TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
BAB III
PRINSIP TATA KELOLA
Pasal 3
Pasal 4
BAB IV
PELAYANAN
Pasal 5
Pelayanan Kesehatan pada RSUD Aek Kanopan
meliputi:
a. Pelayanan Gawat Darurat;
b. Pelayanan Rawat Jalan;
c. Pelayanan Rawat Inap;
d. Pelayanan Bedah;
e. Pelayanan Persalinan dan Perinatologi;
f. Pelayanan Intensif;
g. Pelayanan Radiologi;
h. Pelayanan Laboratorium Klinis;
i. Pelayanan Farmasi;
j. Pelayanan Gizi;
k. Pelayanan Transfusi Darah;
l. Pelayanan Rehabilitasi Medik;
m. Pelayanan Rekam Medik;
n. Pelayanan Keluarga Miskin;
o. Pelayanan Administrasi;
p. Pelayanan Ambulance;
q. Pelayanan Pemulasaran Jenazah;
r. Pelayanan Penatu;
s. Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit;
t. Pengelolaan Limbah;
u. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
v. Pelayanan Hemodialisa.
BAB V
KELEMBAGAAN
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
BAB VI
PROSEDUR KERJA DAN
PENGELOMPOKAN FUNGSI
Pasal 24
Pasal 25
Pengelompokan Fungsi menggambarkan pembagian
yang jelas dan rasional antara fungsi pelayanan
dan fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip
pengendalian internal dalam rangka efektifitas
pencapaian organisasi.
BAB VII
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 26
BAB VIII
PROSES TATA KELOLA
Pasal 27
BAB IX
AKUNTABILITAS
Pasal 28
BAB X
KEBIJAKAN KEUANGAN
Pasal 29
Pasal 30
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
MUHAMMAD SUIB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 38 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79
Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pola
tata kelola merupakan peraturan internal Unit Pelaksana Teknis
Dinas/Badan Daerah atau Unit Kerja yang akan menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD. Selanjutnya dalam
Pasal 31 dan 32 Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 disebutkan,
BLUD beroperasi berdasarkan pola tata kelola atau peraturan
internal, yang memuat antara lain:
1. Kelembagaan menggambarkan posisi jabatan, pembagian
tugas, fungsi, tanggung jawab, hubungan kerja dan wewenang
dalam organisasi.
2. Prosedur kerja menggambarkan hubungan dan mekanisme
kerja antar posisi jabatan dan fungsi dalam organisasi.
3. Pengelompokan fungsi menggambarkan pembagian yang jelas
dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung
yang sesuai dengan prinsip pengendalian intern dalam rangka
efektifitas pencapaian organisasi.
4. Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan
dan kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia
yang berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan
kualitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi secara efisien, efektif, dan produktif.
BAB II
KELEMBAGAAN
A. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi RSUD Aek Kanopan sesuai dengan Peraturan
Bupati Labuhanbatu Utara Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Sakit Umum
Daerah Aek Kanopan pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Labuhanbatu Utara sebagai berikut:
1. Direktur;
2. Bagian Tata Usaha :
1) Kepala Subbagian Perencanaan dan Program;
2) Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian;
3) Kepala Subbagian Keuangan;
3. Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan:
1) Kepala Seksi Pelayanan Medik;
2) Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan;
4. Bidang Penunjang Medik dan Non Medik:
1) Kepala Seksi Penunjang Medik;
2) Kepala Seksi Penunjang Non Medik;
5. Bidang Pengembangan dan Informasi:
1) Kepala Seksi Pengembangan;
2) Kepala Seksi Hukum dan Informasi;
6. Unit-unit Non Struktural;
1) Satuan Pengawas Internal merupakan satuan kerja
fungsional yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas UPTD RSUD bidang pemeriksaan internal Rumah
Sakit.
