Anda di halaman 1dari 15

2021

“PROFIL BIDAN BERLIAN”


(BIDAN BERsama-sama Lindungi Ibu hamil dari
ANemia)

UPTD PUSKESMAS
PAKUNIRAN
Jl. Garuda No.199 Telp. (0338)
891335 Besuki 68356

i
PROGRAM INOVASI
UPTD PUSKESMAS PAKUNIRAN
“BIDAN BERLIAN”
(BIDAN BERsama-sama Lindungi Ibu hamil dari
ANemia)

UPTD PUSKESMAS PAKUNIRAN


TAHUN 2021

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat karunia dan
rahmatNya maka Pedoman Program Inovasi “BIDAN BERLIAN” Bidan Bersama –
sama Lindungi Ibu Hamil dari Anemia UPTD Puskesmas PAKUNIRAN ini dapat
disusun dan diterbitkan. Penyusunan pedoman ini dimaksudkan agar pelaksanaan
program ini berjalan baik dan menjadi dasar acuan bagi semua pihak terkait dalam
pelaksanaan sehingga pelaksana maupun penyelenggara program dapat mencapai
tujuan program dengan baik.
Bidan Bersama – sama Lindungi Ibu Hamil dari Anemia dalam bentuk skema
ppendampingan yang diberikan kepada Ibu hamil anemia. Program ini dimaksudkan
untuk menekan kejadian ibu hamil anemia yang ada di masyarakat.
Besar harapan kami, semoga Program Inovasi ini membawa dampak yang
baik untuk menciptakan ibu hamil dan bayi yang sehat. Kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi tercapainya tujuan Program Inovasi
ini.

iii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
ABSTRAK................................................................................................................v

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Program..................................................................................................3
C. Sasaran Program.................................................................................................3

BAB II. GAMBARAN UNIT KERJA


A. DEFINISI PROGRAM........................................................................................4

BAB III. TAHAP PELAKSANAAN PROGRAM


A. PLAN...................................................................................................................5
B. DO........................................................................................................................6
C. CHECK.................................................................................................................8
D. ACTION .............................................................................................................9

BAB IV DAMPAK SEBELUM DAN SESUDAH


A. Outcome dan Dampak Sistem...........................................................................13
B. Keberhasilan dan Pembelajaran........................................................................14

BAB V KEBERLANJUTAN
A. Keberlanjutan Program.....................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan
kesehatan, mempunyai peran cukup besar dalam upaya mencapai pembangunan
kesehatan. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat dan memiliki derajat kesehatan
yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat


Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sarana
kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Dalam mengupayakan kegiatan promotif dan preventif, UPTD Puskesmas


Pakuniran memiliki program Inovasi dalam rangka Upayan menekan AKI dan AKB
salah satunya dengan menekan kejadian Anemia pada ibu hamil yang ada di
masyarakat. Kegiatan ini terdiri dari beberapa Aspek yang perlu dicermati. Aspek ini
berada di semua tingkatan yang mencakup tingkat keluarga, tingkat masyarakat,
tingkat pelayanan kesehatan, dan tingkat pemerintah. Di tingkat keluarga, sejumlah
aspek tersebut adalah pengetahuan serta keterampilan keluarga dan kepercayaan
masyarakat serta nilai dan norma yang berlaku. Sementara di tingkat masyarakat
yang perlu diperhatikan sebagai faktor pendukung perubahan keluarga adalah norma
yang berkembang di masyarakat serta dukungan pemangku kepentingan
(stakeholders yang m,encakup eksekutif, legislatif, tokoh agama, tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, media massa, sektor swasta).
Di tingkat pemerintahan mencakup adanya kebijakan pemerintah yang mendukung
pelaksanaan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Permasalahan Kesehatan Ibu Hamil Anemia yang ada di UPTD Puskesmas


PAKUNIRAN yaitu gizi buruk, BGM, rendahnya cakupan desa bebas rawan gizi,
rendahnya cakupan ASI eksklusif dan rendahnya cakupan Kadarzi. Salah satu desa

