Anda di halaman 1dari 30

BUPATI NAGEKO

KABUPATEN NAGEKEO

PERATURAN BUPATI NAGEKO


NOMOR TAHUN

TENTANG

POLA TATA KELOLA


RUMAH SAKIT DAERAH AERAMO

KABUPATEN NAGEKO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NAGEKEO,

Menimbang: a. bahwa dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka


kesehatan merupakan salah satu bidang urusan
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten Nagekeo dan salah satu bentuknya
bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan di wilayahnya;
b. bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki
peran strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dan oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan bermutu
sesuai dengan yang ditetapkan dan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat;
c. bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Bupati Nagekeo
Nomor: 168/KEP/HK/2020 tentang Penetapan Penerapan
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Daerah
AeramoS Kabupaten Nagekeo, maka perlu ditindaklanjuti
dengan penyusunan pola tata kelola bagi Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Nagekeo;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit
Daerah Aeramo Kabupaten Nagekeo;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nornor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nornor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kabupaten Nagekeo di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4678);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
8. Undang-Undang Nornor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara
RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10. Peraturan Pernerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nornor 74 Tahun 2012 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang


Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nornor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nornor 6041);
16. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
17. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nornor
920/Menkes/Per/XII/ 1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;
19. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor159.b/Menkes/Per/II/ 1988 tentang Rumah
Sakit;
20. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas
Pelayanan Publik;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2005 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
228/ Menkes/ SK/ Per/ 111/2002 LenLang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah;

27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


772/ Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
28. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
631/ Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman
Peraturan Internal Staf Medik (Medical Staff By
Laws) di Rumah Sakit;
29. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 8
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
Nagekeo (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo
Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Nagekeo Nomor 9 Tahun 2011
(Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2011
Nomor 12);

30. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 7


Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
Pada Rumah Sakit Daerah Aeramo Kabupaten
Nagekeo (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo
Tahun 2016 Nomor 6);
31. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 13
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Nagekeo (Lembaran
Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2016 Nomor 16);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BUPATI TENTANG POLA TATA KELOLA RUMAH


SAKIT DAERAH AERAMO KABUPATEN NAGEKEO.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Nagekeo.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nagekeo.

3. Bupati adalah Bupati Nagekeo.

4. Rumah Sakit Daerah, yang selanjutnya disingkat RSD adalah


Rumah Sakit Daerah Aeramo Kabupaten Nagekeo.

5. Badan Layanan Umum Daerah, yang selanjutnya disingkat


BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan
Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

6. Rencana Bisnis Anggaran BLUD, yang selanjutnya disingkat


RBA adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran
tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja dan
anggaran BLUD.

7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLUD, yang selanjutnya


disingkat DPA BLUD adalah dokumen yang memuat
pendapatan dan biaya, proyeksi arus kas, jumlah dan
kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan dan
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh BLUD.

8. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Daerah Nagekeo


Kabupaten Nagekeo.

9. Dewan Pengawas adalah organ yang bertugas melakukan


pengawasan terhadap pengelolaan BLUD RSUD.
10. Pembina adalah Pembina Teknis BLUD Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang dilakukan oleh Bupati melalui
Sekretaris Daerah dan Pembina Keuangan BLUD yang
dilakukan oleh Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Nagekeo.

11. Sekretaris Dewan Pengawas adalah orang yang membantu


dan mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas.
12. Pola Tata Kelola Manajerial (Managerial By Laws) adalah
peraturan yang mengatur hubungan antara Pemerintah
Kabupaten Nagekeo sebagai pemilik dengan Dewan
Pengawas, Pejabat Pengelola, dan Staf Medis RSUD beserta
fungsi, tugas, tanggung jawab, kewajiban, kewenangan, dan
haknya masing-masing.

13. Pola Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff by Laws) adalah
peraturan yang mengatur tentang fungsi, tugas, tanggung
jawab, kewajiban, kewenangan, dan hak dari Staf Medis di
RSD.

14. Jabatan Struktural adalah jabatan yang secara nyata dan


tegas diatur dalam lini organisasi yaitu Kepala Tata Usaha.

15. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan


tugas, tanggung jawab, kewajiban, kewenangan dan hak
seseorang pegawai dalam satuan organisasi yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau
keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

16. Pejabat Keuangan adalah Pengguna Anggaran, Kuasa


Pengguna Anggaran, Pejabat Penatausahaan Keuangan,
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan
Bendahara Pengeluaran Pembantu pada RSD.

