PEDOMAN
ASUPAN DAN
ASUHAN
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
Penulis:
DR. dr. Khairun Nisa Berawi, M.Kes., AIFO
ISBN: 978-623-6024-19-5
Penerbit
PUSAKA MEDIA
Anggota IKAPI
No. 008/LPU/2020
Alamat
Jl. Endro Suratmin, Pandawa Raya. No. 100
Korpri Jaya Sukarame Bandarlampung
082282148711
email : cspusakamedia@yahoo.com
Website : www.pusakamedia.com
v
i
Kata Pengantar ..................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................................. vi
BAB 1. Pendahuluan............................................................................ 1
BAB 2. Periode Asupan pada Fase Kehamilan ......................... 19
BAB 3. Periode Asupan pada 2 Tahun Pertama Kehidupan 29
BAB 4. Periode Asuhan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
..................................................................................................................... 39
Daftar Pustaka ....................................................................................... 57
vi
i
PENDAHULUAN
DAMPAK
Kualitas tumbuh kembang
menurun
Kemampuan kognitif
berkurang
PENYEBAB? Gangguan postur tubuh
Penyebab Mendasar
Penyebab Langsung
Pengetahuan mengenai
Penyebab Tidak Langsung
stunting
Perilaku 1000 HPK
Perilaku STBM
Kerjasama lintas sektor
STRATEGI NASIONAL
PENCEGAHAN STUNTING
Fase Kehamilan (290 hari) Komitmen & visi kepemimpinan
1 Tahun Pertama Kehidupan
(365 hari) Kampanye nasional
Tahun Kedua Kehidupan (365 Konvergensi program
hari)
Nutritional Food Security
Evaluasi
viii
Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemampuan dan
kemauan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya yang
menyentuh semua lapisan
masyarakat. Pembangunan
menjadi tanggung jawab semua
orang untuk ikut mengelola kesehatannya termasuk pengelolaan
gizi bagi terbentuknya generasi penerus yang berkualitas yang
sudah dimulai sejak dalam kehamilan. Stunting adalah masalah
gizi kronis pada anak balita dimana didapatkan tinggi badan lebih
pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Gangguan gizi
kronis yang bisa diakibatkan asupan nutrisi yang tidak optimal
ataupun asuhan yang tidak sehat sehingga memicu terjadinya
malnutrisi maupun infeksi akan menjadi awal mula turunnya
kualitas generasi pembangunan Indonesia di masa depan.
Didapatkan kasus stunting berkontribusi dengan penurunan PDB
2-3% di masa usia produktif.
1
3
wilayah Asia, 59 juta di Afrika dan 6 juta di Amerika Latin dan
Karibia. Hingga tahun 2013 di wilayah Asia Pasifik, Amerika Latin
dan Karibia, yang memiliki tingkat stunting melebihi 30%,
didapatkan kasus stunting mengalami penurunan lebih banyak di
perkotaan dibanding daerah pedesaan yang masih merupakan
karakter wilayah di banyak negara berkembang. Hal ini juga
merefleksikan banyak negara berkembang diseluruh dunia
memiliki prevalensi kasus stunting yang lebih tinggi dari negara
maju.
2
3
membantu percepatan penurunan kasus anak stunting di daerah
pedesaan.
3
3
Mendorong kebijakan “Nutritional Food Security”, dan
Pemantauan dan Evaluasi program yang telah dilaksanakan.
Komitmen
Kampanye nasional & pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas
berfokus
Visi Kepemimpinan Konvergensi program pusat, daerah dan
Gambar 1.1. 5 Pilar strategi nasional dalam percepatan pencegahan stunting 2018-2024.
4
3
adalah mengatur jalannya anggaran, pengawasan hingga audit
pemakaian anggaran terhadap program stunting. Sektor
pembangunan diharapkan memudahkan akses ke fasilitas
kesehatan dimana berdasaran hasil riskesdas 2018 didapatkan
proporsi pengetahuan rumah tangga terhadap kemudahan akses
ke rumah sakit (Riskesdas 2018): Mudah (37,1%); Sulit (36,9%);
Sangat sulit (26%) dengan melakukan analisis dilihat dari jenis
transportasi, waktu tempuh dan biaya. Data ini dapat menjadi
acuan bahwa masih ada 62,9% mengalami akses ke fasilitas
kesehatan tetap sulit. Pembangunan bukan hanya fasilitas kasat
mata akan tetapi pembangunan sumber daya manusia lebih
utama menjaga keseimbangan dari Inteligent, Spritiual, dan
Emotional agar proses edukasi dengan tujuan perubahan perilaku
dapat tercapai maksimal.
