(2) Bagi pejabat pengelola berstatus PNS yang diberhentikan sementara dari
jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memperoleh penghasilan
sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari remunerasi bulan terakhir di
RSUD sejak tanggal diberhentikan atau sebesar gaji PNS berdasarkan surat
keputusan pangkat terakhir.

Pasal 62
(1) Pemberian gaji dan tunjangan bagi pegawai berstatus PNS dialokasikan
melalui Anggaran Belanja Tidak Langsung.
(2) Pemberian gaji dan tunjangan bagi pegawai berstatus Non PNS dialokasikan
melalui Anggaran Belanja Langsung.
(3) Alokasi anggaran insentif, bonus dan honorarium bagi Pejabat Pengelola,
Pejabat Pelaksana Keuangan, Pejabat Pelaksana Teknis, Pegawai, Dewan
Pengawasdan Sekretaris Dewan Pengawas dianggarkan melalui Anggaran
BLUD.

BAB VIII
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Pasal 63
(1) Untuk menjamin ketersediaan,keterjangkauan dan kualitas pelayanan yang
dilaksanakan oleh Rumah Sakit harus mengacu pada Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit yang ditetapkan,
(2) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan
serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
(3) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
dan diusulkan oleh Direktur dan ditetapkan Bupati.

Pasal 64
Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 harus
memenuhi persyaratan:
a. Fokus pada jenis pelayanan;
b. Terukur;
c. Dapat dicapai;
d. Relevan dan dapat diandalkan; dan
e. Tepat waktu

Pasal 65
(1) Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 huruf a,
yaitu mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya
tugas dan fungsi Rumah Sakit;
(2) Terukur sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 huruf b, merupakan
kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang
ditetapkan;
(3) Dapat dicapai sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 huruf c,merupakan
kegiatan nyata, dapat dihitung dari tingkat pencapaiannya,rasional, sesuai
kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
(4) Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 huruf
d, merupakan kegiatan yang sejalan , berkaitan dan dapat dipercaya untuk
menunjang tugas dan fungsi Rumah Sakit; dan
(5) Tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 huruf e, merupakan
kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.

BAB IX
PENGELOLAAN KEUANGAN
Pasal 66
(1) Pengelolaan keuangan Rumah Sakit berdasarkan pada prinsip efektifitas,
efisiensi dan produktivitas dengan berasaskan akuntabilitas dan
transparansi;
(2) Dalam rangka penerapan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka dalam penatausahaan keuangan diterapkan Sistem Akuntansi
berbasis Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP);

Bagian Kesatu
Fleksibilitas
Pasal 67
(1) Dalam pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat
(2) Rumah Sakit sebagai SKPD dengan status BLUD penuh memperoleh
fleksibilitas berupa:

a. Pengelolaan pendapatan dan biaya;


b. Pengelolaan kas;
c. Pengelolaan utang;
d. Pengelolaan piutang;
e. Penglolaan investasi;
f. Pengelolaan barang dan / atau jasa;
g. Pengadaan barang;
h. Penyusunan akuntasi,pelaporan dan pertanggungjawaban;
i. Pengelolaan surplus dan defisit;
j. Pengelolaan dana secara langsung; dan
k. Perumusan standard, kebijakan, system, dan prosedur pengelolaan
keuangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diatur dalam peraturan Bupati tersendiri.