17. Pejabat Teknis adalah Kepala Seksi Pelayanan Medis,


Kepala Seksi Keperawatan dan Kepala Seksi Penunjang
Medis pada RSD.

18. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan


kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

19. Staf Medis adalah Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis


yang bekerja purna waktu maupun paruh waktu di unit
pelayanan RSD.

20. Unit Pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya


kesehatan, yaitu rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
rawat intensif, kamar operasi, kamar bersalin, radiologi,
laboratorium, fisioterapi, dan lain-lain.

21. Unit Kerja adalah tempat staf medis dan profesi kesehatan

lain yang menjalankan profesinya, dapat berbentuk


instalasi, unit dan lain-lain.
22. Dokter Tamu adalah Dokter yang atas dasar perjanjian
kerjasama diberikan izin melaksanakan pelayanan medis
sesuai kewenangannya (clinical privilege) di RSD.
23. Satuan Pemeriksaan Internal adalah perangkat RSD yang
bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja
24. Tenaga Administrasi adalah orang atau sekelompok orang
yang bertugas melaksanakan administrasi perkantoran
guna menunjang pelaksanaan tugas-tugas pelayanan.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Pola Tata Kelola RSD dimaksudkan sebagai pedoman bagi RSD dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan di RSD dan memberikan panduan
mengenai hak dan kewajiban bagi kalangan profesional, meliputi tenaga
medis dan non medis.
(2) Pola Tata Kelola RSUD ditujukan untuk:
a. tercapainya kerjasama yang baik antara pemerintah daerah, pejabat
pengelola, tenaga medis dan non medis; dan
b. meningkatkan profesionalisme dengan tanggung jawab terhadap mutu
layanan RSD.

BAB III
PRINSIP POLA TATA KELOLA

Pasal 3

(1) Pola Tata Kelola merupakan peraturan internal RSUD, yang didalamnya
memuat:
a. struktur organisasi;
b. prosedur kerja;
c. pengelompokan fungsi-fungsi logis; dan
d. pengelolaan sumber daya manusia.

(2) Pola Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menganut prinsip:
a. transparansi;
b. akuntabilitas;
c. responsibilitas;dan
d. independensi

Pasal 4

(1) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf
a menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas, fungsi, tanggung
jawab, kewenangan, dan hak dalam organisasi sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b
menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan
dan fungsi dalam organisasi.
(3) Pengelompokan fungsi yang logis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf c menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional
antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan
prinsip pengendalian intern dalam rangka efektivitas pencapaian
organisasi.
(4) Pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf d merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas
mengenai sumber daya manusia yang berorientasi padapemenuhan
secara kuantitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi secara efisien, efektif, dan produktif.

Pasal 5

(1) Transparansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a


merupakan asas keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan arus
informasi agar informasi secara langsung dapat diterima bagi yang
membutuhkan sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan.
(2) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b
merupakan kejelasan fungsi, struktur, dan sistem yang dipercayakan
pada RSUD agar pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan kepada
semua pihak, melalui perencanaan, evaluasi, dan
laporan/pertanggungiawaban dalam sistem pengelolaan keuangan,
hubungan kerja dalam organisasi, manajemen Sumber Daya Manusia,
pengelolaan aset, dan manajemen pelayanan.
(3) Responsibilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c
merupakan kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan organisasi
terhadap bisnis yang sehat serta Peraturan Perundang-undangan.
(4) Independensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d
merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan dan prinsip
bisnis yang sehat.
BAB IV
POLA TATA KELOLA MANAJERIAL
(MANAGERIAL BY LAWS)
Bagian Kesatu
Identitas

Pasal 6

Identitas dari RSUD adalah:


a. Nama rumah sakit adalah Rumah Sakit Daerah Aeramo;
b. Jenis rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum;
c. Kelas rumah sakit adalah Rumah Sakit Daerah Kelas D; dan
d. Alamat rumah sakit adalah : Jalan Kabupaten Nagekeo,

