TENTANG
SISTEM REMUNERASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
SEHAT SELALU KABUPATEN PINGGIRAN
BUPATI PINGGIRAN,
b. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Sehat Selalu Kabupaten Pinggiran telah
menerapkan Pola Penegelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD) berdasarkan Keputusan Bupati Pinggiran Nomor 12345/Kep-
RSUD/2015.
1
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4355);
2
13. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5107);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 625 Tahun 2010
juncto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Inonesia Nomor 70 Tahun
2015 tentang Pedoman Penyusunan Sistem Remunerasi Bagi Pegawai
Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit.
18. Peraturan daerah kabupaten Pinggiran Nomor xx tahun xxxx tentang Tarif
Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Sehat Selalu
Kabupaten Pinggiran.
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
3
8. Kepala Bidang adalah Kepala-Kepala Bidang pada rumah sakit.
9. Dokter adalah dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, dokter gigi spesialis yang
merupakan pegawai tetap atau dokter yang sudah di mendapat Surat Tugas atau SK
oleh direktur rumah sakit.
10. Pegawai adalah pegawai pada rumah sakit yang berstatus Pegawai ASN, Pegawai
Tidak Tetap (PTT) dan Pegawai BLUD.
11. Jasa Tidak Langsung (JTL) Pegawai atau Bakul adalah jumlah Jasa Tidak Langsung
dari Jasa Pelayanan yang diperuntukkan bagi seluruh pegawai rumah sakit dengan
mekanisme pembagian berdasarkan indeks.
Pasal 2
AZAS DAN PRINSIP DASAR REMUNERASI
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
1. Rumah Sakit berkewajiban menyediakan alokasi dana untuk sistem remunerasi dari
sumber-sumber pendapatan yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Setiap pegawai rumah sakit berhak mendapat remunerasi sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
3. Setiap pegawai yang bekerja pada unit pelayanan Pusat Pendapatan atau
Revenue Center sesuai dengan Peraturan Bupati tentang Tarif Pelayanan Rumah
Sakit harus bekerja secara optimal dan profesional sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan dan produktif.
4. Setiap pegawai yang bekerja pada unit penunjang (supporting) Pusat Pendapatan
sesuai dengan Peraturan Bupati tentang Tarif Pelayanan Rumah Sakit harus bekerja
secara optimal dan profesional dalam mendukung pelayanan pada Pusat Pendapatan
berupa ketersediaan sarana, prasarana, fasilitas, SDM, prosedur pelayanan dan
kebutuhan lain yang diperlukan.
4
Pasal 4
PENGERTIAN REMUNERASI
1. Sistem Remunerasi BLUD Rumah Sakit adalah sistem imbal jasa yang dikelola
dengan sistem keuangan dan peraturan rumah sakit bagi seluruh pegawai rumah
sakit yang disusun dan ditetapkan berdasarkan prinsip serta ketentuan dasar yang
berlaku dengan tetap menyesuaikan kondisi dan kemampuan keuangan rumah sakit.
2. Komponen Remunerasi adalah pengelompokan jenis-jenis remunerasi berdasarkan
tujuan-tujuannya.
3. Pengelompokan jenis-jenis remunerasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 Ayat (2)
adalah berdasarkan tujuan pemberian dan terdiri dari :
a. Gaji, Honorarium dan Tunjangan Tetap yang diberikan berkaitan dengan
pekerjaan atau jabatan setiap pegawai rumah sakit (Pay for Position). Besaran
gaji, honorarium dan tunjangan tetap berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
b. Insentif atau Jasa Pelayanan yang diberikan berkaitan dengan kinerja
pegawai, bersifat tunai berupa pendapatan langsung dan rutin secara periodik
sesuai ketentuan waktu yang ditetapkan rumah sakit dengan tujuan pemacu
motivasi kinerja pegawai (Pay for Performance). Besaran insentif bersifat dinamis
bergantung kepada pendapatan rumah sakit.
c. Merit, Bonus dan Tunjangan Tertentu yang diberikan oleh rumah sakit dan
atau pemerintah dengan kondisi-kondisi perorangan / individu (Pay for People)
yang dianggap rumah sakit perlu diberikan penghargaan (reward) melalui sitem
remunerasi dengan tetap memperhatikan kondisi dan kemampuan keuangan
rumah sakit dan atau pemerintah daerah. Besaran Merit, Bonus dan Tunjangan
Tertentu berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh kepala daerah atau
direktur rumah sakit.
