NOMOR..........TAHUN 2008
TENTANG
POLA TATA KELOLA
RSUD SETJONEGORO
1
Menkes/ SK/ II/ 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit maka perlu ditindak lanjuti dengan
disusunnya Pola Tata Kelola bagi Badan Pengelolaan
Rumah Sakit Umum Daerah yang akan melaksanakan
Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah ;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a, b, dan c diatas maka perlu
menetapkan Peraturan Bupati Kabupaten MELAWAI
tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah
Setjonegoro di MELAWAI yang menerapkan Pola
Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah.
2
Negara RI Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4548);
7. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik RI Tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4502);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik RI Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik RI
Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4502);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik RI Tahun 2006 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4614);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/ Kota;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah;
15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan
Publik;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 6 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
3
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Tehknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 79 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan Swasta di Bidang Medik;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159.b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
22. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
159b/Menkes/SK/ Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
23. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
228/Menkes/SK/ /III/2002 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
yang wajib dilaksanakan daerah;
24. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
25. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman
Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws) di
Rumah Sakit;
26. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tanggal 6 September 2007 Nomor:
1011/Menkes/SK/IX/2007 tentang: Peningkatan Kelas
RSUD Dr. Moewardi Surakarta milik Pemerintah Provinsi
Kabupaten MELAWAI;
27. Keputusan Menteri Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
28. Peraturan Daerah Kabupaten MELAWAI Nomor 11
tahun 1999, tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit;
29. Peraturan Daerah Kabupaten MELAWAI No. 23 tahun
2008, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Setjonegoro Kabupaten
MELAWAI;
4
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
5
pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
12. Kadinkes adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kabupaten MELAWAI.
13. Direksi adalah Direktur.
14. Direktur adalah Direktur RSUD Setjonegoro.
15. Staf Medis adalah Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi
Spesialis yang bekerja purna waktu maupun paruh waktu di unit
pelayanan rumah sakit.
16. Tokoh masyarakat adalah mereka yang karena prestasi dan perilakunya
dapat dijadikan contoh/ tauladan bagi masyarakat.
17. Profesi kesehatan adalah mereka yang dalam tugasnya telah mendapat
pendidikan formal kesehatan dan melaksanakan fungsi melayani
masyarakat dengan usaha pelayanan penyakit dan mental untuk
menjadi sehat.
18. Unit Pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya kesehatan,
yaitu rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat intensif, kamar
operasi, kamar bersalin, radiologi, laboratorium, rehabilitasi medis dan
lain-lain.
19. Pelayanan medis spesialistik dasar adalah pelayanan medis spesialis
penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah dan
kesehatan anak
20. Pelayanan medis spesialistis luas adalah pelayanan medis spesialis dasar
ditambah dengan pelayanan spesialis telinga, hidung dan tenggorokan,
mata, syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anestesi,
rehabilitasi medis, patologi klinis, gigi dan mulut, kedokteran forensik
dan medikolegal, dan pelayanan spesialis lain sesuai dengan
kebutuhan.
21. Pelayanan medis subspesialistik luas adalah pelayanan sub spesialisasi
yang ada di pelayanan medis spesialis bedah, kesehatan anak,
kebidanan dan penyakit kandungan, penyakit dalam, telinga, hidung
dan tenggorokan, paru dan pelayanan sub spesialis lain sesuai dengan
kebutuhan.
22. Unit kerja adalah tempat staf medis menjalankan profesinya, yang dapat
berbentuk Instalasi, Bagian atau Bidang.
23. Komite Medis adalah wadah profesional medis yang keanggotaannya
berasal dari Ketua Kelompok Staf Medis Fungsional dan atau yang
mewakili.
24. Sub Komite adalah kelompok kerja di bawah Komite Medis yang
dibentuk untuk mengatasi masalah khusus, yang anggotanya terdiri dari
staf medis dan tenaga profesi lainnya secara ex officio.
25. Satuan Pengawas Internal adalah perangkat Rumah Sakit yang bertugas
melakukan pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka
6
membantu Direktur untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan
dan pengaruh lingkungan sosial sekitarnya (social responsibility) dalam
menyelenggarakan bisnis yang sehat.
26. Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok orang yang
bertugas melaksanakan administrasi perkantoran guna menunjang
pelaksanaan tugas-tugas staf medis, komite medis, dan sub komite
khususnya yang terkait dengan etik dan mutu medis.
BAB II
POLA TATA KELOLA KORPORASI
Bagian Kesatu
Identitas, Nama, Kedudukan
Pasal 2
Nama Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah Setjonegoro . Jenis
dan Kelas Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Setjonegoro
Kelas C bertempat kedudukan di Jalan Rumah Sakit No 1 MELAWAI.
Bagian Kedua
Tujuan, Visi, Misi, Filosofi, dan Nilai-nilai Dasar
Pasal 3
7
non medis secara berkesinambungan.
d Mewujudkan kemandirian,efesiensi, efektivitas, dan fleksibilitas,
pengelolaan keuangan.
e Menjadi pusat rujukan dan pendidikan penyakit kusta.
f Meningkatkan pengembangan pelayanan unggulan.
(4) Filosofi Rumah Sakit adalah :
a. Pasien dan pelanggan adalah manusia yang punya rasa menyukai
dan tidak menyukai, kewajiban kita untuk memberikan pelayanan
terbaik.
b. Kehadiran pasien adalah kepercayaan yang diberikan kepada kita.
c. Keluhan pasien dan pelanggan adalah kecintaan kepada kita untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang diharapkan.
d. Karyawan dan Manajemen selalu peduli terhadap lingkungan
dalam membina ekosistem.
e. Karyawan dan Manajemen selalu berusaha meningkatkan diri
dalam ilmu dan teknologi, disamping pengalaman sebagai guru
terbaik.