Bagian Kedua
Visi, Misi, Motto, Tujuan Strategis, dan Nilai-nilai Dasar

Pasal 7

(1) Visi RSUD adalah "Menjadi Rumah Sakit yang dipercaya dengan
pelayanan yang berkualitas dan profesional "
(2) Misi RSUD adalah:
a. mengoptimalkan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai Standar
Prosedur Operasional;
b. meningkatkan kualitas kinerja (profesionalisme) seluruh petugas Rumah
Sakit; danC. Pemberdayaan semua sumberdaya yang ada dengan
manajernen pelayanan yang baik.
(1) Motto RSUD adalah "Kami siap memberikan pelayanan yang terbaik".
(2) Tujuan strategis RSUD:
a. meningkatkan kualitas pelayanan;
b. meningkatkan daya saing RSUD Padangan dalam pelayanan kesehatan;
dan
c. meningkatkan kualitas fasilitas pelayanan, keamanan, kenyamanan,
dan kepuasan pasien.
(3) Nilai-nilai dasar rumah sakit adalah menjunjung tinggi rasa
kebersamaan, kedisiplinan, dan kejujuran.
Bagian Ketiga
Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Rumah Sakit

Pasal 8

(1) RSD berkedudukan sebagai rumah sakit milik Pernerintah Daerah


yang merupakan unsur pendukung tugas Bupati di bidang pelayanan
kesehatan, dipimpin oleh seorang Direktur Yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(2) RSD mempunyai tugas pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), RSD mempunyai fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan;
b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di
bidang pelayanan kesehatan; dan
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan
kesehatan.
(4) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, RSUD menjalankan
organisasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Keempat
Pemilik

Pasal 9

(1) Pemilik RSD adalah Pemerintah Daerah, dalam hal ini diwakili oleh
Bupati.
(2) Bupati bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan
penyelenggaraan pelayanan umum kesehatan yang didelegasikan
kepada RSD terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan.

Pasal 10

Bupati selaku Pemilik memiliki kewenangan:


a. mengangkat dan menetapkan Pejabat Pengelola, Dewan
Pengawas, Pegawai, dan Personil lain sesuai kewenangan
yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan;
b. menetapkan, menurunkan, dan mencabut status BLUD;
c. menetapkan tujuan, visi, misi dan rencana strategis bisnis;
d. menetapkan Standar Pelayanan Minimal dan mengawasi
mutu pelayanan;
e. menetapkan tarif pelayanan dan mengawasi keterjangkauan
pelayanan;
f. menetapkan remunerasi;
g. menyetujui atau menolak ketentuan pengadaan barang/jasa
yang diajukan oleh Direktur;
h. meminta dan menerima laporan pengalihan dan/atau
penghapusan aset tetap, dan penggunaan aset tetap untuk
kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas dan fungsi
melalui Sekretaris Daerah;
i. menyetujui atau menolak pengalihgunaan tanah dan
bangunan yang diajukan Direktur;
j. menetapkan peraturan tentang sistem akuntansi dengan
berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku;
k. meningkatkan peran masyarakat; dan
l. melakukan integrasi dan koordinasi.

Bagian Kelima
Pejabat Pengelola

Paragraf 1
Kompisisi Pejabat Pengelola

Pasal 11

Pejabat pengelola BLUD terdiri atas:


a. Pemimpin, dalam hal ini disebut Direktur;
b. Pejabat Keuangan; dan
c. Pejabat Teknis.

(1) Pejabat pengelola BLUD dapat berasal dari PNS dan/atau Pegawai
non PNS yang profesional sesuai dengan kebutuhan.
(2) Sebutan pemimpin, pejabat keuangan, dan pejabat teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, disesuaikan dengan
nomenklatur yang berlaku di RSD.
(3) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola
BLUD, ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktek
bisnis yang sehat.
(4) Pejabat pengelola yang berasal dari Pegawai non PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat dipekerjakan secara tetap atau
berdasarkan kontrak.
(5) Pengangkatan dan pernberhentian pejabat pengelola yang berasal
dari PNS disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
(6) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), merupakan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola
BLUD berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
(7) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), merupakan kepentingan BLUD untuk meningkatkan kinerja
keuangan dan non keuangan berdasarkan kaidah-kaidah
manajemen yang baik.

Bagian Keenam
Tugas dan Kewajiban Pejabat Pengelola

Paragraf 1
Direktur

Pasal 12

(1) Kriteria direktur adalah dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis,
atau dokter gigi spesialis yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. PNS atau Non PNS•,
b. sehat jasmani dan rohani;
c. memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang
perumahsakitan; dan
d. memenuhi persyaratan lain sebagaimana yang ditentukan
dalam Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan
lain yang ditentukan oleh Bupati.