5
3
perlambatan penanganan stunting di pedesaan dibanding
perkotaan. Memelihara hewan, seperti unggas dan ternak, telah
terbukti memiliki dampak positif pada status gizi, serta
berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan dan
pengeluaran rumah tangga khususnya di daerah pedesaan.
Nutrisi, seperti vitamin A, seng dan zat besi, ditemukan pada
unggas, daging dan makanan sumber hewani lainnya sangat
penting untuk mencapai pertumbuhan optimal. Penelitian setelah
menunjukkan bahwa konsumsi makanan sumber hewani
merupakan prediksi pertumbuhan positif anak, khususnya tinggi
dan berat badan (Kavle, JA et al, 2015). Berbagai zat mikronutrien
yang mengalami defisiensi pada anak stunting mempengaruhi
berbagai faktor metabolik tubuh termasuk dalam pembentuk sel
darah merah yang optimal dalam penghantaran nutrisi dan
oksigen keseluruh tubuh.
6
3
ada (manusia, ekonomi, organisasi); politik, kebudayaan, agama,
ekonomi, dan sistem sosial (termasuk kedudukan wanita dan hak
anak); dan sumber daya potensial (alam, teknologi, manusia).
Penyebab Tidak
Penyebab MendasarPenyebab LangsungLangsung
7
3
Stunting 30,8 %
Stunting Obesitas
Obesitas 21,8 % Gizi Buruk
0 10 20 30 40
8
3
asupan zat gizi yang diterima oleh tubuh sehingga membangun
Nutritional status yang dapat diukur dengan indikator
pertumbuhan tertentu (Supariasa, et al, 2002).
9
3
Selain itu 3 indikator lain seperti lingkar lengan atas (LILA),
lingkar kepala dan lingkar dada. Berdasarkan 4 variabel
antropometri pada balita dibangun indeks antropometri yang
terdiri dara BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi
badan menurut umur), dan BB/TB (berat badan menurut tinggi
badan). Stunting (perawakan pendek) sendiri didefinisikan
sebagai masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting
dinilai berdasarkan pengukuran Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) mengacu pada
standar yang telah ditetapkan oleh WHO. Stunting dibagi menjadi
2 kategori yaitu sangat pendek dan pendek.
10
3
naik dari 20,2% (Riskesdas 2013) menjadi 22,7% (Riskesdas
2018). Pada kondisi gizi balita berdasarkan hasil Pemantauan
Status Gizi (PSG) 2017, menunjukkan bahwa status gizi buruk dan
gizi kurang pada balita lebih tinggi daripada status tersebut pada
baduta (bawah dua tahun), yaitu 17,8% dan 14,8% dengan status
gizi buruk masing-masing 3,8% dan 3,5%. Persentase gizi buruk
tersebut masing-masing meningkat dari 3,4% dan 3,1% (2016),
sedangkan pada tahun 2015 3,9% dan 3,2%. Riset Kesehatan
Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2
persen, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%).
Artinya, pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta
anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia.
11
3
ditemukan dalam jangka pendek maupun jangka panjang seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Semuanya itu akan
menurunkan kualitas, produktivitas, dan daya saing sumber daya
manusia Indonesia sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan
dan pengelolaan untuk semua kasus stunting di sekitar kita.
13
3
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh penulis
sebelumnya, telah dilakukan beberapa pemeriksaan variabel
laboratorium darah yang dilakukan untuk mengetahui perubahan
metabolik yang terjadi pada anak stunting khususnya di
Kabupaten Lampung Tengah. Hasil penelitian pada subyek balita
stunting didapatkan 57,14% anemia, sesuai dengan penelitian
Munchie (2016) bahwa balita stunting lebih banyak mengalami
anemia dibandingkan yang tidak anemia. Hal ini karena
malnutrisi kronis pada stunting mempengaruhi rendahnya kadar
hemoglobin pada anak stunting. Penelitian sebelumnya juga
mendapatkan kadar rerata balita stunting sebesar 4,35 g/dl lebih
rendah dari balita tidak stunting sebsar 4,70 g/dl. Penurunan
kadar albumin akan mempengaruhi penurunan kadar Ht
(hematokrit). Kondisi defisiensi yang lain seperti defisienssi Fe
dan Zink dari penelitian sebelumnya didapatkan kadar zink balita
stunting sebesar 45,06 lebih rendah dari balita tidak stunting
sebesar 58,77 juga akan mempengaruhi perubahan nilai MCV,
MCH dan MCHC yang mepresentasikan ukuran sel darah merah,
berat Hb dalam sel darah merah dan konsentrasi Hb dalam sel
darah merah (Berawi, KN et al, 2020; Berawi, KN et al, 2019;
Hughes J, 2004; Kailis, SG et al, 1980).