1
yang belum memenuhi persyarakatn sebagai desa kadarzi adalah Desa Bloro dan
sebagai program percontohan yaitu di dusun bloro Tengah. Pada tahun 2018 adanya
pengembangan inovasi dengan menambahkan aspek yang diamati yaitu mengenai
perilaku kebiasaan merokok dan akses jamban keluarga. Kebiasaan merokok dapat
berpengaruh terhadap permasalah gizi yang ada di masyarakat terutama masalah
stunting. Berdasarkan penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Unoversitas
Indonesia perilaku merokok dapat berpengaruh pada anak stunting melauli asap
rokok yang memberikan efek langsung pada tumbuh kembang anak. Asap rokok
dapat mengganggu penyerapan gizi pada anak dan pada akhirnya mengganggu
tumbuh kembangnya. Akses sanitasi yang buruk juga dapat berpengaruh dalam
permaslaahan gizi. Sanitasi yang buruk dengan melakukan BAB sembarangan dapat
memicu kerusakan dinding usus akibat adanya paparan bakteri. Akibatnya hal ini
turut mengganggu penyerapan gizi makanan. Hal ini bersampak pada gangguan
tumbuh kembang bayi dan balita.

Pembentukan Program Inovasi Pendampingan Keluargaini merupakan hasil


pengembangan dari kegiatan Kampung Kadarzi yaitu suatu langkah yang inovatif
dan dapat menjawab kekurangan dari sistem yang berjalan sekarang. Sistem yang
berjalan saat ini adalah pembentukan kader, namun tidak ada pembagian KK yang
menjadi cakupan masing-masing kader. Hal ini menyebabkan tidak dapat tercapainya
pemerataan dari pemberian informasi dan evaluasi. Sehingga ada KK yang
mendapatkan informasi dari berbagai pihak, di sisi lain ada KK yang tidak
mendapatkan informasi sama sekali.

Program Pendampingan Keluarga ini juga ingin melakukan sebuah pemetaan.


Pada pemetaan yang ingin diketahui adalah KK yang memiliki Ibu Balita 0-6 bulan,
KK dengan Ibu hamil KEK serta KK yang memiliki balita Berat Badan Sangat
Kurang (BBSK) dan Balitadengan Berat Badan Kurang (BBK) serta perilkau
kebiasaan merokok dan akses jamban keluarga. Dengan pemetaan ini, masing-
masing petugas dapat mengetahui secara konkret gambaran pemerataan. Sehingga
pendampingan dapat lebih teerarah dilakukan kepada keluarga yang belum. Selain
itu, untuk mengetahui tingkat keaktifan dan peran serta dari masing-masing kader
juga sulit dinilai karena tidak ada pencapaian yang dapat digunakan untuk menilai
masing-masing kader memiliki tanggung jawab terhadap sejumlah KK tertentu
sehingga untuk kinerja masing-masing kader dapat dinilai dari keberhasilan pada KK
yang berada pada cakupannya. Pembagian cakupan KK masing-masing kader yang
dibagi berdasarkan lokasi geografis juga mempermudah penyampaian informasi dari
kader kepada KK yang berada dalam cakupannya.

2
B. TUJUAN PROGRAM
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatnya upaya promotif serta
preventif untuk mengatasi permaslahan gizi yang ada di masyarakat.

C. SASARAN PROGRAM
Sasaran kegiatan ini adalah KK yang memiliki Ibu Balita 0-6 bulan, KK
dengan Ibu hamil KEK serta KK yang memiliki balita Berat Badan Sangat
Kurang (BBSK) dan Balita dengan Berat Badan Kurang (BBK) serta perilaku
kebiasaan merokok dan akses jamban keluarga.

