Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

TUMOR OVARIUM

Oleh:

Ni Kadek Parswa Diah Pradnyandari 1702612096


Hananya Dwi Anggi Manurung 1702612157

Pembimbing
dr. Wayan Indriani Eka Putri, M. Biomed, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGASEM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, maka laporan kasus dengan topik “Mioma Uteri” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana di RSUD Karangasem. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Made Wenata Jembawan, Sp.OG, M.Kes, selaku Kepala
Departemen/KSM Obstetrik dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah
Karangasem, Denpasar,
2. dr. Wayan Indriani Eka Putri, M. Biomed, Sp.OG selaku pembimbing dan
penguji yang senantiasa memberikan informasi dan masukan dalam
penyusunan laporan ini,
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini. Semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.

Karangasem, Januari 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
2.1 Definisi ...………...................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi dan Etiologi........................................................................ 3
2.3 Faktor Resiko ………............................................................................... 4
2.4 Klasifikasi …………................................................................................. 5
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................10
2.6 Diagnosis …….......................................................................................... 13
2.7 Penatalaksanaan.………………............................................................... 15
2.8 Prognosis …….………………................................................................. 18
BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 19
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………….. 23
BAB V SIMPULAN ………………………………………………………….. 26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Tumor merupakan suatu pertumbuhan sel abnormal yang dapat menyerang


organ-organ tubuh. Penyakit kanker merupakan kasus terbanyak kedua yang dapat
menyebabkan kematian secara global, yakni 8,8 juta kematian pada tahun 20151.
Menurut WHO, tumor merupakan salah satu dari empat jenis Penyakit Tidak
Menular (PTM) utama. Selain kanker terdapat penyakit kardiovaskular (penyakit
jantung koroner dan stroke), penyakit pernapasan kronis (asma dan penyakit paru
obstruksi kronis), dan diabetes.1Dari berbagai penyakit yang mengenai wanita,
tumor ovarium dan intra-abdominal adalah yang paling sulit didiagnosis dan
diobati. Sejauh ini hanya sedikit kemajuan untuk melacak prekursor ataupun
stadium dini lesi-lesi ini. Kajian-kajian epidemiologik pun belum mampu
menetapkan kelompok risiko tinggi dimana penemuan kasus secara dini dapat
segera dilakukan. Dengan demikian kasus-kasus biasanya ditemukan secara "pasif"
di rumah sakit-rumah sakit, sedangkan penemuan kasus dini di masyarakat masih
menemukan kesulitan.
Ovarium merupakan tempat dimana lesi neoplastik dan non-neoplastik yang
sering terjadi dan kelainan yang paling penting adalah tumor. Selain tumor, ovarium
tampaknya resisten terhadap penyakit. Tumor ovarium merupakan salah satu tumor
yang sering ditemukan pada wanita. Lesi tersebut dapat muncul baik pada periode
neonatal maupun pada periode post menopause. Walau banyak dari lesi tersebut
yang bisa ditangani dengan tindakan minimal, tetapi beberapa dapat mengarah ke
proses keganasan. Dan bila lesi tersebut membesar dan memberikan keluhan nyeri
diperlukan tindakan operatif untuk penanganannya.
Beberapa lesi non-neoplastik dapat terlihat mirip dengan neoplasma. Karena
itu sangat penting bagi para dokter untuk dapat mendiagnosa dengan tepat. Karena
pengobatan dan terapi yang diberikan tergantung kepada hasil diagnosis.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium yang
termasuk salah satu keganasan pada genitalia wanita.1Tumor ovarium
berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik.2 Berdasarkan
histopatologinya bisa bersifat jinak atau ganas. Hal ini terjadi disebabkan karena
adanya proliferasi dan diffrensiasi yang abnormal dari sel pada ovarium akibat
adanya mutasi gen yang mengatur proliferasi sel tersebut. Tumor ovarium dapat
bersifat jinak maupun ganas.3
Tumor ovarium jinak yang mempunyai komponen padat adalah fibromata,
thecomata, dermoid, Brenner tumor.1Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok
berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu tumor epitel
ovarium, tumor germ sel, tumor sex cord – stromal.vKanker ovarium ganas
terdiri dari 90 – 95 % kanker epitel ovarium, dan selebihnya 5 – 10 % terdiri
dari tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma.3 90 – 95 % dari kanker ovarium
ganas merupakan kanker epitel ovarium, dan selebihnya 5 – 10 % terdiri dari
tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma.1

Gambar 2.1. Asal mula dari tiga tipe utama kanker ovarium.1

2
2.2 Epidemiologi dan Etiologi
Seorang wanita rata-rata memiliki 1 di 70 kesempatan mengembangkan
karsinoma ovarium selama hidupnya dan 1 di 95 kesempatan
kematian akibat kanker ovarium invasif. Usia rata-rata
diagnosis adalah 61 tahun dengan dua-pertiga dari wanita dengan ovarium
karsinoma ovarium biasanya didiagnosis di atas usia 55. kanker ovarium
herediter biasanya terjadi pada wanita yang rata-rata 10 tahun lebih muda
dibandingkan dengan kanker ovarium nonhereditary, sedangkan ovarium
nonepithelial kanker lebih sering terjadi pada anak perempuan dan wanita
muda. Ada frekuensi sedikit meningkat pada wanita Kaukasia
dibandingkan dengan kejadian di Hispanik, Asia, dan Afrika
wanita Amerika.5
Ada beberapa teori yang menerangkan terjadinya tumor ovarium,
diantaranya adalah sebagai berikut : 4
 Teori ovulasi
Terjadi invaginasi kapsul epitel pasca ovulasi ke dalam stroma ovarium.
Dengan rangsangan hormon pada stroma, sel-sel epitel berpotensi untuk
menjadi kista-kista baru yang nantinya akan menjadi tumor epitel ovarium4.
 Teori endokrin
Epitel pada kapsul ovarium berasal dari mullerian dan jaringan ini responsif
terhadap hormon dengan cara yang sama seperti epitel mullerian berespon
saat muncul dalam endometrium atau tuba falopii. Menurut teori endokrin,
di lingkungan hormonal yang tidak seimbang ini dapat menyebabkan
neoplasia.4
 Teori substansial eksogen
Teori ini menduga bahwa iritan seperti bedak merupakan faktor pemicu
tumor neoplastik jinak dan ataupun ganas.4
 Teori transformasi
Tidak semua tumor jinak dapat menjadi ganas, namun ada kemungkinana
terjadi degenerasi maligna pada tumor tersebut4