Bagian Kedua
Tarif Pelayanan
Pasal 68
(1) Rumah Sakit dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan
atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan;
(2) Imbalan atas barang dan / atau jasa layanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan
biaya satuan per unit layanan atau hasil per investasi dana;
(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk imbal hasil yang wajar
dari investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya
per unit layanan; dan
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat berupa besaran
tariffdan / atau tarif sesuai jenis layanan Rumah Sakit.
Pasal 69
(1) Tarif layanan rumah sakit beserta pelayanan penunjangnya ditetapkan
dengan Peraturan Bupati atas usulan Direktur ;
(2) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli
masyarakat, serta kompetisi yang sehat;
(3) Bupati dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat membentuk tim; dan
(4) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan oleh
Bupati yang keanggotaannya dapat berasal dari :
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan;
b. DinasPengelolaan Pendapatan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan
c. Unsur Perguruan Tinggi;
d. Organisasi Profesi; dan
e. Rumah Sakit.
Bagian Ketiga
Perencanaan dan Penganggaran
Pasal 70
(1) Direktur wajib menetapkan Rencana Strategis Rumah Sakit setiap 5 (lima)
tahun sekali.
(2) Rencana strategis rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten.
(3) Sebelum ditetapkan, Rancangan Rencana Strategis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Badan Perencana
Pembangunan Daerah Kabupaten untuk memastikan kesesuaian dengan
RPJMD Kabupaten.
Pasal 71
(1) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 dijabarkan dalam
rencana kerja dan RBA Rumah Sakit.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan prinsip
anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis
pelayanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang
diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, APBD II, APBD I,
APBN dan sumber-sumber pendapatan BLUD lainya.
(3) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat :
a. Kinerja tahun berjalan;
b. Asumsi makro dan mikro;
c. Perkiraan harga;
d. Analisis dan perkiraan biaya satuan;
e. Perkiraan harga;
f. Anggaran pendapatan dan biaya;
g. Besaran persentase ambang batas;
h. Prognose laporan keuangan;
i. Perkiraan maju (forward estimate)
j. Rencana pengeluaran investasi / modal; dan
k. Ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA,
SKPD / APBD.
Bagian Keempat
Pendapatan dan Biaya
Paragraf 1
Pendapatan
Pasal 72
Pendapatan Rumah Sakit dapat bersumber dari :
a. Jasa layanan;
b. Hibah;
c. Hasil kerjasama dengan pihak lain;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); dan
f. Lain-lain pendapatan Rumah Sakit yang sah.
Pasal 73
(1) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari jasa layanan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 72 huruf a berupa imbalan yang diperoleh dari jasa
layanan yang diberikan kepada masyarakat;
(2) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 72 huruf b berupa hibah terkait dan / atau hibah tidak terkait;
(3) Hasil kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 72
huruf c berupa perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa dan
usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi Rumah Sakit;
(4) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) sebagaimana dimaksud dalam pasal 72 huruf d
merupakan pendapatan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran
Pemerintah Daerah dan bukan dari pendapatan pembiyaan APBD.
(5) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) sebagaimana dimaksud dalam pasal 72 huruf e
berupa pendapatan yang berasal dari pemerintah dalam rangka pelaksanaan
dekonsentrasi dan / atau tugas pembantuan dan lain-lain.
(6) Lain-lain pendapatan Rumah Sakit yang sah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 72 huruf f, antara lain :
a. Hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
b. Hasil pemanfaatkan kekayaan ;
c. Jasa giro;
d. Pendapatan bunga;
e. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
f. Komisi,potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan / atau pengadaan barang dan / atau jasa oleh Rumah Sakit; dan
g. Hasil investasi.
Pasal 74
(1) Seluruh pendapatan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal 72
kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat dikelola langsung untuk
membiayai pengeluaran Rumah Sakit berdasarkan RBA;
(2) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlakukan sesuai
peruntukannya;
(3) Seluruh pendapatan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal 72
huruf a, sampai dengan huruf f dilaksanakan melalui rekening kas Rumah
Sakit dan dicatat dalam kode rekening kelompok pendapatan asli daerah