14
3
menghambat pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya
meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan sosial (Black, RE et al;
Victora, CG et al, 2008) Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012
oleh OECD PISA (Organisation for Economic Co-operation and
Development- Programme for International Student Assessment),
suatu organisasi global terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia
15 tahun dari 70 negara termasuk Indonesia didapatkan tingkat
kecerdasan anak Indonesia di urutan 62-64 terendah dari 70
negara, dalam bidang membaca, matematika, dan science (OECD,
2016).
15
3
Sejak tahun 2010 upaya perbaikan gizi di dunia
dikembangkan dalam bentuk gerakan gizi internasional yang
dikenal sebagai gerakan Scaling Up Nutrition (SUN) sebagai
respon negara-negara di dunia terhadap kondisi status gizi di
sebagian besar negara berkembang dan akibat kemajuan yang
tidak merata dalam pencapaian MDGs khususnya pada tujuan I C
yaitu menurunkan setengah proporsi penduduk yang menderita
kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015.
16
3
pemerintah diperkuat dengan Peraturan Presiden No 42 tahun
2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan perbaikan Gizi
dengan fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang
mengedepankan upaya bersama antara pemerintah dan
masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kaepedulian
pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk
percepatan perbaikan gizi masyarakat.
17
3
ASUPAN
FASE
KEHAMILAN
TRIMESTER 1
TRIMESTER 2
TRIMESTER 3
PEMANTAUAN
KENAIKAN BERAT
BADAN IBU HAMIL
ANTE
NATAL
CARE
(ANC)
Asupan pada saat hamil sangatlah penting
yang menentukan kualitas janin di dalam
kandungan sang ibu. Asupan yang
kekurangan atau kelebihan makanan pada
masa hamil dapat berakibat kurang baik
bagi ibu, janin yang dikandung serta
jalannya persalinan. Diharapkan setiap ibu
hamil berpedoman pada gizi seimbang.
Didapatkan 20% kasus stunting didasari dari kasus BBLR
(Bayi dengan berat badan lahir rendah). Oleh karena itu,
perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB) selama
fase kehamilan merupakan salah satu hal penting dalam
pengawasan kesehatan pada masa hamil.
19
2
Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat
gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil
dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila
makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan
makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak,
rambut rontok dan lain-lain. Demikian pula,bila makanan ibu
kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila
keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula dan
keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir
prematur atau bahkan bayi lahir mati (Hariyani S, 2012).
Rentang Kenaikan BB
Kategori BMI
yang dianjurkan
Rendah (BMI < 19,8) 12,5 - 18 kg
Normal (BMI 19,8 - 26) 11,5 - 16 kg
20
22
Tinggi (BMI >26 - 29) 7 - 11,5 kg
Obesitas (BMI >29) <6 kg
Sumber : Buku Ajar Asuhan Kebidanan, 2007
Masalah gizi yang dialami ibu hamil saat ini adalah masih
didapatkannya kasus gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis
(KEK) dan anemia gizi. Prevalensi anemia pada ibu hamil di
Indonesia adalah 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita
anemia. Kekurangan Energi Kronis (KEK) dijumpai pada wanita
usia subur (WUS) usia 15-49 tahun yang ditandai dengan
proporsi Lingkar Lengan Atas (LILA) (Depkes RI, 2003). Di
Indonesia ditemui ibu hamil yang mengalami kurang gizi kronis
diatas 30% atau sekitar 1,5 juta. Untuk konsumsi Fe, Ibu hamil di
Indonesia telah mencakup 83 % (Rikesdas, 2011). Prevalensi
anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti:
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh
maupun sel otak, kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan
kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke seluruh tubuh
maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk
pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan.