3
BAB II
DEFINISI PROGRAM

Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau
yang sudah dikenal sebelumnya. Tujuan dari adanya program inovasi ini guna
meningkatkan layanan kesehatan yang sudah ada akan tetapi masih belum ada
peningkatan.
UPT Puskesmas PAKUNIRAN memiliki program Inovasi Pendampingan
Keluargadengan membuat sebuah program dengan suatu kampung percontohan yang
berada di dusun Bloro Tengah desa Bloro. Kegiatan ini membentuk suatu sistem
pendampingan berdasarkan sistem manajemen bertingkat dan melakukan kerjasama
lintas sektor untuk membangun suatu penanganan masalah gizi yang holistik. Sistem
ini diharapkan dapat meningkatkan sistematika pemberian informasi, perumusan
masalah, evaluasi, dan rujukan. Selain itu, sistem ini diharapkan juga dapat
meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap kondisi gizi
masyarakat.
Program inovasi ini memiliki beberapa aspek yang perlu dicermati dalam
suatu keluarga. Aspek ini berada di semua tingkatan yang mencakup tingkat
keluarga, tingkat masyarakat, tingkat pelayanan kesehatan, dan tingkat pemerintah.
Di tingkat keluarga, sejumlah aspek tersebut adalah pengetahuan serta keterampilan
keluarga dan kepercayaan masyarakat serta nilai dan norma yang berlaku. Sementara
di tingkat masyarakat yang perlu diperhatikan sebagai faktor pendukung perubahan
keluarga adalah norma yang berkembang di masyarakat serta dukungan pemangku
kepentingan (stakeholders yang m,encakup eksekutif, legislatif, tokoh agama, tokoh
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, media massa,
sektor swasta). Di tingkat pemrintahan mencakup adanya kebijakan pemerintah yang
mendukung pelaksanaan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4
BAB III
TAHAP PELAKSANAAN PROGRAM

A. P1 (PERENCANAAN)
Tenaga yang terlibat dalam persiapan pendampingan keluarga adalah
Tim Puskesmas yang terdiri dari pimpinan Puskesmas, Bidan koordinator dan
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG), Penyuluh Kesehatan, Bidan Poskesdes, Kader
Poskesdes dan Kepala Desa.
1. Persiapan Tingkat Puskesmas
a. Menyelenggarakan pertemuan dengan bidan Poskesdes untuk persiapan
penyelenggaraan pendampingan meliputi: pendataan sasaran, penetapan
jumlah kader pendamping, tata cara pemilihan kader pendamping.
b. Merencanakan dan menyiapkan pelatihan/ refreshing/ bimtek kader
pendamping (peserta, tempat dan peralatan/ perlengkapan pelatihan/
refreshing/ bimtek). Pelatihan/ refreshing/ bimtek akan dilaksanakan
setelah kegiatan persiapan tingkat desa selesai.
2. Persiapan Tingkat Desa
a. Berdasarkan hasil SMD , Kader Poskesdes membuat daftar keluarga
sasaran. Daftar dibuat berdasarkan hasil kegiatan pada setiap Posyandu
selama 3 bulan terakhir (SKDN) dengan mengisi formulir 1. Data pada
formulir 1 dilengkapi dengan data lain yang belum tercakup dalam
posyandu dengan cara mendatangi keluarga sasaran di wilayahnya.
b. Bidan poskesdes merekapitulasi formulir 1 dengan mengisi formulir 2
untuk tingkat desa dan menetapkan jumlah kader pendamping yang
dibutuhkan pada masing-masing posyandu. Diperkirakan satu kader
pendamping melayani 10-20 keluarga sasaran. Formulir 2 yang telah diisi
disampaikan kepada kepala desa.
c. Kepala Desa menyelenggarakan pertemuan untuk memilih calon kader
pendamping dengan jumlah sesuai dengan hasil pada formulir 2.
1) Kader pendamping adalah seseorang yang bertugas mendampingi
keluarga sasaran dan tinggal di desa.
2) Kriteria kader pendamping adalah sebagai berikut:
a) Mempunyai kepedulian terhadap masalah gizi dan kesehatan
masyarakat.
b) Bersedia mengikuti pelatihan/ refreshing/ bimtek kader
pendamping
c) Mampu baca tulis dan berkomunikasi dengan baik

5
d) Mempunyai waktu yang cukup dan bersedia menjadi kader
pendamping
e) Mampu bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait
f) Diutamakan dari kader posyandu yang aktif
d. Kepala Desa menerbitkan surat tugas bagi kader pendam ping.
e. Peningkatan kapasitas kader pendamping, dilaksanakan selama 1 hari
efektif oleh tim puskesmas dengan menggunakan buku saku pendamping
keluarga.