(5) Nilai-nilai Dasar :
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan
berdasarkan
a. Santun dalam berbicara dan bertindak
b. Edukatif
c. Tanggung jawab
d. Jujur
e. Obyektivitas dalam bertindak
f. Nilai-nilai luhur kemanusiaan menjadi acuan utama
g. Emphaty
h. Gigih dalam berprestasi
i. Otonomi tak terbatas
j. Ramah dalam bersikap
K. Orientasi pada pelayanan prima & pasien
Bagian Ketiga
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Pasal 4
8
(2) Rumah Sakit mempunyai tugas pokok menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
pencegahan, pelayanan rujukan, dan menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian
masyarakat.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan;
b. Pelayanan penunjang dalam menyelenggarakan pemerintah
daerah di bidang pelayanan;
c. Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan
pelaporan di bidang Pelayanan Kesehatan;
d. Pelayanan medis;
e. Pelayanan penunjang medis dan non medis;
f. Pelayanan keperawatan;
g. Pelayanan rujukan;
h. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;
i. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta pengabdian
masyarakat;
j. Pengelolaan keuangan dan akutansi;
k. Pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan masyarakat,
organisasi dan tatalaksana, serta rumah tangga, perlengkapan dan
umum.
Bagian Keempat
Kedudukan Pemerintah Daerah
Pasal 5
9
d. Menyetujui dan mengesahkan RBA
e. Memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar ketentuan
yang berlaku dan memberikan penghargaan kepada pegawai yang
berprestasi
(3) Pemerintah Daerah bertanggungjawab menutup defisit Rumah Sakit
yang bukan karena kesalahan dalam pengelolaan dan setelah diaudit
secara independen
(4) Pemerintah Daerah bertanggunggugat atas terjadinya kerugian pihak
lain, termasuk pasien, akibat kelalaian dan/ atau kesalahan dalam
pengelolaan Rumah Sakit
Bagian Kelima
Dewan Pengawas
Paragraf 1
Paragraf 2
Tugas dan Kewajiban Dewan Pengawas
Pasal 7
10
d. Memberikan nasehat kepada Direksi dalam melaksanakan
pengelolaan Rumah Sakit;
e. Melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan maupun
non keuangan, serta memberikan saran dan catatan-catatan
penting untuk ditindaklanjuti oleh Direksi Rumah Sakit; dan
f. Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja.
(3) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala daerah secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam
satu tahun dan sewaktu-waktu diperlukan.
Paragraf 3
Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 8
Paragraf 4
Masa Jabatan Dewan Pengawas
Pasal 9
11
(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima)
tahun, dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya;
(2) Anggota dewan pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh
Bupati;
(3) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya apabila :
a. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. Tidak melaksanaan ketentuan perundang-undangan;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit; atau
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana
dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya
melaksanakan pengawasan atas Rumah Sakit.
Paragraf 5
Sekretaris Dewan Pengawas
Pasal 10
(1) Bupati dapat mengangkat sekretaris Dewan Pengawas untuk
mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas.
(2) Sekretaris Dewan Pengawas bukan merupakan anggota Dewan
Pengawas.
Paragraf 6
Pembiayaan
Pasal 11
12
Bidang Keuangan, Kepala Bidang Penunjang, dan Kepala Bidang
Pelayanan;
(7) Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Bupati.
Pasal 13
Pengangkatan
Pasal 14
Tugas
Pasal 15
13
peraturan perundang-undangan;
(4) Mewakili rumah sakit di dalam dan di luar pengadilan;
(5) Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola
rumah sakit sebagaimana yang telah digariskan oleh Pemilik;
(6) Memperhatikan pengelolaan rumah sakit dengan berwawasan
lingkungan;
(7) Menyiapkan RSB dan RBA Tahunan;
(8) Mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi
rumah sakit sesuai kelaziman yang berlaku;
(9) Menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala;
(10) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Struktural
dibawahnya kepada Bupati.
(11) Direktur mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan Rumah
Sakit dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
pencegahan, pelayanan rujukan, dan menyelenggaran pendidikan
dan pelatihan profesi kesehatan, penelitian dan pengembangan
serta pengabdian masyarakat.
(12) Dalam melaksanakan tugasnya Direktur dibantu oleh Kepala
Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi, Komite
Medis, Komite Keperawatan dan Satuan Pengawas Internal (SPI).
(13) Direktur mengangkat dan memberhentikan Ketua dan Anggota
Satuan Pengawasan Intern (SPI).
(14) Direktur mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian para
pejabat struktural dilingkungan RSUD Setjonegoro untuk
ditetapkan oleh Bupati.
(15) Tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab para pejabat struktural
dan non struktural seperti tersebut pada ayat (3), ayat (4) pasal
ini ditentukan lebih lanjut oleh Direktur.
(16) Menguasai, memelihara dan mengelola kekayaan rumah sakit
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Wewenang
Pasal 16
14
(4) Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
pegawai rumah sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
15
Bagian kedelapan
ORGANISASI PELAKSANA
Paragraf 1
Instalasi
Pasal 20
Pasal 21
(1) Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis
organisasi dan kebutuhan.
(2) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan
secara tertulis kepada Bupati .
Pasal 22
Kepala instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan,
melaksanakan, memonitor dan mengevaluasikan, serta melaporkan
kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing
Paragraf 2
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 23
16
(1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai
bidang keahliannya.
(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada.
(3) Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing yang berlaku.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 3
Staf Medis Fungsional
Pasal 24
(1) Staf Medis Fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang
medis dalam jabatan fungsional.
(2) Staf medis fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosa,
pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan
pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian
dan pengembangan.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, staf medis fungsional menggunakan
pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.
Bagian kesembilan
ORGANISASI PENDUKUNG
Paragraf 1
Satuan Pengawas Intern
Pasal 25
Guna membantu Direktur dalam bidang pengawasan internal dan
monitoring dibentuk Satuan Pengawas Intern.
