OLEH
YANTONI KASE
NIM :
1420122045A
i
ABSTRAK
Yantoni Kase
Latar Belakang: Stunting termasuk salah satu problematika dalam bidang gizi kronia
karena asupan gizi yang diperlukan jauh dibawah standar pada umumnya, sebagain
besar karena asupan makan yang kurang. Kelainan tersebut dikarenakan beberapa hal
yang berkaitn satu sama lain karena sebab secara lansung dan tidak, serta adanya
problematika yang ada disekitar publik. Biasanya stunting disebabkan kurangnya gizi
kronis dalam waktu lama, sering mengalami penyakit pada awal kehidupan anak dan
tidak cukupnya protein pada jumlah total asupan kalori, sementara fktor tidak langsung
contohnya kurangnya faskes yang baik, pola asuh anak yang minim, dan kemanan gizi
pada pangan keluarga. Tujuan : mengetahui korelasi pola asuh ibu pada aktivitas
stunting anak usia 24-59 pada UPT Puskesmas Binaus, Kecamatan Mollo Tengah
Kabupaten Timor Tengah Selatan. Metode: Kajian ini menerapkan kajian secara
kuantitatif melalui kajian analisis yang memiliki tujuan untuk
kalkulasi data dengan baik, penelitian suatu obyek sampel, metode penghimpunan
sampel secara umum dengan metode random, penghimpunan dengan instrumen kajian,
juga analisa yang statistik, dimana bertujuan guna pengujian hipotes yang sudah
ditentukan. Penghimpunan data dengan kuisuoner atau angket serta pengukuran tinggi
balita dengan microtoise serta dirubah pada value paling standar (z-score) . Data lalu
dilakukan analisa melalui pengujian Spearmen’s Rho dengan signifikansi α=0,05. Hasil:
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara pola asuh ibu
bersama dengan stunting pada balita usia 24-59 bulan (p0,002 r0,326). Kesimpulan:
Korelasi yang dihasilkan yakni termasuk lemah serta hubungannya pada masing-masing
variabel searah dimana berarti terdapat perubahan perilaku yang baik sehingga taraf
kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Binaus kecamatan Mollo Tengah
Kabupaten TTS akan berkurang sehingga para tenaga kesehatan harus menerapkan
sosialisasi kesehatan tentang pola asuh ibu yang baik dan perubahan perilaku atau
kebiasaan yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada balita
ii
ABSTRACT
Yantoni Kase
iii
BAB I
PENDAHULUAN
dikarenakan kurangnya asupan gizi yang masuk sebab tidak sesuai dengan yang
seharusnya dibutuhkan. Kelainan terebut dikarenakan kandungan gizi yang kurang dalam
tubuh juga hal secara langsung atau tidak disekitar publik. Penyebab faktor langsung
disebabkan karena kurangnya gizi kronis dalam waktu lama, sering menderita penyakit
infeksi pada awal kehidupan anak dan tidak cukupnya protein pada jumlah total asupan
kalori, sementara sebab tidak langsung karena rendahnya fasilits layanan kesehatan, pola
asuh anak yang minim, problematika kecukupan pangan dalam keluarga (Sulistiyani,
2011). Pola asuh yakni kapabilitas yang dimiliki seorang ibu dalam merawat, mengasuh,
menemani anak dalam masa tumbuh kembangnya pada keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan pendapat Soekirman (2000), pola asuh termasuk suatu perilaku Ibu pada
anaknya dalam mengasuh, mengajari anak, memberi kebuuhan, kesehatan, pangan, kasih
sayang, dan sebagainya. Berdasarkan kajian Zeitlin (2000), pola asuh mempunyai 4
faktor utama yakni : perlindungan serta perawatan, pemberian ASI, dan MPASI
(Makanan Pendamping ASI), pegasuh psikososial, juga kebersihan lingkungan. ASI dan
MPASI yang diberikan meliputi pada praktek pemberian pangan (Astari et al., 2005).
1
World Health Organization (WHO) melakukan prediksi jika 22,2%
atau 149,2 juta penderita < 5 tahun mengalami kelainan ini di 2021. Area
pada Asia tenggara (54,3 Juta), Afrika 61,4 juta (41,1%) dan Amerika latin
NTT adalah wilayah penderita stuntung paling banyak yakni 37,8%. Jika
23,30%
2
balita stunting (Kemkes. 2021). Presentase data terakhir pada bulan
pada tahun 2020 terdapat 313 balita stunting, tahun 2021 ada 340 balita
kajian terkait dengan korelasi pola asuh ibu dengan kejadian stunting anak
usia 24-59 bulan di Wilayah kerja UPT Puskemas Binaus kecamatan Mollo
Tengah.
rumusan maslah pada kajian ini yakni apakah terdapat hubungan pola asuh
ibu terhadap kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di Wilayah kerja
Selatan?