(2) Direktur diberhentikan oleh Bupati dari jabatannya karena:


a. mengundurkan diri;
b. meninggal dunia;
c. tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya;
dan/ atau
d. dipindahtugaskan atau purna tugas bagi PNS.
Pasal 13

(1) Direktur selaku Pemimpin BLUD, mempunyai tugas dan kewajiban:


a. memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi,
mengendalikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan
kegiatan BLUD;
b. menyusun rencana strategis bisnis BLUD;
c. menyiapkan RBA;
d. mengusulkan calon pejabat pengelola keuangan dan
pejabat teknis kepada Bupati sesuai ketentuan yang
berlaku;
e. menetapkan pejabat Iainnya sesuai kebutuhan BLUD
selain pejabat yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Perundang-undangan; dan
f. menyampaikan dan mempertanggungiawabkan kinerja
operasional serta keuangan BLUD kepada Bupati.

Paragraf 2
Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola

Pasal 14

(1) Pejabat pengelola BLUD diangkat dan diberhentikan oleh Bupati.

(2) Direktur dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), mempunyai fungsi sebagai penanggung
jawab umum operasional dan keuangan BLUD.

Paragraf 3
Pejabat Keuangan

Pasal 15

(1) Pejabat Keuangan BLUD sebagaimana dimasud dalam Pasal 12


mempunyai tugas dan kewajiban:
a. mengoordinasikan penyusunan RBA;
b. menyiapkan DPA;
c. melaksanakan pengelolaan pendapatan dan pembiayaan;
d. menyelenggarakan pengelolaan kas;
e. melakukan pengelolaan utang piutang;
f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan
investasi;
g. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan;
dan
h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan
keuangan.
(2) Pejabat Keuangan BLUD dalarn melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai
fungsi sebagai penanggung jawab keuangan BLUD.
(3) Pejabat Keuangan bertanggung jawab kepada Direktur.

Paragraf 3
Pejabat Teknis

Pasal 16

(1) Pejabat Teknis BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,


mempunyai tugas dan kewajiban:
a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;
b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA; dan
c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di
bidangnya.
(2) Pejabat Teknis BLUD dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai fungsi sebagai
penanggung jawab teknis di bidang masing-masing.
(3) Pejabat Teknis bertanggung jawab kepada Direktur.
(4) Tanggung jawab Pejabat Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), berkaitan dengan mutu, standarisasi, administrasi,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan peningkatan
sumber daya lainnya.
Bagian Ketujuh
Dewan Pengawas
Pasal 17
Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 1 huruf a
bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
(1) pengelolaan BLUD yang dilakukan oleh pejabat pengelola sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan.
(2) Dewan Pengawas dibentuk dengan Keputusan Bupati atas usulan
Pemimpin BLUD.
(3) Anggota Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur:
a. pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkaitan dengan
kegiatan BLUD;
b. pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan
daerah; dan
c. tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD.
(4) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Dewan Pengawas, yaitu:
a. memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan BLUD, serta dapat menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi
atau komisaris, atau Dewan Pengawas yang dinyatakan
bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit
atau orang yang tidak pernah melakukan tindak pidana yang
merugikan daerah; dan
c. mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan,
sumber daya manusia dan mempunyai komitmen terhadap
peningkatan kualitas pelayanan publik.
(5) Jumlah anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebanyak 3 (tiga)
orang atau 5 (lima) orang dan 1 (satu) orang diantara anggota
Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas.
(6) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan
waktunya dengan pengangkatan pejabat pengelola BLUD.
(7) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5
(lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali
masa jabatan.

Pasal 18

(1) Dewan Pengawas berkewajiban:


a. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati mengenai
RBA yang diusulkan oleh pejabat pengelola;
b. mengikuti perkembangan kegiatan BLUD dan memberikan
pendapat serta saran kepada Bupati mengenai setiap masalah
yang dianggap penting bagi pengelolaan BLUD;
c. melaporkan kepada Bupati tentang kinerja BLUD;
d. memberikan nasehat kepada pejabat pengelola dalam
melaksanakan pengelolaan BLUD;
e. melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan
maupun non keuangan, serta memberikan saran dan catatan-
catatan penting untuk ditindaklanjuti oleh pejabat pengelola
BLUD; dan
f. memonitor tindak lanjut atas hasil evaluasi dan penilaian
kinerja.
(2) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Bupati secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan sewaktu-waktu
apabila diperluk
Pasal 19

(1) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya


Oleh Bupati.
(2) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
d. tidak melaksanakan ketentuan Peraturan
Perundangundangan;
e. terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD; dan/atau
f. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak
pidana dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya
melaksanakan pengawasan atas BLUD.