4. Sistem Remunerasi diatur berdasarkan rekomendasi direktur rumah sakit dalam
bentuk dokumen tertulis dan yang disahkan oleh kepala daerah melalui Peraturan
Bupati.
Pasal 5
TIM PERUMUS SISTEM REMUNERASI
1. Direktur membentuk Tim Perumus Sistem Remunerasi Rumah Sakit yang diangkat
dan ditetapkan melaui Keputusan Direktur.
2. Tim Perumus Sistem Remunerasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 Ayat (1)
terdiri dari unsur :
a. Dokter;
b. Perawat dan Bidan;
c. Paramedis Lain (Analis Laboratorium, Radiografer, Apoteker, Ahli Gizi, Fisioterapis
dan jabatan fungsional paramedis lain yang ditetapkan oleh direktur)
d. Pegawai administrasi; dan
e. Struktural.
3. Susuan personalia Tim Perumus Sistem Remunerasi Rumah Sakit dipilih berdasarkan
rekomendasi masing-masing unsur yang menunjuk 1 orang sebagai perwakilan di
dalam tim.
4. Anggota Tim Perumus Sistem Remunerasi ditetapkan sebanyak-banyaknya 15 orang
dan harus berjumlah gasal (ganjil).
5. Ketua Tim Perumus Sistem Remunerasi ditunjuk dari perwakilan unsur dokter dan
sekretaris ditunjuk dari unsur perwakilan jajaran struktural.
6. Hasil dari Tim Perumus Sistem Remunerasi adalah dalam bentuk Berita Acara (BA)
Rekomendasi Sistem Remunerasi Rumah Sakit yang harus ditanda tangani oleh
Ketua, Sekretaris dan seluruh Anggota tim.
5
7. Berita Acara (BA) Rekomendasi Sistem Remunerasi Rumah Sakit yang sudah
ditandatangani diserahkan kepada Direktur.
8. Sistem Remunerasi Rumah Sakit ditetapkan oleh direktur berdasarkan rekomendasi
Tim Perumus Sistem Remunerasi Rumah Sakit dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu serta memperhatikan kondisi dan kemampuan keuangan rumah sakit.
9. Keputusan Sistem Remunerasi Rumah Sakit oleh Direktur bersifat final dan tidak
dapat diganggu gugat oleh Tim Perumus Sistem Remunerasi Rumah Sakit.
10. Direktur menyampaikan keputusan Sistem Remunerasi Rumah Sakit kepada Bupati
melalu Sekretaris Daerah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Bupati.
Pasal 6
SUMBER DANA REMUNERASI
1. Gaji pegawai rumah sakit yang berstatus sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara)
bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) Pemerintah Kabupaten Pinggiran.
2. Gaji Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang diangkat berdasarkan keputusan bupati
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah
Kabupaten Pinggiran.
3. Gaji Pegawai BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) Rumah Sakit bersumber dari
pendapatan operasional rumah sakit.
4. Insentif pegawai rumah sakit bersumber dari pendapatan operasional rumah sakit.
5. Merit dan bonus bersumber kepada pos dana taktis rumah sakit berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
6. Tunjangan Tertentu bersumber kepada pemerintah dan atau pendapatan operasional
rumah sakit sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
BAGIAN KESATU
GAJI, HONORARIUM DAN TUNJANGAN
Pasal 7
1. Seluruh pegawai rumah sakit berhak menerima gaji atau honorarium serta tunjangan
tetap sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Gaji dan Tunjangan Tetap pegawai rumah sakit dengan status Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) berdasarkan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
3. Gaji dan Tunjangan Tetap pegawai rumah sakit dengan status Pegawai Tidak Tetap
(PTT) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
berdasarkan ketentuan peraturan kepala daerah yang berlaku.
4. Gaji dan Tunjangan Tetap pegawai rumah sakit dengan status Pegawai BLUD yang
bersumber dari pendapatan operasional rumah sakit mengikuti ketentuan peraturan
kepala daerah tentang besaran gaji bagi Pegawai Tidak Tetap (PTT).
5. Honorarium dapat diberikan kepada pegawai yang mengemban tugas dan jabatan
khusus sesuai dengan ketentuan pemberian honorarium yang berlaku.