3
bulan di Wilayah kerja UPT Puskesmas Binaus, Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten
Menjadi salah satu acuan riset bahan kajian terkait dengan pola
4
1.4.2 Manfaat Praktis
Tengah Selatan.
5
BAB II
6
Tahun 2018 dan balita stunting
sebanyak 12
responden (37.5%).
Hasil Uji Chi Square
menunjukan bahwa
nilai p = 0.000).
4 Nurhalika Hubungan pola Hasil kajian Kajian
Wahyuni asuh ibu dengan menunjukan tidak menerapkan
Bahtiar kejadian stunting terdapat korelasi pola kuantitatif
2019 pada anak balita di praktek pemberian dengan kajian
Daerah Pesisir Desa pangan (p = 0.945). cross sectional.
Bonto Ujung
Kecamatan
Tarowang
Kabupaten
Jeneponto)
5 Ridha Hubungan pola Hasil kajian Kajian
Cahya pemberian makan memperlihatkan ada menerapkan
Prakhasitas dengan kejadian korelasi yang kajian
2018 stunting pada balita Nyata pada pola korelasinal
usia 12-59 bulan di pemberian pangan melalui
wilayah kerja dengan pendekatan
Puskesmas Tambak kejadian stunting cross sectional
Wedi Surabaya pada balita umur 12-
59 bulan (p = 0,002).
7
jenis pemberian makan, serta jadwal pemberian makan, serta
fisikm mental, jasmani, dan rohani (Bahar, 2002). Maka dari itu
sampai dewasa (Ayu, 2008). Pola asuh yang diberikan ooleh para
lain-lain (Suharsih, 2001). Aksi nyata pada pola asuh anak yang
melipiuti sikap ibu dan perawat balita pada dekatnya pada anak,
8
Ibu berperan utama pada pengembangan SDM pada keluarga juga
pada sikap Ibu dalam menyediakan pangan yang baik bagi anak.
9
Adanya kebiasaan pada keluarga ketika engasuh anak meliputi 3
perhatian, dan asuhan yang baik dari orang tua yang tidak hanya
dengan kandungan gizinya maka dari itu peran ibu cukup penting
10
sehingga proses perkembangan anak tidak mengalami ganggun (Nadesul et al.,
2007).
2012).
kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan oleh anak dari masa bayi
sehari. Kasus ini terjadi sebab para ibu tidak mampu melakukan
11
Kadar gizi yang diperoleh seorang balita berdampak pada
sesaat
12
g. Melakuakan pengecean ulang terkait dengan kebutuhan gizi
setiap makanan
menjadi perhatian bagi para orang tua khususnya para Ibu dalam
higienis.
13
e. Untuk makanan yang dibekukan, apabila akan dimakan harus
dianaskan dahulu.
b. Kebiasaan pengasuhan
baik bagi masa depannya. Fase ini yakni dimana anak melakukan
14
Kondisi yang senantiasa bersih. Maka dari itu, seorang ank harus
anak karena seorang anak pada masa itu tidak bisa menyediakan
15
c. Pemanfaatan pelayanan kesehatan
16
2.2.3 Balita
a. Pengertian Balita
5 tahun maka bayi yang usianya dibawah itu tergolong balita juga.
Fase balita pada anak yani fase anak dengan tumbuh kembang
yang cepat dibandingkan fase lain. Pada fase ini anak sudha
b. Karakteristik Balita
17
Terkait ukuran kepala, panang kaki, lingkar dada, sampai
pertama, juga ada pengaruh terkait dengn gizi, ras, pola asuh,
2015).
18
Berikut Tabel 2.1 yang memperlihatkan pola perkembangan
19
Usia Motorik Kasar Motorik Halus
Berpegangan
20
2.2.4 Stunting
a. Pengertian Stunting
21
Bayi masih dalam kandungan sebab gizi dan nutrisi kehamilannya
b. Epidemiologi
(52,9%), terdapat pada Asia tenggara (54,3 juta), diikuti oleh frika
2021).
22
1. Faktor Keluarga dan Rumah Tangga
23
2. Asupan Makanan yang tidak Adekuat.
24
IDAI sendiri memberi saran untuk pemberian ASI
25
AI sendiri tidak membutuhkan pengolahan tertentu
4. Pemberian MP-ASI
gizi bayi akan makin banyak jenisnya. ASI saja kurang bisa
penguyahan makanan.
26
WHO menyarankan jika bayi mendapatkan MPASI
berikut, 2-3 x dalam sehari ketika usia 6-8 bulan, lalu akan
27
6. Pendidikan Ibu
7. Pekerjaan Ibu
28
Ibu yang bekerja akan mengurangi pemberian waktu
29
8. Jumlah Anggota Keluarga
keluarga setiap kepala yakni ayah ibu, anak, juga anggota lain
30
9. Sanitasi dan Higiene Lingkungan
31
Selain itu juga diperlukan kapbilitas ibu dalam menjaga
10. Umur
optimal.