21
22
penting untuk dibina sehingga diperlukan kerja lintas sektor yang
selalu diutamakan dan selalu digaungkan untuk menuntaskan
masalah kesehatan secara komprehensif.
22
22
usia hamil pertama, sosial budaya yang mengutamakan asupan
bagi bapak sebagai kepala keluarga menjadi faktor faktor yang
mempengaruhi menjadi kurang optimal dan seimbangnya asupan
gizi yang sseharusnya didapatkan oleh seorang ibu hamil.
23
22
Gambar 2.1. Tumpeng Gizi Seimbang (Sumber : Kemenkes, 2014).
24
22
Tabel 2.2. Kenaikan BB wanita hamil berdasarkan BMI/IMT sebelum hamil.
25
22
belum terpenuhi kebutuhan energi dan protein.
Yang
Nama Standar Dikonsumsi ENERGI PROTEIN
Makanan
Waktu / Jumlah Asupan Jumlah/ Asupan
Minuman URT gr URT gr /100 Energi 100 Protein
gram (kkal) gram (gram)
Pagi
Siang
26
22
Malam
Total
27
22
ASUPAN
2 TAHUN
KEHIDUPAN
Upaya intervensi kesehatan dan gizi, tahap pemberian
makan bayi dan anak memiliki pengaruh yang sangat potensial
untuk keberlangsungan hidup anak. Untuk itu, penurunan tingkat
kematian anak hanya dapat dicapai jika kecukupan gizi pada awal
kehidupan serta praktek pemberian makan bayi dan anak
menjadi prioritas pada strategi dan kebijakan nasional.
29
3
Inisiasi
Menyusui Dini Pemberian ASI Pemberian MP- Pemberian ASI
(IMD) Eksklusif sejak ASI mulai usia 6 & MP-ASI
lahir – usia 6 bulan diteruskan
bulan hingga anak
usia 24 bulan
30
32
- Dada ibu berfungsi sebagai termoregulator yaitu apabila
waktu lahir suhu bayi rendah, suhu dada ibu akan naik satu
derajat, dan bila suhu bayi tinggi maka suhu dada Ibu akan
turun dua derajat. Kondisi termoregulator dikenal dengan
metode kangguru yang memiliki manfaat luas terhadap anak
dengan kontak kulit ibu ke kulit anak.
ASI Eksklusif
31
32
Air 87,5 % Karnitin
Karbohidrat Vitamin
dalam bentuk A,D,E,K,B1,B2,
Laktosa. B6,B12,C
Jumlahnya 2x
lipat dibandikan
susu sapi/susu Lemak Omega 3,
formula Omega 6, asam lemak
Protein dalam dokosaheksanoik
bentuk Whey (DHA) dan asam lemak
protein, Casein 30 %, arakidonat (ARA)
Asam Amino Taurin,
Nukleotida Mineral (Kalsium,
Zat Besi, Zink)
32
32
mulai bayi berusia 6 bulan secara bertahap baik tekstur, frekuensi
dan jumlah MP-ASI diberikan berupa makanan lokal yang tersedia
dikeluarga untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak. Masalah
yang sering terjadi pada pemberian MPASI adalah pemberian
MPASI terlalu dini serta variasi MPASI yang belum bergizi
seimbang.
33
32
Gambar 3.3. Stunting, konteks penyebab dan konsekuensi stunting dengan penguatan makanan pendamping
(WHO, 2013).
34
32
makanan (serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan, produk
olahan susu, telur, sumber protein lain baik nabati dan hewania,
sayur dan buah kaya vitamin A, sayur dan buah lainnya) dengan
ketentuan yang memenuhi kriteria Minimum Dietary Diversity
(MMD).
35
32
Pada pelaksanaan pemberian makanan pada bayi dan
balita telah diterapkan beberapa prinsip pemberian yang
diharapkan akan membangun perilaku makan yang positif pada
anak dan balita.
Konsistensi/
Usia Frekuensi Jumlah setiap kali makan
Tekstur
2-3 kali setiap
Mulai dengan Mulai dengan 2-3 sendok
hari.