pada jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek
pendapatan rumah sakit;
(4) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah setiap triwulan ;dan
(5) Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Paragraf 2
Biaya
Pasal 75
(1) Biaya Rumah Sakit terdiri dari biaya operasional dan biaya non operasional;
(2) Biaya oprasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup seluruh
biaya yang menjadi beban Rumah Sakit dalam rangka menjalankan tugas
dan fungsinya;
(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup
seluruh biaya yang menjadi beban Rumah Sakit dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsinya;
(4) Biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dialokasikan
untuk membiayai program peningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan
kegiatan pendukung pelayanan;dan
(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis, program dan kegiatan.
Pasal 76
(1) Biaya oprasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) terdiri dari
a.Biaya pelayanan; dan
b.Biaya umum dan administrasi.
(2) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup
seluruh biaya oprasional yang berhubungan langsung dengan kegiatan
pelayanan.
(3) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri dari :
a. Biaya pegawai ;
b. Biaya bahan;
c. Biaya pemeliharaan;
d. Biaya barang dan jasa;dan
e. Biaya pelayanan lain-lain.
(4) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
mencakup seluruh biaya operasional yang tidak berhubungan lansung
dengan kegiatan pelayanan.
(5) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), terdiri
dari :
a. Biaya pegawai;
b. Biaya administrasi kantor;
c. Biaya pemeliharaan;
d. Biaya barang dan jasa;
e. Biaya promosi; dan
f. Biaya umum dan administrasi lain-lain
Pasal 77
Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (3) terdiri
dari:
a. Biaya bunga;
b. Biaya administrasi bank;
c. Biaya kerugian penjualan aset tetap;
d. Biaya kerugian penurunan nilai; dan
e. Biaya non oprasional lain-lain.
Pasal 78
(1) Seluruh pengeluaran biaya Rumah Sakit yang bersumber dari biaya
oprasional dan non operasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 75
dilaporkan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) setiap
triwulan;
(2) Seluruh pengeluaran biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)
Pengesahan yang dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab
(SPTJ); dan
(3) Format laporan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), SPTJ
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
Pasal 79
(1) Pengeluaran biaya Rumah Sakit diberikan fleksibilitas dengan
mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan.
(2) Fleksibilitas pengeluaran biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), merupakan biaya yang disesuaikan dengan perubahan pendapatan
dalam ambang batas RBA yang telah ditetapkan secara difinitif.
(3) Fleksibilitas pengeluaran biaya rumah sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), hanya berlaku untuk biaya Rumah Sakit yang berasal dari
pendapatan selain dari APBN / APBD dan hibah terikat.
(4) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, Direktur mengajukan usulan
tambahan anggaran dari APBD kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 80
(1) Ambang batas RBA sebagaimana dimaksud dalam pasal 79 ayat (2),
ditetapkan dengan besaran prosentase;
(2) Besaran prosentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan
dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan oprasional Rumah Sakit;
(3) Besaran prosentase sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dalam
RBA dan DPA Rumah Sakit oleh Tim Anggaran Pendapatan Daerah (TPAD);
(4) Prosentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dapat dicapai, terukur,
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan;
(5) Besaran prosentase ambang batas dalam RBA dan DPA Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB X
PENGELOLAAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
DAN SUMBER DAYA LAINNYA
Pasal 81
(1) Rumah Sakit wajib menjaga lingkungan, baik internal maupun eksternal.
(2) Pengelola lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang
berorentasi kepada keamanan, kenyamanan, kebersihan, kesehatan,
kerapian, keindahan dan keselamatan.
Pasal 82
(1) Pengelola lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 81 ayat (2)
meliputi pengelolaan limbah medik dan limbah non medik.
(2) Tata laksana penglolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengacu pada ketentuan perundang-undangan.
Pasal 83
(1) Pengelolaan sumber daya lain terdiri dari sarana, prasarana, gedung dan
jalan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Pengelolaan sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan mutu pelayanan dan
kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit.