3
2.3 Faktor Resiko
Wanita dengan kanker ovarium familial sindrom (BRCA1, BRCA2,
atau sindrom Lynch II / HNPCC) memiliki risiko tertinggi kanker ovarium
(30% sampai 50%). Perempuan dengan riwayat keluarga kanker ovarium
memiliki tertinggi berikutnya risiko (5% sampai 15%). Wanita dengan ibu,
saudara perempuan, atau anak perempuan dengan kanker ovarium berada pada
peningkatan risiko mengembangkan penyakit. Semakin muda relatif adalah
pada saat diagnosis, yang tinggi risiko untuk kerabat tingkat pertama.
Demikian pula, wanita dengan riwayat pribadi kanker payudara memiliki
peningkatan dua kali lipat kejadian kanker ovarium. Karena mekanisme kanker
ovarium dianggap terkait dengan mutasi yang terjadi selama ovulasi, wanita
dengan sejarah periode panjang ovulasi terganggu (awal
menarche, infertilitas, nulliparity, tertunda subur, lateonset menopause) berada
pada peningkatan risiko kanker ovarium. Untuk alasan yang sama,
bertambahnya usia adalah faktor risiko utama lain untuk kanker ovarium. Lima
puluh persen dari semua wanita didiagnosis dengan kanker ovarium adalah 63
tahun atau lebih tua.5

Gambar 5. Faktor resiko dan faktor protektif kanker ovarium.5

4
2.4 Klasifikasi
Di antara tumor-tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat
nonneoplastik. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang
dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi
berdasarkan histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas
berhubung masih kurangnya pengetahuan kita mengenai asal-usul beberapa
tumor dan pula berhubung dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor
yang sama rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas pertimbangan
praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas dan
selanjutnya tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan tumor solid.3,4
Tumor Ovarium Non Neoplastik
a. Tumor akibat peradangan
b. Tumor lain :
Kista folikel
Kista korpus luteum
Kista lutein
Kista inklusi germinal
Kista endometrium
Kista stein-leventhal
Tumor Ovarium Neoplastik Jinak
a. Kistik
Kistoma ovarii simpleks
Kistadenoma ovarii serosum
Kistadenoma ovarii musinosum
Kista endometroid
Kista dermoid
b. Solid
Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma
Tumor Brenner
Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
a. Tumor Solid
1) Fibroma ovarii

5
Tumor ini berasal dari elemen-elemen fibroblastik stroma
ovarium atau dari beberapa sel mesenkhim yang multipoten.
Potensi untuk menjadi ganas sangat rendah yaitu kurang dari
1%. Sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause
dan sesudahnya4.
Tumor ini dapat mencapai diameter 2-30cm, beratnya dapat
mencapai 20 kg dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak
rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabu-abuan.
Konsistensinya ada yang benar-benar keras yang disebut
fibroma durum, dan ada yang cukup lunak yang disebut fibroma
molle. Bila tumor dibelah, permukaannya biasanya homogeny,
akan tetapi pada tumor yang agak besar, mungkin terdapat
bagian-bagian yang menjadi cair karena nekrosis. Fibroma
ovarii yang besar biasanya mempunyai tangkai, dan dapat terjadi
torsi dengan gejala-gejala mendadak. Yang penting ialah bahwa
pada tumor ini sering ditemukan sindroma meigs.

2) Tumor Brenner
Tumor ini sangat jarang ditemukan, yaitu 0,5% dari
semua tumor ovarium. Biasanya pada wanita yang dekat atau
sesudah menopause. Menurut Meyer, tumor ini berasal dari sisa-
sisa sel-sel Walthard yang belum mengadakan diferensisasi,
tetapi penelitian terakhir member petunjuk bahwa sarang-sarang
tumor Brenner berasal dari epitel selomik duktus Mulleri.
Besarnya tumor beraneka ragam. Lazimnya tumor
unilateral, yang pada pembelahan berwarna kuning muda
menyerupai fibroma, denga kista-kista kecil (multikistik).
Mikroskopiknya terdiri dari dua elemen, yaitu sarang-sarang
yang terdiri atas sel-sel epitel yang dikelilingi jaringan ikat yang
luas dan padat. Sarang-sarang tersebut dapat mengalami
degenerasi sehingga terbentuk ruangan yang terisi sitoplasma.

6
Tumor Brenner ini menghasilkan estrogen, sehingga terapinya
terdiri dari pengangkatan ovarium.4

3) Muskulinovoblastoma
Tumor ini sangat jarang, biasanya unilateral dan
besarnya bervariasi antara 0,5-16 cm diameternya. Tentang
asalnya, ada 2 teori, yang satu menyatakan bahwa tumor berasal
dari sel-sel mesenkhim folikel primordial, dan yang lain
mengatakan dari sel adrenal ektopik dalam ovarium.
Pada pembelahan warna permukaan tumor kuning, dan
pada pemeriksaan histologik sel-sel disusun dalam stroma
seperti zona glomerulosa dan zona fasikulata pada glandula
suprarenalis. 4
Tumor ini menyebabkan gejala maskulinisasi seperti
hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi mammae, dan perubahan
suara.