Pasal 26
(1) Satuan Pengawas Intern adalah kelompok jabatan fungsional yang
bertugas melaksanakan pengawasan dan monitoring terhadap
pengelolaan sumber daya rumah sakit
(2) Pengawasan dan monitoring terhadap pengelolaan sumber daya
rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk
17
mengawasi apakah kebijakan pimpinan telah dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh bawahannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk mencapai tujuan
organisasi.
(3) Satuan Pengawas Intern berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Direktur.
(4) Satuan Pengawas Intern dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan
Direktur.
Paragraf 2
Komite Medis
Pasal 27
Paragraf ketiga
Komite Keperawatan
Pasal 28
Pasal 29
(1) Komite Keperawatan merupakan badan non struktural yang berada
dibawah serta bertanggungjawab kepada Direktur.
(2) Susunan Komite Keperawatan terdiri dari seorang Ketua, seorang
Sekretaris yang kesemuanya merangkap anggota serta 8 orang
anggota.
18
(3) Komite Keperawatan dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan
Direktur setelah mempertimbangkan usulan dari Kepala Pelayanan.
Pasal 30
Bagian kesepuluh
TATA KERJA
Pasal 31
Pasal 32
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-
masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-
langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Pasal 33
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggungjawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan dan memberikan bimbingan serta petunjuk
bagi pelaksanaan tugas bawahannya
Pasal 34
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk dan bertanggungjawab lepada atasan serta menyampaikan
laboran berkala pada waktunya.
Pasal 35
Setiap laboran yang diterima oleh setiap pimpinan satuan organisasi dari
bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan perubahan untuk
menyusun laboran lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada
bawahannya.
19
Pasal 36
Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang,
Kepala Seksi, Kepala Instalasi wajib menyampaikan laporan berkala
kepada atasannya.
Pasal 37
Pasal 38
Bagian Ketiga
Kedudukan Rumah Sakit
Pasal 39
Bagian Keempat
Pasal 40
20
Pasal 41
Bagian Kelima
Kedudukan Pemerintah Daerah
Pasal 42
Bagian Keenam
Dewan Pengawas
Pasal 43
(1) Rumah Sakit yang memiliki realisasi omset tahunan menurut laporan
operasional atau nilai aset menurut neraca yang memenuhi syarat
21
minimal, dapat dibentuk Dewan Pengawas;
(2) Jumlah Anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang
atau 5 (lima) orang dan seorang diantara anggota Dewan Pengawas
ditetapkan sebagai ketua Dewan Pengawas;
(3) Syarat minimal dan jumlah anggota Dewan Pengawas mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(4) Dewan Pengawas dibentuk dengan keputusan Kepala Daerah atas
usulan Direktur Rumah Sakit.
Pasal 44
Pasal 45
22
dan
c. Tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan Rumah Sakit.
(2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya
dengan pengangkatan Direksi Rumah Sakit.
(3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Dewan Pengawas, yaitu :
a. Memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang berkaitan
dengan kegiatan Rumah Sakit, serta dapat menyediakan waktu
yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
b. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi atau
komisaris, atau dewan pengawas yang dinyatakan bersalah
sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit atau orang yang
tidak pernah melakukan tindak pidana yang merugikan daerah;
dan
c. Mempunyai kompetensi dalam bidang menajemen keuangan,
sumber daya manusia dan mempunyai komitmen terhadap
peningkatan kualitas pelayanan publik.
Pasal 46
Pasal 47
(1) Rapat Dewan Pengawas terdiri dari rapat rutin, rapat khusus dan rapat
tahunan.
23
(2) Rapat dipimpin oleh ketua atau yang mewakili berdasarkan
kesepakatan para anggota
(3) Rapat dinyatahkan sah apabila dihadiri oleh dua per tiga anggota yang
hadir.
(4) Keputusan rapat didasarkan pada azas musyawarah.
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
24
(2) Direktur selaku pemimpin BLUD sebagai penanggung jawab teknis
operasional menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan
rumah sakit termasuk laporan keuangan yang telah daudit.
(3) Ketua menyampaikan undangan tertulis kepada anggota Dewan
Pengawas dan laporan lain paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum rapat diselenggarakan.
Peserta Rapat
Pasal 51
Setiap rapat khusus, rapat tahunan wajib dihadiri oleh anggota Dewan
pengawas kecuali rapat rutin yang juga dihadiri oleh Direktur, Kepala Bagian
Keuangan dan pihak lain yang ditentukan oleh Dewan pengawas
Pasal 52
Pasal 53
Pembiayaan
Pasal 54
Direksi
25
Pasal 55
Pasal 56
Masa Bakti
Pasal 57
Masa bakti Direksi paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 1
(satu) kali.
Pengangkatan
Pasal 58
26
Direksi diangkat oleh Bupati dengan Surat Keputusan Bupati.
Pasal 59
27
ditentukan lebih lanjut oleh Direktur;
(16) Menguasai, memelihara dan mengelola kekayaan rumah sakit sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(17) Memberikan perlindungan kepada dokter dengan mengikutsertakan
pada asuransi tanggung gugat profesional;
(18) Menetapkan kebijakan operasional rumah sakit;
(19) Mengangkat dan memberhentikan pegawai rumah sakit sesuai
peraturan perundang-undangan;
(20) Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
pegawai rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 60
Pasal 61
28
Hubungan Direksi dengan Pemilik
Pasal 62
Pengaturan Rapat
Pasal 63
Pasal 64
Bagian Kedelapan
Pengelompokan Fungsi Pelayanan dan Fungsi Pendukung
Pasal 65
Bagian Kesembilan
Prosedur Kerja
29
Pasal 67
Bagian Kesepuluh
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pasal 68
Bagian Kesebelas
Remunerasi
Pasal 69
Pasal 70
30
pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
31
(2) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat diusulkan oleh pimpinan Rumah Sakit.