BAB XI
HAK DAN KEWAJIBAN TENTANG INFORMASI MEDIS
Paragraf I
Hak dan Kewajiban Rumah Sakit
Pasal 84
(1) Rumah Sakit berhak membuat peraturan tentang kerahasiaan dan
informasi medis yang berlaku.
(2) Rumah Sakit wajib menyimpan Rekam Medis sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(3) Isi Rekam Medis dapat diberikan kepada :
a. Pasien ataupun pihak lain atas izin pasien / keluarga secara tertulis
sesuai dengan aturan perundang-undangan; dan
b. Pengadilan untuk kepentingan peradilan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 2
Hak dan Kewajiban Dokter
Pasal 85
(1) Dokter Rumah Sakit berhak mendapatkan informasi yang lengkap dan jujur
dari pasien yang dirawat atau keluarganya.
(2) Dokter Rumah Sakit berkewajiban untuk :
a. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien kepada
pihak lain, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; dan
b. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan aturan perundang-
undangan, etika dan hukum konsil kedokteran.
Paragraf 3
Hak dan Kewajiban pasien
Pasal 86
(1) Pasien Rumah Sakit berhak untuk :
a. Mengetahui semua peraturan dan ketentuan rumah sakit yang
mengatur hak, kewajiban ,tata-tertib dan lain-lain hal yang berkaitan
dengan pasien;
b. Memanfatkan isi rekam medik untuk kepentingan peradilan;
c. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik yang
akan atau sudah dilakukan dokter, yaitu :
1. Diagnosis atau alasan yang mendasari dilakukannya tindakan
medik;
2. Tujuan tindakan medik;
3. Tata laksana tindakan medis;
4. Alternative tindakan lain jika ada;
5. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
6. Akibat ikutan yang pasti terjadi jika ada tindakan medic dilakukan;
7. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan; dan
8. Risiko yang akan ditanggung jika pasien menolak tindakan medik.
d. Meminta konsultasi kepada dokter lain (second opinion) terhadap
penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang
merawatnya; dan
e. Mengakses, mengoreksi dan mendapatkan isi rekam medik.
(2) Pasien Rumah Sakit berkewajiban untuk :
a. Memberikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatannya; dan
b. Mentaati seluruh prosedur yang berlaku di Rumah Sakit.
BAB XII
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
(MEDICAL STAFF BYLAWS)
Pasal 87
(1) Rumah Sakit wajib menyusun peraturan internal staf medis dengan
mengacu pada peraturan internal korporasi (corporate bylaws) dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Peraturan internal staf medis dibuat dengan maksud untuk menciptakan
kerangka kerja (framework) agar staf medis dapat melaksanakan fungsi
profesionalnya dengan baik guna menjamin terlaksanaannya mutu layanan
medis yang mengacu pada ketentuan standard profesi yang terkait sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(3) Peraturan internal staf medis berfungsi sebagai aturan yang digunakan oleh
komite medik dan staf medis dalam melaksanakan tata kelola klinis yang
baik (good clinical governance)di rumah sakit.
(4) Peraturan internal staf medis disusun oleh Komite Medik dan disahkan oleh
Direktur.
(5) Tata cara penyusunan peraturan internal staf medis dilaksanakan dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755 / MENKES /
PER /IV / 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
BAB XIII
PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN
(NURSING STAFF BYLAWS)
Pasal 88
(1) Rumah Sakit wajib menyusun peraturan internal staf keperawatan dengan
mengacu pada peraturan internal korporasi (corporate bylaws) dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Peraturan internal staf keperawatan dibuat dengan maksud untuk
menciptakan kerangka kerja (framework) agar staf keperawatan dapat
melaksanakan fungsi profesionalnya dengan baik guna menjamin
terlaksanaannya mutu layanan keperawatan yang mengacu pada ketentuan
standard profesi yang terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(3) Peraturan internal staf keperawatan berfungsi sebagai aturan yang
digunakan oleh komite keperawatan dan staf keperawatan dalam
melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance)di
rumah sakit.
(4) Peraturan internal staf keperawatan disusun oleh Komite Keperawatan dan
disahkan oleh Direktur.
(5) Tata cara penyusunan peraturan internal staf keperawatan dilaksanakan
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun
2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 88
(1) Peraturan internal rumah sakit dapat dilakukan perubahan.
(2) Paling lama setiap 3 (tiga) tahun peraturan internal rumah sakit ditinjau
kembali dan disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi rumah sakit.
(3) Perubahan peraturan internal rumah sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 89
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pekalongan.
Ditetapkan di Kajen
Pada tanggal
BUPATI PEKALONGAN

AMAT ANTONO

Anda mungkin juga menyukai