6-8 bubur kental, makan setiap kali makan,
1-2 selingan
bulan makanan tingkatkan bertahap hingga ½
dapat
lumat. mangkok ukuran 250 ml
diberikan
36
32
3-4 kali setiap
hari ¾ sampai sepenuh mangkok
12-24 Makanan
1-2 selingan 250 ml
bulan keluarga
dapat
diberikan
37
32
ASUHAN
1 000 HARI
KEHIDUPAN
Pemberian asupan nutrisi seimbang pada 1000 HPK tidak
akan mencapai hasil yang optimal bila tidak disertai dengan
pengelolaan asuhan di 1000 HPK. Beberapa hal berikut menjadi
pola asuhan yang membantu optimalisasi pengelolaan tumbuh
kembang optimal di 1000 HPK pada bayi balita.
39
4
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.12 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Imunisasi, imunisasi diklasifikasikan
sebagai berikut:
a) Imunisasi Program
b) Imunisasi Rutin
40
42
anak yang sudah mendapatkan imunisasi
dasar. Imunisasi lanjutan diberikan pada anak
usia bawah dua tahun (baduta), anak usia
sekolah dasar dan wanita usia subur (WUS).
Merupakan jenis Imunisasi tertentu yang
diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai
Imunisasi dengan kajian epidemiologis pada periode
Tambahan waktu tertentu. Contoh imunisasi tambahan
adalah catch up campaign, PIN dan imunisasi
dalam rangka penanggulangan KLB.
Penangan imunisasi tambahan harus
dilakukan untuk memutus rantai penularan
secara signifikan
Imunisasi khusus dilakukan untuk
melindungi seseorang dan kelompok
masyarakat terhadap penyakit tertentu yang
bersifat berbahaya pada situasi tertentu
seperti persiapan keberangkatan calon
jemaah haji/umroh atau persiapan perjalanan
Imunisasi menuju atau dari Negara endemis.
Khusus Berdasarkan data Center Disease Control telah
membuat pedoman khusus untuk beberapa
negara terhadap penyakit endemis yang
berada pada negara tersebut sebagai contoh
negara dengan iklim tropis di indonesia
dimana disarankan untuk memvaksinkan
untuk penyakit diare, tifoid dan varicela
(Cacar)
41
42
Yaitu imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya
Imunisasi dalam rangka melindungi yang bersangkutan
Pilihan dari penyakit tertentu. Pemberian sesuia
jadwal yang telah dilakukan dengan
mematuhi jadwal-jadwal yang tepat.
42
42
Tabel 4.3. Kegunaan tiap jenis imunisasi.
43
42
kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi
dari penyakit yang bersangkutan. Herd immunity dapat tercapai
hanya dengan cakupan imunisasi yang tinggi (>95%) dan merata
membentuk pertahanan tubuh maksimal.
44
42
Stop Buang Cuci Tangan Pengelolaan Air Pengamanan
Air Besar Pakai Sabun Minum & Makanan Sampah Rumah
Sembarangan (CTPS) Rumah Tangga Tangga (PS-RT)
(Stop BABS) (PAMM-RT)
45
42
makanan yang aman dan bersih secara berkelanjutan serta
menyediakan dan memeliharan tempat pengolahan air minum
dan makanan rumah tangga yang sehat.
46
42
Pemberian Klor (Klorinasi), contoh: klorin cair, klorin
tablet.
Pemberian bubuk penggumpalan (koagulan) pada air
baku, yang biasa disebut Koagulasi dan flokulasi
(penggumpalan).
Desinfeksi, contoh: merebus air hingga mendidih, atau
dengan meletakan air di bawah terik matahari.
47
42
kondisi kemasan, meliputi cek label (daftar BPOM), tanggal
kadaluarsa, cek komposisi dan kondisi fisik (visual).
2.Penyimpanan bahan makanan
Faktor yang perlu diperhatikan yaitu tempat penyimpanan
harus bersih, suhu yang sesuai, bahan makanan tersebut
boleh dicampur atau tidak.
Ada empat cara penyimpanan pangan yang sesuai
dengan suhunya, yaitu:
Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan
10o − 15oC untuk jenis minuman, buah, dan sayuran.
Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan
4o − 10oC untuk bahan pangan berprotein yang akan
segera diolah kembali.
Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu
penyimpanan 0o − 4oC untuk bahan berprotein yang
mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam.
Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan <
0oC untuk bahan pangan protein yang mudah rusak
untuk jangka waktu > 24 jam.
48
42
pergunakan sarung tangan.
Tenaga penjamah pangan dalam kondisi sehat dan ber
PHBS.
Proses pemasakan menggunakan suhu yang sesuai
dengan jenis bahan pangan.
4.Penyimpanan makanan
Wadah untuk menyimpan makanan harus kuat, bersih
dan utuh.