(3) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan
kesetaraan layanan serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
Pasal 74
Pasal 75
32
wajar dari investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian
dari biaya per unit layanan.
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa
besaran tarif dan/ atau pola tarif sesuai jenis layanan Rumah Sakit.
Pasal 76
(1) Tarif layanan Rumah Sakit diusulkan oleh pimpinan Rumah Sakit
kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
(2) Unit Kerja mengusulkan tarif layanan melalui Direksi.
(3) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dan disampaikan kepada
pimpinan DPRD.
(4) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli
masyarakat, serta kompetisi yang sehat.
(5) Kepala daerah dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dapat membentuk tim.
(6) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ditetapkan
oleh kepala daerah yang keanggotaannya dapat berasal dari :
a. Pembina teknis;
b. Pembina keuangan;
c. Unsur perguruan tinggi;
d. Lembaga profesi.
Pasal 77
(1) Peraturan kepala daerah mengenai tarif layanan Rumah Sakit dapat
dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(2) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan
secara keseluruhan maupun per unit layanan.
(3) Proses perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), berpedoman pada ketentuan pasal 76.
Pasal 78
33
(2) Pengelolaan keuangan rumah sakit berdasarkan pada prinsip-prinsip
efektifitas, efesiensi, dan produktivitas.
(3) Pengelolaan administrasi keuangan berbasis pada akuntabilitas dan
transparansi.
(1) Pengelolaan Sumber daya lain yang terdiri dari sarana, prasarana,
gedung, jalan akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Pengelolaan sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan mutu pelayanan
dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit.
Pasal 80
(1) Pengelolaan lingkungan rumah sakit yang terdiri dari halaman, taman,
limbah dan lain-lain akan dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
mendukung peningkatan mutu pelayanan yang berorientasi kepada
keamanan, kenyamanan, kebersihan, kesehatan, kerapian dan
keindahan.
Pasal 81
(1) Rumah Sakit beroperasi berdasarkan pola tata kelola atau peraturan
internal, yang memuat antara lain :
a. Struktur organisasi;
b. Prosedur kerja;
c. Pengelompokan fungsi yang logis; dan
d. Pengelolaan sumber daya manusia.
(2) Tata kelola sebagaimana dimaksud ayat (1) memperhatikan prinsip,
34
antara lain :
a. Transparansi;
b. Akuntabilitas;
c. Resposibilitas;
d. Independensi.
Pasal 82
Pasal 83
35
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan prinsip bisnis yang sehat.
Pejabat Pengelola
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
(1) Pejabat pengelola Rumah Sakit diangkat dan diberhentikan oleh Kepala
Daerah.
(2) Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui
Sekretaris Daerah.
(3) Pejabat keuangan dan pejabat teknis Rumah Sakit bertanggung jawab
kepada pimpinan Rumah Sakit.
36
Pasal 87
(1) Pimpinan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal 84 ayat (1)
huruf a, mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan,
dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan Rumah Sakit;
b. Menyusun renstra bisnis Rumah Sakit;
c. Menyiapkan Rencana Bisnis Anggaran;
d. Mengusulkan calon pejabat pengelola keuangan dan pejabat teknis
kepada kepala daerah sesuai ketentuan;
e. Menetapkan pejabat lainnya sesuai kebutuhan Rumah Sakit selain
pejabat yang telah ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan; dan
f. Menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja operasional
serta keuangan Rumah Sakit kepada kepala daerah.
(2) Pimpinan Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai fungsi sebagai
penanggung jawab umum operasional dan keuangan Rumah Sakit.
Pasal 88
Pasal 89
37
b. Melaksanakan kegiatan teknis sesuai dengan Rencana Bisnis
Anggaran; dan
c. Mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidang masing-
masing.
(2) Pejabat teknis Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai fungsi sebagai
penanggung jawab teknis di bidang masing-masing.
(3) Tanggung jawab pejabat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
berkaitan dengan mutu, standarisasi, adminstrasi, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan peningkatan sumber daya lainnya.
Pasal 90
(1) Pejabat pengelola dan pegawai Rumah Sakit dapat berasal dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan/ atau Non PNS yang profesional sesuai dengan
kebutuhan.
(2) Pejabat pengelola dan pegawai Rumah Sakit dapat berasal dari non
PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dipekerjakan secara
tetap atau berdasarkan kontrak.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai
Rumah Sakit yang berasal dari PNS disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Pengangkatan dan pemberhentian pegawai Rumah Sakit yang berasal
dari Non PNS dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi, ekonomis dan
produktif dalam meningkatkan pelayanan.
Pasal 91
38
Sakit yang berasal dari Non PNS, diatur lebih lanjut dengan keputusan
kepala daerah.
Status Kelembagaan
Pasal 93
(1) Dalam hal Rumah Sakit atau unit Kerja merubah status
kelembagaannya, berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Perubahan status kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa :
a. Perubahan satuan kerja struktural menjadi non struktural atau
sebaliknya;
b. Perubahan organisasi, antara lain : penyempurnaan tugas, fungsi,
struktur organisasi dan tata kerja.
Pasal 94
Pasal 95
BAB III
39
POLA TATA KELOLA STAF MEDIS
Bagian Kesatu
Pengangkatan dan Pengangkatan Kembali
Pasal 96
Bagian Kedua
Kategori Staf Medis
Pasal 98
Kategori staf medis adalah dokter tetap, paruh waktu, tamu, spesialis
konsultan, staf pengajar, dokter umum di unit gawat darurat, dokter umum
di pelayanan intensif dan dokter peserta pendidikan dokter spesialis.