Pasal 20

(1) Bupati dapat mengangkat sekretaris Dewan Pengawas yang


berasal dari pegawai Rumah Sakit untuk mendukung kelancaran
tugas Dewan Pengawas.
(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bukan merupakan anggota Dewan Pengawas.

Bagian Kedelapan
Organisasi Pelaksana

Paragraf 1
Instalasi

Pasal 21

(1) Guna memungkinkan penyelenggaraan kegiatan pelayanan,


pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan
kesehatan, dibentuk instalasi yang merupakan unit pelayanan non
struktural.
(2) Pembentukan instalasi ditetapkan dengan Keputusan Direktur.
(3) Instalasi dipimpin oleh Kepala Instalasi non struktural yang
diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.
(4) Kepala Instalasi berkoordinasi dengan Kepala Seksi terkait dalarn
pelaksanaan kegiatan operasional maupun pelayanan
(5) Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
tenaga fungsional dan atau tenaga non fungsional.
Pasal 22

Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan,


melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi, serta melaporkan
kegiatan pelayanan di instalasinya masingmasing kepada Direktur.

Pasal 23

(1) Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis


organisasi dan kebutuhan.
(2) Instalasi terdiri dari instalasi pelayanan medik dan penunjang
medik.
1) Instalasi medik terdiri dari:
a. Instalasi Rawat Jalan;
b. Instalasi Rawat Inap;
c. Instalasi Gawat Darurat; dan
d. Instalasi Bedah.
2) Instalasi penunjang medik terdiri dari:
a. Instalasi Farmasi;
b. Instalasi Laboratorium;
c. Instalasi Radiologi;
d. Instalasi Gizi
e. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS);
f. Instalasi Rekam Medis; dan
g. Insatalasi Pemulasaran Jenazah.

(3) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi


dilaporkan secara tertulis kepada Bupati.

Paragraf 2
Pelaksanaan Administrasi Rumah Sakit

Pasal 24
(1) Penyelenggaraan administrasi RSUD dikoordinir oleh Kepala Sub
Bagian Tata Usaha.
(2) Penyelenggaraan administrasi RSUD terdiri dari:
a. administrasi keuangan;
b. administrasi umum dan kepegawaian; dan
c. administrasi perencanaan dan pelaporan
(3) Kegiatan penyelenggaraan administrasi keuangan terdiri dari:
a. penganggaran;
b. perbendaharaan; dan
c. akuntansi dan pelaporan keuangan.
(4) Penyelenggaraan administrasi umum dan kepegawaian terdiri
dari:
a. pengelolaan SDM;
b. sarana dan prasarana; dan
c. hubungan masyarakat.
(5) Penyelenggaraan administrasi perencanaan dan pelaporan terdiri
dari:
a. perencanaan program kegiatan; dan
b. pelaporan program kegiatan.
(6) Penugasan pegawai yang melaksanakan kegiatan administrasi
RSD ditetapkan oleh Keputusan Direktur.

Paragraf 3
Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 25

(1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga


fungsional yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan
fungsional sesuai bidang keahliannya.
(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada.
(3) Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing yang berlaku.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
(5) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari:
a. Staf Medis;
b. Staf Keperawatan; dan
c. Staf Tenaga Kesehatan Lainnya.
Pasal 26

(1) Staf Medis adalah kelompok tenaga medis yang bekerja di bidang
medis dalam jabatan fungsional
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, dan Dokter Gigi
Spesialis
(3) Staf Medis mempunyai tugas melaksanakan diagnosis,
pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan
pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya, staf Medis menggunakan
pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.

Pasal 27

(1) Staf Keperawatan adlah kelompok tenaga perawat yang bekerja di


bidang keperawatan dalam jabatan fungsional.
(2) Tenaga perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
Perawat dan Bidan.
(3) Staf Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan asuhan
keperawatan dan kebidanan yang meliputi pengkajian, diagnosis,
rencana, tindakan dan evaluasi keperawatan, penyuluhan,
pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya, Staf Keperawatan menggunakan
pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.