32
Seorang anak yang usianya kurang dari 5 tahun sering
33
11. Jenis Kelamin
34
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2.2.5 Dampak
dalam waktu dekat atau pada masa depan. Pada waktu dekat anak
35
Stunting bagi kesehatan juga mampu mengakibatkan kematian. Dalam
36
Telah diketahui umurnya atau pengkuran pada tinggi atau pendeknya
jika dikomparsikan denga standar serta hasilnya berada dibawah
standar yang ada. Sehingga jika ditinjau secara fisik anak akan lebih
pendek dikomprasikan pada anak yang lain. Kalkulasi demikian
menerapkan Z-sscore yang berasal dar WHO. Tinggi badan yakni
antropometri dimana menrapkan pertumbuhan skeletal.
Microtoise yakni suatu instrumen guna pengukuran tinggi
tahun sudah mampu berdiri untuk diukur tingginya. Dibawah ini akan
2007).
(Riskesdas, 2007) :
37
a) Tahap awal (teknik pemasangan microtoice/ alat pengukur tinggi
tidak bergelombang.
kepala.
38
3) Berdiri pada base stadiometer tanpa alas kaki.
gizi anak sehingga dilakukan perubahan pada bentuk standar yakni (Z-
termasuk. .
Gizi
±2SD
Pendek
> 2 SD s/d < 3 SD
≥ 3 SD Sangat pendek
39
BAB III
Karakteristik Balita
a. Umur
1. Kebiasaan
b. Jenis Kelamin
Pemberian
Makanan
2. Kebiasaan Kejadia
pemberian n
pengasuhan
Karakteristik Keluarga 3. Kebiasaan
a. Pendidikan Ibu Pelayanan
b. Pekerjaan Ibu Kesehatan
c. Faktor Keluarga
Keterangan :
: Penghubung
40
Terdapat hubungan/korelasi antara pola asuh ibu dengan
Selatan.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
penelitian analisa guna melakukan perhitungan data dengan tepat, juga guna
mandiri, terkait satu jenis variabel atau lebih. Dikerjakan melalui riset berita
informasi yang korelasinya dengan tanda pada maksud yang ingin dicapai
(Arikunto, 2013).
(Natoatmodjo, 2005).
42
4.3 Lokasi Dan Waktu
4.4.1 Populasi
4.4.2 Sampel
Rumus Slovin:
n =𝑁
1+𝑁.(𝑒)2
311
= 311 311 311 311
= 1+311(0,10)2 = 1+311(0,1) = 1+3.1 = 4.11 =
1+31(10%)
75.669 = 76 orang.
43
Jadi dari keseluruhan populasi dimana dijadikan sebagai
Keterangan :
N: Besar Populasi
n : Besar Sampel
tanpa elihat taraf atau tingkat yang ada pada populasi tersebut.
44
4.5 Kerangka Operasional
Berdasarkan Notoadmojo (2007), kerangka operasional yakni semua
hal yang sifatny yang abstrak, serta mampu membantu peneliti saat
45
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
dari suatu subyek pada subyek yang lain (Nursalam, 2015). Dalam
independen pada kajian ini yakni pola asuh ibu pada anaknya.
46
No Variable Defenisis operasional Alat Ukur Skala Skor
Variabel Independen
1 Sistem asuh a. Kebiasaan pemberian Kuiseoner Ordinal 1. Baik
orang tua makanan sehari hari 76 – 100%
a. Kebiasan pada balita di mulai 2. Cukup
pemberian sejak lahir. 56 – 75 %
makanan b. Kebiasaan sistem pola 3. Kurang
b. Kebiasaan asuh yang < 56 %
pengasuhan yang dikerjakan
c. Kebiasaan ibu pada balita yakni
Pelayanan sikat gigi
kesahatan belum tidur,
Pengawasan anak
pada area kotor, serta
memotong kuku
setiap minggu
c. Kebiasaan yang
dikerjakan ibu
pada anak guna
memperoleh faskes
yang meliputi
melakukan
penimbangan ,
memberikan
imunisasi lengkap,
dan pencarian bantuan
profesional tenaga
kesehatan pada anak
sakit.
Variabel Dependen
2 Stunting Kondisi panjang badan Atropometri Ordinal Klasifikasi
balita dimana tidak 0. Stunting
cocok dengan usia yang -3SD sd -2SD
di nilai dengan 1. Normal
menggunakan indikator >-SD sd 3SD
ukuran PB/ U / TB/U (Kemkes RI,
menurut 2020).
atropometri
47
Sumber: http:etsheses.uin-malang.ac.id Metode penelitian menurut Arkunto
(2009:160).