B. P2 (PELAKSANAAN DAN PENGGERAKAN)


1. Melakukan Pendampingan Keluarga, meliputi:
a. Membuat jadual kunjungan rumah keluarga sasaran
Kader pendamping membuat jadwal kunjungan dengan mengisi formulir 3
berdasarkan kesepakatan dengankeluarga sasaran.formulir 3 diisi dengan
cara mengelompokkansasaran berdasarkan jarak terdekat antara masing
masing keluarga sasaran.kunjungan direncanakan sesuai dengan berat
ringannya masalah gizi yang dihadapi keluarga.
b. Melakukan kunjungan ke keluarga sasaran secara berkelanjutan.
Kader pendamping melakukan kunjungan ke keluarga sasaran. Masing-
masing keluarga sasaran akan didampingi secara berkelanjutan sampai
dengan keluarga tersebut mampu mengatasi masalah gizi yang dihadapi.
Oleh karena itu kunjungan hendaknya sesuai dengan rencana yang telah
dibuat sehingga pendampingan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam
kegiatan pendampingan, kader pendamping dibekali dengan formulir
pencatatan pendampingan. Kader pendamping hendaknya bersikap ramah,
sopan dan menjaga agar terjalin hubungan baik, sehingga keluarga sasaran
mau menerima dan menceritakan masalah yang dihadapi. Setelah
melakukan kunjungan kesetiap keluarga hendaknya membuat kesepakatan
dengan keluarga sasaran untuk kunjungan berikutnya. Hal ini dimaksudkan
agar setiap kolom jadual kunjungan selanjutnya pada formulir 3 dapat diisi.
c. Mengidentifikasi dan mencatat masalah gizi yang terjadi pada keluarga
sasaran
Meskipun pada saat pendataan telah diketahui masalah gizi keluarga
sasaran, namun kader pendamping masih perlu melakukan identifikasi
secara teliti masalah gizi yang dihadapi pada saat kunjungan. Identifikasi
masalah gizi dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang
terkait dengan 5 perilaku KADARZI dan PHBS yang dapat dicatat pada

6
formulir 4. Disamping itu dilakukan pengamatan terhadap balita atau
anggota keluarga lain yang menderita sakit, perilaku merokok keluarga,
kebersihan diri dan lingkungan rumah serta pemanfaatan air bersih. Semua
hasil identifikasi tersebut harus dicatat untuk setiap sasaran agar dapat
diberikan nasehat sesuai dengan masalahnya. Masalah kesehatan keluarga
sasaran dicatat pada kolom masalah pada formulir 4, yang disesuaikan
dengan kunjungan yang keberapa kali dan tanggal/ bulan/ tahun.
d. Memberikan nasehat sesuai permasalahannya
Setelah diketahui masalah gizi dan PHBS yang dihadapi keluarga sasaran,
maka kader pendamping memberikan nasehat yang sesuai dengan
masalahnya. Nasihat yang diberikan berisi anjuran atau cara-cara untuk
mengatasi dan mencegah terulangnya masalah yang dihadapi. Nasihat
hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesediaan/ kesanggupan
keluarga untuk melakukan anjuran yang disampaikan dan kemajuannya akan
dilihat pada kunjungan berikutnya. Dalam memberikan nasehat hendaknya
kader penadmping selalu menggunakan alat peraga dan media penyuluhan
sesuai dengan masalahnya. Nasihat yang disampaikan dicatat pada kolom
nasihat yang diisi sesuai dengan masalah dan tanggal kunjungan. Nasihat gizi
dan PHBS dapat berupa:
1) Mengajak sasaran setiap bulan datang ke posyandu
Dalam setiap kunjungan, kader pendamping hendaknya selalu
menghimbau dan mengajak keluarga sasaran agar mau membawa
anaknya ditimbang setiap bulan di Posyandu. Untuk meyakinkan
keluarga sasaran, perlu disampaikan manfaat menimbang berat badan
balita setiap bulan terhadap pertumbuhannya.
2) Mengusahakan agar seluruh anak balita di wilayah tugasnya memiliki
KMS
Setiap balita harus mempunyai KMS sebagai alat monitoring
pertumbuhan. Oleh karena itu kader pendamping harus mengusahakan
agar seluruh anak balita dari keluarga sasaran yang didampingi dapat
memperoleh KMS, dengan cara mengajukan usulan permintaan KMS
kepada Bidan Putu/ Ponkesdes atau TPG Puskesmas.
3) Menganjurkan keluarga yang mempunyai bayi 0-6 bulan untuk
memberikan ASI saja (ASI Eksklusif) dan memberikan makanan
pendamping ASI kepada bayinya sejak 6-24 bulan.
4) Menganjurkan balita atau keluarga untuk mengkonsumsi aneka ragam
makanan sesuai anjuran