BAGIAN KEDUA
JASA PELAYANAN ATAU INSENTIF
Pasal 8
1. Insentif sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 Ayat (3) huruf b sebagai salah satu
komponen Remunerasi adalah Jasa Pelayanan yang merupakan imbalan kerja
diberikan kepada para pemberi pelayanan dan seluruh pegawai rumah sakit termasuk
jajaran stuktural.
2. Dasar filosofi dan tujuan pemberian Insentif adalah dalam rangka memacu motivasi
kinerja seluruh pegawai rumah sakit.
6
3. Sumber dana insentif adalah dari Jasa Pelayanan yang diberikan langsung setiap bulan
bersifat tunai, rutin secara peridoik dan besarannya bersifat dinamik sesuai dengan
perolehan Jasa Pelayanan Rumah Sakit.
Pasal 9
Proporsi Jasa Pelayanan
1. Jasa Pelayanan pasien Umum dan Ikatan Kerja Sama (IKS) sesuai dengan proporsi
Jasa Pelayanan terhadap tarif pelayanan sebagaimana tercantum pada Peraturan
Bupati tentang Tarif Pelayanan Rumah Sakit.
2. Jasa Pelayanan pasien BPJS dan JAMKESDA yang menggunakan metode tarif paket
INA CBGs ditetapkan sebesar 40 % (Empat Puluh Per Seratus) dari nilai klaim
setiap pasien yang disetujui berdasarkan Berita Acara (BA) Pengajuan Klaim.
Pasal 10
Jasa Pelayanan terbagi menjadi Jasa Langsung (JL) dan Jasa Tidak Langsung (JTL).
Pasal 11
Jasa Langsung (JL)
1. Jasa Langsung diperuntukkan bagi pemberi pelayanan langsung yaitu pelaksana dan
kelompok pendamping (asisten).
2. Jasa Langsung terdiri dari Jasa Langsung Pelaksana (JLP) dan Jasa Langsung Asisten
(JLA).
3. Pelaksana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah seorang dokter, apoteker
untuk pelayanan Farmasi, perawat atau bidan untuk pelayanan Asuhan Keperawatan,
sopir ambulance untuk pelayanan ambulance dan mobil jenazah atau petugas kamar
jenazah untuk pelayanan kamar di Kamar Jenazah.
4. Pendamping (asisten) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah kelompok perawat,
bidan, analis laboratorium, radiografer, asisten apoteker dan dokter untuk pelayanan
Asuhan Keperawatan.
5. Jasa Langsung ditetapkan sebesar 60 % dari Jasa Pelayanan untuk seluruh jenis
pelayanan kecuali Pelayanan Tindakan Medis Operasi (TMO) di Kamar Operasi
ditetapkan Jasa Langsung sebesar 70 % dari Jasa Pelayanan.
6. Pengaturan pembagian Jasa Langsung (JL) antara pelaksana dan kelompok
pendamping (asisten) ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 12
Jasa Langsung Pelayanan Farmasi
1. Pelayanan Farmasi terdiri dari Pelayanan Farmasi Produk dan Pelayanan Farmasi
Klinik.
2. Pelayanan Farmasi Produk sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah pelayanan
penyediaan dan pemberian obat serta BHP berdasarkan instruksi dokter dalam
lembar resep atau lembar permintaan obat dan BHP.
3. Pelayanan Farmasi Klinis sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah pelayanan
Konsultasi Farmasi dalam bentuk konseling informasi obat dan konseling efek
samping obat yang diberikan oleh Apoteker kepada klien.
4. Jasa Pelayanan Farmasi Produk yang selanjutnya disebut sebagai Jasa Farmasi (JF)
bersumber dari keuntungan penjualan obat dan BHP.
5. Keuntungan penjualan obat dan BHP berdasarkan Peraturan Bupati tentang Tarif
Pelayanan di Rumah Sakit adalah sebesar 20% dari Harga Neto Apotek (HNA)
ditambah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 %.
7
6. Porsi Biaya Sarana Rumah Sakit ditetapkan sebsar 12 % dari keuntungan penjualan
obat dan BHP; sisanya sebesar 8 % ditetapkan sebagai Jasa Farmasi (JF).
7. Pengaturan pembagian Jasa Farmasi (JF) sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
adalah sebagai berikut :
a. Jasa Langsung Apoteker sebesar 2,4 %;
b. Jasa Langsung Kelompok Asisten Apoteker sebesar 2,4 %;
c. Jasa Struktural sebesar 0,8 %; dan
d. Jasa Tidak Langsung Pegawai (Bakul) sebesar 2,4 %.