Tumor Jinak Ovarium


3
1. Klasifikasi

- Tumor jinak epitelial (60% dari kasus tumor jinak ovarium).


- Tumor jinak berasal dari sel germinal.
- Tumor jinak berasal dari sex cord-stromal.

2. Jenis Tumor Berdasarkan Klasifikasi

a) Tumor jinak epitelial (60% dari kasus tumor jinak ovarium).


b) Merupakan tumor epitelial-stroma yang terbentuk dari sel yang mirip
dengan sel yang melapisi tuba fallopi.
c) Tumor jinak serosa adalah bentuk kista dengan dinding tipis yang terbentuk
dengan sebuah rongga berair yang berisi cairan kekuning- kuningan.
d) Lapisan dalam kista biasanya rata tapi bisa juga menunjukkan adanya
sedikit bagian kasar dengan bintil-bintil yang menonjol.

7
e) Tumor ini biasanya bersifat kistik tapi sangat mudah berkembang menjadi
tumor padat.
f) Sering terjadi pada wanita usia 40-50 tahun.
g) Sekitar 15-20% kasus bersifat bilateral dan 20-25% dapat berkembang
menjadi ganas.

3. Kistadenoma musinusom 3

- Merupakan tumor epitelial yang terbentuk dari sel yang mirip dengan sel
epitel yang melapisi endoserviks (endocervical or Mullerian type) atau yang
lebih sering dari sel epitel yang melapisi saluran cerna (intestinal type).
- Merupakan tumor ovarium yang memiliki potensi untuk menjadi tumor
yang berukuran sangat besar, yaitu bisa mencapai 30 cm.
- Semakin besar ukuran maka akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur,
jika tumor ini ruptur khususnya yang instestinal type dapat menyebabkan
pseudomyxoma peritonei.
- Biasanya kista ini memiliki dinding yang rata dan berisi cairan berwarna
kuning serta jarang memiliki tonjolan pada dindingnya.
- Dapat bersifat unilokular maupun multilokular.
- Biasanya dialami pada wanita usia 30-50 tahun.
- Sekitar 5-10% kasus bersifat bilateral dan sekitar 5% dapat berubah menjadi
ganas.

4. Tumor endometrioid 3

- Tumor endometrioid adalah tumor ovarium epitelial yang terbentuk dari sel
yang mirip dengan sel yang melapisi bagian dalam dinding uterus
(endometrium).
- Tumor ini dapat disertai endometriosis, yaitu suatu kondisi dimana jaringan
yang mirip dengan lapisan endometrium tumbuh di bagian lain.
- Tumor jinak endometrioid jarang terjadi dan biasanya bersifat kistik dan
unilateral.

8
Tumor jinak berasal dari sel germinal.

1. Kista teratoma jinak4

a. Tumor ini jarang bersifat ganas.


b. Merupakan tumor sel germinal yang terbentuk dari sel yang berasal dari
lapisan embriyonik (ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi
sebagian besar teratoma terbentuk dari unsur endoderm ataupun
ektoderm.
c. Dapat bersifat matur (jinak) ataupun immatur (jinak ataupun ganas).
d. Teratoma jinak yang bersifat matur mungkin dapat berisi well-
diffrentiated tissue, seperti rambut dan gigi.
e. Teratoma matur dapat bersifat padat maupun kistik. Tetapi teratoma
matur yang bersifat padat sangat jarang, teratoma padat lebih sering
dijumpai pada teratoma immatur.
f. Teratoma matur sering dijumpai pada anak-anak dan wanita usia muda.
g. Kebanyakan tumor ini bersifat unilateral dan memiliki perkembangan
yang lambat sehingga biasanya pada saat didiagnosis tumor sudah dalam
keadaan berukuran besar.

Tumor jinak berasal dari sex cord-stromal.

1. Fibroma4

a. Fibroma adalah tumor jaringan ikat yang berasal dari stroma


ovarium.
b. Berukuran kecil, tumor jinak padat yang berasal dari jaringan fibrosa
dan biasanya dihubungkan dengan Meig’s sindrom dan asites.
c. Biasanya terjadi pada wanita diusia post-menopause.
d. Bersifat unilateral dan berukuran lebih kurang 3 cm.
e. Berbeda dengan tumor sex cord-stromal lainnya, fibroma jarang
berhubungan dengan kondisi produksi hormon.

2. Tekoma4

9
a. Kasusnya jarang ditemukan.
b. Merupakan tumor ovarium jinak yang terbentuk dari sel stroma yang
mirip dengan sel theka yang normalnya berada mengelilingi folikel
ovarium.
c. Biasanya bersifat unilateral dan terjadi pada wanita postmenopause.
d. Jarang ditemukan pada wanita berusia dibawah 30 tahun.
e. Tumor ini memiliki manifestasi estrogenik, seperti perdarahan
uterus postmenopause ataupun endometrial hiperplasia.