Makangan terlindungi dari kontaminan atau kotoran.
Isi wadah dengan makanan dan tidak terlalu penuh.
Suhu penyimpanan harus sesuai.
Waktu penyimpanan harus juga diperhatikan.
5.Pengangkutan makanan
Apabila dibutuhkan pengangkutan, maka makanan yang
diangkut tersebut tidak boleh dicampur dengan bahan
berbahaya dan beracun (B3).
Menggunakan kendaraan pengangkut khusus makanan.
Kondisi harus selalu higienis.
Perlakuan selama pengangkutan tidak boleh diinjak atau
diduduki.
Setiap jenis pangan ditempatkan dalam wadah terpisah
dan diusahakan tertutup. Tujuannya supaya tidak terjadi
kontaminasi silang makanan.
Isi tidak terlalu penuh.
Suhu pengangkutan harus sesuai.
6.Penyajian makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari
perjalanan pangan. Makanan yang disajikan adalah
makanan yang siap santap.
Dalam menyajikan makanan, wadah harus bersih, kuat,
dan utuh
49
42
Tidak kontak langsung antara makanqn dengan anggota
tubuh.
Kondisi tempat penyajian makanan harus bersih supaya
terhindar dari kontaminasi makanan atau masuknya
kotoran.
Sosial
Usia Motorik Motorik
Komunikasi &
(Bulan) Kasar Halus
Kemandirian
Kepala bisa
Memberikan Mampu
Tangan dan menoleh
reaksi menatap ke
1 kaki bergerak sedikit ke
terhadap wajah
aktif kanan dan ke
bunyi lonceng seseorang
kiri
Kepala bisa
Mampu
menoleh
mengangkat Mulai Mampu
2 sedikit ke
kepala ketika bersuara tersenyum
kanan dan ke
tengkurap
kiri
Kepala
Mampu
mampu tegak Memperhatik
3 tertawa dan
ketika an tangannya
berteriak
didudukan
Mampu Mampu
4 tengkurap memegang
dan benda
51
42
mengangkat
kepala sendiri
Mampu
Mampu Mampu
meraih atau
5 menoleh ke meraih
menggapai
sumber suara mainan
benda
Mampu
6 duduk tanpa
berpegangan
Mampu
mengambil
7 benda
menggunakan
tangan
Mampu Mampu
berdiri bersuara dan
8
dengan mengucapkan
berpegangan “ma ma ma”
Mampu
Mampu
9 melambaikan
menjimpit
tangan
Mampu
Mampu
memukulkan
10 bertepuk
sesuatu ke
tangan
kedua tangan
Bisa
mengucapkan
11
kata mama
dan papa
Mampu Mampu
Mampu
memasukkan bermain
12 berdiri tanpa
suatu benda bersama
berpegangan
ke cangkir orang lain
Mampu Mampu
15 Berjalan mencoret- minum dari
coret gelas
18 Mampu Mampu Mampu
berlari dan negucapkan memakai
52
42
menaiki beberapa kata sendok
tangga
Mampu
Mampu
Mampu Mampu berkomunikas
melepas dan
24 menendang menumpuk i dengan
memakai
bola benda tindakan dan
pakaian
suara
a. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri di Posyandu dilakukan oleh kader
dan tenaga kesehatan kepada bayi dan anak usia dini, serta
ibu hamil. Pengukuran antropometri pada bayi dan anak
usia dini meliputi, pengukuran tinggi badan oleh tenaga
kesehatan dengan dibantu kader serta penimbangan berat
badan, dan penentuan status pertumbuhan oleh kader. Hasil
pengukuran berat badan penentuan status pertumbuhan
dilakukan plotting pada Kartu Menuju Sehat (KMS) di buku
KIA. KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan
menurut umur.
53
42
oleh ibu dan ayah - yang merupakan orang terdekat dengan
anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain
dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga
masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan
tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi
terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak
halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan
sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi
tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih
sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena
anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat
dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain,
bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan
tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan
sesuai umur anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar
anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan
ada di sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas
keberhasilannya.
54
42
Stimulasi yang tepat akan merangsang otak balita sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung
optimal sesuai dengan umur anak. Deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan untuk
dapat mendeteksi secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap
keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang
anaknya.
1. Kasus rujukan.
2. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh.
3. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.