Pasal 28

(1) Staf Tenaga Kesehatan Lainnya adalah kelompok tenaga


kesehatan yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan dalam
jabatan fungsional.
(2) Tenaga Kesehatan Lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari: Apoteker, Asisten Apoteker, Analis Kesehatan,
Fisioterapis, Fisikiawan Medis, Nutrisionis, Okupasi Terapis,
Ortosis Prostesis, Psikologis Klinis, Perekam Medis, Radiografer,
Sanitarian, Terapis Wicara, Penyuluh Kesehatan Masyarakat,
Teknisi Elektromedis, Teknisi Gigi, dan Teknisi Transfusi Darah.
(3) Staf Tenaga Kesehatan Lainnya mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan kesehatan yang meliputi penyuluhan, pencegahan
penyakit, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan, dan teknologi kesehatan.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya, staf tenaga kesehatan lainnya
menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.
Bagian Kesembilan
Organisasi Pendukung

Paragraf 1
Satuan Pemeriksaan Internal

Pasal 29

(1) Satuan Pemeriksaan Internal adalah organisasi fungsional yang


bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal RSD
(2) Satuan Pemeriksaan Internal berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur.
(3) Satuan Pemeriksaan Internal dibentuk dan ditetapkan dengan
Keputusan Direktur.
(4) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi anggota Satuan
Pemeriksaan Internal adalah:
a. Mempunyai etika, integritas, dan kapabilitas yang memadai
b. Memiliki pendidikan dan/atau pengalaman teknis dalam
pemeriksaan atau pengawasan; dan
c. Mempunyai sikap independen dan objektif terhadap objek
yang diperiksa atau diawasi

Pasal 31

(1) Satuan Pemeriksaan Internal dalam melaksanakan tugas


pemeriksaan audit kinerja internal RSD, menyelenggarakan
fungsi:
a. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan manajemen resiko di
RSD;
b. Penilaian terhadap system pengendalian, pengelolaan, dan
pemantauan efektivitas dan efisiensi system dan prosedur
dalam bidang administrasi pelayanan, serta administrasi
umum dan keuangan;
c. Pelaksanaan tugas khususdalam lingkup pengawasan intern
yang ditugaskan oleh Direktur;
d. Pemantauan pelaksanaan dan ketepatan pelaksanaan tindak
lanjut atas laporan hasil audit; dan
e. Pemberian konsultasi, advokasi, pembimbingan, dan
pendampingandalam pelaksanaan kegiatan operasional RSD
(2) Dalam melaksanakan tugasnya,Satuan Pemeriksaan Internal
wajib untuk menyusun:
a. Pedoman Kerja Satuan Pemeriksaan Internal
b. Program Kerja Tahunan; dan
c. Laporan Hasil Pemeriksaan
Paragraf 2
Komite Medis

Pasal 31

(1) Guna membantu Direktur dalam mengawal dan menjamin mutu


pelayanan medis agar sesuai dengan standar pelayanan RSD dan
untuk memberi wadah bagi professional medis dibentuk Komite
Medis.
(2) Komite Medis merupakan badan non structural yang berada di
bawah serta bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
(3) Komite Medis terdiri dari: Sub Komite Kredensial, Sub Komite
Mutu Profesi, dan Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi.
(4) Susunan, fungsi, tugas dan kewajiban, serta tanggung jawab dan
kewenangan KOmite Medis diuraikan lebih lanjut dalam Pola
Tata Kelola Staf Medis yang ditetapkan oleh Direktur

Paragraf 3
Komite Keperawatan

Pasal 32

(1) Guna membantu Direktur dalam menyusun standar pelayanan


keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur
kewenangan (privilege) perawat dan bidan mengembangkan
pelayanan keperawatan program pendidikan, pelatihan,
penelitian serta mengembangkan ilmu pengetahuna dan
teknologi bidang keperawatan maka dibentuk Komite
Keperawatan.
(2) Komite Keperawatan merupakan badan non structural yang
berada di bawah serta bertanggung jawab langsung kepada
Direktur.
(3) Komite Keperawatan terdiri dari: Sub Komite Kredensial dan
Disiplin Keperawatan, Sub Komite Mutu Keperawatan, dan Sub
Komite Pelayanan dan Dokumentasi Keperawatan.
(4) Komite Keperawatan dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan
Direktur setelah mempertimbangkan usulan dari Kepala Seksi
Keperawatan.