2.5 Manifestasi klinis


Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dar
pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut3
1) Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah. Misalnya, sebuah kista dermoid
yang tidak seberapa besar, tetapi terletak didepan uterus dapat menekan kandung
kemih dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar
tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat
dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi,
edema pada tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa
sesak dan lain-lain.3
2) Akibat Aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon. Seperti akan diterangkan pada pembicaraan
tumor ganas, sebuah tumor sel granulosa dapat menimbulkan hipermenorea, dan
arhenoblastoma dapat menyebabkan amenorea.3
3) Komplikasi
a) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran kista dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik
yang minimal. Akan tetapi, kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang
banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut
mendadak.3

10
b) Putaran tangkai
Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih
akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi
yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan
uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor dan karena sesudah
persalinan dapat terjadi perubahan mendadak letak tumor dalam rongga
perut.4
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun
gangguan ini jarang bersifat total. Adanya putaran tangkai menimbulkan
tarikan melalui ligamentum ifundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal
yang menimbulkan rasa sakit. Perlu diperhatikan pada pemeriksaan. Karena
vena lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor
dengan akibat pembesaran tumor dan terjadinya perdarahan di dalamnya. Jika
putaran tangkai berjalan terus, akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor
dan jika tidak diambil tindakan, dapat terjadi robekan dinding kista dengan
perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai
terjadi perlahan-lahan, tumor dapat melekat pada omentum, yang membuat
sirkulasi baru untuk tumor tersebut. Tumor mungkin melepaskan diri dari
uterus dan menjadi tumor parasit atau tumor pengembara.3
c) Infeksi
Infeksi terjadi jika didekat tumor ada sumber kuman patogen seperti
apendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta. Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.3
d) Robekan dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat
robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang. Tetapi kalau terjadi
robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan
menimbulkan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.3
Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan

11
implantasi sel-sel kista pada peritoneum. Sel-sel tersebut mengeluarkan
cairan musin yang mengisi rongga perut dan menyebabkan perlekatan-
perlekatan dalam rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan nama
pseudomiksoma peritonei.3
e) Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma ovarii
serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista dermoid. Oleh sebab itu,
setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu dilakukan
pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasan. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan adanya metastasis
yang memperkuat diagnosis keganasan.3
f) Sindrom meigs
Dalam 40% kasus-kasus fibroma ovarii ditemukan asites dan
hidrotoraks. Keadaan ini dikenal dengan nama Sindrom Meigs dan dapat
ditemukan pula pada beberapa tumor neoplastik jinak lain. Dengan
pengangkatan tumor, sindrom juga menghilang. Cairan dari rongga toraks
berasal dari cairan dalam rongga perut. Hal ini dapat dibuktikan dengan
penyuntikan tinta india dalam rongga perut, yang kemudian dapat
ditemukan dalam rongga toraks.3 Sindrom Meigs perlu dibedakan dari asites
dengan atau tanpa hidrotoraks, yang ditemukan pada tumor ganas. Dalam
hal yang terakhir ditemukan sel-sel tumor ganas dalam sedimen cairan.3

Pertumbuhan tumor ovarium dapat menimbulkan gejala. Meskipun pada


tumor ovarium dapat ditemukan keluhan, pada tumor jinak ovarium yang memiliki
diameter kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberi gejala klinis
yang berarti. Karena gejala klinis yang terjadi biasanya tidak terlihat jelas sampai
penyakit nerada pada tahap lanjut menyebabkan penyakit ini disebut dengan “silent
killer”. Secara umum, tumor yang ganas memiliki karakteristik solid, nodular dan
terfiksir. Namun ukuran tumor tidak sesuai derngan derajat keganasan. Keluhan
yang dirasakan oleh penderita tumor ovarium bersumber dari:6
A. Keluhan akibat pertumbuhan besar dan letaknya tumor, seperti :
1. Tumor kecil tanpa keluhan ringan bersifat insidentil.
2. Tumor besar di rongga pelvis :

12
 Rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.
 Mendesak gangguan miksi dan defekasi.
 Desakan ureter menyebabkan hidroureter sampai hidronefrosis.
 Gangguan aliran darah dan cairan limfa menimbulkan edema pada
tungkai bawah.
3. Tumor yang melayang menimbulkan :
 Keluhan berat pada perut
 Tumor membesar dapat menimbulkan gangguan fungsi usus.
4. Kombinasi kehamilan dengan kista ovarium.5
 Menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas.
 Menyebabkan kelainan letak janin.
 Torsi kista saat ante natal care atau post partum.
 Kista menghalangi persalinan sehingga perlu dilakukan seksio sesarea.
5. Keluhan akibat aktivitas endokrinologi, seperti : Tumor ovarium
mengeluarkan hormon menimbulkan gangguan pada menstruasi dan dapat
menyebabkan kondisi infertilitas dan maskulinisasi.
6. Keluhan khusus sindroma Meig.

2.6 Diagnosis
Diagnosis tumor ovarium dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dilakukan untuk
menggali keluhan sesuai dengan manifestasi klinis tumor ovarium. Kemudian
dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang2,4 Selama usia reproduktif, kebanyakan
massa di ovarium adalah jinak. Pasien dengan gejala yang akut biasanya
memerlukan operasi. Sebaliknya pasien dengan gejala yang kronik sebaiknya
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.3
1. Riwayat Ginekologik
 Meliputi tanggal haid terakir, siklus haid, kehamilan, kontrasepsi,
riwayat obat-obatan dan riwayat keluarga.
 Keluhan klinik kista ovarii ringan karena besarnya tumor.
 Keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovarii.