2) Rumah Sakit Umum Daerah Aek Kanopan membentuk
beberapa Komite. Antara lain:
a. Komite Medik merupakan kelompok tenaga medik yang
keanggotaannya terdiri dari staf medis yang terdiri dari
Ketua merangkap anggota, Wakil Ketua merangkap
anggota, Sekretaris merangkap anggota dan anggota-
anggota.
b. Komite Keperawatan merupakan kelompok tenaga
keperawatan yang keanggotaannya terdiri dari staf
keperawatan yang terdiri dari Ketua merangkap anggota,
Wakil Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap
anggota dan anggota-anggota.
c. Komite Kesehatan Lainnya merupakan kelompok tenaga
penunjang kesehatan yang keanggotaannya terdiri dari
staf kebidanan, staf radiologi, staf analis laboratorium,
staf farmasi, staf penata anastesi, staf nutrisionis, staf
fisioterapi, yang terdiri dari Ketua merangkap anggota,
Wakil Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap
anggota dan anggota-anggota.
d. Komite Farmasi dan Terapi merupakan kelompok tenaga
farmasi dan terapi yang keanggotaannya terdiri dari dokter
yang mewakili semua spesialisasi yang ada di RSUD,
Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan
lainnya apabila diperlukan yang terdiri dari Ketua
merangkap anggota, Wakil Ketua meencakup anggota,
Sekretaris merangkap anggota dan angota-anggota.
e. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
merupakan organisasi non struktural pada UPTD RSUD
yang mempunyai fungsi utama menjalankan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI) serta menyusun kebijakan
pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk
pencegahan infeksi yang bersumber dari masyarakat
berupa Tuberkulosis, HIV (Human Immunodeficiency
Virus), dan infeksi menular lainnya yang terdiri dari Ketua
merangkap anggota, Wakil Ketua meencakup anggota,
Sekretaris merangkap anggota dan anggota-anggota.
f. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien merupakan unsur
dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi
kesehatan di rumah sakit yang terdiri dari Ketua
merangkap anggota, Wakil Ketua meencakup anggota,
Sekretaris merangkap anggota dan anggota-anggota.
3) Instalasi
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Aek Kanopan sesuai
dengan kewenangannya membentuk unit-unit kerja non
struktural berupa instalasi Gawat Darurat, instalasi Rawat
Jalan, instalasi Rawat Inap yang merupakan fasilitas
penyelenggaraan pelayanan medis dan keperawatan,
pelayanan penunjang, kegiatan pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan. Setiap Instalasi dipimpin
oleh Kepala instalasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
bertanggung jawab kepada Direktur. Instalasi yang dibentuk
pada Rumah Sakit Umum Daerah Aek kanopan antara lain:
a. Instalasi Gawat Darurat;
b. Instalasi Rawat Jalan;
c. Instalasi Rawat Inap;
d. Instalasi Bedah;
e. Instalasi Persalinan dan Perinatologi;
f. Instalasi Intensif;
g. Instalasi Radiologi;
h. Instalasi Laboratorium Klinis;
i. Instalasi Farmasi;
j. Instalasi Gizi;
k. Instalasi Transfusi Darah;
l. Instalasi Rehabilitasi Medik;
m. Instalasi Rekam Medik;
n. Instalasi Pemulasaran Jenazah;
o. Instalasi Penatu;
p. Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit;
q. Instalasi Limbah; dan
r. Instalasi Hemodialisa.
Direktur
d. Mengoordinasikanpelaksanaan
pelayananpenunjangmedik pada instalasi radiologi,
farmasi, patologi anatomi, pelayanan darah, sterilisasi
instrumen, laboratorium, rehabilitasi medis dan gizi, dan
instalasi lain sesuai ketentuan perundang-undangan;
e. Mengoordinasikan pelaksanaan pelayanan penunjangnon
medik pada instalasi penatu, dapur, pemadam
kebakaran, pengelolaan gas medik, instalasi kelistrikan
dan sanitasi, instalasi pembuangan air limbah, ambulan
dan instalasi lain sesuai ketentuan perundang-undangan;
f. Mengawasi pengelolaan rekam medik;
g. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis
sesuai kebijakan atasan berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku;
h. Melaksanakan sinkronisasi perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan bidang penunjang medik dan non
medik;
i. Menilai pencapaian sasaran kinerja pegawai bawahannya
dengan jalan memantau dan mengevaluasi hasil kerja
pegawai;
j. Mengevaluasi dan menginventarisasi permasalahan yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas serta mencari
alternatif pemecahan masalah;
k. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama sesuai bidang
tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas;
l. Melaksanakan tertib administrasi dan menyusun laporan
program dan kegiatan yang menjadi lingkup tugasnya;
m. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh
Pimpinan sesuai tugas pokok dan fungsinya.