Pasal 99
Dokter Tetap adalah dokter yang direkrut oleh Pemerintah untuk Rumah
Sakit sebagai pegawai tetap dan berkedudukan sebagai sub ordinat; yaitu
bekerja untuk dan atas nama Rumah Sakit serta bertanggung jawab kepada
Rumah Sakit. Kualifikasi sesuai dengan kompetensi di bidangnya serta
mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 100
Dokter Paruh Waktu adalah Dokter yang bekerja tidak penuh waktu dalam
seminggu. Kualifikasi sesuai dengan kompetensi di bidangnya serta
mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
40
Pasal 101
Pasal 102
Pasal 103
Pasal 104
Pasal 105
41
diberikan oleh Rumah Sakit. Kualifikasi sesuai dengan kompetensi di
bidangnya serta mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 106
Dokter peserta pendidikan dokter spesialis adalah Dokter yang secara sah
diterima sebagai peserta pendidikan dokter spesialis, serta memberikan
pelayanan kesehatan dalam rangka pendidikan. Kualifikasi sesuai dengan
kompetensi di bidangnya serta mempunyai hak dan kewajiban sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Kewenangan Klinis
Pasal 107
Bagian Keempat
Pembinaan
Pasal 108
42
mengundang peers;
(5) Rapat klinik sedemikian mempertajam kajian diagnosis, prosedur
pelayanan, ketepatan tindakan/ pengobatan;
(6) Hasil rapat klinik harus menjadi pelajaran untuk perbaikan mutu; dan
(7) Sanksi profesional dan atau administrastif dilakukan dengan hati-hati.
Bagian Kelima
Organisasi Staf Medis Fungsional
Pasal 109
Tujuan
Pasal 110
Pasal 111
(1) Secara teknis administratif Staf Medis di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direksi.
(2) Secara teknis fungsional Staf Medis bertanggung jawab secara
profesional sesuai dengan kompetensinya.
Tanggung Jawab
Pasal 112
43
Kelompok Staf Medis mempunyai tanggung jawab yang terkait dengan
mutu, etik pelayanan dan pengembangan pendidikan staf medis. Tanggung
jawab tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Memberikan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit melalui Ketua
Komite Medis/ Sub Komite Kredensial terhadap permohonan
penempatan dokter baru dan penempatan ulang dokter di Rumah
Sakit. Penempatan dokter baru di Rumah Sakit berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit. Untuk membuat Surat Keputusan
tersebut Direktur Rumah Sakit perlu meminta masukan dari Kelompok
Staf Medis/ Sub Komite Kredensial;
(2) Melakukan evaluasi penampilan kinerja praktik dokter berdasarkan
data yang komprehensif;
(3) Memberikan kesempatan bagi para dokter untuk mengikuti
pengembangan profesi berkelanjutan (continuing professional
development);
(4) Memberikan rekomendasi dan masukan kepada Direktur Rumah Sakit
melalui Ketua Komite Medis hal-hal yang terkait dengan praktik
kedokteran;
(5) Memberikan laporan tentang hasil pemantauan indikator mutu klinik,
hasil evaluasi kinerja praktik klinis, pelaksanaan program
pengembangan staf medis dan lain-lain kepada Direktur melalui Ketua
Komite Medis; dan
(6) Melakukan perbaikan (up-dating) standar prosedur operasional dan
dokumen terkaitnya.
Pasal 113
Prinsip-prinsip pengorganisasian :
(1) Dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis (purna
waktu dan paruh waktu) yang bekerja di unit pelayanan rumah sakit
wajib menjadi anggota Staf Medis.
(2) Dalam melaksanakan tugas Staf Medis dikelompokkan sesuai
spesialisasi atau keahliannya atau dengan cara lain dengan
pertimbangan khusus.
(3) Setiap Kelompok Staf Medis minimal terdiri dari 2 (dua) orang dokter.
(4) Pengelompokan Staf Medis berdasarkan spesialisasi/ keahlian adalah
tenaga dokter dengan spesialisasi/ keahlian yang sama dikelompokkan
44
ke dalam 1 (satu) Kelompok Staf Medis.
(5) Pengelompokkan Staf Medis dengan cara lain dengan pertimbangan
khusus dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a Penggabungan tenaga dokter spesialis dengan spesialisasi/
keahlian yang berbeda. Penggabungan ini dilakukan karena jumlah
dokter spesialis tersebut kurang dari 2 (dua) orang sehingga tidak
memungkinkan untuk membentuk Staf Medis sendiri.
Penggabungan harus memperhatikan kemiripan disiplin ilmu
tersebut dan wajib diikuti dengan pembagian dan tugas dan
wewenang yang jelas yang dituangkan di dalam kebijakan dan
prosedur pelayanan medis rumah sakit.
b Penggabungan tenaga dokter spesialis dengan memperhatikan
tugas dan kewenangan dokter spesialis tersebut. Penggabungan
ini dilakukan karena jumlah dokter spesialis yang sangat terbatas
sehingga tidak memungkinkan masing-masing jenis spesialisasi
keahlian membentuk Kelompok Staf Medis tersendiri. Karena itu
rumah sakit hanya membentuk 2 (dua) Kelompok Staf Medis yaitu
Kelompok Staf Medis Bedah dan Kelompok Staf Medis Non Bedah.
Dokter Spesialis yang melaksanakan tindakan medis operatif
(misalnya dokter bedah, dokter obsgyn, dokter mata, dokter THT
dan lain sebagainya) dikelompokkan ke dalam Kelompok Staf
Medis Bedah, sedangkan tenaga dokter yang hanya melaksanakan
tindakan medis non operatif dikelompokkan ke dalam Kelompok
Staf Medis Non Bedah
c Pembentukan Staf Medis untuk Dokter Umum dapat dilakukan
dengan membentuk kelompok Staf Medis Dokter Umum sendiri
atau bergabung dengan kelompok staf medis dimana dokter
umum tersebut memberikan pelayanan. Penggabungan dokter
umum dengan dokter spesialis dapat dilakukan apabila jumlah
dokter spesialis masih kurang sehingga tidak memungkinkan
membentuk kelompok staf medis sendiri. Penggabungan dokter
umum dan dokter spesialis harus diikuti dengan pembagian tugas
dan kewenangan yang jelas dituangkan dalam kebijakan dan
prosedur pelayanan medis rumah sakit.
d Dokter gigi dapat menjadi Kelompok Staf Medis sendiri atau
bergabung dengan kelompok staf medis bedah atau kelompok staf
medis dokter umum-gigi. Penggabungan dilakukan apabila jumlah
dokter gigi masih kurang dari 2 (dua) orang. Yang perlu
diperhatikan, penggabungan dokter gigi dengan bidang spesialis
lainnya wajib diikuti dengan pembagian tugas dan wewenang
yang jelas yang dituangkan di dalam kebijakan dan prosedur
45
pelayanan medis rumah sakit.