13
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus ditujukan pada regio abdomen dan pelvis.
Pemeriksaan fisik ini juga diikuti dengan pemeriksaan PAP smear.
Pemeriksaan rektovaginal sangat diperlukan untuk menentukan
karakteristik fisik dari masaa tersebut. Penentuan akan ukuran tumor
ovarium ini sangat penting dalam memutuskan apakah massa ini
memerlukan tindakan eksplorasi pembedahan atau tindakan observasi
dan tindakan yang bersifat non invasive.3
Bila pasien dalam keadaan gawat, perhatikan apakah ada hipovolemik.
Dapat juga menyebabkan perbesaran KGB, dan efusi pleura, tetapi
jarang dijumpai pada tumor jinak ovarium.
 Pemeriksaan Abdomen
Pada abdomen dapat ditemukan adanya cairan, caput medusa pada
dinding abdomen, pada palpasi dapat ditemukan adanya massa pada
abdomen bawah. Untuk mengetahui adanya akut abdomen, dapat
dengan cara mendengarkan bising usus, bila negative kemungkinan
terjadi peritonitis. Pasien juga merasa perutnya tegang, tidak
nyaman, adanya tekanan pada perut bawah, gejala urinary dan
gastrointestinal.
 Pemeriksaan Bimanual
Ini merupakan pemeriksaan yang penting. Dengan cara palpasi
massa antara vagina dan abdomen, dinilai apakah massa mobile dan
konsistensinya.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi

USG dapat memperlihatkan adanya massa ovarium, walaupun tidak


dapat membedakan antara yang jinak dan ganas. Massa yang padat
cenderung ganas, dibanding dengan massa yang kistik. Selain itu dapat
juga digunakan Transvaginal USG, MRI ataupun CT Scan.
b. Laparoskopi
 Memastikan hubungan kista dengan sekitarnya.
 Untuk tindakan operasi laparoskopinya.

14
 Terdapat perlekatan berat maka dilakukan laparotomi sehingga
lapangan pandangan terlihat lebih jelas.
c. Foto thoraks

Menetapkan plural effusion sebagai bagian sindrom Meig atau


bersifat tersendiri

d. Tumor marker CA-125.


Pada dugaan tumor ovarium dengan keadaan tanpa gejala

dan keluhan maka dilakukan pemeriksaan tumor marker.10,11


Dengan kondisi yang dapat dijumpai. Adanya massa di daerah pelvis
disertai dengan peningkatan sel darah putih dapat disebabkan oleh
infeksi. Serum marker merupakan pemeriksaan yang rutin
dikerjakan untuk tumor ovarium. Peningkatan CA 125 dapat
mengarahkan pada karsinoma ovarium. Wanita dengan
endometriosis juga menyebabkan peningkatan level CA 125, tetapi
tidak setinggi adanya keganasan. Konsentrasi β-hCG yang
meningkat dapat disebabkan adanya kehamilan ektopik, selain itu
juga dapat disebabkan oleh tumor trophoblastik dan germ cell tumor.
Level estradiol juga dapat meningkat pada pasien dengan kista
folikular dan sex cord stromal tumor. Peningkatan androgen dapat
terjadi pada Sertoli- Leydig tumor.

Perbedaan massa jinak dan ganas 5 :


Jinak Ganas
Unilateral Bilateral
Kistik Solid
Mobile Terfiksasi
Halus Irregular
Ascites (-) Ascites (+)
Pertumbuhan lambat Pertumbuhan cepat
Sering pada usia muda Sering pada usia tua

15
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada berat ringannya penyakit, usia pasien, dan
keinginan pasien untuk memiliki anak.
1. Asimptomatik pasien
Bila pada pemeriksaan didapatkan tumor diameter 6 cm, CA 125 < 35
mU/ml, vaskularisasi normal pada sekitarnya, dapat dilakukan tindakan
konservatif. Pada kasus ini, bila tumor tidak membesar dalam 3 bulan,
dan tetap tidak membesar setelah 6 bulan, disertai dengan kadar CA 125
< 35 mU/ml biasanya akan mengalami resolusi dalam 3 – 7 tahun.
Tumor jinak dengan diameter < 10 cm dapat dilakukan laparoskopik.
Kriteria observasi tumor ovarium yang asimptomatik :
 unilateral tumor atau kista tanpa adanya massa padat
 wanita premenopause dengan tumor berdiameter 3-10 cm
 wanita postmenopause dengan tumor berdiameter 2-6 cm
 CA 125 dalam batas normal
 Tidak ada asites atau perlengketan pada omentum
2. Simptomatik pasien
a. Wanita hamil
Bila pasien menunjukan penyakit yang berat, perdarahan atau akut
abdomen diperlukan operasi segera. Pada pasien dengan kista
ovarium dan hamil, sering terjadi torsio atau perdarahan. Kista
dermoid dapat rupture dan mengakibatkan peritonitis. Kista ovarium
dapat didiagnosis sebelum kehamilan, sehingga dapat direncakan
persalinan secara sectio Caesar.
b. Wanita pubertas
Jarang ditemukan kista ovarium, dan biasanya jinak. Yang paling
sering adalah teratoma dan kista folikular. Gejalanya meliputi nyeri
abdomen, distensi abdomen, pubertas prekoks. Penatalaksanaan
tergantung pada beratnya penyakit.
1. Aspirasi kista dengan bantuan USG
Keuntunagn dari tekni ini adalah tidak perlu dilakukan operasi, dengan
syarat kista yang diaspirasi tidak membentuk cairan kembali. Setelah