2. Komite Medik
(1) Komite Medik mempunyai tanggung jawab untuk
menerapkan tata kelola klinis yang baik (good clinical
governance).
(2) Komite Medik bertugas meningkatkan profesionalisme
staf medik yang bekerja dengan cara:
1. melakukan kredensial bagi seluruh staf medik yang
akan melakukan pelayanan medik;
2. memelihara mutu profesi staf medik; dan
3. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medik.
3. Komite Keperawatan
(1) Komite Keperawatan mempunyai fungsi utama
mempertahankan dan meningkatkan prefesionalisme
tenaga keperawatan melalui kredensial, penjagaan
mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin
profesi.
(2) Komite Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut :
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan klinis dan
buku putih;
b. Melakukan verfikasi persyaratan kredensial;
c. Merekomendasikan kewenangan klinis tenaga
keperawatan;
d. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis;
e. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai
waktu yang ditetapkan; dan
f. Melaporkan seluruh proses kredensial kepada
Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan
kepada Direktur.
BAB III
PROSEDUR KERJA DAN PENGELOMPOKAN FUNGSI
A. Prosedur Kerja
Prosedur kerja merupakan gambaran hubungan dan mekanisme
kerja antar posisi jabatan dan fungsi dalam Rumah Sakit. Prosedur
kerja ini didokumentasikan dalam Standard Operating Procedurs
(SOP) kemudian disosialisasikan dan diimplementasikan di setiap
bidang yang ada di RSUD Aek Kanopan. SOP diterbitkan untuk
digunakan sebagai acuan pelaksanaan kerja atau proses kinerja dan
pelayanan pada setiap bidang untuk dapat dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu, SOP juga dapat
dijadikan sebagai perangkat evaluasi terhadap pelaksanaan dan
hasil kinerja dari setiap proses kinerja.
Prosedur kerja yang diterapkan di RSUD dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat, baik pelayanan kesehatan,
pelayanan penunjang kesehatan, maupun pelayanan manajemen,
yangsecara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Standar Operasional dan Prosedur pelayanan kesehatan,
merupakan inti kegiatan Rumah Sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar pelayanan yang
diberikan dapat berjalan sesuai harapan banyak pihak, terutama
pasien yang bersangkutan. Prosedur operasional pelayanan
ditetapkan untuk menghindari kesalahan dalam penanganan
pasien. Standar operasional dan prosedur pelayanan kesehatan
terdiri dari standar operasional dan prosedur yang ditetapkan
pada Rawat jalan dan rawat inap. Rawat jalan terdiri dari
Poliklinik Paru, Poliklinik Obgyn, Poliklinik Jantung, Poliklinik
Penyakit Dalam, Poliklinik THT, Poliklinik Umum, Poliklinik Jiwa,
Poliklinik Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik Kulit dan Kelamin,
Poliklinik Gigi dan Mulut.
2) Tujuan
Sebagai acuan atau pedoman dalam pembayaran
barang dan jasa.
3) Kebijakan
Pembayaran pengadaan barang dan jasa ditetapkan oleh
Kepala Rumah Sakit.
4) Prosedur
a) Bagian pengadaan melengkapi berkas-berkas
pertanggungjawaban keuangan yang terdiri dari:
- KU 17 (Kuitansi Pengeluaran);
- Kuitansi bermaterai;
- SPP (surat perintah pembayaran);
- SPT JM (surat pertanggungjawaban mutlak);
- SPK (surat perjanjian kerjasama) yang
ditandatangani kedua belah pihak, untuk penagihan
≥50 juta;
- Profile Company;
- NPWP;
- SSP;
- Faktur asli tagihan yang di cap dan ditandatangani
asli;
- Untuk alkes ada uji fungsi dan dilengkapi fhoto
dokumen;
- Berkas penerimaan barang di tandatangani oleh
PPTK (Pejabat pelaksana Teknis Kegiatan);
- Dilengkapi fakta integritas di tanda tangani direktur
rumah sakit.
b) Setelah berkas lengkap, diserahkan kepada Bendahara
kemudian diteruskan ke kasubbag keuangan untuk
disusun skema pembayaran;
c) Apabila tidak lengkap dikembalikan ke pengadaan;
d) Bendahara pengeluaran membayar tagihan pengadaan
barang dan jasa.