7
5) Menganjurkan agar keluarga selalu mengkonsumsi garam beryodium.
Pada umumnya garam beryodium sudah tersedia di pasaran. Kader
pendamping menjelaskan pentingnya zat yodium untuk mencegah dan
menanggulangi GAKY, serta menganjurkan agar keluarga menggunakan
hanya garam beryodium dalam hidangan sehari-hari. Dijelaskan juga cara
mengenali garam beryodium dari kemasan dan mereknya. Lakukan
pemeriksaan garam yang ada di rumah saasran apakah beryodium atau
tidak dengan menggunakan tes yodina.
6) Menganjurkan ibu hamil untuk datang memeriksakan kehamilannya
secara rutin kepada bidan minimal 4 kali selama hamil
7) Membantu sasaran untuk mendapatkan suplemen gizi.
Untuk membantu sasaran mendapatkan suplemen gizi, kader pendamping
perlu memberikan informasi tentang gejala kekurangan gizi (Kurang
Vitamin A, Kurang Darah/ Anemia dan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium) dan cara penanggulangannya serta memberikan anjuran tentang
kapan dan diaman dapat memperoleh suplemen gizi. Anjuran yang
disampaikan yaitu sebagai berikut:
a) Ibu hamil perlu mendapatkan dan minum tablet besi minimal 90
tablet selama hamil untuk mencegah dan menanggulangi anemia
b) Ibu nifas perlu mendapatkan dan minum 2 kapsul vitamin A dosis
tinggi 200.000 SI (kapsul merah), 1 kapsul setelah bayi lahir dan 1
kapsul hari berikutnya atau paling lama 28 hari setelah melahirkan,
dapat diperoleh di Posyandu atau sarana kesehatan lain untuk
mencegah dan menanggulangi kekurangan vitamin A pada bayi yang
disusui.
c) Bayi umur 6-11 bulan perlu mendapatkan dan minum 1 kapsul
vitamin A dosis tinggi 100.000 SI (Kapsul biru) setiap bulan Februari
dan Agustus.
d) Dapat diperoleh di posyandu atau puskesmas untuk mencegah dan
menanggulangi kekurangan vitamin A.
e) Balita 12-59 bulan perlu mendapatkan dan minum kapsul vitamin A
dosis tinggi 200.000 SI (kapsul merah) setiap bulan Februari dan
Agustus, dapat diperoleh di posyandu atau puskesmas untuk
mencegah dan menanggulangi kekurangan vitamin A.
8) Menganjurkan sasaran untuk BAK dan BAB di jamban
9) Menganjurkan keluarga sasaran untuk tidak merokok di dalam rumah.