16
cairan diaspirasi perlu pemeriksaan sitologi. Tidak dianjurkan untuk
tumor ganas. Calon terbaik untuk aspirasi adalah wanita muda dengan
kista yang unilateral, unilokular, diameter <10 cm. Dapat diterapkan
pada pasien yang memiliki resiko yang besar jika dilakukan operasi.
2. Laparoskopi
Indikasi laparoskopi :
 Massa abdomen yang meragukan
 Usia < 35 tahun
 USG menunjukan tidak ada massa padat
 Simple ovarian cyst
Keuntungan laparoskopi yaitu nyeri post operatif sedikit,
mempersingkat lamanya perawatan, dapat cepat kembali beraktifitas,
memperkecil kemungkinan terjadinya perlengketan dibanding dengan
laparotomi. Kerugiannya antara lain, eksisi yang tidak lengkap dari
dinding kista,dan kemungkinan adanya keganasan yang tidak diprediksi
dapat terjadi.
3. Laparotomi
Kista dermoid sebaikya dilakukan laparotomi, karena kemungkinan
cairannya bocor dan mengakibatkan komplikasi yang serius. Pada
wanita < 35 tahun, tumor ovarium jarang yang menyerupai keganasan.
Laparotomi penting mengeksplorasi seluruh abdomen dan melihat
keadaan kedua ovarium. Pada wanita <35 tahun tumor ovarium sering
kelihatan tidak ganas, bahkan mungkin massa tersebut adalah tumor
ganas, yang tampak seperti germ tumor yang responsif terhadap
kemoterapi. Maka kistektomi atau oophorectomy merupakan terapi
yang cocok dan aman untuk massa ovarium pada kelompok usia ini.

2.8 Prognosis
STADIUM FIVE YEAR SURVIVAL (%)
All stages 36-42
Stadium I 70 – 100
Stadium II 66 – 63

17
Stadium III 10 – 27
Stadium IV 3 – 15

Tabel 2.1 Five Years Survival sate berdasarkan stadium pada keganasan
ovarium

Penelitian pada tahun 1970 menunjukkan overall-survival sebesar 36%,


sedangkan penelitian pada tahun 1994 menunjukkan peningkatan hingga 50%. Pada
jangka waktu yang sama ditemukan bahwa angkat kematian penderita muda
semakin menurun, sedangkan pada wanita tua ( >65 tahun ) semakin meningkat.
Diperkirakan penyebabnya adalah pada wanita muda tersebut penyakitnya lebih
cepat terdiagnosis dalam stadium dini dibandingkan pada wanita yang tua sehingga
menyebabkan terapi akan lebih cepat dilakukan dan ditemukan juga bahwa respon
terapi pada wanita yang lebih muda lebih agresif daripada terapi untuk wanita yang
telah tua. Hal ini menyebabkan ditemukannya prognosis yang jauh lebih baik pada
wanita yang lebih muda dibandingkan pada wanita yang telah tua. Penelitian lain
juga melaporkan meningkatnya 5-year survival rate dengan makin akuratnya
tindakan surgical staging yang dilakukan. Berdasarkan asal keganasan pada tumor
ganas ovarium dilaporkan bahwa 90% merupakan tipe epithelial dan 10%
merupakan tipe nonepithelial. Tumor ovarium yang bersifat nonepithelial
bersumber dari sel germinal, sex cord- stromal, tumor metastase pada ovarium, dan
berbagai karsinoma yang sangat jarang.

18
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita


Nama : NNS
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Suku : Bali
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Bd Perangsari Tengan, Selat, Karangasem
Tanggal Pemeriksaan : 8 Desember 2019 pukul 14.30 wita

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Perut membesar

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poli kandungan RSUD Karangasem dengan keluhan perut
yang membesar awah sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
perut membesar muncul tanpa disadari. Pasien mengatakan awalnya menyadari
perutnya besar saat pasien kontrol kehamilan di dokter, saat itu dokter
mengatakan bahwa ukuran perut terlihat lebih besar dibandingkan dengan umur
kehamilan. Saat di lakukan pemeriksaan pasien diberi tahu oleh dokter bahwa
terdapat mioma di dalam rahimnya. Pasien juga mengatakan dirinya mengalami
penurunan beart badan sebanyak lkurang lebih 10 kg dalam 4 bulan. Keluhan
lain seperti demam dan nyeri perut disangkal oleh pasien. BAB dan BAK
dikatakan normal. Flek pervaginam disangkal.

Riwayat Menstruasi:

19
Pasien mengatakan menstruasi pertama pada usia 12 tahun, siklus teratur setiap
28 hari dan lamanya 3-5 hari, dengan frekuensi mengganti pembalut 2-3 kali
perhari. Keluhan saat menstruasi disangkal.

Riwayat Pernikahan:
Pasien sudah menikah 1 kali pada usia 32 tahun. Pasien sudah menikah selama
8 bulan

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi:


Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

Riwayat Obstetri:
Pada November 2019 pasien melahirkan anak laki-laki, BBL 3200 gr, aterm,
section cesarean

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien baru pertama kali mengalami pembesaran perut. Riwayat penyakit
sistemik lain seperti penyakit jantung, hipertensi, asma, kencing manis
disangkal pasien. Alergi terhadap obat dan makanan tertentu disangkal. Pasien
dengan riwayat operasi section cesarean pada bulan November 2019

Riwayat Penyakit Keluarga:


Dikeluarga pasien dikatakan kakak kandung pasien memiliki riwayat benjolan
pada leher dan kaki kirinya sudah sempat dilakukan operasi pengangkatan. Orang
tua pasien dikatakan memiliki kencing manis.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/700 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit

20
TB : 155 cm
BB : 48 kg
IMT : 20,4 kg/m2
Status General
Mata : anemis (+/+), ikterus (-/-), reflek pupil (+/+) isokor
THT : sekret (-/-), hiperemi (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorak : simetris (+), retraksi (-)
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
+/+ -/- -/-
+/+ -/- -/-
Abdomen : sesuai status ginekologi
Vagina : sesuai status ginekologi
Extemitas : akral hangat + + , edema - - , CRT <2 detik
+ + - -
Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), striae gravidarum (-), jaringan parut (+)
perut tampak membesar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), teraba
pembesaran perut, konsistensi padat, batas tegas,
permukaan rata, ukuran
Perkusi : perkusi dullness, ascites (-)
Pemeriksaan Dalam
 Inspekulo vulva/vagina:
- v/v normal, fluksus (+), fluor (-)
- porsio dan pembukaan tidak dapat dievaluasi
 Vaginal toucher: tidak dievaluasi