5) Unit Terkait
Bagian pengadaan, PPK, KPA, dan Bendahara
pengeluaran.
B. Pengelompokan fungsi
Pengelompokan fungsi menggambarkan pembagian yang jelas
dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung
yang sesuai dengan prinsip pengendalian intern dalam rangka
efektifitas pencapaian organisasi.
BAB IV
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Kebijakan Umum
1. Proses pengelolaan SDM secara keseluruhan didasarkan
kepada perlakuan yang adil, terbuka dan bebas dari nepotisme.
2. RSUD Aek Kanopan dapat melakukan rekrutmen pegawai,
mengembangkan sumber daya manusia sejalan dengan
kebutuhan, kualitas dan kualifikasi dengan kemampuan
keuangan Rumah Sakit.
3. Perencanaan sumber daya manusia didasarkan pada tugas
pokok dan fungsi Rumah Sakit dalam rangka menunjang tugas
umum pemerintahan dan pembangunan di bidang pelayanan
kesehatan paripurna, pendidikan dan pelatihan.
B. Pengelolaan SDM
Pengelolaan SDM RSUD Aek Kanopan mencakup kegiatan
pengadaan pegawai, penerimaan pegawai, penempatan pegawai,
sistem remunerasi, jenjang karir, pembinaan termasuk sistem
reward and punishment dan pemutusan hubungan kerja.
1. Pengadaan Pegawai
1.1 Pegawai Rumah Sakit dapat berasal dari ASN atau Non ASN
sesuai dengan kebutuhan yang dipekerjakan secara tetap
atau berdasarkan kontrak.
2.1 Pengadaan pegawai Rumah Sakit yang berasal dari pegawai
negeri sipil mengacu kepada Permenkes Nomor 33 Tahun
2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
3.1 Pengadaan pegawai Rumah Sakit Non ASN dilaksanakan
melalui proses perencanaan, pengumuman pelamaran,
seleksi dan pengumuman hasil seleksi yang dilaksanakan
oleh tim pengadaan pegawai RSUD Aek Kanopan.
3. Jenjang Karir
1.1 RSUD Aek Kanopan membuat Daftar Urut Kepangkatan
(DUK) yang disusun menurut tingkatan kepangkatan.
2.1 DUK digunakan sebagai bahan pertimbangan yang objektif
dalam pelaksanaan pembinaan karir pegawai berdasarkan
sistem karir dan sistem prestasi kerja.
3.1 RSUD Aek Kanopan melakukan penilaian pelaksanaan
pekerjaan untuk menjamin objektivitas dalam pelaksanaan
pembinaan pegawai berdasarkan sistem karir dan sistem
prestasi kerja. Penilaian tersebut dibuat oleh pejabat penilai.
4.1 Pengembangan kualifikasi pegawai dapat dicapai melalui
rotasi pegawai secara internal,dibarengi dengan pendidikan
dan pelatihan formal maupun non formal seperti seminar,
Workshop, kursus dan lain-lain.
4. Pembinaan Pegawai
1.1 Pembinaan pegawai diarahkan untuk menjamin
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi RSUD Aek Kanopan
dalam rangka menunjang tugas umum pemerintahan dan
pembangunan.
2.1 Pembinaan pegawai dilaksanakan berdasarkan sistem karier
dan sistem prestasi kerja.
3.1 Pembinaan Pegawai dilaksanakan melalui:
a. sosialisasi dan bimbingan teknis;
b. Pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia; dan
c. Monitoring dan evaluasi.