Tenggara Timor
9. Pengumpulan angket.
48
4.8 Pengolahan Data Dan Analisis Data
a. Editing
dari responden.
b. Coding
c. Cleaning
lanjut.
d. Tabulating
1. Analisis Univariat
49
Menciptakan peyebaran dan presentase pada setiap variabel
2. Analisis Bivariat
pola asuh ibu pada stunting pada anak usia 24-59 bulan pada area
50
Taraf sigifikansi P ≤ 0,05 artinya terdapat korelasi antara pola
Selatan.
2016).
51
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
pihak terkait. Sehingga dalam hal ini peneliti cukup menerapkan coding
seluruh subyek dapat hak perlakuan juga profit dan benefit yang
52
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam bagian ini akan disajikan mengenai hasil penghimpunan data yang
dilakukan pada bulan Mei 2023 pada area kerja Puskesmas Binaus Kecamatan
Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten TTS. Dalam bagian ini, data yang diperoleh
diberikan dengan bantuan deskripi tabel juga interpretasi. Data akan dilukan
Kajian ini dilakukan pada area kerja Puskesmas Binaus Kecamatan Mollo
Tengah Kabupaten TTS. Wilayah Kerja Puskesmas Binaus terdapat pada Wilayah
Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten TTS, luas wilayah Puskesmas Binaus Yaitu
103 Km2 . Batas wilayah kerja Puskesmas Binaus: Batas utara yaitu Kecamatan
Mollo dan Kecamatan Polen, batas selatan yaitu Kecamatan Mollo Selatan, batas
barat yaitu Kecamatan Mollo Barat dan Kecamatan Mollo Utara, batas timur yaitu
Puskesmas Puskesmas Binaus memiliki visi dan misi. Visi Puskesmas Binaus
yaitu Menjadi Puskesmas Yang Unggul Melalui Pelayanan Prima Dengan SDM
Memberi fasilitas pelayanan yang ramah, lancar, nyaman, cepat, tepat, terjangkau,
53
rasional, berkualitas serta bermasyarakat, 2) Menciptakan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) untuk semua pihak, 3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
antar bidang.
aktivitas pemantauan status gizi, yang meliputi pengukuran berat badan balita
pada tiap bulannya juga mengukur tinggi badan rutin sekali saat bulan agustus
demogrfi :
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Data tersebut memperlihatkan analisa korelasi pola asuh orang tua (praktik
54
2. Karakteristik Usia Anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
bulan. Data tersebut menunjukkan sebagian besar anak usia 46-60 bulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Menurut tabel 2.5 diatas mengenai karakteristik Usia Orang tua 20-
30 Tahun memperlihatkan jika grup usia responden paling besar yakni 26-
30 tahun yakni sebanyak 63 orang serta lebih dari >30 tahun yakni
sebanyak 9 orang sementara grup umur 20-25 tahun adalah yang paling
55
4. Karakteristik Jenis Kelamin Anak
Kelamin Anak.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
stunting dengan kategori sangat pendek dimana terdiri dari yang berjenis
56
Tabel 2.7 Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Orang Tua
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Berdasarkan tabel 2.8 dijelaskan variabel dari Stunting pada balita usia 24- 59 bulan
dan pola Asuh orang tuayang dimana terdiri dari 76 responden yang di dimana
Hasil uji stastik dapat ditarik kesimpuan jika terdapat korelasi kejadian stunting
pada balita terhadap pola asuh orang tua padaarea kerja puskesmas Binaus Kecamatan
57
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari hasil kajian yang sudah dilakukan, tentang Korelasi
ibu adalah suatu sikap dan perilaku seorang ibu dalam mengsuh
58
Tetapi banyak hal yang harus diperhatikan yang lain
(Dwi, 2020).
59
Teknik asuhan yang diberlakukan oleh orang tua pada
pola asuh yang demokraatis juga otoriter serta permisif. Poa ash
pola asuhan orang tua yang tidak menuntut anaknya tanpa diberi
2018).
60
Sebab selanjutnya yakni pendidikan pada kajian ini yakni
memanjaknya.
value 0,030 < 0,05 sehingga ada korelasi antara pola asuh ibu
yang baik dan betul selain karena faktor ekonomi juga. Guna
sosialisasi dan edukasi secara rutin tentang pola asuh yang baik
(Renyoet, 2012).
61
Hasil kajian sesuai dengan kajian Nurmalasari di tahun 2019
penyakit.
62
Jika dalam rumah tangga mempunyai pola pengasuhan ibu yang
baik maka akan menciptakan balita dengan statu gizi dan nutris
yang baik juga. Dengan pola asih yang baik akan mendorong
mengalami stunting.
63
BAB VII
PENUTU
7.1 Kesimpulan
korelasi pola asuh ibu dengan kejadian stunting anak usia 24-59
7.2 Saran
59 bulan.
2. Bagi Puskesmas
64