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Darah Lengkap (07/1/2020):

21
Hasil Hasil
Parameter
7/1/2020 9/1/2020 Unit Nilai Rujukan
WBC 11,8 14,9 103/μL 3,6 – 11,0
NE% 8,31 13,81 % 50 – 70
LY% 2,1 1,41 % 25– 40
MO% 0,755 0,354 % 2–8
EO% 0,534 0,018 % 2–4
BA% 0,109 0,058 % 0–1
RBC 3,23 4,35 106/μL 3,8 – 5,2
HGB 7,84 11,1 g/dL 11,7 – 15,5
HCT 26,4 35,7 % 35 – 47
MCV 81,9 82,2 fL 80 – 100
MCH 24,3 25,6 pg 26 – 34
MCHC 29,6 31,2 g/L 32 – 36
PLT 304 299 103/uL 150 – 440
MPV 4,72 6,10 fL 7,0 – 11,0
RDW 15,2 12,36 % 11,5 – 14,5

Imunoserologi (06/1/2020) RSUP Sanglah:


Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

AFP 1,47 IU/mL <5,8

CA 125 25,94 U/mL <35


Beta-HCG Darah 6,95 mIU/mL
LDH 347

Kimia Klinik (06/1/2020)


Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

AFP 1,47 IU/mL <5,8

CA 125 25,94 U/mL <35


Beta-HCG Darah 6,95 mIU/mL

22
Pemeriksaan USG (TVS):
Hasil pemeriksaan:
GS intrauterine FD (+) FHB (+) CRL 7W4D
Tampak massa diameter 13 x 10 cm, hiperechogenik, batas tegas, neovaskularisasi
(-)

Pemeriksaan Sitologi (21/11/2019)


Mikroskopik : apusan terdiri dari sebaran dan kelompok sel -sel mesothel,
squamous metaplasia, makrofag dan limfosit. Tidak tampak sel ganas dalam
sediaan ini. Latar belakang sediaan terdiri dari eritrosit dan bahan amorf
Kesan : Tidak tampak sel ganas pada sediaan ini

3.5 Diagnosis Kerja :


Susp. tumor Solid Ovarium
Anemia sedang terkoreksi (post transfusi PRC 2 kolf) Hb menjadi 11.1 gr/dl

3.6 Penatalaksanaan Kasus


1. Tindakan:
Pro laparotomy
2. Monitoring:
Tanda-tanda vital, kondisi umum, perdarahan per vaginam.

3.7 KIE
- Pasien dan keluarga dijelaskan tentang keadaan pasien, rencana
penanganan, pengawasan lanjutan, komplikasi dan prognosisnya.
- Edukasi pasien mengenai pentingnya menjaga gaya hidup (makan, aktivitas
fisik) yang teratur dan juga kebersihan diri serta lingkungan.

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini pasien wanita inisial NNS berusia 32 tahun datang
ke poli kandungan RSUD Karangasem pada tanggal 7 January 2020 dengan
keluhan perut membesar. Adapun outline pembahasan yang akan dibahas dalam
kasus ini adalah penegakan diagnosis, faktor predisposisi pasien serta
penatalaksaan.
Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium yang
termasuk salah satu keganasan pada genitalia wanita.1Tumor ovarium berdasarkan
konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik.2 Menegakkan diagnosis tumor
ovarium dapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi, dan
penunjang seperti USG, transvaginal USG,Ct-Scan, MRI dan laboratorium. USG
dapat memperlihatkan adanya massa ovarium, walaupun tidak dapat membedakan
antara yang jinak dan ganas. Massa yang padat cenderung ganas, dibanding dengan
massa yang kistik. Pada tumor marker CA-125 Peningkatan CA 125 dapat
mengarahkan pada karsinoma ovarium. Wanita dengan endometriosis juga
menyebabkan peningkatan level CA 125, tetapi tidak setinggi adanya keganasan.
Konsentrasi β-hCG yang meningkat dapat disebabkan adanya kehamilan ektopik,
selain itu juga dapat disebabkan oleh tumor trophoblastik dan germ cell tumor.
Pada anamnesis yang dilakukan pada pasien perempuan usia 31 tahun
dating dengan keluhan perut membesar sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Pasien
mengatakan perut membesar muncul tanpa disadari. Pasien mengatakan awalnya
menyadari perutnya besar saat pasien kontrol kehamiln di dokter, saat itu dokter
mengatakan bahwa ukuran perut terlihat lebih besar dibandingkan dengan umur
kehamilan Saat di lakukan pemeriksaan pasien diberi tahu oleh dokter bahwa
terdapat mioma di dalam rahimnya. Keluhan lain seperti demam dan nyeri perut
disangkal oleh pasien. Pasien juga mengatakan mengalami keluhan penuruan berat
badan kurang lebih 3 bulan. Nafsu pasien makan dikatakan dalam batas normal.
Riwayat keganasan pada keluarga dikatakan kakak kandung pasien pernah
memiliki riwayat benjolan pada leher dan kaki kemudian sudah dilakukan
pengangkatan. Pasien memiliki riwayat berat badan berlebih 65 kg dengan tinggi