Bagian Kesepuluh
Prosedur dan Tata Kerja

Pasal 33
(1) Setiap pimpinan unit pelayanan di lingkungan RSD dalam
melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinisp koordinasi,
integrase, dan sinkronisasi sesuai tugas masing-masing.
(2) Setiap pimpinan unit pelayanan di lingkungan RSD wajib
mengawasi bawahan dan apabila terjadi penyimpangan wajib
mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
(3) Setiap pimpinan unit pelayanan di lingkungan RSD
bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan
bawahnnya serta memberikan bimbingan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas bawahnnya

Pasal 34

Setiap pelaksanaan kegiatan harus didasarkan pada Standar


Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan oleh Direktur

Pasal 35

Prinsip Standar Prosedur Operasional (SPO) harus jelas,


mengutamakan kepentingan dan keselamatan pelanggan,
konsisten sesuai dengan falsafah tujuannya, jelas pelaksana dan
tanggung jawabnya, serta harus dapat dievaluasi.

Pasal 36

Kepala Tata Usaha, Kepala Seksi, Kepala Unit, Kepala Instalasi,


Satuan Pemeriksaan Internal wajib menyampaikan laporan
berkala kepada atasannya

Bagian Kesebelas
Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Paragraf 1
Tujuan Pengelolaan

Pasal 37

Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan


kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia yang
berorientasi pada pemenuhan secara kualitatif dan kuantitatif
untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien.

Paragraf 2
Pengangkatan Pegawai
Pasal 38

(1) Pegawai RSD dapat berasal dari PNS atau Non PNS professional
sesuai dengan kebutuhan yang dipekerjakan secara tetap atau
berdasarkan kontrak.
(2) Pengangkatan Pegawai RSD yabg berasal dari PNS disesuaikan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pengangkatan Pegawai RSD yang berasal dari Non PNS dilakukan
berdasarkan pada prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam
rangka memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap adanya
kekurangan Tenaga Dokter dan Tenaga Kesehatan Lainnya.
(4) Tata Cara Pengangkatan Pegawai RSD yang berasal dari Non PNS
diatur dengan Peraturan Bupati tersendiri

Paragraf 3
Penghargaan dan Jenjang Karir/Pangkat

Pasal 39

Untuk mendorong motivasi kerja dan produktivitas maka RSD


menerapkan kebijakan tentang imbal jasa bagi pegawai yang
mempunyai kinerja baik dan sanksi bagi pegawai yang tidak memenuhi
ketentuan atau melanggar peraturan yang ditetapkan.

Pasal 40

(1) Kenaikan pangkat PNS merupakan penghargaan yang diberikan


atas prestasi kerja dan pengabdian pegawai yang bersangkutan
terhadap negara berdasarkan system kenaikan regular dan
kenaikan pangkat pilihan sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Kenaikan pangkat regular diberikan kepada PNS yang tidak
menduduki jabatan structural atau fungsional tertentu, termasuk
PNS yang:
a. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki
jabatan structural atau fungsional tertentu; atau
b. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi
induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.
(3) Kenaikan pangkat pilihan adalah penghargaan yang diberikan
kepada PNS yang menduduki jabatan structural atau jabatan
fungsional tertentu.

Paragraf 4
Pendistribusian dan Rotasi Pegawai
Pasal 41

(1) Pendistribusian pegawai dimaksudkan untuk peningkatan kinerja


dan pengembangan karir.
(2) Direktur berwenang untuk melakukan pendistribusian dan rotasi
pegawai non pejabat struktural di lingkungan RSD
(3) Pendistribusian dan rotasi pegawai dilaksanakan dengan
mempertimbangkan:
a. Penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikan dan keterampilannya;
b. Pengalaman pada bidang tugas tertentu; dan
c. Kondisi fisik dan psikis pegawai.