55
42
Deteksi dini perkembangan dilakukan mulai dari tingkat
Masyarakat, tingkat fasilitas pelayanan kesehatan primer dan
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan. Deteksi dini
perkembangan di tingkat Masyarakat dapat dilakukan oleh Kader
dan keluarga dengan mengunakan Chcklist perkembangan yang
ada di dalam buku KIA.Deteksi dini perkembangan di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar mengunakan KPSP dan SDIDTK kit.
56
42
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Azrul Azwar, Prof. Dr. MPH. 1996. Kinerja Output Cakupan Hasil
Program Gizi di Posyandu. Jakarta.
Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, Caulfield LE, de Onis M, Ezzati M et
al. Maternal and child undernutrition: global and regional
exposures and health consequences. Lancet.
2008;371(9608):243–60.
57
42
Christian P, Lee SE, Angel MD, Adair LS, Arifeen SE, Ashorn P, et al.
Risk of childhood undernutrition related to small-for-
gestational age and preterm birth in low-and middle-income
countries. Int J Epidemiol. 2013;42(5):1340-55.
PMid:23920141
Danaei G, Andrews KG, Sudfeld CR, Fink G, McCoy DC, Peet E, et al.
Risk factors for childhood stunting in 137 developing
countries: A comparative risk assessment analysis at global,
regional, and country levels. PLoS Med.
2016;13(11):e1002164.
58
42
and health surveys. Bull World Health Organ. 2013;91(5):341–
9.
Mikhail WZA, Hassan MS, Hanaa HE,Sahar AK, Hend YH, dan
Maysa AS. Effect of nutrition status on growth pattern of
stunted preschool children in Egypt. Acad J. Nutr. 2013; 2(1):1-
9.
59
42
Sundari E dan Nuryanto. Hubungan asupan protein, seng, zat besi,
dan riwayat penyakit infeksi dengan z-score TB/U pada balita.
Journal of Nutrition College. 2016; 4(5):520-529.
60
42
LAMPIRAN
61
42
62
63
64
BAG 2 IAN PERIODE
KEHAMILAN
TRIMESTER 1
Asam Folat Zat Besi Vitamin B12 dan
Perkembangan embrio
(sayuran hijau, (daging sapi, Vitamin D
Pembentukan plasenta kacang- hati sapi, tahu,telur,keju,
kacangan) sayuran) ayam,salmon,susu
1-12 minggu Pembentukan organ
utama
ANTENATAL PEMBERIAN
CARE (ANC)
7
KENAIKAN BB WANITA TABLET ZAT
HAMIL BERDASARKAN BESI (Fe)
01 (Timbang) berat badan BMI/IMT SEBELUM HAMIL
Tiap tablet
mengandung
FeSO4 320 mg
02 Ukur (Tekanan) darah
1 tablet sehari,
Rendah
03 Ukur (Tinggi) fundus uteri (BMI <19,8) 12,5 - 18 kg minimal 90
tablet
Normal
04 Pemberian imunisasi TT 11,5 - 16 kg sebaiknya tablet Fe
(BMI 19,8-26) tidak diminum
05 Pemberian (Tablet Fe) Tinggi bersamaan
7 - 11,5 kg dengan teh/kopi
(BMI >26-29)
06 (Tes)penyakit menular seksual Obesitas (BMI >29)
mengganggu
penyerapan
<6 kg
07 (Temu) wicara
IMUNISASI TETANUS TOKSOID (tt)
TM kunjungan(min) waktu kunjungan 1.TT1 : Kunjungan antenatal pertama
I 1 kali sebelum minggu ke- 2.TT2 : 4 minggu setelah TT1
II 1 kali 16 minggu ke 24- 3.TT3 : 6 bulan setelah TT2
III 2 kali 28 4.TT4 : 1 tahun setelah TT3
antara minggu 30-32 & 36-38
65
BAG 3 IAN
1
TAHUN
PERTAMA KEHIDUP
ASUPAN ANAK 0-12 BULAN
TAHAPAN PERTUMBUH
FISIK BAYI
66
BAG 4 IAN
TAHUN KE-2
KEHIDUPAN
12-24 BULAN Energi Protein ASI
(Karbohidrat)
Utamakan MP-ASI, lalu ASI
Makanan dapat disamakan
dengan menu keluarga 1 potong roti,
1 telur, 1 ons 400-
ASUPAN
daging cincang
1 mangkuk 550ml
ANAK 12-24
Takaran
67