Pandemi covid-19
Faktor lingkungan
4.HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini, yaitu dilakukan didi Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan SenenJakarta Pusat
menunjukkan dari 182 balita, terdapat sebesar 31,8% balita stunting yaitu dimana14,8% balita ‘sangat
pendek’ dan 17,0% ‘pendek’(Tabel 1). Menurut WHO, jika suatu wilayahmemiliki prevalensi stunting
melebihi 20%, termasuk dalam ketegori tinggi. Dengan demikian,prevalensi stunting di wilayah ini
masih tinggi.Kondisi ini sejalan dengan masih banyaknya ibuyang memberikan pola asuh pemberian
makanyang kurang terhadap balita yaitu sebesar 48,9%.Berdasarkan hasil penelitian ini, mayoritas ibu
mengaku telah berusaha keras untuk anak makan (84.6%) dan hampir seluruh ibu(96.7%) menyuapi
anaknya saat makan. Sebagian besar ibu memberikan pujian jika anak maumenghabiskan makanannya
(70%) dan sebaliknya bahwa sebagian besar ibu juga akan memberikan hukuman terhadap anak jika
tidak maumakan (72.5%). Contoh hukuman yang umumibu berikan kepada anak yaitu dengan cara
melarang anak untuk bermain begitupun sebaliknya.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagianbesar pola asuh ibu adalah dalam kategori polaasuh yang
buruk. Peran seorang ibu sangatpenting terutama dalam pemberian nutrisi padaanaknya, ibu harus
mampu memberikanperhatian, dukungan, berperilaku yang baikbaik khususnya dalam pemberian
nutrisidiantaranya memberikan pengasuhan tentangcara makan, memberikan makanan
yangmengandung gizi yang baik dan sehat,menerapkan kebersihan nutrisi, kebersihan dirimaupun anak
juga lingkungan selama persiapanataupun saat memberikan makanan sertamemanfaatkan layanan
kesehatan dengan baikguna menunjang peningkatan atau perbaikannutrisi anak.
5.KESIMPULAN DAN SARAN
Faktor yang berhubungan bermakna ataumempengaruhi kejadian stunting pada
balitaadalah BBLR, pola asuh pemberian makan danfrekuensi konsumsi energi. Faktor
yang palingdominan berhubungan dengan kejadian stuntingpada balita adalah pola
asuh pemberian makan.Balita dari ibu dengan pola asuh pemberianmakan yang rendah
cenderung 6 kali lebih tinggi menyebabkan kejadian stunting pada balitadibandingkan
ibu dengan pola asuh pemberianmakan tinggi.
Pada penelitan ini dapat di simpulkan bahwaterdapat hubungan antara pola asuh ibu
dmasalah stunting pada anak usia 12-59 bulan dikelurahan cempaka di wilayah kerja
Puskesmascempaka kota banjarbaru. Ibu yang memilikipola asuh yang baik pastinya
akan selalumemperhatikan kondisi anaknya, sehingga ibudapat melakukan pencegahan
lebih diniterhadap masalah stunting. Begitu pulasebaliknya, dengan pola asuh ibu yang
burukakan memberikan dampak yang buruk jugapada pertumbuhan dan perkembangan
anakterutama status nutrisi anak. Kebanyakan anakyang stunting memiliki pola asuh
ibu yangburuk atau kurang baik sehingga ibu berpotensiakan mengabaikan hal-hal
penting berkaitandengan penyebab masalah gizi.
THANK YOU