Pasal 114
Pasal 115
(1) Kelompok Staf Medis dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih oleh
anggotanya.
(2) Ketua Kelompok Staf Medis dapat dokter purna waktu atau dokter
paruh waktu.
(3) Pemilihan Ketua Kelompok Staf Medis diatur dengan mekanisme yang
disusun oleh Komite Medis. Proses pemilihan ini wajib melibatkan
Komite Medis dan Direktur Rumah Sakit. Setelah proses pemilihan
Ketua Kelompok Staf Medis selesai maka penetapan sebagai Ketua
Kelompok Staf Medis disahkan dengan Surat keputusan Direktur
Rumah Sakit.
(4) Masa bakti Ketua Kelompok Staf Medis adalah minimal 3 (tiga) tahun
dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali periode berikutnya
berturut-turut.
Pasal 116
(1) Tugas Ketua Kelompok Staf Medis adalah menyusun uraian tugas,
wewenang dan tata kerja staf medis yang dipimpinnya.
(2) Uraian tugas dan wewenang ditetapkan secara individu untuk masing-
masing dokter.
Hubungan Kerja
46
Pasal 117
Pasal 118
Staf Medis
Tugas dan Fungsi
Pasal 119
47
pemantauan indikator mutu klinik.
Bagian Keenam
Komite Medis
Pasal 120
48
waktu yang dipilih secara demokratis oleh Ketua-Ketua
Kelompok Staf Medis.
2) Surat Keputusan Pengangkatan Wakil Ketua Komite Medis
oleh Direktur Rumah Sakit.
3) Wakil Ketua Komite Medis dapat menjadi Ketua Sub Komite.
c Sekretaris
1) Sekretaris Komite Medis dipilih oleh Ketua Komite Medis.
2) Sekretaris Komite Medis dijabat oleh seorang Dokter purna
waktu.
3) Rumah Sakit dengan jumlah dokter terbatas maka Sekretaris
Komite Medis dapat dipilih dari salah satu anggota Komite
Medis.
4) Sekretaris Komite Medis dapat menjadi Ketua dari salah satu
Sub Komite.
5) Dalam menjalankan tugasnya, Sekretaris Komite Medis
dibantu oleh tenaga administrasi (staf sekretariat) purna
waktu.
d Anggota Komite Medis terdiri dari semua Ketua Kelompok Staf
Medis dan atau yang mewakili.
Pasal 121
Pasal 122
49
(1) Tugas :
a. Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun standar pelayanan
medis dan memantau pelaksanaannya.
b. Melaksanakan pembinaan etika profesi, disiplin profesi dan mutu
profesi.
c. Mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf medis.
d. Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun medical staff bylaws
dan memantau pelaksanaannya.
e. Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun kebijakan dan
prosedur yang terkait dengan mediko-legal.
f. Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun kebijakan dan
prosedur yang terkait dengan etiko-legal.
g. Melakukan koordinasi dengan Wakil Direktur Pelayanan Medis dan
Keperawatan dalam melaksanakan dan pembinaan pelaksanaan
tugas kelompok staf medis.
h. Meningkatkan progam pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta
penelitian dan pengembangan dalam bidang medis.
i. Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis antara
lain monitoring dan evaluasi kasus bedah, penggunaan obat ( drug
usage), farmasi dan terapi, ketepatan, kelengkapan dan
keakuratan rekam medik, tissue riview, mortalitas dan morbiditas,
medical care review peer review audit medis melalui pembentukan
sub komite-sub komite.
j. Memberikan laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit.
(2) Fungsi Komite Medik :
a. Memberikan saran kepada Direktur Rumah Sakit.
b. Menjamin komitmen bersama atas mutu pelayanan medis yang
diberikan oleh staf medis.
c. Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pelayanan medis.
d. Menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik kedokteran, karena
itu di bawah Komite Medik perlu dibentuk Sub Komite Etika dan
Disiplin Profesi. Untuk menangani masalah etik dan hukum dalam
bidang lain, Rumah Sakit membentuk Komite Etik dan Hukum
tersendiri di luar Komite Medis.
e. Menyusun kebijakan pelayanan medis sebagai standar yang harus
dilaksanakan oleh semua kelompok staf medis di rumah sakit.
Kewenangan
Pasal 123
50
(1) Memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga
medis.
(2) Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan penggunaan
dan pemeliharaan peralatan medis dan penunjang medis serta
pengembangan pelayanan medis.
(3) Monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu pelayanan medis
sesuai yang tercantum di dalam tugas Komite Medis.
(4) Monitoring dan evaluasi efisiensi dan efektifitas penggunaan alat
kedokteran di rumah sakit.
(5) Melaksanakan pembinaan etika profesi serta mengatur profesi
kewenangan antar kelompok staf medis.
(6) Membentuk Tim Klinis yang mempunyai tugas menangani kasus-kasus
pelayanan medik yang memerlukan koordinasi lintas profesi, misalnya
penanggulangan kanker terpadu, penanggulangan nyeri, pelayanan
jantung terpadu, pelayanan geriatri dan lain sebagainya.