Paragraf 5
Pembinaan, Disiplin Pegawai, dan Sanksi
Pasal 42
(1) Pembinaan pegawai diselenggarakan unuk meningkatkan kinerja
pegawai melalui kegiatan pengembangan sumber daya manusia,
penegakan disiplin, dan penilaian kinerja.
(2) Pembinaan pegawai dilaksanakan oleh Direktur.
(3) Pegawai yang melanggar disiplin pegawai akan diberikan sanksi
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan-undangan.

Paragraf 6
Pemberhentian Pegawai

Pasal 43

(1) Pemberhentian pegawai berstatus PNS dilakukan sesuai dengan


ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Perberhentian pegawai berstatus Non PNS didasarkan pada
ketentuan perjanjian kontrak kerja.

Bagian Keduabelas
Jas Pelayanan

Pasal 44
(1) Seluruh pegawai PNS maupun Non PNS berhak mendapatkan jasa
pelayanan yang dibagikan dalam bentuk remunerasi.
(2) Khusus untuk Dokter Tamu berhak mendapatkan jasa pelayanan
sesuai dengan perjanjian kerja yang disepakati.
(3) Pemanfaatan dan pembagian jasa pelayanan pada RSD diatur
dengan Peraturan Bupati tersendiri.

Bagian Ketigabelas
Sistem Akuntabilitas Kinerja Pelayanan

Paragraf 1
Standar Pelayanan Minimal

Pasal 45

Standar Pelayanan Minimal diatur dengan Peraturan Bupati


tersendiri.

Paragraf 2
Tarif Jasa Pelayanan Kesehatan

Pasal 46
Tarif Jasa Pelayanan kesehatan RSD ditetapkan melalui Peraturan
Bupati, kecuali untuk Tarif Pelayanan Kelas III ditetapkan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB VI
TATA KELOLA STAF MEDIS
(MEDICAL STAFF BY LAWS)

Bagian Kesatu
Nama, Maksud, dan Tujuan

Pasal 60
(1) Nama Staf Medis Rumah Sakit adalah Staf Medis RSD
Aeramo
(2) Maksud disusunnya Peraturan Internal Staf Medis adalah
agar Komite Medik dapat menyelenggarakan tata kelola
klinis yang baik melalui mekanisme kredensial,
peningkatan mutu profesi, dan penegakan disiplin profesi.
(3) Tujuan pengorganisasian Staf Medis:
a. Agar semua pasien menerim pelayanan medik yang terbaik;
b. Agar masalah medico-administratif diselesaikan bersama
dengan pihak manajemen;
c. Mengupayakan dan mempertahankan kemandirian klinis;
dan
d. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan mempertahankan
standar pendidikan.

Bagian Kedua
Staf Medis Fungsional

Paragraf 1
Keanggotaan

Pasal 61
(1) Staf Medis Fungsional (SMF) RSD terdiri dari:
a. Dokter Umum;
b. Dokter Spesialis dan Sub Spesialis;
c. Dokter Gigi; dan
d. Dokter Gigi Spesialis.
(2) Pengangkatan dan Pemberhentian Staf Medis Fungsional
yang berasal dari PNS mengacu kepada ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan di bidang kepegawaian.
(3) Pengangkatan dan Pemberhentian Staf Medis Fungsional
yang berasal dari Non PNS diatur dalam Peraturan Bupati
tersendiri.
(4) Hak Dokter sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai berikut:
a. Hak memperoleh perlindungan Hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Profesi dan
Standar Prosedur Operasional;
b. Hak memberikan pelayanan medis sesuai dengan Standar
Profesi dan Standar Prosedur Operasional;
c. Hak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien; dan
d. Hak menerima imbalan jasa sesuai dengan peraturan yang
berlaku di RSD.
(5) Kewajiban Dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan Standar
Profesi dan Standar Prosedur Operasional (SPO) serta
kebutuhan medis;
b. Merujuk ke dokter lain, bila tidak mampu;
c. Merahasiakan informasi pasien, meskipun pasien sudah
meninggal;
d. Melakukan pertolongan darurat, kecuali bila yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu; dan
e. Menambah IPTEK dan mengikuti perkembangan.

Paragraf 2
Kategori
Pasal 62
Keanggotaan Staf Medis Fungsional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 62 ayat (1) dikategorikan menjadi:
a. Dokter Tetap/Dokter Organik;
b. Dokter Tamu; dan
c. Dokter Konsultan.

Bagian Ketiga
Komite Medik
Paragraf 1
Pengorganisasian
Pasal 63

Anda mungkin juga menyukai