8. Jasa Pelayanan Farmasi Klinis mengikuti ketentuan pembagian Jasa Langsung (JL)
sebagaimana diatur pada Pasal 11.
9. Ketentuan Jasa Langsung Pelayanan Farmasi selengkapnya sebagaimana tercantum
pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan pada peraturan ini.
Pasal 13
Jasa Tidak Langsung (JTL)
1. Jasa Tidak Langsung diperuntukkan bagi jajaran manajemen dan seluruh pegawai
rumah sakit termasuk unsur administrasi serta unsur penunjang pemberian pelayanan
secara tidak.
2. Jasa Tidak Langsung (JTL) terdiri dari Jasa Struktural dan Jasa Tidak Langsung
Pegawai (Bakul).
3. Jasa Tidak Langsung (JTL) ditetapkan sebesar 40 % dari Jasa pelayanan untuk seluruh
jenis pelayanan kecuali Pelayanan Tindakan medis Operasi (TMO) di Kamar Operasi
ditetapkan sebesar 30 % dari Jasa Pelayanan.
4. Jasa Struktural sebagimana dimaksud pada Ayat (2) ditetapkan sebesar 10 % dari Jasa
Pelayanan untuk seluruh jenis pelayanan.
5. Jasa Tidak Langsung Pegawai (bakul) sebagimana dimaksud pada Ayat (2) ditetapkan
sebesar 30 % dari Jasa Pelayanan untuk seluruh jenis pelayanan kecuali Pelayanan
Tindakan medis Operasi (TMO) di Kamar Operasi ditetapkan sebesar 20 % dari Jasa
Pelayanan.
Pasal 14
Jasa Struktural
Pembagian Jasa Struktural sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 Ayat (4) diatur dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Direktur sebesar 1,6 % dari Jasa Pelayanan.
b. Wakil Direktur sebanyak 2 orang masing-masing sebesar 0,875 % dari Jasa Pelayanan.
c. Kepala Bagian dan Kepala Bidang sebanyak 6 orang masing-masing sebesar 0,70 %
dari Jasa Pelayanan.
d. Kepala Sub Bagian sebanyak 7 orang masing-masing sebesar 0,45 % dari Jasa
Pelayanan.
Pasal 15
Jasa Tidak Langsung (JTL) Pegawai
1. Jasa Tidak Langsung Pegawai (Bakul) diperuntukkan bagi seluruh pegawai dan
dibagikan berdasarkan Indeksi Individu.
2. Jasa Tidak Langsung Individu adalah perkalian antara Nilai Indeks dengan Indeks
Individu yang besarannya dinamis setiap bulan tergantung dari perolehan Jasa
Pelayanan.
3. Nilai Indeks sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) adalah pembagian antara jumlah
keseluruhan Jasa Tidak Langsung Pegawai (Bakul) dari Jasa Pelayanan dengan Total
Indeks Rumah Sakit.
8
4. Total Indeks Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) adalah penjumlahan
seluruh Indeks Individu pegawai rumah sakit.
5. Indeks Individu sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) adalah penjumlahan perolehan
indeks yang dicapai oleh masing-masing pegawai berdasarkan perhitungan setiap
Komponen Indeks Individu.
6. Komponen Indeks Individu sebagaimana dimaksud pada Pasal Ayat (5) terdiri dari :
a. Indeks Dasar (Basic Index);
b. Indeks Kompetensi;
c. Indeks Resiko;
d. Indeks Emergensi (Emergency Index);
e. Indeks Posisi; dan
f. Indeks Kinerja.
7. Pengaturan nilai dan rating Komponen Indeks Individu sebagaimana dimaksud pada
Ayat (6) selengkapnya tercantum pada lampiran yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 16
BAGIAN KETIGA
MERIT, BONUS DAN TUNJANGAN TERTENTU
Pasal 17
1. Merit atau Bonus adalah penghargaan dari rumah sakit atau pemilik rumah sakit
atas dasar prestasi kinerja pegawai dan bersifat personal (individu) sebagai bentuk
penghargaan (reward) .