5. Pemberhentian Kerja
1.1 Pemberhentian Pegawai ASN dilaksanakan dengan mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023 tentang
Aparatur Sipil Negara;
2.1 Pemberhentian kerja pegawai Non ASN apabila:
a. pegawai meninggal dunia;
b. pegawai mengundurkan diri;
c. pegawai diterima dan bekerja di tempat lain tanpa
persetujuan dari pimpinan RSUD Aek Kanopan;
d. keadaan fisik atau mental yang mengakibatkan tidak
dapat melaksanakan profesinyan dengan baik;
e. meninggalkan tugas selama 1 (satu) minggu tanpa
pemberitahuan dan atau persetujuan dari Direktur RSUD
Aek kanopan;
46
C. Standar Kompetensi
1. Direktur
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berijazah minimal Strata Satu;
c. Memiliki kompetensi manajemen Rumah Sakit;
d. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter.
e. Mampu memimpin, membina, mengkoordinasikan dan
mengawasi kegiatan Rumah Sakit dengan seksama.
f. Mampu melakukan pengendalian terhadap tugas dan
kegiatan Rumah Sakit sedemikian rupa sehingga dapat
berjalan secara lancar dan berkelanjutan.
g. Cakap menyusun kebijakan strategis Rumah Sakit dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
h. Bersedia dicalonkan dan mencalonkan diri menjadi Direktur
secara tertulis.
i. Memiliki visi, misi, dan program yang jelas dan dapat
diterapkan, diantaranya meliputi:
a) Peningkatan kreativitas, prestasi, dan akhlak mulia
insan Rumah Sakit.
b) Penciptaan suasana Rumah Sakit yang asri, aman, dan
ilmiah.
c) Peningkatan kualitas tenaga medis, paramedis dan non
medis Rumah Sakit.
d) Pelaksanaan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas
program.
BAB V
PROSES TATA KELOLA
2. Pemberhentian Direktur
Direktur dapat diberhentikan karena:
a. Meninggal dunia
b. Berhalangan secara tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.
c. Tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik.
d. Melanggar misi, kebijakan dan ketentuan-ketentuan lain yang
telah digariskan.
e. Mengundurkan diri karena alasan patut.
f. Terlibat dalam suatu perbuatan melanggar hukum yang
ancaman hukuman pidananya lebih dari 5 tahun.
g. Rencana pemberhentian dengan alasan seperti diatas
diberitahukan secara tertulis oleh Bupati kepada Direktur
Rumah Sakit.
h. Keputusan pemberhentian ditetapkan setelah yang
bersangkutan diberi kesempatan membela diri secara tertulis
dan disampaikan kepada Bupati paling lambat satu bulan
terhitung sejak yang bersangkutan siberitahu secara tertulis.
i. Selama rencana pemberhentian dalam proses yang
bersangkutan masih dapat menjalankan tugasnya tapi tidak
boleh membuat suatu kebijakan strategis.
j. Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak
tanggal penyampaian pembelaan diri kepada Bupati tidak
memberikan keputusan pemberhentian maka pemberhentian
ini menjadi batal.
49
C. Program Pengenalan
1. Direktur yang baru, wajib diberikan program pengenalan
mengenal Rumah Sakit.
2. Program pengenalan meliputi:
a. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik;
b. Gambaran mengenai rumah sakit berkaitan dengan tujuan,
sifat dan lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasional,
strategi dan masalah-masalah strategis kinerja;
c. Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan,
audit oleh pihak eksternal,sistem dan kebijakan pengendalian
internal.
d. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Direktur.
D. Pendelegasian Wewenang
1. Pendelegasian sebagian kewenangan Direktur kepada Kepala
Bagian/Bidang, Kepala Sub Bagian/Seksi Bidang diatur sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dengan pertimbangan untuk
menunjang kelancaran tugas dan meningkatkan efesiensi dan
efektivitas kerja;
2. Kepala Bagian/Bidang, Kepala Sub Bagian/Seksi Bidang harus
melaksanakan wewenang yang didelegasikan dengan penuh
tanggung jawab dan memberikan laporan pelaksanaannya
secara berkala kepada pejabat Direktur;
3. Pendelegasian wewenang dikaji secara periodik untuk
disesuaikan dengan tuntutan perkembangan Rumah Sakit.
4. Pendelegasian wewenang yang dilakukan tidak melepaskan
tanggung jawab dari pada Direktur.