8
e. Mengantarkan kasus rujukan dan menindaklanjuti masalah pasca rujukan/
perawatan
Peran kader pendamping sangat penting untuk memfasilitasi supaya
keluarga yang mempunyai balita dengan berat badan tidak naik 2 kali
berturut-turut, BGM dan balita gizi buruk bersedia dirujuk. Rujukan
dilaksanakan oleh kader penamping ke Pustu/ Ponkesdes/ Puskesmas. Bagi
keluarga miskin biaya perawatan gizi buruk di Puskesmas/ Rumah sakit
ditanggung pemerintah melalui BPJS. Disamping itu, kader pendamping
agar menindaklanjuti pelayanan pasca rujukan, misalnya: memberikan
konseling sesuai dengan masalah
f. Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah (DKT) untuk membahas
masalah gizi yang ditemukan selama kegiatan pendampingan. DKT
dilakukan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh keluarga saasran yang
difasilitasi oleh kader pendamping dan dihadiri oleh petugas pustu/
ponkesdes. Untuk lebih memotivasi keluarga sasaran, DKT dapat
menghadirkan keluarga yang berhasil menerapkan KADARZI dan PHBS.
g. Kader pendamping menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan donatur untuk membantu
memecahkan masalah gizi keluarga dan PHBS
h. Mencatat perubahan perilaku KADARZI dan PHBS
Kader pendamping mencatat perubahan perilaku keluarga sasaran pada
akhir proses pendampingan. Perubahan perilaku yang diukur meliputi 5
perilaku KADARZI dan PHBS (formulir 4).
i. Kader merekap hasil perubahan perilaku dari seluruh keluarga yang
didampingi dengan menggunakan formulir 5.

2. PEMANTAUAN KEGIATAN PENDAMPINGAN


Langkah-langkah Pemantauan kegiatan pendampigan adalah sebagai berikut:
a. Kader pendamping menyampaikan formulir hasil perubahan perilaku, formulir
kesimpulan hasil, dan formulir hasil kegiatan pendampingan kepada bidan
wilayah
b. Bidan Pustu / Ponkesdes melakukan validasi kepada beberapa KK yang
didampingi (5-6 KK per posyandu) melalui pemantauan langsung. Hasil
validasi dibuktikan dengan paraf dan catatan dari bidan Pustu / Ponkesdes
c. Bidan Pustu / Ponkesdes merekap hasil pemantauan keluarga sasaran di Desa
yang bersangkutan dan melaporkan hasilnya kepada kepala Desa dan Tim
Puskesmas. Bila ditemukan masalah dalam pemantauan bidan Pustu /
Ponkesdes memberikan umpan balik kepada kader pendamping. Demikian juga

9
tim Puskesmas dapat memberikan umpan balik kepada Kepala Desa dan bidan
Pustu / Ponkesdes bila ditemukan masalah, atau memberikan penghargaan atas
kinerja baik kader.
d. Pemantauan dilakukan setiap bulan selama proses pendampingan berlangsung.
3. P3 (Pengawasan dan Pengendalian)
Kegiatan Chek pada program inovasi ini adalah kegiatan monitoring
yang dilakukan oleh PJ UKM dengan melakukan monitoring pelaksanaan
kegiatan dengan melihat kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap perencanaam
(KAK) dan melakukan monitoring kesesuaian proses dengan melihat kesesuaian
pelaksanaan kegiatan terhadap prosedur (SOP)
Evaluasi program inovasi dilakukan pada akhir tahun berjalan, dan akan
dibahas melalui forum lokakarya minibulanan pertama di tahun selanjutnya. Dari
evaluasi ini dapat kita simpulkan sukses tidaknya program tersebut dijalankan.
Laporan evaluasi ini juga merupakan bahan pembelajaran dan evaluasi penting
untuk tahun selanjutnya bila terdapat hal yang tidak dinginkan sehingga dapat
diperbaiki pada tahun berikutnya.

10
BAB V
TINDAK LANJUT

Untuk menjaga dan memastikan agar inovasi ini berjalan secara


berkelanjutan, maka langkah-langkah berikut ini perlu diambil :
1. Senantiasa melakukan komunikasi dan koordinasi dengan lintas program dan
lintas sektor terkait dalam pelaksanaan program inovasi
2. Perlunya mengidentifikasi hambatan pelaksanaan program untuk
meningkatkan mutu layanan melalui kegiatan perbaikan kinerja yang
berkesinambungan.
3. Kedisiplinan Tim BERLIAN yang ada, diharapkan dalam pelaksanaan
kegiatannya sesuai perencanaan dan prosedur yang ada.
4. Komitmen dari Tim BERLIAN dan lintas sektor terkait untuk memperluas
wilayah kerja program ini. Tidak hanya terbatas pada kampung Bloro Tengah
Desa Bloro saja, melainkan ke desa lain yang berada di bawah lingkup kerja
UPT Puskesmas PAKUNIRAN

11

Anda mungkin juga menyukai