(7) Memberikan rekomendasi tentang kerjasama antar Rumah Sakit dan
Fakultas Kedokteran/ Kedokteran Gigi/ Institusi pendidikan lain.
Tanggung Jawab
Pasal 124
Tanggung jawab Komite Medik kepada Direktur Rumah Sakit adalah terkait
dengan mutu pelayanan medis, pembinaan etik kedokteran dan
pengembangan profesi medis.
Kewajiban
Pasal 125
51
Masa Kerja
Pasal 126
(1) Masa kerja Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Komite Medis
mempunyai masa bakti selama 3 (tiga) tahun dan kemudian dapat
dipilih kembali atas dasar musyawarah dan mufakat Ketua dan
Anggota Staf Medis.
(2) Hasil pemilihan dimintakan pengesahan kepada Direktur Rumah Sakit.
Tata Kerja
Pasal 127
Sumber Daya
Pasal 128
52
Untuk memperlancar tugas sehari-hari perlu tersedia ruangan pertemuan
dan komunikasi bagi Komite Medis dan Kelompok Staf Medis dan ada
tenaga administrasi penuh waktu yang dapat membantu Komite Medis dan
Kelompok Staf Medis. Biaya operasional Komite Medis dibebankan pada
anggaran Rumah Sakit.
Pasal 129
(1) Dalam melaksanakan tugasnya Komite Medis dibantu oleh Sub Komite.
Sub Komite dibentuk disesuaikan dengan kebutuhan Rumah Sakit.
(2) Sub Komite dapat terdiri dari :
a. Sub Komite Kredensial;
b. Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi Medis;
c. Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi;
d. Sub Komite Farmasi dan Terapi;
e. Sub Komite Rekam Medis;
f. Sub Komite Pengendalian Infeksi Nosokomial Rumah Sakit;
g. Sub Komite Transfusi Darah;
h. Sub Komite Kanker;
i. Sub Komite Penanggulangan Nyeri;
j. Sub Komite HIV/ AIDS; dan
k. Sub Komite DBD.
Struktur Organisasi
Pasal 130
(1) Susunan Sub Komite terdiri dari Ketua merangkap anggota, Sekretaris
merangkap anggota dan anggota.
(2) Ketua Sub Komite dapat salah seorang Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris
dan Anggota Komite Medis.
Tata Kerja
Pasal 131
(1) Sub Komite ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atas usul Ketua
Komite Medis setelah mendapat kesepakatan dalam rapat pleno
Komite Medis.
53
(2) Dalam melaksanakan kegiatannya sub komite agar menyusun
kebijakan, program dan prosedur kerja.
(3) Sub Komite membuat laporan berkala dan laporan akhir tahun kepada
Komite Medis. Laporan akhir tahun antara lain berisi evaluasi kerja
selama setahun dan rekomendasi untuk tahun anggaran berikutnya.
(4) Sub Komite mempunyai masa kerja 3 (tiga) tahun.
(5) Biaya operasional dibebankan kepada anggaran rumah sakit.
Pasal 132
(1) Komposisi terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Anggota. Anggota Sub
Komite Kredensial adalah wakil dari kelompok staf medis dan atau
yang mewakili.
(2) Fungsinya melaksanakan kebijakan Komite Medis di bidang Kredensial
Profesi Medis.
(3) Tugas :
a. Melakukan review permohonan untuk menjadi anggota staf medis
rumah sakit secara total obyektif, adil, jujur dan terbuka;
b. Membuat rekomendasi hasil review berdasarkan kriteria yang
ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan staf medis di rumah
sakit;
c. Membuat laporan kepada Komite Medis apabilal permohonan
sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Pola Tata
Kelola Staf Medis di Rumah Sakit;
d. Melakukan review kompetensi staf medis dan memberikan laporan
dan rekomendasi kepada Komite Medis dalam rangka pemberian
clinical privileges, reapointments dan penugasan staf medis pada
unit kerja;
e. Membuat rencana kerja Sub Komite Kredensial;
f. Melaksanakan rencana kerja Sub Komite Kredensial;
g. Menyusun tata laksana dari instrumen kredensial;
h. Melaksanakan kredensial dengan melibatkan lintas fungsi sesuai
kebutuhan; dan
i. Membuat laporan berkala kepada Komite Medis.
(4) Wewenangnya melaksanakan kegiatan kredensial secara adil, jujur
dan terbuka secara lintas sektoral dan lintas fungsi sesuai kebutuhan.
(5) Bertanggung jawab kepada Komite Medis.
54
Pasal 133
(1) Komposisi terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota.
(2) Fungsinya melaksanakan kebijakan Komite Medis di Bidang Mutu
Profesi Medis.
(3) Tugas :
a. Membuat rencana/ program kerja;
b. Melaksanakan rencana kerja/ jadwal kegiatan;
c. Membuat panduan mutu pelayanan medis;
d. Melakukan pemantauan dan pengawasan mutu pelayanan medis;
e. Menyusun indikator mutu klinik dengan melakukan koordinasi
dengan kelompok staf medis dan unit kerja. Indikator yang disusun
adalah indikator output atau outcome;
f. Melakukan koordinasi dengan Komite Peningkatan Mutu Rumah
Sakit; dan
g. Melakukan pencatatan dan pelaporaan secara berkala.
(4) Wewenangnya melaksanakan kegiatan upaya peningkatan mutu
pelayanan medis secara lintas sektoral dan lintas fungís sesuai
kebutuhan.
(5) Bertanggung jawab kepada Komite Medis.
Pasal 134
Etika Profesi terkait dengan masalah moral yang baik dan moral yang buruk,
karena itu etika profesi merupakan dilema norma internal, sedangkan
disiplin profesi terkait dengan perilaku pelayanan dan pelanggaran estándar
profesi.
(1) Komposisi Sub Etika dan Disiplin Profesi terdiri dari Ketua, Wakil Ketua
dan Anggota yang dipilih dari anggota Kelompok Staf Medis.