2. Dana Merit atau Bonus berasal dari pos dana taktis rumah sakit, atau dari
penghargaan Pemerintah yang ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Merit atau Bonus bisa dalam bentuk bonus prestasi pegawai atau penghargaan lain
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
4. Tunjangan Tertentu bisa dalam bentuk Tunjangan Hari Raya (THR) dan diberikan
berdasarkan ketentuan yang berlaku di lingkungan pemerintah daerah.
Pasal 18
PERUBAHAN SISTEM REMUNERASI
1. Sistem remunerasi untuk pengaturan Insentif atau Jasa Pelayanan dievaluasi setiap
tahun dan dapat dilakukan perubahan atau penyesuaian apabila dipandang perlu.
2. Perubahan sistem remunerasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berdasarkan
pengajuan direktur kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah (Sekda).
3. Perubahan sistem remunerasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) harus
berdasarkan rekomendasi Tim Perumus Sistem Remunerasi Rumah Sakit dan
pertimbangan direktur dengan mempertimbangkan aspek kelayakan, kepatutan dan
kemampuan keuangan rumah sakit.
Pasal 19
9
LAIN-LAIN
1. Pengaturan pembagian Jasa Langsung (JL) bagi kelompok pendamping (asisten) diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Direktur.
2. Pembagian Jasa Pelayanan rumah sakit berdasarkan Keputusan Bupati (basicing)
yang merupakan ketentuan teknis terhadap Peraturan ini (regeling).
3. Keputusan Bupati tentang pembagian Jasa Pelayanan ditetapkan setiap tahun
anggaran dan berlaku selama 1 tahun.
Pasal 20
Ditetapkan Di : Pinggiran
Pada Tanggal : 1 Juli 2017
10
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PINGGIRAN
NOMOR : ..............................
TANGGAL : 1 Juli 2017
TENTANG : SISTEM REMUNERASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEHAT
SELALU KABUPATEN PINGGIRAN
11
PERHITUNGAN PEMBAGIAN DAN KOMPOSISI JASA PELAYANAN PASIEN UMUM DAN
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PINGGIRAN
NOMOR : ..............................
TANGGAL : 1 Juli 2017
TENTANG : SISTEM REMUNERASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEHAT
SELALU KABUPATEN PINGGIRAN
NILAI DAN RATING KOMPONEN INDEKS INDIVIDU PADA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) SEHAT SELALU KABUPATEN PINGGIRAN
I. INDEKS DASAR
NO GAJI POKOK NILAI RATING
1. Basic index atau index dasar untuk penghargaan sebagai insentif
dasar bagi seluruh pegawai yang standarnya diadopsi dari gaji
pokok pegawai yang bersangkutan dengan ketentuan setiap Rp
- 1
100.000,-(seratus ribu rupiah) gaji pokok sama dengan 1 (satu)
nilai index, pegawai non PNS gaji pokoknya disamakan dengan
gaji pokok terendah PNS di RSUD Sehat Selalu.
12
Shift, Rawat Jalan, CSSD, Radiologi Non Shift, Laboratorium Non
Shift, Pemulasaraan Jenazah, Ambulance, Security, Portir Shift,
IPSRS Shift, IPAL, Incinerator
3. Grade III : 3
R. Inap, Radiologi Shift, Laboratorium Shift
4. Grade IV : 3,5
IBS, IGD, ICU, PICU, NICU
V. INDEKS POSISI
NO POSISI NILAI RATING
1. Tenaga fungsional dan staf struktural yang tidak memegang 2
jabatan
2. Manager On Duty (MOD), Penanggung Jawab 2,5
3. Case Manager, Pengawas Keperawatan, Kepala Ruangan, 3 3
4. Bendahara Penerima, Bendahara Barang dan Koordinator 4
5. Kepala Instalasi, Kepala Unit, Kepala SMF, Bendahara Pengeluaran 5
Ketua Komite Medik, Ketua Komite Keperawatan, dan Ketua SPI
Keterangan :
Penetapan Kriteria berdasarkan pada :
- Jabatan : Surat Keputusan Pejabat yang berwenang dan SK Direktur
- Pendidikan : Ijazah yang telah disesuaikan
- PNS/Non PNS : Surat Keputusan Pejabat Berwenang
- Tugas Shift : Penugasan Kepala Satuan Kerja
- Resiko : Berdasarkan Keadaan di Lapangan
- Kinerja : Hasil Penilaian Indeks Kinerja Individu (IKI) Oleh Atasan Langsung
13