24
badan 155 cm dan IMT pasien 27 Kg/m2 dan pasien mengatakan terjadi penurunan
berat badan hingga 48 kg.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perut membesar dan pada pemeriksaan fisik
palpasi didapatkan perut membesar, teraba keras. Pada pemeriksaan dalam dengan
inspekulum didapatkan dalam batas normal fluksus (+), fluor (-), tidak dtemukan
adanya perdarahan, keputihan dan benjolan atau massa. Kemudian dari
pemeriksaan penunjang yaitu USG GS intrauterine FD (+) FHB (+) CRL 7W4D
tampak massa diameter 13 x 10 cm, hiperechogenik, batas tegas, neovaskularisasi
(-). Pada pemeriksaan Sitologi pada tanggal 21/11/2019 Mikroskopik : apusan
terdiri dari sebaran dan kelompok sel -sel mesothel, squamous metaplasia,
makrofag dan limfosit. Tidak tampak sel ganas dalam sediaan ini. Latar belakang
sediaan terdiri dari eritrosit dan bahan amorf. Kesan tidak tampak sel ganas pada
sediaan ini. RSUP Sanglah AFP 1,47 dalam batas normal, CA-125 25,94 nilainya
rendah dan Beta HBC darah 6,95.Dari temuan diatas dapat menguatkan diagnosis
Susp tumor Solid Ovarium Anemia sedang terkoreksi (post transfusi PRC 2 kolf)
Hb menjadi 11.1 gr/dl. Penanganan Rencana Tindakan pro laparotomi miomektomi
s/d histerektomi. Lalu untuk monitoring pasien yaitu monitoring perdarahan per
vaginam, dan tanda vital pasien.

25
BAB V
SIMPULAN

Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor
ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non-neoplastik. Lesi
tersebut dapat muncul baik pada periode neonatal maupun pada periode post
menopause. Tumor jinak ovarium kira-kira 15% dari jumlah seluruh kanker epitel
ovarium. Biasanya terjadi pada usia kurang dari 35 tahun. Ada beberapa teori yang
menerangkan terjadinya tumor ovarium yaitu teori ovulasi, teori endokrin, teori
substansial eksogen, dan teori transformasi. Banyak tumor ovarium yang tidak
menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar
gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, akibat aktivitas hormonal, dan
akibat komplikasi yang ditimbulkan
Dalam banyak kasus, kondisi tumor yang sebenarnya jarang dapat
ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinik. Karena itu diperlukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa tumor marker atau
pemeriksaan radiologis seperti USG (Ultra Sonography) atau CT-Scan. Pemakaian
USG dan CT-Scan dapat memberikan informasi yang berharga mengenai ukuran
tumor dan perluasannya sebelum dilakukan pembedahan. Penatalaksanaan tumor
ovarium tergantung pada berat ringannya penyakit, usia pasien, dan keinginan
pasien untuk memiliki anak. Bisa dengan berbagai cara yaitu aspirasi kista dengan
bantuan USG, laparoskopi, dan laparotomi.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Sparic R, Mirkovic L, Malvasi A, Tinelli A. Epidemiology of uterine myomas:


a review . Int J Fertil Steril. 2016; 9(4): 424-435.
2. Nivethithai P, Nikhat SR, Rajesh BV. Uterine Fibroids: A Review. Indian J.
Pharm Pract. 2010; 3(1) : 6-11
3. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2010
4. Khan et al. Uterine fibroids: current perspective. Int J of Women’s Health. 2014;
6(1) : 95–114
5. M.-M. Dolmanset al. Uterinefibroid management: Today and tomorrow. J.
Obstet. Gynaecol. Res. 2019; 45(7) : 1222–1229.
6. Monga, Ash. Benign tumors of the ovary. Dalam : Ginecology By Ten
Teachers, ed. 18. New York : Edward Arnold Publishers. 2000.
7. Sparic R, Mirkovic L, Malvasi A, Tinelli A. Epidemiology of uterine myomas:
a review . Int J Fertil Steril. 2016; 9(4): 424-435.
8. Nivethithai P, Nikhat SR, Rajesh BV. Uterine Fibroids: A Review. Indian J.
Pharm Pract. 2010; 3(1) : 6-11
9. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2010
10. Khan et al. Uterine fibroids: current perspective. Int J of Women’s Health. 2014;
6(1) : 95–114
11. M.-M. Dolmanset al. Uterinefibroid management: Today and tomorrow. J.
Obstet. Gynaecol. Res. 2019; 45(7) : 1222–1229.
12. Ferdiansyah T, Sofian A, Fatmawati. Hubungan tumor marker CA-125 dengan sifat dan
tipe sel tumor ovarium di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. [Internet]. 2014 Apr.
13. Maria BAP. Profil penderita tumor ganas ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan
pada tahun 2012. [Internet]. 2014: 1-5.
14. Winata GS. Peran klinis CA-125 pada kanker ovarium. [Internet]. 2014 : 1-15.
15. Sarojini S, Tamir A et al. Early detection biomarkers for ovarian cancer. Int J Of Onc
[Internet]. 2012 [cited 2016 Mar 24]

27
16. Mulawardhana P, Askandar B, Soehatno. Perbandingan antara HE, CA- 125 dan
kombinasi HE4 & CA-125 sebagai tumor marker pada pasien kanker ovarium tipe
epitelial. Int J Obs & Gin Unair [Internet]. 2011 Aug [cited 2016 Mar 23] :19 :81-83.
17. Harahap Sri D. Kadar angiostatin pada urin penderita tumor ovarium epitel jinak dan
tumor ovarium tipe epitel ganas.[Internet]. 2014 : 1-2.
18. Gupta D, Christopher G. Role of CA 125 in predicting ovarian cancer survival-a review
of the epidemiological literature. Int J Of Ovar Res. 2009 Oct 9: 2(13): 1-20.

28

Anda mungkin juga menyukai