(2) Fungsinya melaksanakan kebijakan Komite Medis di Bidang Etika dan
Disiplin Profesi Medis.
(3) Tugas :
a. Membuat rencana kerja;
b. Melaksanakan rencana kerja;
c. Menyusun tata laksana pemantauan dan penanganan masalah
etika dan disiplin profesi;
d. Melakukan sosialisasi yang terkait dengan etika profesi dan disiplin
55
profesi;
e. Mengusulkan kebijakan yang terkait dengan bioetika;
f. Melakukan koordinasi dengan Komite Etik dan Hukum rumah sakit;
dan
g. Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.
(4) Wewenangnya melakukan pemantauan dan penanganan masalah etika
profesi kedokteran dan disiplin profesi dengan melibatkan lintas
sektoral dan lintas fungsi sesuai kebutuhan.
(5) Bertanggung jawab kepada Komite Medis.
Rapat
Pasal 135
(1) Rapat Kelompok Staf Medis dan atau Komite Medis terdiri dari rapat
rutin, rapat khusus dan rapat tahunan.
(2) Rapat dipimpin oleh Ketua atau yang mewakili berdasarkan
kesepakatan para anggota.
(3) Rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) anggota
hadir.
Rapat Rutin
Pasal 136
(1) Rapat rutin Komite Medis dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu)
bulan.
(2) Rapat Komite Medis dengan semua Kelompok Staf Medis dan atau
dengan semua tenaga dokter dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu)
bulan.
(3) Rapat Komite Medis dengan Direktur Rumah Sakit/ Wakil Direktur
Pelayanan dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu) bulan.
(4) Setiap undangan rapat rutin yang disampaikan Ketua harus dilampiri
dengan salah satu salinan risalah rapat yang lalu.
Rapat Khusus
Pasal 137
56
(1) Rapat khusus diadakan dalam hal :
a. Adanya permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit 3 (tiga)
anggota Staf Medis dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam
sebelumnya.
b. Adanya keadaan/ situasi tertentu yang mendesak untuk segera
dilaksanakan rapat Komite Medis.
(2) Undangan rapat khusus harus disampaikan oleh Ketua kepada peserta
rapat paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum dilaksanakan.
(3) Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan
spesifik.
(4) Rapat khusus yang diminta untuk anggota staf medis sebagaimana
diatur dalam ayat (1) harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah diterimanya surat permintaan tersebut.
Rapat Tahunan
Pasal 138
(1) Rapat Tahunan Kelompok Staf Medis dan atau komite Medis
diselenggarakan sekali dalam setahun.
(2) Ketua menyampaikan undangan tertulis kepada anggota dan laporan
lain paling lambat 14 (empat belas hari) sebelum rapat
diselenggarakan.
Undangan Rapat
Pasal 139
Peserta Rapat
Pasal 140
Setiap rapat khusus, rapat tahunan wajib dihadiri oleh Direktur, Kepala
Bagian Keuangan dan pihak lain yang ditentukan oleh Komite Medis.
Pejabat Ketua
Pasal 141
57
Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat dan
kuorum telah tercapai maka anggota Staf Medis dan atau Komite Medis
dapat memilih pejabat ketua untuk memimpin rapat
Kuorum
Pasal 142
(1) Rapat Kelompok Staf Medis dan atau Komite Medis dapat dilaksanakan
apabila kuorum tercapai.
(2) Kuorum dianggap tercapai apabila dihadiri oleh dua per tiga dari jumlah
anggota Kelompok Staf Medis.
(3) Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu
rapat yang telah ditentukan maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan
pada suatu tempat, waktu dan hari yang sama minggu berikutnya.
(4) Dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari
waktu yang telah ditentukan pada minggu berikutnya maka rapat
segera dilanjutkan dan segala keputusan yang terdapat pada risalah
rapat disahkan dalam rapat anggota Kelompok Staf Medis dan atau
Komite Medis berikutnya.
Pemungutan Suara
Pasal 143
(1) Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat
Kelompok Staf Medis dan atau Komite Medis yang ditentukan dengan
mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh para anggota Kelompok
Staf Medis dan atau Komite Medis, pemungutan suara dapat dilakukan
dengan amplop tertutup.
(2) Keputusan rapat Kelompok Staf Medis dan atau Komite Medis
didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan pemungutan suara.
(3) Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka Ketua atau
Wakil Ketua berwenang untuk menyelenggarakan pemungutan suara ke
dua kalinya.
(4) Perhitungan suara hanyalah berasal dari anggota Kelompok Staf Medis
dan atau Komite Medis yang hadir pada rapat tersebut.
58
Pasal 144
Bagian Ketujuh
Kerahasiaan dan Informasi Medis
Pasal 145
59
antara lain:
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
2. Tujuan tindakan medis yang dilak;kan;
3. Alternatif tindakan lain dan resikonya;
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
d. Meminta konsultasi kepada dokter lain (second opinion) terhadap
penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang
merawatnya.
e. Mendapatkan isi rekam medis.
f. Membuka isi rekam medik untuk kepentingan peradilan.
Bagian Kedelapan
Pengawasan
Pasal 146
BAB IV
Ketentuan Perubahan
Pasal 147
(1) Perubahan Peraturan Pola Tata Kelola Rumah Sakit dilakukan melalui
rapat khusus yang diselenggarakan.
(2) Perubahan Peraturan Pola Tata Kelola Rumah Sakit sebagaimana
tersebut dalam ayat (1) akan diatur lebih lanjut oleh Bupati atas usul
Direktur.
BAB V
Ketentuan Penutup
Pasal 148
Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
60
yang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kabupaten MELAWAI.
Ditetapkan di : MELAWAI
Pada tanggal :....................2008
A. KHOLIQ ARIF
Diundangkan di MELAWAI
Pada tanggal ..............................2008
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MELAWAI
BERITA DAERAH
TAHUN 2008 NOMOR..................
61