E. Pengambilan Keputusan
1. Semua keputusan dalam rapat dilakukan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat;
2. Setiap keputusan yang diambil harus memperhatikan
kepentingan stakeholders Rumah Sakit, risiko yang melekat dan
kewenangan yang dimiliki oleh setiap pengambil keputusan;
3. Hak mengemukakan pendapat dijunjung tinggi dalam upaya
memberikan masukan untuk peningkatan kinerja Rumah Sakit;
4. Keputusan-keputusan yang mengikat dapat pula diambil tanpa
diadakan rapat, asalkan keputusan itu diambil secara tertulis;
5. Direktur beserta pejabat struktural harus konsisten dalam
menjalankan keputusan yang telah ditetapkan.
F. Manajemen Risiko
1. Pejabat Pengelola melakukan identifikasi dan kajian terhadap
potensi resiko yang dihadapi oleh Rumah Sakit;
2. Pejabat Pengelola menetapkan strategi dan kebijakan penanganan
pengelolaan resiko serta melakukan pengawasan atas
pelaksanaannya;
3. Pejabat Pengelola menyusun pedoman penanganan masalah
dengan stakeholders yang berkaitan dengan dampak jasa
pelayanan Rumah sakit;
4. Pejabat Pengelola memberikan informasi hasil analisa resiko yang
dilakukan kepada pengawas internal sesuai dengan tingkat
kebutuhan.
50
G. Suksesi Manajemen
1. Pejabat pengelola menetapkan persyaratan jabatan dan proses
seleksi untuk kepala Bagian/Bidang, Kepala Sub Bagian/Seksi
Bidang sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit;
2. Penetapan persyaratan jabatan dan proses seleksi untuk Kepala
Bagian atau Bidang, Kepala Sub Bagian/Seksi Bidang harus
dilaporkan kepada Bupati;
3. Pejabat pengelola menetapkan program pengembangan
kemampuan pegawai baik struktural maupun fungsional secara
transparan.
H. Pengendalian Internal
1. Pejabat pengelola menetapkan sistem pengendalian Internal
yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset Rumah
Sakit serta membantu manejemen dalam hal:
a. Upaya mengamankan harta kekayaan (seveguarding of
assets);
b. Menciptakan keakuratan data akutansi;
c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas;
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manejemen dalam
penerapan praktek bisnis yang sehat.
2. Sistem Pengendalian Internal antara lain mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Lingkungan Pengendalian yang disiplin dan terstruktur
b. Integritas, nilai etika dan kompetensi pegawai.
c. Filosofi dan gaya manajemen.
1) Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan
kewenangan dan tanggung jawabnya.
2) Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya
manusia.
3) Perhatian dan arahan yangdilakukan oleh pejabat
pengelola.
3. Pengkajian dan Pengelolaan Resiko, yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola resiko.
4. Aktivitas Pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap kegiatan
Rumah Sakit pada setiap tingkat dan unit dalam struktur
organisasi, antara lain mencakup kebijakan dan prosedur yang
membantu manajemen melaksanakan kewajibannya dan
menjamin bahwa tirtdakan penting dilakukan untuk mengatasi
resiko yang dihadapi dalam mencapai sasaran Rumah Sakit.
Kegiatan pengendalian termasuk serangkaian kegiatan seperti
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas
prestasi kerja, pembagian tugas dan keamanan terhadap aset
Rumah Sakit.
5. Sistem Informasi dan Komunikasi, yaitu suatu proses penyajian
laporan keuangan mengenai kegiatan operasional, finansial,
dan ketaatan atas ketentuan dan peraturan yang berlakupada
Rumah Sakit, yang memungkinkan pejabat pengelola dan
manajemen untuk menjalankan dan mengendalikan kegiatan
usahanya. Laporan tidak hanya berhubungan data internal,tapi
juga informasi tentang kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi
penting untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan
laporan eksternal.
6. Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem
51
BAB VI
AKUNTABILITAS
BAB VI
KEBIJAKAN KEUANGAN
Kebijakan Keuangan
Kebijakan keuangan Rumah Sakit merupakan acuan yang menjadi
dasar operasional dan penganggaran yang terkait dengan kebijakan
mengenai tarif layanan, akuntansi, pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan.
BAB VII
PENUTUP